AJARAN 36
Jadikanlah hidup setelah mati itu sebagai uang modal kamu dan hidup di
dunia ini sebagai keuntungannya. Pergunakanlah waktumu, pertama-tama,
untuk hidup setelah mati. Jika ada waktu yang lebih, maka pergunakanlah
waktu itu untuk kehidupan duniamu. Janganlah kamu menggunakan hidupmu di
dunia ini sebagai uang modal dan hidup setelah mati sebagai keuntungan,
di mana kamu memanfaatkan waktu lebihmu
itu untuk hidup setelah mati, di samping menunaikan shalat lima waktu;
seakan-akan mengubah semuanya di dalam satu gerakan, memasukkan
bagian-bagiannya dan merusakkan susunannya, tanpa ruku dan sujud serta
tanpa thuma’ninah; atau apabila kamu merasa penat dan letih, kamu tidur
dengan membiarkan segalanya tidak terpelihara; seperti mayat di waktu
malam yang pada siang harinya memuaskan nafsu kebinatangannya dan nafsu
iblisnya. Jangan pula kamu menjual akhiratmu untuk duniamu dan kamu
menjadi hamba nafsu kebinatanganmu.
Kamu diperintahkan untuk
menguasai hawa nafsu kamu dan membawa diri kamu ke jalan yang lurus dan
benar. Tetapi kamu membiarkan diri kamu dikuasai hawa nafsu iblis,
sehingga merugilah kamu di dunia ini dan di akhirat kelak kamu akan
diazab dengan api neraka. Di hari perhitungan kelak, kamu akan menjadi
orang yang paling miskin dan paling merugi serta segala apa yang kamu
kumpulkan untuk duniamu hilang lenyap dari sisimu. Maka benar-benar kamu
menjadi orang yang merugi. Sebaliknya jika kamu mengikuti jalan akhirat
dan menjadikannya sebagi uang modal, maka kamu akan beruntung di dunia
dan di akhirat, serta apa yang ditakdirkan untuk kamu di dunia ini akan
datang kepadamu dan kamu mendapatkan keselamatan dan dihormati.
Nabi pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah akan memberi keselamatan
kepadamu dalam kehidupan duniamu, jika kamu menunjukkan niatmu di
akhirat. Tapi, keselamatan akhirat tidak akan diberikan, jika niatmu
kamu tujukan ke kehidupan dunia.”
Niat yang ditujukan ke
akhirat itu adalah keta’atan kepada Tuhan, karena niat itu ialah jiwa
ibadah. Oleh karena itu, apabila kamu ta’at kepada Allah dan
mengharapkan akhirat, maka kamu akan menjadi orang yang dipilih oleh
Allah dan masuk ke dalam golongan orang-orang yang ta’at dan cinta
kepada Allah serta kehidupan akhirat akan kamu dapati, yaitu surga dan
kedekatan kepada Allah. Kemudian, dunia ini akan mengabdi kepadamu dan
segala sesuatu yang telah ditentukan untuk kamu, pasti akan kamu terima
sepenuhnya, karena segala sesuatu itu tunduk kepada Allah Yang Maha
Menguasai segalanya.
Jika kamu terlena dan tenggelam di dalam
kehidupan dunia dan tidak lagi mau memperhatikan kehidupan akhiratmu,
maka Tuhan akan murka kepada kamu. Kamu tidak akan mendapatkan akhirat
dan dunia tidak akan takluk kepadamu. Kamu merasakan kesulitan di dalam
mendapatkan bagian-bagian yang telah ditentukan untukmu, karena Allah
murka kepadamu, sedangkan semua yang tersebut itu sebenarnya adalah
kepunyaan Allah belaka. Barangsiapa mendurhakai Allah, maka Allah akan
menghinakannya.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Dunia dan akhirat
itu bagaikan sepasang suami istri. Jika kamu melayani salah seorang saja
di antara keduanya, maka yang lainnya akan marah kepadamu.”
Allah SWT berfirman, “… di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia
dan di antara kamu ada yang menghendaki akhirat…” (QS 3:152)
Orang yang menghendaki dunia saja disebut ahli dunia dan orang yang
menghendaki akhirat disebut ahli akhirat. Perhatikanlah diri kamu,
termasuk golongan manakah kamu ? Dalam dunia ini, ke dalam golongan
manakah di antara dua ahli itu kamu ingin termasuk ? Ketika kamu berada
di alam akhirat, sesudah mati nanti, kamu akan megetahui bahwa sebagian
di antara kamu masuk ke dalam surga dan satu golongan lagi masuk ke
dalam neraka. Dan ada satu golongan manusia lagi, yaitu yang tetap
tinggal di tempatnya sambil menjalani perhitungan dan pembicaraan. Satu
hari di sana, menurut firman Tuhan, seperti 15.000 tahun di dunia. Ada
pula satu golongan manusia yang duduk di tempat makan sambil makan
makanan yang enak-enak, buah-buahan, manis-manisan yang lebih putih
daripada es, sebagaimana diriwayatkan di dalam hadits, “Mereka akan
melihat tempat tinggal mereka di surga. Apabila Allah telah selesai
menanyai manusia, mereka akan memasuki surga itu. Mereka akan pergi
menuju tempat tinggal mereka, seperti halnya orang-orang di dunia ini
menuju tempat tinggal mereka.”
Mereka yang memasuki surga itu
adalah orang-orang yang meninggalkan dunia mereka dan berusaha mencapai
kebahagiaan akhirat dan Allah. Sedangkan orang-orang yang malang adalah
mereka yang tidak langsung menghiraukan akhirat dan yang menghabiskan
masa hidupnya di dunia dengan hal-hal keduniaan saja serta bimbang
dengannya. Mereka melupakan hari perhitungan mereka di hadapan Allah dan
mereka tidak mau memperdulikan Al Qur’an dan sabda-sabda Nabi.
Perhatikanlah dan kasihanilah diri kamu serta pilihlah golongan yang
lebih baik di antara kedua golongan tersebut. Hindarkanlah diri kamu
dari persahabatan dan pergaulan dengan orang-orang jahat atau setan.
Ikutilah Al Qur’an dan sunnah Nabi. Perhatikan, pikirkan dan amalkanlah
keduanya. Janganlah kamu terpengaruh oleh kata-kata kosong dan
ketamakan. Firman Allah, “Apa saja harta rampasan (fai-I) yang diberikan
Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota, maka
adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya
harta-harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan
apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS 59:7)
Janganlah kamu menentang Nabi dan jangan pula kamu mengubah peraturan
dengan berpura-pura pandai, baik dalam perbuatan kamu maupun di dalam
beribadah. Allah berfirman, “Kemudian Kami iringi di belakang mereka
dengan rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam;
dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang
yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka
mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada
mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya), untuk mencari
keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan
yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di
antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik.”
(QS 57:27)
Allah telah membersihkan Nabi-Nya dan menjauhkannya
dari yang batil. Firman Allah, “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al
Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah
wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS 53:3-4). Dengan kata lain,
firman ini bermaksud, “Apa saja yang dibawanya kepada kamu adalah dari
Aku, dan bukannya dari dirinya atau hawa nafsunya. Oleh karena itu,
ikutilah dia.”
Firman Allah lagi, “Pada hari ketiga tiap-tiap
diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (ke hadapannya), begitu
(juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara
ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu
terhadap diri (siksa)-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada
hamba-hamba-Nya.” (QS 3:30)
Jalan untuk menempuh kasih
sayang-Nya itu adalah mematuhi sabda-sabda dan perbuatan Nabi. Nabi
Muhammad SAW bersabda, “Berusaha itu adalah jalanku dan tawakal kepada
Allah itu adalah keadaanku.”
Oleh karena itu, kamu harus berada
di antara perbuatan dan keadaannya. Jika iman kamu lemah, maka
hendaklah kamu berusaha, dan ini adalah perbuatannya. Dan jika iman kamu
kuat, maka pergunakanlah keadaan kamu, yaitu bertawakal kepada Allah.
Allah berfirman, “Dan kepada Allah-lah kamu patut bertawakal.” (QS
5:26). Allah juga berfirman, “… dan barangsiapa yang bertawakal kepada
Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…” (QS 56 – 3)
Selanjutnya Allah berfirman, “Dan sungguh jika kamu meninggal atau
gugur, tentulah kepada Allah saja kamu dikumpulkan.” (QS 3:158)
Allah menyuruhmu untuk bertawakal dan berpegang teguh kepada Allah,
sebagaimana Nabi pun disuruh berbuat demikian. Nabi SAW bersabda,
“Barangsiapa berbuat sesuatu yang bukan dari perintah kami, maka
perbuatannya itu tidak akan diterima.”
Hal ini mencakup
kehidupan, perbuatan dan perkataan. Kita tidak mempunyai Nabi lagi
selain beliau yang harus kita ikuti dan tidak ada kitab, selain Al
Qur’an yang harus kita patuhi. Oleh karena itu, janganlah kamu melanggar
keduanya. Jika tidak, maka kamu akan mendapatkan kehancuran dan kamu
akan dipimpin oleh hawa nafsu kebinatangan dan iblis yang membawa ke
jalan yang sesat. Allah berfirman, “… dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah …” (QS 38:26)
Keselamatan itu terletak pada Kitab Allah dan sunnah Nabi. Sedangkan
kerusakan akan datang, jika kamu menyimpang dari keduanya. Dengan Al
Qur’an dan sunnah Nabi itulah maka si hamba dapat naik ke derajat
wilayah, badaliyyat dan ghautsiyyat.
Jadikanlah hidup setelah mati itu sebagai uang modal kamu dan hidup di
dunia ini sebagai keuntungannya. Pergunakanlah waktumu, pertama-tama,
untuk hidup setelah mati. Jika ada waktu yang lebih, maka pergunakanlah
waktu itu untuk kehidupan duniamu. Janganlah kamu menggunakan hidupmu di
dunia ini sebagai uang modal dan hidup setelah mati sebagai keuntungan,
di mana kamu memanfaatkan waktu lebihmu
itu untuk hidup setelah mati, di samping menunaikan shalat lima waktu;
seakan-akan mengubah semuanya di dalam satu gerakan, memasukkan
bagian-bagiannya dan merusakkan susunannya, tanpa ruku dan sujud serta
tanpa thuma’ninah; atau apabila kamu merasa penat dan letih, kamu tidur
dengan membiarkan segalanya tidak terpelihara; seperti mayat di waktu
malam yang pada siang harinya memuaskan nafsu kebinatangannya dan nafsu
iblisnya. Jangan pula kamu menjual akhiratmu untuk duniamu dan kamu
menjadi hamba nafsu kebinatanganmu.
Kamu diperintahkan untuk
menguasai hawa nafsu kamu dan membawa diri kamu ke jalan yang lurus dan
benar. Tetapi kamu membiarkan diri kamu dikuasai hawa nafsu iblis,
sehingga merugilah kamu di dunia ini dan di akhirat kelak kamu akan
diazab dengan api neraka. Di hari perhitungan kelak, kamu akan menjadi
orang yang paling miskin dan paling merugi serta segala apa yang kamu
kumpulkan untuk duniamu hilang lenyap dari sisimu. Maka benar-benar kamu
menjadi orang yang merugi. Sebaliknya jika kamu mengikuti jalan akhirat
dan menjadikannya sebagi uang modal, maka kamu akan beruntung di dunia
dan di akhirat, serta apa yang ditakdirkan untuk kamu di dunia ini akan
datang kepadamu dan kamu mendapatkan keselamatan dan dihormati.
Nabi pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah akan memberi keselamatan
kepadamu dalam kehidupan duniamu, jika kamu menunjukkan niatmu di
akhirat. Tapi, keselamatan akhirat tidak akan diberikan, jika niatmu
kamu tujukan ke kehidupan dunia.”
Niat yang ditujukan ke
akhirat itu adalah keta’atan kepada Tuhan, karena niat itu ialah jiwa
ibadah. Oleh karena itu, apabila kamu ta’at kepada Allah dan
mengharapkan akhirat, maka kamu akan menjadi orang yang dipilih oleh
Allah dan masuk ke dalam golongan orang-orang yang ta’at dan cinta
kepada Allah serta kehidupan akhirat akan kamu dapati, yaitu surga dan
kedekatan kepada Allah. Kemudian, dunia ini akan mengabdi kepadamu dan
segala sesuatu yang telah ditentukan untuk kamu, pasti akan kamu terima
sepenuhnya, karena segala sesuatu itu tunduk kepada Allah Yang Maha
Menguasai segalanya.
Jika kamu terlena dan tenggelam di dalam
kehidupan dunia dan tidak lagi mau memperhatikan kehidupan akhiratmu,
maka Tuhan akan murka kepada kamu. Kamu tidak akan mendapatkan akhirat
dan dunia tidak akan takluk kepadamu. Kamu merasakan kesulitan di dalam
mendapatkan bagian-bagian yang telah ditentukan untukmu, karena Allah
murka kepadamu, sedangkan semua yang tersebut itu sebenarnya adalah
kepunyaan Allah belaka. Barangsiapa mendurhakai Allah, maka Allah akan
menghinakannya.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Dunia dan akhirat
itu bagaikan sepasang suami istri. Jika kamu melayani salah seorang saja
di antara keduanya, maka yang lainnya akan marah kepadamu.”
Allah SWT berfirman, “… di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia
dan di antara kamu ada yang menghendaki akhirat…” (QS 3:152)
Orang yang menghendaki dunia saja disebut ahli dunia dan orang yang
menghendaki akhirat disebut ahli akhirat. Perhatikanlah diri kamu,
termasuk golongan manakah kamu ? Dalam dunia ini, ke dalam golongan
manakah di antara dua ahli itu kamu ingin termasuk ? Ketika kamu berada
di alam akhirat, sesudah mati nanti, kamu akan megetahui bahwa sebagian
di antara kamu masuk ke dalam surga dan satu golongan lagi masuk ke
dalam neraka. Dan ada satu golongan manusia lagi, yaitu yang tetap
tinggal di tempatnya sambil menjalani perhitungan dan pembicaraan. Satu
hari di sana, menurut firman Tuhan, seperti 15.000 tahun di dunia. Ada
pula satu golongan manusia yang duduk di tempat makan sambil makan
makanan yang enak-enak, buah-buahan, manis-manisan yang lebih putih
daripada es, sebagaimana diriwayatkan di dalam hadits, “Mereka akan
melihat tempat tinggal mereka di surga. Apabila Allah telah selesai
menanyai manusia, mereka akan memasuki surga itu. Mereka akan pergi
menuju tempat tinggal mereka, seperti halnya orang-orang di dunia ini
menuju tempat tinggal mereka.”
Mereka yang memasuki surga itu
adalah orang-orang yang meninggalkan dunia mereka dan berusaha mencapai
kebahagiaan akhirat dan Allah. Sedangkan orang-orang yang malang adalah
mereka yang tidak langsung menghiraukan akhirat dan yang menghabiskan
masa hidupnya di dunia dengan hal-hal keduniaan saja serta bimbang
dengannya. Mereka melupakan hari perhitungan mereka di hadapan Allah dan
mereka tidak mau memperdulikan Al Qur’an dan sabda-sabda Nabi.
Perhatikanlah dan kasihanilah diri kamu serta pilihlah golongan yang
lebih baik di antara kedua golongan tersebut. Hindarkanlah diri kamu
dari persahabatan dan pergaulan dengan orang-orang jahat atau setan.
Ikutilah Al Qur’an dan sunnah Nabi. Perhatikan, pikirkan dan amalkanlah
keduanya. Janganlah kamu terpengaruh oleh kata-kata kosong dan
ketamakan. Firman Allah, “Apa saja harta rampasan (fai-I) yang diberikan
Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota, maka
adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya
harta-harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan
apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS 59:7)
Janganlah kamu menentang Nabi dan jangan pula kamu mengubah peraturan
dengan berpura-pura pandai, baik dalam perbuatan kamu maupun di dalam
beribadah. Allah berfirman, “Kemudian Kami iringi di belakang mereka
dengan rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam;
dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang
yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka
mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada
mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya), untuk mencari
keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan
yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di
antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik.”
(QS 57:27)
Allah telah membersihkan Nabi-Nya dan menjauhkannya
dari yang batil. Firman Allah, “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al
Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah
wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS 53:3-4). Dengan kata lain,
firman ini bermaksud, “Apa saja yang dibawanya kepada kamu adalah dari
Aku, dan bukannya dari dirinya atau hawa nafsunya. Oleh karena itu,
ikutilah dia.”
Firman Allah lagi, “Pada hari ketiga tiap-tiap
diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (ke hadapannya), begitu
(juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara
ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu
terhadap diri (siksa)-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada
hamba-hamba-Nya.” (QS 3:30)
Jalan untuk menempuh kasih
sayang-Nya itu adalah mematuhi sabda-sabda dan perbuatan Nabi. Nabi
Muhammad SAW bersabda, “Berusaha itu adalah jalanku dan tawakal kepada
Allah itu adalah keadaanku.”
Oleh karena itu, kamu harus berada
di antara perbuatan dan keadaannya. Jika iman kamu lemah, maka
hendaklah kamu berusaha, dan ini adalah perbuatannya. Dan jika iman kamu
kuat, maka pergunakanlah keadaan kamu, yaitu bertawakal kepada Allah.
Allah berfirman, “Dan kepada Allah-lah kamu patut bertawakal.” (QS
5:26). Allah juga berfirman, “… dan barangsiapa yang bertawakal kepada
Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…” (QS 56 – 3)
Selanjutnya Allah berfirman, “Dan sungguh jika kamu meninggal atau
gugur, tentulah kepada Allah saja kamu dikumpulkan.” (QS 3:158)
Allah menyuruhmu untuk bertawakal dan berpegang teguh kepada Allah,
sebagaimana Nabi pun disuruh berbuat demikian. Nabi SAW bersabda,
“Barangsiapa berbuat sesuatu yang bukan dari perintah kami, maka
perbuatannya itu tidak akan diterima.”
Hal ini mencakup
kehidupan, perbuatan dan perkataan. Kita tidak mempunyai Nabi lagi
selain beliau yang harus kita ikuti dan tidak ada kitab, selain Al
Qur’an yang harus kita patuhi. Oleh karena itu, janganlah kamu melanggar
keduanya. Jika tidak, maka kamu akan mendapatkan kehancuran dan kamu
akan dipimpin oleh hawa nafsu kebinatangan dan iblis yang membawa ke
jalan yang sesat. Allah berfirman, “… dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah …” (QS 38:26)
Keselamatan itu terletak pada Kitab Allah dan sunnah Nabi. Sedangkan
kerusakan akan datang, jika kamu menyimpang dari keduanya. Dengan Al
Qur’an dan sunnah Nabi itulah maka si hamba dapat naik ke derajat
wilayah, badaliyyat dan ghautsiyyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar