Laman

Sabtu, 11 Januari 2014

Kisah-Kisah Sufi :: Jangan Pernah Berpaling dariKu



Pada suatu saat, Tuhan berbisik kepada Musa, dalam keheningan hatinya, "Wahai hamba pilihan-Ku, Aku mencintaimu!"

Musa menjawab dengan pertanyaan, "Wahai Sang Mahapemurah, katakan padaku, sifat apa dari diriku yang membuat-Mu mencintaiku, supaya aku dapat senantiasa mempertahankan dan menghiasnya."

"Kumencintaimu karena engkau seperti anak kecil," jawab Tuhan, "Anak kecil yang berada dalam naungan ibunya. Meskipun sang ibu mengusirnya, ia tetap bergantung padanya. Untuknya, tak ada orang lain di dunia ini selain sang ibu. Semua sedih dan bahagia hanya bersumber dari ibunya.

"Meskipun sang ibu memukulnya, ia tetap memburu dan memeluk ibunya. Ia tak pernah meminta pertolongan selain kepada sang ibu. Ibunyalah sumber segala sesuatu, baik maupun buruk.

"Begitu pula hatimu. Dalam suka atau pun duka, ia tak pernah berpaling dari-Ku. Dalam pandanganmu, makhluk lain hanyalah bebatuan dan bongkahan tanah...."

NABIULLAH MUHAMMAD SAW


“Wahai seluruh manusia, telah dalang kepadamu sekalian bukti kebenaran dari Tuhanmu (yakni Muhammad), dan telah kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (QS 4- 174).

Betapa Muhammad saw. telah menjadi bukti kebenaran. Beliau dilahirkan yatim dan dibesarkan dalam keadaaan miskin. Dia juga tidak pandai membaca dan menulis serta hidup dalam lingkungan yang terkebelakang. Namun demikian, tidak satu pun faktor negatif itu membawa dampak terhadap dirinya.

Bahkan sebaliknya, beliau dinilai oleh banyak ahli dari berbagai disiplin ilmu dan dengan beraneka macam tolok ukur sebagai manusia terbesar sepanjang sejarah kemanusiaan.

Thomas Carlyle dengan tolok ukur “kepahlawanan”, Marcus Dods dengan “keberanian moral”, Nazmi Luke dengan “metode pembuktian ajaran”, Will Durant dengan “hasil karya”, dan Michael H. Hart, dengan “pengaruh yang ditinggalkannya”. Kesemua ahli non-Muslim ini – dan masih banyak lagi lainnya, walaupun dengan tolok ukur yang berbeda beda – berkesimpulan bahwa Muhammad saw. adalah manusia luar biasa. Namun demikian, beliau adalah orang yang sangat sederhana.

Harta Nabi yang paling mewah adalah sepasang alas kaki berwarna kuning yang merupakan hadiah dari Negus dan Abissinia. Beliau tinggal di satu pondok kecil beratapkan jerami”“yang tingginya dapat dijangkau oleh seorang remaja. Kamar kamarnya dipisahkan oleh batang-batang pohon yang direkat dengan lumpur bercampur kapur. Beliau sendiri yang menyalakan api, mengepel lantai, memerah susu, dan menjahit alas kakinya yang putus. Santapannya yang paling mewah – meskipun jarang dinikmatinya – adalah madu, susu, dan lengan kambing. Demikianlah keadaan beliau walaupun setelah menguasai seluruh Jazirah Arabia.

Kelakuannya secara umum tenang dan tenteram. Beliau gagah berani, namun memiliki senyum an yang sangat memikat, bahkan dalam hal-hal tertentu beliau lebih pemalu daripada gadis-gadis pi-ngitan. Kemampuan intelektualnya tidak diragukan, daya imajinasinya sangat tinggi, dan ekspresinya sangat dalam. Beliau dikenal sebagai seniman bahasa di kalangan para sastrawan. Di atas semuanya, peng-abdiannya kepada Tuhan serta keyakinan akan kehadiran-Nya tidak pernah terabaikan.

Demikianlah terkumpul secara sempurna keempat tipe manusia dalam pribadi manusia agung ini: pekerja, pemikir, pengabdi, dan seniman.

Akhlak dan tata cara pergaulannya sangat luhur. Diulurkan tangannya untuk beijabat tangan dan tidak dilepasnya sebelum yang dijabat tangan me-lepaskannya. Beliau tidak pernah mengulurkan kaki di hadapan teman-temanya yang sedang duduk. Beliau beijalan dengan penuh dinamisme, bagaikan “turun dari satu dataran tinggi”. Beliau menoleh”“dengan seluruh badannya, menunjuk dengan seluruh jarinya, berbicara perlahan dengan menggunakan dialek mitra bicaranya sambil sesekali menggigit bibirnya, menggelengkan kepalanya dan menepuk-nepuk dengan jari telunjuk ke telapak tangan kanannya.

Cetusan yang paling buruk dalam percakapannya adalah: “Apa yang terjadi pada orang itu? Semoga Ilahinya berlumuran lumpur.”

Seorang Muslim akan kagum kepada beliau dengan kekaguman berganda. Sekali waktu meman-dangnya dengan kacamata agama dan di lain kali melihatnya dengan kacamata kemanusiaan. Mustahil rasanya, mereka yang mempelajari kehidupan dan karakter manusia ini, hanya sekadar kagum dan hormat kepadanya. Beliau adalah bukti kebenaran dari hakikat Wujud Yang Mahabenar. Semoga rahmat Ilahi selalu tercurah kepada beliau”.

NUR MUHAMMAD


Pokok dari ajaran agama adalah mengajarkan kepada ummatnya tentang bagaimana berhubungan dengan Tuhan, cara mengenal-Nya dengan sebenar-benar kenal yang di istilahkan dengan makrifat, kemudian baru menyembah-Nya dengan benar pula. Apakah agama Islam, Kristen, Hindu dan lain-lain, semuanya mengajarkan ajaran pokok ini yaitu bagaimana seseorang bisa sampai kehadirat-Nya. Karena itu pula Allah SWT menurunkan para nabi/Rasul untuk menyampaikan metodologi cara berhubungan dengan-Nya, tidak cukup satu Nabi, Allah SWT menurunkan ribuan Nabi untuk meluruskan kembali jalan yang kadangkala terjadi penyimpangan seiring berjalannya waktu.

Nabi Adam as setelah terusir dari syurga bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun bertobat kepada Allah SWT tidak diampuni, setelah Beliau berwasilah (teknik bermunajat) kepada Nur Muhammad barulah dosa-dosa Beliau diampuni oleh Allah SWT, artinya Allah mengampuni Adam as bukan karena ibadahnya akan tetapi karena ada faktor tak terhingga yang bisa menyambungkan ibadah beliau kepada pemilik bumi dan langit. Lewat faktor tak terhingga itulah maka seluruh permohonan Nabi Adam as sampai kehadirat Allah SWT. Faktor tak terhingga itu adalah Nur Muhammad yang merupakan pancaran dari Nur Allah yang berasal dari sisi-Nya, tidak ada satu unsurpun bisa sampai kepada matahari karena semua akan terbakar musnah kecuali unsur dia sendiri yaitu cahayanya, begitupulah dengan Allah SWT, tidak mungkin bisa sampai kehadirat-Nya kalau bukan melalui cahaya-Nya

Nur Muhammad adalah pancaran Nur Allah yang diberikan kepada Para Nabi mulai dari Nabi Adam as sampai dengan Nabi Muhammad SAW, dititipkan dalam dada para Nabi dan Rasul sebagai conductor yang menyalurkan energi Ketuhanan Yang Maha Dasyat dan Maha Hebat. Dengan penyaluran yang sempurna itu pula yang membuat nabi Musa bisa membelah laut, Nabi Isa menghidupkan orang mati dan Para nabi menunjukkan mukjizatnya serta para wali menunjukkan kekeramatannya. Karena Nur Muhammad itu pula yang menyebabkan wajah Nabi Muhammad SAW tidak bisa diserupai oleh syetan.

Setelah Rasulullah SAW wafat apakah Nur Muhammad itu ikut hilang?

Tidak! Nur tersebut diteruskan kepada Saidina Abu Bakar Siddiq ra sebagai sahabat Beliau yang utama sebagaimana sabda Nabi:

“ Tidak melebih Abu Bakar dari kamu sekalian dengan karena banyak shalat dan banyak puasa, tetapi (melebihi ia akan kamu) karena ada sesuatu (rahasia) yang tersimpan pada dadanya”

Pada kesempatan yang lain Rasulullah bersabda pula :
“Tidak ada sesuatupun yang dicurahkan Allah ke dadaku, melainkan seluruhnya kutumpahkan pula ke dada Abu Bakar Siddiq”.

Nur Muhammad akan terus berlanjut hingga akhir zaman, dan Nur itu pula yang terdapat dalam diri seorang Mursyid yang Kamil Mukamil yang wajahnya juga tidak bisa diserupai oleh syetan. Memandang wajah Mursyid hakikatnya adalah memandang Nur Muhammad dan sudah pasti memandang Nur Allah SWT.

Nabi SAW bersabda :

La yadhulunara muslimun ra-ani wal man ra-a man ra-ani wala man ra-a man ra-ani ai walau bisab’ina wasithah, fainnahum khulafa-li fi tablighi wal irsyadi, inistaqamu ala syarii’ati.

“Tidak akan masuk neraka seorang muslim yang melihat aku dan tidak juga (akan masuk neraka) yang melihat orang yang telah melihat aku, dan tidak juga (akan masuk neraka) orang yang melihat orang yang telah melihat aku, sekalipun dengan 70 wasithah (lapisan/antara). Sesungguhnya mereka itu adalah para khalifahku dalam menyampaikan (islam/sunahku) mengasuh dan mendidik (orang ramai), sekiranya mereka itu tetap istiqamah didalam syari’atku” (H.R. Al – Khatib bin Abd.Rahman bin Uqbah).

Makna melihat dalam hadist di atas bukan dalam pengertian melihat secara umum, karena kalau kita maknai melihat itu dengan penglihatan biasa maka Abu Jahal dan musuh-musuh nabi juga melihat beliau akan tetapi tetap masuk Neraka. Melihat yang dimaksud adalah melihat Beliau sebagai sosok nabi yang menyalurkan Nur Allah kepada ummatnya, melihat dalam bentuk rabithah menggabungkan rohani kita dengan rohani beliau.

Darimana kita tahu seseorang itu pernah melihat Nabi dan bersambung sampai kepada Beliau? Kalau melihat dalam pengertian memandang secara awam maka para ahlul bait adalah orang-orang yang sudah pasti punya hubungan melihat karena mereka adalah keturunan Nabi.

Akan tetapi karena pengertian melihat itu lebih kepada rabitah atau hubungan berguru, maka yang paling di jamin punya hubungan melihat adalah Para Ahli Silsilah Thariqat yang saling sambung menyambung sampai kepada Rasulullah SAW.

Syukurlah bagi orang-orang yang telah menemukan seorang Guru Mursyid yang silsilahnya bersambung kepada Rasulullah SAW, yang selalu memberikan pencerahan dengan menyalurkan Nur Muhammad sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin, bermohon atas namanya niscaya Allah SWT akan mengabulkan do’a dan dari Mursyid lah Firman Nafsani dari Allah terus berlajut dan tersampaikan kepada hamba-Nya yang telah mendapat petunjuk.

Barulah kita tahu kenapa memandang wajah Mursyid itu bisa mengubah akhlak manusia yang paling bejat sekalipun, karena dalam wajah Mursyid itu adalah pintu langsung kepada Allah SWT.

Nabi Adam as diampuni dosanya dengan ber wasilah kepada Nur Muhammad, apa mungkin dosa kita bisa terampuni tanpa Nur Muhammad?

Marilah kita memuliakan Guru Mursyid kita sebagai bhakti kasih kita kepadanya, dari Beliaulah Nur Muhammad itu tersalurkan sehingga bencana sehebat apapun dapat ditunda, sesungguhnya Guru Mursyid itu adalah Guru kita dari dunia sampai ke akhirat kelak, jangan kita dengarkan orang-orang yang melarang memuliakan Guru sebagai Ulama pewaris Nabi sesungguhnya ajaran demikian itu baru muncul di abad ke-18, muncul akibat keberhasilan orang orientalis menghancurkan Islam dari dalam.

Ingat pesan dari Nabi SAW yang mulia :

“Muliakanlah Ulama sesungguhnya mereka adalah pewaris pada nabi, barang siapa memuliakan mereka maka telah memuliakan Allah dan Rasul-Nya” (H.R. Al – Khatib Al – Baghdadi dari Jabir R.A.)


Syukur yang tak terhingga bagi orang-orang yang telah menemukan ulama pewaris Nabi, yang apabila memandang wajahnya sama dengan memandang Nur Muhammad, wajah yang tidak bisa diserupai oleh syetan, dengan wajah itu pula yang bisa menuntun kita dalam setiap ibadah, dalam kehidupan sehari-hari, wajah yang kekal abadi, wajah Nur Muhammad.

Kisah Saidina ‘ALI


Suatu hari ketika ‘Ali sedang berada dalam pertempuran, pedang
musuhnya patah dan orangnya terjatuh. ‘Ali berdiri di atas
musuhnya itu, meletakkan pedangnya ke arah dada orang itu, dia
berkata, “Jika pedangmu berada di tanganmu, maka aku akan
lanjutkan pertempuran ini, tetapi karena pedangmu patah, maka
aku tidak boleh menyerangmu.”

“Kalau aku punya pedang saat ini, aku akan memutuskan
tangan-tanganmu dan kaki-kakimu,” orang itu berteriak balik.

“Baiklah kalau begitu,” jawab ‘Ali, dan dia menyerahkan
pedangnya ke tangan orang itu.

“Apa yang sedang kamu lakukan”, tanya orang itu kebingungan.
“Bukankah saya ini musuhmu?”

Ali memandang tepat di matanya dan berkata, “Kamu bersumpah
kalau memiliki sebuah pedang di tanganmu, maka kamu akan
membunuhku. Sekarang kamu telah memiliki pedangku, karena itu
majulah dan seranglah aku”. Tetapi orang itu tidak mampu.
“Itulah kebodohanmu dan kesombongan berkata-kata,” jelas ‘Ali.
“Di dalam agama Allah tidak ada perkelahian atau permusuhan
antara kamu dan aku. Kita bersaudara. Perang yang sebenarnya
adalah antara kebenaran dan kekurangan kebijakanmu. Yaitu
antara kebenaran dan dusta. Engkau dan aku sedang menyaksikan
pertempuran itu. Engkau adalah saudaraku. Jika aku menyakitimu
dalam keadaan seperti ini, maka aku harus
mempertanggungjawabkannya pada hari kiamat. Allah akan
mempertanyakan hal ini kepadaku.”

“Inikah cara Islam?” Orang itu bertanya.

“Ya,” jawab ‘Ali, “Ini adalah firman Allah, yang Mahakuasa,
dan Sang Unik.”

Dengan segera, orang itu bersujud di kaki ‘Ali dan memohon,
“Ajarkan aku syahadat.”

Dan ‘Ali pun mengajarkannya, “Tiada tuhan melainkan Allah.
Tiada yang ada selain Engkau, ya Allah.”

Hal yang sama terjadi pada pertempuran berikutnya. ‘Ali
menjatuhkan lawannya, meletakkan kakinya di atas dada orang
itu dan menempelkan pedangnya ke leher orang itu. Tetapi
sekali lagi dia tidak membunuh orang itu.

“Mengapa kamu tidak membunuh aku?” Orang itu berteriak dengan
marah. “Aku adalah musuhmu. Mengapa kamu hanya berdiri saja?,’
Dan dia meludahi muka ‘Ali.

Mulanya ‘Ali menjadi marah, tetapi kemudian dia mengangkat
kakinya dari dada orang itu dan menarik pedangnya. “Aku bukan
musuhmu”, Ali menjawab. “Musuh yang sebenarnya adalah
sifat-sifat buruk yang ada dalam diri kita. Engkau adalah
saudaraku, tetapi engkau meludahi mukaku. Ketika engkau
meludahi aku, aku menjadi marah dan keangkuhan datang
kepadaku. Jika aku membunuhmu dalam keadaan seperti itu, maka
aku akan menjadi seorang yang berdosa, seorang pembunuh. Aku
akan menjadi seperti semua orang yang kulawan. Perbuatan buruk
itu akan terekam atas namaku. Itulah sebabnya aku tidak
membunuhmu.”

“Kalau begitu tidak ada pertempuran antara kau dan aku?” orang
itu bertanya.

“Tidak. Pertempuran adalah antara kearifan dan kesombongan.
Antara kebenaran dan kepalsuan”. ‘Ali menjelaskan kepadanya.
“Meskipun engkau telah meludahiku, dan mendesakku untuk
membunuhmu, aku tak boleh.”

“Dari mana datangnya ketentuan semacam itu?”

“Itulah ketentuan Allah. Itulah Islam.”

Dengan segera orang itu tersungkur di kaki ‘Ali dan dia juga
diajari dua kalimat syahadat.

Ya Allah, tetapkanlah limpahan rahmat dan kesejahteraan serta keberkahan atas beliau



Suatu hari, ketika nabi sedang bermain di suatu tempat yang cukup jauh dari tempat tinggalnya, tiba tiba datanglah tiga orang berwajah laksana matahari dan rembulan.
Anak anak pun berlarian ketakutan, sedangkan Nabi Shallallaahu alaihi wasallan tetap diam keheranan.

Kemudian tiga orang itu membaringkan Nabi di atas tanah dengan perlahan, lalu membedah dada nabi dengan lembut, kemudian mengeluarkan hati sang penghulu umat manusia.

Mereka melapangkan hati itu dengan kebajikan, membuang tempat setan bersemayam dan mengisinya dengan ketabahan, ilmu pengetahuan, keyakinan dan keridhaan Lalu mereka mengembalikan hati sang Nabi ke tempat asalnya, dan nabi pun kembali pulih seperti sediakala.

Kemudian salah satu malaikat itu berkata, “Wahai kekasih Dzat Yang Maha Pengasih, andai engkau mengetahui kebaikan yang hendak Allah anugerahkan kepadamu, tentu engkau akan mengetahui ketinggian derajatmu di atas yang lain, dan engkau akan bertambah gembira, bersuka cita, elok nan bercahaya.

Wahai Muhammad, bergembiralah! Karena keluasan ilmumu sungguh telah diberitakan di alam raya, dan semua makhluk menyambut gembira kehadiranmu.

Tak satu pun makhluk Allah yang tidak tunduk dan patuh kepadamu serta mendengarkan sabda sabdamu.

Akan datang kepadamu unta yang mohon keselamatan, dan biawak serta kijang bersaksi akan kebenaran risalahmu.

Pohon, rembulan dan serigala juga mengakui kenabianmu dalam waktu yang dekat.
Kendaraanmu, Buraq, yang selalu merindukan keindahanmu, serta Malaikat Jibril, yang menjadi pembimbing kerajaanmu, telah mengumandangkan sebutan namamu di seluruh penjuru dunia.

Rembulan pun akan mengikuti perintahmu, menjadi terbelah dua, sebagai bukti mukjizatmu, “Dan setiap orang di jagat raya merindukan kelahiranmu, serta menantikan....

Dzikir Yang Menghapus Dosa-Dosamu

Syekh Abdul Qodir Al-Jilany
Berapa kali anda belajar tetapi tidak pernah mengamalkannya? Karena itu sudah saatnya anda melimpat instistusi ilmu pengetahuan, saatnya sibuk dengan pengamalan dengan rasa ikhlas. Jika tidak anda tidak meraih keberuntungan sama sekali. Anda belajar pengetahuan belaka, berarti anda telah mendustai Allah Azza wa-Jalla melalui tindakan anda, berarti pula anda telah menarik tirai rasa malumu dari kedua matamu, lalu anda benar-benar menjadikannya sebagai obyek pandangan yang hina bagi yang melihatnya.

Anda telah meraihnya melalui hawa nafsumu, mencegahnya dengan nafsumu pula, bergerak dengan hawa nafsumu juga, maka hawa nafsu itulah yang menghancurkan anda. Raihlah semua dari Allah Azza wa-Jalla dalam seluruh perilaku anda dan amalkan dengan aturanNya. Bila saja anda mengamalkan ritual hukum belaka, anda akan sulit mengamalkan pengetahuan anda pada Allah Azza wa-Jalla. Ya Allah, sadarkan kami dari lelapnya orang-orang yang alpa. Amin.

Apabila dosa bertumpuk-tumpuk, maka datanglah bencana menimpamu. Namun bila anda taubat dan beristighfar kepada Tuhanmu Azza wa-Jalla, dan memohon kepadaNya, bencana itu hanya menimpa sekitarmu. Jika anda harus menerima cobaan, maka mohonlah kepada Allah Azza wa-Jalla agar diberi kesabaran dan keselarasan denganNya, hingga anda selamat dalam hubungan antara dirimu dengan DiriNya, sehingga yang terkoyak hanyalah fisik bukan batinnya, lahiriyahnya bukan batinnya, hartanya bukan agamanya. Maka cobaan akan menjadi nikmat, bukan penderitaan.

Hari orang munafiq, kalian hanya menerima ajaran dari Allah Azza wa-Jalla dan rasulNya sebatas formalitas belaka, bukan maknanya. Itu berarti anda dusta lahir batin, dan tentu saja anda hina di dunia dan di akhirat.

Orang yang maksiat itu hina dalam dirinya, dan pendusta itu pun juga hina dalam dirinya. Hai para Ulama, jangan kotori ilmumu dengan pemburu dunia, jangan kau ikutkan sesuatu yang mulia dengan yang hina. Ilmu itu mulia, kehinaan itu adalah yang ada di tangan pemburu dunia.

Makhluk itu sendiri tidak mampu memberimu yang bukan bagianmu, namun ironisnya bagianmu anda anggap berada di tangan mereka. Bila anda sabar, bagianmu bakal tiba di atas apa yang ada di tangan mereka, dan anda tetap mulia.

Hati-hatilah! Siapa yang berambisi rizki malah tidak dapat rizki, dan siapa yang berambisi untuk diberi malah tidak diberi. Sibukkan dirimu dengan aktivitas taat kepada Allah Azza wa-Jalla dan tinggalkan bersibuk ria memburu dunia. Allah Azza wa-Jalla lebih tahu kebutuhan dan yang mashlahah bagimu. Dalam hadits Qudsi Allah Azza wa-Jalla berfirman:

“Siapa yang sibuk berdzikir padaKu dibanding meminta padaKu, Aku beri dia, pemberian yang lebih utama dibanding apa yang Aku berikan pada orang-orang yang minta.”



Dzikir lisan saja, tanpa hati, tidak ada kemuliaan bagimu. Dzikir yang sesungguhnya adalah dzikirnya hati dan rahasia hati, baru menimbulkan dzikir lisan, dan berarti benar dzikir anda kepada Allah Azza wa-Jalla.

“Maka berdzikirlah kepadaKu, niscaya Aku mengingatmu, dan bersyukurlah kepadaKu dan jangan kufur padaKu.” (QS. Al-Baqarah:152)



Dzikirlah kepada Allah Azza wa-Jalla, hingga engkau merasakan DzikirNya padaMu, dan dzikirlah kepadaNya sampai seluruh dosa-dosamu terhapuskan oleh dzikirmu, hingga dirimu sunyi dari dosa, lalu ta’at mu tanpa maksiat, maka disaat itulah Allah Azza wa-Jalla mengingatmu, dan anda tergolong orang yang berdzikir jauh dari mengingat makhlukNya, dzikirmu lebih dominan ketimbang permintaanmu, sampai semua tujuanmu adalah Dia mengalahkan semua tujuanmu yang ada.

Apabila Dia menjadi totalitas tujuanmu, Dia menjadikan kunci-kunci perbendaharaan kerajaanNya di hadapan hatimu. Sebab siapa yang mencintai Allah Azza wa-Jalla, ia tidak akan mencintai selain Dia, karena semua selain Dia sirna darinya. Bila cinta hamba padaNya berteguh dalam hatinya, cinta pada selain Dia akan keluar dari hatinya. Lalu seluruh anggota badannya meminum dari cinta itu, lahir batinnya aktif baik dalam gerak gerik maupun hakikatnya, lalu mempola dirinya untuk menjadi tidak biasa, jauh dari keramaian, dan bila sempurna penempuhan ini Allah Azza wa-Jalla telah mencintaiNya. Akal yang ada padamu senantiasa merenungkanNya. Kapankah anda menyendiri denganNya? Ingatlah malaikat maut bakal mendatangi anda, mencabut nyawa anda, memisahkan anda dari keluarga dan kekasih anda. Waspadalah, jangan sampai malaikat maut mencabut nyawa anda, sedangkan anda tidak senang bertemu dengan Allah Azza wa-Jalla, mengahadapNya di akhirat. Tunggulah maut itu, anda akan melihat yang lebih baik di sisiNya, dibanding apa pun di dunia.

Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat, dan lindungi kami dari azab neraka.

Hakikat Dzikir

Syeikh Abdul Qadir Al Jilany

Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. telah bersabda :

“Maukah kuceritakan kepadamu tentang amalmu terbaik dan paling bersih dalam pandangan Allah swt, serta orang yang tertingg i derajatnya di antaramu, yang lebih baik dari menyedekahkan emas dan perak serta memerangi musuh-musuhmu dan memotong leher mereka, dan mereka juga memotong lehermu?” Para sahabat bertanya, “Apakah itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Dzikir kepada Allah swt.” (H.r. Baihaqi). Hingga sampai martabat-martabat dzikirmu.

Sang Nabi saw, bersabda :

“Yang paling utama aku ucapkan, aku dan ucapan para Nabi sebelumku adalah Laa Ilaaha Illallaah…”

Setiap maqom dzikir ada kualifikasi martabat tertentu, baik dzikir bersuara (jahr) maupun yang tersembunyi (khafy). Semula adalah dzikir Lisan, kemudian dzikir Jiwa (Nafs), kemudian dzikir Qalbu, lalu dzikir Ruh, lantas dzikir Sirr (rahasia ruh), kemudian dzikir rahasia (khafi), lalu dzikir paling rahasia (akhfal khafy).

Dzikir Lisan adalah dzikir, di mana dengan dzikir itu mengingatkan qalbu yang alpa pada dzikrullah Ta’ala.

Dzikir Jiwa (Nafs) adalah dzikir yang terdengar oleh huruf maupun suara, tetapi terdengar oleh rasa dan gerak-gerik dalam batin.

Dzikir Qalbu adalah aktifitas qalbu dengan segala apa yang tersembunyi di dalamnya dari pancaran Kemaha-agungan dan Kemaha-indahanNya.

Dzikir ruh, tersimpul pada penyaksian cahaya-cahaya Tajalli Sifat.

Dzikir Sirr, adalah fokusnyaketersingkapan rahasia-rahasia Ilahiyah.

Dzikir Khafy adalah menyelaraskan cahaya-cahaya Kemaha indahan Dzat Ahadiyah di posisi yang benar.

Sedangkan Dzikir Akhfal Khafy adalah memandang pada hakikat Haqqul Yaqin, dan tak ada yang tampak kecuali hanya Allah Ta’ala, sebagaimana firmanNya :

“Maka sesungguhnya Dia Maha Tahu yang rahasia dan yang lebih tersembunyi (Thaha : 7).

Inilah yang paling total dibanding setiap panji dzikir, dan lebih pangkal dari segala tujuan.

Perlu diketahui, di sana ada sisi Ruh lain yang lebih lembut disbanding ruh-ruh yang ada yang disebut dengan Thiflul Ma’aany, yaitu suatu kelembutan yang memotivasi seluruh orientasi menuju kepada Allah swt. Para Ulama Sufi menegaskan, “Ruh ini tidak bersemai pada setiap orang namun lebih bersemai pada kalangan khusus, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

“Allah mempertemukan ruh dari perintahNya pada orang yang dikehendaki dari kalangan hamba-hambaNya.” (Ghafir: 15)

Ruh tersebut yang berkelindan secara lazim dengan Alam Qudrat dan Musyahadah di alam hakikat, sehingga sama sekali tidak berpaling kepada selain Allah swt, seperti yang disabdakan oleh Rasulullah saw :

“Dunia itu haram bagi ahli akhirat, dan akhirat itu haram bagi ahli dunia, dan keduanya haram bagi Ahlullah.” (Ad-Daylamy)

Sedangkan jalan Wushul kepada Allah Ta’ala, melalui peneladanan jejak secara fisik di Jalan yang Lurus melalui hukum syariat, baik malam maupun siang. Sedangkan di satu sisi, harus melanggengkan dzikir kepada Allah Ta’ala, sebagai keharusan yang mesti dilakukan oleh para pencari, sebagaimana firmanNya:

“Yaitu orang-orang yang berdzikir kepada Allah baik ketika berdiri dan ketika duduk dan ketika tidur, dan bertafakkur…” (Ali Imron: 191)

Dimaksud dengan berdiri adalah dzikir di siang hari, dan makna “duduk” adalah dzikir di malam hari. Begitu pula ketika dalam tidur, dalam suasana tergenggam Ilahi, terhamparkan keleluasaan jiwanya, ketika sehat, sakit, kaya, miskin, mulia dan abadi, dan sebagainya.

Jibril & 12.000 Malaikat menemui Rasulullah di Bukit Qubais



Pada zaman jahiliah di antara beberapa orang raja ada seorang raja yang bernama raja Habib lbnu Malik di kota Syam. Orang-orang arab menggelarnya “Raihanah Quraisyin.”
Ketika Raja Habib bersama angkatan tenteranya seramai 12,000 orang singgah di Abthah, yaitu suatu tempat dekat kota Makkah maka datanglah Abu Jahal beserta pengikut pengikutnya memberikan berbagai-bagai hadiah kepada raja Habib.
Setelah itu Abu Jahal dipersilakan duduk di sebelah kanan raja Habib. Berkata raja Habib: “Wahai Abu Jahal katakan kepadaku tentang Muhammad.”
Berkata Abu Jahal: “Tuan, silalah tuan tanya tentang Muhammad itu dari Bani Hasyim.”
Raja Habib pun bertanya kepada Bani Hasyim: “Wahai Bani Hasyim, katakan pada beta tentang Muhammad itu.”
Berkata Bani Hasyim: “Sebenarnya kami telah mengenal Muhammad itu sejak dia kecil lagi, orangnya sungguh amanah dan setiap katanya benar; dia tidak akan berkata selain dari yang benar. Apabila umur Muhammad meningkat pada 40 tahun dia telah mencela Tuhan kita dan dia membawa agama baru yang bukan datangnya dari nenek moyang kita.”
Raja Habib mendengar penjelasan dari Bani Hasyim maka dia pun berkata: “Bawa Muhammad mengadap dengan cara baik, kalau Muhammad menolak maka gunakan kekerasan.
Setelah itu mereka pun mengutus salah seorang untuk menjemput Muhammad SAW. Setelah Rasulullah SAW menerima pesanan raja, baginda pun bersiap-siap untuk pergi, sementara itu Abu Bakar ra dan Siti Khadijah menangis kerana takut baginda dizalimi oleh raja tersebut.
Rasulullah SAW berkata: “Janganlah kamu berdua menangis, serahkanlah urusanku ini kepada Allah SWT.”
Kemudian Abu Bakar ra pun mengaturkan pakaian untuk RasuIulIah SAW yang terdiri dari baju berwarna merah dan serban berwarna hitam.
Setelah Rasulullah SAW mengenakan pakaian tersebut maka baginda bersama Abu Bakar ra dan Khadijah ra pun pergi menghadap raja Habib. Setelah sampai di hadapan raja, Abu Bakar ra berdiri di sebelah kanan Rasulullah SAW sementara Siti Khadijah berdiri di belakang Rasulullah SAW.
Apabila raja Habib melihat baginda Rasulullah SAW berdiri dihadapannya maka raja Habib pun bangun memberi hormat mempersilakan Rasulullah SAW duduk di sebuah kursi yang dibuat dari emas. Sementara itu Siti Khadijah yang merasa cemas berdoa kepada Allah SWT: “Ya Allah, tolonglah Muhammad dan mudahkanlah dia menjawab semua pertanyaan.”
Sewaktu baginda duduk di hadapan raja Habib maka keluarlah cahaya memancar dari wajah baginda dan baginda duduk dengan tenang tanpa rasa takut.
Raja Habib memulai pertanyaan: ‘Wahai Muhammad, kamu pun tahu bahawa setiap Nabi itu ada mukjizatnya, jadi apakah mukjizat kamu itu?”
Bersabda Rasulullah SAW: “Katakan apakah yang kamu kehendaki?”
Berkata raja Habib: Aku mau matahari itu terbenam dan bulan pula hendaklah turun ke bumi dan kemudiannya bulan hendaklah terbelah menjadi dua, kemudian masuk di bawah baju kamu dan separuh keluar melalui lengan baju kamu yang kanan dan sebelah lagi hendaklah keluar melalui lengan baju kamu yang kiri. Setelah itu bulan itu hendaklah berkumpul menjadi satu di atas kepala kamu dan bersaksi atasmu, kemudian bulan itu hendaklah kembali ke langit dan mengeluarkan cahaya yang hersinar dan hendaklah bulan itu tenggelam. Sesudah itu hendaklah matahari yang tenggelam muncul kembali dan berjalan ke tempatnya seperti mulanya.”
Setelah mendengar begitu banyak yang raja Habib kehendaki, maka baginda Rasulullah SAW pun bersabda:
Apakah kamu akan beriman kepadaku setelah aku melakukan segala apa yang kamu kehendaki?”
Berkata raja Habib: “Ya, aku akan beriman kepadamu setelah kamu dapat menyatakan segala isi hatiku.”
Abu Jahal yang sedang menyaksikan percakapan itu segera melompat ke depan sambil berkata: “Wahai tuanku, tuanku telah mengatakan yang cukup baik dan tepat.”
Rasulullah SAW pun keluar lalu pergi mendaki gunung Abi Qubais, kemudian baginda mengerjakan solat dua rakaat lalu berdoa kepada Allah SWT. Setelah berdoa maka turunlah malaikat Jibril as bersama dengan 12,000 malaikat dengan memegang panah di tangan mereka.
Malaikat Jibril as berkata: “Assalamu alaika yaa Rasulullah, sesungguhnya Allah telah bersalam kepadamu dan berfirman:
“Wahai kekasihku, janganlah kamu takut dan bersusah hati. Aku akan sentiasa bersamamu di mana sahaja engkau berada dan telah tetap dalam pengetahuanKu dan berjalan di dalam qada kepastianKu di zaman azali apa-apa yang diminta oleh raja Habib bin Malik pada hari ini; pergilah kamu kepada mereka dan berikan hujjahmu dengan tepat dan jelaskan keadaanmu dan keutusanmu. Ketahuilah sesungguhnya Allah SWT telah menundukkan matahari, bulan, malam dan siang. Sesungguhnya raja Habib itu mempunyai seorang puteri yang tidak mempunyai kedua tangan, kedua kaki dan tidak mempunyai kedua mata. Dan katakan kepadanya bahawa Allah SWT telah mengembalikan kedua tangannya, kedua kakinya dan kedua matanya.”
Setelah itu Rasulullah SAW pun turun dari gunung Abi Qubais dengan rasa tenang dan rasa gembira. Malaikat Jibril as di angkasa dan para malaikat berbaris lurus dan Rasulullah SAW berdiri di maqam Ibrahim. Dan adalah saat itu matahari terbenam.
Matahari mulai seakan-akan berlari cepat, ertinya matahari cepat-cepat terbenam dan menjadi gelap gelita. Kemudian bulan terbit dengan terangnya, setelah bulan naik meninggi baginda Rasulullah SAW memberikan isyarat dengan dua jari-jarinya kepada bulan itu, dan bulan seakan-akan berlari turun ke bumi dan berdiri di hadapan baginda Rasulullah SAW. Kemudian bulan itu bergerak-gerak seperti awan lalu bulan itu terbelah menjadi 2 dan bulan itu masuk di bawah baju Rasulullah SAW separuhnya keluar melalui lengan sebelah kanan baju baginda sementara yang sebelah lagi keluar melalui lengan sebelah kiri baju baginda. Kemudian bulan kembali bersatu mengeluarkan cahaya dengan terang lalu berdiri di atas kepala Rasulullah SAW dengan berkata: “Saya bersaksi bahawa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan saya bersaksi bahawa Muhammad itu hamba Allah dan RasulNya sesungguhnya berbahagialah orang-orang yang membenarkan engkau Muhammad dan rugilah orang-orang yang menyalahi engkau.”
Setelah bulan berkata demikian maka bulan pun kembali ke langit menjadi terang dan menghilangkan dirinya. Setelah bulan menghilangkan dirinya maka matahari pun timbul kembali. Oleh kerana raja Habib telah mengatakan bahawa Rasulullah SAW mesti memberitahu rasa hatinya maka diapun berkata: ‘Wahai Muhammad, kamu masih ada satu syarat lagi.”
Belum sempat Habib hendak berkata maka baginda Rasululah SAW bersabda: “Sesungguhnya kamu mempunyai seorang puteri yang tidak mempunyai dua tangan, tidak mempunyai dua kaki dan dia juga tidak mempunyai dua mata dan sesungguhnya ketahuilah olehmu Allah SWT telah mengembalikan kedua tangan, kedua kaki dan kedua matanya.”
Begitu raja Habib mendengar dan meihat segala galanya maka dia pun berkata: “Wahai ahli Makkah, tidak ada kufur sesudah iman dan tidak ada keraguan sesudah yakin, oleh itu ketahuilah oleh kamu sekelian bahawa sesungguhnya aku bersaksi, Tidak ada Tuhan melainkan Allah yang satu dan tidak ada sekutu bagiNya, dan saya bersaksi bahawa sesungguhnya Muhammad itu hambaNya dan utusan-Nya.”
Raja Habib dan semua bala tenteranya masuk Islam. Kemarahan Abu Jahal meluap-luap dan dia berkata: “Wahai tuan raja, apakah tuan percaya kepada ahli syihir ini sehingga syihir itu telah mempersonakan tuan.”
Raja Habib tidak menghiraukan kata-kata Abu Jahal, sebaliknya raja Habib kembali ke negerinya Syam. Apabila raja Habib masuk ke dalam istananya dia disambut oleh anak perempuanya dengan mengucap: “Asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa Rasuuluhu” (Saya bersaksi bahawa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan AlIah dan saya bersaksi bahawa Muhammad itu adalah pesuruhNya dan utusanNya).
Raja Habib tercengang dengan kalimah yang diucapkan oleh anaknya maka dia pun berkata: “Wahai anakku, siapakah yang mengajarkan kepada kamu kalimah ini?”
Berkata anak raja Habib: “Sebenarnya sewaktu saya tidur, telah datang seorang lelaki lalu berkata kepada saya: “Sesunguhnya ayah kamu telah masuk Islam, kalau kamu mau masuk Islam maka aku kembalikan segala anggota kamu dengan baik.” Setelah itu saya pun tidur dan pagi ini diri saya tidak ada yang
kurang seperti yang ayah lihat sekarang”
Kemudian raja Habib bersyukur sujud kepada Allah SWT agar nikmat iman dan bertambahlah keyakinan. Setelah itu raja Habib mengumpulkan emas, perak dan kain lalu dinaikkan atas lima ekor unta berserta dengan beberapa orang hamba
dikirimkan kepada Rasulullah SAW.
Ketika rombongan yang membawa segala hadiah dari raja Habib itu sampai dekat kota Makkah, tiba-tiba muncul Abu Jahal bersama konco-konconya lalu berkata: “Kamu semua milik siapa?”
Berkata rombongan itu: “Kami semua ini milik raja Habib bin Ibnu Malik dan kami hendak pergi pada Rasullulah SAW.”
Ketika Abu Jahal mendengar jawapan dari rombongan itu maka dia coba merampas semua barang-barang yang dibawa oleh rombongan itu, oleh kerana rombongan itu enggan menyerahkan barang-barang tersebut maka berlakulah kegaduhan antara kedua belah pihak. Apabila berlaku peperangan diantara kedua belah pihak maka berkumpullah penduduk kota Makkah dan datang bersama mereka Rasulullah SAW.
Melihat akan kedatangan orang ramai maka berkata rombongan diraja itu: “Kesemua barang yang kami bawa ini adalah milik raja Habib, dan raja Habib berhajat untuk rnenghadiahkan kesemua barang ini kepada Rasulullah SAW.”
Abu Jahal berkata: “Raja Habib menghadiahkan kesemua harang ini kepada saya.”
Lalu Rasulullah SAW bersabda: “Wahai penduduk Makkah, adakah kamu semua suka kalau aku mengatakan sesuatu?”
Berkata penduduk Makkah: “Ya, kami setuju.”
Bersabda Rasulullah SAW: “Kita hendaklah memutuskan percakapan unta ini, untuk siapakah sebenarnya harta ini.
Berkata Abu Jahal: “Kita tentukan perkara ini esok pagi.”
Setelah mendapat persetujuan dari Rasulullah SAW untuk ditunda pada esok hari maka Abu Jahal pun balik dan terus pergi kepada berhala-berhala yang disembahnya, dia pun memberi beberapa korban kepada berhala-berhala mereka dan memohon pertolongan pada berhala mereka sehingga pagi.
Apabila waktu yang dijanji telah tiba maka ramailah penduduk kota Makkah datang untuk melihat keputusan pengadilan. Rasulullah SAW datang bersama bapa saudara baginda danAbu Jahal bersama konco-konconya. Begitu Abu Jahal sampai maka dia pun terus mengelilingi unta itu dengan berkata: “Berkatalah unta-unta semua atas nama Lata, Uzza dan Manata.” Setelah Abu Jahal berkata demikian sekian lama sehingga matahari telah tinggi, namum unta-unta itu tidak berkata apa-apa.
Maka berkata penduduk kota Makkah: ‘Wahai Abu Jahal, cukuplah apa yang kamu buat itu, sekarang giliran Muhamad pula untuk melakukannya.”
Rasulullah SAW pun menghampiri unta-unta tersebut dengan berkata: ‘Wahai unta makhluk Allah, demi ciptaan Allah berkatalah kamu dengan kekuasaan Allah.”
Setelah Rasulullah SAW berkata demikian maka bangunlah salah satu dari lima ekor unta lalu berkata: “Wahai ahli kota Makkah, kami semua ini adalah hadiah raja Habib bin Ibnu Malik untuk dipersembahkan kepada Rasulullah SAW.”
Begitu unta itu berkata demikian maka RasulullahSAW pun menarik unta-unta tersebut berserta dengan barang-barang yang dibawanya ke gunung Qubais, kemudian Rasulullah SAW mengeluarkan semua emas dan perak yang
ada di atas unta lalu dikumpulkan sehingga menjadi bukit lalu berkata: “Wahai emas dan perak, hendaklah kamu semua menjadi pasir.”
Kemudian dengan sekejap sahaja kesemua emas dan perak itu menjadi bukit sehingga sekarang.

Nashaihul Ibad

Nasehat dari para sahabat nabi

Sayyidina Utsman bin Affan radliyallahu ‘anh berkata,
“10 hal yang paling disia-siakan, yaitu ;
1. Orang alim yang tidak dapat dijadikan tempat bertanya,
2. Ilmu yang tidak diamalkan,
3. Pendapat yang benar yang tidak diterima,
4. Senjata yang tidak dipakai,
5. Masjid yang tidak digunakan shalat,
6. Mushhaf (Al-Qur’an) yang tidak dibaca,
7. Harta yang tidak di infakkan,
8. Kuda yang tidak ditunggangi,
9. Ilmu zuhud yang ada pada hati orang yang cinta dunia,
10. Umur panjang yang tidak digunakan sebagai bekal untuk bepergian (menuju akhirat).

”Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib Karramallahu wajhah berkata,
1. Ilmu adalah sebaik-baiknya warisan,
2. Etika adalah sebaik-baiknya pekerjaan,
3. Takwa adalah sebaik-baiknya bekal,
4. Ibadah adalah sebaik-baiknya perdagangan,
5. Amal shaleh adalah sebaik-baiknya penuntun (menuju surga),
6. Akhlak terpuji adalah sebaik-baiknya teman (dunia akhirat),
7. Al-Hilmu (rendah diri) adalah sebaik-baiknya penolong,
8. Qana’ah adalah sebaik-baiknya kekayaan,
9. Taufiq adalah sebaik-baiknya pertolongan,
10. Kematian adalah sebaik-baiknya pendidik menuju perangai yang terpuji.”

Nasehat dari hasan bashry r.a (salah seorang pemuka golongan tabi’in) berkata:
Orang yang tidak memiliki sopan santun berarti dia tidak berilmu. Orang yang tidak sabar, berarti ia tidak menghayati agamanya. Dan orang yang tidak memiliki sifat wara’, berarti tidak memiliki derajat.
Keterangan:
Sabar ada 4 macam:
1. Sabar dalam menghadapi musibah.
2. Sabar dalam menghadapi kesulitan.
3. Sabar dalam melaksanakan taat.
4. Sabar dalam menjauhi kemaksiatan.
Yang dimaksud dengan sifat wara’ ialah hati2 (tidak suka terhadap barang yang haram, makruh dan subhat). Syubhat adalah sesuatu yang tidak jelas halal haramnya.
Maqolah ketiga belas dari bab III

Nasehat dari rasululloh SAW
Nabi SAW, telah bersabda: bahwa ada 3 golongan manusia yang akan diberi keteduhan oleh Allah SWT dibawah teduhnya arasy Allah SWT dihari kiamat yaitu untuk orang orang yang;
1. Orang yang menyempurnakan berwudhu walaupun udara sangat dingin.
2. Orang yang berjalan menuju masjid walaupun diwaktu gelap.
3. Orang yang suka memberi makan pada orang yang lapar
Keterangan: kerjakanlah sholat dan sempurnakan wudhu walaupun banyak halangan dan rintangan, serta sholatlah dengan berjamaah sekalipun dalam keadaan gelap, dan tolonglah orang yang lemah.
Maqolah kesepuluh dari bab III

3 nasehat dari Nabi Dawud as.
Nabi Dawud as. Mengatakan, telah diwahyukan didalam kitab zabur, bahwa hak orang berakal hendaklah tidak menyibukan diri, kecuali dengan 3 perkara hal ini:
a. Sediakanlah (amal sholeh) untuk kehidupan diakhirat.
b. Sediakanlah untuk perbekalan untuk kehidupan dunia.
c. Carilah kenikmatan dengan cara halal.

Nasehat dari Abu Hurairah r.a:
Abu Hurairah mengatakan, Nabi SAW telah bersabda:
Ada 3 hal yang dapat menyelamatkan (dari siksa), ada 3 hal yang dapat menjadi sebab memperoleh kedudukan tinggi (diakhirat) dan ada 3 hal dapat menghapus dosa.

3 hal yang dapat menyelamatkan manusia dari siksaan dari Allah:
1. Takut kepada Allah secara rahasia dan terang-terangan.
2. Sederhana dalam kehidupan dunia baik disaat fakir maupun disaat kaya.
3. Adil antara senang dan marah.
(maksudnya senang, suka,ridha,cinta hendaklah karena Allah, marah pun karena mencari keridhaan Allah).

3 hal yang dapat merusak diri sendiri, yaitu:
1. Sangat kikir.
2. Mengikuti kehendak nafsu.
3. Memandang dirinya sempurna, tanpa memandang kenikmatan Allah.

3 hal yang dapat menjadi sebab diperoleh kedudukan yang tinggi diakhirat nanti, adalah:
1. Membudayakan ucapan salam.
2. Memberi makan kepada tamu dan orang lapar.
3. Sholat tahajud ditengah malam saat orang-orang sedang tidur nyenyak.

3 hal yang dapat menghapuskan dosa:
1. Menyempurnakan wudhu diwaktu udara sangat dingin.
2. Melangkah kaki menuju sholat berjamaah
3. Menunggu sholat sesudah sholat

Keterangan: menunggu sholat sesudah sholat adalah menunggu untuk melaksanakan sholat fardhu berjamaah sesudah melaksanakan sholat sunnah.
Maqolah kedelapan dari bab III

Di Ambil dari kitab NASHOIHUL IBAD Karya SYEIKH NAWAWI

Malaikat Jibril AS akan tetap turun ke bumi

Sepeninggal Baginda Rasulullah SAW , Malaikat Jibril AS akan tetap turun ke bumi tetapi tidak untuk menurunkan wahyu lagi , tapi guna mengambil 10 mutiara yg paling berharga dalam kehidupan manusia

1 - أرفع البركة من الأرض

mutiara pertama yang akan di ambil dari muka bumi ini adalah barokah
Artinya, sesuatu itu dianggap memiliki kebarokahan jika memang dapat melahirkan kebaikan yang lain. Misalkan berdagang yang berkah itu akan menjadikan pedagangnya makin banyak bersedekah dan tambah rajin beribadah. Begitu pula ilmu yang barokah itu akan menjadikan pemiliknya berperilaku semakin baik, tidak malah semakin buruk.

2 - أرفع المحبة من قلوب الخلق

artinya mutiara yg di ambil adalah rasa cinta dari hati manusia
jika demikian, maka yang tersisa hanyalah rasa benci. Lihatlah sekarang di sekitar kita apakah masih ada cinta dalam hati penguasa yang membuat rakyat dan para petani hidup makin sengsara

3 - أرفع الشفقة من قلوب الاقارب

Mutiara yang ketiga yang akan diambil dari bumi ini adalah rasa sayang diantara keluarga , jikalau harimau tidak akan memangsa anaknya sendiri, tetapi sering kali kita temukan anak dan orang tua saling membunuh,

4 - أرفع العدل من الأمراء

mutiara yg ke empat yang akan di ambil dari bumi ini adalah keadilan di hati pemimpin , rasa-rasanya mengenai hal ini kita bersama telah pandai menilai.

5 - أرفع الحياء من النساء

Mutiara kelima yang akan diambil dari bumi ini adalah rasa malu dari perempuan. Rasa malu itu kini telah dirubah menjadi rasa bangga

6 - أرفع الصبر من الفقراء

Mutiara keenam yang akan diambil dari bumi adalah kesabaran dari para fakir. Perlu diakui bahwa factor yang mengondisikan negara miskin dan berkembang tetap aman dan tertata adalah kesabaran para fakir dalam menerima bagian mereka. Namun, ketika golongan fakir miskin ini tidak sabar dengan nasib mereka

7 - أرفع الورع والزهد من العلماء

Mutiara ketujuh yang diambil dari bumi adalah wirai dan zuhud dari para ulama. Wira’i adalah menjaga diri dari yang syuhbat dan yang haram, sedangkan zuhud itu tidak mementingkan harta-dunia, keduanya merupakan karakter para ulama. Akan tetapi jika wira’i dan zuhud telah hilang dari ulama maka nilai keulamannyapun mulai berkurang

8 - أرفع الصخاء من الا غنياء

Mutiara ke delapan yang diambil dari bumi adalah kedermawanan bagi orang kaya.

9 - أرفع القران

Mutiara ke Sembilan yang diambil dari bumi adalah mengangkat al-Qur’an, tepatnya menghilangkan ruh al-Qur’an itu sendiri sebagai tuntunan dalam kehidupan

10 - أرفع الا يمان

Dan terakhir, mutiara yang diambil dari bumi adalah iman , mungkin ini adalah mutiara paling berharga diantara sembilan mutiara lainnya. Atau bisa saja ini adalah urutan mutiara yang paling akhir yang akan diambil oleh Malaikat Jibril as

Amalan shalawat bertemu Nabi SAW


Di dalam KITAB MAGHNATHISUL QABUL FIL
WUSHUL ILAA RU’YATI SAYYIDINAR RASUL
SAW (MAGHNATIS: RISALAH METODE
BERJUMPA RASULULLAH SAW) buah karya dari
Sayyid Hasan Muhammad syiddad ba Umar.
Pengantar kitab ini adalah Habib Abdurrahman
bin Syech Al-Atthas, Pengasuh Pondok
Pesantren Al-Masyhad, Sukabumi.. Kitab yang
sangat bagus karena diberi sambutan / referensi
oleh beberapa Ulama besar.
Diantaranya:
Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Asseqaf
Al-Habib Ahmad Masyhur Al-Haddad
Al-Habib Abu Bakar bin Ali Al-Masyhur
Al-Habib Hasyim Al-Idrus
Al-Habib Abdul Qadir Jilani bin Salim Al-Khird
As-Sayyid Abdurrahman bin Ahmad Al-Kaff
As-Sayyid Ali bin Abdullah bin Husein Asseqqaf
As-Sayyid Muhammad bin said bin Al-Baidh
As-Syekh Husein Shaleh Al-Masibily
As-Syekh Abdur Rahiim Syekh Ali Musa
As-Syekh Abdullah Sirajuddin
As-Syekh Musa Abduh Yusuf
As-Syekh Shaleh Al-Syekh Al-Abbassy
As-Syekh Ahmad Al-Badawi bin Usman Al-
Barawy
Beliau-beliau diatas menyatakan bahwa Kitab ini
MAGHNATHISUL QABUL FIL WUSHUL ILAA
RU’YATI SAYYIDINAR RASUL, adalah satu kitab
yang terjamin ke shahihannya dan berdasarkan
dalil yang kuat juga dari Ijazah yang bersambung
secara berantai sanadnya. Merupakan pedoman
bagi para Muhibbin yang bercita- cita untuk
dapat bertemu dengan Junjungan Yang Mulia
Sayyidina wa Habibina wa Maulana Rasulullah
Muhammad bin Abdillah SAW.
Perangkum kitab ini merangkumnya kedalam tiga
bahasan pokok dalam merajut kecintaan dan
menjalin keterpautan hati kepada Nabi SAW
secara sistematis dan proporsional berdasarkan
Al- Qur’an, As-Sunnah, dan wacana para salaf
dan khalaf melalui pengamalan sholawat.
Perjumpaan yang dimaksud adalah dengan
melalui mimpi dan diharapkan berlanjut ke alam
nyata.
Mimpi merupakan yang pertama nampak dari
wahyu kenabian kepada Rasulullah SAW
sebagaimana yang diterangkan dalam hadist
yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahihnya
pada bahasan Ta’bir dan oleh Muslim pada
bahasan Al-Imam (hadist no: 252). Kata RU’YAH
digunakan untuk mimpi yang disukai, sedangkan
kata HULUM untuk mimpi yang tidak disukai.
Terkadang kata Ru’yah digunakan untuk
keduanya. Dalam Hadist yang diriwayatkan oleh
Bukhari Muslim pada bahasan itu- dari Abu
Qatadah bahwa Nabi SAW bersabda: “ Ru’yah
yang benar berasal dari Allah dan Hulum yang
buruk berasal dari Syetan.”
Sayyid Allamah Abdullah bin Alwi Al-Haddad Ra
pernah ditanya tentang Ru’yah dan beliau
mengatakan, ”Mimpi adalah bagian dari
kenabian dan memiliki alam tersendiri, malah
mimpi merupakan dinding pemisah antara kasyf
yang bersifat bathin dengan kesadaran (yagdhah)
yang bersifat zhohir”. Kewalian biasanya diawali
dengan mimpi sebagaimana yang di awali oleh
Rasulullah SAW pada awal kenabian. Namun
tidak setiap mimpi yang diawali oleh seseorang
bersifat demikian.
Orang yang suka mencampur adukkan yang haq
dengan yang batil kecil kemungkinannya untuk
mendapatkan mimpi yang benar (Shidig).
Syarat bermimpi yang benar adalah bersikap
jujur dan menjauhkan diri dari khayalan-khayalan
buruk.
Allah memuliakan para pecinta Nabinya dengan
kemampuan melihat Rasulullah SAW ketika tidur
sebagai perwujudan dari mengutamakan dan
memuliakan beliau SAW adalah pangkat yang
paling agung yang didambakan dan diharapkan
oleh setiap insan yang mencintai beliau.
Sesuai dengan sabda Nabi SAW,”Tidak beriman
(dengan sempurna) satu diantara kamu, sehingga
aku lebih dicintainya dari pada dirinya sendiri,
anaknya, orang tuanya dan setiap manusia.”
Setelah Allah menganugerahi para pecinta
dengan kemampuan melihat Nabi-NYA SAW
dikala tidur, kedudukan mereka menjadi tinggi
dengan memperbanyak bacaan sholawat dan
salam sambil mengikuti jejak beliau yang
sempurna, sehingga Allah Yang Maha Mulia
memberi mereka keutamaan.
Mereka mampu melihat beliau dan berkumpul
bersama beliau dalam keadaan terjaga. Itulah
yang termasuk pangkat yang tinggi dan derajat
yang agung.
Sebagaimana sabda beliau SAW, ”Barangsiapa
melihat aku diwaktu tidur maka dia benar-benar
melihat aku, karena sesungguhnya setan tidak
mampu menyerupai aku”. (Sungguh benar Nabi
SAW yang benar dan dibenarkan).
Setelah itu beliau memberi kabar gembira
kepada kita: “Barangsiapa melihat aku diwaktu
tidur, maka dia akan melihat aku di waktu terjaga
atau (dia seakan-akan melihat aku di waktu
terjaga) setan tidak dapat menyerupai aku”.
(HR.Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi).
Diantara syarat-syarat Mahabbah kepada Rasul
SAW adalah:
Taqwa dan Istiqomah yang sempurna. Karena
merupakan azaz yang kokoh dalam semua amal
ibadah disamping niat yang benar dengan ikhlas.
Didalam mengikuti jejak rasul SAW ada 3 faedah
yang besar dan agung:
* Dicintai Oleh Allah SWT.
* Taat kepada Rasulullah SAW.
* Diampuni dosa-dosanya.
Tersebut didalam kitab Mafatihul Mafatih:
Barangsiapa bisa bermimpi melihat Rasulullah
SAW dikala tidur, maka dia akan mendapatkan
Husnul Khotimah dan syafaat beliau,
mendapatkan surga dan Allah mengampuninya
serta kedua orang tuanya- jika keduanya muslim.
Dia termasuk yang mengkhatamkan Qur’an
sebanyak 12 kali, sakaratul maut terasa ringan
baginya, siksa kubur dihilangkan dari padanya,
diselamatkan dari kesulitan da hari kiamat dan
tercapai hajatnya didunia dan akhirat dengan
kasih sayang dan karunia-NYA.
Ketahuilah bahwasanya mimpi melihat beliau
SAW adalah Haq. Mimpi adalah suatu
keterbukaan yang tidak bisa terjadi kecuali
dengan hilangnya penutup / Hijab dari hati.Oleh
karena itu tidak bisa dipercaya kecuali mimpi
seseorang laki-laki shaleh dan benar ucapannya.
Adapun orang yang banyak kebohongannya,
tidaklah benar mimpinya. Orang yang banyak
kerusakan dan perbuatan maksiatnya akan gelap
hatinya, sehingga apa yang dilihatnya adalah
bunga-bunga tidur.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya orang yang
diberi Taufiq oleh Allah SWT dan dimuliakan
dengan melihat Nabi SAW, terkadang dia melihat
beliau dalam bentuk-bentuk yang banyak. Hal ini
kembali kepada perilaku orang yang melihat
beliau, karena perobahan tingkah lakunya,
istiqomahnya, dan khaufnya kepada Allah,
disertai cara-cara menunaikan ibadah-ibadah
fardhu dengan benar. Apabila amalan orang yang
melihat Rasul SAW baik, maka baik pula baginya
bentuk dan rupa beliau. Terkadang beliau
nampak dengan sifat-sifat yang dimilikinya,
kendatipun demikian beliau diatas segala sifat-
sifat itu dari kebagusan, kesempurnaan,
kedermawanan, cahaya dan rahasia beliau yang
merupakan sifat-sifat Mulia yang tidak diketahui
kecuali Tuhan Yang Maha Pencipta lagi Maha
Agung.
Orang yang berkeinginan untuk melihat
Rasulullah SAW wajib menambah:
1. Sikap merendahkan diri kepada Allah SWT.
2. Beradab bersama Rasulullah SAW.
3. Memandang sesuatu sesuai yang disenangi
dan di Ridhai Oleh Allah dan Rasul-NYA.
4. Menjauhi semua tempat yang tidak di Ridhai
oleh Allah dan Rasul-NYA.
Dan berikut ini adalah contoh beberapa faedah
untuk tujuan yang dimaksud, maka bangun dan
berjuanglah, ambillah dia untukmu dan semoga
kita dapat menyaksikan Ke Maha Murahan dan
Ke Maha Agungan Allah yang Maha Penolong
dan pemberi Taufiq.
Faedah beberapa surah di dalam Al-Qur’an
untuk tujuan berjumpa (Mimpi) kepada Rasulullah
SAW.
1. Surah Al-Kautsar.
Barangsiapa membacanya dimalam hari 1.000
kali, maka dia akan bermimpi melihat Nabi SAW.
(Mujarab Shahih)
2. Surah Al-Muzammil.
Barangsiapa ingin melihat Nabi SAW maka
bacalah surah itu sebanyak 41 kali. Maka dia
pasti akan melihat beliau SAW. (Mujarab shohih)
3. Surah Al-Qodr.
Dibaca pada malam jum’at 1.000 kali maka dia
tidak akan mati sebelum melihat Nabi SAW.
(Mujarab)
4. Surah Al- Qurays.
Dibaca malam jum’at 1.000 kali, kemudian tidur
dalam keadaan suci maka dia akan melihat Nabi
SAW didalam tidurnya dan tercapai maksud
serta tujuannya. (Mujarab)
5. Surah Al-Ikhlas.
Riwayat Ibnu Abbas: Dibaca malam hari 1.000
kali, maka dia akan melihat Nabi SAW didalam
tidurnya. (Mujarab)
Dibagian lain Ibnu Abbas menerangkan:
“Barangsiapa yang melaksanakan sholat dua
rakaat pada malam jum’at, pada setiap
rakaatnya setelah fatehah membaca Surah Al-
Ikhlas 25 kali setelah itu ba’da sholat membaca
sholawat dengan sighat ini:
Shollallaahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin
Nabiyyil ummi. 1.000 kali.
Maka tidak akan sempurna jum’at yang akan
datang kecuali dia melihat Nabi SAW diwaktu
tidurnya. Jika dia dapat melihat Nabi SAW maka
Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya.
(Mujarab Shohih)
Faedah beberapa sholawat pendek An-Nabi
SAW.
1. Sholawat Nur.
Bismillahir rahmanir rahiim…
Allaahumma innii as-aluka bi nuuril anwaaril
ladzii huwa ‘ainuka laa ghoiruka an turiyanii
wajha nabiyyika sayyidinaa Muhammadin
sholallahu ‘alaihi wa aalihi wassallama kamaa
Huwa ‘indaka.
Sighat sholawat tersebut dibaca 100 kali. (Ini
Mujarab)
2. Sholawat Ummi.
Bismillahir rahmanir rahiim…
Allaahumma sholli ‘alaa sayyidina Muhammadin
nabiyyil ummi. 1.000 kali.
Caranya: Sholat sunah dua rakaat pada malam
jum’at. Dalam setiap rakaatnya membaca ba’da
al-fatehah: Ayat Qursy.1x dan Surah Al-Ikhlas 15
kali. Setelah salam membaca sholawat tersebut
diatas 1.000 kali. (Mujarab)
3. Sholawat Syekh Abbu Abbas Al-Mursy Ra..
Bismillahir rahmanir rahiim…
Allaahumma sholli ‘alaa sayyidina Muhammadin
‘abdika wa nabiyyika wa rasuulikan nabiyyil
ummi wa ‘alaa aalihi wa shohbihi wa sallim. 500
kali.
Berkata Syekh Abbu Abbas Al-Mursy Ra:
“Barang siapa membaca secara rutin sighat
sholawat tersebut dalam sehari semalam
sebanyak 500 x, maka dia tidak akan mati
sebelum berkumpul bersama Nabi SAW dialam
nyata (terjaga).” Syekh Yusuf An- Nabhani
menambahkan dan menerangkan: Apabila
sholawat tersebut berfaedah untuk melihat Nabi
SAW dialam nyata, tentunya sholawat tersebut
lebih berfaedah lagi untuk melihat beliau didalam
tidur”. (Ini Mujarab)
4. Sholawat Sayyid Jamaludin Abu Mawahib
Asy-Syadzily Ra..
Beliau adalah termasuk orang-orang pilihan yang
agung. Beliau berkata, ”Saya pernah melihat
Rasulullah SAW didalam tidur, lalu beliau SAW
berkata kepadaku “Bacalah olehmu ketika
hendak tidur…
Bismillahir rahmanir rahiim. 5x
A’udzubillahi minasy-syaithonnir rajiim.5x
Allaahumma bihaqqi Muhammadin arinii wajha
Muhammadin haalaan wa maalaan. 5x
Artinya: Yaa Allah dengan kebenaran Nabi
Muhammad saw. perlihatkanlah kepada saya
wajha Nabi Muhammad saw. sekarang dan nanti
(diakhirat).
Apabila engkau membacanya ketika hendak
tidur, maka aku akan mendatangimu dan aku
tidak akan meninggalkanmu sama sekali.“
Lalu beliau menuturkan “alangkah indahnya
bentuk bacaan ini dan juga artinya bagi orang
yang mempercayainya, terlebih lagi jika engkau
menambahinya dengan bacaan sholawat dan
salam kepada Nabi SAW”. (Ini Mujarab Shohih).
5. Sholawat Rahmat.
Penulis kitab ini Sayyid Hasan Muhammad
syiddad ba Umar mengatakan telah memperoleh
ijazah dari Guru beliau Al-Habib Zein bin Ibrahim
bin Smith- dan beliau berkata: “Sesungguhnya
Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsy Ra
berkata: “Barang siapa banyak membaca sighat
sholawat yang berkah ini maka dia akan melihat
An-Nabi SAW”.
Inilah sighat sholawat yang dimaksud:
Bismillahir rahmanir rahiim…
Allaahumma sholli wa sallim ’alaa Sayyidinaa
Muhammadin wa ‘alaa aali sayyidinaa
Muhammad miftaahi baabi rohmaatillah, ‘adada
maafii ‘ilmillah, sholaatan wa salaaman daa-
imaini bidawamii mulkillah”.
Dan beliau- Sayyid Hasan Muhammad syiddad
ba Umar mengatakan telah memperoleh sighat
sholawat yang sama dari Al-Habib Hasan bin
Abdullah Asy-Syatthiri diawal perjumpaan beliau
di Raudhah yang mulia di Masjid Madinah Al-
Munawarrah.
Tambahan dari alfaqir:
* Barangsiapa membaca shalawat ruhi ini
minimal 100x setiap harinya dan pada malam
jum’at 1000x maka ia akan bermimpi ketemu
Nabi Muhammad.
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺻﻞ ﻋﻠﻰ ﺭﻭﺡ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻓﻰ ﺍﻻﺭﻭﺍﺡ , ﻭ ﻋﻠﻰ ﺟﺴﺪﻩ ﻓﻰ
ﺍﻻﺟﺴﺎﺩ, ﻭ ﻋﻠﻰ ﻗﺒﺮﻩ ﻓﻰ ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ
Allaahumma sholli ‘alaa ruuhi sayyidinaa
muhammadin fil- arwaahi, wa ‘alaa jasadihi fil-
ajsaadi, wa ‘alaa qobrihi fil- qubuuri.
Artinya: Yaa Allah limpahkanlah shalawat kepada
ruh sayyidina Muhammad di alam ruh, kepada
jasadnya di alam jasad dan kepada kuburnya di
alam kubur”.
Imam Syarany berkata: “Nabi Muhammad telah
bersabda: barangsiapa mengucapkan shalawat
atasku dengan cara yang dikemukakan dalam
shalawat ini (shalawat ruhi di atas), maka ia akan
melihatku di dalam mimpi, barangsiapa melihatku
didalam mimpinya maka ia akan melihatku di
Hari Kiamat, barangsiapa melihatku di Hari
Kiamat maka aku akan memberikan syafaat, dan
barangsiapa yang aku beri syafaat niscaya ia
akan meminum dari telagaku dan diharamkan
Allah jasadnya dari neraka”.
* Juga dikatakan barangsiapa membaca syair
burdah pada bait ke 8 ini:
ﻭﺍﻟﺤﺐ ﻳﻌﺘﺮﺽ ﺍﻟﻠﺬﺍﺕ ﺑﺎﻻﻟﻢ ﻧﻌﻢ ﺳﺮﻯ ﻃﻴﻒ ﻣﻦ ﺍﻫﻮﻯ ﻓﺎﺭﻗﻨﻲ
Na’am saroo’ thoifu man ahwaa’ fa-arroqonii *
wal-hubbu ya’taridhul-ladzaati bil-alami.
Artinya: “Memang terlintas dirinya dalam mimpi
hingga kuterjaga. Tak hentinya cinta merindangi
kenikmatan dengan derita”.
Diamalkan setelah habis sholat isya sebanyak-
banyaknya dengan penuh kerinduan dengan Nabi
Muhammad saww. dan sampai ia tertidur maka
Insya Allah ia akan bermimpi ketemu Nabi
Muhammad saww.
* Amalan ini saya dapat dari Al-Habib Ahmad bin
Novel Bin Jindan untuk dapat bermimpi bertemu
dengan Nabi Muhammad saww., amalan ini
dibaca 300x sebelum tidur.
Ini amalannya:
ﻟﻴﺘﻪ ﺧﺼﻨﻲ ﺑﺮﺅﻳﺔ ﻭﺟﻪ ﺯﺍﻝ ﻋﻦ ﻛﻞ ﻣﻦ ﺭﺁﻩ ﺍﻟﺸﻘﺎﺀ
Laitahu khoshshinii biru’yati wajhin zaala ‘an kulli
man ro- aahusy-syaqoo’u. 300 kali.
* Amalan shalawat ini juga dikatakan bisa untuk
bermimpi ketemu Nabi saww. bila dibacanya,
shalawat ini dibaca 100x yang sebelumnya
mengerjakan sholat sunnah 2 roka’at.
Ini shalawatnya:
ﻳﺎ ﻧﻮﺭ ﺍﻟﻨﻮﺭ ﻳﺎ ﻣﺪﺑﺮ ﺍﻻﻣﻮﺭ ﺑﻠﻎ ﻋﻨﻲ ﺭﻭﺡ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻭ ﺍﺭﻭﺍﺡ ﺁﻝ ﺳﻴﺪﻧﺎ
ﻣﺤﻤﺪ ﺗﺤﻴﺔ ﻭ ﺳﻼﻣﺎ
Yaa nuuran-nuuri yaa mudabbirol-umuuri balligh
‘annii ruuha sayyidinaa muhammadin wa
arwaaha aali sayyidinaa muhammadin tahiyyatan
wa salaaman.
Artinya: “Ya Allah sumber pancaran nur, Ya
Allah Tuhan yang mengatur semua perkara,
semoga Engkau sampaikan daripadaku salam
dan tahiyat kepada Ruh Nabi Muhammad saww.
dan ruh keluarga Nabi Muhammad saww”. 100
kali.
Hadits-hadits berkenaan dengan mimpi ketemu
Nabi Muhammad saww.
ﺣَﺪََّﺛَﻨَﺎ ﻋَﺒْﺪَﺍﻥُ ﺃَﺧْﺒَﺮَﻧَﺎ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻋَﻦْ ﻳُﻮﻧُﺲَ ﻋَﻦْ ﺍﻟﺰُّﻫْﺮِﻱِّ ﺣَﺪَّﺛَﻨِﻲ ﺃَﺑُﻮ ﺳَﻠَﻤَﺔَ ﺃَﻥَّ
ﺃَﺑَﺎ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﻗَﺎﻝَ ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﻣَﻦْ ﺭَﺁﻧِﻲ ﻓِﻲ
ﺍﻟْﻤَﻨَﺎﻡِ ﻓَﺴَﻴَﺮَﺍﻧِﻲ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻴَﻘَﻈَﺔِ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺘَﻤَﺜَّﻞُ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ ﺑِﻲ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﺑُﻮ ﻋَﺒْﺪ ﺍﻟﻠَّﻪِ
ﻗَﺎﻝَ ﺍﺑْﻦُ ﺳِﻴﺮِﻳﻦَ ﺇِﺫَﺍ ﺭَﺁﻩُ ﻓِﻲ ﺻُﻮﺭَﺗِﻪِ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdan telah
mengabarkan kepada kami Abdullah dari Yunus
dari Az Zuhri telah menceritakan kepadaku Abu
Salamah, bahwasanya Abu Hurairah
mengatakan, aku mendengar Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa
melihatku dalam tidur, maka (seakan-akan) ia
melihatku ketika terjaga, (karena) setan tidak
bisa menyerupaiku.” Abu Abdullah mengatakan,
Ibnu Sirin mengatakan; ‘Maksudnya jika melihat
beliau dengan bentuk (asli) beliau.’ (HR. Bukhori
No. 6478, Ibnu Majah No.3895)
ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻣُﻌَﻠَّﻰ ﺑْﻦُ ﺃَﺳَﺪٍ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟْﻌَﺰِﻳﺰِ ﺑْﻦُ ﻣُﺨْﺘَﺎﺭٍ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺛَﺎﺑِﺖٌ ﺍﻟْﺒُﻨَﺎﻧِﻲُّ ﻋَﻦْ
ﺃَﻧَﺲٍ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﻗَﺎﻝَ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻣَﻦْ ﺭَﺁﻧِﻲ ﻓِﻲ
ﺍﻟْﻤَﻨَﺎﻡِ ﻓَﻘَﺪْ ﺭَﺁﻧِﻲ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﻟَﺎ ﻳَﺘَﺨَﻴَّﻞُ ﺑِﻲ ﻭَﺭُﺅْﻳَﺎ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦِ ﺟُﺰْﺀٌ ﻣِﻦْ ﺳِﺘَّﺔٍ
ﻭَﺃَﺭْﺑَﻌِﻴﻦَ ﺟُﺰْﺀًﺍ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻨُّﺒُﻮَّﺓِ
Telah menceritakan kepada kami Mu’allaa bin
Asad telah menceritakan kepada kami ‘Abdul
‘Aziz bin Mukhtar telah menceritakan kepada
kami Tsabit Al Bunani dari Anas radliallahu ‘anhu
mengatakan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Siapa melihatku dalam mimpi, berarti
ia telah melihatku, sebab setan tidak bisa
menjelma sepertiku, dan mimpi seorang mukmin
adalah sebagian dari empat puluh enam bagian
kenabian.” (HR. Bukhori No.6479)
ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺑْﻦُ ﻳُﻮﺳُﻒَ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺍﻟﻠَّﻴْﺚُ ﺣَﺪَّﺛَﻨِﻲ ﺍﺑْﻦُ ﺍﻟْﻬَﺎﺩِ ﻋَﻦْ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺑْﻦِ
ﺧَﺒَّﺎﺏٍ ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﺳَﻌِﻴﺪٍ ﺍﻟْﺨُﺪْﺭِﻱِّ ﺳَﻤِﻊَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﻣَﻦْ
ﺭَﺁﻧِﻲ ﻓَﻘَﺪْ ﺭَﺃَﻯ ﺍﻟْﺤَﻖَّ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﻟَﺎ ﻳَﺘَﻜَﻮَّﻧُﻨِﻲ
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin
Yusuf telah menceritakan kepada kami Al Laits
telah menceritakan kepadaku Ibnul Al Had dari
Abdullah bin Khabbab dari Abu Sa’id Al Khudzri,
ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Barangsiapa melihatku, berarti ia
telah melihat yang sebenarnya, sebab setan tak
bisa menjelma sepertiku.” (HR. Bukhori No.6482)
ﺣَﺪََّﺛَﻨَﺎ ﺃَﺑُﻮ ﺍﻟﺮَّﺑِﻴﻊِ ﺳُﻠَﻴْﻤَﺎﻥُ ﺑْﻦُ ﺩَﺍﻭُﺩَ ﺍﻟْﻌَﺘَﻜِﻲُّ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺣَﻤَّﺎﺩٌ ﻳَﻌْﻨِﻲ ﺍﺑْﻦَ ﺯَﻳْﺪٍ
ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺃَﻳُّﻮﺏُ ﻭَﻫِﺸَﺎﻡٌ ﻋَﻦْ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﻗَﺎﻝَ ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻣَﻦْ ﺭَﺁﻧِﻲ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﻨَﺎﻡِ ﻓَﻘَﺪْ ﺭَﺁﻧِﻲ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﻟَﺎ ﻳَﺘَﻤَﺜَّﻞُ
ﺑِﻲ
Telah menceritakan kepada kami Abu Ar Rabi’
Sulaiman bin Dawud Al ‘Ataki; Telah
menceritakan kepada kami Hammad yaitu Ibnu
Zaid; Telah menceritakan kepada kami Ayyub
dan Hisyam dari Muhammad dari Abu Hurairah
dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Barang siapa bermimpi
melihatku dalam tidurnya, maka sesungguhnya
dia benar-benar melihatku; karena setan itu tidak
dapat menyerupai bentukku.” (HR. Muslim
No.4206)
ﺣَﺪََّﺛَﻨَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪُ ﺑْﻦُ ﻓُﻀَﻴْﻞٍ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻋَﺎﺻِﻢُ ﺑْﻦُ ﻛُﻠَﻴْﺐٍ ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻴﻪِ ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﻗَﺎﻝَ
ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻣَﻦْ ﺭَﺁﻧِﻲ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﻨَﺎﻡِ ﻓَﻘَﺪْ ﺭَﺁﻧِﻲ
ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﻟَﺎ ﻳَﺘَﻤَﺜَّﻞُ ﺑِﻲ ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺍﺑْﻦُ ﻓُﻀَﻴْﻞٍ ﻣَﺮَّﺓً ﻳَﺘَﺨَﻴَّﻞُ ﺑِﻲ ﻓَﺈِﻥَّ ﺭُﺅْﻳَﺎ
ﺍﻟْﻌَﺒْﺪِ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦِ ﺍﻟﺼَّﺎﺩِﻗَﺔَ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤَﺔَ ﺟُﺰْﺀٌ ﻣِﻦْ ﺳَﺒْﻌِﻴﻦَ ﺟُﺰْﺀًﺍ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻨُّﺒُﻮَّﺓِ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Fudlail telah menceritakan kepada kami ‘Ashim
bin Kulaib dari bapaknya dari Abu Hurairah, dia
berkata; Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam
bersabda: “Barangsiapa melihatku di dalam
mimpi sungguh dia telah melihatku (yang
sebenarnya), karena sesungguhnya setan tidak
bisa menyerupai aku” -Ibnu fidloil berkata:
“menghayalkan aku-, Sesungguhnya mimpi
seorang mukmin yang benar adalah satu bagian
dari tujuh puluh bagian kenabian.” (HR. Ahmad
No.6871, At-Tirmidzi No.2202)
Dan masih banyak dalil-dalil lainnya tentang
kebenaran seseorang dapat bermimpi ketemu
Nabi Muhammad saww.
Alfaqir ijazahkan amalan-amalan ini bagi siapa
saja yang mau mengamalkan amalan-amalan
ini..
Allahu a’lam bishawab..

KH.ZAINAL ILMI AL BANJARI


KH. Zainal Ilmi atau yang lebih dikenal dengan nama Tuan Guru Zainal Ilmi AL Banjari dilahirkan pada Jum’at malam sekitar pukul 04.30 Wita, 7 Rabiul Awwal 1304 H di Desa Dalam Pagar Martapura. Beliau merupakan zuriat dari Tuan Guru Syech Muhammad Arsyad Al Banjari dimana Ayahnya yang bernama H. Abdus Shamad bin H. Muhammad Said Wali, merupakan keturunan keempat Syech Muhammad Arsyad Al Banjari atau lebih dikenal dengan nama Datu Kalampayan sedangkan ibunya bernama Hj. Qamariyyah. Pendidikan Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari, sejak kecil sampai dewasa mendapatkan banyak bimbingan ilmu dari keluarganya yang sangat kental dengan tradisi religius Islam, sehingga iman tauhid terbina dan terpelihara di dalam dirinya, mempunyai akhlaq yang terpuji, santun dalam berbicara serta benteng yang kokoh dalam menegakkan perintah Allah Swt dan senantiasa dari perbuatan yang sia-sia. Selain itu, sedari kecil Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari sudah mempunyai ciri menjadi seorang ulama sebab beliau memiliki ahlaq yang mulia yang tercermin dalam sikap dan perbuatan. Sejak kecil itu pula, Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjarimenyibukkan diri dengan mengisi hari-harinya dengan menuntut ilmu dan beribadah, memelihara waktu dan mengerjakan ibadah-ibadah sunnat, menghindarkan diri dari perbuatan syubhat. Adapun Tuan Guru Zainal Ilmi Al
Banjari dalam menuntut ilmu, di antara Gurunya adalah orang tuanya sendiri, yakni KH. Abdus Shamad. Padanya beliau belajar ilmu arabiyyah, fiqih, dan hadist selama kurang lebih 6 tahun. Kemudian KH. Muhammad Amin bin Qadhi H. Mahmud, Syech Abdurrahman Muda, KH. Abbas bin Mufti H. Abdul Jalil, KH. Abdullah bin KH. Muhammad Shaleh, KH. Muhammad Ali bin Abdullah Al Banjari, KH. Khalid, KH. Ahmad Nawawi, serta KH. Ismail Dalam Pagar Martapura (ayah dari KH. Abdur Rahman Ismail, mantan Kepala Kementerian Agama Kabupaten Banjar), KH. Ahmad Wali Kuin Banjarmasin (murid Haji Masaid Wali, Kakek dari Guru KH. Zainal Ilmi). Dari guru-gurunya tersebut-lah Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari mendapatkan ilmu pengetahuan agama yang kemudian beliau amalkan dalam kehidupan sehari- hari. Menurut suatu riwayat Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari adalah Khalifah dari Mufti Indragiri Riau yakni Syech Abdurrahman Shiddiq Al Banjari atau lebih dikenal dengan sebutan Datu Sapat. Ketika Tuan Guru Abdurrahman Shiddiq Al Banjari hendak berangkat ke Tembilahan Riau, Beliau (red: Tuan Guru Abdurrahman Shiddiq Al Banjari) ditanya seseorang di Kampung Dalam Pagar, ” Siapakah pengganti Guru di Kampung ini kalau Guru berangkat nanti ? ”. Kemudian Beliau menjawab : ” Anang Ilmi (Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari) penggantiku, ” sambil menepuk bahu Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari. Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari, terperanjat mendengar keputusan sekaligus amanah dari Syech Abdurrahman Siddiq Al Banjari kepadanya. Mulai saat bahunya ditepuk itulah, Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari tak pernah lagi mendonggakkan wajahnya atau senantiasa menunduk. Kedermawanan Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari memiliki perawakan gemuk dan tidak terlalu tinggi. Meskipun demikian, Beliau sangat dihormati dikalangan masyarakat dan kalangan ulama sendiri. Sebab bukanlah ukuran jasmani yang mereka lihat melainkan kedalaman ilmu yang dimilki dan ahlak yang terpuji yang sungguh mempesona dan membuat orang-
orang memuliakannya. Kemudian dari pada itu, Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari memilki jiwa sosial yang sangat tinggi, hal ini terlihat bahwasanya Beliau suka menyantuni para faqir miskin dan janda- janda tua. Sungguh betapa tingginya ilmu Beliau hingga menyembunyikan sifat kedermawanannya semasa hidup hingga tiada orang lain yang mengetahuinya ( red: Cukup Allah Swt yang Maha Mengetahui) kecuali orang-orang terdekat beliau sahaja yang mengetahuinya. Konon diceritakan, Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari membagi- bagikannya ketika malam tiba secara sembunyi-sembunyi dan ketika pagi menjelang, fakir miskin dan janda-janda tua yang diberikan sedekah kaget dengan rezeki yang ada didepan rumah mereka. Hal yang demikian, terus-menerus terjadi selama Beliau masih hidup. Namun setelah Beliau wafat, para fakir miskin dan janda-janda tua tidak pernah lagi mendapatkan sedekah seperti biasanya. Maka masyarakat pun menyadari akan kemuliaan jiwa sosial Sang Guru, yang dalam memberi sedekah saja ia tak mau menyebutkan namanya dan memperlihatkan ” tanda tangannya ”. Karomah Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari 1) Memadamkan Kebakaran dari Jarak jauh Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari tidak hanya memiliki keilmuan yang mumpuni dan Ahlaq yang Mulia sahaja, namun Beliau memiliki segudang keistimewaan diantaranya karomah atau keramat yang biasanya nampak pada Wali-wali Allah Swt. Diantaranya disebutkan ketika Beliau mengajar murid-muridnya di kediamannya, ditengah-tengah pengajian Beliau berkata, ” Kita berhenti sebentar ”. Kemudian, Sang Guru masuk ke dalam kamar dan melepaskan pakaiannya (pakaian luar), kemudian Beliau bergegas mengambil dua buah timba dan menuju sungai di depan rumahnya. Timba itu kemudiaan diisi air dan disiram ke jalan raya. Satu timba diguyurkan ke sebelah kanan, satu timba lainnya diguyurkan ke sebelah kiri. Selesai melakukan hal tersebut, Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari kembali masuk ke dlam rumah dan bertemu dengan ibunya. Ibunya yang keheranan dengan tingkah laku sang anak pun bertanya, ” Mengapa kamu siramkan air itu kejalanan, sedangkan kamu susah payah mengambilnya dari sungai, lebih bermanfaat air itu untuk mengisi tempat
air yang kosong ? ”, kemudian Beliau menjawab, ” Kita menolong orang yang kesusahan Bu, ada orang yang sedang kebakaran ”. ” Apakah kebakaran ditengah
jalanan ?” ujar Ibunya memertanyakan beberapa kali. Berselang tiga hari setelah kejadian yang diluar akal tersebut, datanglah seseorang yang sengaja berkunjung kepada Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari dengan ungkapan yang mengagetkan orang yang mendengarnya, ” Guru, kami sangat berterima kasih kepada Guru, bahwasanya di Kampung kami terjadi kebakaran dan telah membawa korban beberapa rumah penduduk. Kemudian ulun (saya) betawasul dengan meminta pertolongan kepada. Setelah itu, Guru saya lihat datang memberikan pertolongan dengan membawa dua buah timba dan menyiramkan air ke api tersebut hingga api tersebut padam seketika, dan inilah keperluan saya ziarah ke sini, sekedar menyampaikan ucapan terima kasih atas pertolongan Guru kepada kami di Kampung Sungai Salai Margasari Rantau, Kabupaten Tapin. 2) Memenuhi Hajat Petani Durian Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari memiliki banyak karomah yang masih disimpan orang-orang yang pernah sezaman dengannya, begitupula dengan ceritera turun temurun dari satu generasi ke generasi lainnya. Diantaranya diceriterakan, ada seorang petani yang mempunyai banyak pohon durian (kebun durian) namun pohon duriannya tersebut tak kunjung membuahkan hasil. Hingga ia
pun berhjat apabila durian miliknya tersebut berbuah, maka akan dihadiahkannya pada Tuan Guru Zainal Imi Al Banjari. Tak lama berselang, kebun durian milik petani itu pun akhirnya berbuah. Namun, duriannya tesebut hanya
berbuah tiga biji sahaja. Oleh karena berbuah hanya tiga biji saja, maka si petani tetap ingin menunaikan hajatnya untuk menghadiahkan semua buah tersebut kepada Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari. Kendati demikian, maksud hati ingin bertemu dengan Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari ternyata tidak kesampaian
karena banyaknya kesibukan si petani pada waktu itu. Dia pun kemudian menitipkan ketiga buah durian tersebut kepada seoarang tetangganya yang kebetulan mau bersilaturrahmi kepada Guru Zainal Ilmi. Di tengah perjalanan, orang yang diamanahi buah tersebut rupanya tidak tahan menahan keinginannya untuk menciipi buah yang memiliki aroma yang menggiurkan tersebut. Akhirnya, orang itu pun memakan satu buah durian yang diamanahkan. Agar aksinya tak ketahuan, ketika sampai di Martapura ia pun membeli satu buah durian untuk mengganti buah yang telah dimakannya. Dan kemudian, dengan tenangnya ia menuju rumah Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari. Sesampinya di rumah Sang Guru, orang terebut menyerahkan titipan si petani. Yakni tiga biji buah durian yang satu di antaranya telah digantinya. Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari pun menyambut baik tamu tersebut dan mengambil hadiah titipan berupa buah durian tersebut. Uniknya, Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari hanya mengambil dua buah durian, dan satu bijinya dibelah an disuguhkan kepada tamunya tadi. Ketika Beliau menyuguhkan itulah Guru Zainal Ilmi berkelakar, ” Bagaimana rasanya dengan durian yang kamu belah dan kamu makan dalam perjalanan tadi ? manis mana dengan yang ada ini ? ”. Saat itulah, sang tamu ini menyadari bahwa orang yang ditemuinya (red: Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari) bukanlah orang sembarangan, bahwasanya Beliau adalah orang yang kasyaf dan diberi keistimewaan oleh Allah Swt. Walaupun dirinya memakan buah durian titipan tersebut sangat jauh dengan rumahnya namun Guru Zainal Ilmi dapat mengetahuinya. Menjelang Wafatnya Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari di masa hidupnya juga pernah diangkat sebagai penasehat badan pemulihan keamanan daerah Kabupaten Banjar sekitar Tahun 1956, ketika terjadi pemberontakan Ibnu Hajar. Setiap Jum’at, Beliau memberikan ceramah kepada masyarakat yang terpengaruh dengan adanya pemberontakan tersebut. Menjelang wafatnya Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari masih menyempatkan waktu untuk berdakwah. Sebagaimana diceriterakan, pada waktu itu Beliau ada jadwal mengisi ceramah di Karang Intan. Padahal disinyalir kuat Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari sudah tahu kewafatannya kia dekat. Sebab Beliau menyuruh seseorang untuk ketempat mertuanya, mengabarkan pada istrinya yang lagi menginap disana agar secepatnya pulang ke rumah. Dengan pesan singkat dari Guru Zainal Ilmi, ” Cepat pulang nanti tidak sempat.”. Selain itu, pula sebelum berangkat ke Karang Intan untuk berdakwah, Beliau berkata kepada orang yang ada 

Sayyidah Fathimah Azzahra Rha


Nama : Fathimah
Gelar : Az-Zahra
Julukan : Ummu al-Aimah, Sayyidatu Nisa’, al-‘Alamin, Ummu Abiha
Ayah : Muhammad Rasulullah SAW
Ibu : Khadijah al-Kubra
Tempat/Tgl Lahir : Makkah, Hari Jum’at, 20 Jumadi al-Tsani (jamadil akhir)
Hari/Tgl Wafat : Selasa, 3 Jumadi al-Tsani Tahun 11 H
Jumlah Anak : 4 orang; 2 laki-laki dan 2 perempuan
Laki-laki : Hasan dan Husein
Perempuan : Zainab dan Ummu Kaltsum

Riwayat Hidup

Di antara anak wanita Rasulullah s.a.w, Fathimah Az-Zahra , merupakan wanita paling utama kedudukannya. Kemuliannya itu diperoleh sejak menjelang kelahirannya, yang didampingi wanita suci sebagaimana yang diucapkan oleh Khadijah:
"Pada waktu kelahiran Fathimah , aku meminta bantuan wanita-wanita Quraish tetanggaku, untuk menolong. Namun mereka menolak mentah-mentah sambil mengatakan bahwa aku telah menghianati mereka dengan mendukung Muhammad. Sejenak aku bingung dan terkejut luar biasa ketika melihat empat orang tinggi besar yang tak kukenal, dengan lingkaran cahaya disekitar mereka mendekati aku. Ketika mereka mendapati aku dalam kecemasan salah seorang dari mereka menyapaku: ‘Wahai Khadijah! Aku adalah Sarah, ibunda Ishaq dan tiga orang yang menyapaku adalah Maryam, Ibunda Isa, Asiah, Putri Muzahim, dan Ummu Kultsum, Saudara perempuan Musa. Kami semua diperintah oleh Allah untuk mengajarkan ilmu keperawatan kami jika anda bersedia". Sambil mengatakan hal tersebut, mereka semua duduk di sekelilingku dan memberikan pelayanan kebidanan sampai putriku Fathimah lahir."
Meningkat usia 5 tahun, beliau telah ditinggal pergi ibunya. Tidak secara langsung beliau mengantikan tempat ibunya dalm melayani, membantu dan membela Rasulullah s.a.w, sehingga beliau mendapat gelar Ummu Abiha (ibu dari ayahnya). Dan dalam usia yang masih kanak-kanak, beliau juga telah dihadapkan kepada berbagai macam uji coba. Beliau melihat dan meyaksikan perlakuan keji kaum kafir Quraish kepada ayahandanya, sehingga seringkali pipi beliau basah oleh linangan air mata kerana melihat penderitaan yang dialami ayahnya.
Ketika Rasulullah pindah ke kota Madinah beliau ikut berhijrah bersama ayahnya. Selang beberapa tahun setelah hijrah tepat pada tanggal 1 dzulhijjah, hari jum’at, tahun 2 Hijrah, beliau menikah dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib Krw
Dari pernikahannya suci yang diberkati oleh Allah SWT, beliau dikaruniai dua orang putra; Hasan dan Husein serta dua orang putri, Zainab dan Ummi Kaltsum, mereka semua terkenal sebagai orang yang sholeh, baik dan pemurah hati.
Fathimah bukan hanya seorang anak yang paling berbakti pada ayahnya, tapi sekaligus sebagai seorang istri yang setia mendampingi suaminya disegala keadaan serta sebagai pendidik terbaik telah berhasil mendidik anak-anaknya.
Masa-masa indah bagi beliau adalah ketika hidup bersama Rasulullah s.a.w. Beliau mempunyai tempat agung disisi Rasulullah sehingga digambarkan di kitab Thabari Hal 40, Siti Aisah berkata: “Aku tidak melihat orang yang pembicaraannya mirip dengan Rasulullah s.a.w seperti Fathimah. Apabila datang kepada ayahanya, beliau berdiri, menciumnya, menyambut gembira dan mengiringnya lalu didudukkan di tempat duduk beliau. Apabila Rasulullah datang kepadanya, ia pun berdiri menyambut ayahandanya dan mencium tangan beliau s.a.w".
Tidak heran, jika setelah kepergian baginda Rasulullah, beliau sangat sedih dan berduka cita, hatinya menangis dan menjerit sepanjang waktu. Namun perlu diketahui bahwa kesedihan dan tangisannya itu bukanlah semata-mata kehilangan Rasulullah s.a.w tapi juga beliau melihat kelakukan umat sesudahnya yang sudah banyak menyimpang dari ajaran ayahnya, dimana penyimpangan itu akan membawa kesengsaraan bagi kehidupan mereka.
Sejarah mencatat bahwa Sayyidah Fathimah Az-Zahra a.s setelah kepergian Rasulullah s.a.w tidak penah terlihat senyum apalagi tertawa. Sejarah juga mencatat bahwa antara beliau dengan khalifah pertama dan kedua terjadi perselisihan tentang tanah Fadak dan tentang masalah lainnya. Menurut Sayyidah Fathimah a.s tanah itu adalah hadiah dari ayahnya untuk dirinya, namun khalifah berkata: "Bahwa nabi tidak meninggalkan sesuatau dari keluarganya, sedangkan warisan nabi berubah statusnya menjadi sedekah yang digunakan untuk kemaslahatan kaum muslimin".
M.H. Shakir berpendapat: "Wafat Rasulullah s.a.w sangat mempengaruhinya, ia sangat sedih, berduka dan tangis hatinya memekik sepanjang masa. Sayang sekali, setelah wafat nabi, pemerintah mengambil alih tanah fadak dan menyerahkannya sebagai milik negara".
Kehidupan Fathimah az-Zahra a.s, wanita agung sepanjang masa adalah kehidupan yang diwarnai kesucian, kesederhanaan, pengabdian, perjuangan dan pengorbanan bukan kehidupan yang diwarnai kemewahan yang ramah dan lembut.
Fathimah hanya hidup tidak lebih dari 75 hari setelah kepergian ayahnya. Pada tanggal 14 Jumadil Ula, tahun 11 Hijriyah wanita suci, wanita agung dan mulia sepanjang masa, menutup mata dalam usia yag relatif muda yaitu 18 tahun.
Namun sebelum wafatnya beliau mewasiatkan keinginan kepada Imam Ali Krw yang isinya:
1. Wahai Ali, engkau sendirilah yang harus melaksanakan upacara pemakamanku.
2. Mereka yang tidak membuat aku rela/ridha, tidak boleh menghadiri pemakamanku.
3. Jenazahku harus dibawa ke tempat pemakaman pada malam hari.
Fathimah Az-Zahra ," Putri bungsu Rasulullah sa.w, telah tiada. Tidak ada ungkapan yang mampu mengambarkan keagungan Fathimah Az-Zahra yang sebenarnya.


Karomah Fathimah Rha

Abu Sai'd al-Khudri berkata: “Pada suatu hari Ali Krw berkata bahwa beliau Sayyidatina Fathimah Az Zahra berasa amat lapar. Beliau kemudian meminta Fatimah menyediakan makanan. Fatimah bersumpah bahwa tidak ada makanan yang tinggal untuk menghilangkan kelaparan Ali Krw. Imam Ali Krw bertanya mengapa Fatimah tidak memberitahukan kepadanya bahwa di rumah mereka sudah tidak ada makanan lagi. Fatimah menyatakan bahwa dia merasa malu untuk menyatakan perkara itu, dan dia juga tidak mau menuntut apa-apa dari Imam Ali Krw. Imam Ali Krw keluar dari rumah dengan rasa tawakal kepada Allah SWT. Beliau meminjam uang sebanyak satu dinar dengan hasrat untuk membeli makanan untuk penghuni rumahnya. Dalam perjalanan pulang, beliau bertemu Miqdad ibn Aswad sedang terbaring di atas jalan pasir yang panas terik oleh sinar matahari yang membakar. Miqdad kelihatan sedih dan muram. Lalu Imam Ali Krw bertanya kepadanya apa yang terjadi tetapi dia enggan menyatakan perkara yang berlaku kepada Imam Ali Krw. Tetapi akhirnya dia menyatakan juga rahasia itu dan berkata:

“Wahai Abul Hasan! Aku bersumpah bahwa ketika aku keluar rumah tadi, penghuni rumahku berada di dalam kelaparan yang amat sangat. Anak-anakku kelaparan dan aku tidak sanggup menonton keadaaan mereka menangis itu. Lalu aku meninggalkan mereka, dan berusaha mencari jalan untuk mengatasi masalah tersebut."

Air mata Ali Krw jatuh bercucuran dan mengenai janggutnya apabila mendengar kisah tersebut. Ali Krw berkata kepadanya:

" Aku bersumpah bahwa aku juga mengalami keadaan yang sama seperti engkau."

Ali Krw lalu menyerahkan uang yang dibawanya kepada Miqdad. Ali Krw kemudian pergi ke masjid di mana pada ketika itu Nabi S.A.W sedang shalat. Ali Krw bershalat di tempat suci itu, dan selepas selesai menunaikan kewajibannya, beliau menemui Nabi S.A.W di pintu masjid. Rasulullah S.A.W bertanya Ali Krw tentang makanan apa yang akan dia siapkan untuk makam malam karena Nabi S.A.W hendak ikut makan malam di tempat putrinya..

Ali Krw tunduk dan tidak berkata apa-apa. Beliau tidak tahu apa yang harus dikatakan. Kelihatannya Rasulullah S.A.W tahu tentang kisah uang satu dinar itu. Telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad S.A.W bahwa hendaklah beliau S.A.W bersama Ali AS pada petang itu." Mengapa anda tidak berkata sesuatu..?," tanya Nabi Muhammad S.A.W. Ali Krw dengan menjawab:" Diriku di tanganmu."

Nabi Muhammad S.A.W memegang tangan Ali Krw dan dua orang yang agung ini berjalan bersama-sama ke rumah Fatimah . Apabila sampai di sana, Fatimah baru selesai menunaikan kewajibannya (sholat), dan di atas tungku ada satu periuk masakan sedang di masak dan ketika ia sedang mendidih. Fatimah kemudian keluar apabila mendengar bunyi tapak kaki ayahnya datang dan menyambut kedatangan mereka. Nabi S.A.W mengucapkan salam dengan lembut." Semoga Allah SWT memberi rahmat ke atas kamu berdua, dan semoga kamu dapat menyediakan kami hidangan makan malam!" sambung Rasulullah S.A.W.

Fatimah mengambil periuk tersebut dan meletakkan di hadapan ayahnya S.A.W dan suaminya, Ali Krw, yang terkejut dan bertanya isterinya bau makanan yang lezat di dalam periuk itu. Fatimah berkata:" Apakah anda marah dengan memandangku dengan pandangan yang demikian! Apakah aku telah melakukan sesuatu yang salah menyebabkan aku layak menerima kemarahanmu!?"

Ali Krw berkata:" Mengapa tidak..? Semalam engkau bersumpah bahwa engkau tidak mempunyai sedikit makanan pun untuk kita hidup selama beberapa hari! Apa artinya ini semua..?"

Dengan memandang ke langit Fatimah menyambung:" Tuhanku yang berkuasa ke atas langit dan bumi akan menjadi saksi bahwa apa yang akan aku katakan ini adalah benar."

Ali Krw menambah:" Wahai Fatimah! Sudikah engkau menyatakan kepada kami kisah sebenarnya. Sudikah engkau dengan jujur menyatakan kepada kami siapakah yang mengantarkan hidangan yang lezat ini yang menjadi makanan kita!"

Rasulullah S.A.W dengan lembut meletakkan tangannya ke atas bahu Ali Krwdan berkata:" Wahai Ali! Semua sebenarnya ini adalah anugerah dari Allah SWT karena kemurahan yang kamu tunjukkan ketika memberikan uang dinar tersebut.

Fathimah az-Zahra Pemimpin Wanita di Surga

Fatimah al-Zahra adalah puteri Rasulullah SAW. Ibunya Khadijah adalah isteri Rasulullah S.A.W yang pertama dan amat dikasihinya.

Nashaihul Ibad

Nasehat dari para sahabat nabi

Sayyidina Utsman bin Affan radliyallahu ‘anh berkata,
“10 hal yang paling disia-siakan, yaitu ;
1. Orang alim yang tidak dapat dijadikan tempat bertanya,
2. Ilmu yang tidak diamalkan,
3. Pendapat yang benar yang tidak diterima,
4. Senjata yang tidak dipakai,
5. Masjid yang tidak digunakan shalat,
6. Mushhaf (Al-Qur’an) yang tidak dibaca,
7. Harta yang tidak di infakkan,
8. Kuda yang tidak ditunggangi,
9. Ilmu zuhud yang ada pada hati orang yang cinta dunia,
10. Umur panjang yang tidak digunakan sebagai bekal untuk bepergian (menuju akhirat).

”Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib Karramallahu wajhah berkata,
1. Ilmu adalah sebaik-baiknya warisan,
2. Etika adalah sebaik-baiknya pekerjaan,
3. Takwa adalah sebaik-baiknya bekal,
4. Ibadah adalah sebaik-baiknya perdagangan,
5. Amal shaleh adalah sebaik-baiknya penuntun (menuju surga),
6. Akhlak terpuji adalah sebaik-baiknya teman (dunia akhirat),
7. Al-Hilmu (rendah diri) adalah sebaik-baiknya penolong,
8. Qana’ah adalah sebaik-baiknya kekayaan,
9. Taufiq adalah sebaik-baiknya pertolongan,
10. Kematian adalah sebaik-baiknya pendidik menuju perangai yang terpuji.”

Nasehat dari hasan bashry r.a (salah seorang pemuka golongan tabi’in) berkata:
Orang yang tidak memiliki sopan santun berarti dia tidak berilmu. Orang yang tidak sabar, berarti ia tidak menghayati agamanya. Dan orang yang tidak memiliki sifat wara’, berarti tidak memiliki derajat.
Keterangan:
Sabar ada 4 macam:
1. Sabar dalam menghadapi musibah.
2. Sabar dalam menghadapi kesulitan.
3. Sabar dalam melaksanakan taat.
4. Sabar dalam menjauhi kemaksiatan.
Yang dimaksud dengan sifat wara’ ialah hati2 (tidak suka terhadap barang yang haram, makruh dan subhat). Syubhat adalah sesuatu yang tidak jelas halal haramnya.
Maqolah ketiga belas dari bab III

Nasehat dari rasululloh SAW
Nabi SAW, telah bersabda: bahwa ada 3 golongan manusia yang akan diberi keteduhan oleh Allah SWT dibawah teduhnya arasy Allah SWT dihari kiamat yaitu untuk orang orang yang;
1. Orang yang menyempurnakan berwudhu walaupun udara sangat dingin.
2. Orang yang berjalan menuju masjid walaupun diwaktu gelap.
3. Orang yang suka memberi makan pada orang yang lapar
Keterangan: kerjakanlah sholat dan sempurnakan wudhu walaupun banyak halangan dan rintangan, serta sholatlah dengan berjamaah sekalipun dalam keadaan gelap, dan tolonglah orang yang lemah.
Maqolah kesepuluh dari bab III

3 nasehat dari Nabi Dawud as.
Nabi Dawud as. Mengatakan, telah diwahyukan didalam kitab zabur, bahwa hak orang berakal hendaklah tidak menyibukan diri, kecuali dengan 3 perkara hal ini:
a. Sediakanlah (amal sholeh) untuk kehidupan diakhirat.
b. Sediakanlah untuk perbekalan untuk kehidupan dunia.
c. Carilah kenikmatan dengan cara halal.

Nasehat dari Abu Hurairah r.a:
Abu Hurairah mengatakan, Nabi SAW telah bersabda:
Ada 3 hal yang dapat menyelamatkan (dari siksa), ada 3 hal yang dapat menjadi sebab memperoleh kedudukan tinggi (diakhirat) dan ada 3 hal dapat menghapus dosa.

3 hal yang dapat menyelamatkan manusia dari siksaan dari Allah:
1. Takut kepada Allah secara rahasia dan terang-terangan.
2. Sederhana dalam kehidupan dunia baik disaat fakir maupun disaat kaya.
3. Adil antara senang dan marah.
(maksudnya senang, suka,ridha,cinta hendaklah karena Allah, marah pun karena mencari keridhaan Allah).

3 hal yang dapat merusak diri sendiri, yaitu:
1. Sangat kikir.
2. Mengikuti kehendak nafsu.
3. Memandang dirinya sempurna, tanpa memandang kenikmatan Allah.

3 hal yang dapat menjadi sebab diperoleh kedudukan yang tinggi diakhirat nanti, adalah:
1. Membudayakan ucapan salam.
2. Memberi makan kepada tamu dan orang lapar.
3. Sholat tahajud ditengah malam saat orang-orang sedang tidur nyenyak.

3 hal yang dapat menghapuskan dosa:
1. Menyempurnakan wudhu diwaktu udara sangat dingin.
2. Melangkah kaki menuju sholat berjamaah
3. Menunggu sholat sesudah sholat

Keterangan: menunggu sholat sesudah sholat adalah menunggu untuk melaksanakan sholat fardhu berjamaah sesudah melaksanakan sholat sunnah.
Maqolah kedelapan dari bab III

Di Ambil dari kitab NASHOIHUL IBAD Karya SYEIKH NAWAWI

MANAQIB SYEKH SAMMAN AL-MADANI AL-HASANI


(Sang Pendiri Tarekat Sammaniyah & Penjaga Makam Rasulullah Saw.)
Nama beliau adalah Ghauts az-Zaman al-Waliy Quthb al-Akwan asy-Syekh Muhammad bin Abdul Karim as-Samman al-Madani keturunan Sayyidina Hasan bin Sayyidina Ali dengan Sayyidah Fatimah az-Zahra binti Sayyidina Rasulullah Saw
Beliau adalah ulama besar dan wali agung berdarah Ahlul Bait Nabi beraqidah Ahlussunnah wal Jama’ah dengan Imam Asy’ari dalam bidang teologi atau aqidah, dan Imam asy-Syafi’i madzab fiqih furu’ ibadatnya, dan Imam Junaid al-Baghdadi dalam tasawufnya.
Beliau Ra. tinggal di Madinah menempati rumah yang pernah ditinggali Khalifah pertama, yakni Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq Ra. (seorang Shiddiq yang paling agung yang tiada bandingannya, kecuali para Anbiya wal Mursalin).
Guru mursyid beliau diantaranya adalah Sayyidina Syekh Musthafa Bakri, seorang wali agung dari Syiria, keturunan Sayyidina Abu Bakar Shiddiq Ra. dari pihak ayah, sedangkan dari pihak ibu keturunan Sayyidina Husein Sibthi Rasulullah Saw.
Pangkat kewalian beliau adalah seorang Pamungkas para wali, yakni Ghauts Zaman, dan wali Quthb al-Akwan, yakni kewalian yang hanya bisa dicapai oleh para sadah yang dalam tiap periode 200 tahun sekali. Dan beliau adalah Khalifah Rasulullah pada zamannya.
Beliau banyak memiliki karomah yang tidak bisa dihitung jumlahnya, bahkan sampai saat inipun karamah itu terus ada. Karamah agung beliau adalah pangkat kewaliannya yang begitu agung. Beliau mendapat haq memberi syafaat 70.000 umat manusia masuk syurga tanpa hisab.
Diantara murid-murid beliau dari Indonesia yaitu:
1. Quthb az-Zaman Syekh muhammad Arsyad al-Banjari
2. Quthb al-Maktum Syekh Abul Abbas Ahmad at-Tijani (pendiri tarekat Tijani)
3. Al-Quthb Syekh Abdussamad al-Palimbani
4. Al-Quthb Syekh Abdul Wahab Bugis (menantu Syekh Arsyad al-Banjari)
5. Al-Qutb Syekh Abdurrahman al-Batawi (kakek Mufti betawi dari pihak ibu Habib Utsman Betawi)
6. Al-Quthb Syekh Dawud al-Fathani, dan lain-lain.
Dan diantara keagungan dan kemuliaan beliau yang amat banyak diantaranya adalah; semua murid beliau yang jumlahnya ribuan menempati maqam Quthb. Beliau menempati kemuliaan karena beliau berada pada jalan Rasulullah Saw. dan para sahabatnya, yakni Ahlussunnah wal Jama’ah.
Demikian lah kesuksesan Syekh Samman dalam mendidik ruhani murid-muridnya sehingga mereka yang berjumlah ribuan menempati maqam Quthb, apatah lagi Rasulullah Saw. dengan para murid-muridnya yakni para sahabat, tentu maqam kewaliannya sangat agung, karena mereka mendapat keistimewaan menyertai kekasihNya (Muhammad Saw.), dan apa-apa yang menjadi Nubuwat Rasulullah Saw. dalam kitab-kitab terdahulu, maka pasti menceritakan dan memuji para Qudus agung yang menyertai kekasihNya, yakni para sahabat Rasulullah Saw.
Syekh Samman Al-Madani Al-Hasani (Pendiri Tarekat Sammaniyah)

Kemunculan Tarekat Sammaniyah bermula dari kegiatan sang tokoh pendirinya, yaitu Syekh Muhammad bin Abdul Karim as-Sammani al-Hasani ai-Madani al-Qadiri al-Quraisyi. Ia adalah seorang fakih, ahli hadits, dan sejarawan pada masanya. Dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 1132 Hijriyah atau bertepatan dengan tahun 1718 Masehi. Keluarganya berasal dari suku Quraisy.
Semula, ia belajar Tarekat Khalwatiyyah di Damaskus. Lama-kelamaan, ia mulai membuka pengajian yang berisi teknik dzikir, wirid, dan ajaran tasawuf lainnya. Ia menyusun cara pendekatan diri dengan Allah Swt. yang akhirnya disebut sebagai Tarekat Sammaniyah. Sehingga, ada yang mengatakan bahwa Tarekat Sammaniyah adalah cabang dari Khalwatiyyah.
Demi memperoleh ilmu pengetahuan, ia rela menghabiskan usianya dengan melakukan berbagai perjalanan. Beberapa negeri yang pernah ia singgahi untuk menimba ilmu diantaranya adalah Iran, Syam, Hijaz, dan Transoxiana (wilayah Asia Tengah saat ini). Diantara karya-karya tulis beliau adalah; Mujamu al-Masyayikh, Tazyil at-Tarikh Baghdad, dan Tarikh Marv.
Kemuliaan Syekh Muhammad Samman dikenal sebagai tokoh tarekat yang memiliki banyak karamah. Baik dari kitab Manaqib Syaikh al-Waliy asy-Syahir Muhammad Samman maupun Hikayat Syekh Muhammad Samman, keduanya mengungkapkan sosok Syekh Samman. Sebagaimana guru-guru besar tasawuf, Syekh Muhammad Samman terkenal akan kesalehan, kezuhudan, dan kekeramatannya. Konon, ia memiliki karamah yang sangat luar biasa.
“Ketika kaki diikat sewaktu di penjara, aku melihat Syekh Muhammad Samman berdiri di depanku dan marah. Ketika kupandang wajahnya, tersungkurlah aku dan pingsan. Setelah siuman, kulihat rantai yang melilitku telah terputus," kata Abdullah al-Basri. Padahal, kata seorang muridnya, ketika itu Syekh Samman berada di kediamannya sendiri.
Adapun perihal awal kegiatan Syekh Muhammad Samman dalam tarekat dan hakikat, menurut Kitab Manaqib, diperolehnya sejak bertemu dengan Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
Suatu ketika, Syekh Muhammad Samman berkhalwat (menyendiri) di suatu tempat dengan memakai pakaian yang indah-indah. Pada waktu itu datanglah Syekh Abdul Qadir al-Jailani yang membawakan pakaian jubah putih dan berkata: "Ini pakaian yang cocok untukmu." Ia kemudian memerintahkan Syekh Muhammad Samman agar melepas pakaiannya dan mengenakan jubah putih yang dibawanya itu.
Konon, Syekh Muhammad Samman menutup-nutupi ilmunya sampai datanglah perintah dari Rasulullah Saw. untuk menyebarkannya kepada penduduk Kota Madinah.
Wasiat Syekh Samman Al-Madani Al-Hasani (Penjaga Makam Rasulullah Saw.)
Diantara wasiat yang diberikan Syekh Samman al-Madani adalah, berkata al-Imam al-Quthb al-Ghauts az-Zaman al-Waliy al-Quthb al-Akwan asy-Syekh Muhammad bin Abdul Karim as-Samman al-Madani:
• "Tidaklah aku diangkat Allah Swt. menjadi al-Waly al-Quthb al-Ghauts dan Quthb al-Akwan melainkan aku selalu rutin membaca doa; Allahummaghfir li-ummati sayyidina Muhammad. Allahummarham li-ummati sayyidinina Muhammad. Allahummastur li-ummati sayyidina Muhammad. Allahummajbur li-ummati sayyidina Muhammad Saw. 4X berturut-turut setelah selesai sholat Shubuh sebelum berkata-kata urusan dunia dan dia istiqamah membacanya maka ia menempati martabat fadhilah Quthub.”
Maksud beliau memberikan amalan ini ialah agar kita selalu bersatu sesama ummat islam dan sebagai ummatnya Rasulullah Saw. janganlah ada iri dengki dan buruk sangka terhadap sesama sekalipun seseorang itu kelihatannya hina. Jadi membaca doa ini setelah sholat Shubuh dengan niatan mudah-mudahan semua ummat Rasulullah Saw. diampuni Allah Swt. Atas segala dosa, dimudahkan Allah Swt. tuk mengamalkannya dan dengan harapan semoga hati kita dibersihkan dari segala penyakit hati seperti riya, ujub, takabbur, sombong, iri, dengki, hasud, berperasangka buruk dan sifat-sifat buruk lainnya.
• “Barangsiapa mengambil thariqah kepadaku dan mengamalkannya niscaya pasti ia akan mendapatkan rasa majdzub di dalam dunia (diambil oleh Allah Swt. aqalnya yang Basyariyyah diganti dengan aqal yang bersifat Rabbaniyah) yakni diambil oleh Allah akan rasa punya wujud dan sifat dan af’al diganti dengan rasa ‘adam mahdhah adam semata” yakni tiada punya wujud, sifat dan af’al melainkan hanya Allah Swt. yang punya wujud hakiki, minimal di saat sakaratul maut.”
• “Perkataan aku ini seperti perkataan Sayyidi Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Barangsiapa yang menyerukan aku “Ya Samman” 3 kali ketika mendapat kesusahan, niscaya aku akan datang menolongnya.”
Syekh Samman al-Madani meninggal dunia pada hari Rabu 2 Dzulhijjah tahun 1189 H, dan dimakamkan di pemakaman Baqi’ bersandingan dengan maqam para Istri Rasulullah. Para ualam mengatakan bahwa barangsiapa yang melazimkan membaca Manaqib Sayyidi Syekh Samman (Ratib Samman) berjamaah dengan orang banyak dan membaca al-Qur’an serta bertahlil kemudian bersedekah semampunya dan pahalanya dihadiahkan kepada Sayyidi Syekh Samman, niscaya ia akan dimudahkan rizqinya oleh Allah Swt.