AJARAN 67
Apabila kamu telah dapat membunuh dan mematikan dirimu, maka Allah akan
menghidupkannya kembali, ia akan melawan lagi dan minta dipuaskan hawa
nafsunya serta menikmati perkara-perkara yang haram dan yang
diperbolehkan. Oleh karena itu, kamu masih perlu berjuang lagi dan
mengawasi diri kamu itu. Dengan demikian, balasan akan dituliskan
untukmu dalam setiap kali kamu berjuang.
Inilah yang disabdakan oleh Nabi SAW, “Kita baru saja kembali dari
jihad yang kecil (perang melawan orang-orang kafir) dan masuk kepada
jihad yang besar (melawan hawa nafsu).”
Jihad besar ini ialah
berjuang melawan hawa nafsu diri sendiri yang tiada putus-putusnya,
berjuang melawan kehendak dan keinginan untuk melakukan dosa dan
maksiat. Inilah yang dimaksudkan oleh Allah di dalam firman-Nya, “… dan
sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)” (QS
15:99)
Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya supaya menyembah
Dia saja. Ini memerlukan perlawanan terhadap ego atau diri beserta
kehendak dan kemauannya yang selalu bertentangan dengan kehendak Allah.
Demikianlah, perjuangan itu selalu ada sampai datang ajal.
Jika
ada pertanyaan, “Bagaimana Nabi bisa kurang berkhidmat kepada Allah,
sedangkan ia tidak mempunyai keinginan dan melulu hawa nafsu badaniah ?
dan Allah berfirman, “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an)
menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu
yang diwahyukan (kepadanya).” (QS 53:3-4)”
Jawabannya ialah
bahwa Allah menyatakan ini kepada Rasul-Nya dimaksudkan untuk mengiyakan
atau menekankan perkara ini, agar menjadi ikutan bagi seluruh umatnya
di sepanjang masa. Allah Yang Maha Agung memberikan kekuasaan kepada
Rasul-Nya untuk mengontrol dirinya dan tidak bersusah payah lagi beliau
melawan diri atau egonya sendiri, dan ini membedakan beliau dari para
pengikutnya. Apabila si mu’min terus berjuang melawan dirinya sampai
akhir hayatnya, maka Allah akan memberinya surga, sebagaimana firman-Nya
ini, “Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” (QS 79:41)
Apabila Allah telah memasukkan dia ke dalam surga itu, maka jadilah
surga itu sebagai tempat beristirahatnya yang kekal dan abadi. Ia tidak
akan dipindahkan ke tempat lain atau ke dunia lagi. Dari masa ke masa,
semakin bertambah banyak dan baiklah karunia Allah yang diterimanya, ini
juga kekal dan tidak ada putus-putusnya, sebagaimana ia berjuang
melawan hawa nafsunya di dunia ini dengan tiada henti-hentinya.
Tetapi, orang-orang yang kafir dan munafik serta orang-orang yang
berbuat dosa dan maksiat, bila mereka berhenti melawan diri mereka
sendiri dan keinginan mereka terhadap dunia ini, mereka mengikuti iblis
dan setan, bercampur baur dengan berbagaik ekufuran dan syirik, dan
bergelimang disa dan noda sampai nyawa mereka bercerai dengan badan
mereka, tanpa masuk Islam dan bertobat, maka Allah akan memasukkan
mereka ke dalam neraka yang penuh dengan azab dan siksa, sebagaimana
firman Allah, “Maka jika kamu tidak dapat membuatnya, peliharalah dirimu
dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan
bagi orang-orang kafir.” (QS 2:24)
Allah menjadikan neraka
sebagai tempat tinggal mereka. Di situ, kulit, tulang dan daging mereka
akan dibakar hangus oleh api neraka. Kemudian, kulit, tulang dan daging
mereka itu akan diganti dengan yang baru, yang akan dibakar lagi.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada
ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap
kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang
lainnya, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.” (QS 4:56)
Allah berbuat demikian itu
lantaran mereka telah bersatu dengan diri mereka sendiri dan dengan
keinginan mereka terhadap dunia di dalam perkara berbuat dosa. Oleh
karena itu, kulit dan daging mereka terus-menerus hangus terbakar,
kemudian diganti dengan yang baru, setelah itu dibakar lagi dan diganti
lagi dengan yang baru. Demikianlah, dengan tidak ada putus-putusnya.
Mereka senantiasa berada dalam azab dan siksa yang pedih.
Sebaliknya, para penghuni surga senantiasa menikmati karunia Allah yang
baru, terus berganti baru dan bertambah-tambah dengan tidak ada
putus-putusnya. Dengan demikian, merekapun selalu bertambah syukur atas
karunia Allah itu. Inilah balasan yang mereka dapati dari hasil
perjuangannya yang tiada henti-hentinya di dunia dahulu, ketika mereka
melawan kehendak dan keinginan hawa nafsu angkara murka mereka agar
bersesuaian dengan kehendak Allah. Inilah apa yang disabdakan oleh Nabi
besar Muhammad SAW yang maksudnya kurang lebih, “Dunia ini ialah ladang
akhirat.”
AJARAN 68
Apabila Allah memperkenankan
permohonan dan doa seorang hamba, maka ini tidak berarti bahwa simpanan
Allah itu akan berkurang, karena Allah itu Maha Kaya; dan juga tidak
semestinya Allah merasa terpaksa menerima permohonan hamba itu,
seakan-akan Dia takluk kepada permohonan hamba itu. Sebenarnya,
permohonan atau doa hamba itu sesuai dengan kehendak Allah dan juga
sesuai dengan masanya. Sebenarnya, penerimaan doa itu telah tertulis
dalam azalinya, dan hanya tinggal menunggu masa dikabulkan doa itu oleh
Allah. Inilah apa yang dikatakan oleh orang-orang ‘arif di dalam
menerangkan kalam Allah, “Setiap saat Dia dalam keadaan baru.”
Ini berarti bahwa Allah menerima permohonan hamba itu pada masa yang
telah ditentukan-Nya. Allah telah menentukan masa dikabulkannya doa itu.
Allah tidak akan memberi sesuatu kepada seseorang dalam dunia ini,
kecuali dengan doa yang datang dari diri hamba itu sendiri. Begitu juga
Allah tidak akan menolak sesuatu dari hamba itu, kecuali dengan doanya.
Ada sabda Nabi yang menyatakan bahwa ketentuan takdir Illahi itu tidak
akan terelakkan, kecuali dengan doa yang ditakdirkan Allah dapat menolak
ketentuan takdir itu. Begitu juga, tidak ada orang yang akan masuk ke
dalam surga hanya melalui perbuatan baiknya saja, melainkan dengan
rahmat Allah juga. Walaupun demikian, hamba-hamba Allah itu akan diberi
derajat di surga sesuai dengan amal perbuatannya.
Diriwayatkan
bahwa Aisyah pernah bertanya kepada Nabi, “Dapatkah seseorang itu
memasuki surga hanya dengan melalui perbuatan baiknya saja ?” Nabi
menjawab, “Tidak, kecuali dengan rahmat Allah.” Aisyah bertanya lagi,
“Sekalipun engkau sendiri ?” Beliau menjawab, “Ya, sekalipun aku,
kecuali jika Allah meliputi aku dengan rahmat-Nya.” Setelah bersabda
demikian, beliau meletakkan tangannya di atas kepalanya.
Beliau
berbuat demikian untuk menunjukkan bahwa tidak ada seorangpun yang
berhak untuk melanggar ketentuan takdir Illahi, dan Allah itu tidak
harus memperkenankan doa-doa hamba-hamba-Nya. Dia berbuat apa yang di
kehendakinya. Dia mengampuni siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dia
menghukum siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dia memiliki kekuasaan yang
mutlak. Segala ketentuan kembali kepada-Nya. Allah tidak boleh ditanya
tentang apa yang diperbuat-Nya, tetapi hamba itulah yang ditanya. Allah
memberikan karunia-Nya kepada orang yang dikehendaki-Nya dan tidak
memberikannya kepada orang yang tidak dikehendaki-Nya juga. Segala apa
yang berada di langit dan di bumi serta di antara keduanya adalah
kepunyaan Allah belaka dan berada dalam kontrol-Nya. Tidak ada tuan-tuan
yang memiliki semua itu, melainkan Allah saja. Dan tidak ada pencipta,
melainkan Dia juga. Firman Allah, “Hai manusia, ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu. Adakah sesuatu pencipta selain Allah yang dapat
memberikan rizki kepada kamu dari langit dan bumi ? Tidak ada Tuhan
selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?” (QS
35:3). Firman-Nya lagi, “Atau siapakah yang memimpin kamu dalam
kegelapan di daratan dan lautan dan siapa (pula)kah yang mendatangkan
angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya ? Apakah di
samping Allah ada Tuhan (yang lain) ? Maha Tinggi Allah terhadap apa
yang mereka persekutukan (dengan-Nya).” (QS 27:63). Firman-Nya lagi,
“Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara
keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat
kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia
(yang patut disembah)?” (QS 19:65). Selanjutnya Allah berfirman,
“Kerajaan yang haq pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha
Pemurah. Dan adalah (hari itu), satu hari yang penuh kesukaran bagi
orang-orang kafir.” (QS 25:26)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar