“Kita ini adalah orang-orang akhirat yang sedang bermain-main di muka
bumi” demikian Guru sering memberikan perumpamaan untuk orang-orang yang
telah menempuh jalan kepada Allah. Makna bermain bahwa dunia ini bukan
tujuan utama bagi para pecinta Tuhan, hanyalah tempat yang harus
dilewati untuk berjalanan menuju ke tempat abadi yaitu disisi Allah SWT.
Bermain-main
memberikan makna bahwa semua yang kita alami di dunia ini hanyalah
sebuah permainan yang pasti berakhir, ketika saat telah tiba maka
semuanya pasti kita tinggalkan dan kembali kepada Tuhan dengan bekal
yang telah kita siapkan selama di dunia yaitu amal kebaikan.
Tuhan meminjamkan ruh kepada manusia dalam keadaan suci, bersih tanpa
noda dan Tuhan akan meminta apa yang telah dipinjamkan itu untuk
dikembalikan lagi kepada-Nya. Tuhan hanya mau menerima apa yang
dipinjamkan tersebut dalam kondisi awal, berish dan suci. Ruh atau Jiwa
yang telah ternoda tidak akan kembali kehadirat-Nya, melayang-layang di
alam tanpa batas tidak akan pernah sampai ke dalam genggaman Tuhan.
Selama bermain-main di alam dunia, kira-kira apa yang telah kita
kerjakan sehingga yang memberikan ruh sebagai amanah itu akan menjadi
senang. Tuhan menciptakan manusia agar bisa memberikan pengabdian
kepada-Nya, pengabdian kepada hamba-Nya yang lain serta pengabdian
kepada dunia dan seluruh isinya.
Sebelum ajal tiba, hendaknya
ruh dibersihkan terlebih dulu, diajarkan cara menyebut nama Allah
sebagaimana jasmani diajarkan menyebut nama Allah. Untuk mengajarkan
jasmani menyebut nama Allah diperlukan guru jasmani sedangkan untuk
mengajarkan rohani diperlukan guru rohani pula. Tidak mungkin jasmani
mengajarkan rohani karena keduanya berbeda unsur.
Muhammad bin
Abdullah mengajarkan jasmani orang Arab dijamannya akan kebenaran Agama
Allah sedangkan Rasulullah SAW sebagai rohani yang ada dalam diri
Muhammad bin Abdullah mengajarkan rohani sekalian para sahabat dan
manusia yang hidup zaman itu tentang sebuah kebenaran yang hakiki.
Guru Agama mengajarkan kita membaca al-Qur’an, menghapal hadist,
mengerti cara bersuci dan hukum-hukum agama berarti jasmani kita telah
belajar dan mengerti tentang agama sedangkan rohani kita belum. Ilmu
untuk meng-Islam-kan manusia itu sangat gampang, dengan mengucapkan
syahadat dengan keyakinan dalam hati maka dia sudah termasuk ke dalam
Islam sedangkan untuk mengsyahadatkan rohani (Islam secara rohani)
diperlukan ilmu yang berbeda dengan cara mengajarkan jasmani.
Sama halnya dengan menyebut nama Tuhan, semua orang mengerti cara
melafalkan nama Tuhan, melakukan zikir bersama, itu perkerjaan sangat
mudah bahkan anda tidak harus menjadi seorang alim untuk bisa menyebut
nama Tuhan. Siapapun di muka bumi ini sangat mudah menyebut nama Allah
bahkan orang atheis sekalipun, tapi apakah rohani nya sudah bisa
menyebut nama Allah? Apakah rohaninya ikut menyebut nama Allah?
Ini menjadi renungan untuk kita semua, sudahkan kita ber-Islam secara Jasmani dan Rohani?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar