Laman

Rabu, 05 Januari 2022

Nikmat dalam Sakit

 Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh


Seorang yang hidup di dunia pasti akan mengalami berbagai jenis keadaan yang berbeda. Terkadang ia sehat, namun di lain waktu ia juga sakit. Tentunya yang diinginkan setiap orang adalah kondisi sehat. Makanya banyak yang mengeluh saat diuji Allah dengan sakit.


Namun tahukah Anda bahwa di balik sakit itu ternyata ada berbagai kenikmatan? Apa saja? Di antaranya:


Pertama: Sakit itu mengurangi dosa


Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menjelaskan,


“مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حَزَنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ“


“Tidaklah ada kelelahan, sakit, kesedihan, kekhawatiran, gangguan dan kesusahan yang sangat yang diderita seorang muslim, bahkan sampai duri yang menancap di tubuhnya; melainkan Allah akan menjadikannya sebagai penggugur sebagian dosa-dosanya.” [HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id al-Khudry dan Abu Hurairah radhiyallahu’anhuma.] 


Kedua: Dengan bersabar, sakit akan menjadi ‘mesin’ pahala


Allah ta’ala berfirman,


“إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ“


Artinya: “Hanya orang-orang yang bersabarlah yang diberi pahala sempurna tanpa batas”. [QS. Az-Zumar (39): 10.] 


Ketiga: Sakit bisa menyadarkan diri dari kelalaian


Dalam al-Qur’an ditegaskan,


“ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ“


Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena pebuatan tangan manusia. Allah mengehendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. [QS. Ar-Rum (30): 41.] 


Keempat: Sakit mengingatkan nikmat sehat


Seorang penyair berkata,


“الصِّحَّةُ تَاجٌ عَلَى رُؤُوْسِ الْأَصِحَّاءِ لاَ يَرَاهَا إِلاَّ الْمَرْضَى“


“Kesehatan adalah mahkota di atas kepala orang-orang yang sehat. Yang bisa melihatnya hanyalah orang-orang yang sakit”.


Dan masih banyak lagi hikmah-hikmah di balik sakit. Maka janganlah habiskan waktu Anda untuk banyak mengeluh, sebab ternyata di balik sakit terdapat nikmat tak terhingga.


Catatan Penting:


Segala keterangan di atas tidak berarti bahwa kita diperintahkan untuk meminta sakit. Juga bukan berarti pula bahwa kita dilarang untuk berupaya mencari penyembuhan sakit kita. Yang benar, kita selalu berusaha memohon kesehatan kepada Allah ta’ala. Dan apabila suatu saat diuji dengan sakit, maka kita berusaha untuk mencari kesembuhan dengan cara-cara yang dibenarkan agama. Andaikan belum sembuh juga, maka ingatlah berbagai hikmah di atas, niscaya penderitaan Anda akan terasa lebih ringan. Dan yang lebih penting dari itu, Anda akan mendapatkan keberuntungan di akhirat, in sya Allah…

MENJELASKAN BID'AH BUKAN BERARTI MEMVONIS NERAKA

 Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Ketika pada da’i menasihati dan melarang amalan-amalan bid’ah, maka sama sekali bukan berarti memvonis pelakunya penghuni neraka.


📌  Ini adalah kesalahpahaman yang menjalar di tengah masyarakat. Yang kesalahpahaman ini juga dijadikan senjata untuk menentang dakwah Sunnah dan melarang orang membahas masalah bid’ah. Oleh karena ini mari kita luruskan duduk perkaranya.


Rasulullah ﷺ teladan dalam mengingkari bid’ah.


Orang yang mencontohkan dan memberi kita teladan untuk menjauhi bid’ah serta melarang bid’ah adalah Rasulullah ﷺ. Beliau ﷺ bersabda,


مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ


“Barang siapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak”.

📘  (HR. Bukhari No. 2697 dan Muslim No. 1718).


Rasulullah ﷺ juga bersabda,


مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ


“Barang siapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak”.

📘  (HR. Muslim No. 1718).


Bahkan tidak hanya sekali-dua kali Beliau ﷺ bicara masalah bid’ah. Rasulullah ﷺ setiap memulai khutbah . Beliau ﷺ mengucap


أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ


“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad ﷺ. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan”.

📘  (HR. Muslim No. 867).


Tidak hanya itu, di akhir-akhir hidup Beliau ﷺ, Beliau ﷺ masih mewanti-wanti masalah bid’ah. 


Al Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ’anhu mengatakan:


صلَّى بنا رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ ذاتَ يَومٍ، ثُمَّ أقبَلَ علينا، فوَعَظَنا مَوعِظةً بَليغةً ذَرَفَتْ منها العُيونُ، ووَجِلَتْ منها القُلوبُ، فقال قائلٌ: يا رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، كأنَّ هذه مَوعِظةُ مُودِّعٍ، فماذا تَعهَدُ إلينا؟


"Rasulullah ﷺ shalat bersama kami suatu hari. Setelah shalat Beliau ﷺ menghadap kami kemudian memberikan nasihat yang mendalam yang membuat air mata berlinang dan hati bergetar. Maka ada yang berkata:


"Wahai Rasulullah ﷺ, seakan-akan ini adalah nasihat orang yang akan berpisah, apa yang engkau pesankan kepada kami?”


Maka Rasulullah ﷺ pun bersabda,


أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ


“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah ﷻ, tetap mendengar dan ta’at kepada pemimpin walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Karena barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang pada Sunnah-ku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin yang mereka itu telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Jauhilah dengan perkara (agama) yang diada-adakan karena setiap perkara (agama) yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan”.

📘  (HR. At Tirmidzi No. 2676. Ia berkata: “hadits ini hasan shahih”).

ENAM JERATAN IBLIS

 Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh


▫️Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan bahwa jerat-jerat iblis terfokus pada enam poin. Ia akan mengajak manusia kepada hal yang paling berbahaya, yaitu poin pertama. Bila belum berhasil, maka ia akan menggodanya menuju poin kedua, dan seterusnya. Berikut keenam poin tersebut:


1⃣ Pertama: Mengajak manusia kepada kakafiran, kemusyrikan dan permusuhan terhadap Allah dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam. Hal inilah yang pertama diinginkan setan dari manusia. Betapa banyak manusia yang terjerumus ke dalam poin ini hingga menjadi bala tentaranya. Allahul-musta’aan


2⃣ Kedua: Menarik manusia kepada bid’ah dan perkara baru dalam agama, baik dalam masalah akidah maupun ibadah. Bid’ah begitu berbahaya, sebab begitu kecil kesempatan bertaubat dari pelakunya. Selain itu, bid’ah juga dapat membawa kepada kekafiran.


3⃣ Ketiga: Menggoda manusia agar mengerjakan dosa besar dengan berbagai macamnya. Dosa besar juga merupakan pengantar kepada kekafiran. Betapa banyak manusia yang terjerumus ke dalam dosa besar. Sehingga hati mereka menjadi keras sehingga dapat menghalangi mereka dari menerima kebenaran. 


4⃣ Keempat: Menggodanya dengan dosa-dosa kecil. Dosa-dosa ini menjadi mukadimah kepada dosa besar. Bila terus dikerjakan, maka statusnya berubah menjadi dosa besar. Meskipun disebut dosa kecil, namun tetap saja haram dilakukan dan tidak sepatutnya diremehkan. Mereka dahulu berkata, “Janganlah engkau melihat kepada kecilnya dosa, tapi lihatlah kepada siapa engkau bermaksiat


5⃣ Kelima: Menjadikan manusia tersibukkan dengan hal-hal mubah hingga banyak menyia-nyiakan waktu dan usia, tanpa memanfaatkannya untuk kebaikan dan amal saleh. Sebagian orang berlebihan dalam hal mubah, seperti dalam hal makan dan minum, tempat tinggal maupun pakaian. Mereka menyia-nyiakan banyak harta dan waktu, serta jauh dari berbuat kebaikan. Hingga menyebabkan mereka lupa bersiap-siap berbekal menuju negeri akhirat


6⃣ Keenam: Memalingkannya dari amalan utama kepada selainnya. Seperti mengeluarkan harta pada perkara tidak penting, menyibukkan diri dengan amalan rendahan, belajar cabang ilmu yang tidak bermanfaat, mementingkan usaha syubhat (yang tidak jelas halal haramnya) dari pada yang jelas halalnya, mendahulukan ibadah yang keutamaannya hanya kembali kepada diri sendiri dari pada ibadah yang keutamaannya kembali kepada orang banyak.

TINGKAT ILMU

 Assalamualaikum

1.. ILMU USULUDDIN.

Ilmu Usuluddin batasnya adalah Mengenal Allah swt dibatas Akal yang membezakan HAQ dan yang BATHIL dengan Akal dan Dalil dari Firman-Firman Allah swt. Keyakinan maksima hanyalah kepada Ilmul Yaqin iaitu di Yakini dengan Ilmu Kalam atau Ilmu Akal.


2.. ILMU TASAWWSUF.

Menjalani proses Kerohanian seperti Salik Majzub yang mendaki atau Tanazul Rohaninya kepada wilayah KEESAAN Allah swt adalah punca terbitnya keadaan Hulul atau Mabuk dengan kesan daripada wilayah Wahdatul Wujud, samada seseorang itu tenggelam didalam Syuhudul Kasrah Fil Wahdah mahupun didalam Syuhudul Wahdah Fil Kasrah, bagi Majzub Salik yang di sentap Rohaninya kepada isim Ar-Rahman.


3... ILMU TAUHID.

Peringkat Ilmu Tauhid adalah proses Mengenal Allah swt dengan Ilmu dan Pengalaman Rohani yang tidak terhenti, sampailah kita mati walaupun kita telah mengalami Pengalaman-pengalaman Rohani yang mistik, kerana Anugerah Ma'krifat bagi setiap hamba Allah itu tidak sama.

Ma'krifat Nabi Musa as dengan Ma'krifat Nabi Khidir as tidak sama. Dan tiada Nabi yang mampu mencapai Ma'krifat yang Sempurna kecuali Nabi Muhammad saw, kerana Roh Nabi Muhammad saw adalah Roh yang paling hampir kepada Allah swt.


"Maka umat yang paling beruntung adalah kita iaitu umat Nabi Muhammad saw."

Dan tiada jalan yang paling SELAMAT dan yang paling baik untuk sampai kepada Hakikat Ahad melainkan Manhaj Nubuwwah iaitu jalan Sunnah Kenabian Nabi Muhammad saw. Dan jalan yang tersisa kini adalah jalan Kewalian iaitu Manhaj Kesufian dari keturunan Baginda sendiri.


Pensucian "ANA AL-HAQ" adalah bagi Mensucikan fahaman Wahdatul Wujud yang telah tercemar kerana salah faham orang awam yang hanya memilki Ilmu Usuluddin dan Tasawwuf yang tidak melalui Manhaj Kesufian juga meniti amalan-amalan Kesufian yang mistik seperti; 

Uzlah'... Suluk.. klawat..


Dan juga bagi mencerahkan kepura-puraan orang-orang yang merasakan ia telah Hulul di Maqam Latah iaitu Maqam Syatahat.


Maqam-Maqam Wali Allah itu banyak, dari Salik, Wali kecil hinggalah ke Maqam Wali Qutub atau Aqtab iaitu penghulu sekalian Wali.


Maka Insan Sejati yang Muhaqqiqin itu hanya ada satu, pada satu-satu zaman yang menjaga HAQ KEESAAAN Allah yang AHAD, iaitu Maha ESA dan HAQ ketinggian Azzawajala yang tiada tandingan.


Sementara fahaman Wahdatul Wujud ini sudah mula dirasai oleh permulaan Kewalian apabila ASYIK dengan Anugerah Tajali Ma'krifat ataupun telah tenggelam didalam Maqam Ma'krifat.

Maka kita tidak boleh menyalahkan Wali-Wali Allah ini kerana mereka seperti orang yang mabuk kepayang atau gila angau. Cuma kita perlu nilai mereka ini agar tidak melanggar HAQ KEESAAAN Allah yang Maha ESA (Ahad) dan ketinggian Allah yang Maha Sempurna Kemuliaan-Nya.


مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ


"Siapa yang memusuhi Wali-Ku maka sesungguhnya Aku telah menyatakan perang terhadapnya. Dan tidaklah Hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan senantiasa seorang Hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan Sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, dan sebagai tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta (sesuatu) kepada-Ku pasti Aku akan memberinya, dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku pasti Aku akan melindunginya.”


Hadis Qudsi ini menjadi bukti bahawa adanya keadaan Hulul yang berlaku kepada Wali-Wali Allah swt dan hadis sebelumnya membuktikan bahawa adanya wilayah kedalaman hati yang berbeza-beza dari wilayah Kerinduan, kemudian Fana dan Lebur di wilayah Rahasia Allah swt dan akhirnya hati itu sampai kepada Allah swt.


Maka ayat-ayat Al-Qur'an yang Mahkamat adalah ayat yang berguna sebagai batu penguji atau perisai untuk menilai maksud bagi Bathin Kalam-kalam yang Musyabihat dan batu penilai kepada kitab-kitab yang terdahulu seperti Kitab Zabur, Taurat dan Injil, termasuklah Suhuf-Suhuf sekalian Nabi seperti Suhuf Ibrahim as dan Suhuf Musa as.


هَلْ أَتَىٰ عَلَى الْإِنسَانِ حِينٌ مِّنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُن شَيْئًا مَّذْكُورًا


"Bukankah telah datang kepada manusia satu ketika dari masa (yang beredar), sedang ia (masih belum wujud lagi, dan tidak menjadi sesuatu benda yang disebut-sebut."

(QS. Al-Insan : 1)


Maka apakah maksud kepada "Al-insanu Sirri" ?

Apakah maksud kepada “Insan Rahasia-Ku” ?


Jawaban petunjuk bagi ayat itu kepada "Sirri" adalah “Wa Ana Sirruhu”

 “Dan AKU-lah Rahasia itu”...


Maka huraian maksud Insan itu Rahasia-Ku akan menjadi berlapis-lapis dari berbagai-bagai Maqam seseorang Mursyid.


Ia boleh jadi Insan itu DIRAHSIAKAN oleh Allah swt. Maka Insan itu menjadi Martabat manusia yang memiliki Sifat-Sifat Terpuji iaitu Wali-Wali Allah yang Allah swt RAHSIAKAN.

Soalnya bukan semua Wali-Wali Allah itu DIRAHSIAKAN seperti Sultanul Aulia Syeikh Abdul Qadir al-Jailani, al-Imam al-Ghazali dan lain-lainnya, dan semua Khulafa al-Rasyidin itu adalah Penghulu sekalian Wali yang tidak DIRAHSIAKAN Allah swt.


Terdapat juga Wali-Wali yang Allah RAHSIAKAN seperti Uwais Al-Qarni, Abdullah Fasik dan yang lain-lainnya.


Petunjuk “Wa Ana Sirruhu” adalah Balaghoh atau Petunjuk yang lebih tepat bagi Kalam Allah pada Hadis Qudsi ini.


Insan itu adalah orang-orang yang Dianugerahkan Rahasia Allah swt. Mustahil Allah swt mahu Menganugerahkan Rahasia-Nya kepada orang-orang Kafir Harbi yang memusuhi Nabi-Nya.


Allah swt berfirman;

“Allahu Nuurrus Samawatiwal Ardh.”


Umpama Hidayah itu hanyalah milik Allah swt apabila dibukakan penutup hati-hati manusia, begitu juga dengan Nur Petunjuk dari Allah swt.


Maka Nur Petunjuk dari Allah swt itulah yang menjadi Tajali (Permata Kanzun Makfiyan) yang dipertaruhkan di wilayah hati yang paling dalam kepada Hamba-hamba-Nya yang sangat Dikasihi-Nya.


Hadis Qudsi;

“Kelak mereka akan melihat Tuhannya seperti cahaya bulan yang terang benderang”


Inilah batas Ma'krifat tertinggi didunia sebelum kita berjumpa Allah swt bagi melihat Keindahan Wajah-Nya yang tidak Terhijab lagi.