Laman

Kamis, 04 Januari 2018

IBLIS BERSYAIR


IBLIS bernama Azazil dan selanjutnya hidup di kalangan malaikat, Ia berbakti kepada Allah ribuan tahun lamanya hingga derajat kerohaniannya mencapai derajat malaikat agung, dalam khazanah Sufi, sesungguhnya malaikat merupakan makhluk yang memiliki kesadaran rohani yang tinggi dan berwujud cahaya,
Ketika Allah memerintahkan para malaikat bersungkur sujud di hadapan Adam mereka semua bersujud, kecuali Azazil..
Maka terjadi dialog antara Allah dengan Azazil seperti diterangkan dalam kitab at-Tawasin karya besar Mansur al-Hallaj:
Allah bertanya pada Azazil, ” Mengapa kau enggan bersujud pada Adam ? ”,
Azazil menjawab, ” Tiada yang patut kuagungkan selain Diri-Mu ”.
Allah bertanya balik, ” Meskipun kau akan menerima kutukan-Ku ? ”.
Azazil menjawab, ” Tidak mengapa, karena hasrat hatiku tak sudi condong pada yang lain selain Diri-Mu …
Kemudian Azazil bersyair: “ Kendati Kau membakarku dengan Api Suci-Mu yang menyala-nyala untuk selamanya , aku tak akan pernah sudi tunduk pada kesadaran ego (manusiawi) pernyataanku berasal dari hati yang tulus dalam Cinta aku memiliki kemenangan, bagaimana tidak ?”
Azazil melanjutkan syairnya: “Sesungguhnya tiada jarak yang memisahkan Dikau denganku ketika tujuan tercapai kedekatan dan jarak adalah satu, kendati aku ditinggal derita keadaan itu akan menjadi karibku
jika Kasih itu satu, bagaimana kita bisa berpisah?
dalam kemurnian yang mutlak,
Diri-Mu kuagungkan bagi seorang hamba dengan hati yang benar bagaimana dia menyembah sesuatu selain Dikau YA ILAHI ROBBI ?”
Ribuan kali, Yang Maha Mengetahui memerintahkan Azazil bersujud, tetapi dia tetap enggan,..
lalu ia bersyair: “Ya Allah, segala sesuatu termasuk diriku ini adalah milik-Mu
Kau telah memberikan ku pilihan, namun Kau telah menentukan pilihan-Mu bagiku, jika Engkau melarangku dari bersujud,
Kau adalah Pelarang, Jika aku salah paham, jangan Kau tinggalkan daku, jika Kau menginginkanku bersujud dihadapannya, hamba patuh namun tak seorangpun lebih mengetahui tentang Maksud-Mu selain Nuraniku ini”..
Atas penolakannya, Yang Maha Pengasih menganugerahkan “Kafir” pada Azazil berupa kutukan dan penderitaan.. dengan pasrah, tanpa bertanya lagi, tanpa mengeluh,
ia IBLIS menerima Anugerah-Nya yang tertinggi, sekaligus terberat.
WALAU HARUS DI LAKNAT IBLIS HANYA MAU SUJUD KEPADA ALLAH SWT
Dan menolak sujud pada ADAM alaihissalam

AKU JALANI BENAR ATAU SALAH


Hidup di dunia ini hanya sementara, semua orang pasti akan mati. Setelah kematian
semua orang akan dihidupkan kembali di alam akhirat nanti.
Dalam kehidupan inilah
setiap manusia akan dimintakan pertanggung jawabannya tentang hidupnya di dunia.
Mengapa setiap manusia harus diminta pertanggung jawabannya, dan apa saja yang harus dipertanggung jawabkan setiap orang nanti.
Hakekat Hidup
Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain kecuali untuk DI UJI, sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Mulk ayat 1-2 yang artinya :
"Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun".
Seluruh manusia berada dalam satu ruang ujian yang besar yang mencakup seluruh alam.
Di sana ada para pengawas yang mencatat semua perkataan dan perbuatan besar dan kecil. Tubuh mereka dan bumi menjadi saksi atas perbuatan yang mereka lakukan. Begitu juga sebagian mereka menjadi saksi atas sebagian yang lain. Lebih dari itu Allah menjadi saksi terhadap mereka.
Waktu ujian adalah mulai masa akil balig sampai mati. Kalau seorang pelajar dalam ujian tahu berapa sisa waktu ujian, maka seseorang di dunia tidak tahu berapa sisa umurnya.
Kalau seandainya seorang pelajar diberitahukan bahwa tidak ada pembatasan waktu ujian, dan kapan saja kertas jawaban bisa ditarik, niscaya dia mencurahkan segala kemampuannya dan tidak menyia-nyiakan waktu ujian sedikitpun
juga untuk menjawab pertanyaan sebanyak-banyaknya.
Begitu juga seorang muslim, hendaknya ia memanfaatkan setiap detik agar sukses dalam ujian ini.
Kalau seorang pelajar dalam ujian menggunakan sarana pulpen dan kertas, maka sarana seseorang dalam ujian ini adalah pisik, waktu, harta, ilmu dan segala potensi dan kemampuan yang diberikan Allah kepadanya.
Adapun soal-soal ujian yang harus dijawab seseorang dalam ujian di dunia ini adalah mencakup empat hal :
Perintah dan kewajiban yang harus dilaksanakan.
Larangan yang harus dijauhi.
Nikmat yang harus disyukuri.
Musibah yang harus disikapi dengan sabar.
Kata kunci dari jawaban soal-soal ujian ini adalah beribadah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukanNya. Firman Allah :
" Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku". (QS. Adz-Dzariyat : 56).
Kalau seseorang memiliki kunci jawaban ini,
ia berarti lulus dalam ujian, sebaliknya
kalau ia tidak memilikinya, berarti ia gagal dalam ujian.
Mengapa Harus Ada Pertanggung Jawaban Hidup
Bertitik tolak dari hidup ini sebagai ujian, maka sudah sewajarnya seseorang akan diminta pertanggung jawabannya di akhirat kelak, apakah dia berhasil menjawab soal-soal ujian hidup di dunia atau tidak
Orang yang bisa menjawab soal-soal ujian di dunia, yaitu melaksanakan segala perintah Allah, menjauhi segala larangan-Nya, mensyukuri semua nikmat yang diberikan Allah kepadanya dan bersikap sabar dalam menghadapi musibah yang menimpanya,
pasti ia dapat mempertanggung jawabkan hidupnya. Terhadap orang semacam ini Allah akan memberikan balasan yang baik dan
memasukkannya
ke dalam surga. Sebaliknya orang yang tidak bisa menjawab soal-soal ujian hidup di dunia, pasti tidak bisa mempertanggung jawabkan hidupnya. Kelak Allah akan memberikan balasan yang buruk dan akan memasukkannya ke dalam neraka.
Pertanggung jawaban hidup di akhirat kelak merupakan wujud dari keadilan Allah, dan menunjukkan bahwa penciptaan langit dan bumi dengan segala isinya termasuk di dalamnya manusia tidaklah sia-sia.
Hal ini sesuai dengan firman Allah :
"Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnyya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja) , dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?".
(QS. Al-Mu'minun : 115).
Firman-Nya lagi:
"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. Patutkah Kami mengganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat
kerusakan di muka bumi?.
Patutkah pula Kami mengaggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?.
(QS. Ash-Shad : 27-28).
Ayat di atas dan semacamnya mengisyaratkan bahwa penciptaan langit dan bumi dengan segala isinya menjadi sia-sia, kehidupan di dunia tidak ada hikmahnya kalau kehidupan dunia ini merupakan akhir perjalanan hidup manusia, di mana tidak ada hari akhir, yang pada hari itu manusia akan dibangkitkan untuk dimintakan
pertanggungan jawabnya terhadap perbuatan yang mereka lakukan selama di dunia.
Dalam kehidupan dunia ini kita saksikan orang-orang yang berbuat zalim dan terus berbuat zalim sampai akhir hayatnya, sementara di pihak lain ada orang-orang yang dizalimi dan terus dizalimi sampai akhir hayatnya.
Kita juga menyaksikan ada orang-orang kafir dan ada orang-orang yang beriman; keyakinan, tingkah laku dan sikap masing-masing mereka terhadap Allah berbeda. Segolongan mereka bersikap
sombong dan menolak untuk menyembah dan taat kepada Allah. Sementara segolongan lain berserah diri, patuh dan tunduk sepenuhnya kepada Allah. Di sisi lain kita juga menyaksikan sebagian di antara orang-orang kafir ada yang diberikan kekuasaan di permukaan bumi sambil menyebarkan kebatilan, sementara orang-orang mukmin hidup dengan tertindas, terusir dan teraniaya. Keadaan kedua golongan ini terus berlanjut sampai akhir hayatnya.
Seandainya kehidupan dunia merupakan akhir perjalanan hidup seseorang, apakah ini suatu keadilan Allah?, atau Allah menciptakan langit dan bumi ini penuh hikmah dan tidak sia-sia?.
Apakah tidak sia-sia kalau orang-orang yang berpegang teguh kepada kebenaran hidup dalam keadaan tertindas dan terusir sementara
pendukung
kebatilan hidup dalam keadaan senang dan mewah?.
Apakah tidak sia-sia kalau orang-orang yang memenuhi seruan Allah dengan beriman kepadaNya dan istiqamah (konsisten) di jalanNya hidup dan mati dalam keadaan mengenaskan seolah-olah
mereka orang-orang yang dimurkai Allah, sementara orang-orang yang tidak memenuhi
panggilan Allah dan tidak beriman kepadaNya hidup dan mati dalam keadaan senang dan mewah seolah-olah mereka orang-orang yang diridhai Allah?.
Kemudian apakah Allah adil kalau orang-orang yang istiqamah disiksa, sedangkan orang-orang yang sesat diberikan pahala?. Demikianlah gambarannya kalau seandainya
semua perkara selesai dengan berakhirnya kehidupan dunia dan kalau nanti tidak ada kebangkitaan, tidak ada pertanggung jawaban, tidak siksa dan pahala dalam kehidupan akhirat.
Oleh karena itu pertanggung jawaban hidup di akhirat nanti merupakan suatu keharusan.
Orang-orang yang selalu berbuat zalim di dunia, orang-orang kafir yang bersikap sombong untuk beribadah dan taat kepada Allah, dan orang-orang kafir yang melakukan
penindasan dan penganaiayaan terhadap orang-orang yang beriman dan taat kepada Allah, yang sewaktu di dunia belum pernah mendapat balasan atas tindakannya, di akhirat nanti akan mendapatkan balasan yang setimpal dengan perbuatannya.
Begitu juga orang-orang yang beriman yang tunduk dan patuh kepada Allah, yang sewaktu di dunia hidup dalam keadaan teraniaya dan tertindas, belum pernah merasakan
balasan atas keimanan dan ketaatannya, di akhirat kelak akan mendapat balasan yang setimpal dengan perbuatannya, dimasukkan ke dalam surga dan memndapat ridha Allah. Itulah keadilan Allah.
Apa Saja Yang Harus Dipertanggung Jawabkan
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa dalam kehidupan dunia ini seseorang diuji dengan empat hal, dan untuk menjawab soal-soal ujian ini, setiap orang diberikan sarana berupa pisik, waktu, harta, ilmu dan potensi lainnya. Oleh karena itu pertanggung jawaban hidup seseorang nanti berkisar pada materi-materi ujian hidup di dunia dan sarana-sarana yang diberikan Allah kepadanya. Dalam tulisan ini, penulis akan membatasi ruang lingkup pertanggung jawaban pada sarana hidup yang diberikan Allah dalam bentuk waktu atau umur, ilmu, harta dan pisik; karena kalau seseorang merasa bahwa nanti di akhirat akan dimintakan pertanggung jawabannya, pasti ia akan menggunakannya dalam rangka beribadah dan taat hanya kepada Allah.
Akan dimintakan pertanggung jawabannya seseorang tentang empat hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw.
"Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba (pada hari kiamat) sehingga ia ditanya tentang umurnya digunakan untuk apa, tentang ilmunya apa yang ia lakukan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan digunakan untuk apa, dan tentang pisiknya mengapa ia menyia-nyiakannya".
( HR. Tirmidzi, dan ia berkata: hadits ini hasan shahih).
Dalam hadits di atas, Rasulullah saw. menegaskan bahwa pada hari akhirat seseorang akan diminta pertanggung jawabannya tentang empat hal.
Pertama, tentang umur atau waktu.
Umur atau waktu kematian seseorang adalah sudah pasti, tapi kapan datangnya kematian, itu adalah rahasia Allah. Bagi seorang muslim sebenarnya tidak begitu penting kapan dia akan mati, tapi yang terpenting adalah dalam keadaan bagaimana dia akan mati, apakah dalam keadaan tunduk kepada Allah SWT. atau malah dalam keadaan yang sebaliknya. Yang Allah kehendaki adalah jangan sampai seseorang mati kecuali dalam keadaan muslim
( QS. Ali Imran : 102).
Oleh karena itu seorang muslim dituntut untuk memanfaatkan semaksimal mungkin
kesempatan hidup di dunia ini untuk selalu beramal saleh dan menyegerakan diri dalam melaksanakannya.
Kedua, adalah tentang ilmu
Yaitu Ilmu yang Allah SWT dan Rasul-Nya telah mewajibkan setiap muslim untuk mencarinya di dunia sebanyak-banyaknya, karena itu menuntut ilmu tidak ada batasnya
kecuali saat kematian.
Dengan ilmu, semestinya seseorang semakin dekat kepada Allah, bukan sebaliknya seperti yang sudah banyak terjadi sehingga dengan ilmu itu begitu banyak manusia yang sombong bahkan dengan ilmunya yang sedikit sudah banyak manusia yang tidak membutuhkan Tuhan, sehingga apa yang telah ditetapkan Allah dengan seenak hawa napsunya mau dirubah.
Oleh karena itu harus kita sadari sebanyak apapun ilmu yang kita miliki pada hakikatnya ilmu yang kita miliki itu sangat sedikit bila dibandingkan dengan ilmu Allah yang sangat luas dan banyak, itu pula sebabnya ilmu yang telah dimiliki oleh manusia harus mampu dipertanggung jawabkan pengamalannya di hadapan Allah SWT, dan itu pula yang menyebabkan orang yang berilmu (ulama) itu sangat takut kepada Allah SWT. Allah berfirman :
" Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguh Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun ". (QS. Fathir : 28).
Ketiga, Harta
Yang harus dipertanggung jawabkan setiap orang di hadapan Allah adalah tentang harta, dari mana diperoleh dan untuk apa digunakan. Allah tidak melarang manusia mencari dan memiliki harta, bahkan Allah justru memerintahkan manusia untuk mencari harta, karena memiliki harta merupakan fitrah dan kebutuhan manusia. Yang tidak dikehendaki Allah adalah kalau manusia mencintai harta melebihi cintanya
kepada Allah, karena dari sikap seperti ini, manusia akan menghalalkan segala cara. Karena itu Allah akan meminta pertanggung jawaban setiap orang dari mana harta itu diperoleh atau bagaimana cara mendapatkannya; halal atau haram.
Di samping itu meskipun manusia sudah mencari harta dengan cara yang halal, bukan berarti sudah selesai pertanggung jawaban manusia dalam soal harta, masih ada lagi yang harus dipertanggung jawabkannya, untuk apa saja dibelanjakan dan dikeluarkan harta itu, untuk sesuatu yang dikehendaki Allah atau tidak. Hal ini karena pada hakekatnya harta itu suatu titipan dari Allah. Oleh karena itu membelanjakan dan mengeluarkannya harus sesuai dengan kehendak Allah.
Keempat, Panca indera
Yang harus dipertanggung jawabkan setiap orang di hadapan Allah adalah soal penggunaan anggota badan; kaki ke mana berjalan, tangan apa yang dikerjakan, mata apa yang dilihat, telinga apa yang didengar, lisan apa yang diucapkan dan begitulah seterusnya.
Bila seseorang tidak mampu memanfaatkan anggota badan untuk sesuatu yang benar menurut Allah SWT, bisa jadi ia akan terperosok ke derajat yang rendah, bahkan lebih rendah dari derajat binatang (QS. Al-A'raf: 179)
Oleh karena itu seluruh anggota badan harus terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah sehingga manusia dapat menggunakan anggota badannya sesuai dengan kehendak Allah, dalam rangka beribadah dan taat kepada-Nya.
tanyakan hati mu
diri mu yang BODOH
atau tuhan mu
yang salah ???

*W A N I T A*_

Salam Santun Sahabat

"Ketika Allah
menciptakan wanita, malaikat datang dan bertanya,
"Mengapa begitu lama engkau menciptakan wanita, Ya Alllah ???"
Allah menjawab:
"Sudahkah engkau melihat dgn teliti setiap apa yang telah aku ciptakan untuk wanita?"
Lihatlah dua tangannya mampu menjaga banyak anak pada saat bersamaan, punya pelukan yang dapat menyembuhkan sakit hati dan kerisauan, dan semua itu hanya dengan dua tangan".
Malaikat menjawab dgn takjub,
"Hanya dengan dua tangan? tidak mungkin!"
Allah menjawab,"Tidakkah kau tahu, dia juga mampu menyembuhkan dirinya sendiri dan boleh bekerja 18 jam sehari".
Malaikat mendekati dan mengamati wanita tersebut dan bertanya,
"Ya Allah, kenapa wanita terlihat begitu lelah dan rapuh seolah-olah terlalu banyak beban baginya?"
Allah menjawab,"Itu tidak seperti apa yang kau bayangkan, itu adalah air mata."
"Untuk apa???", tanya malaikat.
Allah melanjutkan,
"Air mata adalah salah satu cara dia menunjukkan kegembiraan, kerisauan, cinta, kesepian, penderitaan, dan kebanggaan, serta wanita ini mempunyai kekuatan mempesona lelaki,ini hanya beberapa kemampuan yang dimiliki oleh wanita.
Wanita dapat mengatasi beban lebih baik daripada lelaki, dia mampu menyimpan kebahagiaan dan pendapatnya sendiri,
Dia mampu tersenyum ketika hatinya menjerit kesedihan,mampu menyanyi ketika menangis,
menangis saat terharu, bahkan tertawa ketika ketakutan.
Dia berkorban demi orang yang dicintainya,
Dia mampu berdiri melawan ketidakadilan,
Dia menangis saat melihat anaknya adalah pemenang,
Dia gembira dan bersorak saat kawannya tertawa bahagia,
Dia begitu bahagia mendengar suara kelahiran.
Dia begitu bersedih mendengar berita kesakitan dan kematian,
Tapi dia mampu mengatasinya.
Dia tahu bahwa sebuah ciuman dan pelukan dapat menyembuhkan luka.
Allah S.W.T berfirman:
"Ketika Aku menciptakan seorang wanita, ia diharuskan untuk menjadi seorang yang istimewa.
Aku membuat bahunya cukup kuat untuk menopang dunia,
namun, harus cukup lembut untuk memberikan kenyamanan."
"Aku memberikannya kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak dan menerima penolakan yang seringkali datang dari anak-anaknya. "
"Aku memberinya kekerasan untuk membuatnya tetap tegar ketika orang-orang lain menyerah,
dan mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh."
"Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan, bahkan ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya."
"Aku memberinya kekuatan untuk menyokong suaminya dalam kegagalannya dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya."
"Aku memberinya kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik takkan pernah menyakiti isterinya,
tetapi kadang menguji kekuatannya dan ketetapan hatinya untuk berada disisi suaminya tanpa ragu."
"Dan akhirnya, Aku memberinya air mata untuk dititiskan.
Ini adalah khusus miliknya untuk digunakan bilapun ia perlukan."
"Kecantikan seorang wanita bukanlah dari pakaian yang dikenakannya, susuk tubuh yang ia tampilkan, atau bagaimana ia menyisir rambutnya.
Kecantikan seorang wanita harus dilihat dari matanya, kerana itulah pintu hatinya, tempat dimana cinta itu ada."
"CINTANYA TANPA SYARAT".

LUPA DIRI


Sebuah catatan kecil peninggalan seorang pidana ku baca.
Buku usang ini di bawah kasur.
Di tinggalkan untuk penghuni baru di kamarnya
Isinya..
5 bulan awal kamu di ruang gelap ini pasti marah.
5 bulan kemudian kamu di ruang gelap ini pasti kecewa
5 bulan kemudian kamu di ruang gelap ini pasti mulai bertanya mengapa
5 bulan kemudian kamu pasti melupakan atau di lupakan
Sekolah baru diruang gelap mencari sekecil apapun cahaya guna menuntun pikiranmu.
5 bulan kemudian
Kamu pasti memilih menatap jalan tuhan atau jalan iblis kembali
Keringat dingin mengucur di keningku
Kubaca kembali buku itu
Mengapa Aku Di Lupakan Tuhan
Hatiku berbisik
Atau aku yang melupakan Tuhan hatiku menjawab.
Di kandangi yang penghuninya semua lebih jahat dari pada binatang ku bawa harapan serta anganku
Aku bertanya pada seorang narapidana tua sekamarku...
Dia sudah 9 tahun bertahan hidup mati sengsara dalam kamar gelap ini.
Mengapa Tuhan membawamu kekamar ini pak tua..
Orang tua yang hampir mirip setan itu menjawab dengan suara yang menyesakkan dadaku
Sebab Aku melupakan DIA jadi aku lupa diri dan berakhir di sini sampai mati nanti..
Allah berfirman :
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik”.
(Al-Hasyr : 19).
“Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka”.
(At-Taubah : 67)
Orang tua itu menatap wajahku dengan tatapan seakan mau membunuh ku
Kemudian ucapnya
Bila dulu aku mengurung sifat jahatku dan tidak melupakan DIA
tentu nasibku tidak begini.
Aku jahat dan terbawa arus yang semakin jauh dari DIA
Akupun membaca sisa tulisan di buku jelek ini
Betapa Allah telah melupakan mereka, berarti Allah membiarkannya, meninggalkannya sendirian, menyia-nyiakannya, dan tidak mau tahu dengan urusannya. Apabila yang dialami seorang hamba demikian, maka yang dialaminya adalah kehancuran dan kebinasaan.
Hatiku remuk
Makin terasa sakit dada ini.
Tapi tetap ku baca buku ini
Allah Azza Wa Jalla, yang Maha Rahman dan Rahim, lalu membiarkan hambanya yang telah lupa itu, akibat perbuatan maksiat yang telah dilakukannya.
“Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringangkan siksa mereka dan mereka tiada akan ditolong”.
(Al-Baqarah : 16)
Ku baca lagi buku itu penuh penasaran
Orang tua itu meneteskan air mata dengan penyesalan.
Kini giliranmu di kamar ini menunggu harapan bisa keluar dari sini hidup atau mati.
Allah berfirman :
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mreka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an.Dan siapakah yagn lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual-beli yang kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar”. (At-Taubah : 111).
Sejenak aku tertegun ketika selesai di kalimat terakhir dalam catatan ini.
12 tahun aku mengucapkan istigfar bersama kamar gelap ini. Ku jadikan kamar gelap ini menjadi musholla pribadi ku.
Semoga taubatku tidak terlambat
Bila aku tidak mati saat ini atau nanti
AKU TIDAK MAU JADI ORANG YANG MELUPAKAN DIA LAGI SAMPAI MATI
Selamat menikmati musholla gelap pribadi ku ini
Semoga kamu hidup atau mati berada dalam ridhonya....
Aku tertegun sendirian di kamar gelap.
Kututup buku itu

ARTI BAHAGIA


Sore singgah di saat belajar dari Alam belumlah selesai
Maka duduklah seorang sufi di tengah kebun berbincang dengan apapun yg di perhatikan.
Musim hujan sudah berlangsung selama dua bulan sehingga di mana-mana pepohonan tampak menjadi hijau.
Sufi melihat ulat.
Seekor ulat menyeruak di antara daun-daun hijau yang bergoyang-goyang diterpa angin.
Apa kabar daun hijau!!! katanya. Tersentak daun hijau menoleh ke arah suara yang datang.
Oo, kamu ulat. Badanmu kelihatan kecil dan kurus, mengapa? tanya daun hijau.
Aku hampir tidak mendapatkan dedaunan untuk makananku. Bisakah engkau membantuku sobat? kata ulat kecil.
Tentu ... tentu ... mendekatlah ke mari.
Daun hijau berpikir, jika aku memberikan sedikit dari tubuhku ini untuk makanan si ulat, aku akan tetap hijau, hanya saja aku akan kelihatan belobang-lobang, tapi tak apalah
Perlahan-lahan ulat menggerakkan tubuhnya menuju daun hijau.
Setelah makan dengan kenyang, ulat berterima kasih kepada daun hijau yang telah merelakan bagian tubuhnya menjadi makanan si ulat. Ketika ulat mengucapkan terima kasih kepada sahabat yang penuh kasih dan pengorbanan itu, ada rasa puas di dalam diri daun hijau. Sekalipun tubuhnya kini berlobang di sana sini, namun ia bahagia bisa melakukan bagi ulat kecil yang lapar.
Luar biasa pengorbanan daun pikir sufi..
Tidak lama berselang ketika musim panas datang, daun hijau menjadi kering dan berubah warna. Akhirnya ia jatuh ke tanah, disapu orang dan dibakar.
Apa yang terlalu berarti di dalam hidup kita sehingga kita enggan berkorban sedikit saja bagi sesama? Toh akhirnya semua yang ada akan binasa.
Daun hijau yang baik mewakili orang-orang yang masih mempunyai hati bagi sesamanya.
Yang tidak menutup mata ketika melihat sesamanya dalam kesulitan. Yang tidak membelakangi dan seolah-olah tidak mendengar ketika sesamanya berteriak minta tolong.
Ia rela melakukan sesuatu untuk kepentingan orang lain dan sejenak mengabaikan kepentingan diri sendiri. Merelakan kesenangan dan kepentingan diri sendiri bagi sesama memang tidak mudah, tetapi indah..
Ketika berkorban, diri kita sendiri menjadi seperti daun yang berlobang, namun itu sebenarnya tidak mempengaruhi hidup kita. Kita akan tetap hijau, Allah swt akan tetap merawat dan memelihara kita.
Bagi daun hijau, berkorban merupakan satu hal yang mengesankan dan terasa indah serta memuaskan. Dia bahagia melihat sesamanya bisa tersenyum karena pengorbanan yang ia lakukan. Ia juga melakukannya karena menyadari bahwa ia tidak akan selamanya tinggal sebagai daun hijau. Suatu hari ia akan kering dan jatuh.
Demikianlah hidup kita, hidup ini hanya sementara kemudian kita akan mati. Itu sebabnya isilah hidup ini dengan perbuatan-perbuatan baik: saling berbagi nasehat dan melakukan pengorbanan, pengertian, kesetiaan, kesabaran dan kerendahan hati.
Jadikanlah berkorban itu sebagai sesuatu yang menyenangkan dan membawa sukacita tersendiri bagi anda. Dalam banyak hal kita bisa berkorban.
Bukankah Baginda Rasulullah selalu mengutamakan menolong banyak manusia
Bagaimana dengan kita ???
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ"
السَّلاَمُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Salam santun sahabat semuanya

MEMAHAMI ISYARAT CINTA ILAHI

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan,
"Wahai anak muda! Waspadalah jika Allah
melihat di dalam hatimu ada selain Diri- Nya.
Waspadalah bahwa Allah melihat di dalam
hatimu ada rasa takut kepada selain Diri
Nya.


Ada harapan kepada selain Nya.
Ada kecintaan kepada selain kepada Nya.
Maka, hendaklah engkau berusaha
membersihkan Qalbumu dari selain Diri Nya.
Hendaklah engkau tidak memandang
kemudaratan ataupun manfaat kecuali
bahwa itu datang dari Allah. Engkau selalu
dalam rumah Nya dan menjadi tamu Nya.
Wahai anak muda! Ingatlah bahwa segala
sesuatu yang kau lihat berupa wajah-wajah
yang dipoles dan kau cintai adalah cinta
yang semu, yang menyebabkanmu dikenai
hukuman. Sebab, cinta yang benar dan tidak
akan mengalami perubahan adalah cinta
kepada Allah Azza wa Jalla.


Dialah yang seharusnya kau lihat dengan
kedua mataharimu. Itulah cinta orang-orang
Shiddiq yang dipenuhi limpahan
keruhaniaan. Mereka tidak mencintai
dengan keimanan semata, tetapi dengan
keyakinan
dan penyaksian. Hijab mereka tersingkap
dari
mataharimu sehingga engkau melihat
perkara-perkara yang gaib. Engkau melihat
apa yang tidak mungkin dapat mereka
jelaskan."


--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani 


HIDUPKAN KALBU, MESKI DALAM KEADAAN TIDUR

Dalam kitab Sirrul Asrar, Syekh Abdul Qadir
Al-Jailani menjelaskan bahwa, Jalan untuk
wushul (sampai) kepada Allah adalah
dengan menjaga amalan badan tetap
berada di jalan yang benar dengan
melakukan semua hukum syariat, baik di
siang hari atau malam.
Menurut beliau, kita harus mendisiplinkan
diri dengan berdzikir, baik secara jahr atau
khafi (secara terang atau secara samar).
Hukum berdzikir adalah
wajib dan harus dilakukan oleh semua
manusia yang ingin dekat kepada Allah.
Allah berfirman:
"Ingatlah Allah dalam keadaan berdiri,
duduk atau dalam keadaan berbaring, dan
mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi. (Qs Ali-Imran : 191).
Dzikir harus disertai dengan kesucian lahir
dan batin agar menghasilkan cahaya dzikir
di dalam batin. Dzikir dilakukan dalam
kesadaran yang terus menerus. Bahkan, saat
kita dalam keadaan tidur. Karena itu,
sebelum tidur pun kita diperintahkan
berdoa, berdzikir, bertasbih, dan membaca
Al-Quran. Kita harus tetap
menghidupkan kalbu setiap saat meskipun
dalam keadaan tidur.
Menurut Syekh Abdul Qadir, sebagaimana
kalbu yang
hidup, ia tidak pernah tidur, maka janganlah
mengira bahwa kalbu itu akan mati. Hal ini
sesuai dengan hadis Rasulullah,
"Kedua mataku tidur, tapi hatiku tidak
tidur,"(HR Al-Bukhari)
Maka, mari niatkan diri kita untuk berdzikir
dalam setiap keadaan, selalu menghidupkan
kalbu dengan kesadaran ruhani yang selalu
merindukan pertemuaan dengan Allah. Mari
menghidupkan kalbu dengan tahlil, tasbih,
tahmid, istighfar dan juga shalawat Nabi.
--Di kutip dari kitab Sirrul Asrar, karya
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani--


MENGENAL ALLAH SWT


AWALUDIN MA’RIFATULLAH
Artinya: Awal Agama mengenal Allah.
LAYASUL SHALAT ILLA BIN MA’RIFAT
Artinya: Tidak sah solat tanpa mengenal Allah.
MAN ARAFA NAFSAHU FAKAT ARAFA RABBAHU Artinya: Barang siapa mengenal dirinya dia mengenal Tuhannya.
ALASTU BIRAB BIKUM QOLU BALA SYAHIDNA Artinya: Bukankah aku ini Tuhanmu ? Betul Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi. (AL-ARAF :172)
AL INSANNU SIRRI WA ANNA SIRRUHU
Artinya: Manusia itu RahsiaKu dan Akulah Rahasianya.
WAFI AMFUSIKUM AFALA TUBSIRUUN
Artinya: Di dalam dirimu mengapa kamu tidak melihat.
ANAHNU AKRABI MIN HABIL WARIZ
Artinya: Aku lebih dekat dari urat nadi lehermu.
LAA TAK BUDU RABBANA LAM YARAH
Artinya: Aku tidak akan menyembah Allah apabila aku tidak melihatnya terlebih dahulu.
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH
Pada malam Ghaibul Ghaib iaitu dalam keadaan antah-berantah hanya Zat semata. Belum ada awal dan belum ada akhir, belum ada bulan dan belum ada matahari, belum ada bintang belum ada sesuatupun. Malahan belum ada Tuhan yang bernama Allah, maka dalam keadaan ini, Diri yang punya Zat tersebut telah mentajalikan diri-Nya untuk memuji diriNya.
Lantas tajallilah Nur Allah dan kemudian tajalli pula Nur Muhammad (Insan Kamil), yang pada peringkat ini dinamakan Anta Ana, (Kamu, Aku), (Aku,Kamu),Ana Anta.
Maka yang punya Zat bertanya kepada Nur Muhammad dan sekalian Roh untuk menentukan kedudukan dan taraf hamba. Lantas ditanyakan kepada Nur Muhammad, Aku ini Tuhanmu? Maka dijawablah Nur Muhammad yang mewakili seluruh Roh, Ya…Engkau Tuhanku. Persaksian ini dengan jelas diterangkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Araf :172.

ALASTU BIRAB BIKUM, QOOLU BALA SYAHIDNA Artinya : Bukan Aku ini Tuhanmu? Betul Engkau Tuhan kami, Kami menjadi Saksi. Selepas pengakuan atau persumpahan Roh itu dilaksanakan, maka bermulalah era baru di dalam perwujudan Allah SWT. Seperti firman Allah dalam Hadits Qudsi yang artinya: “Aku suka mengenal diriKu, lalu Aku jadikan mahkluk ini dan Aku perkenalkan diriKu. Apa yang dimaksud dengan mahkluk ini ialah: Nur Muhammad sebab seluruh kejadian alam maya ini dijadikan daripada Nur Muhammad tujuan yang punya Zat mentajallikan Nur Muhammad adalah untuk memperkenalkan diriNya sendiri dengan diri RahasiaNya sendiri. Maka diri Rahsianya itu adalah ditanggung dan diakui amanahnya oleh suatu kejadian yang bernama : Insan yang bertubuh diri batin (Roh) dan diri batin itulah diri manusia, atau Rohani. Firman Allah dalam hadis Qudsi.

AL-INSAANU SIRRI WA-ANA SIRRUHU
Artinya : Manusia itu RahsiaKu dan Akulah yang menjadi Rahsianya. Jadi yang dinamakan manusia itu ialah kerana ia mengenal Rahsia. Dengan perkataan lain manusia itu mengandung Rahsia Allah. Kerana manusia menanggung Rahsia Allah maka manusia harus berusaha mengenal dirinya, dan dengan mengenal dirinya manusia akan dapat mengenal Tuhannya, sehingga lebih mudah kembali menyerahkan dirinya kepada Yang Punya Diri pada waktu dipanggil oleh Allah SWT. Iaitu tatkala berpisah Roh dengan jasad. (Tambahan Hajri khusyuk: kembali kepada Allah harus selalu dilakukan semasa hidup, masih berjasad, contohnya dengan solat, kerana solat adalah mikraj orang Mukmin atau dengan ‘mati sebelum mati’). Firman Allah dalam Surah An-Nisa : 58.

INNALLAHA YAK MARUKUM ANTU ABDUL AMANATI ILAAHLIHA
Artinya: Sesunggunya Allah memerintahkan kamu supaya memulangkan amanah kepada yang berhak menerimanya (Allah). Hal tersebut di atas dipertegas lagi oleh Allah dalam Hadits Qudsi.
MAN ARAFA NAFSAHU,FAQAT ARAFA RABAHU Artinya: Barang siapa mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya. Dalam menawarkan tugas yang sangat berat ini, pernah ditawarkan Rahsianya itu kepada langit, bumi dan gunung-gunung tetapi semuanya tidak sanggup menerimanya. Seperti firman Allah SWT dalam Surah Al Ahzab : 72.

INNA ‘ARAT NAL AMATA, ALAS SAMAWATI WAL ARDI WAL JIBAL FA ABAINA ANYAH MILNAHA WA AS FAKNA MINHA,WAHAMA LAHAL INSANNU
Artinya : Sesungguhnya kami telah menawarkan suatu amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung tetapi mereka enggan memikulnya dan merasa tidak akan sanggup, lantas hanya manusia yang sanggup menerimanya. Oleh kerana amanat (Rahsia Allah) telah diterima, maka adalah menjadi tanggung jawab manusia untuk menunaikan janjinya. Dengan kata lain tugas manusia adalah menjaga hubungannya dengan yang punya Rahsia. Setelah amanat (Rahsia Allah) diterima oleh manusia (diri Batin/Roh) untuk tujuan inilah maka Adam dilahirkan untuk bagi memperbanyak diri, diri

penanggung Rahsia dan berkembang dari satu abad ke satu abad, dari satu generasi ke satu generasi yang lain sampai alam ini mengalami KIAMAT DAN RAHSIA ITU KEMBALI KEPADA ALLAH.
INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI RAAJIUN
Artinya: Kita berasal dari Allah, dan kembali kepada Allah.