Bismillahirrahmanirrahiim.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Apa beda antara ‘tahu Tuhan’, ‘kenal Tuhan’ dan ‘paham Tuhan’?
Pertama kita kena paham maksud tahu, kenal dan faham dulu. Ketiganya
berbeda. Kenal lebih tinggi dari tahu, dan mengerti adalah lebih tinggi
dari kenal. Yang paling atas adalah faham, kemudian kenal dan kemudian
barulah tahu.
Biasanya disebut ilmu yaqin, ainul yaqin dan haqqul yaqin. Ada juga yang menambahkan ke satu tingkat lagi yaitu kamal yaqin.
Contoh.
Seorang pelancong dari Barat yang datang ke Malaysia diberitahu tentang
sambal tumis ikan bilis. Sebelum ini dia tidak pernah dengar pun
masakan bernama ‘sambal tumis ikan bilis’. Ketika diberitahu, itulah
kali pertama dia TAHU adanya masakan yang disebut ‘sambal tumis ikan
bilis’.
Ilmu tingkat ini dinamakan ilmu tingkat TAHU atau ILMU YAQIN – tahu cerita tapi tidak pernah melihat dan belum pernah merasa.
Kemudian si pelancong diajak makan siang oleh hidangan orang-orang
Melayu. Dalam hidangan itu ada sambal tumis ikan bilis. Orang lokal
menunjukkan kepadanya, “This is sambal tumis ikan bilis”. Itulah kali
pertama si pelancong melihat sambal tumis ikan bilis. Dilihatnya sebagai
sejenis masakan lauk berkuah, berwarna merah dan ada ikan-ikan kecil di
dalamnya.
Ilmu tingkat ini dinamakan ilmu tingkat KENAL atau AINUL YAQIN-tahu cerita dan sudah melihat tetapi belum merasa.
Selanjutnya si pelancong dipersilakan menjamu hidangan bersama sambal
tumis ikan bilis. Barulah dirasanya pedas, manis, asin, lemak, asam dan
lain-lain adonan rasa sambal tumis ikan bilis itu. Itulah sambal tumis
sebenarnya.
Ketika ini ilmunya berada di tingkat FAHAM atau
disebut haqqul yaqin-sudah tahu cerita, sudah disaksikan dan sudah
dirasa / dialami.
Contoh kedua …
Datang beberapa orang
berkata pada kita ada pohon tumbang merentang jalan raya. Kita hanya
tahu ada pohon tumbang dari cerita mereka dan kita belum melihat pohon
tumbang itu. Ilmu tingkat ini adalah ilmu tingkat TAHU atau ILMU YAQIN
saja.
Kemudian kita pergi melihat pohon yang tumbang itu. Memang
betullah ada pohon besar tumbang merentang jalan raya, kita lihat dengan
mata sendiri. Ilmu tingkat ini adalah ilmu tingkat KENAL atau AINUL
YAQIN saja, sudah melihat tapi belum tahu urusan ketumbangan pohon itu.
Kemudian kita meneliti perihal pohon tumbang itu sampai kita mengerti
bagaimana ia boleh tumbang, bila ia tumbang, apa yang menyebabkannya
tumbang, apa akibat dari tumbangnya itu, benarkah ia tumbang dan
lain-lain. Ketika ini ilmu kita adalah di tingkat FAHAM atau haqqul
yaqin.
Contoh ketiga …
Para sahabat berdakwah sampai ke
negara Cina. Mereka perkenalkan Tuhan kepada orang-orang Cina-“Tuhan
kita ada satu saja yaitu Allah”. Ada orang-orang Cina yang percaya.
Ketika ini iman mereka adalah di tingkat TAHU atau ILMU YAQIN saja.
Mereka baru tahu Siapa yang seharusnya disembah tetapi belum tahu
bagaimana situasi yang Disembah itu.
Orang yang belajar ilmu Tauhid Uluhiyyah dan Tauhid Rubbubiyyah saja biasanya sampai ke tingkat ini.
Kemudian orang-orang Cina tadi belajar sampai mereka tahu
situasi/keadaan yang Disembah itu. Mereka tahu Allah itu ada sejak awal,
tidak boleh mati, tidak terpengaruh dengan warna, ruang, arah, bentuk
dan tempat, menguasai segala-galanya, tidak sama dengan makhluk,
menciptakan surga dan neraka, menciptakan semua makhluk, memberi wahyu
dan sebagainya. Mereka juga tahu sifat-sifat yang mustahil untuk Allah.
Iman tingkat ini adalah iman tingkat KENAL atau AINUL YAQIN.
Melalui penelitian atau pembelajaran mereka, mereka sudah menyaksikan
bukti-bukti tentang Yang Disembah itu tetapi belum ‘MENYAKSIKAN’ Yang
Disembah itu sendiri. Tingkat ini dinamakan FAHAM atau haqqul yaqin.
(* Kata ‘MENYAKSIKAN’ Yang Disembah dalam ayat tadi adalah istilah sufi
yang tidak dapat dihurai dengan kata. Ia tidak sama dengan kata
‘menyaksikan’ sebagaimana yang biasa kita guna.
Orang yang belajar Tauhid Sifat 20 biasanya sampai ke tingkat ini.
Tingkat berikutnya, mereka yang dikaruniai kemampuan oleh Allah SWT
dapat pula ‘MENYAKSIKAN’ Allah, atau ‘MEMANDANG WAJAH ALLAH’ atau
‘merasakan SENDIRI’ Allah. Inilah yang dikatakan beriman kepada Allah
sampai ke tingkat Haqqul Yaqin.
(* Kata-kata berhuruf besar
adalah istilah sufi yang tidak dapat dihurai dengan kata melainkan
pemahaman. Maksud kata-kata itu tidaklah sama dengan maksud kata-kata
yang biasa kita gunakan)
Orang yang belajar ilmu tasawuf atau ilmu hakikat BOLEH mencapai tingkat ini.
Sebab itu ada ungkapan berbunyi:
Ahli fiqh menemukan Allah dengan jalan mengkaji dalil-dalil al-Quran.
Anggota ilmu kalam menemukan Allah dengan jalan berpikir
Dan anggota tasawuf menemukan Allah dengan jalan ‘MERASA SENDIRI’.
Manakah yang terbaik?
Yang terbaik adalah yang mengambil ketiga jalan dan menguasai ketiganya.
Jadi, dengan penjelasan singkat lagi dhaif itu tadi, diharapkan
dapatlah memahamkan para pembaca akan perbedaan antara tahu, kenal dan
faham. Selanjutnya dapat pula memahamkan pembaca akan perbedaan antara
ilmu yaqin, ainul yaqin dan haqqul yaqin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar