Laman

Senin, 27 Agustus 2018

MENGAPA SEGALA PUJIAN ITU MILIK ALLOH SEMATA.

SETENGAH  AL-FATIHAHA ADALAH BG ALLOH, DAN MENGAPA SEGALA PUJIAN ITU MILIK ALLOH SEMATA.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (١)الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (٢)الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (٣)مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, yang menguasai di hari Pembalasan. (QS. Al-Faatihah: 1-4)
Dengan surat Al-Fatihah ayat satu sampai empat di atas, Allah ingin mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya bagaimana cara memuji dan mengagungkan Allah Swt. Allah memerintahkan kepada mereka dengan firman-Nya, katakanlah ‘الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ’ yang mengandung pujian yang bagus yang hanya dimiliki oleh Dzat yang Mahaagung dan Mahamulia. Tidak ada selain-Nya yang berhak untuk menyandang pujian bagus ini. Karena pada hakikatnya tidak ada pemberi rezeki dan penyebab kenikmatan kecuali Allah Swt.

Allah berfirman,
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ
Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. (QS. An-Nahl: 53).
Semua pujian hanya milik Allah swt. Allah Swt telah tepuji sejak zaman azali, zaman ketika belum ada makhluk. Dan ketika Allah telah menciptakan makhluk, Ia memerintahkan mereka agar memuji-Nya dengan pujian yang telah ada sejak zaman azali, yaitu, الْحَمْدُ لِلَّهِ
Hanya Allah yang berhak menyandang pujian ini, karena Ia adalah رَبِّ الْعَالَمِينَ . Seolah-olah seseorang bertanya kepada Allah, “mengapa hanya Engkau yang memiliki pujian yang bagus itu?”, Allah berkata, “karena Aku adalah Tuhan semesta alam. Aku mewujudkan alam semesta dengan rahmat-Ku, Aku melimpahkan rezeki kepada seluruh makhluk dengan kenikmatan-Ku, tidak ada sang pemberi nikmat kecuali Aku, sehingga hanya Aku yang berhak memiliki pujian itu. Seluruh alam semesta dan segala macam isinya berada dalam kekuasaan dan pengawasan-Ku”.

Sebagian ulama mengatakan bahwa Allah Swt. menciptakan 18.000 alam, setengahnya berada di darat, sementara setengah yang lain berada di laut. Imam Fakhrur Razi berkata, “diriwayatkan bahwa jumlah seluruh manusia 1/10 (sepersepuluh) dari jumlah jin, jumlah keseluruhan jin dan manusia 1/10 nya jumlah binatang darat, dan keseluruhan manusia, jin, dan binatang darat adalah 1/10 dari jumlah burung. Lalu jumlah semua manusia, jin, binatang darat, dan burung adalah 1/10 dari jumlah binatang laut. Jumlah kesemuanya itu 1/10 dari jumlah malaikat-malaikat penjaga manusia yang ada di bumi, seluruh malaikat-malaikat bumi berjumlah 1/10 dari jumlah malaikat-malaikat yang berada di langit yang pertama, jumlah malaikat yang ada di langit pertama 1/10 dari jumlah malaikat yang berada di langit kedua, kemudian begitu seterusnya sampai langit yang ketujuh. Lalu jumlah seluruh malaikat yang ada di semua langit dan yang ada di bumi adalah sangat sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah malaikat yang memikul Kursi, lalu kesemuanya berjumlah 1/10 dari jumlah satu lingkar malaikat yang mengelilingi Arsy. Jumlah lingkaran malaikat yang mengelilingi Arsy ada 100.000 lingkaran, dimana jarak antara lingkaran yang satu dengan lingkaran yang lain sangatlah jauh, lebih jauh dari jarak antara langit dan bumi. Dan jumlah malaikat yang berada di 100.000 lingkaran itu adalah jumlah yang sangat sedikit -ibarat setetes dari luasnya lautan- apabila dibandingkan dengan malaikat-malaikat yang mengangkat ‘Arsy Allah Swt”.
Allah berfirman,
وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلا هُوَ
Tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. (QS. Al-Muddatsir: 31).
Setelah Allah menciptakan manusia dan jin, Allah mengutus para rasul dan nabi yang bertujuan untuk mendidik mereka. Dan pendidikan Allah adalah bentuk rahmat, kasih sayang, dan kebaikan Allah Swt kepada hamba-hamba-Nya, dan bukan kewajiban yang harus dilakukan oleh-Nya. Oleh karena itu Allah mengatakan, الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ, maksudnya Allah Maha Ar-Rahmaan dengan nikmat penciptaan-Nya, dan Allah Maha Ar-Rahiim dengan sifat pemberian nikmat dan kerunia-Nya. Dua kenikmatan, dimana setiap makhluk membutuhkannya, yaitu ni’matul iijaad (nikmat dijadikan) dan ni’matul imdaad (nikmat diberi rezeki, agar keberadaan tetap lestari).

