AJARAN 59
Kamu berada dalam salah satu di antara dua keadaan: menderita dan
sentosa. Jika kamu menderita, maka hendaklah kamu bersabar, walaupun
dengan usahamu sendiri, ini adalah peringkat yang paling tinggi.
Kemudian hendaklah kamu memohon supaya ridha dengan qadha’ dan qadar
Allah serta lelap di dalam qadha’ dan qadar itu. Ini sesuai dengan para
Abdal, orang-orang yang memiliki ilmu kebatinan dan orang-orang yang mengetahui Allah SWT.
Jika kamu berada dalam kesentosaan, maka hendaklah kamu memohon supaya
kamu dapat bersyukur. Syukur ini dapat dilakukan dengan lidah, dengan
hati atau dengan anggota badan.
Bersyukur dengan lidah adalah
menyadarkan diri kita bahwa karunia itu datang dari Allah dan tidak
menyekutukan-Nya dengan manusia, diri kamu, usaha, kekuasaan, gerak dan
daya kamu atau orang lain, walaupun karunia itu sampai kepadamu melalui
diri kamu atau orang lain. Diri kamu dan orang lain itu hanyalah
merupakan alat Tuhan saja. Pada hakekatnya, yang memberi, yang
menggerakkan, yang mencipta, pelaku dan sumber karunia itu adalah Allah
semata. Pemberi, pencipta dan pelaku itu adalah Allah. Hal ini sama
dengan orang yang memandang baik terhadap tuan yang memberi hadiah dan
bukan terhadap hamba pembawa hadiah tersebut. Firman Allah, “Mereka
hanya mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia, sedang mereka
tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS 30:7)
Firman ini
ditujukan kepada orang-orang yang bersikap salah di dalam mensyukuri
karunia. Mereka hanya dapat melihat yang lahir saja dan tidak melihat
apa yang tersembunyi di balik itu. Inilah orang-orang yang jahil dan
terbalik otaknya. Lain halnya dengan orang-orang yang berakal sempurna,
mereka dapat melihat ujung setiap perkara.
Bersyukur dengan
hati adalah mempercayai dan meyakini dengan sesungguhnya bahwa kamu dan
apa saja yang kamu miliki seperti kebaikanmu dan kesenanganmu, lahir dan
batinmu serta gerak dan diammu ialah datang dari Allah Yang Maha Kaya
dan Maha Pemurah.
Syukur kamu dengan lisan akan menyatakan apa
yang tersembunyi di dalam hatimu, sebagaimana firman Allah, “Dan apa
saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya). Dan
bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu
meminta pertolongan.” (QS 16:53). Firman-Nya lagi, “Tidakkah kamu
perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu
apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu
ni’mat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah
tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa
Kitab yang memberi penerangan.” (QS 31:20)
Dari semua ayat
tersebut di atas, dapatlah diketahui bahwa menurut pandangan seorang
Muslim tidak ada yang memberi sesuatu selain Allah.
Bersyukur
dengan menggunakan anggota badan ialah menggunakan anggota badan itu
hanya untuk beribadah kepada Allah dan mematuhi perintah-Nya. Kamu
dilarang melakukan perintah mahluk, jika perintah itu bertentangan
dengan perintah Allah atau penentang Allah. Termasuk ke dalam mahluk ini
ialah diri kamu sendiri, kehendakmu dan lain-lain. Ta’atlah kepada
Allah yang semua mahluk takluk kepada-Nya. Jadikanlah Dia pemimpinmu.
Jadikanlah selain Allah sebagai perkara sekunder atau perkara yang
dikemudiankan setelah Allah. Jika kamu lebih mementingkan atau
mendahulukan yang lain selain Allah, maka kamu telah menyeleweng dari
jalan yang lurus dan benar, kamu men-dholim-i diri kamu sendiri, kamu
menjalankan perintah yang bukan didatangkan oleh Allah kepada
orang-orang yang beriman dan kamu menjadi pengikut jalan yang bukan
jalan orang-orang yang Allah beri nikmat.
Allah berfirman, “Dan
Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At-Taurat) bahwasanya
jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung,
telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada
kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas)nya, maka melepaskan
hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan
perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah
orang-orang yang dholim.” (QS 5:45). Dan Allah berfirman pula, “Dan
hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa
yang diturunkan Allah di dalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara
menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang
yang fasik.” (QS 5:47)
Mereka yang dholim dan melanggar
batas-batas Allah akan menempati neraka yang bahan apinya terdiri atas
manusia dan batu. Sekiranya kamu tidak tahan merasakan demam walau
sehari saja di dunia ini atau terkena panas api walau sedikit saja di
dunia ini, maka bagaimana mungkin kamu akan sanggup tinggal di dalam api
neraka ? Oleh karena itu, larilah segera dan mintalah perlindungan
kepada Allah.
Berhati-hatilah terhadap perkara-perkara tersebut
di atas, karena selama hidupmu kamu tidak akan dapat bebas dari
batas-batas Allah, baik kamu berada dalam dukacita maupun dalam
sukacita. Bersabarlah jika ditimpa dukacita dan bersyukurlah juka
menerima sukacita. Janganlah kamu marah kepada orang lain, apabila kamu
ditimpa musibah dan jangan pula kamu menyalahkan Allah serta meragukan
kebijaksanaan dan pilihan-Nya untuk kamu di dunia dan di akhirat.
Janganlah kamu berharap kepada orang lain untuk melepaskan kamu dari
malapetaka, karena hal itu akan menjerumuskan kamu ke lembah syirik.
Segala sesuatu itu adalah milik Allah dan tidak ada yang turut
memilikinya bersama Dia. Tidak ada yang memberikan mudharat dan manfaat,
menimbulkan bencana atau kedamaian dan membuat sakit atau sehat,
melainkan Allah jua. Allah menjadikan segalanya. Oleh karena itu,
janganlah kamu terpengaruh oleh mahluk, karena mereka itu tidak
mempunyai daya dan upaya. Hendaklah kamu selalu bersabar, ridha,
menyesuaikan dirimu dengan Allah dan tenggelamkan dirimu ke dalam lautan
perbuatan-Nya.
Jika kamu tidak diberi seluruh berkat dan
karunia ini, maka kamu perlu memohon kepada Allah dengan merendahkan
dirimu dan ikhlas. Akuilah dosa dan kesalahanmu serta mintalah ampun
kepada-Nya. Akuilah ke-tauhid-an dan karunia Allah. Nyatakanlah bahwa
kamu tidak menyekutukan apa-apa dengan Allah Yang Maha Esa dan ridhalah
dengan-Nya, sehingga suratan takdir dan malapetaka itu berlalu dan
dihindarkan dari kamu. Setelah tiba saat bencana itu habis, maka
datanglah kesenangan dan kesentosaanm sebagaimana terjadi kepada Nabi
Ayyub as, seperti hilangnya gelap malam dan terbitnya terang siang atau
seperti berakhirnya musim dingin dan bermulanya musim panas. Sebab,
segala sesuatu itu mempunyai batas, waktu dan matinya. Segala sesuatu
itu mempunyai lawannya. Oleh karena itu, kesabaran adalah merupakan
kunci, awal dan akhir serta jaminan kebajikan. Nabi Muhammad SAW pernah
bersabda, “Pertalian antara sabar dengan iman itu bagaikan kepala dengan
badan.”. Dan beliau bersabda pula, “Sabar itu adalah keseluruhan iman.”
Kadang-kadang syukur itu datang melalui rasa senang menikmati karunia
Illahi yang dilimpahkan kepada kamu. Maka, syukur kamu itu adalah
menikmati karunia-Nya di dalam keadaan fana’-nya diri kamu dan hilangnya
kemauan serta keinginan kamu untuk menjaga dan memelihara batas-batas
hukum. Inilah titik atau stasiun kemajuan terjauh yang bisa dicapai.
Ambillah contoh teladan dari apa yang telah kukatakan kepadamu, niscaya
jika Allah menghendaki, kamu akan mendapatkan bimbingan Allah Yang Maha
Mulia.
AJARAN 60
Awal kehidupan kerohanian
(pengembaraan kerohanian) ialah keluar dari kehendak hawa nafsu,
memasuki jalan hukum (syari’at) lalu masuk ke dalam takdir, dan setelah
itu kembali masuk ke dalam kehendak nafsu, tetapi masih berada di dalam
lingkaran hukum. Dengan demikian, kamu dapat keluar untuk memenuhi
nafsumu di dalam hal makanan, minuman, pakaian, perkawinan, perumahan,
kecenderungan dan kebebasan serta masuk ke dalam hukum-hukum (syari’at)
Allah. Hendaklah kamu mengikuti Al Qur’an dan Al Hadits.
Allah
SWT berfirman, “Apa saja harta rampasan (fai-I) yang diberikan Allah
kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota, maka adalah untuk
Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin
dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta-harta itu jangan
hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang
diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS 59:7). Allah juga berfirman,
“Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 3:31)
Kemudian kamu akan
dikosongkan dari kehendak hawa nafsumu, dirimu dan ketidakpatuhanmu
serta lahir dan batinmu; tidak ada lagi yang tinggal di dalam dirimu
selain daripada keesaan Allah dan tidak ada yang tinggal di lahir kamu
selain daripada ketaatan kepada Allah di dalam melaksanakan perintah dan
meninggalkan larangan-Nya. Ini akan melekat pada kamu, sehingga menjadi
pakaian kamu dan kekal pada kamu. Kemudian, segala tindak-tanduk,
perangai, tingkah-laku dan bahkan diam dan gerak kamu di dalam seluruh
keadaan, siang dan malam, baik di dalam perjalanan maupun bukan, di
dalam kesusahan maupun di dalam kesenangang, di dalam keadaan sehat
maupun di dalam keadaan sakit dan bahkan di dalam semua keadaan dan
waktu adalah di dalam kepatuhan dan ketaatan kepada Allah semata-mata.
Setelah itu, kamu akan dibawa menuju lautan takdir dan dikontrol oleh
takdir itu. Kamu akan terlepas dari usaha, daya dan upaya serta
kekuasaan dan kekuatan. Kamu akan mendapatkan bagian-bagianmu yang kalau
dituliskan dengan tinta, maka tinta itu akan kering dan penapun akan
tumpul, yang tidak dapat diceritakan. Ilmu tentang itu telah berlalu.
Bagian-bagianmu akan diberikan kepadamu. Kamu akan diberi perlindungan
dan keselamatan di dalam batas-batas hukum Allah, dan kamu akan
dikekalkan di dalamnya. Kamu akan bersesuaian dengan Allah. Kamu akan
senantiasa berada dalam peraturan dan hukum-hukum Allah dan Dia akan
meringankan perasaan beratmu di dalam menjalankan perintah-perintah
Allah.
Allah berfirman, “Sebagaimana (Kami telah memberi
peringatan), Kami telah menurunkan (azab) kepada orang-orang yang
membagi-bagi (Kitab Allah).” (QS 15:90). Firman-Nya pula, “…
demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian.
Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS
12:24)
Perlindungan Allah akan menemani kamu, sehingga kamu
menemui Tuhanmu dengan rahmat-Nya. Itulah bagian yang telah ditentukan
untuk kamu, dan itu adalah bagian yang ditahan untuk sampai kepadamu
ketika kamu mengembara di padang pasir kehendak hawa nafsumu, karena hal
itu akan memberatkan kamu. Jadi, kamu tidak diberati lagi. Jika tidak
ditahan, tentulah kamu akan menanggung beban yang memberatkan dan
meletihkan kamu serta menyelewengkan kamu dari maksud dan tujuanmu.
Dengan ini, kamu akan sampai ke peringkat fana’. Inilah kedekatanmu
dengan Allah dan ilmu-Nya. Kamu mendapatkan limpahan rahasia dan
berbagai ilmu. Dan kamu sampai ke lautan nur (cahaya) dan bahaya tidak
akan dapat membahayakan nur itu lagi.
Keadaan kebiasaan manusia
itu akan tetap ada sampai nyawa berpisah dengan badan. Hal ini
dimaksudkan agar ia dapat menikmati sepenuhnya bagian-bagian yang telah
ditentukan untuknya. Jika keadaan kebiasaan itu telah lenyap dari
manusia, maka manusia itu akan masuk dalam golongan para malaikat. Jika
demikian keadaannya, maka sistem yang telah ditentukan itu akan kacau
dan kebijaksanaan Allah pun akan tercacadi. Karenanya, keadaan
kemanusiaan itu akan tetap tinggal pada kamu, agar kamu dapat menikmati
sepenuhnya apa yang telah ditetapkan dan ditentukan untukmu. Nabi
Muhammad SAW bersabda, “Ada tiga perkara dari dunia ini yang aku sukai:
wangi-wangian, wanita dan kesejukan mataku di dalam shalat.”
Apabila Nabi Muhammad SAW telah lenyap dari dunia dan seisinya ini serta
bagian-bagian yang ditahan untuk sampai kepadanya semasa beliau berada
dalam pengembaraannya menuju Allah dikembalikan kepadanya, maka semua
itu akan diambil-Nya, agar beliau bersesuaian dengan Allah, ridha
terhadap perbuatan-Nya, taat kepada perintah-Nya, sifat-sifatnya menjadi
suci, rahmatnya menyeluruh dan keberkatannya bersama dengan para Aulia
dan para Nabi. Demikian pula para Wali itu berada di dalam keadaan ini.
Bagian dan kesenangan dikaruniakan kembali kepadanya setelah ia fana’,
dan semua ini masih berada dalam batas-batas hukum Allah. Menurut
istilah orang-orang sufi, ini adalah kembali dari suatu destinasi
(tempat yang dituju) menuju tempat semula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar