Laman

Jumat, 07 Maret 2014

KISAH PENJUAL HALWA PENGAMAL SHOLAWAT


Tausyiah Alhabib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan di Palembang tahun 2000. Saat Haul Syekh Abu Bakar bin Salim

Dikisahkan di kota Addan, ada seorang pedagang Halwa (manisan), beliau sering dan suka bershalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam.

Setiap ia memanggil pelanggan, ia berkata:

“HALWA.. HALWA.. SHOLLU ‘ALAN NABIY”.

Kebetulan ia mengontrak di suatu kios dan sang pemilik kios ini tidak suka bershalawat dan paling benci siapa saja yang mengatakan itu.

Dalam beberapa hari pemilik kios itu makin tidak suka kepada pedagang itu dan ingin mengusirnya dari rumah yang dikontrakkannya. Akan tetapi, sebelum niat itu terwujud, Allah memberikan rezeki kpd pemilik kios itu untuk pergi Umroh.

Sang pemilik kios pun melaksanakan umroh di Mekkah dan diteruskan
berziarah ke makam sayyidina Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam di Madinah.

Sesampainya di makam Sayyidina Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam, ia mendengar perkataan sang pedagang, yaitu:

“HALWA.. HALWA.. SHOLLU
‘ALAN NABIY”.

Lalu tiba-tiba ia menangis saat
mendengar kata-kata itu didepan makam sayyidina Muhammad shallallahu’alaihi wasallam.

Ia langsung pulang ke kota Addan dan meminta maaf kepada pedagang itu dan ingin terus mendengar ia
bershalawat kpd sayyidina Muhammad shallallahu’alaihi wasallam, kemudian ia berkata:

“Aku mendengar shalawatmu di depan makam sayyidina Muhammad”

“HALWA.. HALWA.. SHOLLU ALLAN NABIY”.

Lalu si pedagang itu tersenyum dan bergembira. Sang pemilik kios pun memeluk si pedagang tersebut sambil meneteskan air mata.

Ya rosulallah salaamun ‘alaika ya rofi ‘asyani waddaroji..

ahlul baitil musthofa thuhuri hum amanul ardhi faddakiri..

shollu 'alan nabi muhammad

HABIB ALI AL-JUFRI BERKISAH TENTANG: DETIK- DETIK WAFATNYA RASULULLAH SAW: 4


“BERATKAN BAGIKU, RINGANKAN BAGI
UMATKU”
MAKA MENANJAK NAIKLAH RUH MULIA BAGINDA
RASULULLAH SAW, YANG DITANDAI DENGAN
SENTAKAN KEDUA KAKI BELIAU. PELUH PUN
BERCUCURAN DARI DAHI BAGINDA. PELUH
YANG BAGAIKAN BUTIRAN PERMATA BERBAU
KESTURI.

RASULULLAH SAW MENYAPU PELUHNYA ITU
DENGAN TANGANNYA DAN KEMUDIAN
MELETAKKAN TANGANNYA PADA SEBUAH
WADAH DI TEPINYA UNTUK MENYEJUKKAN
TUBUHNYA.

KEMBALI SUARA BERDESIS DARI LISAN SUCI
BELIAU, “HHHHHHHH……” LANTARAN RASA
SAKIT YANG IA ALAMI PADA SAAT SAKARATUL
MAUT.
BELIAU PUN MENGATAKAN, “SESUNGGUHNYA
MAUT ITU AMATLAH BERAT. YA ALLAH,
RINGANKAN BERATNYA MAUT TERHADAPKU.”
MAKA PARA MALAIKAT DARI LANGIT PUN TURUN
KEPADA BELIAU. MEREKA BERKATA, “YA
RASULULLAH, SESUNGGUHNYA ALLAH
MENYAMPAIKAN SALAM ATASMU DAN DIA
MENGATAKAN BAHWA SESUNGGUHNYA
PERIHNYA SAKARATUL MAUT 20 KALI LIPAT
(DALAM RIWAYAT LAIN 70 KALI LIPAT) DARI
RASA SAKIT AKIBAT PEDANG YANG MENUSUK
TUBUH.”

RASULULLAH SAW PUN MENANGIS DENGAN
TANGISAN YANG TIADA TANGISAN LAIN YANG
LEBIH MENYEDIHKAN BAGI KALIAN SE¬MUA.
BELIAU BERDOA, “YA ALLAH, BERATKANLAH
(SAKARATUL MAUT) INI ATASKU, TAPI
RINGANKANLAH ATAS UMATKU.”

WAHAI, BAGAIMANA HATI KITA TIDAK
TER¬GETAR DAN SEMAKIN MERASAKAN
KERINDUAN KEPADA RASULULLAH SAW?
BAGAIMANA HATI KITA TIDAK TERKESAN
DENGAN RASULULLAH SAW? BAGAIMANA KITA
DAPAT MELUPAKAN PERINTAH UNTUK
MENCINTAI BELIAU? BAGAI¬MANA HATI KITA
TIDAK TERIKAT UNTUK SENANTIASA
MERINDUKAN BELIAU? BAGAIMANA HATI KITA
TIDAK TERSENTUH KALA PRIBADI BELIAU
DIPERDENGARKAN?
PESAN TERAKHIR
AISYAH RA BERKATA, “SAUDARAKU,
ABDURRAHMAN BIN ABUBAKAR, MASUK DAN IA
SEDANG MEMBAWA SEBATANG KAYU SIWAK
YANG UJUNGNYA BELUM DILEMBUTKAN. AKU
LIHAT RASULULLAH MEMANDANG KE ARAH¬NYA
DAN ADALAH RASULULLAH SAW MENYUKAI
BERSIWAK.”
MAKA, APAKAH KALIAN MENYUKAI APA YANG
BELIAU SUKA DARI SUNNAH-SUNNAH BELIAU?
ADALAH RASULULLAH SAW MENYUKAI
BERSIWAK.

AISYAH MENGATAKAN, “AKU BERTANYA
KEPADA RASULULLAH, ‘YA RASULULLAH,
APAKAH ENGKAU MENGINGINKANNYA (SIWAK)?’
RASULULLAH, DI SAAT BELIAU SUDAH TAK
DAPAT LAGI BERKATA-KATA DAN KAMI PUN TAK
DAPAT MENDENGAR SESUATU PUN DARINYA,
MEMBERI ISYARAT DENGAN MENGANGGUKKAN
KEPALA BELIAU, PERTANDA BELIAU
MENGINGINKAN UNTUK BERSIWAK. DAN
PERKARA YANG TERAKHIR BELIAU KATAKAN
ADALAH, ‘ASH-SHALAH…. ASH-SHALAH… ASH-
SHALAH…’ – ‘SHALAT… SHALAT… SHALAT….’
MAKA, APAKAH YANG KALIAN LAKUKAN
TERHADAP WASIAT NABI KALIAN DI SAAT-SAAT
AKHIR DARI KEHIDUPANNYA DI DUNIA INI?

SHALAT ADALAH HUBUNGAN KALIAN DENGAN
TUHAN, AGAR TERJALIN HUBUNGAN YANG
HAKIKI DENGAN-NYA.
WAHAI ORANG YANG MENDAHULUKAN
PE¬KERJAAN DUNIANYA DAN HAWA NAFSUNYA
SEBELUM SHALAT, YANG MENDAHULUKAN
KETER¬LENAANNYA DIBANDING SHALATNYA,
INGATLAH, WASIAT YANG TERAKHIR
DITUTURKAN OLEH KEKASIH KALIAN DI AKHIR
USIANYA ADALAH, ’ASH-SHALAH…. ASH-
SHALAH… ASH-SHALAH…’, DI SAMPING
‘BERWASIATLAH DENGAN KEBAIKAN TERHADAP
PARA WANITA’, DAN JUGA, ‘AKU BERWASIAT
KEPADAMU DENGAN KEBAIKAN TERHADAP
KELUARGAKU.’
SESAAT KEMUDIAN, LIDAH RASULULLAH SAW
TAMPAK KAKU. TAPI, RUH BELIAU BELUM
TERCABUT. BELIAU MASIH BERKATA-KATA.”

DAN MAJELIS INI, KATA HABIB ALI, ADALAH
SALAH SATU KENYATAAN YANG
MENGGAMBAR¬KAN KEADAAN RUH
RASULULLAH SAW.
KALAULAH TIDAK KARENA KEHIDUPAN
RA¬SULULLAH SAW YANG WUJUD DALAM DIRI
KITA, NISCAYA KITA TIDAK TERSENTAK SAAT
DISEBUT PERIHAL KISAH WAFATNYA
RASULULLAH SAW. BERGETARNYA HATI KALIAN
SAAT DISEBUTKAN PERIHAL KEJADIAN-KEJADI
AN PADA SAAT WA¬FATNYA RASULULLAH SAW
ADALAH SEBAGIAN DARI PETUNJUK YANG
NYATA BAHWA KEMATIAN BELIAU ADALAH
SEBUAH KEHIDUPAN. ADAKAH KEMATIAN YANG
DAPAT MENGGERAK¬KAN BANYAK HATI?
SEJAHTERALAH JASAD BELIAU
KEMUDIAN, AISYAH MELANJUTKAN,
“RA¬SULULLAH SAW MEMBERIKAN ISYARAT
LEWAT ANGGUKAN KEPALANYA, SEBAGAI
PERTANDA KEINGINANNYA.
MAKA AKU BERIKAN KEPADA BELIAU KAYU
SIWAK YANG BELUM DILEMBUTKAN ITU.
TAPI KEMUDIAN AKU MENGAMBILNYA DARI
TANGAN BELIAU KETIKA KULIHAT SIWAK ITU TAK
DAPAT BELIAU GUNAKAN KARENA KERAS,
BE¬LUM DILEMBUTKAN. LALU AKU
MELEMBUTKANNYA DENGAN MULUTKU.
AKU BANGGA, KARENA, DI KALANGAN PARA
SAHABAT, BENDA TERAKHIR YANG MASUK KE
MULUT BELIAU ADALAH AIR LIURKU.
LALU AKU MELETAKKANNYA DALAM MULUT
BELIAU.
BELIAU PUN MEMEGANGNYA DENGAN TANGAN
BELIAU SENDIRI.”

SAKARATUL MAUT YANG DIALAMI RASULULLAH
SEMAKIN MENDALAM. CAHAYA MEMANCAR
DARI WAJAH BELIAU, DAN CAHAYA ITU MELIPUTI
KELUARGANYA.
WAKTU TERUS BERJALAN. RUH MULIA
RASULULLAH SAW TELAH SAMPAI PADA
KERONG¬KONGANNYA. BELIAU MEMBUKA
KEDUA KE¬LOPAK BOLA MATANYA. KEMUDIAN
BELIAU MENUNJUKKAN ISYARAT DENGAN JARI
TELUN¬JUKNYA SEBAGAI KESAKSIAN ATAS
KEESAAN SANG PENCIPTA, YAITU ISYARAT
KETAUHIDANNYA.
TAK LAMA KEMUDIAN, BELIAU PUN
MENGEMBUSKAN NAPAS TERAKHIR.
SEJAHTERALAH JASAD BELIAU YANG AGUNG
SETELAH MELALUI HARI-HARI YANG
MELELAHKAN, LANTARAN SEGALA HAL IA
BAKTIKAN DEMI KESELAMATAN KITA.
SEJAHTERALAH JASAD BELIAU SETELAH
PERUTNYA KERAP KALI DIIKAT DAN DIGANJAL
BATU KARENA KELAPARAN, DEMI
PENGORBANANNYA KEPADA KITA.
SEJAHTERALAH JASAD BELIAU, YANG PERNAH
DILEMPARI BATU HINGGA MELUKAI BELIAU,
DEMI DAKWAHNYA KEPADA KITA.
SEJAHTERALAH JASAD BELIAU, YANG
GERAHAMNYA PERNAH DIPATAHKAN,
LANTARAN KESUNGGUHAN BELIAU DALAM
MEMBELA AGAMA YANG AKAN
MENYELAMATKAN KITA.
SEJAHTERALAH JASAD BELIAU, YANG DAHINYA
PERNAH DILUKAI SAMPAI MENGALIR DARAH
DARI DAHINYA YANG MULIA ITU, LALU BELIAU
MENAHANNYA DENGAN TANGAN BELIAU AGAR
DARAH SUCI BELIAU TAK SAMPAI JATUH KE
TANAH, SEBAGAI RAHMAT BAGI MEREKA, KAUM
YANG MEMERANGI BELIAU, DAN BAGI KITA,
DARI KEMURKAAN ALLAH SWT.

SEJAHTERALAH JASAD BELIAU, YANG MATA
PANAH PERNAH MENEMBUS DAGING PIPINYA,
DEMI KITA.
SEJAHTERALAH JASAD BELIAU, YANG KAKINYA
SAMPAI BENGKAK DISEBABKAN PENGABDIAN
BELIAU KEPADA ALLAH SWT DAN DEMI DAKWAH
KEPADA KITA.
SEJAHTERALAH JASAD YANG TELAH MEMIKUL
KESUKARAN, KELETIHAN, KESAKITAN, DAN
KELAPARAN KARENA KITA.
(BERSAMBUNG)

Rindu Seorang Sufi


Syeikh Abul Qosim Al-Qusyairy
“Barangsiapa mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu pasti datang. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.s. Al-Ankabut: 5)

Ya Allah, hiasilah kami dengan keindahan iman. Ya Alah, jadikanlah kami sebagai pemberi petunjuk maupun penerima petunjuk’.”
Rindu adalah keadaan gairah hati yang berharap untuk berjumpa dengan Sang Kekasih. Kadar rindu tergantung besar volume cinta. Saya mendengar Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq membedakan antara rindu dan hasrat yang bergolak, katanya, “Rindu ditentramkan oleh perjumpaan dan memandang. Sedangkan hasrat yang bergolak tidak sirna karena pertemuan.”
Mengenai konteks ini para Sufi bersyair:
Mata tak pernah berpaling ketika memandang-Nya,
Sehingga-kembali kepada-Nya, penuh gelora.

Abu Utsman menuturkan, “Tanda rindu adalah mencintai kematian dengan hati yang ringan.”
Yahya bin Mu’adz menyatakan, “Tanda rindu adalah membebaskan tubuh dari hawa nafsu.”
Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq menuturkan, “Pada suatu hari Daud as. pergi sendirian ke padang pasir, kemudian Allah Swt. menurunkan wahyu kepadanya, ‘Wahai Daud, Aku tidak memandangmu sebagai orang yang sendirian!’ Daud menjawab, ‘Tuhanku, aku terpengaruh oleh kerinduan dalam hatiku untuk bertemu dengan-Mu, lantas terhalang antara diriku untuk bergaul dengan sesama manusia.’

Maka Allah Swt berfirman: “Kembalilah kepada mereka. Sebab bila engkau mendatangi­-Ku bersama seorang hamba yang lari dari tuannya, Aku tetapkan dirimu di Lauh Mahfudz sebagai seorang arif yang bijak’.”

Diceritakan, ada seorang wanita tua yang didatangi oleh pemuda yang termasuk kerabatnya. Keluarga lainnya merasa gembira, namun wanita itu justru menangis tersedu. Ia ditanya, ‘Apa yang engkau tangisi?” Wanita itu menjawab, “Aku teringat kedatangan pemuda itu, jika kelak di hari kedatangan kita kepada Allah Swt.”

Ketika Ahmad bin Atha’ ditanya tentang rindu, dia menjawab, “Jiwa yang terbakar, qalbu yang berkobar, dan jantung yang berkeping-keping.”
Pada kesempatan lain dia ditanya, “Manakah yang lebih utama, rindu ataukah cinta?” Ibnu Atha’ menjawab, “Cinta, karena rindu terlahir dari cinta.”

Mengenai hal ini para Sufi bersyair:
Kami dalam puncak kegembiraan, Namun tak bisa sempurna, kecuali dengan kalian Cacat yang ada pada kami, wahai orang-orang yang kucintai, Engkau semua dighaibkan sedang kami telah hadir.
Mereka juga bersyair:
Siapakah yang memeriahkan pesta raya,
Padahal aku sungguh berduka, Kegembiraan telah penuh bagiku
bila kekasih-kekasihku tiba.

Dikatakan juga, “Para perindu saling merasakan manisnya kematian, ketika menjemputnya, semata karena jiwa pertemuan telah terbuka melebihi manisnya penyaksian.”

As-Sary menyatakan, “Rindu adalah maqam teragung bagi seorang ‘arif manakala telah terwujud di dalamnya. Manakala dia mencapai kerinduan, dia menjadi lupa akan segala sesuatu yang menjauhkan dari yang dirindukannya.”
Abu Utsman bin Sa’id al-Hiry berkomentar mengenai firman Allah Swt,
“Barangsiapa mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu pasti datang. “ (Q.s. Al-Ankabut: 5).
“Ayat ini sebagai penentram bagi para perindu. Tafsirnya: Aku tahu bahwa rindu kalian kepada-Ku begitu kuat. Aku telah menetapkan satu waktu bagi kalian untuk berjumpa dengan-Ku. Kalian semua akan segera datang kepada Yang kalian rindukan’.”
Dikatakan bahwa Allah Swt. mewahyukan kepada Nabi Daud as, “Katakanlah kepada para pemuda Bani Israil, ‘Mengapa kalian menaruh kepedulian selain kepada-Ku, sedangkan Aku merindukanmu? Dusta macam apa ini’?”

Allah Swt. juga menurunkan wahyu kepada Daud as, “Jika saja mereka yang telah berpaling dari-Ku mengetahui bagaimana Aku telah menunggu mereka, melimpahkan kasih sayang kepada mereka, dan kerinduan-Ku agar mereka meninggalkan kemaksiatan terhadap-Ku, pasti mereka mati semua karena rindu mereka, dan sendi-sendi mereka remuk karena cinta kepada-Ku. Wahai Daud, inilah Kehendak-Ku terhadap mereka yang telah berpaling dari-Ku, lalu bagaimana Kemauan-Ku terhadap mereka yang menghadap kepada-Ku?”
Dikatakan bahwa dalam kitab Taurat tertulis, “Kami sangat merin­dukan kalian semua, namun kalian tidak saling membalas rindu; Kami tanamkan rasa takut dalam dirimu, tapi kalian sendiri tidak merasa takut. Dan Kami memberi ratapan kepada kalian, sayangnya, kalian semua tidak pernah meratap.”

Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq menuturkan, “Suatu ketika Syu’aib menangis hingga matanya buta. Allah Swt. mengembalikan penglihat­annya.

Dia menangis lagi sampai buta kembali, dan Allah Swt. mengembalikan lagi penglihatannya. Kemudian dia menangis sampai buta, lantas Allah Swt. mewahyukan,
‘Jika engkau menangis karena surga, maku Aku pun memperkenankannya. Jika engkau menangis karena neraka, maka Aku pun telah menjadikanmu selamat darinya.’
Syu’aib menjawab, `Bukan itu. Aku menangis karena rindu kepada­Mu.’
Lalu Allah berfirman padanya,’Karena itu Aku menunjuk Nabi­-Ku dan Kalimat-Ku untuk melayanimu selama sepuluh tahun’.”
Dikatakan, “Barangsiapa rindu kepada Allah Swt, maka segala sesuatu merindukannya.”

Dan dalam hadist disebutkan, “Surga merindukan tiga orang:
Ali, Ammar dan Salman.”
Malik bin Dinar mengatakan, “Aku membaca dalam Taurat begini, ‘Kami bangkitkan rindu dalam dirimu, tetapi kamu sekalian tidak rindu kepada Kami.

Kami mainkan seruling untukmu, tetapi engkau tidak menari :”
Al Junayd ditanya, “Apa yang membuat seorang pencinta menangis ketika bertemu dengan Kekasihnya?” Dia menjawab,
“Itu hanya karena kegembiraannya pada Sang Kekasih, dan kepesonaan karena kedahsyatan rindu kepada-Nya.”

Allah pun Berdzikir


Keseimbangan jiwa adalah keseimbangan antara harapan akan limpahan cinta-Nya dan rasa takut kepada-Nya. Antara keleluasaan karunia, anugerah, kelembutan, dan belaian-Nya, dengan keperkasaan, kedahsyatan dan genggaman-Nya. Keseimbangan yang memekarkan saya-sayap kemesraan Ilahi, dengan kharisma keagungan dan kekuasaan-Nya.
Para kekasih Allah berlomba-lomba membubungkan layang-layang ruhnya sampai puncak-puncak langit, sampai menyentuh dinding-dinding Arasy, bahkan mereka kendalikan layang-layang itu dari Arasy-Nya. Mereka, bahkan ikut menjadi layang-layang yang terbang tinggi, dengan sayap-sayap yang dimekarkan dalam dekapan kefanaan.
Syiar itu bukan pada yang tampak di permukaan, atau gebyar-gebyarnya. Bukan. Syiar itu muncul dari kedalaman kalbu, yang disebut dalam Al-Qur’an sebagai min-taqwal qulub. Jadi percuma saja, mengibarkan agama, malah kulit-kulitnya. Kulit-kulit itu hanyalah bungkus, kadang dieprlukan, kadang tidak.
Orang boleh berdzikir pakai tasbih, boleh tidak. Apalagi dzikir itu dalam nurani jiwa kita. Tasbih itu tidak perlu. Kalau melatih diri agar kita istiqamah, bolehlah kita menghitung biji tasbih untuk menyertai bacaan-bacaan dzikir kita.
Syekh Abu Hasan Asy-Syadzili membagi empat model dzikir. Pertama, dzikir yang kita ucapkan. Kedua, dzikir yang membuat diri kita ingat akan nikmat/siksanya. Ketiga, dzikir yang senantiasa mengingatkan bahwa segala kekuatan dari Allah dari nafsu walaupun Allah juga yang membuat. Keempat, adalah dzikirnya Allah kepada hamba-Nya.
Allah itu hakikatnya Yang Berdzikir. Itu hanya bisa dirasakan oleh mereka yang berdzikir dalam fana’ul fana’. Dzikir mereka yang sudah abadi dalam Ilahi. Sebab pada diri sang hamba tidak ada lagi yang menggantung atau melekat, selain Allah belaka. Dirinya sendiri saja sudah tiada, bahkan kesadaran akan ketiadaannya juga sudah tak ada. Semuanya Allah. Tak ada yang lain-Nya, tak ada. Maka pada saat itulah siapa sebenarnya yang berdzikir dan siapa yang didzikir tidak ada lagi bedanya. Pengingat dan yang diingat tak bisa dipisahkan.
Ikhlas itu adalah rahasia dari Rahasia Ilahi yang dititipkan pada hamba-Nya yang dicintai-Nya, lalu hamba itu terputus dari segala hal selain Allah saja.
Ikhlas itu ada dua, yaitu Mukhlisin dan Mukhlasin. Yang pertama melakukan melalui segala bentuk upaya sampai bisa ikhlas benar. Yang kedua, tidak mencari ikhlas, karena ikhlas sudah ditinggalkan jauh-jauh. Itulah yang disebut Mukhlasin. Artinya sudah ikhlas dari wacana dan kata-kata ikhlas itu sendiri. Ia bebas dari belenggu psikologis ikhlas. Dia tidka mau tahu tentang makna ikhlas, yang penting bisa total dengan Allah.
Minimal ikhlas itu dibagi tiga : Ikhlasnya Mukhlisin, yaitu ikhlas untuk beramal, jauh bebas dari makhluk, semata demi Allah. Kedua ikhlasnya Muhibbin (para pecinta Allah) yaitu ikhlas tanpa berharap pahala, surga, atau apa pun kecuali hanya demi cintanya kepada Rabb. Dan ketiga ikhlasnya Muhawwidin, yaitu keikhlasan dari apa yang disebut ikhlas. Sang hamba merasa seakan-akan menyatu dengan-Nya, dan segalanya tidak bisa lepas dari-Nya.
Banyak orang-orang berbuat baik malah tertimpa bencana. Dan banyak pula orang yang berbuat jahat malah sukses. Dimana keadilan Allah ?
Pernah ada cerita di pengajian. Suatu saat Malaikat protes kepada Allah gara-gara ada hamba-Nya yang berdosa, ahli KKN, ahli pemerkosa, dan pembunuh, tapi begitu berdo’a kepada Allah lengsung dikabulkan. Sedang yang satu lagi, ada orang saleh yang berdo’a bertahun-tahun tidak dikabulkan. Kira-kira malaikat itu protes, dimana keadilan Allah ?
Allah menjawab, “Aku segera kabulkan do’a pendosa, pemaksiat itu, karena Aku bosan mendengar keluhannya. Jadi biar tidak mengeluh, langsung Aku kabulkan saja. Sedangkan orang saleh itu Aku lamakan pengabulannya, karena do’a-do’anya begitu indah Kudengar, begitu mesra Kusimak.” Malaikat pun terdiam dan memahaminya.
Sejak Nabiyullah dan Rasulullah diangkat menjadi Nabi dan Rasul, sejak saat itu beliau adalah Nabi dan Sufi dan Rasul yang Sufi. Nubuwwah dan Riasalah Islam tentu secara keseluruhan mengandung dimensi sufistik semuanya. Kecuali mereka yang hanya melihat Islam dari bentuk dan kulitnya saja, akan menolak semua ini. Singkatnya, sejak Rasulullah menerima wahyu pertama di Gua Hira’, saat itulah secara deklaratif misi sufi menjadi substansi wahyu itu sendiri. Rasulullah ketika itu diminta membaca oleh Jibril sampai tiga kali. Dan Rasulullah merasa tidak bisa membaca. Sebab yang bisa hanyalah Allah. Namun ketika Jibril meneruskan,”Bacalah, dengan nama Tuhanmu...dst. Rasulullah langsung membacanya.

Bidadari Pun Ngomel


Pagi itu , kedai Cak San belum ada pelanggan yang datang. Kecuali seorang kakek tua yang bertubuh kurus dan berwajah pucat. Badannya gemetaran dan tubuhnya dibungkus sarung sampai menutup kepalanya.

“ Lagi sakit, Mbah..”

“Wajah Mbah kelihatan pucat. Mbah mungkin terserang demam..”

Kakek itu diam saja. Ketika secangkir kopi disodorkan di hadapannya , ia raih cangkir itu segera. Dan suara sruputan itu terasa nikmat sekali.

Pardi dan Dulkamdi datang bersamaan, sepulang dari jama’ah subuh masjid Raudah. Agak jauh dibelakang Kang Soleh dan rombongannya., sedang asyik berbincang . Satu per satu akhirnya mereka memasuki kedai Cak San.

Kakek tua itu menggeser pantatnya menuju sudut mendekati perapian, tempat memanggang pisang bakar. Kehadirannya terasa tak ingin diketahui oleh orang –orang itu. Tapi Dulkamdi menangkap sesuatu yang ganjil kakek itu. Wajahnya yang pucat, tapi menggambarkan senyuman bak mawar pagi.

“ Mbah.., dari mana Mbah, kok saya tidak pernah jumpa, Mbah..”

“ Dari rumahnya Gusti Allah.. Maunya, ya menuju rumah nya Allah. Tapi saya kesrimpet dijalan. Saya baru saja diomeli habis – habisan oleh para bidadari..”

Betapa terkejutnya para hadirin di kedai mendengar jawaban kakek tua itu. Sedang wajah kakek tua itu ekspresinya tetap saja dingin, seperti menyimpan rahasia terdalam.

“ Ke rumah Allah, kok mampir di kedai jelek ini Mbah..” Goda Pardi.

“ Karena saya jengkel sama bidadari itu. Jadi.. lebih baik saya ngopi di kedai ini … ngga papa kan?"

Mendengar jawaban itu , Pardi jadi penasaran. Sebab, semalaman baru saja ia diomeli istrinya, dan pagi – pagi ke kedai Cak San, siapa tahu , dapat hiburan segar yang bisa membugarkan hatinya yang kecut.

“Memang bidadari ada yang ngedumel, Mbah..”

Kakek itu tiba –tiba terdongak dan meledakkan ketawanya sampai napasnya habis. Yang tersisa adalah batu – batuk yang ngikil, akibat tersedak oleh napasnya yang hampir terhenti.

Kang Soleh yang sejak tadi sudah menaruh perhatian pada kakek tua itu, matanya tak berkedip memandangnya.

“ Pasti, si tua ini bagian dari Sirrulah.. (rahasia Allah) yang tersebar dimuka bumi..” katanya dalam hati.

“ Ya bisa ngedumel dan cemburu dan … kalau perlu kamu akan diomeli habis-habisan..”

“Memangnya , Mbah diomeli ?”

“ Wah.. wah… wah.. sudah tiga bulan ini saya tidak bisa tidur..” kata kakek tua itu, yang tidak meneruskan ucapannya.

Pardi, Dulkamdi, dan Kang Soleh terjengak mendengar kisah kakek itu. “ Saya juga tidak doyan makan, paling – paling hanya minum saja. Sekarang ini perut saya terasa lapar sekali setelah di omeli bidadari… Memang.. memang.. itu salah saya sendiri. Tapi.. memang nafsu itu.. nafsu itu..”
Orang – orang pada terdiam

“ Teruskan Mbah…” pinta Pardi.

“ Nafsu itu membuatku lalai. Aku hanya ingin istirahat sejenak denga rasa lelah yang kurebahkan, tiba tiba bidadari itu muncul. Matanya yang tajam penuh amarah dan cemburu, “ Heh , kakek tua.. baeratus-ratus tahun aku merindumu, memujamu, membayangkan drama cinta kita yang mesra dan romantic, tanpa makan, tanpa tidur.. bahkan untuk mimpi pun aku tak mau…kecuali mimpi denganmu wahai kakek tua. Kok tiba – tiba semalam kamu terlelap dalam tidurmu..sementara aku tak memejamkan matamu…” Begitu omelan bidadari itu padaku. Lalu aku terbangun, dan nafasku hampir copot. Aku ketakutan, lari kesana kemari, sampailah aku ke kedai ini….”

Pardi keliahatan bengong melompong mendengar kisah menarik kakek tua ini. Bahkan, Dulkamdi tak kuat menahan harunya, lalu air matanya mengembang dan mulutnya terkunci rapat menahan emosi yang hendak meledak dalam tangisnya.

“Mbah, sampean merindukan bidadari…”

“ Sebenarnya saya tidak membayangkanya, apalagi merindukannya. Tapi saya kasihan melihat bidadari itu. Jadinya saya kasihan pada diri sendiri. Begitu nafsuku ingin menikmati tidurku, bidadari itu mencemburuiku…”

“Okhhhhhhh… saya paham… saya paham… Mbah, tapi Mbah pasti lebih paham…” kata Kang Soleh.

Kang Soleh mendekati si Mbah itu.Ia dekatkan mulutnya ke telinganya, komat kamit membisikkan sesuatu. Ganti si kakek tua itu mendekatkan mulutnya ke telinga Kang Soleh, mulutnya komat – kamit . Lalukeduanya tertawa terbahak – bahak seperti dua orang sahabat lama yang baru saja bertemu. Entah, apa yang mereka katakana berdua itu. Wallahu A’lam.

“ P E M B A N T A H “ (PErasaan Memang BANyak TAHu)



Tiadalah orang-orang yang membantah, melainkan mereka yang banyak tahu tapi sedikit mengerti.
Tiadalah orang-orang yang benar dan salah, melainkan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.

Hai sekalian manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran dari Tuhanmu. Barang siapa yang mendapat petunjuk, hanya ia mendapat petunjuk untuk dirinya. Barang siapa yang sesat, hanya ia sesat atas dirinya dan aku bukanlah menjadi wakil (pengganti) terhadapmu.
(Y u n u s 108)
Diantara manusia ada orang yang membantah terhadap Allah (Al-qur’an)
Tanpa ilmu, tanpa dalil dan tanpa kitab yang menerangkan.
(Al- h a j j i 8)

Orang-orang yang suka berbantahan, adalah mereka yang membatasi dirinya dari segala ilmu pengetahuan yang ada di alam semesta ini, mereka merasa bahwa pengetahuan itu hanya sebatas yang mereka pelajari saja sudah cukup, lalu meyakini kebenarannya sampai mati.
Padahal belum seper sepuluhpun dari kitab yang mereka pelajari…. Bahkan tanpa dalil, tanpa petunjuk dan tanpa kitab yang menerangkan. Sehingga mereka terbelenggu dengan kebenaran semu yang diyakininya.
Sesungguhnya mereka itu tak akan pernah mendapatkan kebenaran yang hakiki, disebabkan tidak mau menerima hal-hal yang belum pernah didengarnya dari bapak2nya atau orang2 sebelumnya.

Tak ubahnya seperti pelajaran tingkat Mahasiswa (tauhid)…. Yang didengar oleh anak yang masih duduk ditingkat Sekolah Dasar (syari’at),
tentu saja tidak dapat mencernanya karena belum sampai pelajaran tingkat itu kepadanya……. Tetapi jika ia menjadi pendengar yang baik tanpa membantah dengan pengetahuan yang sudah ada padanya, dan lebih suka bertanya dengan lemah lembut, bukan menghujat, maka bertambahlah ilmu pengetahuan yang diterimannya dengan tulus ikhlas. Akan terbukalah logika kebenaran itu karena diterima oleh akal sehat.
Orang2 yang telah dibatasi ilmu pengetahuannya oleh agama, dan dipertakuti dengan sesuatu yang tidak diketahuinya, maka terbelenggulah ia dalam kebodohan yang berulang-ulang sampai ke turunan terakhir.
Kecuali keturunan berikutnya mau memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan oleh orang sebelumnya (orang tua).itupun jika masih ada waktu.
Semua pengetahuan dari tingkat SD (Sekolah Dasar) sampai Sarjana….. tidak satupun yang salah, karena semua tahapan harus dilalui untuk mencapai jenjang yang tinggi.
Tapi jika seorang manusia sudah berusia 60 tahun, masih terus duduk dan belajar ditingkat SD (syari’at),maka siapakah yang salah…….???????????
Pelajarannya kah atau manusianya…???….. bahkan ia belum lulus jadi manusia yang bebas merdeka, tapi masih disebut
“ORANG” (Obyek RAga dan tulaNG) belum ada kesempurnaan sebagai manusia, sehingga dibutuhkan ilmu pengetahuan yang banyak untuk menyempurnakan diri menjadi seorang .........................
“MANUSIA” (MANtan Umat SIA-sia),
karena “ORANG” itu, masih indentik karakternya dengan hewani (sifat2 hewan)). Tak mengenal diri dan Tuhan, tanpa belas kasih, serakah, suka berkelompok2 (dengan partai, agama dan organisasi) yang tak bermanfaat, hanya memikirkan makanan, pemarah, saling membunuh, saling berebut, iri hati, cemburu dsb yang buruk2.

Yang disebut “MANUSIA” (Mau NUrut SIApa)………?????
Tentu orang2 yang telah menurti peraturan Tuhannya yang mengatur alam semesta, dirinya beserta rejekinya. Bukan diatur oleh Tuannya seperti hewan yang dicucuk hidung yang patuh menurut saja, tanpa memahaminya…… dan mengurungya dikandang (agama) tapi tak dapat menghidupkan dan mematikan.
Kesalahan dan kebenaran adalah sepasang keESAan yang tak dapat dipisahkan. Kesalahan sebagai soal (pertanyaan) dan kebenaran sebagai jawabannya. kebanyakan orang merasa dirinya sudah benar tanpa harus melalui proses kesalahan, padahal ia hanya menerima agama sebagai warisan tanpa harus mendalaminya, cukup melakukan apa yang telah dilakukan orang2 sebelumnya. Tak berakal dan tiada pula memikirkan.

Maha suci Allah yang menciptakan berpasang-pasang semuanya, diantara apa-apa yang ditumbuhkan bumi dan dari diri mereka sendiri dan dari apa-apa yang tidak mereka ketahui. (Y a s I n 36)

Adakah mereka mengetahui semua pasangan didalam alam ini……..?
Jasad berpasangan dengan ruh…… maka hiduplah ia dan berkembang.
Laki-laki berpasangan dengan perempuan (alif masuk kedalam mim dan menitikkan setetes air dalam nun) maka berkembang biaklah manusia itu.
Jika semua diciptakan berpasangan…… Lalu adakah agama-agama itu memiliki pasangan …….?
Maka sesungguhnya tugas manusia adalah mengESAkannya…..
Seperti esanya pandangan mata orang normal bukan jereng (juling, kero) yang selalu melihat sesuatu ada dua yang menjadi perbedaan, tapi tidak mengetahui mana yang asli atau palsu, maka sangatlah lelah orang2 yang mempunyai pandangan seperti ini.
Mengapa ruh meninggalkan jasad…..? karena tidak mengESAkan Zatnya.
Mengapa istri ditinggal suami…..? karena tidak mengESAkan tujuannya.
Bukanlah keESAan fisik yang dituntut menjadi sekutu, tetapi keESAan zat dan Fikiran, agar tidak berpecah-belah dalam kehidupan dunia

Allah akan menghukum diantara kamu pada hari kiamat tentang apa-apa yang kamu perselisihkan. (Al- h a j j I 69).

Janganlahh kamu menyimpulkan sesuatu sebelum habis kamu ketahui ceritanya.hingga tammat (dari awal sampai akhir).

Ziarah Ke Makam Pelacur


Malam itu, Jack dengan jamaah pelacur kelas tinggi sedang berbincang di hotel bintang lima.Di bulan suci, apa yang mereka inginkan?Ya,mereka juga pasti ingin hari raya, pulang kampung dengan membawa oleh-oleh. Di antara mereka banyak yang libur melacur, hanya minta kiriman lewat ATM para pelanggannya. Ada pula yang masih ngebut mencari “tumpangan” layaknya angkot. Ada pula yang sudah berjanji, selepas lebaran, dunia kelam akan ditutup selamanya dalam hidupnya. Macam-macamlah.

Jack bercerita banyak tentang sejarah pelacuran di dunia,sampai profil-profil pelacur hingga seorang pelacur yang menjadi permaisuri raja, dan sempat menyelamatkan negrinya. Tak kurang pula bagaimana Jack mengisahkan tobatnya para pelacur dan sejumlah pelacur yang memondokkan anaknya di pesantren, dari hasil pelacuran.

“Malam inikita akan lanjutkan ziarah bersama ke sebuah makam seorang perempuan mulia di mata Allah tapi hina di mata manusia…”

“Apakahdiaseorang penjahat? Koruptor? Kanibal?Atau…? Seperti kita-kita ini, Mas? tanya salah satu hostes di hotel itu.

“Ya, Anda tebak sendiri. Kita kesana, kita tahlil, danberdoa bersama?”

Para pelacur itu sepertinya sudah mengerti siapa yang akan di ziarahi itu.Wajah-wajah mereka mengekspresikan pancaran yang beragam. Ad yang kelihatan pucat pasi,ada pula yang gembira, ada pula yang menunduk, ada pula yang langsung menitikkan air mata.

“Bagaimana kisahnya Mas Jack,kok sampai dia begitu mulia di hadapan Allah? Apakah kita-kita ini yang sangatkotor juga bisa?”

Mata Jackmenerawangjauh. Lalu ia kisahkan tentang kehidupan pelacur itu. Ia adalah seorang hostes yang sangat cantik dan sangat laris. Semua orang di jakarta yang hobi berselingkuh dengan dunia perempuan tahu namanya. Begitu juga orang-orang di kampungnya tahu profesinya.Makanya, ketika tiba-tiba meninggal dunia, hampir tak ada yang mau mngubrnya. Sanak saudaranya juga tidak jelas. Akhirnya pelacur ini dikubur saja asal-asalan, di kuburan dekat sungai, yang tempatnya jauh dari kuburan umum. Masyarakat merasa jijik, dan sekaligus menjadikan momentum, agar dikenang, bahwa seorang pelacur kalau matitidak akan dikubur di makam umum. Mungkin masyarakat mau menghukum pelacur ini.

Sepuluh tahun kemudian, tiba-tiba ada proyek pelebaran sungai. Tentu kuburan pelacur ini akan digaruk begitu saja. Benar, ketika kuburan pelacur itu di buldoser, tiba-tiba buldosernya macet, dan berulang kali demikian. Akhirnya seorang kyai di kampung itu datang bersama masyarakat untuk mengeduk kuburan itu. APa yang terjadi?Mereka semua terkejut setangah mati ketika melihat mayat pelacur sepuluh tahun yang lalu masih utuh, kafannya masih bersih, kulitnya masih mulus. Mereka terhenyak, dan hampir semua yang melihat disana menangis, memohon ampun kepada Allah atas dosa dan penghinaan yang mereka lakukan selama itu. Akhirnya dikuburkan di makam umum, dihormati layaknya orang yang lain.

Jack terdiamsejenak hampir tersedak suaranya. Sementara para pelacur lainnya itu, sudah saling berpelukan menahan tangis atas kisah tragis itu.

“Apa yang dilakukannya selama jadi pelacur Mas?”

“Saya tidak tahu. Mungkin hatinya tidak pernah melacur, jiwanya untuk Allah. Dan setiap dia melacur dia hanya ingat Allah,bahkan menjerit-jerit.Saya dengar dari dunia waktu yang saya tembus, melihat dia menjelang meninggalnya menangis sampai kering air matanya, dan menjerit sampai pingsan atas pertobatannya, sampai wafatnya… Allah mengampuni segala dosanya yangberlalu. Saya merasa mendengarkan munajatnya begini:Tuhan,Engkau tahu aku hamba yang Engkau Ciptakan, dan Engkau pun tahu aku seperti initidak lepas dari TakdirMu. Kini aku hanya ingin kembalikepadaMu, setelah seluruh isi makhlukMu tidak ada yang menjadi harapanku.Kalu seluruh makhlukMu saja mencaciku, menghinaku,menghempaskanku
, lalu Engkaupun juga hendak membuangku,lalu siapa lagi yang bakal menerima hamba yang hina iniTuhaaan… PadahalEngkaulah satu-satunya harapanku…Karena itu terimalah aku di PangkuanMu ya Tuhaaann…”

Hotel berbintang ituseakan-akan mau roboh mendengar kisah Jack,karena setelah kisah itu diuraikan, berurai pula air mata dan jeritan jama’ah pelacur itu…

POSISI ANDA DI DEPAN ALLAH


“Kang…, bias nggak kita mengetahui, kedudukan kita saat ini di depan Allah?” Tanya Dulkamdi kepada Kang Saleh.

Kang Saleh hanya menghela nafas panjang. Ia pandangi sahabatnya itu lama sekali, sampai Dulkamdi kelihatan tidak enak, khawatir menyinggung Kang Saleh, atau jangan-jangan pertanyaan itu sudah masuk kedaerah rawan.

Dan, cess. Airmata Kang Saleh tumpah di pipinya.

Dulkamdi semakin merasakan tidak enak dibenaknya. Rasanya ingin segera pergi dari kedai itu. Tapi Pardi tiba-tiba dating, tanpa basa-basi meminta sisa kopi Dulkamdi yang tinggal seperempat cangkir.

“Dul. Kita sudah lama tidak bersenang-senang. Kalau sesekali kita menuruti hawa nafsu kita, apakah nggak boleh Dul, ya?”

Dulkamdi justru terdiam. Ia injak telapak kaki Pardi, memberi tanda, bahwa suasananya kurang pas bicara seperti itu. Dan Pardi jadi paham, ketika memandang Kang Saleh, yang matanya masih basah.

Dua sahabat itu jadi clingukan.

Tiba-tiba suara Kang Saleh terasa parau, usai Pardi bicara seperti itu.

“Jika anda mulai berorientasi serba duniawi, memburu duniawi, itu tandanya Allah sedang menghina anda. Jika anda berorientasi dalam ubudiah, itu tandanya Allah sedang menolong anda. Jika anda sedang sibuk dengan urusan sesame manusia, sampai lupa dengan Allah, itu tandanya Allah sedang berpaling dari diri Anda. Jika anda dijauhkan dari rintangan-rintangan menuju kepada Allah, sesungguhnya Allah sedang mendidik budi pekerti kehambaan anda. Jika anda bergairah dalam Munajad kepadaNya, itu tandanya Allah sedang mendekati Anda. Jika anda Ridha atas ketentuanNya, dan Ridha bersamaNya, itu tandanya Allah Ridha kepada diri anda… dan…” Suara Kang Saleh terhenti berganti dengan tangis yang menderu-deru.

“Mari … mari … Kita kita kirim surat Al-Fatihah kepada Syaikh Zaruq, pensyarah al-Hikam yang memunculkan mutiara hikmah tadi… al-Fatihah…” Kata Kang Saleh sambil sesenggukkan.

Lalu seisi kedai itu membaca surat al-Fatihah sambil sesenggukan pula.

Dulkamdi memandang bengong kepada Kang Saleh. Kepalanya seperti burung onta, manggut-manggut belaka. Ia benar-benar menghayati ungkapan Kang Saleh yang sangat filosaofis itu. Diam-diam ia baru paham, itulah jawaban Kang Saleh atas pertanyaan diatas, dimana posisi seorang hamba dihadapan Allah.

“Nah Di, kamu paham kan?”

“Maksudmu Dul?”

“Lha, kamu kalau mengajak kita untuk menuruti hawa nafsu, syahwat dan maksiat, itu pertanda posisi kita dihadapan Allah sedang terhina, atau Allah menghina kita, lalu kita ditakdirkan bermaksiat, mengumbar kesenangan nafsu….”

Pardi hanya bias menghela nafasnya….

JANGAN BINGUNG


Dulkamdi sudah hamper divonis gila oleh orang-orang sekampung. Kemanapun ia berjalan, selalu menyanyikan lagu-lagu. Kalau bukan lagu-lagu cinta seperti orang kasmaran, maka ia lagukan kisah penderitaan yang teramat dalam. Lalu airmatanya meleleh membelah pipinya yang kurus mongering. Ia sudh seperti majnun.

“Bagaimana nasib sahabat kita itu Kang?” Tanya Pardi.

“Nanti juga waras.”

“Jangan lama-llama Kang gilanya…”

“Memang saya ini Gusti Allah apa?”

“lho ya, saya nggak tega lihat Dulkamdi seperti itu…”

“Saya juga! Tapi Insya Allah nanti sore juga sudah kelar gilanya…”

“Kenapa nggak nanti siang Kang?”

“Biarlah dia lagi menikmati asmaranya dengan Allah.”

Dari jarak yang jauh, Dulkamdi memang tampak seperti kegirangan, lalu berjoged, bahkan tertawa terbahak-bahak. Ia bersya’ir dengan lagu yang begitu pahit :

Dunia sudah tua, lebih tua dari nenek tua
Kenapa kau buru dunia yang renta
Kenapa….?
Lihatlah yang selalu muda
Para bidadari di surga
Dengan senyum bunga-bunga jamaliyahNya
Tapi kenapa kalian berpaling dari jaga?
Lalu berkhayal tentang syrga?
Lalu bermimpi tentang janji
Wahai para hamba pemalas?
Oh… dunia sudah tua
Sejak dulu yang begitu
Sejak kapan yang begini
Sejak kita bermimpi
Ya…. Begitu
Ha….ha….ha….

“Minum kopi dulu Dul, biar seger.” Ucap Pardi.

“ya…ya… saya akan nikmati kopi. Tapi bukan rasa kopi ini yang nikmat bagiku. Tapi dibalik kopi ini. Dibalik kopi ini ada nama-nama Allah, ada sifat-sifat Allah, ada perbuatan-perbuatan Allah… Nikmattt tenaaan. Allah… Allah… Allah… kopi kesduhan Allah…. Hmmmmm…. Kalian semua telah musrik dengan meminum kopi murni ini… Hmmmmm….”

Gegerlah seisi kedai itu. Dulkamdi benar-benar gila kepada Allah. Dulkamdi telah majdzub.

“Ini kopi Dul, bukan Allah!”

“Saya tahu. Tapi kopi ini menjadi hijab antara kamu dengan Allah. Kopi ini menjadi lebih besar dimata hatimu dibanding kebesaran Alah. Hmmmmm…..”

“Sadar Dul, sadar!”

“Justru kamu semua ini yang nggak sadar. Setiap hari minum kopi tapi tidak pernah mendengarkan tasbihnya kopi. Tega benar, kalian semua ini. Kopi mendo’akan anda, tapi kenapa kopi anda bikin sebagai sungai dalam kencing anda…. Ha…. Ha,,,,, ha…. Kalian sudah gila semua.”

Dulkamdi lalu menangis tersedu-sedu. Tiba-tiba Kang Saleh mendekatinya. Memeluknya erat-erat.
“Dul, mari kita pakai baju Islam dengan syari’atnya. Mari kita alirkan darah daging keimanan denngan dzikirnya. Mari kita getarkan Allah dalam ruhnya.”

“Lalu gimana Kang, aku ini?”

“Pejamkan matamu Dul/ allah mencintaimu dengan tirai nama-namaNya. Nah, pakailah jubah Ilahi itu, dengan penuh riasan warni dzikrillah.”

Pardi memejamkan matanya. Lalu ia buka kembali. Sesaat ia sadarkan diri. Lalu ia raih air putih di kendi kedai itu, ia minum habis, laksana pengembara di kedahagaan sahara…..

Bertaubatlah, sekarang juga!


Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu’anhu menuturkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla membentangkan tangan-Nya di waktu malam agar orang yang berbuat dosa di siang hari segera bertaubat. Dan Allah bentangkan tangan-Nya di waktu siang agar orang yang berbuat dosa di waktu malam hari segera bertaubat. Sampai matahari terbit dari tempat tenggelamnya.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/26] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semua umatku akan dimaafkan kecuali orang yang melakukan dosa secara terang-terangan. Termasuk perbuatan dosa yang terang-terangan yaitu apabila seorang hamba pada malam hari melakukan perbuatan (dosa) lalu menemui waktu pagi dalam keadaan dosanya telah ditutupi oleh Rabbnya, namun setelah itu dia justru mengatakan, ‘Wahai fulan, tadi malam saya melakukan ini dan itu’. Padahal sepanjang malam itu Rabbnya telah menutupi aibnya sehingga dia pun bisa melalui malamnya dengan dosa yang telah ditutupi oleh Rabbnya itu. Akan tetapi pagi harinya dia justru menyingkap tabir yang Allah berikan untuk menutupi aibnya itu.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/225] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Sabar, Dunia hanya sebentar
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dunia adalah penjara bagi seorang mukmin dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/214] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Anas bin Malik radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Surga diliputi oleh perkara-perkara yang terasa tidak menyenangkan, sedangkan neraka diliputi oleh perkara-perkara yang terasa menyenangkan hawa nafsu.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/101] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Anas bin Malik radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ya Allah, tiada kehidupan yang sejati melainkan kehidupan akherat…” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari [11/260] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H).

Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berusaha menjaga kehormatannya maka Allah pun akan mengaruniakan iffah/terjaganya kehormatan kepadanya. Barangsiapa yang melatih diri untuk bersabar maka Allah akan jadikan dia penyabar. Barangsiapa yang melatih diri untuk senantiasa merasa cukup maka niscaya Allah akan beri kecukupan untuk dirinya. Tidaklah kalian diberikan suatu karunia yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari [11/343] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

Jangan tertipu oleh dunia!
Amr bin Auf radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukanlah kemiskinan yang kukhawatirkan menimpa kalian. Akan tetapi sesungguhnya yang kukhawatirkan menimpa kalian adalah ketika dunia dibentangkan untuk kalian sebagaimana dibentangkan kepada orang-orang sebelum kalian sehingga kalian pun berlomba-lomba untuk meraupnya sebagaimana dahulu mereka berlomba-lomba mendapatkannya. Dan dunia mencelakakan kalian sebagaimana dulu dunia telah mencelakakan mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/216] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003 dan Fath al-Bari [11/274] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

‘Aisyah radhiyallahu’anha menceritakan, “Keluarga Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sejak awal tiba di Madinah tidak pernah sampai merasakan kenyang karena menyantap hidangan gandum halus selama tiga malam berturut-turut sampai beliau meninggal.” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari [11/327] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

‘Aisyah radhiyallahu’anha menceritakan, “Keluarga Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memakan dua jenis makanan dalam sehari kecuali salah satunya pasti kurma kering.” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari [11/329] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

Ikhlaslah!
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah tabaraka wa ta’ala berfirman, ‘Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang di dalamnya dia mempersekutukan selain-Ku bersama dengan diri-Ku maka akan Kutinggalkan dia bersama kesyirikannya.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/232] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, kaya jiwanya (merasa cukup), dan tersembunyi (tidak suka menonjol-nonjolkan diri, pent).” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/220] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukanlah kekayaan yang sejati itu kekayaan yang berupa melimpahnya perbendaharaan dunia. Akan tetapi kekayaan yang sesungguhnya adalah kekayaan di dalam hati -merasa cukup dengan pemberian Allah, pent-.” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari [11/306] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

Kenikmatan tiada tara menanti di sana…
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah ‘azza wa jalla berfirman, ‘Aku telah persiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang soleh kenikmatan yang belum pernah dilihat mata, belum pernah terdengar telinga, dan belum pernah terlintas dalam hati manusia.’.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/102] cet. Dar Ibnu al-Haitsam Tahun 2003)

Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang masuk surga maka dia akan selalu senang dan tidak akan merasa susah. Pakaiannya tidak akan usang dan kepemudaannya tidak akan habis.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/110] cet. Dar Ibnu al-Haitsam tahun 2003)

Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila para penduduk surga telah memasuki surga dan para penduduk neraka pun telah memasuki neraka maka didatangkanlah kematian hingga diletakkan di antara surga dan neraka, kemudian kematian itu disembelih. Lalu ada yang menyeru, ‘Wahai penduduk surga, kematian sudah tiada. Wahai penduduk neraka, kematian sudah tiada’. Maka penduduk surga pun semakin bertambah gembira sedangkan penduduk neraka semakin bertambah sedih karenanya.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/120-121] cet. Dar Ibnu al-Haitsam tahun 2003)

Saudariku, jangan kau seperti mereka!
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua kelompok manusia calon penghuni neraka yang belum pernah kulihat keduanya. Suatu kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi yang dengannya mereka memukuli manusia. Dan kaum perempuan yang berpakaian tapi telanjang, yang menyimpang dan mengajak orang lain untuk ikut menyimpang. Kepala mereka seperti punuk onta yang miring. Mereka tidak akan masuk surga, dan tidak akan mencium baunya. Padahal baunya akan bisa tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim li an-Nawawi [9/124] cet. Dar Ibnu al-Haitsam tahun 2003)

Istiqomahlah!
‘Aisyah radhiyallahu’anha menceritakan, “Amal yang paling disenangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang dikerjakan secara terus menerus oleh pelakunya.” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari [11/332] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

‘Aisyah radhiyallahu’anha meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berbuatlah sebaik dan selurus mungkin dan lakukan apa yang paling mendekati ideal. Ketahuilah sesungguhnya bukan amal kalian semata yang bisa memasukkan kalian ke surga. Dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang paling kontinyu walaupun hanya sedikit.” (HR. Bukhari, lihat Fath al-Bari [11/335] cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

Keluarga Cemara


Harta yang paling berharga adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah keluarga

Selamat pagi Emak
Selamat pagi Abah
Mentari hari ini berseri indah

Terima kasih Emak
Terima kasih Abah
Untuk tampil perkasa bagi kami putra putri yang siap berbakti

Agil sama Ara! Teteh mau jualan opak dulu ya
Ya Teh...
Jangan lupa bilang sama Abah ya!
Ya Teh...
Ya,
Mau permen...
Permen, permen apa?
Permen apa aja...
A.., Teteh berangkat dulu ya...
Ya Teh...

Harta yang paling berharga adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah keluarga

Selamat pagi Emak
Selamat pagi Abah
Mentari hari ini berseri indah

Terima kasih Emak
Terima kasih Abah
Untuk tampil perkasa bagi kami putra putri yang siap berbakti

“ P A H A L A “ (PAstikan HAdiah LAngsung)


Diantara mereka itu (manusia) ada orang yang awam, tiada mengetahui Kitab selain perkara yang bohong2 dan mereka tiada lain, hanya menduga-duga saja. (Al-baqarah 78)
Mereka itu orang2 yang menukar kesesatan dengan petunjuk dan siksaan dengan ampunan. Alangkah mereka itu sabar masuk neraka !
(Al-baqarah 175)

PAHALA bagi orang2 beragama adalah hadiah dari Tuhan, sebagai balasan atas amal ibadahnya….. tapi nanti, diakhirat setelah kiamat.
Sungguh menjemukan kiranya menunggu balasan dari Tuhan yang dijanjikan berlipat ganda tapi tak kunjung diterima. dan belum ada pengakuan dari seorangpun yang telah menerima pahala itu.
Maka datanglah Tuhan lain (RABBINNAS) = Tuhan manusia yang menawarkan kepada umat yang dinilai berprestasi dalam beribadah,.
yaitu ; “PAHALA” (beruPA HAdiah LAngsung)….. dengan menjanjikan mobil kijang innova dan perjalanan Umroh….. bagi jemaah yang rajin mengunjungi dan memakmurkan mesjid untuk berjema’ah (bersekutu) dalam beribadah.
Tuhan yang menawarkan hadiah tersebut, ingin pula mendapat julukan sang “PAHALA” (PAHlawan ALAp2)….. yang mengambil dana dari rakyat untuk menipu rakyat dengan berkedok kebaikan dibalik agama.
“POLITIK” (POlemik LIcinkan takTIK)………bukan rahasia lagi, untuk mencapai tujuan pribadi dan partainya.
Jika Umarah (pemerintah) telah bekerja sama dengan Ulama (pemuka agama)…… maka akan hancurlah Negara ini.
Perlahan –lahan Negara yang berazaskan PANTJASILA sebagai tujuan hidup bernegara, kini telah dikikis oleh sekutu-sekutu Arab dari bangsa sendiri yang menjadi pengkhianat, untuk memperluas kekuasaan Arab keseluruh penjuru dunia. Jangan harap INDONESIA menjadi TUAN dinegeri sendiri. Karena bangsa ini telah berkarat turun-temurun menjadi budak bangsa Arab yang membuat aturan atas nama agama, dan bangsa ini patuh pula menurut saja seperti “SAPI” (ayat sebagai tanda) = surat Al-baqarah. Diperah untuk membangun masjid (agar dimana2 ada duplikat kerajaan Arab)…. lalu diperah lagi untuk ibadah haji dan umroh, bertahun2 mengumpulkan uang untuk membayar upeti bagi orang2 yang patuh pada kerajaan Arab saudi.
Tidakkah kamu (hai bangsaku) memikirkannya…….?????
Allah ada disetiap diri manusia dan Mahameliputi seluruh alam dalam keESAan. Bukan di langit, bukan dibumi bukan di Arab dan bukan pula di masjid. Tapi semua diliputi Allah hingga kedalam diri manusia.
“HUA MAAKUM AINA MAKUNTUM” Dia beserta kamu dimanapun kamu berada…… yang paling dekat dan menyatu dalam diri manusia dan diluar diri manusia….. adakah manusia menyadarinya……?
Betapa pemimpin negeri ini memegang teguh apa yang diucapkannya sebagai sumpah dalam pelantikan dirinya………… itulah kenyataan mereka yang mengharapkan “ PAHALA “ (sumPAH hanya ALAsan) sebagai asesori untuk meyakinkan rakyat dengan mengatas namakan Tuhan.
Sesungguhnya KORUPSI itu adalah “ PAHALA “ (PAling HALAl) bagi para maling uang rakyat. Semakin diberantas semakin menjadi-jadi dengan segala macam modus. Hal ini tidak akan lenyap di negara ini…. Karena korupsi itu sudah resmi dinyatakan bagian dari sebuah badan usaha bersama (kayaknya)….. selain dari perdagangan, kontraktor, supplyer dan lain2. Dengan mengutak atik hukum agar dapat dilemahkan dan mereka dapat bebas dari tindakan hukum atau ringan dalam tuntutan.

Mereka (alim ulama) tiada melarang suatu kemungkaran yang mereka perbuat. Sungguh amat jahat apa yang mereka perbuat.
Engkau (hai pembaca) lihatlah, kebanyakan mengangkat orang2 kafir menjadi wali (pemimpin). Sungguh amat jahat yang mereka kerjakan untuk diri mereka, yaitu amarah Allah kepada mereka, sedang mereka itu kekal dalam siksaan.
(Al-maidah 79 – 80)

PAHALA yang sesungguhnya adalah balasan….. buruk dan baik semua akan dibalas sesuai dengan apa yang diperbuat manusia didunia ini…. Dan bukan setelah mati… melainkan disaat masih hidup, dengan segala jenis penyakit dari dalam diri, segala bentuk bencana alam dari luar diri, dan mati itu adalah hukuman paling berat. tapi manusia itu tak pernah memperhatikannya. Karena sibuk dengan perlombaannya nengejar kesuksesan didunia.
Jika kita perhatikan, ibadah seseorang yang sungguh2 tanpa pamrih pasti tidak akan kaya didunia….. tapi orang2 yang dalam ibadahnya hanya memikirkan “PAHALA” (PAdahal HAnya LAkon)….. berpura-pura ta’at agar dikira orang baik, itulah yang disebut Munafik (ber-pura2), justru merekalah yang kaya raya.
Alangkah bagusnya perkataan ulama, yang menjadikan hadiah sebagai motivasi beribadah……. Lalu Allah menjadi apa………?????
IBADAH artinya pengabdian, yang seharusnya mengabdi kepada Allah tanpa pamrih, untuk menemukan dan mengenalNya …… tapi dengan iming2 hadiah manusia itu beralih hatinya mengabdi kepada pejabat dengan patuh dan mengangkatnya menjadi Tuhan yang Maha memberi.

Katakanlah : Hai ahli kitab (ulama, pendeta), janganlah kamu berlebih-lebihan dalam agamamu selain dari kebenaran dan janganlah kamu turut hawa nafsu kaum yang telah sesat sebelum itu dan menyesatkan kebanyakan (manusia) dan mereka telah sesat dari jalan yang lurus (menyimpang dari Al-qur’an).
(Al-maidah 77)

Bila ibadah karena hadiah
Segala hikmah akan terhapus
Tulus ikhlas karena Allah
Dijamin berkah hati yang kudus

Ismu Sultan Alamsyah.

MENGAPA “TERSESAT MASUK SURGA” ???


Semboyan tersebut memang slengekan, lebih tepatnya guyon maton, tapi tidak asal-asalan, tidak asal ngawur dan ada dasarnya. Kelihatan gaul dan bikin penasaran. Apa dasarnya?

Ada peristiwa, kurang-lebihnya begini: Suatu ketika, Nabi SAW bersabda kepada para Sahabat: Tidak ada orang yang pantas masuk surga karena amal baiknya. Para Sahabat heran, dan bertanya: Termasuk kami, para Sahabatmu ini Ya Rasul? Nabi menjawab: Termasuk kalian juga. Sahabat makin heran dan ketakutan, lantas bertanya lagi: Bagaimana dengan dirimu, Ya Nabi?

Sabda Nabi makin mengejutkan: Termasuk diriku, tidak pantas masuk surga karena amal baikku. Para Sahabat pucat, mereka bergumam: Berarti tidak ada yang masuk surga…Dalam situasi genting, Nabi justru tersenyum, dan bersabda: Banyak, banyak sekali yang masuk surga. Insyaallah termasuk kita. Tapi, kita ini masuk surga karena belas-kasih Allah, bukan karena amal kebaikan kita. Amal kebaikan kita itu untuk mengimbangi nikmat yang telah dianugrahkan Allah kepada kita saja takkan cukup…”

Ya, orang masuk surga itu karena belas-kasih Allah, bukan karena amalnya. Allah biasanya mencurahkan belas-kasihNya buat siapa saja yang sungguh-sungguh berusaha menghamba kepadaNya. Rubrik ini pada kesempatan-kesempatan mendatang, insyaallah akan membahas mengenai bagaimana kita bisa “sungguh-sungguh berusaha menghamba kepadaNya” dengan cara-cara yang sederhana dan wajar-wajar saja.

Kalau Nabi (yang bersih dari dosa) dan para Sahabat (yang amat luar-biasa amal ibadahnya) saja tidak mengandalkan amal baik tetapi mengharap belas-kasihNya agar bisa masuk surga, lantas bagaimana dengan kita-kita ini yang keterlaluan rajin berbuat dosa dan keseringan lupa kepadaNya? Lho, dosa apa dan yang mana? Duh, hanya orang-orang yang belum banyak tahu ilmu agama saja yang tidak merasa: tambah umur, tambah rekening dosanya. Hanya orang-orang yang tertipu setan saja yang merasa dirinya bersih dari dosa…

Kalau ada yang bilang: aku banyak beramal. Amboy, pasti orang ini belum pernah baca mengenai kedahsyatan ibadahnya para Sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in dan ulama-ulama salaf.

Yah, beginilah kita: amal baik tak seberapa, dosa-dosa tak bisa dihitung saking banyaknya, tapi ingin masuk surga, berkat belas-kasihNya dan karena cintaNya…

Ibarat orang jalan, sebenarnya perilaku kita ini lebih pantas menuju neraka. Tapi, karena belas-kasihNya, kita tersesat masuk surga.

*** SEBUAH NASEHAT ***


Duduk bersama orang-orang sholeh atau mendengar percakapan (nasihat) mereka. Atau mendengar hadits dari mereka.... Atau membaca manaqib dan keutamaan mereka adalah daripada perkara yang membuat hati tenang dengannya..... Dada menjadi lapang dan membaikkan akhlaq dan ‘amalan.

= Di dalam kitab: "Jala adh-Dholaam ‘ala ‘Aqidatil Awwam" pula disebutkan: ** Ketahuilah...!!!, Sayogia bagi setiap muslim yang menuntut kelebihan dan kebaikan (dari Allah Ta’ala). Bahwa dia mencari Barakah, Nafahat, Makbulnya doa dan turunnya curahan rahmat pada Auliya’ di dalam Majlis perhimpunan mereka.

Baik ketika mereka masih hidup atau telah meninggal dunia......... Ketika berada disisi kubur mereka atau ketika berziarah...... Atau Ketika menyebut keutamaan mereka dan membaca manaqib mereka.

= Dan di dalam Kitab: "Ainul Adab was Siyasah", halaman 158, disebutkan: Sayyiduna Umar bin al-Khattab:

** “Hendaklah kalian mendengar cerita-cerita tentang orang-orang yang memiliki keutamaan, kerana hal itu termasuk dari kemuliaan dan padanya terdapat kedudukan dan kenikmatan bagi jiwa....”.

= Di dalam kitab tersebut juga, menyebut: ** Ali bin ‘Abdurrahman bin Hudzail berkata:

“Ketahuilah...!!, bahwa membaca kisah-kisah dan sejarah-sejarah tentang orang yang memiliki keutamaan akan memberikan ketenangan dan kesenangan dalam jiwa seseorang. Kisah-kisah tersebut akan melegakan hati serta mengisi kehampaan. Membentuk watak yang penuh semangat dilandasi kebaikan, serta menghilangkan rasa malas”.

= Kata al-Habib ‘Ali bin Muhammad bin Hussin al-Habsyi: **Jika riwayat hidup kaum ‘arifin dibacakan kepada orang yang beriman.... Maka keimanannya kepada Allah akan semakin kokoh. Sebab, kehidupan mereka merupakan cermin daripada Kitabullah yang didalamnya terkandung ilmu orang-orang terdahulu dan yang akan datang.... Dan juga gambaran dari hadits-hadits Rasulullah Saw.

= Al-'Arifbillah al-Quthb al-Habib Ahmad bin Hasan al-Atthas. ** Sewaktu beliau masih ada kota Tarim pada suatu majlis yang dihadiri oleh banyak orang dari golongan Saadah Bani Alawi dan lainnya. Setelah selesai pembacaan kitab dan qasidah daripada kalam salaf (para leluhur ahlulbait terdahulu)..... Beliau berkata: " Apabila seseorang merasakan hatinya susah atau anggota badannya terasa malas untuk melakukan amal kebajikan. Maka lihatlah atau bacalah kalam (ucapan) para salaf, agar hilang perasaan susah dan rasa malas yang ada pada dirinya. Janganlah seseorang memaksakan diri untuk melakukan hal-hal yang tidak mampu untuk dilakukan. Bertakwalah kepada Allah semampumu. Bersyukurlah kepada Allah jika engkau diberi taufiq untuk dapat melakukan amal-amal shaleh.

AGAR KITA DIKENAL RASULULLAH


Dikisahkan, ada seorang lelaki yang tidak pernah membaca sholawat nabi. Suatu ketika dia bermimpi berjumpa dengan Rasulullah. Tapi yang mengherankan, Rasulullah justru berpaling muka darinya.

Heran atas apa yang dilihatnya, lelaki itu memberanikan diri bertanya,

“Wahai Rasulullah. Apakah anda marah kepadaku?”

“Tidak.”

“Mengapa anda tidak memandang ke arah saya?”

“Karena aku tidak mengenalmu.”

“Bagaimana bisa? Aku adalah salah satu dari umat anda. Ulama meriwayatkan bahwa anda mengenal umat anda seperti seorang ibu pada anak kandungnya.”

“Para ulama benar. Tetapi kamu tidak pernah menyebutku dalam sholawat. Aku mengenal umatku sesuai jumlah sholawat yang mereka baca untukku.”

Lelaki itu tiba-tiba terbangun. Dia berjanji pada dirinya, mulai hari itu akan membaca sholawat nabi seratus kali dalam sehari. Dan akhirnya dia bisa menjalankan janjinya itu.

Dalam kesempatan lain, lelaki itu bermimpi lagi bertemu Rasulullah. Beliau bersabda,

“Sekarang aku mengenalmu dan kelak akan memberikan syafaat kepadamu.”

Bahagia lelaki itu mendengarkan kata-kata dari orang yang sangat dicintainya itu.

* * *

Persiapkanlah diri agar kita tidak malu saat kelak berjumpa Nabi Muhammad.

Jika besok kita ditanya,
“Apa bukti kalau kamu mencintaiku?”

Apa jawab kita?
Berapa persen kita meniru akhlak nabi?
Bacaan sholawat kita masih kalah banyak dengan kita membaca SMS di hape kita setiap harinya.

Semoga kita dikumpulkan bersama Nabi Muhammad di surga.

*Dikutip dari Mukasyafatul Qulub..

RASA CINTA


Ada seorang santri dari Indonesia menuntut ilmu di Rubath Tarim pada zaman Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri. Setelah di sana 4 tahun, santri itu minta pulang. Dia pamit minta izin pulang kepada Habib Abdullah.

“Habib, saya mau pulang saja.”

“Lho, kenapa?” tanya beliau.

“Bebal otak saya ini. Untuk menghafalkan setengah mati. Tidak pantas saya menuntut ilmu. Saya minta izin mau pulang.”

“Jangan dulu. Sabar.”

“Sudah Bib. Saya sudah empat tahun bersabar. Sudah tidak kuat. Lebih baik saya menikah saja.”

“Sebentar, saya mau mengetes dulu bagaimana kemampuanmu menuntut ilmu.”

“Sudah bib. Saya menghafalkan setengah mati. Tidak hafal-hafal.”

Habib Abdullah kemudian masuk ke kamar, mengambil surat-surat untuk santri itu. Pada masa itu surat-surat dari Indonesia ketika sampai di Tarim tidak langsung diberikan. Surat tersebut tidak akan diberikan kecuali setelah santri itu menuntut ilmu selama 15 tahun. Habib Abdullah menyerahkan seluruh surat itu kepadanya, kecuali satu surat. Setelah diterima, dibacalah surat-surat itu sampai selesai.
Satu surat yang tersisa kemudian diserahkan.

“Ini surat siapa?” tanya Habib.

“Owh, itu surat ibu saya.”

“Bacalah!”

Santri itu menerima surat dengan perasaan senang, kemudian dibacanya sampai selesai. Saat membaca, kadang dia tersenyum sendiri, sesekali diam merenung, dan sesekali dia sedih.

“Sudah kamu baca?” tanya beliau lagi.

“Sudah.”

“Berapa kali?”

“Satu kali.”

“Tutup surat itu! Apa kata ibumu?”

“Ibu saya berkata saya disuruh nyantri yang bener. Bapak sudah membeli mobil baru. Adik saya sudah diterima bekerja di sini, dan lain-lain.” Isi surat yang panjang itu dia berhasil menceritakannya dengan lancar dan lengkap. Tidak ada yang terlewatkan.

“Baca satu kali kok hafal? Katanya bebal gak hafal-hafal. Sekarang sekali baca kok langsung hafal dan bisa menyampaikan.” kata Habib dengan pandangan serius.

Santri itu bingung tidak bisa menjawab. Dia menganggap selama ini dirinya adalah seorang yang bodoh dan tidak punya harapan. Sudah berusaha sekuat tenaga mempelajari ilmu agama, dia merasa gagal. Tetapi membaca surat ibunya satu kali saja, dia langsung paham dan hafal.

Habib Abdullah akhirnya menjelaskan kenapa semua ini bisa terjadi. Beliau mengatakan,

لأنك قرأت رسالة أمك بالفرح فلو قرأت رسالة نبيك بالفرح لحفظت بالسرعة

“Sebab ketika engkau membaca surat dari ibumu itu dengan perasaan gembira. Ini ibumu. Coba jika engkau membaca syariat Nabi Muhammad dengan bahagia dan bangga, ini adalah Nabiku, niscaya engkau sekali baca pasti langsung hafal. ”

Banyak saudara-saudara kita (atau malah kita sendiri) yang tanpa sadar mengalami yang dirasakan santri dalam kisah di atas. Jawabannya adalah rasa cinta. Kita tidak menyertakan perasaan itu saat membaca dan mempelajari sesuatu. Sehingga kita merasa diri kita bodoh dan tidak punya harapan sukses.
Banyak orang merasa bodoh dalam pelajaran, tetapi puluhan lagu-lagu cinta hafal di luar kepala. Padahal tidak mengatur waktu khusus untuk menghapalkannya.
Bagi para guru/pengajar, jangan mudah mengkambinghitamkan kemampuan otak siswa dalam lemahnya menerima pelajaran. Mungkin anda tidak berhasil menanamkan Virus Cinta di hati mereka.

INILAH MUNAJAT KAMI



Allahumma, kami memuji dan bersyukur kepadaMu dengan berkeyakinan bahwa "ENGKAU TIDAK MERASA GEMBIRA ATAS SYUKURNYA HAMBA" Sebagaimana gembiranya orang-orang yg membutuhkan

Akan tetapi jiwa yg terikat akan enggan kecuali harus bersyukur kepadaMu, Maha suci engkau wahai tuhan yg maha pengasih, engkau tetap pemurah sekalipun engkau mengetahui perbuatan hambaMu, engkau masih menunda siksa yg bakal engkau timpakan sekalipun engkau punya kekuatan maha dasyat

Engkau tetap memberi rezeki kepada orang-orang yg benar-benar durhaka kepadaMu, maha tinggi engkau yg maha dekat, maha zahir, maha awal dan maha akhir, sama sekali tidak menggugahMu sedikitpun kekuatan hamba sementara engkau lebih dekat dengan mereka daripada urat lehernya

Kami memohon kepadaMu wahai tuhan, semoga sholawat (Rahmat) yg suci dan penuh berkah tetap dicurahkan kepada nabi pembawa Rahmat dan penyelamat Umat, yakni Muhammad selaku hambaMu yg membimbing Ummatnya kepadaMu dan yg menunjukan jalan yg lurus kepadaMu hingga kami fana dari wujud, karna tiadanya pandangan terhadap wujud sama sekali kecuali Allah SWT yg maha Agung dan Mulia, Maka ketika itu telah sempurnalah Tauhid kami

......Amiin Ya Allah Amiin......

Nafas


Nafas adalah hembusan kalbu melalui
kelembutan-kelembutan kegaiban.
Orang yang
memiliki nafas (ruhani), lebih lembut dan lebih
jernih dibading yang memiliki ahwal ruhani.

Pemilik waktu adalah pemula, dan pemilik
nafas, adalah pangkalnya.

Pemilik tingkah
kesufian (ahwal) berada di antara keduanya .

Orang-orang yang berada pada ttahap awal
adalah pemelihara ruh, sedangkan pemilik
nafas adalah ahli dalam rahasia-rahasia
Ketuhanan.

Para Sufi berkata : “Sebaik-baik ibadat
adalah menghitung nafas (hati) bersama Allah
swt.”

Mereka juga berkata : “Allah swt.
menciptakan kalbu, dan dijadikan kalbu itu
sebagai tambang ma’rifat. Allah swt. mencipta
rahasia di balik kalbu, dan dijadikan sebagai
tempat tauhid.

Setiap nafas yang tidak muncul
dari bukti-bukti ma’rifat dan setiap isyarat
tauhid dalam bentangan kerumitan, adalah
mayat, yang pemiliknya akan dimintai
pertanggungjawaban.”
Syeikh Abu Ali ad. Daqqaq r.a.
berkata :
“Bagi orang Arif” nafas tidak
berserah kepadanya, karena tidak ada
toleransi yang mengalir menyertainya.

Sedangkan bagi sang pecinta, nafas adalah
keharusan. Kalau tidak ada nafas, pastilah ia
akan musnah.”

Wahai hamba .. Takutlah pada samudera dunia;


sungguh ia telah
meneggelamkan setiap insan selain orang-orang
yang diselamatkan Allah.

Ini sebagaimana Dia
menyelamatkan orang-orang beriman – di hari
kiamat – dari neraka.

Firman Allah :
“Dan tidak ada seorang pun darimu melainkan
mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah
suatu kemestian yang sudah
ditetapkan.” (Qs.XIX:71).

Firman Allah untuk api : “Jadilah dingin dan
membawa selamat....” sehingga hamba Allah
yang beriman kepada-Nya, yang ikhlas untuk-
Nya, senang pada-Nya, benci selain kepada-
Nya, bisa melalui api itu.

Pernyataan ini
difirmankan sebagaimana yang pernah ditujukan
pada api Namridz yang akan dipergunakan untuk
Ibrahim a.s. tetapi tidak membakar.

Firman Allah
Azza wa Jalla : “Wahai samudera dunia, wahai
air, engkau jangan menenggelamkan hamba
Kami tercinta yang kami maksud.”

Maka
selamtlah ia dari samudera dunia, dan jadilah
rahasia itu seperti peristiwa penyelamatan Musa
a.s.dan kaumnya dari samudera itu.

Anugerah
(Fadhilah) Allah tentu diberikan kepada hamba-
hamba-Nya yang dikehendaki.

“Dan Dia memberi rizki kepada orang-orang yang
dikehendaki tanpa mengenal batas.

Semua
kebaikan adalah di tangan Dia, juga pemberi,
penolak ada pada-Nya. Kaya, fakir ada di
Tanagn Dia, Mulia, hina ada di tangan-Nya, tiada
sesuatu pun pembatas yang membatasi
kekuasaan-Nya.

Syaikh Abdul Qadir AJ qs