Wejangan Spiritual Maulana Syaikh Ghauts Hasan
A’udzubillahi minasysyaithanirrajiim
Bismillahirrahmanirrahiim
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala Alihi Muhammad wa Ashabihil Akhyaar.
Bismillahirrahmanirrahiim
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala Alihi Muhammad wa Ashabihil Akhyaar.
Ketahuilah,
bahwa Allah Ta’ala adalah Dzat mutlak sumber segala maujud yang ada
pada alam raya dan seisinya ini, wujud Nya meliputi seluruh wujud, namun
demikian Dia tidaklah bersatu dengan segala sesuatu, tidak pula Dia
terpisah dari sesuatu itu. Segala sesuatu diciptakan melalui ilmu Nya,
sebagai manifestasi akan keberadaan Dzat Nya, sebagai limpahan dari
sifat Nya yang menunjukkan adanya perbuatan Nya, serta mencerminkan
keagungan nama Nya. Setiap mahluk yang diciptakan merupakan tanda-tanda
dari kebesaran Nya, setiap mahluk merupakan nama Nya, bahkan lebih
daripada itu setiap nafas yang dihirup dan dihembuskan adalah ayat-ayat
Nya. Maha suci Allah yang tidak terpisah antara Dzat, sifat, asma, dan
af’al Nya. Kesempurnaan nama Nya dikenal melalui para utusan, yang
melalui merekalah Dia menjadi dikenal.
Dari
seluruh nama-nama yang disampaikan untuk ditafakuri, dikhususkan oleh
Nya nama yang menerangkan Dzat Nya. Itulah nama Allah yang dipanggil
oleh lisan para hamba Nya, yakni sebagai media untuk menunjukkan adanya
objek yang diajak berkomunikasi. Sebagaimana Firman Nya :
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang haq) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.”
(Qur’an surah Thaha ayat 14)
Maulana Syaikh Ghauts Hasan ra, berkata :
Nama
Allah adalah “ismun Dzat” (nama Dzat) yang menunjukkan kepada “al
Hawiyah” (ke-Dia-an). Nama ini terdiri dari empat huruf, dimana setiap
huruf didalam nama tersebut menerangkan keberadaan Nya, dan menjadi
simbol dari perbendaharaan hakikat, serta merupakan poros dari
keseluruhan nama-nama Allah yang lainnya. Kelima huruf tersebut adalah
alif, lam, lam, dan ha. Nama Allah menerangkan bahwa Dia Sang Pemilik
Nama, yang menjadi tujuan dalam pengucapan. Jika huruf alif yang pertama
dihilangkan maka nama tersebut menjadi Lillahi (karena Dia), jika huruf
lam dihilangkan maka nama tersebut menjadi Lahu (dengan Dia), jika
huruf lam yang satunya dihilangkan lagi maka nama tersebut menjadi Hu
(Dia).
Syaikh Abdul Karim al Jilli ra, berkata :
“Ketahuilah, bahwasanya huruf alif yang pertama menerangkan Ahadiyyah (Ketunggalan), huruf laam pertama menerangkan al Jalal (Maha Perkasa) yang merupakan manifestasi tertinggi dari Dzat Nya. Huruf laam kedua menerangkan al Jamal (Maha Indah). Huruf keempat adalah alif yang tidak tersurat namun nyata dalam pelafadzan, huruf ini menerangkan al Kamal (Maha Sempurna) yang tidak berakhir dan berujung karena Allah adalah al Awwal wa al Akhiiru. Huruf kelima dari nama Allah adalah ha yang merupakan isyarat dari hawiyah (Ke-Dia-an) yang sejatinya adalah hakikat dari manusia.”
“Ketahuilah, bahwasanya huruf alif yang pertama menerangkan Ahadiyyah (Ketunggalan), huruf laam pertama menerangkan al Jalal (Maha Perkasa) yang merupakan manifestasi tertinggi dari Dzat Nya. Huruf laam kedua menerangkan al Jamal (Maha Indah). Huruf keempat adalah alif yang tidak tersurat namun nyata dalam pelafadzan, huruf ini menerangkan al Kamal (Maha Sempurna) yang tidak berakhir dan berujung karena Allah adalah al Awwal wa al Akhiiru. Huruf kelima dari nama Allah adalah ha yang merupakan isyarat dari hawiyah (Ke-Dia-an) yang sejatinya adalah hakikat dari manusia.”
Huruf
alif awal mencerminkan keadaan Dzat Nya Yang berdiri sendiri,
mencerminkan bahwa Dia adalah Yang Maha meliputi dan diliputi. Dia Yang
awal dan Yang akhir, Yang lahir dan Yang batin, Dia yang kekal abadi.
Makna
dari huruf lam pertama yang menyimbolkan al Jalal dan huruf lam kedua
yang menyimbolkan al Jamal adalah hakikat dari seluruh sifat-sifat Allah
yang tidak dapat dihitung, karena awal dari manifestasi adalah al Jalal
dan akhir dari manifestasi adalah al Jamal yang hakikatnya adalah satu
juga. Artinya bahwa seluruh sifat-sifat Allah diliputi oleh dua sifat
Nya yang utama yakni al Jalal dan al Jamal, sementara keseluruhan sifat
tersebut menggambarkan al Kamal yakni kesempurnaan Nya. Adapun maksud
dari al Jalal sebagai awal manifestasi adalah karena keperkasaan Nya
tidak dapat diketahui melainkan oleh diri Nya sendiri, karena mahluk
tidak akan dapat menerima tajalli keperkasaan mutlak Nya melainkan
mahluk tersebut akan menjadi fana. Sedangkan maksud dari al Jamal
sebagai akhir manifestasi karena keberadaan Nya dirasakan oleh mahluk
melalui keindahan Nya, sebagaimana dijelaskan didalam hadits qudsi bahwa
Allah Berfirman, “Rahmat Ku mendahului murka Ku.”
Adapun
huruf alif yang tersembunyi menunjukkan ilmu, huruf alif yang
tersembunyi ini merupakan simbol dari kesempurnaan Dzat Nya yang tidak
diketahui siapapun, yang ilmu Nya meliputi segala sesuatu sehingga tidak
ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan Nya, karena segala sesuatu
diciptakan berdasarkan ilmu Nya.
Huruf
ha merupakan simbol dari al Hayy (Yang Maha Hidup) yakni Yang
mengalirkan energi kehidupan kepada segala sesuatu yang diciptakan Nya
sehingga sesuatu tersebut menjadi ada dan hidup dengan bergantung kepada
hidup Nya.
Ada
dua pendapat mengenai jumlah huruf dalam nama Allah ini, ada yang
berpendapat empat huruf, dan ada yang berpendapat lima huruf. Jika kita
mengambil pendapat bahwa nama Allah itu terdiri dari lima huruf, maka
huruf alif kedua merupakan huruf yang ada didalam pengucapan namun
tersembunyi didalam tulisan, hal ini mencerminkan kegaiban Allah yang
tidak terjangkau oleh panca indera dan akal manusia, akan tetapi Dia lah
wujud sejati yang tersembunyi, sebagaimana terdapat didalam hadits
qudsi bahwa Allah Ta’ala Berfirman, “Sesungguhnya Aku adalah harta yang
tersembunyi, Aku ciptakan mahluk agar Aku dikenal.” Para syaikh penghulu
kita menjelaskan bahwa “Jika dirimu (yang dimaksud adalah ego dan
nafsu) ada, maka Allah tidak ada. Dan jika Allah ada, niscaya dirimu
tidak akan ada (maksudnya jika Allah ditaati maka tidak akan mengikuti
ego dan hawa nafsu)” Hal ini menerangkan bahwa ketika seorang manusia
mengakui keberadaannya sebagai sesuatu yang eksis dan berkuasa, maka dia
tidak akan mengenali keberadaan Allah Yang menguasainya dan menjadi
sebab keberadaan serta perbuatan yang dilakukannya. Sedangkan ketika
seorang manusia meniadakan ke-aku-an dirinya, niscaya dia akan
menyaksikan keberadaan Allah Ta’ala Yang Maha Meliputi segala sesuatu.
Huruf alif yang kedua ini merupakan simbol dari rahasia Ilahi yang
dianugerahkan kepada para waliyullah yang mulia, inilah sebabnya
Rasulullah Saaw bersabda, “Tidak ada yang mengenal waliyullah kecuali
sesamanya.” Maha Suci Allah yang telah memperkenalkan nama Nya Yang
Agung ini.
Didalam
hadits qudsi Allah Berfirman, “Aku ciptakan adam sebagai bayangan Ku.”
Sesungguhnya nama Allah ini merujuk kepada manusia yang menjadi bukti
nyata akan keberadaan Nya, karena manusia adalah manifestasi paling
sempurna dan dimuliakan diantara ciptaan Nya yang lain. Sehingga
terdapat suatu kaitan erat antara nama Allah tersebut dengan keberadaan
wujud seorang manusia.
Lima
huruf dari nama Allah tersebut merupakan simbol dari wujud manusia.
Huruf alif awal melambangkan tanah, huruf lam awal melambangkan api,
huruf lam kedua melambangkan air, huruf ha melambangkan angin. Keempat
huruf yang tersurat itu melambangkan empat unsur yang membentuk jasad
manusia, sedangkan huruf alif kedua yang tersembunyi antara lam kedua
dengan ha, melambangkan adanya realitas gaib yang mendukung keberadaan
seorang manusia, hal itu adalah ruh. Tanpa adanya ruh, maka jasad
manusia tidak akan hidup, karena ruh itu adalah sumber kehidupan manusia
yang merupakan manifestasi dari sifat Allah “al Hayy” (Yang Maha Hidup)
serta sifat Allah “an Nur” (Yang Menerangi) yakni cahaya yang membuat
manusia menjadi maujud di dunia yang fana ini.
Tanah
adalah bahan utama pembentuk jasad manusia yang merupakan simbol dari
nafs al mulhamah (jiwa yang terilhami), sebagaimana sifat tanah yang
menjadi tempat berpijak dan tempat tumbuhnya tanaman, maka tanah
merupakan wadah bagi segala sesuatu yang akan ditanam dan tumbuh
diatasnya tanpa memperhitungkan ataupun mempertimbangkan benda apakah
yang akan ditanam itu. Begitupun halnya keberadaan diri manusia sebagai
wadah yang sejatinya harus menjadi media yang akan menampung ilmu dan
sifat-sifat terpuji, sebagaimana sabda Rasulullah Saww, “Sesungguhnya
aku diutus untuk mengajarkan manusia kepada kesempurnaan ahlak.” Namun
jika seorang manusia mengisi wadah tersebut dengan keburukan, maka yang
akan tumbuh pada dirinya juga berupa sifat, karakter, dan
perbuatan-perbuatan buruk yang tercela. Jiwa mulhamah inilah yang
menjadi fondasi didalam menerima hidayah ilmu dalam proses pelaksanaan
ibadahnya.
Api
adalah simbol dari nafs al ammarah (jiwa ammarah), api memiliki tiga
komponen didalamnya, yaitu panas, gerak, dan cahaya. Didalam diri
manusia sifat-sifat api tersebut tergambar dengan adanya ego, emosi
(perasaan), dan semangat (motivasi). Tanpa adanya sifat-sifat api, maka
seorang manusia tidak akan mempunyai gairah atau semangat didalam
menjalani kehidupan, melalui sifat-sifat inilah seorang manusia dapat
memiliki kemauan dan kemampuan untuk berkarya. Namun karakteristik sisi
rendah jiwa ini adalah sifat-sifat keduniawian, karena lapisan jiwa
ammarah ini adalah lapisan jiwa yang memiliki keterkaitan erat dengan
alam keduniawian, sehingga jika tidak dikendalikan maka akan
menjerumuskan manusianya menjadi orang yang hubbud dunya (cinta dunia).
Angin
merupakan simbol dari nafs al lawwamah (jiwa al lawm), asal katanya
berarti jiwa yang berbantahan, jiwa yang bergerak, atau jiwa yang
mencela. Sebagaimana sifat-sifat angin yang selalu bergerak dari ruang
yang sempit kepada ruang yang lapang, sesungguhnya seperti itu juga diri
manusia yang senantiasa bergerak menuju kepada kelapangan jiwanya,
dimana hal yang membuat jiwa terasa lapang adalah karena telah adanya
kebahagiaan dan ketenangan didalam diri. Akan tetapi kebanyakan manusia
berpendapat bahwa ketenangan dan kebahagiaan itu akan dirasakan manakala
telah terpenuhinya keinginan-keinginan mereka akan materi, sehingga
kita dapati kebanyakan manusia begitu berambisi dan mencurahkan
usaha/kemampuan, pikiran, tenaga, dan waktunya hanya untuk mengejar dan
memperoleh hal-hal keduniawian yang semu dan sementara. Sungguh ini
adalah suatu sudut pandang yang sangat keliru, karena ketenangan itu
tidaklah didapat dari materi, ataupun melalui usaha-usaha manusia
didalam memperolehnya, ketenangan adalah anugerah Allah yang diberikan
kepada orang-orang yang memang dikehendaki Nya. Renungkanlah hal ini,
begitu banyak orang yang kaya namun merasa gelisah, dan banyak pula
orang yang secara lahiriahnya tidak memiliki kekayaan, namun mereka
merasakan kebahagiaan dan ketenangan hidup. Oleh karena itu barangsiapa
yang menghendaki kebahagiaan dan ketenangan, seharusnya mendekati dan
memohon kepada Sang Pemilik ketenangan dan Pemberi kebahagiaan yaitu
Allah Ta’ala.
Adapun
air merupakan simbol dari nafs al muthmainnah (jiwa yang tenang),
diantara sifat-sifat air adalah dingin, menyegarkan, mengalir dari
tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, serta air adalah unsur yang
fleksibel yang selalu menyesuaikan wujudnya dengan segala sesuatu yang
mewadahinya. Seperti itu pula sifat-sifat dari jiwa seorang manusia yang
telah diliputi ketenangan, dirinya memiliki kesabaran dan keteguhan,
memberikan ketentraman kepada orang lain, selalu melihat dan
memperhatikan kondisi mereka yang berada dibawahnya (kepedulian sosial),
serta senantiasa berbaur dan menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat
dirinya berada.
Itulah
empat potensi yang dianugerahkan Allah Ta’ala kedalam diri manusia.
Adapun rahasia yang tersirat dari posisi huruf alif yang tersembunyi
setelah huruf lam kedua merupakan simbol dari posisi insan didalam
menjalani hidup dan kehidupannya guna mencapai tujuannya kembali kepada
fitrah dan menjadi manusia seutuhnya (insan kamil) yang berperan sebagai
khalifatullah fil ardh dalam hubungannya dengan sesama, yakni sebagai
hamba Allah dan umat Rasulullah Saww.
Sesungguhnya
hakikat dari nama Allah adalah mencerminkan citra dari insan kamil,
dimana huruf alif yang tersembunyi ini menggambarkan diri seorang
manusia yang keberadaan hidupnya dikendalikan oleh kekuatan Ilahiyyah
(ruhani), segenap potensi-potensinya digerakkan oleh kendali ruhaninya,
berbeda dengan orang kebanyakan yang setiap gerak dan langkahnya
digerakkan oleh dan ditujukan untuk kepentingan ego dan hawa nafsunya.
Adapun
kesempurnaan dari nama Allah tersebut ditunjukkan dengan adanya tanda
tasjid disebelah atas antara dua huruf lam, tanda tersebut berbentuk
kepala dari huruf siin, dimana siin adalah salah satu nama dari
Rasulullah Saww. Maka tanda tasjid tersebut pada hakikatnya merupakan
simbol dari hakikat nur Muhammad yang merupakan asal dari segala sesuatu
yang diciptakan oleh Allah Ta’ala. Hal ini mencerminkan bahwa
kesempurnaan diri seorang insan kamil merupakan limpahan berkah dari
Sayyidina al Musthafa Muhammad Rasulullah Saww, ini juga sekaligus
menjelaskan fungsi tasjid adalah sebagai dasar dan penegas dari sebuah
kalimat yang berarti proses untuk menuju kepada insan kamil adalah
dengan menghubungkan diri dengan Rasulullah Saww melalui ketaatan
terhadap setiap ajaran yang disampaikannya, yang didalam prakteknya
adalah membangkitkan sifat-sifat Ahmad (kebaikan dan kemuliaan) yang ada
didalam diri manusia dengan meninggalkan segala sifat-sifat kerendahan.
Wa minAllahu at taufik, wa salallahu ala Sayyidina Muhammad wa alihi wasallam
Alhamdulillahirabbil alamin.
Alhamdulillahirabbil alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar