BANTUAN ITU DATANG SETELAH SHALAT TAHAJUD
” Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’ (Al
Baqarah 45) “
Sore menjelang maghrib beberapa hari lalu,
istriku terlihat resah. Beberapa kali mondar-mandir dari dapur ke ruang
tamu. Raut wajahnya tampak kalut. Karena penasaran, saya pun bertanya
kepadanya. “Ada apa toh umi. Dari tadi ko terlihat bingung?”.
“Anu, Abi. Beras di dapur sudah habis. Bingung besok enggak ada yang
dimasak,” jawabnya sambil menunjukkan karung beras yang sudah kosong
melompong.
Kekhawatiran istriku bisa dimaklumi. Pasalnya, jika
besok tidak ada beras yang dimasak, maka tiga belas anak yayasan yang
kami asuh terancam bakal tidak makan. Itu berarti, mereka akan berangkat
sekolah dengan perut kosong.
“Umi tenang saja, ya. Meski beras
sudah tidak ada, tapi kita masih punya satu malam untuk shalat tahajud
dan meminta kepada Allah,” kataku menenangkan dengan penuh kenyakinan.
“Iya abi, umi yakin. Semoga saja Allah yang Maha Pemberi rezeki
berkenan membantu kita,” harapnya meski kekalutan masih tergambar di
wajahnya.
Malam harinya, pukul 2.30 dini hari saya dan istri
bangun. Sekitar sepuluh menit berwudhu dan memakai pakaian shalat.
Setelah itu membangunkan anak-anak yang sedang tidur pulas. Cukup sulit
juga membuat mata mereka melek. Meski sudah dipukul pelan dengan sajadah
dan kata-kata “Shalatul lail” berulang kali, tetap saja mereka tidak
bangun-bangun.
Parahnya lagi, bila ada yang sudah bangun, tak
jarang yang tidur lagi. Cukup lama memang agar mau membuka mata mereka
melek dan langsung mengambil air wudhu. Mungkin karena masih kecil-kecil
jadi sulit dibangunkan. Tapi, setelah sekitar 15 menit dan beberapa
kali dibangunkan, akhirnya mereka pun semua bangun.
Sembari
menunggu mereka siap-siap, saya dan istri shalat lebih dulu. Biasanya,
mereka akan menyusul shalat. Dalam suasana syahdu di sepertiga malam itu
saya pun berdoa dan memohon kepada Allah SWT. Kedua tangan
kutengadahkan ke langit. Istri dan anak-anak mengamini meski dengan mata
merem-melek menahan kantuk.
“Ya Allah, Engkau Maha Kaya.
Berilah rezeki yang halal dan berkah untuk kami ya Allah. Kami tidak
memiliki apa-apa kecuali dari-Mu. Jika ia ada di langit, turunkanlah,
jika di bumi keluarkanlah, jika kotor sucikanlah. Terdengar suara amin
para santri. Air mataku meleleh.
Subhanallah. Pagi sekitar
pukul 10.00 tiba-tiba datang seseorang perempuan membawa empat karung
beras. Entah tahu dari mana, tapi kata perempuan itu ia sengaja mencari
yayasan di daerah itu, Sidoarjo, Jawa Timur. Yayasan kecil kami terletak
jauh di dalam gang. Tak banyak orang tahu. Selain itu, di sekitar juga
banyak yayasan lain jauh lebih besar dan terkenal.
Saya yakin, ia dikirim oleh Allah. Dan saya yakin, itu jawaban atas doa anak-anak yayasan semalam.
“Subhanallah, ternyata betul ya Abi. Allah pagi ini buktikan janji-Nya,” kata istri setelah mengantar dermawan itu pulang.
Sejak itu, saya dan istri makin yakin kekuatan shalat malam. Shalat
malam bisa menjadi senjata untuk mengundang pertolongan Allah setiap
saat dan dalam kondisi apapun.
Sejak saat itu pula, saya, istri
dan seluruh penghuni yayasan melakukan shalat tahahud tiap malam. Dan
ternyata, hingga kini Allah selalu mencukupi kebutuhan kami. Kami tidak
pernah kelaparan. Pertolongan seperti itu juga sering kami alami.
Pernah suatu saat, tiba-tiba seseorang datang jauh-jauh dari Malang.
Kata lelaki yang memiliki salon itu, ia bermimpi disuruh untuk
memberikan sedekah ke sebuah yayasan di daerah tersebut.
Ciri-ciri yayasan itu, katanya kecil dan ustadz pemangkunya berbadan
kurus. Maka, dicarilah yayasan yang dimaksud dalam mimpinya itu. Tapi,
sudah dicari-cari tak jua ketemu. Ketika menemui yayasan kami, yakinlah
orang tersebut jika yayasan itu yang ada dalam mimpinya.
“Iya,
ini pesantrennya yang ada dalam mimpi saya,” katanya. Meski berkali-kali
saya pertanyakan jangan-jangan bukan yayasan ini yang dimaksud, tapi ia
tetap bergeming. Ia pun memberi uang Rp 2 juta rupiah.
Tidak
hanya itu. Pernah juga ada kejadian serupa. Ceritanya, ada seseorang
nyasar yang ingin memberi bantuan. Ia sebenarnya ingin memberi sedekah
ke yayasan lain. Tapi, entah kenapa, ia justru datang ke yayasan kami.
Saya pun menjelaskan jika yayasan ini bukan yang ia maksud dan
memintanya agar menyalurkan sedekahnya ke yayasan semula.
Tapi,
meski sudah berkali-kali dibujuk, ia tetap saja bersikukuh. “Sudah,
sedekah ini saya berikan untuk yayasan ini saja,” paparnya. Karena tak
bisa menolak, sedekahnya pun kami terima. Dalam hati saya berucap
dengan sedikit bergurau: “Ternyata, malaikat pinter juga ya mengalihkan
orang berbuat baik.”
Saya sendiri sudah beberapa tahun menjadi
pengasuh di yayasan Islam di Sidoarjo milik salah satu ormas Islam.
Yayasan itu belum terlalu besar. Gedungnya saja masih milik orang lain,
hanya disuruh menempati saja. Ada tiga belas anak yang masih sekolah,
dari bangku SD hingga SMA. Mereka dari berbagai daerah, ada dari
Sidoarjo sendiri, Balikpapan, Madura, Semarang, Surabaya, dan deerah
lainnya.
Seperti yayasan pada umumnya, pembiayaan gratis dan
berasal dari umat Islam. Tapi, kendati demikian, saya tak pernah
khawatir Allah telantarkan kami. Karena itu, agar Allah tak pernah sepi
menolong, maka tiap malam kami harus sering meminta dan menagih
janji-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar