Laman

Selasa, 27 Agustus 2019

Pada Mulanya Adalah Cahaya

Yaa................................... .salam 🙏
^Pada Mulanya Adalah Cahaya^
>Semoga Allah memberimu keberhasilan dalam melakukan segala tindakan yang diridai-Nya.
>Pikirkanlah, tanamkan dalam pikiran, dan pahamilah segala yang kukatakan.
>Makhluk pertama yang diciptakan Allah swt. dari Cahaya Ilahi Yang Maha indah adalah cahaya. Muhammad saw. Dalam sebuah hadis qudsi Dia menyatakan:
“Telah Aku Ciptakan ruh Muhammad dari cahaya zat-Ku (Wajh).”
>Pemimpin kita, Rasulullah saw. pun menyatakan dalam sabdanya:
“Pertama-tma Allah menciptakan ruhku, yang diciptakan-Nya sebagai cahaya Ilahi.”
“Pertama-tama Allah menciptakan Pena.”
“Allah pertama-tama menciptakan akal.”
>Ciptaan pertama yang dimaksudkan dalam hadis-hadis itu adalah hakikat Muhammad, yang dirahasiaskan. Seperti Tuhannya, Muhammad juga memiliki nama-nama yang indah. Ia diberi nama Nur, Cahaya Ilahi, karena ia disucikan dari kegelapan yang tersembunyi di balik sifat kuasa dan keagungan Allah.
^Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an:
"Telah diturunkan kepadamu dari Allah cahaya dan Kitab yang terang"
(Al-Ma’idah (3) : 15).
>Ia juga disebut Akal Universal ‘aql al-kulli) karena ia melihat dan memahami segala sesuatu. Ia disebut Pena (Al-Qalam), karena ia menyebarkan hikmah dan ilmu, serta menorehkan ilmu ke hamparan alam huruf.
>Ruh Muhammad adalah hakikat semeua wujud. Ia adalah awal dan hakiakt alam semesta. Nabi saw. menyatakan hal ini dalam sabdanya:
“Aku berasal dari Allah dan orang beriman berasal dari diriku.”
>Allah Swt. menciptakan semua ruh dari ruhnya di alam penciptaan pertama dengan sebaik-baik bentuk. Muhamamd adalah nama semua manusisa di alam arwah (‘alam al-arwah). Ia adalah sumber dan tempat kembali masing-masing dan segala sesuatu. Empatribu tahun setelah penciptaan Nur Muhammad, Allah menciptakan Arasy dari cahaya mata Muhammad. Dia menciptakan seluruh makhluk dari Arasy.
>Kemudian Dia mengutus ruh untuk turun kepada tingkatan penciptaan terendah, ke alam dunia ini, ke alam materi, atau alam jasadi.
"Kemudian Kami kembalikan dia kepada (tingkatan) yang terendah."
(Al-Thin : 5).
>Dia mengirim cahaya dari tempat penciptaannya, Alam Ketuhanan (‘alam al-lahut), yakni alam manifestasi zat, keesaan, wujud mutlak Allah, ke alam manifestasi nama-nama Allah, manifestasi sifat-sifat, alam akal kausal, alam Ruh Universal. Di sana, jiwa itu diberi pakaian jubah cahaya.
>Di sana pula jiwa itu diberi nama “jiwa sultan”. Berpakaian cahaya, mereka turun ke alam malaikat. Di sana mereka dipakaikan jubah terang para malaikat, lalu diberi nama “jiwa Ruhani”. Kemudian Dia memerintahkan mereka untuk turun ke alam materi, alam air, alam api, tanah dan eter, lalu mereka menjadi jiwa manusia. Dari alam inilah Dia menciptakan raga:
"Darinya Kami ciptakan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan, lalu darinya Kami bangkitkan kamu sekalian untuk kedua kalinya."
(Thaha (20) : 55).
>Setelah semua tahapan ini, Allah memerintahkan ruh untuk masuk ke dalam raga, dan atas kehendak-Nya, ia memasukinya:
"Maka apabila telah Kusempurnakan kejadian dan Kutiupkan ke dalamnya ruh-Ku ....
(Shad (38) : 72).
>Seiring bergulirnya waktu, ruh-ruh itu mulai terikat kepada daging serta melupakan asal dan sumpah yang mereka ucapkan di alam arwah. Di sana, Allah bertanya kepada mereka, “Apakah Aku Tuhanmu?” dan mereka menjawab, “Ya!”. Mereka melupakan janji dan sumber mereka lupa jalan pulang mereka. Namun, Allah Maha Penyayang, sumber segala pertolongan dan keselamatan bagi makhluk-Nya. Dia mengasihi mereka sehingga diturunkan-Nya kitab-kitab suci dan para rasul untuk mengingatkan mereka akan sumber azali mereka.
>Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami (dan Kami perintahkan kepadanya):
“Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang, dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah .....
(Ibrahim (14) : 5).
Maksudnya, “Ingatkanlah ruh-ruh itu akan amsa-masa ketika mereka masih menyatu dengan Allah.”
>Banyak rasul yang telah diutus ke dunia ini, melaksanakan tugas mereka dan kemudian wafat. Tujuannya adalah membawa pesan kepada ummat manusia dan meneyadarkan mereka dari kelalaian. Tetapi dari amsa ke masa, orang yang mengingat-Nya, yang kembali kepada-Nya, yang ingin menyatu kepada sumber Ilahi mereka, dan yang tiba pada sumber azali mereka, jumlahnya semakin sedikit.
>Para nabi datang dan pergi, dan pesan Ilahi terus disampaikan hingga datangnya risalah Muhammad saw, rasul terakhir yang menyelamatkan manusia dari kesesatan. Allah Swt. mengutusnya untuk membebaskan matahari dari kelalaian. Tujuan-Nya adalah membangkitkan mereka dari kealpaan dan menyatukan mereka dengan Keindahan Abadi, dengan zat Allah sebagaimana firman-Nya:
"Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yangg mengikutiku mengajakmu kepada Allah dengan hujjah yang nyata.....”
(Yusuf (12) : 108).
>Rasulullah yang dimaksudkan dalam ayat itu adalah jalan Nabi Muhammad saw.
>Rasulullah, dengan maksud menunjukkan tujuan kita, bersabda:
"Sahabat-sahabatku laksana bintang di langit. Siapa saja di antara mereka yang kamu ikuti, niscaya kamu akan mendapati jalan yang benar.”
>Pandangan ini muncul dari mata jiwa, mata yang dapat membuka sanubari orang yang dekat kepada Allah, yakni para kekasih Allah. Pandangan semacam ini takkan dilahirkan oleh semua pengetahuan lahiriah. Hanya pengetahuan ruhani, yang berasal dan mengalir dari kesadaran Ilahi saja yang dapat melahirkannya:
yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami"
(al-Kahfi (18) : 65).
>Untuk meraihnya, manusia harus mencari orang yang memiliki pandangan batin, yang dibimbing oleh matahatinya. Guru yang menanamkan ilmu seperti itu haruslah orang yang dekat kepada Allah dan mampu mencapai Alam Tertinggi.
>Wahai manusia, bangunlah dan bertobatlah agar mendapatkan ilmu dari Tuhanmu. Berjuanglah! Allah memerintahkanmu:
"Dan bergeraklah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yagn disediakan untuk orang yang bertakawa. (Yaitu) Orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan yang menahan amarahnya, dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang yang berbuat kebaikan."
(Al-Imran (3) : 133 – 134).
>Pilihlah jalan itu dan bergabunglah dengan kafilah ruhani yang menempuh jalan kembali kepada Allah. Sebentar lagi jalan itu akan ditutup, dan takkan kau dapati seorang pun teman seperjalanan. Kita tidak ditutunkan ke dunia yang luas dan rusak ini untuk bersanati kita tidak diutus ke sini hanya untuk makan minum, dan buang hajat. Nabi kita, Muhammad saw. selalu mengamatimu. Ia prihatin melihat keadaanmu. Ia tahu apa yang akan terjadi saat ia bersabda:
"Rasa sakitku disebabkan oleh ummatku di akhir zaman.”
>Hanya ada dua hal yagn kita dapatkan, yaitu yang nyata dan yang gaib yang nyata berbentuk ajaran-ajaran agama atau yang gaib dalam bentuk hikmah, Allah Swt. memerintahkan kita untuk menyelaraskan wujud lahiriah kita dengan ajaran agama dan menata wujud batiniah kita dengan hikmah. Jika yang lahir dan yang batin telah menyatu, jika antara agama dan hikmah telah berpadu, kita akan meraih tingkatan hakikat. Perjalanan itu seperti pohon kebenaran yang menumbuhkan daun, lalu kuncup, dan kemudian bunga yang akhirnya menjadi buah.
"Dia membiarkan dua lautan mengalir yagn kemudian keduanya bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing."
(Al-Rahman (55) : 20).
>Dua harus menjadi satu, Hakikat takkan bisa diraih hanya melalui pengetahuan inderawi, yang berkaitan dengan alam lahir. Tujuan akhir manusia, yaitu sumber azali, tidak dapat dicapai dengan cara itu. Ibadah sejati membutuhkan agama sekaligus pengetahuan.
Allah Swt. berfirman:
"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku"
(al-Dzariyat (51) : 56).
>Dengan kata lain, “Mereka diciptakan agar mengenal-Ku.” Bagaimana mungkin orang yang tidak mengenal Dia dapat sungguh-sungguh memuji-Nya, memohon pertolongan, dan mengabdi kepada-Nya?
>Ilmu yang dibutuhkan untuk mengenal-Nya hanay dapat diraih dengan membuka tabir yang menutupi cermin hati, dan membersihkannya hingga berkilau. Barulah kemudian keindahan Ilahi yang selama ini tersembunyi akan memancar darinya.
Allah Swt., dalam sebuah hadis qudi, berfirman: “Aku adalah harta tersembunyi. Aku ingin dikenal, karena itulah Kuciptakan makhluk.”
>Jadi, manusia diciptakan oleh Allah agar ia berusahha memperoleh pengetahuan dan mengenal Penciptanya.
>Ilmu Ilahi terbagi ke dalam dua tingkatan. Tingkatan pertama adalah mengenal sifat-sifat dan manifestasi Allah. Tingkatan kedua adalah mengenal zat Allah. Pada tingkatan pertama, manusia yang bersifat jasmani merasakan dunia ini maupun akhirat.
>Namun, ilmu yang menuntun kepada pengetahuan tentang zat Allah berada dalam ruh suci yang memungkin manusia mengetahui rahasia-rahasia akhirat.
Allah menegaskan hal ini dalam Firman-Nya:
.... dan Kami perkuat dia dengan ruh kudus ..... (Al-Baqarah
(2) : 87).
>Orang yang mengenal zat Allah memperoleh kekuatan ini melalui ruh suci yang telah dianugerahkan kepada mereka.
>Kedua jenis pengetahuan ini diperoleh melalui dia macam ilmu, yaitu ilmu batin dan ilmu lahir. Setiap orang membutuhkan keduanya untuk meraih kebaikan. Rasulullah saw., menjelaskan bahwa:
Ilmu terbagi ke dalam dua bagian, yaitu ilmu yang berada dalam lidah yang menjadi hujjah atas keberadaan Allah, dan ilmu yang berada dalam hati. Ilmu inilah yang dibutuhkan untuk mewujudkan harapan-harapan kita.
>Manusia sangat membutuhkan ilmu agama untuk mengetahui manifestasi lahir zat Allah yagn tercermin pada alam sifat-sifat dan alam nama-nama. Setelah menguasainya, seseorang harus mendidik batinnya untuk memahami berbagai rahasia sehingga ia dapat memasuki alam ilmu ilahi dan mengenal hakikat. Pada tingkatan pertama, ia harus meninggalkan segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran agama. Bahkan, kaum Sufi menganjurkan agar kita meninggalkan segala perilaku dan akhlak yang salah.
>Caranya adalah melatih diri melaksanakan segala hal yang dibenci hawa nafsu, serta melakukan segala hal yang menahan hasrat jasmani. Untuk meraih semua tujuan ini, ia harus melatih dirinya secara sungguh-sungguh agar hawa nafsunya benar-benar lumpuh; dak dapat melihat atau pun mendengar. Lakukanlah semua itu semata-mata karena Allah dan demi kehadiran-Nya.
Allah berfirman:
"Barang siapa berharap akan bertemu dengan Tuhan, hendaklah ia beramal saleh dan tidak menyekutukan Tuhannya dalam beribadah kepada-Nya. "
(Al-Kahfi (18) : 110).
>Inilah alam tertinggi, alam yang pertama diciptakan. Alam ini adalah sumber azali, tanah air yang didambakan setiap manusia. Di alam itulah ruh suci ruh manusia – diciptakan dalam bentuk yang terbaik.
Hakikat itu telah ditanamkan pada inti hati sebagai amanat Allah yang diserahkan kepadamu untuk kau jaga. Hakikat ini akan mewujud melalui pertobatan dan upaya sungguh-sungguh mempelajari ilmu agama. Keindahannya akan memancar ke permukaan ketika seseorang senantiasa mengingat Allah dan selalu membaca kalimat penyaksian: La ilaha ilalah. Pada mulanya, ia membaca kalimat tauhid itu dengan lidanya, lalu hatinya menjadi hidup, dan akhirnya ia membacanya secara sirr dalam hatinya.
>Kaum sufi menyebut berbagai tahapan ruhani ini dengan sebutan “thifl – bayi”, karena bayi dilahirkan dalam hati, lalu diasuh dan dibesarkan di sana. Hati. Layaknya seorang ibu, melahirkan, menyusui, dan mengasuh anaknya. Ketika anak dunia diajari ilmu duniawi, anak hati diajari ilmu ruhani.
>Sebagaimana seorang anak kecil suci dari dosa, anak hati pun suci dari kealpaan, sifat keras kepala, dan keraguan. Kesucian seorang anak sering kali tampak melalui keindahan fisik. Sedangkan kesucian anak hati tampak dalam bentuk malaikat, yang mewujud di alam mimpi. Manusia boleh mengharapkan surga sebagai balasan atas amal salehnya, namun karunia surga ini hanya akan mewujud melalui upaya anak hati.
"Berada dalam surga kenikmatan ..... mereka dikelilingi anak-anak muda yang tetap muda. "
(Al-Waqi’ah (56) : 12 – 17).
"Berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan."
(al-Thur (53) : 24).
Itulah anak-anak hati yang didambakan kaum sufi. Mereka disebut “anak-anak” karena keindahan dan keucian mereka, yang terpantul pada alam lahiriah dalam wujud manusia. Dari sisi kelembutan dan keluuannya, mereka adalah anak-anak hati, namun dari sisi fisik, mereka adalah manusia yang mampu mengubah penampilan karena ia terhubung kepada Sang Pencipta. Inilah gambaran sejati manusia. Baginya, tak ada materi, dan dirinya pun bukan materi. Tak ada tabir atau pun sekat antara wujud dirinya dan zat Allah.
Rasulullah saw., menjelaskan keadaan ini dalam sabdanya:
“Aku pernah berada bersama Allah. Ketika itu, tak ada pemisah antara kami, baik malaikat terdekat maupun seorang nabi.”
“Nabi yang tak dapat menyela antara Nabi dan Allah adalah raga rasulullah saw., sendiri. Malaikat yang terdekat kepada Allah adalah nur Muhammad, makhluk pertama. Dalam keadaan yang didamba semua sufi itu, ia berada sangat dekat dengan Tuhannya sehingga baik raga maupun jiwanya tak dapat memisahkan keduanya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Allah memiliki surga yang di dalamnya tidak terdapat istana, tanah, sungai madu, dan susu; surga yang hanya dapat dilihat seseorang saat bertemu dengan Allah.”
^Allah menegaskan hal ini dalam firmannya:
Wajah-wajah (orang beriman) apda hari itu berseri-seri. Kepada Tuhan merekalah mereka melihat.
(Al-Qiyamah (75) : 22-23).
Rasulullah saw. bersabda:
“Pada hari itu kau akan melihat Tuhanmu laksana melihat bulan purnama.”
>Kendati demikian, keadaan ini, jika didekati oleh makhluk, bahkan malaikat sekalipun, akan menghancurkannya menjadi debu.
Dalam sebuah hadis qudsi Allah berfirman:
“Seandainya Kubuka tabir sifat-Ku Yang Maha perkasa meski sesaat, niscaya segalanya terbakar musnah sejauh mata-Ku memandang.”
^Malaikat Jibril, yang menemani Nabi Muhammad saw. dalam mikrajnya ke langit ke tujuh, mengatakan bahwa seandainya ia maju selangkah dari tempatnya saat itu, nisaya ia akan hangus terbakar.
~ alfatih alfatih ~
^Barakallahi wallahum.... Semoga bermanfaat buat sahabat semua wassalam

Jumat, 16 Agustus 2019

Faktor penting dalam Makrifat

3 faktor penting dalam Makrifat adalah :
PERTAMA
La ta’yin = Belum ada ketentuan
Ahadiyah = Maha Tunggal
Dzatul Buhti = Dzat yang kekal

Penjelasan :
Disini Allah di umpamakan laut yang tiada bergelombang..
Dia-lah Tuhan yang maha suci dan maha tinggi, tiada martabat diatasNya lagi.
Bahwa manusia sudah ada sejak dahulu dan tiada terpisah dengan Tuhannya,
Bahwa kita sudah berada dalam rahasia Allah SWT, namun karena Allah belum ada nampak maka kita belum juga di tampakkanNya, jadi sejak La ta’yin manusia sudah tetap dalam rahasia Allah tetapi belum ada pengakuan apa-apa karena belum nampak dan belum ditampakkan.
KEDUA
Ta’yin awal = Ketentuan yang pertama
Wahdah = Tunggal
Hakekatul Muhammadiyah = Asal mula segala yang ada
Penjelasan :
Disini Tuhan telah menampakkan diriNya, maka ditampakkan-Nyalah manusia itu dahulu (titik) didalam dirinya sendiri seraya melihat dan berkata :
ALASTU BIRABBIKUM?
Maka di jawab dengan :
BALA SYAHIDNA
Setelah pengakuan ini terjadi maka Tuhan berkata :
“Saat ini Aku akan mengambil empat anasar dari tubuhmu Ku jadikan alam agar engkau menetap kelak”, maka kita menjawab dengan kalimat :
‘LA HAULA WALA KUATA ILLABILLAH’
Setelah itu diambillah :
– Dari Rahasia dijadikan Api
– Dari Ruh dijadikan Angin
– Dari Hati dijadikan Air
– Dari Tubuh dijadikan Tanah
Maka jadilah Alam semesta dengan segala isinya,
Selanjutnya “titik” itu mengembang menjadi banyak, tumbuh dan besar menjadi ALIF.
KETIGA
Ta’yin tsani = Ketentuan kedua
Wahdiyah = Mentauhidkan
Hakekatul Adam = Asal mula manusia
Penjelasan :
Bahwa Alif pada Dzat menyelubungi semua rahasia yang ada,
Disini Allah seumpama laut dengan gelombangnya, sesungguhnya Allah SWT Tuhan yang maha suci lagi maha tinggi diumpamakan laut, sedangkan semua yang ada diumpamakan gelombang, adapun gelombang itu tiada terpisah dari laut adanya.
Bahwa :
Ketiga martabat diatas semuanya adalah Qadim.
Yang terdahulu atau terbelakang hanya lah sebutan saja, bukan karena waktu.
Ketika kita mengatakan Ahdah (maha tunggal), Wahdah (tunggal), Wahdiyah (menunggalkan
Atau..
Ketika kita mengatakan La Ta’yin (belum tentu), Ta’yin awal (sudah tentu), Ta’yin tsani (ketentuan berikutnya)
Maka..
Ketiga martabat itu semua adalah Qadim.
Sedangkan yang awal dan yang akhir hanya perkataan saja, bukan karena waktu namun karena sesungguhnya laut yang tiada bergelombang, disitu juga terdapat satu gelombang (titik), maka dari titik itu berkembang menjadi banyak, itulah yang dinamakn ALIF, pada hakekatnya satu saja namun tiga dalam sebutan.
Mengertilah akan hal ini betul-betul..
Jadikan dasar pegangan dalam hati sanubari,
Bahwa tiada terpisah kita dengan Allah SWT,
Dari awal yang tiada berawal hingga akhir yang tiada berakhir.
Inilah satu pemahaman Makrifat yang sempurna.
_____________________________________________
Kosong (0) itulah yang disebut LAISA yang bernama Wajibul ujud,
Tajjali sendiri menjadi Nur Muhammad bernama titik zarrah,
Dari titik menjadi Alif yaitu terjadinya alam semesta.
Kosong (0) nafas turun menahan itulah kesempurnaan syahadat, adanya denyut kita.
Titik adalah rahasia Nabi kita ‘Nur Salasia’ yang ter-rahasia yaitu ‘…’
Dua nama satu wujud, yaitu rahasia titik dan kosong itulah adanya.
Alif waktu keluar nafas kita, kodrat dan iradatnya, bernama Allah Ta’ala, semata-mata asma dan af’al.
Kembali dari asalku (dzahir dan batin)
Asal Alif dari pada bapak (Hak Allah),
Jadi tubuh kita HAKULLAH (sudah diterima oleh ibu)
Kenyataannya, nama dan yang punya nama memuji nama,
Jadi yang berkata dan yang bersuara ‘Nur Salasia’
Itulah nama Allah yang ter-rahasia.
Itulah yang menggenapkan 99 nama Allah menjadi 100 = 1 yaitu ‘…’
______________________________________________
‘Nur Salasiah’ itulah yang benar-benar LAISA, Nur yang awal-awal muncul karena kedzahiran Nabi Muhammad SAW yang luar biasa, semata-mata hanya ikhtibar bagi kita umat Rasulullah SAW.
“Aku adalah seperti kamu jua..” ini perkataan ikhtibar saja.
Rasulullah SAW itu ‘U’ Ahad.
Ke dzahiran kita manusia Muhammad namanya.
Laki-laki dan perempuan, Adam dan Hawa, tiada lain adalah dari satu titik noktah.
Itulah yang dikatakan satu kesatuan,
Itulah ujud hakiki Rasulullah SAW
Sudah Nampak..? jangan di pahami lagi..!
____________________________________________
Barang siapa sholat, maka hendak-lah tahu hal ini :
– Yang berbuat hanya Allah fana pada Sifat
– Yang hidup hanya Allah fana kepada Dzat
– Dzahir sifat Allah dan yang sebenar-benar sifat kita yaitu Allah
– Dzahir dzat Allah yaitu dzat kita yang batin
Bahwa, Tiada yang maujud hanya Allah.
Syahadat itu saksi, yang disaksi ILLAHA itu Tuhan, dan ILLALLAH itu Esa.
Saksi itu ikral dengan lidah,
yang dipersaksi tilik dalam hati,
mengaku saksi badan
tempat bersaksi Tuhan HAQ Subhana watala.
Karena..
ASYHADU itu tubuh kita
ALLA itu darah kita
ILAAHA itu Nyawa kita
ILLALLAH itu rupa kita sendiri dengan dirinya.
“ASYHADU ALLA ILLAHA ILLALLAH = U = MUHAMMADAR RASULULLAH”
“U” itulah kesempurnaan syahadat,
Naik nafas.. turun nafas.. mesrakan.
Menilik…
Yang diumpamakan cermin itu badan kita, dan yang diumpamakan menilik cermin itu kembalilah pandang yang cermin itu kepada yang menilik.
Berdiri sholat ingat hati akan Allah taala
AKU rahasia yang memerintah ruh
Ruh memerintah hati
Hati memerintah tubuh
Berdiri sembahyang itu Allah jua yang ada yang esa sendirinya
Tiada dua..
Allah memuji dirinya sendiri
Itulah fana kita
Tiada kita lagi bertubuh batin dan dzahir
Hanya Allah taala bertubuh Muhammad batin dan dzahir
Muhammad itulah rahasia atau sirr
Di dalam sirr itu AKU (Allah)
Itulah hakekat Takbir ratul ihram
Tatkala mengatakan ALLAHUAKBAR maka :
Yang mengatakan Allahu Akbar itu Muhammad dan yang empunya kata itu Dzat Allah Subhanahuwatala
Tatkala mengatakan AlLLAHU AKBAR maka :
Allah itu Dzatnya dan Muhammad itu sifatNya.
ALLAH (Dzat Allah bagi diri, Sifat Allah bagi Rupa, Asma Allah bagi nama, Af’al Allah bagi kelakuan)
AKBAR (Hayat itu hidup, Ilmu itu tahu, Kodrat itu kuasa, Iradat itu berkehendak)
Nyawa sholat = Takbir ratul Ihram
Nafas sholat = Niat
Kepala sholat = Fatihah
Tubuh sholat = Tuma’ninah
Tangan sholat = sujud
Telinga sholat = setengah qiyam ruku
Kaki sholat = salam
_____________________________________________
MUHAMMAD ….
Mim =Wal Mim ul awwalu yadullu nara siha
Ha =Wal Ha ul yadullu ala dzohiri
Mim =Wal Mim us tsani yadullu ala surati
Dal =Wad Dallu yadullu ala qoda mihi
HU ……
Awal nabi kita Muhammad SAW atau yang LAISA mengucap nama “ALLAH”
ALIF = ibarat Dzat kepada nabi kita, itulah Rahasia yang tersirat bernama Muhammad Aminullah
LAM AWAL = ibarat Sifat kepada nabi kita, itulah Nyawa yang bernama Muhammad Rasulullah
LAM AKHIR = ibarat Asma kepada nabi kita, itulah Hati yang bernama Muhammad Nurani
HA = ibarat Af’al kepada nabi kita, itulah Rupa yang bernama Muhammad Jasmani
Pandanglah ke dalam..
Kembalikan..
Tidak lain satu kesatuan adanya..
Apa jua pun…
Karena,
Dzat Allah gaib pada alam Ruh
Sifat Allah gaib pada alam Misal
Asma Allah gaib pada alam Ajsam
Af’al Allah gaib pada alam Insan
Dan,
Dzat Allah pada alam Ruh bernama Nur
Sifat Allah pada alam Misal bernama Ke-dzahiran
Asma Allah pada alam Ajsam bernama Mu-dzahir
Af’al Allah pada alam Insan bernama Manusia
Ingatlah.!!
Kesemuanya tiada bercerai dari pada asal…
Maujud-lah Dzat-Sifat-Asma-Af’al, itulah MUHAMMAD.
Kuasa sendirnya,
Wujudnya Makrifat,
Lakunya Suci,
Jalannya SEMPURNA,
Tempatnya halus,
Sifatnya Syukur,
Hendaklah jangan perkataan ini diasa-asakan lagi.
Jangan pula tanyakan pada sembarang orang!
Belajarlah pada ahlinya agar bertambah IMAN di dada dan SEMPURNA ilmunya.
Wallahu'allam bissawab.

** MENGENAL RUKUN & HUKUM SOLAT **

Sholat itu ada Nyawanya,
ada Nafsunya,
ada Tulangnya,
ada Kepalanya,
ada Tangan dan Kakinya,

1. TAKBIRATUL IHRAM itu Nyawa Sholat.
Karena di dalam Takbiratul Ihram tersimpan 4 Rahasia yaitu :
1.1. Tuba’dil
1.2. Munajat
1.3. Mi’raj
1.4. Ihram
2. NIAT itu Nafsu Sholat.
Karena Niat adalah pernyataan dari pada kehendak untuk mewujudkan asal dari pada cita-cita Manusia.
3. AL-FATIHAH itu Kepala Sholat.
Karena membaca Al-Fatihah itu adalah antara Tuhan dengan hambanya, maka hendaklah ketika membaca Al-Fatihah seolah-olah jika tiada sesungguhnya, bahwa kita sedang berkata-kata langsung dengan Tuhan.
4. TUMA’NINAH itu Tubuh Sholat.
Karena tanpa Tuma’ninah di dalam Sholat itu tiada beradab maka hendaklah perangai tubuh di hadapan Tuhan yang Maha Mulia lagi Maha besar harus tertib.
5. RUKU dan SUJUD itu Tulang.
Tatkala Ruku itu di umpamakan engkau menilik kebawah Arsyil Azim, bahwa engkau tunduk dibawah kebesaran Allah SWT, maka hendaknya menilik kepada hakekat diri engkau yang suci,
Tunduk dan patuhlah sambil menyatakan puji, tatkala sudah nyata yang ditilik itu baru boleh bangkit dari Ruku,
Tatkala bangkit, di umpamakan pula menilik kepada Nubuah Rasulullah SAW, dan menilik kepada keesaan Allah SWT.
Tatkala Sujud, engkau menyatakan atas hak kepada Tuhan, bahwasanya kita fakir, dhoif, lemah dan bodoh.
Sujud juga diumpamakan tersungkur dibawah Arsyil Azim, yang menyatakan bahwa kita telah kembali dari pada semula dalam keadaan suci, saat mana didalam alam Arwah sejak hari ALASTU.
Demikian hendaknya ketika Ruku dan Sujud.
6. TAHYAT itu tangan Sholat.
Setelah bangkit dari Sujud yakni engkau duduk diantara dua sujud, di umpamakan engkau duduk tajjali berhadapan nyata dengan Tuhan.
Saat itu engkau menerima atas pernyataan keampunan, rahmat dan petunjukNya.
Duduk itu di umpamakan engkau berada di dalam Qalbu LATIFAH, Qalbu Mu’minin, di atas Baitullah.
Tatkala engkau membaca TASYAHUD yaitu dengan isyarat telunjuk kanan itulah hakekat pernyataan atas janji, sumpah dan saksi semula di dalam hari ALASTU yakni membenarkan bahwa Allah itu Tuhan yang sebenarnya,
sehingga engkau KARAM di dalam lautan Murakabah, asyik di bawah kebesaran Allah hingga diri yang pasrah itu tersungkur suci di dalam tubuh INSANUL KAMIL.
Bahwa,
Tahyat itu asal Sholat,
6.1. Puji Nabi Muhammad SAW kepada Allah Ta’ala ketika dibawah Arsyi.
6.2. Puji Allah SWT kepada diri Nabi Muhammad SAW.
6.3. Puji Malaikat didalam Arsyi dan sekalian hamba yang Latif.

7. SALAM itu Kaki Sholat.
Maka, sebelum memberi Salam ke kanan dan ke kiri hendaklah lebih dahulu tilik nyata-nyata bahwa diri yang suci itu tersungkur sunyi sejahtera, bahagia, segan rasanya hendak salam karena asyik Murakabah dengan Allah SWT,
Memberi salam itulah suatu pernyataan kepada malaikat yang di kanan dan di kiri, bahwa kita telah datang kembali dari alam Munajat kepada Allah SWT.
Demikian, sekedar fakir sampaikan “Mengenal RUKUN & HUKUM Solat”
** SOLAT DALAM ILMU HAKIKAT **
Pandangan Hakekat : Sholat bukan menyembah namun Sholat adalah berdiri menyaksikan diri sendiri yaitu bersaksi diri kita sendiri bahwa Tiada Nyata pada Diri Kita Hanya Allah yaitu Diri Batin ( Muhammad Mustaffa ) dan Diri Dzahir kita itu menanggung Rahasia Allah.
Pengertian SHOLAT HAKIKI ter-urai dalam kalimah ALHAMDU (alif–lam–ha–mim-dal) yang bermaksud SEGALA PUJI MILIK ALLAH. Inilah perkataan yang mula mula dilafazkan oleh manusia yaitu Nabi Allah Adam a.s
“ALIF” Melambangkan NIAT karena niat itu ialah mendzahirkan DIRI BATIN. Diri inilah IMAM yang kita ikuti yaitu ULIL AMRI atau pemerintah = pemimpin.
“LAM” Bila telah nyata Diri Batin, maka kita lafazkan TAKBIR RATUL IHRAM. Maka berawal dari sini bukanlah manusia yang berkehendak tetapi segala-galanya adalah digerakkan oleh Allah.
“HA” Apabila telah nyata Allah menguasai diri kita, maka kita pun rukuk menandakan kita tunduk patuh akan Kebesaran Allah dan siap menerima segala PerintahNya.
“MIM” Maka diri kita mengakui bahwa Dzat Allah itulah Tuhan Sekalian Alam yang meliputi seluruh diri kita mengwujudkan dan menghidupkan kita. Kita pun sujud menandakan rasa syukur kita.
“DAL” Satelah kita tahu Dzat telah meng-karunia-kan kepada diri kita menjadi KhalifahNya dibumi ini, maka kita pun merendah diri atas Karuniah itu (yang tidak dikaruniahkan Allah kepada makhluk lain selain manusia )
.
RINGKASAN ALHAMDU
.
ALIF = Niat
LAM = Berdiri Betul
HA = Ruku’
MIM = Sujud
DAL = Duduk Antara Dua Sujud
.
URAIAN TENTANG NIAT
Usalli, Fardhu, Rakaat, Lillah Hi Ta’ala
Usul Diri Rangka Nyata Allah
Usalli = Kita berniat untuk mengusul asal diri kita
Fardhu = Fardhu ialah Diri Yang Di-usul
Rakaat = Rangka kita ialah Jasad yang di dzahirkan
Lillah Hi Taala = Nyata Allah melalui jasad yang dzahir. Barulah dapat diusul akan Asal Usul Diri. Maka setelah diusul nyatalah Allah itu Meliputi Diri Dzahir dan Diri Batin.
Diri Dzahir tiada mempunyai daya dan upaya melainkan melakukan Af’al Allah semata-mata. Dengan KESADARAN itu maka Nyatalah Kebesaran Allah dan kita-pun TAKBIR untuk meng-ESA-kan Dzat Tuhan itu meliputi sekalian diri.
.
URAIAN TAKBIRATUL IHRAM
Allah = Sifat Napsiah = 1
Hu = Sifat Salbiah = 5
Akbar = Sifat Maani & Maknuyah = 14
Maka nyatalah ke 20 Sifat-sifat Kebesaran Allah didalam ucapan “ALLAH HU AKBAR”.
.
CARA- CARA SHOLAT HAKIKI
.
HAKEKAT SHOLAT :
Artinya berdiri menyaksikan diri sendiri, kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahwa tiada yang nyata pada diri kita.. Hanya diri batin (Allah) dan diri dzahir kita (Muhammad) yang membawa dan menanggung rahasia Allah swt.
Hal ini terkandung dalam surat Al-Fatihah yaitu :
Alhamdu (Alif, Lam, Ha, Mim, Dal)
Kalimah Alhamdu ini diterima ketika Rasulullah isra’ dan mi’raj.
Mengambil pengertian akan hakekat manusia pertama yang diciptakan Allah swt yaitu Adam as.
Takkala Roh (diri batin) Adam as. sampai ketahap dada, Adam as pun bersin dan berkata Alhamdulillah = Segala puji bagi Allah
Apa yang dipuji adalah : Dzat (Allah), Sifat (Muhammad), Asma’(Adam) dan Afa’al (Manusia)
Jadi sholat itu bukan berarti : Menyembah tapi suatu “cara” penyaksian diri sendiri dan sesungguhnya tiada diri kita melainkan diri Allah semata.
Kita menyaksikan bahwa diri kitalah yang membawa dan menanggung rahasia Allah swt. Dan tiada sesuatu pada diri kita hanya rahasia Allah semata serta..tiada sesuatu yang kita punya kecuali Hak Allah semata.
Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Ahzab : 72
“Inna ‘aradnal amanata ‘alas samawati wal ardi wal jibal. Fa abaina anyah milnaha wa’asfakna minha wahamalahal insanu”
Artinya :
“Sesungguhnya kami telah menawarkan suatu amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung tapi mereka enggan menerimannya (memikulnya) karena merasa tidak akan sanggup, lantas hanya manusia yang sanggup menerimanya”
Dan karena firman Allah inilah kita mengucap :
“Asyhaduanlla Ilaaha Illallah Wa Asyahadu Anna Muhammadar Rasulullah”
.
“Kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahwa tiada yang nyata pada diri kita sendiri hanya Allah semata-mata dengan tubuh dzahir kita sebagai tempat menanggung rahasia Allah dan akan menjaganya sampai pada masa yang telah ditentukan.”
Manusia akan berguna disisi Allah jika dapat menjaga amanah Rahasia Allah dan berusaha mengenal dirinya sendiri. Bila manusia dapat mengenal dirinya maka dengan sendirinya ia dapat mengenal Allah.
.
Hadits Qudsi….
“MAN ARAFA NAFSAHU FAKAD ARAFA RABBAHU”
“Barang siapa mengenal dirinya maka ia akan mengenal Allah Tuhannya”
.
Perkataan pertama dalam sembahyang itu adalah : Allahu Akbar (Allah Maha Besar)
Perkataan ini diambil dari asal ketika Roh diri Rahasia Allah itu dimasukkan kedalam tubuh Adam as. Kemudian Adam berusaha berdiri sambil menyaksikan keindahan tubuhnya dan berkata : Allahu Akbar (Allah Maha Besar).
Dalam Sholat harus memenuhi 3 syarat :
a. Fiqli (perbuatan)
b. Qauli (bacaan)
c. Qalbi (Hati atau roh atau qalbu).
.
Mengapa kita Sholat sehari-semalam 17 rakaat… ?
.
Pengertiannya sebagai berikut :
Hawa, Adam, Muhammad, Allah dan Ah .
1. AH itu menandakan sholat subuh,”2”= Dzat dan Sifat
2. ALLAH itu menandakan sholat Zohor, “4” = Wujud, Alam, Nur dan Syahadah.
3. MUHAMMAD itu menandakan sholat Ashar “4” = Tanah, Air, Api dan Angin.
4. ADAM itu menandakan sholat Magrib, “3” = Ahda, Wahda, dan Wahdiah.
5. HAWA itu menandakan sholat Isya ,“4” = Mani, Manikam, Madi, dan Di.
.
Mengapa kita mengucapkan 2 kalimah Syahadat 9X dalam 5 waktu Sholat .. ?
.
Sebab diri batin manusia mempunyai 9 wajah.
Dua kalimah syahadat pada :
Sholat SUBUH 1X itu memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat SIR USIR (Rahasia di dalam Rahasia)
Sholat ZOHOR 2X memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat SIR dan AHDAH
Sholat ASHAR 2X memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat WAHDA dan WAHDIAH
Sholat MAGHRIB 2X memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat AHAD dan MUHAMMAD
Sholat ISYA 2X memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat MUSTAFA dan MUHAMMAD
.
Mengapa kita harus berniat dalam Sholat… ?
.
Karena= Niat itu merupakan kepala sembahyang.
Hakekat niat letaknya pada martabat “Alif” dan kalbu manusia di dalam sholat itu kita lafazkan di dalam hati :
Niat Sholat : “Aku hendak Sholat menyaksikan diriku karena Allah semata-mata.”
Dalilnya :
“LA SHOLATAN ILLA BI HUDURIL QALBI”
Artinya : Tidak Sah Sholat-Nya Kalau Tidak Hadir Hatinya (Qalbunya)
“LAYASUL SHOLAT ILLA BIN MA’RIFATULLAH”
Artinya : Tidak sah Sholat Tanpa Mengenal Allah
“WAKALBUL MU’MININ BAITULLAH”
Artinya : Jiwa Orang Mu’min Itu Rumahnya Allah
“WANAHNU AKRABI MIN HABIL WARIZ”
Artinya : Aku (Allah) Lebih Dekat Dari Urat Nadi Lehermu
“IN NAMAS SHOLATU TAMAS KUNU TAWADU’U”
Artinya : Hubungan Antara Manusia Dengan Tuhannya Adalah Cinta. Cintailah Allah Yang Karena Allah Engkau Hidup Dan Kepada Allah Engkau Kembali.
“AQIMIS SHOLATA LI ZIKRI”
Artinya : Dirikan Solat Untuk Mengingat Allah (QS. Taha : 145)
.
Sedangkan :
Al-Fatihah ialah merupakan tubuh sembahyang
Tahayat ialah merupakan hati sembahyang
Salam ialah merupakan kaki tangan sembahyang.
.
HAKEKAT AL-FATIHAH DALAM SHOLAT
Membersihkan hati dari pada syirik kepada Allah swt
Mengingat kita bahwa tubuh manusia itu mempunyai 7 lapis susunan jasad yaitu :
1. Bulu
2. Kulit
3. Daging
4. Darah
5. Tulang
6. Lemak
7. Lendir
.
7 ayat dalam Al-Fatihah merupakan tawaf 7 kali keliling Ka’abah.
.
HAKEKAT ALLAHU AKBAR DALAM SHOLAT :
.
“Mengambil makna ucapan Nabi Adam as. Ketika berdiri menyaksikan dirinya sendiri dan Nabi Adam as, mengucap kalimah Allahu Akbar”
Peristiwa ini merupakan tajjali (perpindahan) diri rahasia Allah sehingga dapat di tanggung oleh manusia dengan 4 perkara yaitu :
1. Wujud
2. Ilmu
3. Nur
4. Syahadah
Perkataan Allah pada Allahu Akbar mengandungi makna atau martabat dzat sedangkan perkataan “Akbar” pada Allahu Akbar mengandungi makna atau martabat sifat.
Jadi Dzat dan Sifat itu tidak boleh berpisah. Dzat dan Sifat sama-sama saling puji memuji.
.
DALAM SHOLAT ITU JUGA MENGANDUNGI HAKEKAT ZAKAT.
.
Hakekat zakat dalam sholat ialah :
Mengandungi makna“Pembersih hati“ daripada syirik kepada Allah SWT.
“iiya Kanak Budu Wa iiya Kanasta’in”
Hanya kepada Allah lah aku menyembah dan hanya kepada Allah lah aku mohon pertolongan.
.
HAKEKAT PUASA DALAM SHOLAT :
.
a. Tidak Boleh Makan Dan Minum
b. Mata Berpuasa
c. Telinga Berpuasa
d. Kulit Berpuasa
e. Hati Berpuasa.
.
SHOLAT HAKIKI
.
Sesungguhnya Sholat itu ada 4 jenis yaitu :-
1 Sholat Syariat
2 Sholat Tharikat
3 Sholat Hakikat
4 Sholat Makrifat
ke 4 jenis Sholat diatas berkaitan antara satu dengan yang lainya.
Firman Allah swt :
“Inna sholati kaanat ala mukminina kitabin mauquta”
Sesungguhnya sholat itu adalah WAJIB bagi orang orang yang beriman.
Hadist Nabi :
“Assholatu imanuddin”
Sholat itu tiang agama.