Wejangan Spiritual Syaikh Abul Qasim al Qusyairi
Allah swt. berfirman:
"Dan
janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah
seorang di antara kamu memakan daging sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik saudaranya kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Menerima tobat lagi Maha penyayang."
(Q.s. Al Hujurat: 12).
Abu
Hurairah meriwayatkan bahwa ada seseorang laki-laki yang ikut duduk
bersama Rasulullah saw, kemudian ia pergi. Salah seorang yang hadir
berkata, "Alangkah lemahnya orang itu." Rasulullah saw. bersabda,
"Engkau telah memakan daging saudaramu ketika engkau menggunjingnya."
Allah
swt. mewahyukan kepada Musa as, "Barangsiapa meninggal dengan bertobat
dari menggunjing, akan menjadi orang terakhir Yang masuk surga, dan
barangsiapa meninggal dengan berterus-terusan melakukan pergunjingan
itu, akan menjadi orang yang pertama masuk neraka."
Auf
menuturkan, "Aku datang kepada Ibnu Sirin, aku menggunjing al Hajaj.
Ibnu Sirin berkata, 'Sesungguhnya Allah swt. adalah hakim yang paling
adil, maka sebanyak yang diambilnya dari al Hajaj, sebanyak itu Pula
yang diberikan Nya kepadanya. Ketika engkau berjumpa dengan Allah swt.
di akhirat nanti, dosa sekecil apa pun yang telah dilakukan Hajaj akan
menjadi lebih besar bagimu daripada dosa terbesar yang telah dilakukan
al Hajjaj'."
Diriwayatkan
bahwa Ibrahim bin Adham diundang ke sebuah pesta, dan ia pun bersedia
menghadirinya. Ketika orang orang membicarakan seseorang yang tidak
hadir, mereka mengatakan "Ia seorang yang kurus kering dan tidak
menarik." Ibrahim berkata "Inilah yang dilakukan nafsuku terhadap
diriku: Kutemukan diriku dalam perkumpulan di mana pergunjingan
dilakukan." Ia lalu Pergi begitu saia, setelah itu ia tidak makan selama
tiga hari.
Dikatakan
dikalangan sufi, "Barangsiapa menggunjing orang lain adalah seperti
orang yang menyiapkan ketepil. Ia menembak amal-amal baiknya sendiri
dengan perbuatannya itu ke Barat dan ke Timur. Ia menggunjing seseorang
dari Khurasan, seorang lagi dari Hijaz, seorang lagi dari Turki, ia
mencerai beraikan amal amal baiknya sendiri, dan ketika berdiri, tak
satu pun amal baiknya."
Dikatakan
dikalangan sufi, "Seorang hamba akan diberi catatan amalnya pada hari
Kiamat, tetapi ia tidak melihat satu pun amal baik di dalamnya. la akan
bertanya, 'Di mana shalat, puasa dan amal amal ibadatku yang lain?'
Dikatakan kepadanya, 'Semua amalmu telah hilang karena engkau terlibat
dalam pergunjingan'."
Dikatakan dalam riwayat Imam Ja'far as Shadiq, "Barangsiapa digunjing, Allah mengampuni separo dosanya."
Sufyan
ibnul Husain mengabarkan, "Aku sedang duduk duduk dengan Iyas bin
Mu'awiyah, dan menggunjing seseorang. Iyas bertanya kepadaku, Apakah
engkau telah menyerang orang orang Romawi atau Turki tahun ini?' Aku
menjawab, 'Tidak.' Iyas berkata, 'Orang orang Turki dan Romawi telah
selamat dari seranganmu, sementara saudaramu sendiri yang Muslim
tidak'!"
Dikatakan,
"Seorang manusia akan diberi catatan amalnya di hari Kiamat, dan ia
menemukan di dalamnya amal amal baik yang tidak pernah diperbuatnya.
Dikatakan kepadanya, 'Ini adalah imbalan bagi gunjingan orang
terhadapmu, yang tidak kamu ketahui'.
Sufyan
ats Tsaury ditanya tentang sabda Nabi saw, "Sesungguhnya Allah membenci
keluarga pemakan daging manusia." (H.r. Baihaqi). Sufyan mengomentari,
"Yang dimaksud di sini adalah orang orang yang menggunjing; mereka
memakan daging manusia."
Ketika
menggunjing ditanyakan di hadapan Abdullah Ibnul Mubarak, ia berkata,
"Jika aku mengunjing seseorang, niscaya aku akan menggunjing kedua
orangtuaku, sebab merekalah yang paling berhak atas amal amal baikku."
Yahya
bin Mu'adz berkata, "Jadikanlah keuntungan seorang Muslim terhadap
dirimu berupa tiga hal ini: jika engkau tidak bisa membantunya, maka
janganlah engkau mengganggunya; Jika engkau tidak bisa memberinya
kegembiraan, maka janganlah engkau rnembuatnya sedih; Jika engkau tidak
bisa memujinya, maka janganlah engkau mencari cari kesalahannya."
Dikatakan
kepada Hasan al Bashry, "Si Fulan telah menggunjing Anda." Maka al
Hasan lalu. mengirimkan kue kue kepada orang yang rnenggunjingnya,
dengan pesan, 'Aku mendengar bahwa engkau telah melimpahkan amal baikmu
kepadaku. Aku ingin membalas kebaikanmu."Diriwayatkan oleh Anas bin
Malik ra, bahwa Rasulullah saw. Telah bersabda, "Jika orang melepaskan
tabir rasa malu dari wajahnya, niscaya tidak akan ada masalah
pergunjingan baginya." (H.r. Ibnu Addi dan Abu asy Syeikh)
Syaikh
Junaid al Baghdadi menuturkan, "Aku sedang duduk duduk di masjid asy
Syuniziyah, menunggui jenazah agar aku bisa ikut melaksanakan shalat
jenazah. Orang orang Baghdad dengan berbagai kelasnya duduk menunggu
iringan tersebut. Lalu aku melihat seorang miskin yang kelihatan bekas
ibadatnya mengemis dari orang banyak. Aku berkata kepada diriku sendiri,
'Jika orang ini mau bekerja untuk memperoleh rezekinya, Itu akan lebih
baik baginya.' Ketika aku kembali ke rumah, maka seperti biasanya, aku
mulai melakukan wirid di malam hari, rnenangis dan shalat, serta amalan
amalan lainnya. Tetapi semua wiridku itu terasa memberatkan jiwaku, maka
aku lalu tidak dapat tidur, dan hanya duduk duduk saja. Ketika aku
terjaga, kantuk datang kepadaku, aku melihat si pengemis itu. Kulihat
orang orang sedang meletakkan tubuhnya di atas sehamparan kain yang
lebar, dan mereka memerintahkan kepadaku, 'Makanlah daging orang ini,
karena engkau telah menggunjingnya.' Keadaan orang itu diungkapkan
kepadaku, dan aku memprotes, Aku tidak menggunjingnya! Aku hanya
mengatakan sesuatu kepada diriku sendiri.' Lalu dikatakan kepadaku,
'Perbuatan seperti itu pun tidak layak. Pergilah kepada orang itu dan
meminta maaflah!' Paginya aku terus mencari orang itu, sampai aku
menemukannya sedang mengumpulkan dedaunan yang tersisa dalam air yang
digunakan untuk mencuci sayur mayur. Ketika aku memberi salam kepadanya,
ia bertanya, 'Wahai Abul Qasim, apakah engkau datang ke sini lagi?' Aku
menjawab,'Tidak" Ia berkata, 'Semoga Allah mengampuni dosa kami dan
dosamu'."
Syaikh
Abu Ja'far al Balkhy berkata, "Seorang pemuda dari kalangan warga Balkh
sedang berada di antara kami, ia bermujahadah dan mengabdikan dirinya
untuk melayani Allah. Hanya saja ia terus menerus terlibat dalam
gunjingan. Ia suka mengatakan, 'Si Fulan dan si Fulan itu demikian.'
Pada suatu hari aku melihatnya sedang mengunjungi beberapa tukang
memandikan jenazah yang disebut orang sebagai 'orang orang banci'.
Ketika pemuda itu meninggalkan mereka, aku bertanya kepadanya, 'Wahai
Fulan, apa yang telah terjadi padamu?' Ia menjawab, 'Beginilah akibatnya
atas perbuatan menggunjing. Hal itu telah mencampakkanku dalam kehinaan
ini. Aku telah tergila gila kepada salah seorang banci dan aku melayani
mereka atas namanya. Semua amal ibadatku sebelumnya telah musnah. Maka
doakan agar Allah swt. mengasihiku'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar