Laman

Kamis, 09 November 2017

Jejak Sang Sufi


Tahun 1165, awal Ibn ‘Arabî terlempar ke dunia. Tepatnya di Murcia, Spanyol bagian tenggara. Tepat pada hari kelahirannya, tanggal 28 Juli, seorang sufi besar Syekh ‘Abdul Qadir al-Jilani meninggal dunia. Spekulasi pun muncul, bahwa Ibn ‘Arabî memang dilahirkan untuk menggantikan posisi spiritual Syekh ‘Abdul Qadir al-Jilani—yang banyak dikenal sebagai seorang wali. Entah! Itu hanya spekulasi. Tapi yang jelas Ibn ‘Arabî punya kekhasan tersendiri.
Ibn ‘Arabî dikenal sebagai seorang tokoh tasawwuf-falsafi—disiplin yang menjadi arena persinggungan mistisisme Islam dengan filsafat. Karya-karyanya selalu menggambarkan persentuhan mistisisme dengan wacana filsafat—khususnya filsafat abad tengah.
Ibn ‘Arabî kecil hidup dalam keluarga yang terpandang. Ayahnya adalah seorang pejabat tinggi di istana dinasti al-Muwahhidun. Sedangkan dari jalur ibunya, Ibn ‘Arabî memiliki seorang paman bernama Yahya ibn Yughan al-Shanhaji yang juga menjadi penguasa di Tlemcen. (Addas, 2004: 43)
Dengan latar belakang keluarga terpandang, Ibn ‘Arabî memiliki peluang besar untuk mendapatkan jabatan politik. Namun, Ibn ‘Arabî ternyata bukan tipikal orang yang suka hura-hara politik. Ia menyukai jalan sunyi. Ia lalu memilih untuk menjadi seorang sufi.
Sejak jalan sunyi itu dipilihnya, ia banyak berkelana ke berbagai penjuru dunia. Dalam perjalanan itulah Ibn ‘Arabî bisa menemui orang-orang yang kelak menjadi gurunya. Ia berjalan ke Afrika Utara, Maroko, Alcazaquivir, Sevilla, Kordoba, Granada hingga kembali lagi ke kampunya sendiri, Murcia.
Tidak berhenti sampai di situ perjalanan Ibn ‘Arâbi. Ia masih meneruskan perjalanannya ke Almeria, kemudian kembali lagi ke Maroko, dan menuju Marrakech. Di Marrakech, Ibn ‘Arabî bertemu dengan Muhammad al-Marrakusyi, seorang sufi yang dikaguminya. Dari Marrakech, Ibn ‘Arabî kemudian mendatangi Maroko kembali, dan menemui sahabat lamanya Muhammad al-Hashshar, serta mengajaknya untuk menemani perjalanannya.
Dari Maroko, Ibn ‘Arabî beranjak menuju ke Timur. Tujuan utamanya adalah Mekkah dengan niat untuk menunaikan ibadah haji di sana. Namun, dalam perjalanan menuju Mekkah, Ibn ‘Arabî sering singgah di berbagai tempat. Tempat persinggahan pertamanya adalah Cairo. Dari Cairo ia masih menuju ke Palestina, dan baru ke Madinah, sebelum akhirnya menginjakkan kaki di Mekkah.
Sepanjang perjalanan itu, Ibn ‘Arabî banyak menjumpai tokoh-tokoh sufi. Semisal, ‘Abdul ‘Aziz al-Mahdawi, Abu ‘Abdillah al-Daqqaq, Ibn Hirzihim, Muhammad Ibn ‘Abdurrahman al-Tamimi al-Fasi, Abu al-‘Abbas al-‘Uryabi, dan Abu Yahya Ibn Abi Bakr al-Shanhaji. [Tentang detail perjalanan Ibn ‘Arabî bisa dilihat dalam Mencari Belerang Merah: Kisah Hidup Ibn ‘Arabî (Claude Addas, terj. Zaimul Am.: 2004)].
Puncak perjalanan Ibn ‘Arabî adalah di Mekkah. Di tempat ini, Ibn ‘Arabî akhirnya bermimpi dinobatkan sebagai Pewaris Nabi Muhammad. Dengannya, Ibn ‘Arabî menjadi mengerti rahasia-rahasia ajaran Nabi Muhammad. Dan oleh karena itu, dalam Fushûs al-Hikam, Ibn ‘Arabî menulis satu bab khusus berjudul “Hikmah Fardiyah fî Kalimat Muhammadiyah”. Di situ, Ibn ‘Arabî banyak menjelaskan tentang haqîqah muhammadiyah: masalah pokok ajaran Nabi Muhammad.
Selain itu, Mekkah juga menjadi titik balik ajaran sufisme Ibn ‘Arabî. Di tempat bersejarah ini, Ibn ‘Arabî bertemu dengan gadis jelita bernama Nizham. Ibn ‘Arabî dibuat kagum olehnya. Atas kekaguman terhadap gadis jelita itu, Ibn ‘Arabî terdorong untuk menulis sekumpulan syair yang diberi judul Tarjuman al-Asywaq (“Penafsir Kerinduan”). Kini, kumpulan syair itu sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Reynold A. Nicholson dengan judul A Collection of Mystical Odes.
Selain dalam karya terbesarnya, Futûhat al-Makkiyah (“Pencerahan-pencerahan Mekkah”), dalam Tarjuman al-Asywaq inilah Ibn ‘Arabî juga banyak menuangkan perenungannya tentang ‘cinta’: cinta kepada Nizham yang cantik jelita; dan akhirnya cinta yang melampaui kata-kata. Atas dasar ini pula, Ibn ‘Arabî dituduh mengajarkan erotisme oleh sebagian ulama Aleppo waktu itu, namun ia segera menyanggahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar