Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilani
Hari Jum’at Pertengahan Syawal Tahun 545 H.
Qalbu
orang-orang beriman senantiasa bersih, suci dan melupakan makhluk,
terus menerus mengingat Allah Azza wa-Jalla, melupakan dunia, mengingat
akhirat, melupakan apa yang ada padamu, dan mengingat apa yang ada di
sisi Allah Ta’ala.
Kalian
bisa terhijab oleh mereka dan seluruh apa yang ada pada para makhluk
itu, disebabkan kesibukanmu dengan dunia dan melalaikan akhirat. Kalian
meninggalkan rasa malu di hadapan Allah Azza wa-Jalla, sehingga kalian
tersungkur di sana. Karena itu terimalah nasehat kawan anda yang mukmin
dan anda jangan kontra. Karena dia yang tahu apa yang ada pada dirimu,
hal-hal yang anda tidak tahu tentang dirimu.
Karena itu Rasulullah Saww bersabda: “Orang mukmin adalah cermin bagi sesama mukmin.”
Mukmin
yang benar dalam nasehatnya bagi sesama mukmin, akan menampakkan
kejelasan apa yang tersembunyi pada saudaranya, yang bisa membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk. Ia mengenalkan mana yang menjadi
kebaikan dan mana yang berdampak keburukan. Maha Suci Allah yang telah
memberikan anugerah di hatiku untuk menasehati makhluk dan hal demikian
telah dijadikan sebagai hasrat besarku.
Saya
menasehati dan saya sama sekali tidak menginginkan imbalan. Sebab
akhiratku telah menjadi bagian sukses bagi diriku di sisi Tuhanku Azza
wa-Jalla. Aku tidak mencari dunia, karena aku bukan budak dunia, juga
bukan hamba akhirat, bahkan bukan hamba selain Allah azza wa-Jalla.
Aku
tidak menyembah kecuali hanya kepada Sang Pencipta, Yang Esa, Yang Maha
Esa nan Qadim. Kepuasanku ada pada kebahagian kalian, dan kedukaanku
jika kalian hancur celaka. Jika aku melihat murid yang benar dan
benar-benar telah meraih kemenangan melalui diriku, aku merasakan
kepuasan dan kelegaan, bahkan kegembiraan, karena bagaimana hal itu
terjadi melalui diriku?
Anak-anak
muridku….Hasratku adalah anda, bukan diriku. Jika anda bisa berubah,
itu demi anda, bukan demi diriku. Aku hanya menggambarkan pelajaran, dan
sesungguhnya yang membuat aku senang, semata karena ini semua hanya
untuk dirimu.
Wahai
para kaum Sufi tinggalkan takabur di hadapan Allah Azza wa-Jalla dan
takabur di hadapan sesama makhluk. Lihatlah kadar diri-diri anda, dan
rendah hatilah dirimu. Awalmu hanya setets air hina, dan akhirmu
hanyalah bangkai yang terbuang. Karena itu kamu semua jangan tergolong
orang yang tamak dan dikendalikan hawa nafsu. Hawa nafsu yang mendorong
anda untuk memasuki pintu-pintu penguasa untuk mencari sesuatu dari
mereka, untuk mendapatkan bagian atau pemberian mereka, padahal bagian
yang diberikan itu begitu hinadina.
Kanjeng
Nabi Saww, bersabda:“Siksa paling dahsyat dari Allah Azza wajalla pada
hambaNya, adalah ambisinya si hamba untuk meraih apa yang tidak
dibagikan padanya.”
Betapa
celakanya, wahai orang bodoh terhadap takdir dan bagian dari Allah.
Apakah kalian menyangka bahwa generasi dunia ini mampu memberikan bagian
pada kalian, hal-hal yang bukan bagianmu? Tetapi anda perlu ingat,
bahwa waswas (godaan) syetan yang terus menggoda kealam dan hati anda,
sampai anda tidak lagi menjadi hamba Allah Azza wa-Jalla, dan menjadi
hamba diri anda sendiri, menjadi budak nafsu dan syetan anda. Menjadi
budak naluri, harta dan uang anda. Hati-hatilah mana tempat kemenangan
dan kebahagiaan sampai anda mampu menempuh jalan ubudiyah anda.
Diantara
para Ulama sufi mengatakan, “Siapa yang tidak mengenal tempat
kebahagiaan hakiki, pasti tidak pernah bahagia.” Anda mengetahua
tempatnya, tetapi anda hanya mengenal melalui kedua mata kepala anda,
bukan dengan matahati dan rahasia batin anda. Iman anda hanya melintas
belaka, sampai anda hanya melihat tidak dengan penglihatan hakiki. Allah
Azza wa-Jalla berfirman:“Sesungguhnya bukan mata yang buta, tetapi yang
buta adalah matahati yang ada di dalam dada.”
Si
tamak yang memburu dunia dari tangan makhluk telah menjual agama dengan
debu, menjual apa yang abadi dengan yang fana, lalu dia tak mendapatkan
kedua-duanya. Sepanjang iman anda kurang, anda merasa kurang dengan
dunia dan kehidupan anda hanya untuk merebut sesama, sampai agama anda
tergadaikan dan anda merasa bisa makan dari mereka. Namun sepanjang iman
anda sempurna, anda akan senantiasa mampu bertawakkal jiwa anda kepada
Allah azza wa-Jalla dan keluar dari sebab akibat duniawi, memutuskan
hati pada budak dunia menuju kepada Allah Ta’ala, lalu hati anda pergi
menjauh dari seluruh makhluk.
Disinilah
hatimu bisa keluar dari negerimu, keluar dari keluargamu, keluar dari
took dan popularitasmu. Lalu anda menyerahkan semua itu pada mereka,
seakan-akan Malakat Maut hendak menjemput anda, anda seperti sedang
disambar oleh kamatian, seakan-akan bumi hendak menelan anda, dan
gelombang takdir telah meraih anda memasukkan ke dalam lautan ilmu dan
menenggelamkan anda di sana. Siapa yang mampu di tahap ini, segala
penderitaan dunia tidak berpengaruh baginya, sebab dunia hanya pada
lahirnya, bukan masuk dalam batinnya. Bahkan dunia untuk yang lain bukan
untuk hatinya.
Wahai
para kaum sufi…. Jika anda semua mampu melakukan apa yang saya sebutkan
itu, mampu mengeluarkan sebab akibat dunia dan ketergantungan padanya
dari hatimu, anda akan meraih kemenangan dari segala segi. Jika anda
tidak mampu meraih semua itu, paling tidak sebagian ajaran itu anda
dapatkan. Nabi kita SAW bersabda:“Kosongkan dirimu dari problema duniawi
semampu (semaksimalmu).”
Anak-anak
muridku…Jika kamu sekalian mampu mengosongkan hatimu dari dunia,
lakukanlah. Jika tidak, maka cepatlah larikan hatimu menuju kepada Allah
Azza-wa-Jalla. Gantungkan hatimu pada Rahmat Allah Ta’ala, sampai
problema dunia keluar dari hatimu, karena Allah azza wa-Jalla Maha Kuasa
atas segalanya dan Maha mengetahui. Pada KuasaNyalah segalanya
tergenggam. Kokohlah di pintuNya, mohonlah agar hatimu disucikan dari
selain DiriNya, lalu dipenuhi iman dan ma’rifat padaNya, mengenalNya dan
cukup denganNya, jauh bergantung pada makhlukNya. Mohonlah agar
dianugerahi Yaqin, dan kemesraan qalbu bersamaNya, kesibukan fisik untuk
taat padaNya. Mohonlah semuanya dariNya bukan dari selain Dia.
Jangan
sampai anda menyerahkan pada sesama makhluk, tetapi serahkan padaNya,
bukan lainNya. Engkau bermuamalah denganNya dan bagiNya, bukan bagi yang
lain.Anak muridku….Kefahaman teoritis dan ucapan, tetapi tidak disertai
amal qalbu, membuat anda tidak bisa melangkah kepada Allah Ta’ala,
walau pun selangkah. Perjalanan adalah perjalanan Qalbu. Kedekatan
adalah kedekatan rahasia qalbu. Amal sesungguhnya adalah amal hakiki
disertai disiplin pada aturan syariat dalam gerak fisik badan kita, dan
Tawadlu (rendah hati) kepada Allah azza wa-Jalla dan kepada para
hambaNya.
Siapa
yang mengukur dirinya dengan hasrat diri sendiri, maka tidak akan
dapatkan ukuran benar. Siapa yang memamerkan amalnya pada makhluk,
bukanlah disebut amal. Amal sesungguhnya justru tersembunyi, kecuali
hal-hal yang fardlu, yang harus ditampakkan. Dan anda telah sembrono
dalam melangkahkan jejak asas jiwa anda. Tentu tidak ada manfaatnya
manfaatnya anda membangun sesuatu di atasnya, karena bangunan akan
roboh. Fondasi amal adalah Tauhid dan Ikhlas. Siapa yang tidak berpijak
pada Tauhid dan Ikhlas, tidak akan meraih amal. Kokohkan asas fondasi
amal anda dengan Tauhid dan Ikhlas, lalu bangunlah amal itu dengan Daya
Allah Azza wa-Jalla, bukan dengan kekuatan dan dayamu. Tangan Tauhid
adalah penegak, bukan tangan syirik dan kemunafikan. Orang yang
bertauhid adalah yang mampu meninggikan derajat amalnya, bukan pada
orang munafik.
Ya
Allah jauhkan diri kami dari kemunafikan dalam seluruh tingkah kami.
Dan berikan kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat, dan
lindungi kami dari azab neraka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar