Ketika Muhammad berusia empat belas tahun, dia bertemu dengan seorang
pendeta Buhaira di kota Bushra, Suriah, selama perjalanan menemani
pamannya Abu Thalib. Buhaira, adalah orang yang pertama kali membuka
tabir rahasia Khatamannubuwah. Kisah pertemuan antara Muhammada dan
Buhaira dituliskan dalam karya sejarah Muslim awal seperti Ibn Hisham,
Ibn Sa'ad Al-Baghdadi, dan Muhammad Ibn Jarir Al-Tabari, ketiga cerita
ini memiliki versi berbeda.
Pendeta Buhaira tinggal diantara
kota Mekah dan Syam yang menjadi jalan kafilah pedagang maupun musafir,
dimana tempat tinggalnya merupakan suatu Oase (mata air yang dikelilingi
pohon yang subur) sehingga menjadi tempat persinggahan bagi mereka yang
melakukan perjalanan antara Mekah dan Syam. Kebanyakan orang-orang yang
singgah ke Oase Buhaira menyempatkan diri untuk mengambil air dan
minuman untuk hewan kendaraan mereka, sekaligus sebagai tempat
istirahat.
Pendeta Buhaira Temukan Calon Nabi Akhir Zaman
Ketika Muhammad berusia empat belas tahun, saat itu dia dalam
pemeliharaan pamannya ( Abu Thalib, ayah Sayyidina Ali) dan dibawa
berniaga ke negeri Syam. Seperti biasa, atau hal ini telah menjadi
tradisi dalam perjalanan niaga, mereka singgah di Oase milik pendeta
Buhaira.
tempat buhaira
Buhaira dikenal sebagai
pendeta yang memiliki injil Barnabas asli dan mempunyai catatan penting
tentang tanda-tanda kelahiran Nabi akhir zaman, dimana nabi ini telah
dinantikan kelahiran dan kedatangannya. Dalam catatan itu, Bukhaira
membuat deskripsi untuk membenarkan keseluruhan tanda-tanda yang dibawa
oleh nabi terakhir yaitu:
Seorang keturunan Arab Quraisy dari kota Mekah
Seorang anak Yatim Piatu
Dia tidak mau dihadapkan dengan menyebut nama sembahan buatan manusia selain Allah
Wajahnya bersinar, seakan-akan memancarkan cahaya
Seorang yang diberi nama Ahmad (Muhammad)
Binatang buas yang berhadapan dengannya akan takluk dan tunduk
Ketika dia berjalan dibawah terik panas matahari, maka awan akan selalu menutupinya dari sengatan matahari tersebut
Di belakangnya bulu-bulu roma yang halus bertuliskan "Allahu
wahdahu laa syariika lahu wa Muhammadan 'abduhu warasuluhu, tawajjahu
haitsu syi'ta fainnaka manshuro"
Katika dia masih kecil pernah didatangi oleh Malaikat Jibril dan memebedah dadanya
Ini hanya sebagian dari garis besar tanda-tanda nabi akhir zaman yang
tertulis dalam catatan Buhaira, dan masih banyak lagi keterangan lain
yang sempat di himpun. Buhaira memang seorang pendeta yang benar-benar
menanti kelahiran Nabi akhir zaman, setiap hari ia duduk di beranda
rumahnya yang menghadap ke kota Mekah. Berharap bahwa utusan yang
ditunggu-tunggu hadir di masa itu sehingga dirinya bisa mengikuti ajaran
yang dibawa nabi terakhir.
Orang-orang (Yahudi dan
Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal
Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya
sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka
mengetahui (Al-Baqarah, 2:146)
Saat itulah, ketika Abu Thalib
membawa Muhammad akan singgah ke Oase miliknya, dia melihat gumpalan
awan yang bergerak menuju Oase sedangkan gumpalan awan lain bergerak
kearah lain. Tetapi rombongan kafilah belum jelas terlihat dimatanya.
Beberapa saat kemudian tampak suatu rombongan kafilah yang menuju ke
tempatnya dan semakin jelas awan yang mengiringi rombongan unta dan
kafilah yang membawa dagangan dipimpin Abu Thalib. Abu Thalib sendiri
telah lama menjadi langganan persinggahan untuk mendapatkan air dan
persediaan makanan di Oase Buhaira.
Pendeta Buhaira melihat
seorang remaja belasan tahun diatas seekor unta dan awan tersebut
berhenti bergerak dan tetap melindungi rombongan kafilah tersebut.
Ketika Abu Thalib menemui Buhaira, awan tersebut tetap berada diatas
Oase karena Muhammad tinggal seorang diri dan menjaga unta-unta kafilah.
Melihat hal tersebut, Buhaira mulai berdebar jantungnya, dia sangat
yakin bahwa yang ada dihadapannya adalah calon nabi akhir zaman.
Dan sudah menjadi kebiasaan kafilah yang singgah ditempat tersebut
untuk dapat menerima makanan dan minuman yang disediakan Buhaira, tapi
Muhammad tidak diajak makan bersama rombongan. Melihat hal ini, Buhaira
menegur Abu Thalib dan menanyakan padanya 'mengapa anak tersebut tidak
diajak makan bersama'. Abu Thalib menjawab 'menurut adat kebiasaan
Mekah, seharusnya orang tua lebih dahulu makan dan minum kemudian
anak-anak menyusul setelahnya'. tetapi pendeta Buhaira menampik dan
mengatakan bahwa hal itu hanya adat kebiasaan Mekah, tidak berlaku di
tempatnya dimana semua orang harus makan dan minum bersama.
Kemudian Buhaira memanggil Muhammad atas izin pamannya, Abu Thalib. Dan
ketika Muhammad bergerak menuju rumah tempat makan dan minum, awan
diatasnya pun bergerak mengikuti langkah Muhammad, dan awan itu berhenti
ketika menutupi rumah persinggahan. Buhaira semakin kuat keyakinannya,
inilah utusan yang sudah ditunggu-tunggu selama puluhan tahun masa
hidupnya.
Biasanya, setelah kafilah makan dan minum mereka
membayar biaya dan meneruskan perjalanan ke negeri Syam. Tapi Buhaira
berpikiran lain, agar Abu Thalib menginap satu malam dan membatalkan
perjalanan, maka Buhaira berdalil ada perampokan besar-besaran di malam
hari, dan atas pertimbangan itu Abu Thalib menangguhkan perjalanan
mereka dan menunggu keesokan hari.
Setelah malam tiba,
rombongan kafilah mulai beranjak istirahat sedangkan Abu Thalib masih
berbincang dengan Buhaira. Kemudian Buhaira menanyakan pada Abu Thalib
'siapakah anak yang dibawanya itu'. Abu Thalib awalnya mengatakan bahwa
itu adalah anaknya tetapi Buhaira tidak percaya, setelah didesak
akhirnya dikatakan bahwa anak itu adalah anak saudaranya (Abdullah) yang
telah tiada ketika Muhammad dalam kandungan ibunya (Aminah), dan ibunya
pun telah tiada ketika dia berusia enam tahun.
Untuk
menyelidiki lebih lanjut tentang keyakinan Buhaira, dia meminta Muhammad
mendekat kepadanya atas izin Abu Thalib dan berkata "Wahai anakku,
siapa namamu?"
"Namaku Muhammad" jawabnya.
"Demi Latta dan Uzza, aku ingin bertanya kepadamu anakku" ucap Buhaira kepada Muhammad.
Mendengar pendeta itu menyebut sesembahan Quraisy (Latta dan Uzza) maka
Muhammad menjawab "Jika pendeta bersumpah dengan nama Latta dan Uzza,
aku tidak akan menjawab pertanyaan itu!"
"Baiklah. Demi Allah yang
menciptakan langit dan bumi, aku akan bertanya kepadamu" Maka maksud
Buhaira tak lain hanya menguji kebenaran ciri-ciri calon nabi akhir
zaman, dan dia tidak sudi mendengar sumpah atas nama selain Allah, dan
semakin jelas apa yang diyakini Buhaira.
Buhaira juga bertanya
mengenai hewan buas yang pernah menghampiri Muhammad ketika masih dalam
asuhan ibu susu Halimatussa'diyah. Saat itu Muhammad sedang mengembala
domba bersama teman sebayanya, datanglha seekor macan ke tengah-tengah
kumpulan domba. Semua teman-temannya berlari ketakutan, tetapi Muhammad
mendatangi macan tersebut dan mengelus-elus kepalanya, dan macan
tersebut menjilat-jilat tangan Muhammad seperti anaknya sendiri.
Demikian pula Muhammad menceritakan tentang dua orang yang datang
kepadanya diwaktu mengembala domba, mereka membaringkan tubuh serta
membelah dadanya, dimana peristiwa ini juga terlihat oleh teman-temannya
yang lari ketakutan. Sejak itu dia dikembalikan oleh keluarga
Halimatussa'diyah kepada kakeknya, Abdul Muthalib.
Khatamannubuwah, Lambang Ke-Nabi-an
Kisah yang diceritakan Muhammad semakin menambah keyakinan pendeta
Buhaira, dan hanya tinggal satu bukti yang belum diperiksa yaitu bagian
belakang diantara deua urat belikat, dimana tersusun rapi tanda
ke-nabia-an terakhir (khatamannubuwah) "Allahu wahdahu laa syariika lahu
wa Muhammadan 'abduhu warasuluhu, tawajjahu haitsu syi'ta fainnaka
manshuro"
Buhaira menaikkan jubah yang dipakai Muhammad, dia
merinding, seluruh perasaan yang bercampur antara terpuaskan, terharu,
takut dan berharap, karena dia melihat dengan jelas tanda ke-nabia-an.
Buhaira menangis dan merangkul Muhammad seraya berkata "Wahai anakku
Muhammad, engkaulah calon Nabi akhir zaman yang sedang ditunggu-tunggu
orang seperti diriku, jika engkau telah diberi wahyu oleh Allah maka
sampaikanlah padaku, akulah yang akan mengikutimu!"
Khatamannubuwah, tanda nabi muhammad
Sesungguhnya lambang Khatamannubuwah telah dilupakan hampir semua
orang, dimana pendeta Buhaira mengatakan bahwa ciri-ciri lambang
ke-nabi-an itu adalah kalimat yang tertulis dalam lingkaran dan segitiga
yang berada dibawah setengah lingkaran.
Buhaira berpesan
kepada Abu Thalib agar rahasia ini jangan terbongkar sebelum Muhammad
diangkat menjadi Nabi dan Rasul terakhir. Jika terbongkar maka Muhammad
akan dibunuh kaum Yahudi dan Nasrani sebelum diberi wahyu. Menurut
riwayat, Buhaira lebih dahulu wafat sebelum dirinya menjadi pengikut
Muhammad, dengan kata lain dia tidak sempat menyaksikan Muhammad sebagai
Nabi dan Rasul akhir zaman.
subhanallah... sangat bermanfaat. saya minta ijin rencana tak posting di blog saya juga trims
BalasHapus