Jalan syariat Islam dalam meraih
kesempurnaan dan kebahagiaan insani (sebagaiman telah diisyaratkan pada
paparan-paparan sebelumnya) adalah makrifat kepada Tuhan dengan jalan
makrifat kepada nafs, di mana jalan ini merupakan paling dekatnya jalan
dan paling sempurnanya natijah yang akan dicapai; sebab jalan ini
merupakan paling kuat dan kokohnya jalan dalam membangun dan membentuk
manusia menjadi manusia paripurna. Oleh karenanya ayat-ayat Al-Quran dan
riwayat serta sunnah maksumin menjadikan titik perhatian jalan ini.
Dengan berbagai bahasa dan ungkapan, manusia diajak kepada jalan lempang
dan lurus ini, Allah SWT berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman!
Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah
kepada Allah. Sungguh Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa Allah, sehingga Allah
menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang
fasik.” Ayat ini merupakan penjelasan yang menggambarkan kebalikan dari
sabda Rasulullah SAW yang telah disebutkan sebelumnya: “Barang siapa
yang mengenal dirinya maka sungguh dia mengenal Tuhannya.” Yakni,
apabila orang melupakan Tuhan maka niscaya dia akan melupakan dirinya
sendiri. Sementara jika orang mengenal dirinya maka dia akan mengenal
Tuhannya.
Perlu diketahui bahwa salah satu implikasi dari pengenalan
diri yang akan membawa kepada pengenalan Tuhan adalah mengetahui hak
Tuhan dan mengetahui tugas serta kewajibannya sebagai hamba-Nya. Dan
salah satu dari kewajiban hamba kepada Tuhan adalah mematuhi segala
perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Seluruh bangunan akidah,
hukum, sosial, politik, ekonomi, dan lainnya dalam Islam, serta akhlak
sosial dan individual, semuanya bertujuan untuk menyempurnakan manusia.
Oleh karenanya menaati dan mematuhinya akan membersihkan dan
menyempurnakan nafs manusia serta membawa manusia kepada kebahagiaan.
Sebaliknya, menentang dan melanggarnya akan mendegradasikan jiwa manusia
dan menyeret manusia kepada penderitaan akhirat. Bersedekah dan
berinfak sebagai salah satu wujud perbuatan sosial dan ekonomi Islam
memiliki efek kepada nafs manusia. Sebagaimana dijelaskan oleh naql
bahwa bersedekah dan berinfaklah supaya nafs kamu terbersihkan. Karena
itu, pada hakikatnya seluruh bangunan syariat Islam adalah jalan untuk
memsucikan jiwa dan menyempurnakan manusia.
Di dalam kitab Gurarul
Hikam wa Durarul Kalim yang menyebutkan kalimat-kalimat qishâr Imam Ali,
terdapat sekitar 22 hadis yang mengungkapkan tentang makrifat nafs, di
antaranya: “Orang pintar dan cerdik adalah orang yang mengenal dirinya
dan ikhlas (untuk Tuhan) dalam amal serta perbuatannya”, “Orang arif
adalah orang yang mengenal nafsnya dan membebaskannya serta
mensucikannya dari segala yang menjauhkannya (dari Tuhan)”, “Paling
tingginya hikmah adalah pengetahuan manusia pada nafsnya”, “Makrifat
pada nafs adalah paling bermanfaatnya dua makrifat.”
Allamah
Thabathabai mengatakan dalam Tafsir Al-Mizan, secara zahir maksud dari
Para Imam dari dua makrifat adalah makrifat terhadap ayat-ayat anfusi
dan ayat-ayat afaqi, di mana Tuhan berfirman: “Kami akan memperlihatkan
kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada
diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Tuhan adalah
hak. Tidak cukupkah untuk jelasnya kebenaran Tuhanmu bahwa Dia hadir dan
syahid atas segala sesuatu?”
Dengan melakukan perenungan dan
kontemplasi terhadap ayat-ayat anfusi dan âfaqi akan membawa kita kepada
pengenalan kepada Tuhan, dimana ini akan berimplikasi kepada pemahaman
akan kehidupan abadi manusia yang dapat mendidik manusia untuk meraih
kesempurnaan akhlak dan insaniah. Di samping itu, untuk mendapatkan
kesempurnaan mesti berpegang kepada keyakinan tauhid, nubuwwah, dan
maad. Maka peran agama hak dan syariat Ilahi dalam membimbing manusia
dalam meraih kesempurnaan dan kebahagiaan sangatlahsangatlah urgen dan
dalam menapaki jalan hidayah ini, kedua jalan, yakni jalan anfusi dan
âfaqi sangatlah berpengaruh dan bermanfaat dalam mengantarkan manusia
kepada agama, keimanan, dan ketakwaan, namun berjalan pada jalan
ayat-ayat anfusi lebih bermanfaat. Sebab berjalan pada jalan anfusi akan
memberikan hasil makrifat hakiki dan hakikat makrifat.
Sebagian
ulama berpandangan bahwa pengenalan nafs sebagai kait kepada pengenalan
Tuhan (Barang siapa yang mengenal dirinya maka sungguh dia mengenal
Tuhannya) adalah suatu perkara yang mustahil, sebab pengenalan Tuhan
merupakan perkara mustahil; jadi pengenalan nafs juga adalah perkara
yang tidak mungkin. Akan tetapi hadis di atas dan lahiriah hadis-hadis
yang dikatakan Imam Ali dalam kalimat qisharnya menolak pandangan ini.
Dan demikian pula sabda Nabi SAW lainnya yang menyatakan, “Paling
arifnya kamu terhadap nafsnya adalah yang paling arifnya kamu kepada
Tuhannya.” Padahal sebagaimana kita ketahui bahwa makrifat kepada Tuhan,
bukanlah suatu perkara mustahil (maksudnya makrifat dengan perantara
ilmu hushuli, bukan hudhuri dan syuhudi) dan dalam batas kemungkinan
manusia mengenal-Nya, bukan pengenalan dan pengetahuan yang mencakup
secara sempurna kepada Tuhan, yang mana ini adalah perkara yang mustahil
untuk dicapai manusia. Oleh karena itu, pengenalan manusia kepada Tuhan
sebatas kemampuan manusia mengenal-Nya adalah suatu perkara mungkin dan
natijah dari ini adalah kemungkinan manusia juga mengenal nafsnya (dan
ini lebih mungkin lagi dan lebih terjangkau oleh fakultas makrifat
manusia, sebab nafs, kendatipun ia wujud non-materi tetapi ia adalah
wujud mumkin).
Jadi, jalan makrifat nafs merupakan perkara mungkin
bagi setiap orang dan ini juga merupakan jalan yang disyariatkan Islam,
sebagaimana dalil naqli dan aqli yang kita ungkapkan. Dan karena jalan
ini adalah jalan yang paling dekat untuk sampai pada kesempurnaan maka
sangat urgen untuk diketahui cara sayr dan suluk pada jalan ini.
Pertanyaan kita sekarang adalah, bagaimana cara sayr dan suluk pada
jalan ini? Siapa yang dapat menunjukkan kepada kita cara menapak pada
jalan ini? Apakah berbagai cara dapat ditempuh dalam menapak jalan ini?
Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang berhubungan dengan masalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar