KEAGUNGAN ALLAH SWT DALAM CINTA KASIH PADA AKHIR HAYAT MANUSIA
Alhamdulillah………dalam Rahmat, Nikmat dan Barokah-NYA kepada kita semua
maka mengalirlah dalam kehidupan ini Cinta Kasih-NYA yg sungguh…sungguh
tiada batas, baik kita menyadarinya maupun tak menyadarinya.
Tentunya…..dalam Rahmat Allah Swt itu tanpa terkecuali siapapun dirinya
itu dan Agama apapun yg dianutnya dan dimana pun berada kesemuanya dalam
liputan Rahmat Allah Swt, Tuhan Seru Sekalian Alam. Karena
itulah…..Insan/Manusia adalah Makhluk yg Paling termulia dari pada
Makhluk2 Allah Ta’ala yg lain. Maka benarlah jika Allah Ta’ala
menyuarakan hanya kepada Insan….sebagai Sirrulah/Rahasia Allah, yang
mana Sir/Rahasia itu awalnya di tujukan kepada Langit, langit tak
sanggup tuk menjunjungnya, Bumi tak sanggup tuk memikulnya, Lautan,
Gunung2 dsb kesemuanya tak sanggup tuk menampungnya. Hanya Insan/Manusia
saja lah yg sanggup tuk memikulnya dan sesungguhnya Manusia itu
sangatlah BODOH.
BODOH adalah Sifat Dasar Manusia namun Justru
dengan ke-BODOH-annya itulah sebagai suatu sarana untuk dapat menampung
akan Sirullah tsb, tetapi……malah banyak yg tiada menyadari akan
ke-BODOH-an dirinya. Hanyut dalam ke-Angkuh-an dan kesombongan merasa Ia
Pintar dan Cerdas yg akhirnya dirinya sendiri yg menjadi
dinding/hijab/tabir akan Sirullah tsb dan ke-INSAN-annya telah ternodai
oleh Sifat2 ke-BINATANG-an. Sehingga Fitrah yg sudah di tetapkan dan
dinyatakan bahwa Manusia itu tercipta dalam rupa bentuk yg sebaik2nya
dan sesempurna2 kejadian telah ternodai oleh kesombongannya sehingga
dari segi Martabat Ia telah Jatuh dari ke-INSAN-annya yg tercipta dalam
rupa bentuk yg sebaik2nya dan sesempurna2 kejadian menjadi INSAN yg
bersifat “……………..”, Na’udzubillah……..
Adapun Manusia itu dalam
Akhir Masanya (MAUT) terbagi menjadi 4 Ciri yg tiada terlepas dari pada
ILMU, DZIKIR/INGAT dan RASA yg ada pada dirinya. ILMU melahirkan
SEMANGAT HIDUP, DZIKIR/INGAT melahirkan GAIRAH HIDUP dan RASA melahirkan
RASA HIDUP. Jika SEMANGAT HIDUP, GAIRAH HIDUP dan RASA HIDUP telah
“HAMBAR”, maka itu adalah TANDA bahwa HIDUPnya dalam Alam Dunia ini akan
ber-AKHIR.
1.
Jika semasa Hidupnya di Alam Dunia ini, ILMU
dan DZIKIR/INGAT serta RASAnya hanya sebatas Lahiriyyah(Syari’at)
semata maka mereka itu di sebut dng AHLUSSYARI’AT. Yaitu siapa saja yg
dalam ILMU, DZIKIR/INGAT dan RASAnya memaknai SYARI’AT itu adalah yg
termasuk dalam Rukun Islam yg 5 Perkara itu saja dan kemudian Ia semata2
hanya menjalankan ke-5 Rukun tsb saja tanpa menggali lebih dalam akan
makna yg mendasari ke-5 Rukun tsb maka tanpa di sadarinya Ia telah
membatasi akan SYARI’ATULLAH. Dan tentunya……jika diri hanya berjalan
dalam Syari’at yg 5 Rukun tsb saja tanpa menggali ttng Makna yg
mendasarinya yaitu ttng ke-IMAN-an, ke-TAUHID-an, ke-YAKIN-an dll…dll
maka Ibadah yg dilakukan tidak lain hanyalah sebatas menggugurkan
kewajiban semata. Jika hanya sebatas menggugurkan kewajiban semata tanpa
Dasar IMAN, TAUHID, YAKIN maka janganlah heran jika Sifat2 HEWAN masih
Dominan melekat pada dirinya berupa 9 Hawa pd Diri yaitu : Sombong,
Takabbur, Tamak, Serakah, Iri, Dengki, Hasut, Benci dan Dendam yg
membias pada Lahiriahnya berupa Sumpah serapah, Caci Cela, Hina
menghinakan, Fitnah memfitnah, Kutuk mengutuk, Buruk Sangka
dll….dll….dll. Lalu dimanakah Manis Lezatnya Amal Ibadah yg di
lakukan…apabila ke 9 Hawa pd Diri masih bertengger pada dirinya…???
Bukaankah Allah pun menyatakan dalam Firman-NYA : “Sesungguhnya Sholat
itu dapat mencegah dari perbuatan Keji dan Mungkar” dan Baginda Nabi
Muhammad Saw pernah bersabda : Jika Sholat itu tidak dapat mencegah dari
perbuatan Keji dan Mungkar, bukan menjadikan dirinya semakin dekat
dengan Tuhannya tetapi malah semakin Jauh dari Tuhannya. 9 Hawa pd Diri
adalah AKAR/DASAR terbentuknya perbuatan KEJI dan MUNGKAR pada diri.
Maka Jika…..seseorang berjalan sampai Akhir Hayatnya hanya di Syari’at
semata yaitu hanya berpegang pada ke-5 Rukun tsb tanpa menggali Dasar
IMAN, TAUHID, YAQIN maka tentunya tidak akan di dapatkan pada Jiwanya
berupa KETENANGAN, karena 9 Hawa pada diri masih bertengger di dirinya.
Jika Jiwanya tidak tersentuh atau tidak tenggelam atau tidak karam dalam
“KETENANGAN JIWA” yg “HAQIQI” maka tiadalah Ia di panggil dengan seruan
: “Yaa….Ayyatuhannafsul Muth’ma innah………………..dst” (wahai JIWA yg
TENANG, datang lah engkau kepada Tuhanmu dengan Ridho serta di
Ridhoi……..dst) Tetapi Ia akan bersesuain dengan Firman Allah : “Kullu
Nafsin Zaa’ikatul Maut………..” (Setiap JIWA akan merasakan MATI).
Jika
Akhir masanya……di panggil oleh Allah Swt dengan Firman tsb diatas, maka
tatkala ia mati sesungguhnya ia tidak lah MATI melainkan Ia tetaplah
HIDUP di “sisi” Tuhannya dan beroleh Nikmat dari Karunia dari Tuhannya.
Jika Akhir masanya…..di-CABUT NYAWA/JIWAnya(Tidak di panggil) maka……Ia
akan merasakan MATI. Apabila Ia MATI maka Jasad akan Hancur, Membusuk
dan jadi Bangkai. Jika telah dinyatakan bahwa Manusia itu dicipta Allah
lebih sempurna di bandingkan Makhluk-makhluk yang lain maka tentunya
pasti ada yang membedakan antara dirinya dengan makhluk-makhluk yang
lain, baik ciri sewaktu hidup maupun ciri sewaktu ia mati. Adapun ciri
dikala ia mati tentunya matinya tidak akan sama dengan Makhluk Allah
Ta’ala yang lain. Jika Binatang mati maka tentunya ia akan menjadi
Bangkai karena membusuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap serta
dihinggapi oleh belatung-belatung. Dan begitulah….jika manusia Jiwanya
tidak tersentuh atau tidak tenggelam atau tidak karam dalam “KETENANGAN
JIWA” yg “HAQIQI” beserta Tuhannnya maka ketika ia mati jasadnya akan
membusuk dan mengeluarkan aroma yang tidak sedap serta dihinggapi
belatung-belatung. Jika demikian keadaan dirinya pada saat kematian maka
berarti ia mati menjadi bangkai dan jika ia mati menjadi bangkai maka
matinya seperti binatang dan berarti keinsanannya tak ubahnya bagaikan
binatang. Naudzubillah……..Semoga kita semua dipelihara Allah Swt dlm
Pemeliharaan-NYA yg penuh Rahmat & Kasih Sayang. Aaamiiin.
2.
Jika semasa Hidup di Alam Dunia ini, ILMU dan DZIKIR/INGAT serta
RASAnya tidak hanya sebatas Lahiriyyah(Syari’at) tetapi seolah2 ada
dorongan dalam Hatinya untuk menggali ttng ke-IMAN-an, ke-TAUHID-an,
ke-YAKIN-an dan kemudian Ia bawa hatinya untuk tenggelam dalam Lautan
Wirid dan Dzikir dan TAKHOLLI(membuang Sifat2 Tercela) serta
TAHALLI(menghias Hatinya dengan Sifat2 terpuji), maka mereka itu disebut
dengan AHLUTTHORIQOT. Alhamdulillah……..tentunya ada satu peningkatan
dari segi ke-DEWASA-an Bathin yg tadinya hanya sebatas AHLUSSYARI’AT dan
selanjutnya menuju AHLUTTHORIQOT. Namun….hendaknya tetaplah dalam
ke-SADAR-an bahwa perjalanan dalam pengembaraan AL-HAQ belum lah
berakhir sebelum Ia sampai ke perbatasan “MUARA TELAGA
ROSUL/AL-KAUTSAR”. Dalam Thoriqot, Hatinya Wajib untuk selalu tenggelam
dalam Wirid dan Dzikir dan Lahiriyyah nya senantiasa berbuat Hal2 yg
baik, menjauh dari perbuatan tercela dan menghias diri dari perbuatan yg
Terpuji agar Hatinya menjadi terpelihara ke-SUCI-annya.
Namun…..sepandai2nya seseorang itu memelihara Hatinya dari kekotoran2
Hati dan sekuat2nya menjaga Hatinya agar selalu tetap dalam keadaan SUCI
tetapi dalam kenyataannya Menjaga dan memelihara Hati agar tetap SUCI
tidak semudah membalik TELAPAK TANGAN. Selalu saja ibarat pepatah
“Menggali Lubang Tutup Lubang” dan HAL itu di rasakan oleh siapa saja
yang berjalan di Jalan ini. Belum lagi…….dalam Hal pe-RASA-an yg selalu
saja terliputi oleh jeritan2 dan Tangisan2 Hati karena “ke-RINDU-an” dan
bahkan ada juga yg seolah2 seperti hanyut dalam “Penyesalan2 akan
segala Dosa2 yg lalu” yg demikian itu bahkan ada yg hampir di setiap
harinya Hatinya selalu
menangis……menangis…..menangis…..menjerit…..menjerit….menjerit…..hanyut
dalam “tangisan kesedihan”, baik “tangisan kesedihan” karena
ke-RINDU-annya maupun “tangisan kesedihan” karena Dosa2 ataupun juga
“tangisan kesedihan” karena selalu GAGAL dalam mensucikan Hatinya.
Salahkah…..HAL yg demikian itu…..???. TIDAK….!!! TIDAK SALAH.
Alhamdulillah……itu adalah suatu kebaikan2 yg datang dari pada Allah Swt
untuk menempa dirinya agar semakin mengerti akan dirinya Laa Hawla wa
Laa Quwwata. Namun……….tidak sedikit bagi para pengembara2 yg berada di
jalan itu HANYUT dan LARUT dalam ke-MABUK-annya sehingga melupakan satu
HAL, bahwa ALLAH SWT Amat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan Penerima
Tobat serta Sungguh2 Amat Maha DEKAT tiada ber-JARAK. Sehingga apakah
ALLAH SWT tidak akan mengampuni orang2 yg bersungguh2 dalam
Tobatnya….??? Dan apakah ALLAH SWT akan JAUH dari dirinya…???. Jika
demikian……, mengapa diri tak menyadarinya dan selalu saja menaaaaaangis
dan bersedih…???. Maka tanpa tersadari oleh dirinya sendiri sesungguhnya
ia telah masuk dalam ke-RAGU-RAGUan ttng ke-PASTI-an bahwa ALLAH Swt
Amat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan Penerima Tobat serta Sungguh2
Amat Maha DEKAT tiada ber-JARAK. Dengan tiadanya ke-SADAR-an akan HAL
itu….membuat Bathinnya semakin tertekan dan tertekan dan semakin
tertekan sehingga menjadi “BEBAN BATHIN” yg Halus tak tersadari.
Lalu…dimanakah “KETENANGAN JIWA” yang “HAQIQI” itu….???.
Jika….HAL
ini terus berlanjut pada dirinya sampai Akhir Hayatnya maka BATHINnya
semakin terpuruk dalam “BEBAN BATHIN” yg Halus tak tersadari itu dan
tiadalah ia dapatkan “KETENANGAN JIWA” yang “HAQIQI”. Maka…….tatkala
MAUT itu datang pada dirinya, tentunya IZRAIL pun akan datang untuk
men-CABUT Nyawa/Jiwanya (Kullu Nafsin Zaaikatul MAUT),
Namun…..ke-BIJAKSANA-an ALLAH SWT dalam Rahmat Kasih Sayang-NYA tetap
akan berlaku bagi mereka2 para pengembara2 di jalan ini sehingga Insya
Allah akan di mudahkan dalam urusan Sakaratul MAUT nya. Dan jika ia
telah Inna Lillah…..maka para AHLUTTHORIQOH, Jasadnya akan di pelihara
Allah Swt dari kehancuran, dari kebusukan dan tidak akan menjadi Bangkai
namun….seberapa lamanya Jasad di tanam, 10 tahun atau 100 tahun atau
mungkin 1000 tahun, Jasadnya akan tetap UTUH tidak akan hancur namun
ke-ada-an Jasadnya Kurus kering bagaikan Tulang di bungkus oleh kulit.
Perlu di ingat bahwa ini bukanlah…..Hukuman Allah Swt atas dirinya
melainkan dikarenakan “BEBAN BATHIN”nya sewaktu Hidup di Dunia itulah yg
akan menyebabkan Jasadnya menjadi demikian ke-ada-annya (kurus kering
bagaikan Tulang di bungkus Kulit). Ini adalah Kondisi AHLUTTHORIQOT
dalam ke-MATI-annya.
Wallahu A’lam…………..
Semoga kita semua dipelihara Allah Swt dlm Pemeliharaan-NYA yg penuh Rahmat & Kasih Sayang. Aaamiiin.
3.
Jika semasa Hidup di Alam Dunia ini, ILMU dan DZIKIR/INGAT serta
RASAnya tidak hanya sebatas Lahiriyyah(Syari’at), juga tidak hanya
tenggelam dalam Lautan Wirid dan Dzikir dan TAKHOLLI(membuang Sifat2
Tercela) serta TAHALLI(menghias Hatinya dengan Sifat2 terpuji) saja
namun selain itu Ia memulai dengan pe-MAKNA-an yg sesungguhnya dan
sebenarnya dalam “HAKIKAT” di balik ILMU, DZIKIR/INGAT dan RASA yg tiada
terlepas dari pada IMAN, TAUHID dan YAKIN yang di DASARI dengan Pandang
SYUHUD(Penyaksian akan Al-HAQ). Dengan kesungguhan dalam Tafakkur Ia
ber-MUSYAHADAH akan AF’ALULLAH, ASMA’ULLAH, SIFATULLAH dan ZATULLAH yg
meliputi sekalian Alam berpusat pada “HAYAT/HIDUP/URIP” yg ada pada
dirinya. Senantiasa Ia tiada terlepas dari pandangan SYUHUD akan yg
ADA(HAYAT/HIDUP/URIP) dibalik sesuatu yg disimpulkan dalam kesimpulan
Tasawwuf “SYUHUDUL WAHDAH FIL KATSROH, SYUHUDUL KATSROH FIL
WAHDAH”(Menyaksikan dalam Pandangan Bathinnya akan yg SATU ada pada yg
BANYAK dan yang BANYAK ada pada yg SATU) maka mereka itu disebut dengan
AHLUL-HAKIKAT. Para AHLUL-HAKIKAT ini menyaksikan dalam Penyaksian-NYA
atas DIRI yg sebenar2nya DIRI yg TAJALLI pada HAYAT/HIDUP/URIP yg ada
pada dirinya dan pada kondisi ini 2 Kalimah Syahadat yaitu Syahadat
TAUHID dan Syahadat ROSUL terhimpun menjadi SATU pada “SYAHADAT AL-HAQ”.
Dan disinilah……..Ia tertarik dengan sendirinya ke dalam “KETENANGAN
JIWA” yg “HAQIQI”. Dalam “KETENANGAN JIWA” yg “HAQIQI” ini, bukan Ia
lagi yang berusaha untuk men-SUCI-kan Hati dan Jiwanya namun…….ALLAH SWT
sendirilah yg men-SUCI-kan Hati dan Jiwanya yg membias kepada
AKAL-FIKIR dan AKAL-BUDInya menjadi Jernih dan Bening. Ia masuk dalam
Pemeliharaan dan Perlindungan ALLAH SWT tanpa dirinya yg berusaha sekuat
“tenaga” untuk masuk dalam Pemeliharaan dan Perlindungan-NYA.
Tentunya….jika diri yg berusaha sekuat “tenaga” untuk men-SUCI-kan Hati
dan Jiwa akan sangat susah sekali, namun….jika ALLAH SWT sendiri yg
men-SUCI-kannya maka sungguh sangat mudah bagi ALLAH SWT. Bukan Ia lagi
yang berusaha untuk mencegah dirinya dari perbuatan Keji dan Mungkar
tetapi ALLAH lah yg memeliharanya dari perbuatan Keji dan Mungkar.
Dan…………akhirnya ALLAH pun akan memelihara “KETENANGAN JIWA” yg “HAQIQI”
yg ada pada dirinya karena Ia telah Lebur dalam Pandang SYUHUD. Maka
pada saat itu….penglihatannya menjadi Dzikir, pendengarannya menjadi
Dzikir, penciumannya menjadi Dzikir, Kata2nya menjadi Dzikir, Gerak dan
Diamnya menjadi Dzikir, Darah mengalir di Jasadnya menjadi Dzikir,
Jantung berdetak menjadi Dzikir, Hembusan Keluar Masuk Nafas pun menjadi
Dzikir. Bagaimana mungkin tiada KETENANGAN JIWA yg Ia rasakan…..???.
Maka……ketika telah sampai masanya untuk Inna Lillah……………..di panggilah
Ia dengan Seruan-NYA : “Yaa….Ayyatuhannafsul Muthma’innah, Irji’ii Ila
Robbiki Roodhiyatammardhiyyah, Fadkhulii fii ‘Ibaadii” (Wahai….JIWA yg
TENANG/LAPANG/DAMAI/TENTRAM (datanglah engkau kepada Penguasamu dengan
Ridho serta di Ridho-i, dan masuklah engkau ke dalam Golongan Hamba-KU).
Inilah……. perbatasan “MUARA TELAGA ROSUL/AL-KAUTSAR”.
Maka ketika
JASADnya di kubur, lalu 10 tahun kemudian atau 100 tahun kemudian atau
1000 tahun kemudian jika kuburannya di bongkar maka akan terlihat
JASADnya masih tetap “UTUH” seperti BARU di-MASUK-an tiada perubahan dan
seperti orang yg sedang tidur walau Nafas tiada keluar masuk lagi.
Adapun HAL ini karena Rahmat Kasih Sayang Allah semata. Ini adalah
Kondisi AHLUL-HAKIKAT dalam ke-MATI-annya.
Wallahu A’lam…………..
Semoga kita semua dipelihara Allah Swt dlm Pemeliharaan-NYA yg penuh Rahmat & Kasih Sayang. Aaamiiin.
4.
Jika semasa Hidup di Alam Dunia ini, ILMU dan DZIKIR/INGAT serta
RASAnya tidak hanya sebatas Lahiriyyah(Syari’at), juga tidak hanya
tenggelam dalam Lautan Wirid dan Dzikir dan TAKHOLLI(membuang Sifat2
Tercela) serta TAHALLI(menghias Hatinya dengan Sifat2 terpuji) saja dan
selain itu Ia juga sudah memulai dengan pe-MAKNA-an yg sesungguhnya dan
sebenarnya dalam “HAKIKAT” di balik ILMU, DZIKIR/INGAT dan pe-RASA-an yg
tiada terlepas dari pada IMAN, TAUHID dan YAKIN yang di DASARI dengan
Pandang SYUHUD(Penyaksian akan Al-HAQ) maka dengan kesungguhan dalam
IKHLAS, SABAR, TAWAKKAL dan RIDHO membawa dirinya kepada Pengenalan akan
ALLAH SWT melalui Anugrah ALLAH SWT semata. Sehingga bagi dirinya FANA’
dan KARAM dalam Ma’rifat kepada ALLAH SWT yg membuat dirinya tenggelam
dalam “TELAGA AL-KAUTSAR”-NYA sebagaimana yg di Sabdakan Nabi Muhammad
Saw bahwa “TELAGA AL-KAUTSAR” itu warnanya lebih Putih dari pada Susu,
lebih Manis dari pada Madu dan Lebih Harum dari pada Kasturi. Maka pada
saat itu…..Ia SATU dalam Kalimah :
LAA…ILAAHA ILLALLAH, LAA FA’ILA ILLALLAH
LAA…ILAAHA ILLALLAH, LAA HAYYA ILLALLAH
LAA…ILAAHA ILLALLAH, LAA MAUJUDA ILLALLAH
…………….dan, Ia telah SATU dalam SIRRULLAH serta te-RASA-kan olehnya
KESADARAN ZATULLAH. Maka……ketika Ia Inna Lillaah……… di panggilah Ia
dengan Seruan-NYA : “Yaa….Ayyatuhannafsul Muthma’innah, Irji’ii Ila
Robbiki Roodhiyatammardhiyyah, Fadkhulii fii ‘Ibaadii Wad’khullii
Jannatii…..” (Wahai….JIWA yg TENANG/LAPANG/DAMAI/TENTRAM (datanglah
engkau kepada Penguasamu dengan Ridho serta di Ridho-i, dan masuklah
engkau ke dalam Golongan Hamba-KU serta masuklah engkau dalam
Syurga-KU). Dan mereka yg di sini adalah para AHLUL-MA’RIFAT yang :
Ia tidak sekedar ber-Syari’at akan tetapi dirinya telah diliputi SYARI’ATULLAH
Ia tidak sekedar ber-Thoriqot akan tetapi dirinya telah diliputi THORIQOTULLAH
Ia tidak sekedar ber-Hakikat akan tetapi dirinya telah diliputi HAKIKATULLAH
Ia tidak sekedar ber-Ma’rifat akan tetapi dirinya telah diliputi MA”RIFATULLAH
…………dan JASADnya akan HILANG/LENYAP menyertai ROH nya kembali kepada Penguasa dirinya yaitu ALLAH SWT.
Dan ini adalah Kondisi bagi para AHLUL-MA’RIFAT dalam ke-MATI-annya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar