AJARAN 49
Barangsiapa memilih tidur daripada berjaga malam untuk shalat, maka
pilihannya itu adalah pilihan yang tidak baik dan akan mematikan
hatinya, karena tidur itu sama saja seperti mati. Tidur itu tidak sesuai
dengan Allah, karena Dia tidak mempunyai cacad dan cela atau
kekurangan. Malaikat juga tidak tidur, karena mereka itu dekat kepada
Allah. Tidur juga tidak sesuai dengan orang-orang
akhirat, karena mereka itu adalah orang-orang yang suci dan mulia serta
menurut mereka tidur itu akan merusakkan keadaan kehidupan mereka. Oleh
karena itu, semua kebaikan itu terletak dalam berjaga malam dan semua
kejahatan itu terletak dalam tidur dan malas bekerja.
Orang
yang makan karena tamak, maka makannya akan banyak, tidurnya banyak,
minumnya banyak dan banyak pula kebaikan yang hilang darinya. Orang yang
makan sedikit perkara-perkara yang haram sama halnya dengan orang yang
makan banyak perkara yang halal dengan tamak dan rakus. Sebab,
benda-benda yang haram itu melemahkan dan menggelapkan iman. Apabila
iman itu sudah gelap, maka tidak ada lagi shalat, ibadah dan keikhlasan.
Barangsiapa banyak memakan barang-barang halal di luar perintah dan
kehendak Allah, maka ia seperti orang yang makan sedikit kenikmatan
ibadah dan tidak mendatangkan kekuatan. Jadi, barang-barang yang halal
itu adalah cahaya yang ditambahkan kepada cahaya, sedangkan
barang-barang haram adalah kegelapan yang ditambahkan kepada kegelapan.
Tentu saja tidak baik. Oleh karena itu, memakan barang-barang yang halal
dengan tamak dan tanpa mengikuti kehendak dan perintah Allah bagaikan
memakan barang-barang yang haram, dan ini mengakibatkan tidur yang tidak
mempunyai kebaikan.
AJARAN 50
Mungkin kamu berada dalam salah satu di antara dua keadaan ini :
1. Jauh dari Allah SWT
2. Dekat kepada Allah SWT
Sekiranya kamu jauh dari Allah, maka janganlah kamu berdiam diri saja
dan tidak mau mengejar bagian kamu berupa karunia Allah, kebahagiaan,
keselamatan dan kemajuan dari hadirat Allah di dunia ini dan akhirat
kelak. Mari ! Bangunlah dan bersegeralah menuju Allah. Tinggalkan
kemewahan dan foya-foya serta barang-barang yang haram. Bersiap-siagalah
dengan kesabaran untuk menghadapi kesulitan dan kesusahan. Jauhkan
dirimu dari manusia dan dari keinginanmu terhadap dunia atau akhirat,
agar kamu bisa ‘bersatu’ dengan Allah dan dekat kepada-Nya. Setelah itu,
barulah kamu akan mendapatkan apa yang kamu kehendaki. Kamu akan diberi
kemuliaan dan ketinggian derajat di sisi Allah. Jika kamu telah masuk
dalam golongan orang-orang yang diberi kehormatan, kasih sayang dan
rahmat oleh Allah, maka tunjukkanlah sopan santun dan ahlak yang baik
serta janganlah kamu merasa tinggi diri dengan karunia-Nya itu, agar
kamu tidak lupa kepada kewajibanmu terhadap Allah dan agar kamu tidak
cenderung kembali kepada kejahilan dan kegelapanmu semula. Firman Allah,
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat dholim dan amat bodoh.” (QS 33:72). Firman
Allah pula, “Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa
untuk kebaikan. Dan manusia adalah bersifat tergesa-gesa.” (QS 17:11)
Peliharalah hati kamu dari kecenderungan kepada apa yang telah kamu
tinggalkan berupa manusia, hawa nafsu, keinginan, usaha dan kehilangan
kesabaran, ridha dan kebersesuaian dengan Allah semasa kamu ditimpa
kemalangan dan kesusahan. Sebaliknya, hendaklah kamu menyerahkan diri
kamu kepada Allah seperti bola di kaki pemainnya, atau seperti bayi di
pangkuan ibunya, atau seperti mayat di tangan orang-orang yang sedang
memandikannya. Butakanlah mata hati kamu terhadap apa saja selain Dia,
supaya kamu tidak melihat sesuatu selain Allah, tidak ada yang wujud,
tidak ada yang memberikan mudharat, tidak ada yang memberikan manfaat,
tidak ada yang menolak pemberian dan tidak ada yang memberi pemberian
selain daripada Allah semata. Anggaplah mahluk itu, di masa kamu susah
dan menderita, sebagai cambuk Allah Yang Maha Agung yang dipukulkan
kepada kamu. Di masa kamu bahagia dan selamat, anggaplah mahluk itu
sebagai tangan Allah yang memberi rizki kepadamu.
AJARAN 51
Orang-orang yang ta’at kepada Allah itu akan menerima balasannya dua
kali. Pertama, ia meninggalkan segala sesuatu dari dunia ini yang
menuruti kehendak hawa nafsu dan mengambil apa saja dari dunia ini yang
manjadi ibadahnya kepada Allah. Apabila ia telah memusuhi dirinya dan
melawan hawa nafsunya serta keadaan ini telah berdiri kokoh padanya,
maka ia termasuk dalam golongan orang-orang yang benar dan wali Allah.
Kemudian, ia masuk ke dalam golongan Abdal dan ‘Arifin (orang-orang yang
mengetahui hakekat). Setelah itu, barulah ia diperintahkan untuk
mengambil dan berhubungan dengan keduniaan, karena di dalam dunia ini
ada bagian yang telah ditentukan untuknya yang tidak boleh ia buang.
Apabila perintah ini telah ia laksanakan, maka ia pun akan mengambil
bagiannya di dunia ini atau menerima penerangan tentang ilmu Allah. Dia
berhubungan dengan dunia dan berlaku sebagai kendaraan takdir yang telah
dilantik oleh Allah. Perbuatannya di dalam perbuatan itu, tanpa ia
melibatkan dirinya di dalamnya, tanpa ada keinginan, maksud atau usaha
dari dirinya sendiri. Ia diberi pahala, karena semua ini adalah
balasannya yang kedua dan karena ia melakukan semua itu dengan patuh
kepada perintah Allah atau sesuai dengan perbuatan Allah di dalam
perkara itu.
Mungkin ada pertanyaan, “Mengapa kamu mengatakan
bahwa orang yang mencapai derajat itu diberi ganjaran, sedangkan ia
telah mencapai tingkat kerohanian yang tinggi, telah termasuk ke dalam
golongan Abdal dan Arifin, telah menjadi orang pilihan Allah, orang yang
dikasihi-Nya dan orang yang diridhai-Nya dan telah lenyap dari manusia,
dari dirinya sendiri, dari kemauan dan keinginannya sendiri serta
segala gerak dan diamnya, segala tutur kata dan perbuatannya adalah dari
Allah semata-mata, ia merasa dirinya tidak berharga apa-apa di hadapan
kebesaran Allah dan bahkan seluruh jiwa raga dan kepunyaannya telah ia
serahkan kepada Allah ?” Mungkin pula kamu bertanya, “Bagaimana orang
seperti ini diberi ganjaran, sedangkan ia tidak meminta apa-apa kepada
Allah, ia menganggap dirinya tidak berharga apa-apa lagi dan ia adalah
hamba Allah semata-mata ?” Jika kamu bertanya seperti itu, maka
jawabannya adalah, “Memang, apa yang kamu katakan itu adalah benar.
Tetapi, Allah hendak melimpahkan berkat dan kasih sayang-Nya kepada
orang itu, dan Dia hendak memeliharanya dengan lemah lembut, penuh kasih
sayang dan keridhaan. Orang itu telah melepaskan tangannya dari segala
hal ihwal dirinya dan tidak mau meminta kesenangan di dunia ini, karena
kesenangannya telah disediakan untuknya di akhirat kelak. Ia tidak mau
manfaat yang ada pada dirinya itu dan juga tidak mau mengelakkan
mudharat dari dirinya. Sehingga ia menjadi seperti bayi yang berada di
pangkuan ibunya, yang tidak mengetahui apa-apa. Ia dipelihara dengan
kasih sayang Allah dan diberi rizki oleh-Nya.
Apabila Allah
telah melepaskan dari si hamba itu seluruh kecenderungannya terhadap
dirinya, maka Allah akan membuat hati manusia cenderung kepadanya dan
memenuhi hati mereka dengan kasih sayang untuk diberikan kepada si hamba
itu, sehingga semua orang akan mengasihi dan menyenanginya. Allah akan
memelihara hamba itu dengan sebaik-baiknya, sehingga tidak ada
sesuatupun yang dapat mempengaruhinya dan memberikan mudharat kepadanya.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW bersabda seperti yang difirmankan
Allah di dalam Al Qur-an, “Sesungguhnya kawanku adalah Allah yang
menurunkan Al Qur’an dan Dia menolong orang-orang yang baik.”
AJARAN 52
Sesungguhnya Allah akan menguji suatu golongan dari orang-orang yang
beriman yang menjadi wali-Nya, yang didekati-Nya dan yang diberi-Nya
ilmu-ilmu kerohanian, supaya mereka berdoa dan memohon kepada-Nya, dan
Dia suka menerima doa dan permohonan mereka. Apabila mereka berdoa dan
memohon kepada Allah, maka Allah memperkenankan doa dan permohonan
mereka, agar Allah menampakkan kemurahan dan keagungan-Nya kepada
mereka. Kemurahan dan keagungan-Nya itu tampak ketika si mu’min memohon
ke hadirat Allah dan mengharapkan agar doanya itu diterima.
Kadang-kadang, doa dan permohonan itu diperkenankan-Nya tidak dengan
segera, tetapi sesuai dengan takdir dan hukum Allah dan bukannya tidak
diterima. Oleh karena itu, manakala si hamba ditimpa malapetaka, maka
hendaklah ia bersabar dan memeriksa dirinya sendiri, apakah ia melakukan
dosa dan maksiat, tidak mematuhi Allah, melakukan hal-hal yang haram
dengan terang-terangan atau sembunyi-sembunyi ataukah ia menyalahkan
takdir. Sebab, ada kalanya ujian itu merupakan hukuman akibat ia
melakukan dosa. Jika malapetaka itu dihindarkan oleh Allah, maka akan
baiklah ia. Dan jika tidak, maka teruslah bersabar, memohon dan meratap
kepada Allah dengan penuh khidmat. Sebab, mungkin saja ujian itu sengaja
ditimpakan terus kepadanya, agar ia terus berdoa dan memohon
kepada-Nya. Janganlah kamu menyalahkan Allah lantaran Dia lambat
mengabulkan doamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar