AJARAN 65
Mengapa kamu marah kepada Allah lantaran doamu lambat diterima-Nya ?
Kamu mengatakan bahwa kamu telah dilarang meminta kepada orang dan
disuruh meminta kepada Allah saja. Kamu memohon kepada-Nya, tetapi Dia
tidak memperkenankan permohonanmu.
Inilah jawabanku untukmu,
“Apakah kamu seorang yang merdeka atau seorang budak ? Jika kamu
mengatakan bahwa kamu itu seorang yang merdeka, maka itu
menandakan bahwa kamu adalah seorang kafir. Tetapi, jika kamu
mengatakan bahwa kamu adalah budak, maka aku akan bertanya padamu,
‘Apakah kamu akan menyalahkan tuanmu sendiri lantaran ia terlambat
memenuhi permintaanmu, ragu tentang kebijaksanaan dan rahmatnya kepadamu
dan kepada seluruh mahluk dan ragu tentang ilmunya yang mengetahui
segala perkara ?
Atau, apakah kamu tidak menyalahkan Allah ?
Jika kamu tidak menyalahkan-Nya dan mengakui kebijaksanaan-Nya di dalam
melambatkan penerimaan doamu itu, maka wajiblah kamu bersyukur
kepada-Nya, karena Dia telah membuat peraturan yang sebaik-baiknya
untukmu, memberikan faidah kepadamu dan menjauhkanmu dari mudharat. Jika
kamu menyalahkan Tuhan dalam hal ini, maka kamu adalah seorang yang
kafir. Sebab, dengan menyalahkan-Nya itu berarti kamu menganggap Tuhan
tidak adil, padahal Dia Maha Adil dan sekali-kali tidak dholim terhadap
hamba-hamba-Nya. Mustahil jika Dia itu tidak adil. Maha Suci Dia dari
sifat-sifat yang tercela. Ketahuilah, bahwa Dia itu adalah Tuhanmu yang
memiliki segalanya. Dia mengawasi segalanya. Dia melakukan apa saja yang
dikehendaki-Nya. Oleh karena itu, istilah tidak adil dan dholim tidak
berlaku bagi Allah. Orang yang dholim itu adalah orang yang mengganggu
kepunyaan orang lain tanpa seijinnya. Mungkin kamu sendiri yang dholim,
bukan Allah yang dholim.
Maka, janganlah kamu menyalahkan-Nya
dalam perbuatan-Nya yang tampak melalui kamu, walaupun itu tidak kamu
sukai dan tidak sesuai dengan kehendakmu, dan meskipun pada lahirnya
membahayakan kamu. Kamu wajib bersyukur, bersabar dan ridha dengan
Allah. Janganlah kamu merasa kesal dan menyalahkan Dia, karena mungkin
hal itu akan memalingkan kamu dari jalan Allah. Kamu wajib selalu
melakukan shalat dengan ikhlas, berbaik sangka terhadap Allah, percaya
kepada janji-janji-Nya, men-tauhid-kan-Nya, menjauhi larangan-Nya,
melaksanakan perintah-Nya dan bersikap seperti orang mati ketika Dia
memanifestasikan takdir dan perbuatan-Nya terhadapmu.
Jika
hendak menyalahkan juga dan terpaksa berbuat demikian, maka salahkanlah
dirimu sendiri yang berisikan iblis dan ingkar kepada Allah Yang Maha
Kuasa. Lebih baik kamu mengatakan bahwa diri kamu yang dholim dan bukan
Allah yang dholim. Oleh karena itu, berhati-hatilah. Janganlah kamu
benar-benar menuruti dirimu sendiri dan ridha dengan perbuatan dan
perkataannya dalam semua keadaan, karena ia adalah musuh Allah dan musuh
kamu. Ia adalah sahabat musuh Allah dan musuh kamu, yaitu setan yang
dilaknat.
Takutlah kamu kepada Allah. Berwaspadalah dan
berhati-hatilah. Larilah dari musuhmu ! Salahkanlah dirimu sendiri.
Katakanlah bahwa dirimulah yang dholim itu. Dan katakanlah kepadanya
ayat Allah ini, “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan
beriman ?” (QS 4:147) dan ayat ini, “(Akan dikatakan kepadanya), “Yang
demikian itu, adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua
tangan kamu dahulu dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah
penganiaya hamba-hamba-Nya.”” (QS 22:10) dan ayat ini lagi,
“Sesungguhnya Allah tidak berbuat dholim kepada manusia sedikitpun, akan
tetapi manusia itulah yang berbuat dholim kepada diri mereka sendiri.”
(QS 10:44).
Bacakanlah kepada dirimu ayat-ayat ini dan
ayat-ayat lainnya yang berkenaan dengan hal ini, dan juga hadits Nabi
SAW. Perangilah dirimu sendiri karena Allah. Lawanlah dan bunuhlah
dirimu itu. Jadilah tentara Allah dan panglima perang-Nya. Karena diri
itu adalah musuh Allah yang paling besar di antara musuh-musuh-Nya.
Allah berfirman kepada Daud yang kurang lebih maksudnya ialah, “Hai
Daud, buanglah hawa nafsumu, karena tidak ada yang melawan-Ku dalam
kepunyaan-Ku, melainkan hawa nafsu manusia.”
AJARAN 66
Janganlah berkata, “Aku tidak meminta apa-apa kepada Allah. Sebab, jika
perkara yang aku minta itu telah ditentukan untukku, maka ia pasti
datang kepadaku, baik aku memintanya maupun tidak. Jika perkara itu
tidak ditetapkan untukku, maka perkara itu tidak akan aku dapatkan,
sekalipun aku meminta kepada-Nya.”
Jangan ! Jangan berkata
demikian. Hendaklah kamu berdoa dan memohon kepada Allah apa saja yang
kamu kehendaki dan kamu perlukan, berupa perkara-perkara yang baik di
dunia ini dan di akhirat kelak. Tetapi, janganlah kamu meminta perkara
yang haram dan membahayakan kamu. Hal ini karena Allah telah menyuruh
kita untuk memohon kepada-Nya.
Allah berfirman, “Berdoalah
kepada-Ku, niscaya Aku akan memperkenankan doamu.” (QS 40:60). Dan
firman-Nya, “… dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya …”
(QS 4:32).
Nabi Muhammad SAW, pernah bersabda, “Mohonlah kepada
Allah dengan sepenuh keyakinanmu bahwa permohonanmu itu akan diterima
oleh Allah.” Beliau juga bersabda, “Berdoalah kepada Allah dengan
menengadahkan telapak tanganmu.” Masih banyak lagi sabda-sabda beliau
yang senada dengan itu.
Janganlah kamu berkata, “Sesungguhnya
aku telah memohon kepada Allah, namun Dia tidak memperkenankan
permohonanku. Maka, sekarang aku tidak mau lagi memohon kepada-Nya.”
Janganlah berkata demikian. Teruslah berdoa kepada Allah. Jika suatu
perkara itu telah ditetapkan untukmu, maka perkara itu akan kamu terima
setelah kamu meminta kepada-Nya. Ini akan memperkokoh keimananmu dan
keyakinanmu kepada Allah serta kesadaranmu akan keesaan-Nya. Ini juga
akan melatih kamu untuk senantiasa memohon kepada Allah dan bukannya
kepada selain Dia di dalam setiap waktu dan keadaan, serta memperkuat
kepercayaanmu bahwa permohonanmu itu akan dikabulkan oleh Allah Yang
Maha Pemurah.
Jika suatu perkara itu tidak diperuntukkan
kepadamu, maka Allah akan memberikan perasaan cukup (Self-sufficiency)
kepadamu di dalam perkara itu dan memberikan rasa gembira berada di sisi
Allah Yang Maha Gagah lagi Maha Perkasa, meskipun kamu miskin. Jika
kamu berada dalam keadaan kemiskinan dan sakit, maka Allah akan
membuatmu gembira dengan keadaan itu. Jika kamu berhutang, maka Allah
akan melunakkan hati orang yang memberikan hutang kepadamu itu, sehingga
ia tidak mengerasimu supaya membayar dengan segera, bahkan orang itu
akan memberi tempo yang lama, atau mengurungkan pembayarannya, dan atau
menghapus hutang itu. Jika pembayaran itu tidak dikurangi atau tidak
dihapuskannya di dunia ini, maka Allah akan memberikan ganjaran kepadamu
di akhirat kelak sebagai ganti apa yang tidak diberikan-Nya kepadamu
saat kamu memohon kepada-Nya di dunia, karena Allah itu Maha Pemurah dan
tidak menghendaki balasan apa-apa.
Oleh karena itu, Allah
tidak akan menyia-nyiakan permohonan orang yang memohon kepada-Nya di
dunia ini dan di akhirat kelak. Walau bagaimanapun, ia akan tetap
mendapatkan apa yang dimohonnya. Jika tidak di dunia ini, maka di
akhirat kelak ia akan mendapatkannya jua. Nabi SAW pernah mengatakan
bahwa di hari perhitungan kelak, si mu’min akan melihat di dalam
catatan-catatan perbuatannya beberapa perbuatan baik yang tidak ia
laksanakan dan ia sendiri tidak menyadarinya. Ia akan ditanya, “Kenalkah
kamu kepada perbuatan itu ?” ia menjawab, “Aku tidak tahu dari mana
datangnya ini ?” Maka dikatakan kepadanya, “Sesungguhnya ini adalah
balasan doamu yang kamu lakukan di dunia dahulu, dan ini karena di dalam
kamu berdoa kepada Allah itu kamu ingat kepada-Nya dan mengakui
keesaan-Nya, meletakkan sesuatu pada tempat yang semestinya, memberi
seseorang apa yang pantas diberikan kepadanya, tidak mengatakan bahwa
daya dan upaya itu datang dari dirimu sendiri dan membuang kebanggaan
dan kesombongan. Semua itu adalah perbuatan yang baik dan semua itu
memiliki balasannya di sisi Allah Yang Maha Gagah lagi Maha Agung.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar