Delapan Golongan Manusia Fasik Yang Mencintai Dunia
Ketika ajal menjemput, maka siapapun manusia itu akan merindukan
sesuatu yang sangat dicintai ketika masih menjalani hidup di dunia.
Setidaknya, Quran telah memberikan gambaran kepada umat manusia bahwa
ada delapan golongan manusia yang lebih mencintai dirinya daripada
mencintai Tuhannya.
Siapa saja orang-orang yang termasuk paling
mencintai kehidupan dunia, ketika ajal mendekat maka apa yang dicintai
itulah yang akan datang menggoda, dengan itu dia dimatikakan dan dengan
itu pula dia dibangkitkan dihari kemudian setelah Padang Mahsyar
terbuka. Jika seseorang mencintai musik alunan gitar, ketika ajal
menjemput maka dia sangat ingin mendengar petikan gitar untuk terakhir
kalinya. Dan begitu pula ketika dia dibangkitkan di hari kemudian, benda
yang dicintai itu akan mengiringi hingga membuat diri tersiksa.
Delapan Golongan Manusia Fasik
Quran menyebutkan, ada delapan golongan manusia yang mencintai
kehidupan dunia sebagai tanda-tanda orang yang fasik, jika mencintainya
lebih dari mencintai Allah dan Rasul maka mereka tidak akan mendapat
petunjuk dari Allah.
Katakanlah: "jika bapa-bapa,
anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya,
dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah
dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai
Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik (At-Tawbah 9:24)
Ayat diatas
telah dijelaskan beberapa orang-orang yang termasuk fasik dan tidak akan
mendapat petunjuk daripada-Nya. Bagaimana kehidupan mereka ketika
menjalani dunia dan siapa saja delapan golongan manusia tersebut?
Anak-Anak Yang Mencintai Sosok Ayah
Dewasa ini, sudah sangat jelas terlihat anak-anak yang mencintai orang
tua (khususnya Ayah), tidak perduli apakah dia seorang ayah kandung,
bapak rakyat, bapak bangsa ataupun petinggi suatu golongan. Walaupun dia
nakan kandung ataupun anak bangsa, sudah jelas bahwa orang yang dipuja
tersebut tidak berhasil memimpin anak bahkan memimpin bangsa (umat dan
golongan). Bahkan, setelah ajal menjemput sang ayah, anak-anak tersebut
masih saja mengagungkan sosok ayah yang mereka anggap berhasil merubah
bangsa ataupun suatu golongan.
Manusia diperbolehkan mencintai
seorang ayah atau bapak bangsa jika sosok tersebut terkenal alim,
bijaksana, mampu membangkitkan semangat jihad dalam mendirikan kebenaran
Islam ditengah umat Muhammad. Dan semua itu karena Allah dan bukan
digunakan untuk merebut kedudukan jabatan dunia dengan menumpang
ketenaran almarhum ayahnya. Jangan sesekali meng-kultus-kan dalam
mencintai almarhum, tetapi digunakan untuk meneruskan cita-cita yang
belum terselesaikan dalam mengembangkan akidah Islam.
Golongan
manusia ini kelak tidak akan sanggup bertahan di alam barzah, ketika
malaikat bertanya "Siapa Tuhanmu?" mereka tidak sanggup menjawab "Allahu
Rabbi". Karena semasa hidupnya, kepentingan dunia menjadi prioritas
utama dan mencintai sosok sang Ayah melebihi daripada cinta kepada
Tuhannya.
Orang Tua Yang Lebih Mencintai Anak-Anak
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan kemajuan zaman, maka para
orang tua berusaha keras memberikan pendidikan terbaik bahkan kebutuhan
hidup sang anak segalanya terpenuhi. Orang tua saat ini sebagian besar
lebih mencintai anak-anaknya daripada mencintai sang Pencipta.
golongan manusia, ibu dan anak
Bagi mereka yang mampu memberikan pendidikan lebih tinggi dengan
mengirimkan anak-anaknya ke luar negeri untuk menempuh ilmu terbaik.
Tidak perduli apakah itu pendidikan dunia ataupun pendidikan agama,
tetapi konsep yang diharapkan terkadang tidak membawa kejalan yang baik.
Jika anak-anak mereka mempelajari agama, maka pengetahuan hanya sebatas
syariat fiqih mengenal halal haram, pahala dan dosa, surga dan neraka,
sedangkan ilmu yang berkaitan dengan mengenal Allah seperti penyucian
hati dari kotoran tidak ada sama sekali.
Pada titik ini, para
orang tua menganggap perkembangan sang anak sudah sesuai dengan
harapannya. Padahal sama sekali apa yang diperbuat sang anak tidak
mendapatkan ridho dari Allah.
Serulah (manusia) kepada
jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (An-Nahl 16:125)
Jangan mencintai anak lebih daripada mencintai Allah dan Rasulullah,
sikap ini telah lari daripada akidah Islam. Cintai dan sayangi anak-anak
yang masih berada dijalan akidah Islam dan bersyukur kepada Allah yang
telah memberi rahmat dan karunia kepada kita. Dihari kemudian, orang tua
yang mencintai Allah akan sanggup mengucapkan "Allahu Rabbi".
Lebih Mencintai Saudara
Sifat manusia adalah socio, kita tidak akan mampu hidup sendiri
melainkan butuh bantuan orang lain terutama bantuan ayah dan ibu sebagai
orang tua yang membesarkan kita. Diantara saudara kita yang hidup di
dunia, mungkin mereka ada yang memiliki pangkat dan jabatan penting,
memiliki harta dan barang mewah, sehingga hidup saudara-saudara yang
lain menjadi terangkat derajatnya.
Jangan sesekali mencintai
saudara-saudara yang memiliki posisi penting lebih daripada kita, tidak
perduli apakah mereka saudara satu suku ataupun golongan. Mencintai
mereka lebih daripada mencintai Allah, ketika golongan manusia ini
berada di alam barzah tidak akan mendapat petunjuk dan tidak sanggup
mengucapkan "Allahu Rabbi".
Suami Yang Lebih Mencintai Istri
Lelaki mana yang lebih mencintai Tuhannya daripada istri sendiri?
Sangat jarang dan mungkin diantara sepuluh ribu hanya ada satu orang
yang benar-benar berbuat demikian. Dalam hal ini, sudah pernah dibahas
tentang kisah Bal'am Baura yang lebih mencintai, lebih takut kepada
istri daripada kepada Allah. Sehingga dia mati dalam keadaan fasik dan
Allah murka kepadanya.
Didalam kubur, Allah tidak akan
menunjuki jalan kepada golongan manusia seperti ini. Mereka sesekali
tidak akan sanggup menjawab pertanyaan alam kubur, tidak bisa
mengucapkan "Allahu Rabbi".
Orang-Orang Yang Lebih Mencintai Keluarga
Didalam agama Islam, dinyatakan bahwa saudara yang sesungguhnya adalah
sesama muslim. Seandainya A beragama Islam dan merupakan saudara kandung
B, tetapi B menganut agama lain, maka pada hakikatnya ikatan lahir
batin telah terputus karena berlawanan akidah dunia dan akhirat.
Sebagai seorang muslim, seharusnya lebih mementingkan akidah Islam
daripada kepentingan lainnya yang muncul dalam keluarga. Apapun nama dan
tujuannya, sekalipun seseorang diantara keluarga sangat miskin tapi
akidah yang dijalankan benar, maka mereka inilah yang lebih tinggi
disisi Allah daripada orang-orang yang memiliki jabatan tinggi di dunia.
Umat seperti inilah yang akan mampu menjawab pertanyaan "Marrabbuka"
(Siapa Tuhanmu?).
Mereka Yang Mencintai Harta Kekayaan
Jika harta yang diperoleh berasal dari usaha yang halal tetapi lupa
bersyukur dan mengingat Allah, maka sebanyak harta yang diperoleh itu
pula yang akan menjadi kayu bakar dihari kemudian, ditambah dengan
harta-harta yang lain terlebih yang diperoleh secara khianat atau tidak
halal.
Celakalah (azab) bagi setiap pengumpat lagi
pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung, dia mengira
bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya, sekali-kali tidak!
Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah
(Al-Humazah 104:1-4)
Harta rampasan, korupsi, memeras harta
orang lain secara tak sadar ataupun penipuan, maka mereka termasuk
golongan manusia yang lebih mencintai harta daripada mencintai Allah dan
Rasul-Nya. Tidak sedikitpun bagi mereka mampu menjawab pertanyaan
"Marrabbuka".
Lebih Takut Rugi Berniaga Daripada Mencintai Allah
Sesungguhnya disisi Allah ada suatu niaga yang tidak pernah mengalami
kerugian sejak hidup di dunia hingga ke akhirat kelak. Maka perniagaan
yang dimaksud Allah sesuai dengan firman-Nya:
Hai
orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan
yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan
jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui (As-Saf
61:10-11)
Inilah seruan, panggilan dan peringatan Allah kepada
orang yang beriman, tetapi bagi orang yang tidak beriman walaupun masih
dalam keadaan muslim tentu tidak memperdulikan peringatan tersebut.
Mereka yang tidak beriman dan tetap mengikuti hawa nafsu, golongan
manusia yang lebih takut mengalami kerugian daripada mencintai Allah
dengan seruan-Nya, mereka tidak akan pernah mendapat petunjuk dan tidak
mampu menjawab "Allahu Rabbi".
Mereka Lebih Mencintai Tempat Tinggal, Rumah Idaman
Semegah apapun rumah yang kita miliki, dimana terdapat taman dan kolam
sekelilingnya, suatu masa akan meninggalkan kita sendirian di alam
barzah. Rumah yang dahulu mampu melindungi dari panas dan hujan tidak
akan mengiringi kematian. Sesekali jangan pernah mencintai rumah, villa,
atau sejenis bangunan yang berdiri diatas tanah, lebih daripada
mencintai Allah karena balasan yang akan diterima saat memasuki alam
barzah teramat pedih.
Tanah-tanah yang dihibahkan, rumah
ibadah, sekolah agama, yang didirikan atas dasar sedekah jariyah ikhlas
karena Allah semata dan mencari ridho-Nya, mereka akan diberi petunjuk
dan mampu menjawab "Allahu Rabbi".
Dan barangsiapa yang
buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih
buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar) (Al-Isra' 17:72)
Apa yang paling dicintai dimuka bumi ketika masih hidup, maka semua itu
yang akan disebut untuk menjawab pertanyaan alam kubur. Peristiwa alam
barzah sangat mengerikan bagi golongan manusia yang buta mata hatinya
terhadap akhirat ketika masih hidup di dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar