Pengertian Wudhu, Membersihkan Kotoran Hati Manusia
Pada awalnya Allah hanya menciptakan Nuur Muhammad, kemudian dari Nuur
ini diciptakan tubuh manusia dan dari Nuur ini pula diciptakan air yang
turun ke permukaan bumi sebagai alat untuk mensucikan dan membersihkan
sesuatu termasuk hadast, dengan wudhu. Hakikat air sebenarnya Nuur yang
menyucikan sifat ke-aku-an pada diri manusia untuk mengembalikannya
kepada sifat ke-Aku-an sang Maha Pencipta.
Dan Kami
turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu
menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa
menghilangkannya (Al-Mukminun, 23:18)
Sebagimana pembahasan
terdahulu, bahwa asal mula air diperkirakan ilmuwan berasal dari
hidrogen planet dalam satu sistem tata surya. Hakikatnya, air tersebut
berasal dari tujuh lapis langit yang menetap di Bumi dan menjadi ribuan
jenis bentuk. Secara garis besar beberapa jenis dapat dijadikan untuk
berwudhu yang mampu membersihkan hadast kecil dan besar.
Pengertian Wudhu, Menghilangkan Hadast Kalbu
Air yang dimaksud untuk membersihkan hadast besar dan kecil serta bisa
digunakan untuk wudhu adalah air hujan, air laut, air sungai, berasal
dari mata air, air telaga, air yang dikelola dan dibersihkan dengan obat
(seperti PAM), dan air salju. Bila seorang muslim berhadast besar dan
kecil maka wajib hukumnya untuk wudhu sesuai syarat dan rukun
sebagaimana yang telah ditetapkan hukum syara'.
pengertian wudhu
Apa sebenarnya pengertian wudhu? Jika seorang muslim hendak
menghilangkan hadast maka cukuplah dia membersihkan diri dengan mandi.
Apa yang bisa dihilangkan dengan wudhu bukan hadast atau kotoran yang
melekat pada tubuh (fisik) manusia, melainkan hadast yang berada pada
kalbu (hati) seorang muslim. Dengan wudhu maka seseorang telah
membersihkan hatinya dari sifat ke-aku-an (kesombongan) yang merasakan
nikmat melihat, mendengar, merasakan, mencium, dan berjalan di permukaan
bumi. Suatu hal yang fatal adalah nikmat bersetubuh dimana secara
hakikat kenikmatan itu tidak hanya menguasai tubuh, tetapi juga meliputi
kenikmatan batin. Dan Allah telah memperingatkan 31 kali kepada manusia
dalam firmanNya "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah kamu dustakan?"
(Ar-Rahman)
Menghilangkan hadast dalam wudhu tak lain adalah
menghilangkan hadast pada batin, dosa yang melekat disetiap tubuh
manusia. Asal hadast itu berasal dari manusia sendiri dimana mereka
tidak memahami ilmu Tauhid, manusia merasa mengenal hukum syariat dan
ahli dibidang hukum agama tetapi lalai dalam memahami makna pengertian
wudhu. Jika secara syariat, mandi dengan sabun justru lebih bersih
dibandingkan dengan wudhu yang hanya membasuh tangan, wajah dan kaki.
Bagaimana dengan hati? Apakah sudah dibersihkan?
Maka
pengertian wudhu sebenarnya tidak membuat seorang muslim mengalami
kesulitan, jika tidak ada air maka mereka diperbolehkan tayamum. Karena
sebenarnya yang di-suci-kan itu adalah hati, bukan tubuh (fisik)
manusia. Banyak orang tidak memahami, bahkan menghabiskan banyak air
dalam wudhu dan justru hal ini adalah mubazir yang menyia-nyiakan nikmat
Allah.
Air di alam semesta bersifat nyata tetapi sifatnya
rapuh, menyegarkan, menyejukkan, membersihkan segala kotoran, dan
sifatnya mengalir ketempat terendah. Karena sifatnya yang selalu
merendah maka hendaknya manusia membersihkan hati mereka dengan air, dan
jika menghadap kepada Allah maka sifat itu yang akan dibawa dan bukan
kesombongan diri.
Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap
berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan
memberi minum kepada mereka air yang segar (Al-Jin, 72:16)
Mengapa harus hati (kalbu) yang dibersihkan dengan wudhu? karena kalbu
adalah tempat untuk memahami tanda-tanda kesempurnaan, kesempurnaan,
kebesaran dan keindahan segala ciptaan Allah. Jika Anda hendak wudhu
maka sebaiknya sebelum menyentuh air mengucapkan doa 'Ya Nurani Min
Nurillah' agar wudhu tersbut mendapatkan hakikat sempurna, sementara
tata cara sesuai dengan syariat Islam yang telah berlaku.
Ketika menyeru kalimat itu, pandangan batin manusia adalah untuk
mengembalikan sifat kesombongan, kembalilah dirimu kepada asal kejadian
daripada Nuur Muhammad yang tercipta dari Nuur Zat Allah. Dengan cara
ini, insya Allah pandangan batin akan terhapus dari sifat diri yang
tercipta dari tanah, yang ada hanya yang memuji dan yang dipuji (Zat
Allah).
Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh
mereka, akan tetapi Allah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang
melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah
berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan
kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(Al-Anfal, 8:17)
Begitulah di zaman rasul, seluruh perbuatan yang terlihat adalah
perbuatan manusia tetapi sebenarnya perbuatan itu merupakan Af'al Allah.
Demikian pula ayat diatas juga menjelaskan hal yang sama seperti dalam
pengertian wudhu yang mengangkat hadast adalah Af'al Allah secara zahir
kepada fisik manusia, tetapi sebenarnya bukan tubuh yang dibesihkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar