Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany, 10 Ramadhan, tahun 545, H. di Madrasahnya
  Orang yang beriman adalah orang yang hijrah dari nafsunya, lalu 
berguru kepada seorang Syeikh yang bisa mendidiknya memberikan 
pengetahuan, dan terus belajar dari kecil hingga mati. Kemudian terus 
membaca Al-Qur’an, kemudian mendalami Sunnah Rasulullah Saw, maka ia 
akan mendapatkan taufiq dari Allah Swt. Karena ia mengamalkan apa yang 
diketahui menuju kepada Allah azza wa-Jalla.
 
  Sepanjang ia 
mengamalkan ilmunya, ia akan diberi ilmu oleh Allah yang tidak pernah 
diketahui sebelumnya. Hatinya teguh dalam berpijak, dan ikhlas dalam 
melangkah menuju Allah azza wa-Jalla.
  Bila anda mengamalkan ilmu 
anda, tetapi tidak membuat anda dekat pada Allah azza wa-Jalla, anda pun
 tidak menemukan indahnya ibadah dan kemseraan denganNya, ketahuilah 
bahwa anda sesungguhnya belum mengamalkannya, karena anda telah terhijab
 oleh cacat-cacat dalam amal anda. Apa cacat-cacat itu?
 
  Riya’,
 kemunafikan dan keta’juban pada diri sendiri. Wahai orang yang beramal,
 ikhlaslah! Jika tidak, anda jangan berpayah-payah dalam Muroqobah pada 
Allah azza wa-Jalla ketika khalwat maupun ketika berada dalam keramaian.
 Karena orang munafiq malah senang pamer ketika dalam keramaian, dan 
orang yang ikhlas tidak peduli apakah dalam ramai atau dalam sunyi, sama
 saja.
 
  Bila anda melihat orang yang sangat pesolek atau wanita
 pesolek, pejamkan mata nafsumu, hawa nafsumu dan nalurimu, lalu 
ingatlah pada pandangan Allah Azza wa-Jalla kepadamu, bacalah:
  “Dan kamu tidak berada dalam suatu keadaan…” (Q.S. Yunus:61)
 
  Waspadalah pada pandangan Allah azza wa-Jalla dan pejamkan kedua 
matamu dari memandang yang diharamkan. Ingatlah pada Dzat yang anda 
tidak bisa menhindari pandangan dan pengetahuanNya. Bila anda sudah 
tidak membantah dan kontra pada Allah azza wa-Jalla maka ubudiyah anda 
padaNya sempurna dan anda menjadi hamba yang benar-benar hambaNya, 
tergolong orang-orang yang disebutkan:
  “Sesungguhnya hamba-hambaKu, kamu (Iblis) tidak bisa menguasai (menggodanya).” (Q.S. Al-Hijr:42)
 
  Bila syukurmu benar-benar terwujud pada Allah azza wa-Jalla, Allah 
mengilhami makhluknya untuk berterimakasih padamu, menyayangimu, pada 
saat itulah tidak ada peluang lagi bagi syetan dan kroninya.
 
  
Anda jangan sampai meninggalkan berdoa sebagai prinsip, jangan sampai 
sibuk berdoa hanya untuk mencari dispensasi. Doa itu adalah 
ketenggelaman jiwa dan pembebasan bagi yang tertahan sampai mendapatkan 
jalan keluar dari tahanannya dan masuk dalam Sang Maha Diraja.
 
 
 Jadikan akal sehat anda , bahwa meninggalkan doa itu tidak baik sama 
sekali. Namun anda berdoa, anda butuh niat dan akal sehat serta 
pengetahuan dan mengikuti jejak orang yang berpengetahuan. Anda tidak 
memikirkan apa yang datang dari Allah Azza wa-Jalla dan apa yang ada 
pada diri orang-orang yang shaleh, dan karena itulah prasangka anda 
buruk pada mereka. Janganlah anda berilusi dengan pangkal agama dan 
perilaku ruhanimu pada mereka, jangan sampai anda kontra dengan mereka 
dalam semua aktivitasnya sepanjang mereka tidak kontra dengan aturan 
syariat, karena mereka berada di sisi Allah azza wa-Jalla baik secara 
lahir maupun batin.
 
  Hati mereka tidak akan tenang sebelum 
meraih keselamatan dari Allah azza wa-Jalla. Karena itu kemarilah wahai 
hamba Allah Azza wa-Jalla di muka bumi. Wahai ahli zuhud kalian 
mengetahui sesuatu tetapi kalian tidak meraih kebaikan. Masuklah kemari 
mempelajari kitabku, sampai anda saya ajari tentang suatu hal yang tak 
pernah anda temukan selama ini. Dalam hati ada kitab, dan dalam rahasia 
batin juga ada kitab, dalam nafsu kita juga ada kitab, serta dalam tubuh
 kita juga ada kitab, semuanya merupakan derajat-derajat dan maqom serta
 langkah-langkah yang berbilang.
 
  Langkah pertama saja anda 
tidak benar, bagaimana anda melangkah ke tahap kedua? Islam anda saja 
tidak benar, bagaimana anda sampai pada iman? Iman anda pun tidak benar 
bagaimana anda bisa sampai pada Iiqon (yaqin)? Iiqon anda juga tidak 
benar bagaimana sampai kema’rifatan dan kewalian?
  Berakal sehatlah 
anda, tapi anda tidak menggunakannya. Masing-masing anda ingin menjadi 
pemimpin, tetapi anda tidak memiliki pirantinya? Anda baru bisa jadi 
pemimpin jika anda sudah bisa zuhud dari dunia, zuhud dari nafsu, 
kesenangannya, watak dan hasratnya. Kepemimpinan itu turun dari langit 
bukan dari bumi. Kewalian itu datang dari Allah azza wa-Jalla bukan 
datang dari makhluk. Jadilah diri anda sebagai pengikut, bukan yang 
diikuti, dan jadilah kalian sebagai sahabat bukan yang disahabati. 
Bumikan dirimu dalam kehinaan dan kesembunyian.
 
  Bila anda 
meraih sesuatu di hadapan Allah azza wa-Jalla berbeda dengan Dari 
harapanmu, maka pada saatnya Dia mendatangimu. Maka pasrahkanlah dirimu 
padaNya, tinggalkan merasa bisa atas upayamu, kekuatanmu, kontramu dan 
sahabatmu dan nafsumu.
  Bersahabatlah dengan ubiyah-mu, yaitu 
melaksanakan smeua perintah dan menjauhi laranganNya, serta bersabar 
atas bencana-bencana.
 
  Dasar perkara seperti itu adalah tauhid 
dan kekokohannya, dan asasnya adalah amal yang sholeh. Namun, betapa 
tidak kokohnya bangunan anda, niat anda saja tidak benar bagaimana anda 
bicara? Sedangkan diammu pun juga tidak benar, bagaimana bicaramu benar 
pada orang lain, sebagai pengganti para Rasul? Karena para Rasul adalah 
para penceramah, ketika para Rasul wafat maka Allah azza wa-Jalla 
menetapkan para Ulama yang mengamalkan ilmunya, dan mereka dijadikan 
sebagai pewarisnya.
 
  Siapa yang ingin berada di maqom sebagai 
pengganti Rasul harus menjadi manusia paling suci di zamannya, yang 
paling mengenal aturan dan ilmunya Allah azza wa-Jalla.
  Namun 
mereka menganggap masalah ini sepele, hai orang-orang bodoh terhadap 
Allah azza wa-Jalla dan rasulNya, wali-waliNya yang shaleh dari para 
hambaNya!
 
  Wahai orang yang bodoh pada dirinya, pada watak, 
dunia dan akhiratnya, celakalah kalian ini! Diamlah kalian ini sampai 
datangnya orang yang ilmunya mengalahkan nafsunya, berbicara dan 
menghidupkan jiwa kalian, menegakkan dan membangkitkan kalian.
  
Itulah ilmu yang bermanfaat. Bagaimana tidak demikian, karena ia telah 
menutup pintu makhluk dan membuka Pintu Allah azza wa-Jalla, yaitu Pintu
 Agung. Jika penutupan pintu dan pembukaan pintu ini benar pada seorang 
hamba, maka ia akan kehilangan dukungan manusia, namun ia akan khalwat, 
lalu datanglah pakaian dalam hatinya, datang pula kunci-kunci yang mampu
 menyingkap kulit-kulit dan yang ada adalah isi.
 
  Pintu hawa 
nafsu tertutup, lalu ia menang dalam pergumulan jiwa, lalu terbukalah 
jalan menuju Allah azza wa-Jalla, lalu muncullah ketekunan atas 
hasratnya yang selaras dengan ketekunan pendahulu-pendahulunya dari para
 Nabi dan Rasul Saw, serta para WaliNya. Ketekunan itu tidak lain adalah
 ketekunan bersih tanpa kotoran, ketekunan tauhid tanpa syirik, 
ketekunan pasrah total tanpa kontra padaNya, ketekunan jujur tanpa 
dusta, ketekunan pada Allah azza wa-Jalla, bukan pada makhluk, ketekunan
 pada Sang Penyebab, bukan pada akibat.
 
  Ketekunan-ketekunan 
inilah yang digapai oleh para pemimpin agama, raja-raja ma’rifat, yang 
disebut sebagai Rjalul Haq Azza wa-Jalla, para kaum terpilihNya, 
parakekasihNya, yang senantiasa sebagai pembela agamaNya dan mereka 
adalah pecinta agamaNya.
 
  Celakalah kalian, bagaimana anda 
mengklaim mengikuti thariqah kaum sufi sedangkan anda musyrik dengan 
lainNya? Anda ini tidak punya iman, sedangkan di muka bumi ini masih ada
 yang anda takuti dan anda harapkan. Anda tidak bisa zuhud di dunia 
selama di dunia masih ada yang kau harapkan. Anda tidak bertauhid selama
 anda masih memandang yang lainNya dalam perjalananmu menuju kepada 
Allah azza wa-Jalla.
 
  Orang yang ‘arif senantiasa asing di 
dunia dan akhirat dan zuhud dari dunia dan akhirat, serta zuhud dari 
segala hal selain Allah azza wa-Jalla secara total, karena tak ada yang 
kesenangan sedikit pun selain padaNya.
 
  Hai kaumku… Dengarkan 
sesuatu dariku, jangan sampai ada prasangka buruk dalam hatimu. 
Bagaimana tidak, kalian berprasangka dan menggunjingku, padahal aku 
sangat sayang pada kalian, aku memikul beban kalian, menjahit amal-amal 
kalian yang compang camping dan memohonkan syafa’at untuk kalian pada 
Allah azza wa-Jalla, memohonkan ampunan dosa-dosa kalian?
 
  
Siapa yang kenal aku, ia tidak akan berpaling dariku sampai mati, 
kesenangan dan kenikmatan, makan dan minumnya serta pakaiannya pun, 
tidak ada yang mengalahkan kesenangannya bersamaku.
 
  Anak-anak 
sekalian… Bagaimana kalian tidak mencintaiku, akulah yang sangat 
berkehendak untuk kebahagiaanmu, bukan untuk kepentinganku! Aku ingin 
kemanfaatan ada dalam hidupmu, kebersihan dirimu dari kekuasaan dunia 
yang mematikan dan penuh tipudaya itu, sampai kapan terus mengikuti 
jejak dunia? Sebentar lagi dunia berpaling dari kalian dan membnuh 
kalian. Sedangkan Allah azza wa-Jalla tidak membiarkan kekasihNya 
bersama dunia bahkan tak sejenak pun. Dia tidak menginginkan kekasihNya 
merasa aman dengan dunia, tidak membiarkan bersama dunia dan yang 
lainnya.
 
  Justru Dialah bersama mereka dan mereka bersamaNya. 
Selamanya hati mereka hanya untukNya, berdzikir di sisiNya, hadir. 
Sedangkan pada yang lainNya, ia menolak hanya kepadaNya ia menghadap.