Atau juga bisa dikatakan bahwa Allah Maha Ar-Rahmaan di dunia dan akhirat, dan Maha Ar-Rahiim di akhirat, karena rahmat Allah di akhirat hanya khusus bagi orang-orang yang beriman. Atau bisa juga dikatakan bahwa Allah Maha Ar-Rahman dengan nikmat-nikmat-Nya yang besar, dan Allah Maha Ar-Rahiim dengan nikmat-nikmat yang kecil. Nikmat yang besar itu seperti: nikmat Islam, Iman, Ihsan, makrifat, terbukanya hijab, dan hidayah. Adapun nikmat yang kecil seperti: nikmat sehat, harta yang halal, dll.

Dan yang mampu menjadikan dan yang mampu memberi rezeki dan kenikmatan yang pantas menyandang gelar raja. Oleh karena itu Allah menyebut diri-Nya, مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ , maksudnya Allah berhak melakukan apa saja atas hamba-hamba-Nya. Tidak ada yang bisa menolak keputusan Allah, dan tidak ada yang mencegah atas keinginan-Nya. Dialah rajanya semua raja, penguasa seluruh penguasa, di dunia dan di akhirat.

LETAK AD-DINUL ISLAM

DIMANAKAH LETAK AD-DINUL ISLAM ITU.
(Tiada berIslam tanpa syahadat)
Bila terasa kurang mantaf, perbaiki syahadat kita, sebab disanalah kedudukan ad-dinul Islam berada.
Kata ad-Din adalah masdar dari kalimat دَانَ يَدِينُ دِينًا yaitu ketundukan. Di dalam al-Qur’an kata ad-Din disebut dengan beragam makna, diantaranya ketundukan, kekuasaan, hukum, perintah, ketaatan, peribadatan dan pelayanan, syariat, undang-undang, dan pembalasan.
Begitu pula dgn Islam mengandung makna yg beragam dlm Al-Qur'an, namun yg paling sesuai adalah "Berserah diri"

Allah Ta’alaberfirman:
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
“Maka apakah mereka menginginkan agama yang lain dari agama di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Alloh-lah mereka dikembalikan.”(QS. AliImran [3]: 83)
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa menganut agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”(QS. Ali Imran [3]: 85)
Syaikh Abdurrahman Ibnu Hasan rahimahullah: Dalam Islam itu harus istislam (berserah diri) kepada Allah saja dan meninggalkan istislam kepada selain-Nya. Dan ini adalah hakikat ucapan Laa ilaaha illallah. Siapa yang istislam kepada Allah dan kepada yang lain, maka dia itu musyrik sedangkan Allah tidak mengampuni penyekutuan terhadap-Nya. Dan siapa yang tidak istislam kepada Allah maka dia itu mustakbir (orang yang menyombongkan diri) dari ibadah kepada-Nya, padahal Dia Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman: “Sesungguhnya orang yang istikbar dari ibadah kepadaku maka mereka akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina” [Al Qaul Al Fashl An Nafis: 160]
Syaikh Abdurrahman Ibnu Hasan Ibnu Muhammad rahimahullah berkata: “Para ulama telah ijma, salaf maupun khalaf dari kalangan para sahabat, tabi’in, para imam dan seluruh ahlus sunnah bahwa seseorang tidak menjadi muslim kecuali dengan mengosongkan diri dari Syirik Akbar, bara’ (berlepas diri) darinya dan dari para pelakunya, membencinya, memusuhinya sesuai kemampuan dan kekuatan, serta memurnikan amalan-amalan seluruhnya kepada Allah.” [Ad Durar As Saniyyah 11/545]

Syaikh Abdullathif Ibnu Abdirrahman Ibnu Hasan rahimahullah berkata: “Islam adalah komitmen (iltizam) akan tauhid, berlepas diri dari syrik, bersaksi akan kerasulan beliau shalallahu ‘alaihi wasallam dan mendatangkan rukun Islam yang empat.” [Mishbah Adh Dhalam: 328]
Al Imam Abu Muhammad Ibnu Hazm rahimahullah berkata: “Dan seluruh tokoh-tokoh Islam menggatakan: “Setiap orang yang menyakini dengan hatinya dengan keyakinan yang tidak mengandung keraguan di dalamnya dan dia menyatakan dengan lisannya Laa ilaaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah dan bahwa semua yang beliau bawa itu benar serta dia berlepas diri dari setiap dien selain dien Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam maka sesungguhnya dia itu muslim mukmin, tidak ada atas dia selain hal itu.” [Al Fashl 4/35]

Syaikh Abdullah Ibnu Abdirrahman Aba Buthain rahimahullah berkata: “Sesungguhnya orang awam yang tidak mengetahui dalil-dalil, bila dia meyakini keEsaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan risalah Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, dia beriman akan kebangkitan setelah mati, (iman) kepada surga dan neraka, dan (meyakini) bahwa hal-hal syirik yang dilakukan di Masyahid (kuburan-kuburan yang dikeramatkan) itu adalah bathil dan sesat, bila dia meyakini hal itu dengan keyakinan yang pasti lagi tidak ada keraguan di dalamnya, maka dia itu muslim meskipun tidak mengutarakan dengan dalil.” [Ad Durar As Saniyyah 10/409]

Al Imam Muhammad Ibnu ‘Abdil Wahhab rahimahullah berkata: “Adapun tata cara kufur kepada thaghut adalah engkau meyakini bathilnya ibadah kepada selain Allah, engkau meninggalkannya, engkau membencinya, engkau mengkafirkan para pelakunya dan engkau memusuhi mereka.” [Al Jami’ Al Farid: 308]

MEMPERKENALKAN MARTABAT HATI.

MARTABAT HATI.
Astgfirulloh...
"Ya Alloh ya Rosululloh...sungguh hamba tak tahu dlm diri hamba ada mustika yg agung dan luasnya tiada batas.

,"Tiada yang sanggup menampung-Ku, baik bumi maupun langit-Ku. Hanya hati hamba-Ku yang Mukmin yang dapat menampung-Ku." (hadis qudsi) HR Imam Ahmad dan Ibnu ’Umar r.a.

Hati adalah jauhar lathif (permata halus) yang tunggal dan bersifat Nurani. Ia diciptakan oleh Allah Taala dengan suatu sebab yaitu karena adanya ruh dan diciptakan juga hawa nafsu. Ia terletak di antara ruh dan nafsu.

Hal ini sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw:
“Allah menciptakan hati (al-qulub) 4,000 tahun lebih dahlu daripada jasad. Setelah itu , Dia meletakkan di tempat yang dekat dengan Nya. Sementara itu arwah diciptakan oleh Allah swt 70,000 tahun lebih dahulu daripada hati. Setelah itu. Ia letakkan di taman kelembutan Nya (raudah al uns).

Sebelumnya Allah swt telah terlebih dahulu menciptkan Sirr (rahsia) daripada ruh dan menempatkan Sirr tersebut di taman keintiman (raudah al wisl).”

Allah swt juga telah menjelaskan dalam firman Nya:
“Telah ku ciptakan seorang malaikat di dalam tubuh setiap anak keturunan Adam. Di dalam malaikat itu ada Sadr. Di dalam Sadr itu ada Qalb. Di dalam Qalb itu ada Fu’ad. Di dalam Fu’ad itu ada Syagf. Di dalam Syagf itu ada Lubb. Di dalam Lubb itu ada Sirr. Dan dalam Sirr itu ada Aku”

Juga, FirmanNya yang ditujukan kepada Nabi Daud as:
“Wahai, Daud!, kosongkan untuk Ku sebuah rumah, agar boleh Aku tinggal di dalamnya!”.
Mendengar perintah tersebut, Nabi Daud as tidak memahaminya lalu bertanya kepada Allah swt: “ Bagaimana caranya, wahai Tuhanku!”. Lantas Allah swt berfirman: “ Kosongkan hatimu hanya untuk Ku”

Mengikut Syeikh Abdul Razzaq al Qusyasi mengatakan bahawa:
Qalb adalah suatu jauhar Nurani. Ia menjadi perantara antara Ruh Haiwani dengan jasad. Jika mendapat limpahan kurnia dan anugerah Allah, dengan makrifat kepada Nya, Maka Ruh Haiwani tersebut akan digantikan menjadi Ruh Insani.

Hal ini telah diisyaratkan dalam firman Nya :
“Telah Ku tiupkan Ruh Ku ke dalam dirinya”.
Dengan demikian nafsu Amarrah dan nafsu lawammah akan segera berubah menjadi nafs Mutma’innah dengan kembalinya Ruh Natiqah iaitu kembali kepada akal yang pertama (Al aql al awwal)

“Hati itu lebih utama daripada kaabah dan syurga”
Karena alasan beliau kaabah itu dibangun oleh Nabi Ibrahim as, diperuntukkan sebagai bait Allah (rumah Allah), sedangkan hati adalah khazanah Allah (perbendaharaan Allah). Di Kaabah terdapat hajar al aswad (batu hitam) sedangkan pada hati terdapat hajar al abad (batu abadi) dengan Sirr sebagai pusat keinginannya. Selain itu pada qalbu atau hati ini terdapat tempat tauhid dan segala rahsia.

PENGANTAR TIDUR

PENGANTAR TIDUR BAGI YG SUKA MEMIKIRKANNYA,
Hati yg teramat luas, semoga menjadikan sebuah tuntunan.
Saat sujud kepala atau hatikah yg lbh dekat kepada Alloh.

Firman Allah ta’ala :
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata”
(QS Al An’am [6]:103)
“Allah laysa kamitslihi syai’un”, “Allah tidak sama dengan segala sesuatu” (QS Assyura [42]:11)
Lalu apa makna ayat2 dibawah ini..?
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui”
(QS Al Baqarah [2]:115)
Allah ta’ala sendiri yang menyampaikan tentang diriNya bahwa “Aku adalah dekat”
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang “Aku” maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat“.
( Al Baqarah [2]:186 ).
“Dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat” (QS Al-Waqi’ah [56]: 85 ).
“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”
(QS. Qaaf [50] :16 )

“Dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan)“. (QS Al-’Alaq [96]:19 )
Hadits qudsi, “Hati orang yang beriman itu adalah rumah Alloh
Tidak dapat memuat dzat-Ku bumi & langit-Ku, kecuali Hati hambaku yg mukmin dan lunak".
Hadist Qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu ’Umar r.a.: “Sesungguhnya langit dan bumi tidak akan/mampu menampung Aku. Hanya hati orang beriman yang sanggup menerimanya.”
Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya bernama Zi’lib Al-Yamani,
“Apakah Anda pernah melihat Tuhan?”
Beliau menjawab, “Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?”
“Bagaimana Anda melihat-Nya?” tanyanya kembali.
Sayyidina Ali ra menjawab “Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangan manusia yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati”