Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam, keluarga dan para sahabatnya serta umatnya yang berpegang
teguh dengan syariat-Nya.
Kehidupan umat manusia, secara
materi, sekarang sudah mencapi tarap yang sangat hebat. Manusia
merasakan berbagai kenikmatan hidup dan melihat berbagai macam keindahan
hasil karya mereka. Walau demikian, dalam kehidupan yang maju secara
meteri ini, bukan berarti mereka lebih bahagia dibanding orang-orang
yang hidup sebelum mereka. Bukan berarti mereka lebih bisa menikmati
hidup, lebih merasa aman, dan lapang dada. Apa sebab semua itu? Karena
mereka kehilangan sesuatu yang sangat berharga dan paling penting, yang
menjadi inti dari hidup ini, yaitu barakah. Apa manfaat usaha yang
kosong dari barakah? Umur yang kosong dari barakah? Ilmu yang tak
bermanfaat? Makanan dan minuman yang tidak menjadi daging dan tidak
menghilangkan lapar?
Sesungguhnya berkah/barakah bukan dengan
banyaknya harta ataupun kedudukan terhormat, tidak pula dengan anak atau
ilmu pengetahuan yang bersifat duniawi. Tetapi berkah itu adalah
sesuatu yang dirasakan oleh jiwa berupa pikiran yang jernih, hati yang
damai dan tentram, hidup yang bahagia, gembira, dan merasa cukup dengan
pembagian Allah, dan menerima semua takdir-Nya.
Sementara umur
yang berkah adalah umur yang dihabiskan untuk mengerjakan
kebaikan-kebaikan dan amal shalih. Adapun ilmu yang berkah adalah ilmu
yang bermanfaat untuk orang lain, diajarkan, diamalkan, dan disampaikan
kepada yang lain.
Kalau kita teliti dari Kitabullah dan sunnah
Rasul-Nya, akan kita dapati bahwa keberkahan itu ada pada rizki, umur,
anak, dan harta.
. . . berkah itu adalah sesuatu yang dirasakan
oleh jiwa berupa pikiran yang jernih, hati yang damai dan tentram,
hidup yang bahagia, gembira, dan merasa cukup dengan pembagian Allah,
dan menerima semua takdir-Nya. . .
Sesungguhnya rizki itu
memiliki jalan untuk menjadi rizki yang diberkahi. Di antaranya yang
paling utama adalah dengan mencarinya (bekerja). Saat mencarinya, harus
dimintakan kepada pemilik rizki yang sesungguhnya, yakni Allah Ta'ala.
فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
"Maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan
bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya lah kamu akan dikembalikan."
(QS. Al-Ankabut: 17)
فَإِذَا قُضِيَتْ الصَّلاةُ فَانتَشِرُوا
فِي الأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ
كَثِيراً لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Apabila telah ditunaikan
shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah
dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." (QS.
Al-Jumu'ah: 10)
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga
memerintahkn mencari rizki dan menganjurkan untuk bekerja. Beliau
Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda –saat ditanya tentang pekerjaan
yang paling utama-:
عَمَلُ الرَّجُلُ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُوْرٍ
“Pekerjaan seseorang yang dilakukan dengan tangannya sendiri dan setiap
perdagangan yang baik.” (Hadits shahih li ghairihi. Riwayat al-Bazzar,
sebagaimana dalam Kasyful Astar: 2/83/1257, dari Rifa’ah bin Rafi’)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga memberitahu, bekerja dan
mencari rizki adalah akhlak para nabi secara keseluruhan. "Tidaklah
Allah mengutus seorang nabi, kacuali ia pasti mengembala kambing.” Para
shahabat lantas bertanya: “Apakah engkau juga demikian, ya Rasulullah?”
Beliau menjawab: “Aku menggembalakan kambing milik penduduk Makkah dan
menerima upah beberapa qirath (1 qirath = 4/6 dinar).” (HR Bukhari, no.
2262)
Mencari rizki dan bekerja disyariatkan. Tetapi seorang
muslim dalam kerja dan usahanya tetap bersandar dan bertawakkal kepada
Tuhannya. Ia sangat yakin, dirinya tak akan mendapat rizki kecuali apa
yang sudah Allah bagi untuknya. Rizki yang sudah Allah tentukan untuknya
pasti akan diperolehnya dengan jalan apa itu yang tak seorangpun mampu
untuk menahannya. Hal ini sebagaimana bacaan zikir yang dituntunkan Nabi
Shallallahu 'Alaihi Wasallam sesudah shalat,
اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ
"Ya Allah, tidak ada yang bisa mencegah apa yang Engkau berikan dan
tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau cegah." (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)
Maka dia akan berusaha mencari rizki dengan tetap
bergantung kepada-Nya dan mengetahui bahwa Allah 'Azza wa Jalla adalah
Maha mengetahui dan Mahabijaksana, "Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. Al-Thalaq: 3)
Sesungguhnya jatah rizki seperti jatah umur. Tidak akan habis, jika
belum sampai habis ajal. Sehingga kita tidak akan terlalu bersedih dan
berduka dalam kehidupan dunia ini. Walau harus tetap berusaha dengan
mempercayakan kepada Allah.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam bersabda, "Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dan
perbaguslah dalam mencari rizki! Ketahuilah, sesungguhnya seorang jiwa
tidak akan mati kecuali telah sempurna rizkinya. Maka bertakwalah kepada
Allah dan perbaguslah dalam mencari rizki. Ambil yang halal dan
tinggalkan yang haram." (Disebutkan Al-Albani dalam al-Silsilah
al-Shahihah no. 2866)
Jika seorang muslim bercita-cita
mendapatkan barakah dalam rizkinya, pasti akan mendapatkan banyak jalan.
Al-Qur'an dan al-Sunnah telah menerangkan hal itu. Di antara
sebab-sebabnya adalah:
Pertama, Takwa kepada Allah merupakan sebab utama rizki diberkahi dan hidup menjadi tentram. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
"Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi." (QS.
Al-A'raf: 96)
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ آَمَنُوا
وَاتَّقَوْا لَكَفَّرْنَا عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأَدْخَلْنَاهُمْ
جَنَّاتِ النَّعِيمِ وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ
وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ
فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ
"Dan sekiranya Ahli Kitab
beriman dan bertakwa, tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan
mereka dan tentulah Kami masukkan mereka ke dalam surga yang penuh
kenikmatan. Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum)
Taurat, Injil dan (Al Qur'an) yang diturunkan kepada mereka dari
Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari
bawah kaki mereka." (QS. Al-Maidah: 65-66)
Sangat jelas, barakah rizki itu didapat dengan bertakwa kepada Allah.
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ
لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
"Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan ke luar.Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya." (QS. Al-Thalaq: 2-3)
Oleh sebab itu agar rizki diberkahi dalam mencarinya harus dengan usaha
yang dibenarkan syariat, bertawakkal kepada Allah, yakin kepada-Nya,
ridha dengan pembagian-Nya, dan meyakini dengan benar bahwa Allah
Mahabijaksana dan Maha mengetahui dalam kadar rizki dan kapan
diperolehnya. Disadari, semua itu terjadi dengan qadha' dan qadarnya.
Maka apa yang dikehendaki oleh-Nya, akan terjadi. Sebaliknya, yang tidak
dikehendaki oleh-Nya, juga tidak akan terjadi.
Agar rizki
diberkahi: Dalam mencari rizki harus dengan usaha yang dibenarkan
syariat, bertawakkal kepada Allah, yakin kepada-Nya, ridha dengan
pembagian-Nya . . .
Kedua, memperbanyak istighfar. Allah Ta'ala berfirman tentang petuah Nabi Nuh 'alaihis salam kepada umatnya,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ
السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ
وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
"Maka
aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya
Dia adalah Maha Pengampun,niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu
dengan lebat,dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan
untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu
sungai-sungai"." (QS. Nuuh: 10-12)
Allah menerangkan tentang
titah Nabi Hud kepada kaumnya untuk istighfar, ia menjadi sebab
bertambahnya kekuatan fisik dan turunnya rizki,
وَيَا قَوْمِ
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ
عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا
تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
"Dan (Hud berkata): "Hai kaumku,
mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia
menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan
kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat
dosa"." (QS. Huud: 52)
Dalam hadits disebutkan,
مَنْ
لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا
وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
"Siapa yang kontinyu beristighfar maka Allah jadikan baginya jalan
keluar dari setiap kesulitannya, kesudahan dari setiap kesedihannya, dan
memberinya rizki dari jalan yang tidak ia sangka." (HR. Abu Dawud dan
Ibnu Majah)
Ketiga, membaca Al-Qur'an dan mentadabburinya. Sebabnya, Allah telah jadikan Kitab-Nya sebagai sesuatu yang diberkahi.
وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka
ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat," (QS. Al-An'am:
155)
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh
dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran." (QS. Shaad: 29)
Al-Qur'an adalah barakah dalam membacanya. Siapa membaca satu ayat,
maka baginya dari setiap ayat satu kebaikan. Dan satu kebaikan itu
dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. (HR. al-Tirmidzi)
Al-Qur'an membawa berkah dalam lantunannya, mengamalkannya, menerapkan
hukumnya, dan mencari keadilan padanya, bermoral dengan ajaranya, dan
berakhlak dengan akhlaknya.
. . . Al-Qur'an membawa berkah
dalam lantunannya, mengamalkannya, menerapkan hukumnya, dan mencari
keadilan padanya, bermoral dengan ajaranya, dan berakhlak dengan
akhlaknya. . .
Keempat, Membaca doa saat keluar rumah dan saat akan menyantap hidangan. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ
وَعِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ لَا مَبِيتَ لَكُمْ وَلَا عَشَاءَ
"Apabila seseorang memasuki rumahnya; ia berzikir kepada Allah saat
memasukinya dan saat makan, maka syetan berkata kepada teman-temanya,
'tidak ada tempat dan makanan bagi kalian." (HR. Muslim, Abu Dawud, Ibnu
Majah, dan Ahmad) Allah menjaga rumah ini dari gangguan syetan karena
sebab zikirnya ketika akan makan dan saat memasukinya.
Keempat,
menjaga shalat bisa mejadi sebab turunnya barakah dan datangnya rizki,
karena ia merupakan sebab untuk kebaikan dunia dan akhirat. Allah 'Azza
wa Jalla berfirman,
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah
kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah
yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi
orang yang bertakwa." (QS. Thaahaa: 32)
Kelima, Bersyukur
terhadap nikmat-nikmat Allah dan mengakui karunia dan pemberian-Nya.
Sesungguhnya rizki yang kita peroleh, semuanya dari pemberian-Nya. Maka
jika kita bersyukur dengan hati, lisan, dan amal maka Allah akan
memberkahi rizki kita. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"."
(QS. Al-Ibrahim: 7)
. . . jika kita bersyukur dengan hati, lisan, dan amal maka Allah akan memberkahi rizki kita. . .
Keenam, memperbanyak shadaqah dan menjauhi praktek riba. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,
يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ
"Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat
dosa." (QS. Al-Baqarah: 276)
Ketujuh, Yakin dan bersandar kepada Allah di atas sebab yang diupayakan. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرٌ حُلْوٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ
بُورِكَ لَهُ فِيهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ
لَهُ فِيهِ وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ
"Sesungguhnya harta ini menyenangkan dan nikmat. Siapa yang mengambilnya
dengan kesederhanaan (tanpa meminta dan rakus), maka diberkahi. Dan
siapa yang mengambilnya dengan rakus, tidak akan diberkahi. Dan
keadaanya seperti orang yang makan, namun tak pernah merasa kenyang."
(Muttafaq 'alaih)
Kedelapan, hemat dan tidak berlebihan (melampaui batas) dalam menikmati yang mubah. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,
وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا
"Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan
janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela
dan menyesal." (QS. Al-Isra': 29)
Allah berfirman dalam menyifati Ibadurrahman, para wali-Nya:
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu)
di tengah-tengah antara yang demikian." (QS. Al-Furqan: 67)
Allah sangat mencela orang yang menyia-nyiakan harta dan menggunakannya dalam perkara haram. Dia Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا
"Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan
setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. Al-Isra': 26-27)
Kesembilan, bekerja di waktu pagi hari, tidak tidur pagi kecuali karena
sangat membutuhkan. Disebutkan dalam satu atsar, "Diberkahi Umatku di
waktu paginya."
Ibnu Abbas pernah melihat anaknya tidur pagi,
lalu beliau berkata kepadanya: "Bangunlah, apakah kamu (senang) tidur
pada saat dibagi rizki?" (Lihat: Mathalib Ulin Nuha: 1/62)
Kesepuluh, Jujur dalam melakukan transaksi, tidak curang dan tidak pula
khianat. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا
وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا
مُحِقَ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
"Penjual dan pembeli berhak memilih
selama belum berpisah. Jika keduanya jujur dan menjelaskan, diberkahi
jual beli keduanya. Dan jika berbohong dan menutup-nutupi maka
dihilangkan keberkahan dalam jual beli mereka." (HR. Al-Bukhari, Muslim,
dan lainnya)
Suatu hari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
pernah mengutus Urwah al-Bariqi untuk membeli seekor hewan kurban.
Beliau memberikan satu dinar kepadanya. Lalu ia masuk pasar dan membeli
dua ekor hewan kurban dengan satu dinar. Kamudian dia menjual salah
satunya dengan harga satu dinar. Lalu ia kembali kepada Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam dengan membawa satu ekor hewan kurban dan satu dinar.
Beliau menanyakan hal itu kepadanya, "bagaimana bis begitu?" ia
menjawab, "Saya membeli dua ekor hewan kurban dengan satu dinar, lalu
saya jual salah satunya dengan harga satu dinar." Kemudian Nabi
Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepadanya, "Semoga Allah
memberkahimu kejujuranmu." Kalau saja ia membeli segenggam tanah pasti
diberkahi.
Kesebelas, qana'ah dan ridha dengan pembagian Allah,
tidak melihat kepada orang yang di atasnya. Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda, "Sungguh telah beruntung orang yang memeluk
Islam, diberi rizki yang cukup, dan Allah menganugerahkan sifat qanaah
kepadanya terhadap pemberian-Nya." (HR. Ahmad)
Penutup
Sesungguhnya harta yang diberkahi akan membawa kebaikan kepada
pemiliknya, tidak melalaikan dan tidak menipunya. Menikmatinya, akan
menjadi kekuatan yang mendorongnya untuk melakukan ketaatan,
mendatangkan ketentraman jiwa, kepuasan, dan kebahagiaan. Maka jangan
hanya mengejar fisik materi. Tapi carilah keberkahan di dalamnya. Karena
harta yang tak berbarakah seperti sampah yang tak mendatangkan manfaat
bagi pemiliknya. Oleh sebab itu, penting sekali kita memperhatikan
sebab-sebab yang menjadikan harta menjadi barakah. Wallahu Ta'ala a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar