MELAPOR
Laporan adalah informasi, laporan bisa disampaikan secara tertulis
maupun lisan. Pada instansi resmi biasanya laporan disampaikan secara
tertulis bahkan seringkali harus dipresentasikan atau diexpose. Laporan
biasanya juga diminta secara periodik seperti harian, mingguan, bulanan
atau tahunan. Laporan ini dibutuhkan untuk mengevaluasi kinerja suatu
kegiatan atau aktivitas terhadap objek tertentu. begitulah defenisi
singkat saya tentang laporan. Dalam hubungan manusia dengan Tuhan dalam
konteks hamba dengan Khalik, mutlak diperlukan laporan yang lebih intens
oleh si hamba kepada Tuhan, kapan saja, dimana saja dan tentang apa
saja yang ingin dilaporkan tanpa ada suatu batasan apapun mengenai
waktu, tempat, objek yang dilaporkan dan tanpa harus melewati
protokoler apapun untuk melapor kepada Tuhan. Perbedaan antara laporan
manusia dengan manusia dan laporan antara manusia dengan Tuhan adalah,
kalau laporan manusia dengan manusia biasanya yang meminta laporan
adalah atasan anda, atasan anda yang meminta laporan anda untuk melihat
kinerja anda sedangkan laporan manusia dengan Tuhan adalah atas
inisiatip anda sendiri karena andalah yang butuh ”melaporkan” itu, bukan
Tuhan.
Melapor kepada Tuhan tentulah berbeda dengan laporan
komandan upacara kepada inspektur upacara. Laporan kepada inspektur
upacara itu mirip mirip membentak. ’Lapor! Upacara siap untuk
dilaksanakan! Laporan selesai!’ begitulah saya membentak kepala sekolah
kami pagi senin itu dan beliau langsung menimpali ’laksanakan!’. Melapor
kepada Tuhan tentulah di awali dengan puji pujian dulu seperti ’segala
puja dan puji bagiMu Tuhan.., Engkau maha pengasih lagi maha penyayang…
dan seterusnya.. dan sebagainya… kalau diterjemahkan dalam bahasa arab
sperti ini ’alhamdulillahirrabbil ’alamin.. arrahmannirrahim.. dst..,
dsb.., itupun kalau anda orang arab, kalau bukan pakailah bahasa yang
anda mengerti, bahasa Ibu anda, begitulah Guru saya berpesan. Setelah
puji pujian barulah anda melapor semisal tunjukilah aku jalan lurus dan
benar, bahasa arabnya ihdinassirattal mustaqim.. itupun kalau yang anda
butuhkan adalah jalan yang lurus dan benar. Kebutuhan anda dan saya
tentulah berbeda, pada saat saya butuh dana segar 10 milyar misalnya
tentulah saya meminta suntikan dana segar 10 milyar, saya tidak akan
meminta jalan yang lurus. Kalau orang lain butuh anaknya lulus tes CPNS
misalnya mintalah agar lulus tes CPNS jangan minta jalan lurus dan
benar, gak nyambung soalnya.
Melapor itu lebih mirip sharing
(berbagi) sebenarnya daripada berdoa. Sharing itu akrab layaknya anda
dengan orang orang terdekat anda ketika anda minta pendapat, ada
komunikasi dua arah yang terjadi. Contoh, dikisahkan ketika istri
terakhir Nabi Ayub meninggalkan beliau karena tidak tahan menyertai Nabi
yang sedang menerima cobaan Tuhan bertubi tubi dan berkepanjangan, Ayub
berkata kepada istrinya ’kalau engkau kembali kepadaku, aku akan
menderamu 100 kali. Ketika cobaan Tuhan mereda, kesehatan Nabi Ayub
membaik diikuti dengan kepulihan ekonomi beliau dan menjadi kaya lagi,
sang istri terakhir pun kembali kepada beliau, pada saat itulah Nabi
Ayub kebingungan dan melapor kepada Tuhanya. Tuhan, aku harus
melaksanakan janjiku menderanya 100 kali tapi aku tidak tega, kemudian
Tuhan memberikan solusi dan berfirman kepadanya ’ambillah seratus lidi
dan kumpulkanlah lidi lidi itu kemudian pukulkan sekali ke tubuh
istrimu’. Sungguh Ayub telah mendapat pencerahan luar biasa ketika Ayub
yang berkonsep 1 x 100 kebingungan dan Tuhan menawarinya konsep 100 x 1
dengan hasil yang sama tetapi memberikan efek yang jauh berbeda. Inilah
gunanya melapor.
Lalu seberapa pentingkah melapor kepada
Tuhan? Saudara, semua orang tahu kalau bersetubuh itu haram meskipun
dengan istri sekalipun selama berpuasa. Ketika bulan Ramadhan saat Nabi
Muhammad SAW sedang duduk duduk dengan para sahabat, ada seseorang yang
datang kepada Rasulullah melapor dan terjadilah ilustrasi dialog kira
kira seperti di bawah ini :
Orang melapor ; ya Rasulullah, saya tidak tahan ya Rasulullah, saya telah menggauli istri saya
Rasulullah ; merdekakan olehmu seorang budak
Orang melapor ; saya tidak punya uang ya Rasulullah
Rasulullah ; ganti puasamu dengan puasa 60 hari berturut turut pada bulan yang lain
Orang melapor ; 1 hari saja saya tidak mampu ya Rasulullah, bagaimana saya mampu puasa 60 hari berturut turut?
Rasulullah ; kalau begitu berilah makan 60 orang fakir miskin
Orang melapor ; saya orang miskin ya Rasulullah, saya tidak mampu memberi makan fakir miskin
Rasulullah ; ya sudah, bagikan ini kepada orang miskin di
tempatmu (sambil nabi memberikan sekeranjang kurma kepada orang melapor
tadi)
Orang melapor ; ya Rasulullah, saya adalah orang termiskin di tempat saya.
Rasulullah ; ya sudah, bawalah pulang anggur itu untukmu
Orang melapor ; terima kasih ya Rasulullah..
Saudara, kalau lah kita ada di selingkar duduk Nabi pada saat itu
mungkin kita sendiri akan iri sambil berguman ’ini orang sudah melakukan
kesalahan kok malah dapat hadiah pulak?!!’. Akhirnya halal haram boleh
atau tidak menjadi tidak penting lagi disini, yang penting adalah
MELAPOR! Kalau orang yang melapor tadi tidak tahu Tuhan dia melapor saja
kepada Nabi, ketika Nabi tidak memberi sanksi apapun dan malah memberi
hadiah kepada si orang tadi, itu sudah menjadi tanggung jawab Nabi lah
kepada Tuhan.
Ini cerita dari Guru saya, ketika muda Guru saya
bekerja pada sebuah keluarga kaya di ujung pulau seberang, pada saat
berencana hendak mengunjungi Gurunya di Medan Sumatera Utara, Guru saya
muda telah jauh jauh hari melapor kepada majikannya minta diijinkan cuti
pada hari H untuk mengunjungi Gurunya di Medan. Sambil bekerja Guru
saya muda menanam bunga yang memperkirakan hasilnya nanti bisa digunakan
untuk ongkos keberangkatan ke Medan. Perjalanan ke Medan adalah
perjalanan sehari semalam di darat ditambah tiga hari dua malam kapal
berlayar. Guru saya muda telah memperkirakan dengan cermat kapan harus
menanam supaya hasilnya bisa digunakan tepat pada waktunya menjelang
hari H. Apa yang tejadi saudara? Justru pada saat panen bunga tiba,
tanamannya mati semua. Hancurlah perasaan Guru saya yang telah menaruh
harapan besar pada satu satunya harapan agar bisa mengunjungi Gurunya di
Medan. Maha suci Tuhan, kemudian Guru saya mengambil air wudhu dan
setelah selesai sembahyang dan masih di atas tikar sembahyangnya Guru
saya melapor.. Tuhan, aku sudah menanam bunga yang hasilnya bisa aku
pakai untuk ongkos pergi ke Medan, tapi… kini bunga bunga itu mati,
bagaimana aku bisa mengunjungi Guruku Tuhan?.. sambil bercerita Guru
saya bertanya kepada kami, menangiskah sambil melapor? Kami mengangguk
sambil menjawab lirih serempak ’iyaa..’. Guru saya menimpali dengan
suara yang keras dan panjang ’MEENAANGIIS!!’. Kata Guru barusan sangat
mempertegas kepada kami bahwa melapor kepada Tuhan, berkeluh kesah
kepada Tuhan adalah dengan segenap perasaan dan jiwa. Guru melanjutkan
ceritaNya.. apa kata Tuhan? Seolah olah Guru bertanya kepada kami dan
kemudian melanjutkan ’Heii MALAIKAT!!! KAU URUS ITU SI … (sambil
menyebut namanya sendiri)’. Guru saya melanjutkan bahwa ketika selesai
Guru saya muda melipat tikar sembahyangnya, sang majikan datang sambil
membawa amplop tebal yang berisi uang dan menyerahkannya kepada Guru
saya muda sambil berkata ’kapan berangkat? Ini untuk ongkos di jalan,
pergi dan pulang beserta uang saku di jalan…’. ALLAH MAHA KAYA, ALLAH
MAHA KAYA, ALLAH MAHA KAYA…
Saudara sekalian, pada saat menanam
bunga Guru saya muda memperkirakan hasilnya hanya cukup untuk ongkos
pergi saja, setelah melapor, Tuhan memberikan lengkap ongkos pergi dan
ongkos pulang tambah uang saku.
Saudara sekalian, statemen yang
kita tangkap adalah yang penting MELAPOR!. Statemen ini hanya berlaku
bagi saudara saudara yang sudah mengenal Tuhannya, bagi yang belum
silahkan cari dulu Tuhannya, kalau tidak bisa mencari Tuhan carilah dulu
orang yang sudah mengenal Tuhan biar ada yang bimbing. Terima kasih.
Saudaraku,
Melaporlah pada saat senang agar Tuhan juga mau mendengar laporan kita pada saat susah
Melaporlah pada saat banyak uang agar Tuhan juga mendengar laporan pada saat kita tak punya uang
Melaporlah pada saat bahagia agar Tuhan menemani kita pada saat sengsara
Melaporlah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar