AJARAN 61
Setiap mu’min harus mengadakan pemeriksaan dan penelitian terlebih
dahulu serta tidak boleh tergesa-gesa ketika bagian-bagiannya sampai
kepadanya dan ia terima, sampai datang perintah hukum yang menyatakan
bahwa bagian itu dibolehkan untuknya dan ilmu Allah yang menghalalkan
dan membenarkan bahwa bagian itu adalah untuknya. Nabi bersabda,
“Sesungguhnya orang mu’min itu berwaspada,
sedangkan orang munafik itu terus menerkam apa saja yang datang
kepadanya.” Beliau juga bersabda, “Orang mu’min itu tidak terburu-buru.”
“Buanglah segala sesuatu yang menimbukan keraguan di dalam hatimu dan
terimalah segala sesuatu yang tidak meragukan.”, demikian sambung
beliau.
Jadi, orang mu’min itu selalu berhati-hati terhadap
semua perkara seperti makanan, minuman, pakaian, perkawinan dan apa saja
yang sampai kepadanya. Ia tidak akan asal menerima saja (nerimo),
kecuali jika ia telah yakin bahwa perkara itu halal. Ini di dalam
peringkat mu’min biasa. Sedangkan dalam peringkat wilayah (kewalian),
maka terlebih dahulu ia mendengarkan perintah hatinya; jika hatinya itu
menghalalkan, maka barulah ia menerimanya. Jika dalam peringkat Abdal
dan Ghauts, maka ia menentukannya dengan ilmu Allah. Dan jika dalam
peringkat fana’, peringkat terakhir, maka ia mengikuti perbuatan Allah,
dan ini adalah takdir itu sendiri.
Masih ada satu peringkat
keadaan lagi, di mana seorang menerima apa saja yang datang kepadanya
selagi masih mengikuti hukum-hukum syari’at atau perintah hati atau ilmu
Allah. Tetapi, jika ketiga perkara tersebut melarangnya, maka apa yang
dilarangnya itu tidak akan diterima olehnya. Keadaan peringkat ini
bertentangan dengan keadaan peringkat pertama, di mana kewaspadaan dan
kehati-hatian diperlukan, sedangkan peringkat ini hanya memerlukan
penerimaan saja.
Masih ada peringkat lain lagi yang lebih atas
daripada peringkat tadi. Dalam peringkatini, seseorang hanya menerima
saja dan mempergunakannya tanpa mengikuti hukum syari’at, perintah hati
atau ilmu Allah. Inilah hakekat fana’. Dalam peringkat ini, si mu’min
berada dalam pemeliharaan Allah semata-mata dan ia tidak lagi dijamah
oleh malapetaka, iblis, dosa dan noda, atau keluar dari hukum-hukum
syari’at. Firman Allah, “… demikianlah, agar Kami memalingkan
daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk
hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS 12:24)
Dengan demikian, si
hamba tadi terpelihara oleh Allah dari melanggar batas-batas hukum.
Segala hal ihwalnya dipelihara oleh Allah. Allah memberikan kekuasaan
kepadanya untuk mendapatkan segala kebaikan. Jadi, apa saja yang datang
kepadanya adalah terlepas dari kesusahan, bencana dan kesulitan di dunia
dan di akhirat serta ia benar-benar bersesuaian dengan keridhaan,
tujuan dan perbuatan Allah SWT. Tidak ada peringkat yang lebih tinggi
lagi dari ini. Inilah tujuan. Peringkat ini dimiliki oleh ketua para
wali yang besar, yang mereka itu adalah orang-orang suci dan memiliki
rahasia-rahasia Allah, yaitu orang-orang yang sampai ke gerbang keadaan
yang dimiliki oleh para Nabi. Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada
mereka.
AJARAN 62
Alangkah mengherankan bila kamu
selalu mengatakan bahwa si Anu itu dekat kepada Allah, tetapi si Anu itu
jauh dari Allah; bahwa si Anu itu diberi karunia, sedangkan si Anu itu
tidak diberi; bahwa si Anu itu dikayakan, sedangkan si Anu itu
dimiskinkan; bahwa si Anu itu disehatkan, tetapi si Anu itu disakitkan;
bahwa si Anu itu dimuliakan, tetapi si Anu itu dihinakan; bahwa si Anu
itu dipuji, sedangkan si Anu itu dicaci; dan bahwa si Anu itu
dibenarkan, sedangkan si Anu itu disalahkan.
Tidakkah kamu
mengetahui bahwa Dia itu Satu dan bahwa Yang Satu itu menyukai kesatuan
di dalam perkara cinta dan menyayangi orang yang cintanya hanya satu,
yaitu kepada Dia ?
Jika kamu dibawa untuk dekat kepada-Nya
melalui selain Dia, maka cintamu kepada-Nya itu akan ternoda dan tidak
lagi satu. Sebab, kadangkala terlintas di dalam pikiranmu bahwa kamu
bisa mendapatkan karunia dan keberkatan itu lantaran melalui selain Dia
itu. Akhirnya, cintamu kepada Allah akan tercacad. Allah Yang Maha Besar
cemburu kepadamu, karena kamu telah menyekutukan cintamu kepada-Nya
dengan cintamu kepada yang selain Dia. Oleh karena itu, Dia menahan
tangan orang lain untuk menolongmu, menahan lidah mereka untuk memuji
kamu dan menahan kaki mereka untuk melangkah menuju kamu, agar dengan
demikian mereka tidak dapat memalingkan kamu dari Dia sendiri. Nabi
Muhammad SAW bersabda, “Hati itu telah dijadikan sedemikian rupa,
sehingga seseorang itu terpaksa mencintai orang yang memberi kebaikan
dan membenci orang yang memberi mudharat kepada dirinya.”
Jadi,
Allah menahan seseorang untuk berbuat baik terhadapmu sampai kamu
menyadari keesaan-Nya dan mencintai-Nya dengan sepenuh hati, tanpa
membagi kecintaan, baik secara lahir maupun batin dan baik ketika
bergerak maupun ketika diam, sehingga kamu menyadari bahwa tidak ada
kebaikan yang datang, kecuali kebaikan yang datang dari Allah, kamu
menyadari bahwa segala kebaikan dan kejahatan itu semuanya datang dari
Allah SWT dan kamu terus hilang dari mahluk dan diri kamu sendiri, dari
kehendak dan keinginan kamu sendiri, dan apa saja selain Allah Yang Maha
Suci lagi Maha Tinggi.
Setelah itu, barulah tangan mereka akan
dibukakan untuk kamu dengan kemurahan dan pemberian mereka, dan lidah
mereka akan memuji kamu. Kemudian, kamu akan dipelihara dengan
sebaik-baiknya di sepanjang masa, baik di dalam dunia ini maupun di
akhirat kelak.
Oleh karena itu, janganlah kamu bersikap kurang
sopan. Lihatlah orang melihat kamu. Jagalah orang yang menjaga kamu.
Cintailah orang yang mencintai kamu. Jawablah orang yang memanggilmu.
Peganglah tangan orang yang memegangmu dari jatuh tersungkur, yang
membawamu keluar dari gelapnya kejahilan, yang menyelamatkanmu dari
kebinasaan, yang membersihkan kotoran-kotoranmu, yang mengeluarkanmu
dari kehinaan, yang melepaskanmu dari cengkeraman hawa nafsu iblismu dan
yang mengasingkan dirimu dari teman-temanmu yang jahil dan
menghalangimu untuk menuju Allah.
Berapa lamakah kamu akan
tetap tinggal bersama hawa nafsu kebinatanganmu, bersama mahluk, bersama
kehendak dan keinginanmu, bersama keingkaranmu, bersama kehidupan dunia
dan akhiratmu serta bersama apa saja selain Allah ?
Mengapa
kamu menjauh dari Pencipta mahluk dan yang mewujudkan segalanya, Yang
Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Batin, tempat kembali dan
tempat bermula segala sesuatu, yang memiliki hati dan kedamaian jiwa,
yang meringankan beban, yang memberi karunia dan yang memberi rahmat dan
ni’mat ?
AJARAN 63
Pernah di dalam mimpiku
seakan-akan aku berkata, “Wahai kamu yang menyekutukan Tuhanmu dengan
dirimu sendiri di dalam pikiranmu, dengan mahluk-Nya di dalam perbuatan
lahirmu, dan dengan keinginanmu di dalam perbuatanmu.” Mendengar
seruanku itu, orang yang berada di sisiku bertanya, “Apa yang terjadi ?”
Jawabku, “Ini adalah sejenis ilmu kerohanian.”
AJARAN 64
Pada suatu hari, suatu perkara telah mengacaukan pikiranku. Batinku
terasa berat menanggung beban itu. Kemudian aku memohon kesenangan dan
kesentosaan serta jalan jeluar. Aku ditanya tentang apa yang aku
inginkan. Aku berkata, “Aku menginginkan kematian yang tidak ada
kehidupan di dalamnya dan suatu kehidupan yang tidak ada kematian di
dalamnya.”
Kemudian, akupun ditanya lagi tentang jenis kematian
yang tidak ada kehidupan di dalamnya dan jenis kehidupan yang tidak ada
kematian di dalamnya. Aku menjawab, “Kematian yang tidak ada kehidupan
di dalamnya ialah kematianku dari jenisku sendiri supaya aku tidak
melihatnya, baik ia memberikan manfaat maupun memberikan mudharat, dan
kematian dari diriku sendiri, dari keinginanku, tujuanku dan harapanku
dalam hal keduniaan dan keakhiratan, sehingga aku tidak berada dalam
semua ini. Sedangkan kehidupan yang tidak ada kematian di dalamnya ialah
kehidupanku dengan perbuatan Tuhanku di dalam keadaanku yang tidak ada
wujud di dalamnya, dan kematianku di dalamnya adalah wujudku dengannya.
Oleh karena aku telah mengetahui hal ini, maka ini menjadi tujuanku yang
paling berharga sekali.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar