Laman

Selasa, 04 April 2017

Amal Yang Dituntut

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, selawat dan salam untuk nabi dan rasul yang paling mulia, nabi kita Muhammad SAW, keluarga dan seluruh sahabatnya.

Dibawah ini adalah ulasan tentang beberapa amalan yang mudah dilaksanakan dan akan mendapatkan ganjaran pahala yang sangat besar dengan kurnia dari Allah. Amalan-amalan ini banyak dilalaikan dan diremehkan oleh sebahagian besar manusia, padahal di dalamnya terdapat banyak pahala, di antaranya adalah sebagai berikut :-

1. Memperbanyak solat di al-Haramain asy-Syarifain (Masjid Haram dan Masjid Nabawi).

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah ra. Rasulullah saw. bersabda: "Salat di masjidku ini lebih afdal dari 1000 solat di masjid lainnya kecuali masjid Haram, dan solat di masjid Haram lebih afdhal dari 100.000 solat di masjid lainnya." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Dan solat seorang wanita dirumahnya lebih baik daripada solat di masjid Haram dan masjid Nabawi.

2. Solat di masjid Quba'.

Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang keluar hingga sampai ke masjid ini, masjid Quba', lalu solat didalamnya, maka baginya pahala yang sama dengan (pahala) umrah." (HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah).

3. Rutin melaksanakan solat Dhuha.

Dan waktu yang terbaik untuk melaksanakannya adalah ketika matahari sudah semakin terik, Rasulullah saw. bersabda: " Solatnya orang-orang yang bertaubat adalah ketika unta kecil telah merasakan panasnya (matahari)." (HR. Muslim).

4. Menggandakan istighfar,

Seperti dengan membaca doa: "Ya Allah, ampunilah orang-orang mukminin dan mukminat, orang-orang muslimin dan muslimat, baik yang masih hidup di antara mereka maupun yang sudah meninggal." Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang meminta ampun untuk orang-orang mukmin dan mukminat maka Allah akan menuliskan untuknya setiap mukmin dan mukminat satu kebaikan." (HR. Thabrani).

5. Qiyamul Lail pada saat Lailatul Qodar.

Tahukah Anda bahwa pahala orang yang melaksanakan qiyamul lail pada saat lailatul qodar lebih afdhal dari pahala ibadah selama kira-kira 83 tahun lebih 3 bulan? Allah swt. berfirman: " Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan ijin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS. Al-Qodar: 1-5).

6. Menggandakan Tasbih,

yaitu dengan membaca: " Maha suci Allah dan dengan memuji-Nya sebanyak makhluk-Nya, keridhoan diri-Nya, seberat Ars-Nya, dan sepanjang kalimat-Nya."

7. Membaca doa ketika akan memasuki pasar.

Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang memasuki pasar maka hendaklah ia membaca [ Laa ilaaha illallahu wahdahuu laa syariikalahu, lahul mulku walahul hamdu yuhyi wayumiitu, wa huwa hayyun laa yamuutu, biyadihil khoir, wa huwa 'alaa kulli syai'in qodiir.] (Tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian, Yang menghidupkan dan Mematikan. Ia hidup dan tidak mati, di Tangan-Nya kebaikan dan Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu.), maka Allah akan menulis baginya satu juta kebaikan, dihapuskan darinya satu juta kejelekan dan diangkat dirajatnya satu juta dirajat." Dan dalam riwayat lain disebutkan: "Dan akan dibangun untuknya rumah di surga." (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim).

8. Berumrah di bulan Ramadhan.

Karena berumrah di bulan Ramadhan sama dengan berhaji sekali. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. kepada Ummu Sinan: " Bila bulan Ramadhan tiba maka berumrahlah karena berumrah di saat tersebut sama dengan berhaji sekali." Atau bersabda: "sama dengan berhaji bersamaku." (Muttafaqun 'alaihi).

9. Mengamalkan adab-adab pada hari Jumat. Rasulullah saw. bersabda: "Siapa yang memandikan atau mandi lalu bersegera dan berjalan kaki, tidak dengan mengendarai sesuatu, lalu mendekati imam, menyimak dan tidak bercanda, maka baginya setiap langkah amal setahun pahala puasa dan solatnya." (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi dan Nasai).

10. Puasa.

Nabi saw. menganjurkan untuk memperbanyakkan puasa sunnah dalam beberapa hari tertentu dalam satu tahun, misalnya puasa dua hari (Senin dan Kamis), hari-hari putih (13, 14, 15 setiap bulan Hijriah), bulan Sya'ban, enam hari di bulan Syawal, Muharram, sepuluh Dzulhijjah, puasa hari Arafah bagi selain jemaah haji dan pada hari Asyura. Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkan wajahnya (dirinya) dari api neraka sejauh 70 tahun perjalanan." (HR. Ahmad).

11. Memberi buka puasa bagi orang-orang yang berpuasa.

Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang memberi buka pada orang yang berpuasa maka baginya sama dengan pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun." (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

12. Memperbanyak ucapan: [Laa haula walaa quwwata illaa billah]

("Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah."). Karena ucapan ini adalah salah satu kekayaan surga, sebagaimana dijelaskan dalam salah satu hadit Muttafaqun 'alaihi dari Rasulullah.

13. Memenuhi kebutuhan manusia.

Rasulullah saw. bersabda dalam salah satu hadit yang panjang: "Aku berjalan beriring dengan saudaraku sesama muslim dalam suatu keperluan lebih aku senangi daripada beri'tikaf di masjid selama satu bulan." (HR. Thabrani dan ditahsin oleh Al-Albani).

Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya:
“Manusia yang paling dikasihi Allah ialah orang yang memberi manfaat kepada orang lain dan amalan yang paling disukai oleh Allah ialah menggembirakan hati orang-orang Islam atau menghilangkan kesusahan daripadanya atau menunaikan keperluan hidupnya di dunia atau memberi makan orang yang lapar. Perjalananku bersama saudaraku yang muslim untuk menunaikan hajatnya, adalah lebih aku sukai daripada aku beriktikaf di dalam masjid ini selama sebulan, dan sesiapa yang menahan kemarahannya sekalipun ia mampu untuk membalasnya nescaya Allah akan memenuhi keredhaannya di dalam hatinya pada hari Qiamat, dan sesiapa yang berjalan bersama-sama saudaranya yang Islam untuk menunaikan hajat saudaranya itu hinggalah selesai hajatnya nescaya Allah akan tetapkan kakinya(ketika melalui pada hari Qiamat) dan sesungguhnya akhlak yang buruk akan merosakkan amalan seperti cuka merosakkan madu.” (Riwayat Ibnu Abi Dunya)

14. Solat dua rakaat setelah terbitnya matahari.

Dari Anas bin Malik ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang solat subuh berjamaah lalu duduk-duduk berzikir kepada Allah hingga terbitnya matahari kemudian solat dua rakaat maka ia akan mendapatkan pahala haji dan umrah." Beliau berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Sempurna, sempurna, sempurna." (HR. Tirmidzi dan ditahsin oleh Al-Albani).

15. Menbantu anak yatim.

Dari Sahal bin Saad bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Saya dan pengasuh anak yatim di surga seperti ini." (HR. Bukhari) "Beliau memberi isyarat dengan kedua jarinya, jari telunjuk dan tengah." Dan Anda bisa melakukan itu melalui salah satu yayasan atau lembaga sosial lainnya.

16. Senantiasa solat jenazah.

Dari Abu Hurairah ra. berkata: "Rasulullah saw. bersabda: "Siapa yang menghadiri jenazah hingga disolati maka baginya pahala satu qirath, dan siapa yang menghadirinya hingga dimakamkan maka ia akan mendapatkan dua pahala qirath." Dikatakan kepada beliau: "Apakah qirath itu?" Beliau menjawab: "Yaitu seperti dua gunung yang besar." (Muttafaqun 'alaihi).

17. Memperbanyak selawat untuk Nabi saw.Jadi barangsiapa yang berselawat untuk nabi saw. sekali, maka Allah akan berselawat untuknya sepuluh kali, dan akan menjadi manusia paling utama nanti pada hari kiamat. Allah swt. mewakilkan malaikat yang berkeliling menyampaikan salam ummatnya kepada nabi mereka.

18. Solat Isya'k dan Subuh secara berjamaah.

Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang solat isya'k secara berjamaah maka seakan-akan ia telah melaksanakan solat tengah malam, dan barangsiapa yang solat subuh berjamaah maka seakan-akan ia telah melaksanakan solat sepanjang malam." (HR. Muslim).

19. Membaca tasbih, tahmid, dan takbir masing-masing 33 kali pada setiap selesai solat, lalu membaca: laa ilaaha illallahu, wahdahuu laa syariikalahu, lahul mulku walahul hamdu, wahuwa 'alaa kulli syai'in qodiir.

Ucapan ini memiliki keutamaan yang sangat besar sebagaimana diriwayatkan dalam hadis tentang orang-orang fakir Muhajirin yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah (hadis panjang Muttafaqun 'alaihi) dalam bab "Dzikir-dzikir yang dibaca setelah solat fardu."

20. Dakwah kepada Allah dan menasihati orang lain.

Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk maka ia akan mendapatkan pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka ia pun akan menanggung dosa yang sama dengan dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikitpun." (HR. Muslim). Jadi bila Anda menasihati orang lain untuk menuju Allah maka pahala nasihat itu ukan mengalir untukmu selama nasihat itu masih berguna bagi dirinya hingga hari kiamat. Misalnya dengan menyebarkan kebaikan seperti tulisan-tulisan yang ada di hadapan Anda sekarang ini, maka Anda akan mendapatkan pahala orang yang mengamalkannya hingga hari kiamat dengan adzin Allah swt..

Rasulullah s.a.w bersabda: "Sesungguhnya Allah sentiasa memberi rahmat dan Malaikat-Nya serta penduduk langit dan bumi - sehinggakan semut dalam lubangnya dan ikan di laut - sentiasa berdoa untuk sesiapa yang mengajarkan perkara-perkara yang baik kepada orang ramai." (Abu Umamah r.a)

21. Solat empat rakaat sebelum ashar.

Sabda Rasulullah saw.: "Semoga Allah merahmati seseorang yang solat 4 rakaat sebelum ashar." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi). Empat rakaat itu dilakukan dengan dua salam setelah azan dan sebelum iqomah.

22. Mengunjungi orang yang sakit.

Sabda Rasulullah saw.: "Barangsiapa mengunjungi orang yang sakit, maka ia akan tetap di khurfah surga." Rasulullah saw. ditanya: "Apakah khurfah surga itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Buah surga yang dipetik." (HR. Muslim). "Dan Anda akan diampuni oleh 70.000 malaikat." (Sebagaimana yang terdapat dalam hadits panjang.)

23. Puasa, mengikuti jenazah, menengok orang yang sakit, dan memberi makan orang miskin.

Bila semua ini terkumpul pada seorang muslim pada satu hari maka ia akan masuk surga dengan karunia Allah, sebagaimana yang terjadi pada diri Abu Bakar ra., di mana Rasulullah saw. bersabda dalam hadis yang panjang: "Tidaklah hal itu semua berkumpul pada seseorang kecuali ia akan masuk surga." (HR. Muslim).

24. Mengadakan perdamaian di antara manusia.

Allah swt. berfirman: "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi shodaqoh atau berbuat ma'ruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia." (QS. An-Nisa: 114). Dan banyak hadits yang menunjukkan keutamaan hal itu, yang tidak mungkin kita membahasnya semua karena kesempatan yang terlalu sempit.

25. Memperbanyak ucapan [Subhaanallahi walhamdulillahi walaailaaha illallahu wallahu akbar].

Ucapan ini lebih afdhal daripada hari terbitnya matahari, sebagaimana terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Nabi saw.. Ucapan ini juga termasuk yang paling disenangi oleh Allah swt. sebagaimana dalam hadits shohih.

26. Membaca Surah Al-Ikhlas berulang-ulang.

Karena surah ini sebanding dengan sepertiga Al-Quran dalam hal pahala dan kandungan maknanya, di mana surat ini mengandung Tauhid, pengagungan dan penghormatan kepada Allah swt. Rasulullah saw. bersabda: "Qul huwallahu ahad, sebanding dengan sepertiga Al-Quran, dan Qul yaa ayyuhal kaafirun, sebanding dengan seperempat Al-Quran." (HR. Thabrani dan ditashih oleh as-Suyuti dan al-Albani). Dan perlu diperhatikan bahwa sepertiga dalam keutamaan tidak berarti merasa cukup membacanya dan meninggalkan bacaan surat-surat Al-Quran lainnya.

27. Solat empat rakaat sebelum dhuhur dan empat rakaat setelahnya.

Dari Ummu Habibah ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang senantiasa melaksanakan solat sunnat 4 rakaat sebelum dhuhur dan 4 rakaat setelah dhuhur maka Allah akan mengharamkan baginya neraka." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi). Empat rakaat itu dengan dua salam antara adzan dan iqomah, dan 4 rakaat dengan dua salam setelah sholat dhuhur.

28. Qiyamul Lail, menyebarkan salam dan memberi makan.

Dari Abdullah bin Salam ra., Nabi saw. bersabda: "Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berilah makan dan solatlah di waktu malam sementara manusia sedang tidur, maka kalian akan masuk surga dengan selamat." (HR. Tirmidzi). Rasulullah saw. bersabda: "Solat yang paling afdal setelah solat fardhu adalah sholat lail." (HR. Muslim).

29. Mengikuti ucapan muadzin.

Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang membaca ketika mendengar azan: [Allahumma rabba hadzihidda'watittaammati washsholatil qooimati aati Muhammadanil wasiilata walfadhiilata wab'atshu maqoomam mahmuudanilladzi wa 'adtah] ("Ya Allah, Tuhan pemilik panggilan yang sempurna ini (azan) dan solat (wajib) yang ditegakkan ini. Berilah wasilah (derajat yang tinggi) dan fadhilah kepada Rasulullah dan bangkitkanlah beliau pada maqom yang terpuji yang telah Engkau janjikan.") Maka ia berhak mendapatkan syafaatku nanti pada hari kiamat." (HR. Bukhari).

30. Memperbanyak membaca dan menghapal Al-Quran.

Allah swt. berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah dan mendirikan solat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi." (QS. Faathir: 29). Dari Ibnu Mas'ud ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah maka baginya satu kebaikan dan kebaikan itu dilipat gandakan menjadi sepuluh kebaikan. Saya tidak mengatakan bahwa 'alif laam mim' itu satu huruf, tetapi 'alif' satu huruf, 'laam' satu huruf, dan 'mim' satu huruf." (HR. Tirmidzi dan berkata: "Hadits hasan shohih").

31. Memperbanyak zikir kepada Allah.

Sabda Rasulullah saw.: "Maukah kalian aku kabarkan kepada kalian amalan yang paling baik dan suci yang kalian miliki, yang paling tinggi dalam derajat kalian, paling baik bagi kalian daripada menginfakkan emas dan perak dan lebih baik daripada ketika kalian bertemu musuh lalu kalian memenggal lehernya atau mereka memenggal leher kalian?" Mereka menjawab: "Tentu". Beliau bersabda: "Yaitu zikir kepada Allah Ta'ala." (HR. Tirmidzi).

32. Mengekalkan akhlak yang baik

Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:
“Sesungguhnya seseorang mukmin itu dapat mencapai darjat orang yang berpuasa yang mendirikan sembahyang ditengah malam disebabkan akhlaknya yang mulia”. (Riwayat Abu Daud) 

Selawat dan salam untuk nabi kita Muhammad saw, berserta keluarga dan para sahabatnya.

Dari Abdullah bin 'Amr R.A, Rasulullah S.A.W bersabda:
" Sampaikanlah pesanku biarpun satu ayat..."

Kasyaf: Ilmu Islam yg dilupakan

Kasyaf adalah salah satu karamah atau kelebihan yang diberikan Tuhan kepada hamba-hambaNya yang dikasihiNya. Apa yang ingin disebut di sini adalah kasyaf yang dianugerahkan Tuhan kepada kekasihNya atau waliNya.

Walaupun tidak dinafikan, ada kasyaf yang didapati oleh orang awam, kasyaf sebegitu boleh menipu dan merosakkan diri merka. Kasyaf itu jika tidak dipimpin dan dijaga, nescaya menjadi istidraj kepada mereka.

Bagi wali Tuhan ini, hal-hal kasyaf sebenarnya telahpun dijanjikan Tuhan sepertimana dalam sebuah hadis qudsi,

Allah berfirman yang maksudnya: Orang yang mendekatkan diri kepadaKu, mengerjakan yang fardhu dan yang sunat, sehingga Aku cinta kepada mereka lalu Aku menjadi pendengaran mereka dan Aku menjadi penglihatan mereka.

Kasyaf kepada wali Allah ini ada banyak bahagiannya, seperti berikut:

1) Kasyaf Mata

Mata dapat melihat alam mawara-ul-maddah atau disebut sebagai alam yang seni-seni atau boleh disebutkan sebagai alam di luar kebendaan. Di sini, mata dapat melihat perkara-perkara ghaib seperti malaikat, jin dan syaitan. Kasyaf inilah yang menjadikan orang seperti Sayyidina Umar r.a nampak apa yang sedang berlaku pada tentera-tenteranya. Karamah seperti ini penting kerana dapat menyelamatkan seluruh tentera Islam.

2) Kasyaf Telinga

Kasyaf telinga disebut juga hatif. Telinga boleh mendengar benda-benda yang ghaib. Mendengar suara tetapi tidak nampak lembaganya sama ada dari jin yang soleh, malaikat atau waliullah. Suara itu adakalanya membawa berita gembira, adakalanya berita yang negatif. Tujuannya ialah Allah hendak menghiburkan orang yang mendapatnya. Kalau berita itu berita gembira, boleh menggembirakannya. Sebaliknya, kalau berita itu berita duka, juga akan menggembirakannya kerana dia tahu terlebih dahulu, sekurang-kurangnya dia boleh bersiap menghadapi ujian itu. Atau dia boleh mengelak daripada bahaya itu.

3) Kasyaf Mulut

Tuhan beri kepada orang itu, lidahnya ‘masin’ seperti doanya kabul atau apa yang dia sebut terjadi sama ada jangka pendek atau jangka panjang. Juga, di mana saja dia memberi kuliah, nasihat, tunjuk ajar, berdakwah dan sebagainya, ianya mudah diterima masyarakat dan boleh mengubah hati mereka. Akhirnya berubahlah sikap masyarakat. Karamah seperti ini biasanya dikurniakan kepada pemimpin.

4) Kasyaf Akal

Mendapat ilmu yang seni-seni yang Allah kurniakan pada seseorang terus jatuh ke hatinya. Ini terjadi tanpa dia belajar, tanpa membaca, tanpa mentelaah dan tanpa berguru. Dinamakan juga ilham atau ilmu laduni. Agar tidak terkeliru, perlu diingat orang yang hendak dapat ilmu laduni itu, dia mestilah dahulu ada ilmu asas iaitu ilmu fardhu ain.

5) Kasyaf Hati

Dinamakan juga firasat. Inilah kasyaf yang tertinggi daripada kasyaf-kasyaf yang disebutkan tadi. Biasanya dikurniakan kepada pemimpin. Itupun tidak banyak kerana Allah kurniakan hanya kepada pemimpin-pemimpin yang sangat soleh, yang sangat sabar menanggung ujian yang begitu berat ditimpakan kepada mereka. Kasyaf hati ialah rasa hati atau gerakan hati yang tepat lagi benar. Dia boleh menyuluh mazmumah yang seni-seni yang kadang-kadang kita membaca kitab tak mengerti. Termasuk juga adalah rasa hati dapat membaca diri seseorang. Nabi pernah bersabda, “Hendaklah kamu takuti firasat orang mukmin kerana dia melihat dengan pandangan Allah”. Apa yang dimaksudkan dengan firasat itu ialah kasyaf hati. Orang yang mendapatnya dapat memimpin diri dan dapat memimpin orang lain. Kalau tidak, seorang itu tidak layak jadi pemimpin. Kalau dia terus memimpin rusaknya lebih banyak daripada kebaikan.

Demikianlah yang dapat diceritakan tentang kasyaf. Moga-moga kita mendapat manfaatnya.

MURID YANG TERPEDAYA

SEBAHAGIAN DARI KEJAHILAN MURID IALAH : BURUK ADABNYA TETAPI BALASAN KE ATASNYA DIPERLAMBATKAN LALU DIA MENYANGKA SEKIRANYA ADABNYA ADALAH JELIK TENTU ALLAH S.W.T SUDAH MEMUTUSKAN BANTUAN DAN PASTI DIA AKAN DIJAUHKAN. KETAHUILAH! ADAKALANYA KURNIAAN TELAH DIPUTUSKAN TETAPI SI MURID TIDAK MENYEDARINYA. SEKIRANYA TIDAK ADA KURNIAAN BAHARU ITU PUN MERUPAKAN PUTUS BANTUAN. ADA KALANYA DIA SUDAH DIJAUHKAN TETAPI DIA TIDAK MENYEDARINYA, MESKIPUN HANYA DIJAUHKAN DENGAN CARA MEMBIARKANNYA MENURUT SANGKAANNYA.
Hikmat 75 menceritakan tentang istidraj yang dialami oleh orang yang lalai daripada peringatan Allah s.w.t, Hikmat 76 ini pula mengingatkan murid yang berjalan pada jalan kerohanian supaya gejala istidraj itu tidak menimpanya ketika dalam perjalanan. Bagi orang awam tidak bersyukur dengan kurniaan Allah s.w.t boleh menyebabkan tersingkirnya rasa nikmat yang mengiringi kurniaan itu. Bagi orang Mukmin di samping bersyukur adalah penting baginya memelihara adab sopan bersama-sama Allah s.w.t. Mungkin saranan supaya beradab sopan bersama-sama Allah s.w.t bunyinya janggal bagi orang awam, tetapi bagi mereka yang mendekati Allah s.w.t, mereka dapat merasakan kehadiran Allah s.w.t pada setiap masa dan di mana sahaja. Apabila seseorang itu meyakini bahawa Allah s.w.t sentiasa bersama-samanya walau di mana dia berada, Allah s.w.t mendengar pertuturannya dan bisikan hatinya maka dia berkewajipan memelihara adab sopan sebagai hamba yang berdiri di hadapan Tuannya. Bertambah hampir seseorang dengan Allah s.w.t bertambah pula tuntutan adab sopan ke atasnya. Perjalanan menuju Allah s.w.t bukanlah perjalanan mencari kemuliaan sama ada kemuliaan duniawi atau ukhrawi. Perjalanan ini adalah tindakan menghinakan diri di hadapan Allah s.w.t, kerana hina, lemah dan jahil adalah sifat makhluk, hanya Allah jua Yang Mulia, Yang Berkuasa dan Yang Mengetahui. Sekalian makhluk berkehendak kepada-Nya dan Dia Maha Kaya, tidak berkehendak kepada sesuatu apa pun.
Adab sopan yang paling utama dijaga adalah yang menyentuh keyakinan bahawa Allah s.w.t adalah Tuhan sekalian alam, Maha Bijaksana dan Maha Mengerti dalam urusan mentadbir dan menguruskan penghidupan sekalian makhluk yang dicipta-Nya. Seorang hamba hendaklah yakin kepada kebijaksanaan Tuannya. Terserah kepada Tuannya memilih layanan yang hendak diberikan kepada si hamba itu.
Ibrahim bin Adham telah menceritakan kisah beliau membeli seorang hamba. Berikut adalah percakapannya dengan hamba yang dibelinya itu:
Ibrahim: “ Siapakah nama kamu?”
Hamba : “ Panggil sahaja dengan nama apa yang tuan suka”.
Ibrahim : “ Apa yang kamu ingin makan?”
Hamba : “ Apa sahaja makanan yang tuan beri”.
Ibrahim : “ Apakah pakaian yang kamu perlukan?”
Hamba : “ Apa sahaja pakaian yang tuan mahu berikan”.
Ibrahim : “ Apa pekerjaan yang kamu hendak buat?”
Hamba : “ Apa sahaja pekerjaan yang tuan perintahkan”.
Ibrahim : “ Apakah kehendak kamu?”
Hamba : “Apa kehendak tuan itulah kehendak hamba Seorang hamba tidak berkehendak kecuali apa yang dikehendaki oleh tuannya”.
Ibrahim bin Adham berfikir, sekiranya dia hamba Allah s.w.t tentu dia menyerah sepenuhnya kepada Allah s.w.t. Beginilah adab sopan seorang hamba Allah s.w.t dengan Allah s.w.t. Seorang yang mengaku sebagai hamba Allah s.w.t tidak seharusnya membeberkan hajat keperluannya. Bukankah Allah Maha Mengerti dalam mengatur keperluan hamba-Nya. Seorang hamba berdiri di hadapan Tuannya tanpa mengemukakan tuntutan, tanpa sebarang kehendak, cita-cita dan alasan. Reda dengan lakuan Tuannya itulah sifat hamba yang sejati.
Seorang murid yang sedang dalam perjalanan masih belum teguh sifat redanya terhadap takdir Allah s.w.t, lantaran itu dia cenderung untuk membeberkan hajatnya kepada Allah s.w.t, seolah-olah Allah s.w.t tidak melihat keadaannya. Banyaklah permintaannya kepada Allah s.w.t. Dia mungkin meminta Allah s.w.t melepaskannya dari sesuatu yang tidak disenanginya tanpa berfikir bahawa yang tidak disenanginya itu mungkin mendatangkan kebaikan baginya. Dia mungkin meminta didekatkan kepada Allah s.w.t kerana dia merasakan dia sudah layak didekatkan. Dia mungkin meminta kekeramatan agar orang ramai mengakui kebenarannya. Tuntutan-tuntutan yang demikian menunjukkan tiada sopan santun seorang hamba kepada Tuannya, iaitu Allah s.w.t yang sempurna pengertian-Nya dan sempurna pembahagian-Nya.
Walaupun si hamba itu telah tidak bersopan di hadapan Allah s.w.t, mungkin dia tidak dihukumkan dengan serta-merta. Ini membuat si hamba tadi menyangka bahawa tiada salah pada adabnya. Ini menandakan kejahilannya.. Dia tidak sedar bahawa kurang beradab sopan itu sudah merupakan balasan terhadapnya. Lebih buruk lagi dia tidak dikurniakan pengalaman kerohanian yang lebih mendalam. Apabila dia memutuskan penyerahan terhadap Allah s.w.t, putus juga perjalanannya mendekati Allah s.w.t. Tetapi dia masih menyangkakan yang dia terus mendekati Allah s.w.t. Apabila dia dibiarkan menurut sangkaannya itu bermakna dia dijauhkan tanpa dia menyedarinya. Begitulah hebatnya akibat tidak menjaga adab sopan dengan Allah s.w.t. Jika seorang murid tidak mahu putus kesopanannya dengan Allah s.w.t maka hendaklah dia mendekati Allah s.w.t dengan kesabaran. Pintu kesabaran adalah pintu yang paling hampir untuk masuk ke Hadrat Allah s.w.t. Senjata yang paling kuat mempertajamkan kesabaran ialah ucapan:
“ Wahai Tuhanku. Engkau berbuat sesuatu sebagaimana Engkau kehendaki”.
Dalam perkara adab sopan bersama-sama Allah s.w.t ini termasuk juga adab sopan terhadap Rasul-rasul-Nya, Malaikat-malaikat-Nya dan Kitab-kitab-Nya. Imam as-Syafi’e dalam menghuraikan Hadis yang bermaksud “Sekiranya Fatimah binti Muhammad mencuri nescaya dipotong tangannya”, dibaca oleh Imam as-Syafi’e, “Sekiranya perempuan yang mulia anak kepada lelaki yang mulia itu mencuri nescaya dipotong tangannya”. Begitulah halusnya sopan santun Imam as-Syafi’e, sehingga beliau enggan menyebut ibarat yang boleh menunjukkan kecacatan terhadap Rasulullah s.a.w dan puteri baginda yang mulia itu. Orang-orang Islam yang beradab sopan tidak memperkaitkan Rasulullah s.a.w dengan Abu Lahab, tidak membesarkan perkara yang tidak elok yang berlaku di Makkah, tidak menyentuh al-Quran tanpa wudhuk, tidak membacanya di tempat membuang air, tidak membuang najis dengan menghadap ke kiblat dan banyak lagi perkara yang termasuk dalam adab sopan beragama yang menjadi kewajipan bagi orang yang mengaku beragama Islam menjaganya. Jangan memandangnya sebagai perkara yang remeh-temeh kerana setiap raja mempunyai peraturan atau taman larangan, dan peraturan atau taman larangan Tuhan ialah adab sopan dalam majlis-Nya. Oleh sebab seseorang itu tidak luput dari penglihatan Allah s.w.t walau sejenak pun maka sepanjang masa seseorang itu berada dalam majlis-Nya dan berkewajipan memelihara adab sopan atau peraturan-Nya.

HIJAB MENUTUP DIRI DAN ALAM GHAIB

USAHA KAMU UNTUK MENYINGKAP KEAIBAN YANG TERSEMBUNYI DALAM DIRI KAMU ADALAH LEBIH BAIK DARIPADA USAHA KAMU UNTUK TERBUKA BAGI KAMU TIRAI GHAIB.

Sekiranya kita mengamati Kalam-kalam Hikmat yang telah dihuraikan terlebih dahulu, kita akan mendapati bahawa suasana yang terbaik dan kurang baik sering digandingkan. Kita akan lebih tercenderung untuk melihat kepada suasana yang terbaik, dengan itu mengarahkan usaha kita menuju ke arahnya. Tetapi, kita tidak terlepas daripada sifat jahil dan tergopoh gapah. Kita mudah terkeliru dalam memilih jalan serta tidak sabar menanti hasil yang baik. Sebelum kita melencung lebih jauh, Hikmat 40 ini memberi teguran dan petunjuk jalan yang betul. Kita tidak seharusnya hanya asyik memandang kepada mereka yang dipilih untuk sampai kepada Allah s.w.t dan dibukakan kepada mereka ini tabir yang menutup segala keghaiban. Walaupun kita terpesona dengan pencapaian yang telah mereka perolehi, kita tidak sepatutnya mengarahkan semangat dan usaha gigih untuk mencapai keadaan yang serupa. Sudah menjadi kebiasaan untuk sebahagian ahli tarekat mengarahkan amal ibadat dan zikir bagi tujuan menyingkap tabir ghaib. Beberapa jenis zikir diamalkan untuk memecahkan hijab-hijab tertentu. Zikir-zikir secara demikian tidak menyampaikan seseorang hamba kepada Tuhannya. Setelah mereka banyak berzikir namun, hati mereka masih berasa jauh daripada Tuhan, maka mereka mula berasa berputus-asa dan timbullah keraguan di dalam hatinya. Keadaan yang demikian terjadi kepada orang yang menjadikan zikir sebagai alat untuk memperolehi kedudukan.
Ada pula orang yang menjadikan zikir sebagai alat untuk memperolehi kekeramatan. Di tengah jalan mereka mendapat jazbah khadam lalu dibawa ke alam khadam. Terpesonalah mereka dengan berbagai-bagai makhluk halus yang mempamerkan berbagai-bagai keanehan sehingga lupalah mereka kepada Allah s.w.t yang menjadi maksud dan tujuan. Mereka tidak lagi meminta kepada Allah s.w.t tetapi meminta kepada khadam. Bertambah teballah dinding antara mereka dengan tauhid yang hakiki. Kalam Hikmat di atas menarik orang yang baharu dalam perjalanan supaya menetapkan kaki atas landasan yang betul iaitu dengan memerhatikan kepada diri sendiri, memeriksa segala keaiban diri dan memperbetulkannya, sesuai dengan firman Allah s.w.t:
Dan juga pada diri kamu sendiri. Maka mengapa kamu tidak mahu melihat serta memikirkan (dalil-dalil dan bukti itu)? ( Ayat 21 : Surah adz-Dzaariyaat )
Ungkapan yang popular di kalangan ahli tasauf adalah:
Siapa yang kenal dirinya kenallah Tuhannya. Siapa yang kenal Tuhannya binasalah jasadnya.
Usaha menyingkap keghaiban yang menyelimuti diri sendiri adalah sebaik-baik pekerjaan untuk mencapai tujuan. Kenalilah keaslian diri sendiri yang suci murni. Ia tidak dapat mengeluarkan cahayanya kerana ditutup oleh keaiban dan kekotoran yang melekat di hati. Arahkan usaha dan perhatian untuk mencari keaiban dan kekotoran tersebut, agar dapat dihapuskan dan dibersihkan. Apabila kulit yang membalut keaslian itu sudah terbuang baharulah diri kita dapat memancarkan sinarnya. Allah s.w.t adalah nur bagi langit dan bumi. Apabila Nurullah memancar dari Hadrat Ilahi dan bertemu dengan Nurullah yang memancar dari lubuk hati nurani hamba, maka terjadilah pertemuan Nurullah dari atas dengan Nurullah dari bawah:
Cahaya berlapis cahaya. Allah memimpin sesiapa yang dikehendaki-Nya (menurut undang-undang dan peraturan-Nya) kepada nur hidayah-Nya itu; dan Allah mengemukakan berbagai-bagai misal perbandingan untuk umat manusia; dan Allah Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu. ( Ayat 35 : Surah an-Nur )
Hamba menyaksikan ketuhanan Allah s.w.t dan Allah s.w.t menyaksikan pengabdian hamba. Inilah makam musyahadah. Sekiranya kita mahu mencapai makam ini berusahalah menyucikan diri sendiri kemudian berserah terus kepada Allah s.w.t. Kuncinya ialah firman Allah:
Katakanlah (kepada mereka): “Allah jualah (yang menurunkannya)”, kemudian, biarkanlah mereka leka bermain-main dalam kesesatannya. ( Ayat 91 : Surah al-An’aam )
Hanya orang yang benar-benar berserah diri kepada Allah s.w.t boleh berkata: “Allah yang berkuasa! Allah yang mengetahui! Allah itu dan Allah ini. Allah segala-galanya”. Kemudian mereka berpegang teguh dengan pengakuan itu dan tidak memperdulikan lagi apa yang terjadi. Allah s.w.t menyambut para hamba yang demikian dengan firman-Nya:
Sesungguhnya orang-orang yang menegaskan keyakinannya dengan berkata, “Tuhan kami ialah Allah!”, kemudian mereka tetap teguh di atas jalan yang betul, akan turunlah malaikat kepada mereka dari semasa ke semasa (dengan memberi ilham): “Janganlah kamu bimbang (dari berlakunya perkara yang tidak baik terhadap kamu) dan janganlah kamu berdukacita, dan terimalah berita gembira bahawa kamu akan beroleh syurga yang telah dijanjikan kepada kamu”. ( Ayat 30 : Surah Fussilat )
Jalan untuk mencapai keteguhan hati adalah dengan berserah diri kepada Allah s.w.t. Keteguhan hati membawa seseorang kepada syurga semasa hidupnya. Syurga ini dinamakan makrifat dan ia lebih indah daripada syurga akhirat kerana syurga akhirat adalah makhluk sedangkan syurga makrifat adalah Empunya syurga akhirat itu. Jika syurga akhirat itu sangat indah dan sangat sejahtera maka Empunya syurga itu Maha Indah dan Maha Sejahtera. Apalah nilai keindahan di sisi Pemilik yang melahirkan keindahan, semua keindahan adalah pancaran Keindahan-Nya. Inilah nikmat yang Allah s.w.t sediakan kepada hamba-hamba-Nya yang sanggup terjun ke dalam dirinya sendiri dan melupakan yang lain-lainnya, tidak mengejar kemuliaan duniawi dan ukhrawi, tidak mencari kasyaf dan kekeramatan, tidak menuntut sesuatu apa pun kecuali menyerahkan segala-galanya kepada Allah s.w.t dan reda dengan semua keputusan-Nya.

NIKMAT DAN BALA ADALAH JALAN MENDEKATI ALLAH S.W.T.

SESIAPA YANG ENGGAN MENGHADAP ALLAH S.W.T DENGAN KEHALUSAN KURNIA-NYA AKAN DISERET (UNTUK MENGHADAP-NYA) DENGAN RANTAI UJIAN BALA.
Sekiranya Allah s.w.t telah menentukan seseorang hamba-Nya itu sampai kepada-Nya, sudah pasti si hamba itu akan sampai kepada-Nya. Hamba tadi akan dibawa menghadap Allah s.w.t melalui dua cara.

Pertama adalah secara lemah-lembut. Diberi-Nya nikmat, dibukakan jalan untuk taat dan dipermudahkan perjalanannya hingga dia sampai kepada Allah s.w.t. Orang begini sesuai untuk menerima pujukan. Ada pula orang yang tidak endah bila dipujuk.

Cara kedua sesuai untuknya. Cara kedua adalah cara paksaan. Allah s.w.t memutuskan apa sahaja yang mengikat hamba-Nya tadi. Si hamba itu telah menjadi enggan berjalan menuju kepada Allah s.w.t kerana dia diikat oleh berbagai-bagai perkara seperti harta, kekuasaan, perniagaan dan sebagainya. Selagi perkara-perkara itu mengikatnya selagi itulah dia tidak dapat berjalan kepada Allah s.w.t. Allah s.w.t yang mengasihani hamba tadi, memutuskan semua ikatan tersebut dengan cara mendatangkan ujian bala kepadanya.
Ujian bala memisahkan si hamba dari apa jua yang menjadi penghalang antaranya dengan Allah s.w.t. Kemudian ujian bala membentuk hati agar dia berputus asa dari apa yang telah terpisah daripadanya.
Bila dia tidak berhajat lagi kepada makhluk, baharulah dia dibawa menghadap Allah s.w.t. Dia sudah boleh berjalan menuju Allah s.w.t kerana beban berat di atas bahunya sudah terbuang. Kakinya berasa ringan untuk melangkah, fikirannya tenang dan jiwanya tenteram. Hatinya dapat bermunajat kepada Allah s.w.t dengan khusyuk kerana tidak ada lagi gangguan duniawi dan mata benda. Begitulah dua jalan yang disediakan oleh Allah s.w.t untuk membawa hamba-hamba-Nya kepada-Nya. Allah s.w.t berfirman:
Dan kepada Allah jualah sekalian makhluk yang ada di langit dan di bumi tunduk menurut, samada dengan sukarela atau dengan terpaksa; dan (demikian juga) bayang-bayang mereka; pada waktu pagi dan petang. ( Ayat 15 : Surah ar-Ra’d )
Walau jalan mana pun yang ditempuh oleh seseorang hamba itu, Allah s.w.t menantinya dengan keampunan, rahmat dan kasih sayang-Nya. Si hamba dibawa hampir dengan-Nya dan dikurniakan berbagai-bagai nikmat yang menggembirakan sehingga mereka tidak berasa rugi lantaran berpisah daripada kesenangan duniawi.
Ujian menjadi batu pengasah untuk menggilap iman seseorang. Ada orang diuji dengan rezeki, ditaburkan rezeki kepadanya atau disempitkan. Keluasan rezeki membentuk kesyukuran dan kesempitan membentuk kesabaran. Jiwa yang dicanai oleh kesyukuran dan kesabaran akan menimbulkan rasa penyerahan dan pergantungan yang kuat kepada Allah s.w.t. Keluasan rezeki membuatnya mengenali Allah s.w.t Yang Maha Baik, Maha Pemurah. Kesempitan rezeki membuatnya mengenali Allah s.w.t Yang Maha Keras, Maha Perkasa. Pada kedua-duanya dia mengenali Allah s.w.t yang menghalau takdir demi takdir dengan penuh hikmat kebijaksanaan.
(Mengapa mereka bersikap demikian?) dan mengapa mereka tidak melihat (dengan hati mereka) bahawa Allah memewahkan rezeki bagi sesiapa yang dikehendaki-Nya (sebagai cubaan adakah orang itu bersyukur atau sebaliknya), dan Ia juga yang menyempitkannya (sebagai ujian samada diterima dengan sabar atau tidak)? Sesungguhnya hal yang demikian itu mengandungi keterangan-keterangan (yang membuktikan kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. ( Ayat 37 : Surah ar-Ruum )
Orang yang beriman dengan Allah s.w.t dan takdir-Nya akan mendapat pimpinan-Nya. Allah s.w.t berkuasa membalikkan hati-hati. Dipimpin-Nya hati orang yang beriman agar menghadap kepada-Nya. Orang yang dipimpin-Nya akan berasa mudah untuk mengabdikan diri kepada-Nya. Kehalusan pimpinan-Nya itu membuat hamba mengenali kekuasaan-Nya pada membalikkan hati yang keras menjadi lembut dan yang malas beribadat menjadi rajin.
Tidak ada kesusahan (atau bala bencana) yang menimpa (seseorang) melainkan dengan izin Allah; dan sesiapa yang beriman kepada Allah, Allah akan memimpin hatinya (untuk menerima apa yang telah berlaku itu dengan tenang dan sabar); dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu. ( Ayat 11 : Surah at-Taghaabun )
Orang-orang yang beriman akan sentiasa diuji kerana ujian itu membawa berbagai-bagai ganjaran, nikmat dan kurniaan dari Allah s.w.t. Kekuatan amal ibadat tidak berdaya mengangkat darjat seseorang hamba, lalu Allah s.w.t hantarkan ujian dan melalui ujian itulah hamba-Nya dipersucikan dan diangkat darjatnya. Dalam melakukan yang demikian, Allah s.w.t kenakan ujian kepada hamba-Nya melalui perkara-perkara yang hampir dengan hamba itu, seperti harta dan keluarga.
Sesungguhnya hartabenda kamu dan anak-anak kamu itu hanyalah menjadi ujian; dan di sisi Allah jualah pahala yang besar. ( Ayat 15 : Surah at-Taghaabun )
Ujian menjadi pengasing, mengasingkan hati yang beriman dengan hati yang kufur. Dalam medan ujian itu ramai manusia disesatkan oleh iblis kerana hati mereka diselimuti oleh keraguan. Orang yang beriman dapat bertahan menghadapi gelombang ujian itu, malah ujian menambahkan kekuatan iman. Keupayaan mengekalkan iman di dalam mengharungi lautan ujian membuat hamba menginsafi bahawa sebenarnya Allah jua yang memelihara imannya itu, bukan kekuatan dirinya.
Dan sesungguhnya iblis telah dapati sangkaannya tepat terhadap mereka, iaitu mereka menurutnya, kecuali sebahagian dari orang-orang yang beriman (yang tidak terpedaya dengan hasutannya). Dan sememangnya tiadalah bagi iblis sebarang kuasa untuk menyesatkan mereka, melainkan untuk menjadi ujian bagi melahirkan pengetahuan Kami tentang siapakah yang benar-benar beriman kepada hari akhirat dan siapa pula yang ragu-ragu terhadapnya. Dan (ingatlah) Tuhanmu sentiasa mengawal serta mengawasi tiap-tiap suatu. ( Ayat 20 & 21 : Surah Saba’ )
Hamba yang dipelihara oleh Allah s.w.t itulah yang akan menemui kejayaan di dunia dan di akhirat.

Adab Pelajar dan Pengajar.


Bab kelima : Tentang Adab Kesopanan Pelajar dan Pengajar.
Adapun pelajar, maka adab kesopanan dan tugasnya yang dhahir itu adalah banyak. Tetapi perinciannya adalah tersusun dalam sepuluh rumpun kata-kata.
Tugas pertama : mendahulukan kesucian bathin dari kerendahan budi dan sifat-sifat tercela. Karena ilmu pengetahuan itu adalah kebaktian hati, shalat bathin dan pendekatan jiwa kepada Allah Ta'ala. Sebagaimana tidak syah shalat yang menjadi tugas anggota dhahir, kecuali dengan mensucikan anggota dhahir itu dari segala hadats dan najis,maka begitu pulalah, tidak syah kebaktian (ibadah) bathin dan kemakmuran hati dengan ilmu pengetahuan, kecuali sesudah sucinya ilmu itu dari kekotoran budi dan kenajisan sifat.
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : بني الدين على النظافة
(Buniyaddiinu 'alannadhaafah).
Artinya :"Ditegakkan agama atas kebersihan". (1)
Yaitu dhahir dan bathin.
Berfirman Allah Ta'ala :
إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ
(Innamal musyrikuuna najasun).
Artinya :"Sesungguhnya orang musyrik itu najis". (S. At.taubah, ayat 28).
Firman Tuhan itu adalah memberitahukan kepada akal pikiran kita, bahwa kesucian dan kenajisan, tidaklah ditujukan kepada anggota dhahir yang dapat dikenal dengan pancaindera. Orang
1.Menurut Al-lraqi, dia tidak memumpai hadits yang demikian bunyinya.
musyrik itu kadang-kadang kainnya bersih, badannya dibasuh, tetapi dirinya najis. Artinya: bathinnya berltlmuran dengan kotoran.
Najis : adalah diartikan dengan sesuatu yang tidak suka didekati dan diminta menjauhkan diri dari padanya. Kenajisan sifat bathin adalah lebih penting dijauhkan. Karena dengan kekotorannya sekarang, membawa kepada kebinasaan pada masa yang akan datang.
Dari itu, Nabi saw. Bersabda :
قال صلى الله عليه وسلم : لا تدخل الملائكة بيتا فيه كلب
(Laa tadkhulul malaaikatu baitan fiihi kalbun). 130
Artinya :"Tidak masuk malaikat ke rumah yang didalamnya ada anjing". (1).
Hati itu adalah rumah, yaitu tempat malaikat, tempat turun pembawaan dan tempat ketetapan dari malaikat.
Sifat-sifat yang rendah itu seumpama marah, hawa nafsu, dengki, busuk hati, takabur, 'ujub dan sebagainya adalah anjing-anjing yang galak. Maka bagaimanakah malaikat itu masuk ke dalam hati yang sudah penuh dengan anjing-anjing?
Sinar ilmu pengetahuan, tidaklah dicurahkan oleh Allah Ta'ala ke dalam hati, selain dengan perantaraan malaikat:
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ
Wa maa kaana libasyarin an jukallimahullaahu illaa wahyan au min waraa-i hijaabin au yursila rasuulan fayuuhiya bi-idznihii maa ya-syaa').
Artinya :"Tidak ada bagi manusia berkata-kata dengan Allah, selain dengan wahyu atau di belakang hijab atau dengan mengirimkan rasul, lalu diwahyukannya apa yang dikehendakiNya dengan keizinanNya".
(S. Asy-Syura, ayat 51).
1.Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Aw Thaltiah Al-Anshari.
Demikianlah kiranya, tidak dikirimkan Allah rahmat dari ilmu pengetahuan itu kepadahati. Hanya malaikatlah yang mengurus, mewakili membawa rakhmat itu. Para malaikat itu qudus suci, bersih dari segala sifat yang tercela. Tak ada perhatian mereka selain kepada yang baik. Tak ada urusan mereka dengan segala perbenda-haraan rakhmat Allah padanya, selain dengan yang baik suci.
Aku tidak mengatakan bahwa yang dimaksud dengan "rumah" dalam hadits yang diatas tadi, yaitu hati dan dengan "anjing" yaitu marah dan sifat-sifat tercela yang lain. Tetapi aku mengatakan bahwa itu adalah peringatan kepada hati dan suatu perbedaan antara kata-kata dhahir yang menunjukkan kepada bathin dan peringatan kepada bathin dengan menyebutkan kata-kata dhahir serta tetap pada kedhahirannya.
Golongan ahli kebathinan mengadakan perbedaan dengan pengertian yang halus tadi.
Maka inilah jalan tamsil ibarat, jalan yang ditempuh oleh para 'alim ulama dan orang baik-baik. Karena pengertian dari tamsil ibarat (i'tibar) yaitu mengambil ibarat dengan apa yang diterangkan kepada orang lain, tidaklah untuk orang lain itu saja. Seumpama seorang yang berpikiran waras, melihat bahaya yang menimpa orang lain, maka menjadi tamsil ibaratlah baginya, sebagai suatu peringatan bahwa dia pun mungkin pula ditimpakan bahaya tersebut.
Dunia ini adalah selalu berputar laksana roda pedati. Maka mengambil ibarat dari orang lain untuk diri sendiri dan dari diri sendiri kepada asalnya dunia ini, adalah suatu tamsil ibarat yang terpuji.
Maka anda ambil jugalah menjadi ibarat dari. rumah —yaitu pembangunan dari manusia— kepada hati, yaitu sesuatu rumah yang dibangun oleh Tuhan dan dari anjing yang dicela kerena sifatnya bukan kerena bentuknya —yaitu padanya terdapat sifat kebuasan dan kenajisan— kepada jiwa keanjingan, yaitu sifat kebuasan.
Ketahuilah bahwa hati yang dipenuhi dengan kemarahan, loba kepada dunia dan bersifat anjing mencari dunia dengan rakus, dengan mengoyak-ngoyak kepentingan orang lain adalah anjing dalam arti dan hati dalam bentuk. Orang yang bermata hati memperhatikan arti, tidak bentuk.
Bentuk dalam dunia ini mengalahkan arti. Dan arti, tersembunyi dalam bentuk. Di akhirat bentuk itu mengikuti arti dan artilah yang menang. Dari itu, masing-masing orang dibangkitkan dalam bentuknya yang ma'nawi (menurut pengertian dari bentuk itu).
فيحشر الممزق لأعراض الناس كلبا ضاريا والشره إلى أموالهم ذئبا عاديا والمتكبر عليهم في صورة نمر وطالب الرياسة في صورة أسد
Menurut hadits : "Orang yang mengoyak-ngoyakkan kehormatan orang lain, dibangkitkan sebagai anjing yang galak. Orang yang loba kepada harta-benda orang lain, dibangkitkan sebagai serigala yang ganas. Orang yang menyombong terhadap orang lain, dibangkitkan dalam bentuk harimau. Dan orang yang mencari jadi kepala, dibangkitkan dalam bentuk singa". (1)
Banyaklah hadits berkenan dengan hal di atas dan menjadi tamsil ibarat kepada orang-orang yang mempunyai mata hati dan mata kepala.
Jikalau anda mengatakan bahwa banyaklah pelajar yang rendah budi, memperoleh ilmu pengetahuan, maka tahulah anda kiranya, bahwa alangkah jauhnya ilmu itu dari ilmu yang sebenarnya, yang berguna di akhirat, yang membawa kebahagiaan.
Yang pertama sekali dari ilmu itu, nyata kepadanya bahwa ma'siat adalah racun yang membunuh, yang membinasakan. Adakah anda melihat orang mengambil racun dengan mengetahui bahwa itu racun yang membunuhkan?
Yang anda dengar dari orang itu ialah perkataan yang diucapkan-nya dengan lidahnya dalam satu bentuk dan diulang-ulanginya dengan hatinya dalam bentuk yang lain. Yang demikian, bukanlah ilmu namanya.
قال ابن مسعود رضي الله عنه ليس العلم بكثرة الرواية إنما العلم نور يقذف في القلب وقال بعضهم إنما العلم الخشية لقوله تعالى
Berkata Ibnu Mas'ud ra. : "Tidaklah ilmu dengan banyak ceritera, tetapi ilmu adalah nur Tuhan yang ditempatkan di dalam dada". Berkata setengah mereka : Sesungguknya ilmu itu takut (khasy-yah) kepada Allah " karena firmanNya :
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
(Innamaa yakhsyallaaha mm ibaadihil 'ulama).
Artinya:"Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari para hambaNya ialah 'alim ulama (orang yang berilmu) (S.Al Fathir Ayat 28)
Dengan firman itu, seakan-akan Allah menunjukkan kepada faedah ilmu yang lebih khas. Dari itu berkata sebahagian ulama muhaq-qiqin, bahwa arti perkataan mereka : "Kami pelajari ilmu bukan karena Allah maka seganlah ilmu itu selain karena Allah", bahwa ilmu itu segan dan tak mau kepada kami. Maka tak terbukalah hakikatnya kepada kami. Hanya yang ada bagi kami, ialah ceritera-nya dan kata-katanya saja.
1.Dirawikan Ats-Tsa'labi dari Al-Bura', dengan sanad dla'if.
Kalau anda mengatakan bahwa saya melihat kebanyakan ulama fuqaha' muhaq-qiqin, yang terkemuka dalam ilmu furu' dan ushul, terhitung dari golongan tokoh-tokoh besar, adalah budi pekerti nya tercela dan tidak berusaha membersihkan diri dari padanya, maka jawabnya : bila anda mengetahui tingkat-tingkat ilmu pengetahuan dan mengetahui pula ilmu akhirat, niscaya jelaslah bagi anda bahwa apa yang dikerjakan mereka itu, sedikitlah gunanya dari segi ilmu pengetahuan. Kegunaannya baru ada dari segi amalan karena Allah Ta'ala, apabila tujuannya mendekatkan diri kepadaNya, Untuk itu sudah disinggung dahulu dan nanti akan dijelaskan lagi, dengan lebih tegas dan terang insya Allah.
Tugas kedua : seorang pelajar itu' hendakiah mengurangkan hubungannya dengan urusan duniawi, menjauhkan diri dari kaum keluarga dan kampung halaman. Sebab segala hubungan itu mempengaruhi dan memaiingkan hati kepada yang lain.
مَا جَعَلَ اللَّهُ لِرَجُلٍ مِنْ قَلْبَيْنِ فِي جَوْفِهِ
(Maa ja'alallaahu lirajulin min qalbaini fii jaufih).
Artinya :"Allah tidak menjadikan bagi seorang manusia dua hati dalam rongga tubuhnya".(S. Al-Ahzab, ayat 4).
Apabila pikiran itu telah terbagi maka kuranglah kesanggupannya mengetahui hakikat-hakikat yang mendalam dari ilmu pengetahuan. Dari itu dikatakan : ilmu itu tidak menyerahkan kepadamu sebagi-an dari padanya sebelum kamu menyerahkan kepadanya seluruh jiwa ragamu. Apabila engkau sudah menyerahkan seluruh jiwa raga engkau, maka penyerahan ilmu yang sebahagian itu masih juga dalam bahaya.
Pikiran yang terbagi-bagi kepada hal ikhwal yang bermacam-macam itu, adalah seumpama sebuah selokan yang mengalir airnya ke beberapa jurusan. Maka sebahagian airnya ditelan bumi dan sebahagian lagi diisap udara, sehingga yang tinggal tidak terkumpul lagi dan tidak mencukupi untuk tanam-tanaman.
Tugas ketiga: seorang pelajar itu jangan menyombong dengan ilmunya dan jangan menentang gurunya. Tetapi menyerah seluruhnya kepada guru dengan keyakinan kepada segala nasehatnya, sebagaimana seorang sakit yang bodoh yakin kepada dokter yang ahli berpengalaman.
Seharusnyalah seorang pelajar itu, tunduk kepada gurunya, meng-harap pahala dan kemuliaan dengan berkhidmat kepadanya. Berkata Asy-Sya'bi : "Pada suatu hari Zaid bin Tsabit bershalat janazah. Sesudah shalat itu selesai, lalu aku dekatkan baghalnya (nama hewan, lebih kecil dari kuda) untuk dikendarainya. Maka datang Ibnu Abbas membawa kendaraannya kepada Zaid untuk dikendarainya. Maka berkata Zaid : "Tak usah wahai anak paman Rasulullah saw."
Berkata Ibnu Abbas :هكذا أمرنا أن نفعل بالعلماء والكبراء "Beginilah kami disuruh berbuat terhadap para 'alim ulama dan orang-orang besar".
Lalu Zaid bin Tsabit mencium tangan Ibnu Abbas seraya berkata : "هكذا أمرنا أن نفعل بأهل بيت نبينا صلى الله عليه وسلم Beginilah kami disuruh berbuat terhadap keluarga Nabi kami Muhammad صلى الله عليه وسلم
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم :
ليس من أخلاق المؤمن التملق إلا في طلب العلم
(Laisa min akhlaaqil mu'minit tamalluqu illaa fii thalabil ilmi).Artinya:"Tidaklah sebahagian dari budi pekerti seorang mu'min merendahkan diri, selain pada menuntut ilmu". (1)
Dari itu tidaklah layak bagi seorang pelajar menyombong terhadap gurunya. Termasuk sebahagian dari pada menyombong terhadap guru itu, ialah tidak mau belajar kecuali pada guru yang terkenal benar keahliannya.
Ini adalah tanda kebodohan. Sebab ilmu itu jalan kelepasan dan kebahagiaan. Orang yang mencari jalan untuk melepaskan diri dari terkaman binatang buas, tentu tidak akan membeda-bedakan. Apakah jalan itu ditunjuki oleh seorang yang termashur atau oleh seorang yang dungu. Terkaman kebuasan api neraka, kepada orang yang jahil, adalah lebih hebat dari terkaman seluruh binatang buas.
1.Dirawikan Ibnu Uda dari Ma'adz dan Abi Amamah, dengan isnad dla'if.
Ilmu pengetahuan itu adalah barang yang hilang dari tangan seorang mu'min, yang harus dipungutnya di mana saja diperolehnya. Dan harus diucapkannya terima kasih kepada siapa saja yang membawanya kepadanya.
Dari itu, berkata pantun :
"Pengetahuan itu adalah perjuangan, bagi pemuda yang bercita-cita tinggi
Seumpama banjir itu adalah perjuangan, bagi suatu tempat yang tinggi...........".
Ilmu pengetahuan tidak tercapai selain dengan merendahkan diri dan penuh perhatian.
Berfirman Allah Ta'ala :
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ
(Inna fii dzaalika ladzikraa liman kaana lahuu qaibun au alqas sam-a wahuwa syahiid).Artinya :"Sesungguhnya hal yang demikian itu menjadi pengajaran bagi siapa yang mempunyai hati (pengertian) atau mempergunakan pendengarannya dengan berhati-hati".(S. Qaf, ayat 37).
Pengertian "mempunyai hati" yaitu hati itu dapat menerima pemahaman bagi ilmu pengetahuan. Tak ada tenaga yang menolong kepada pemahaman, selain dengan mempergunakan pendengaran dengan berhati-hati dan sepenuh jiwa. Supaya dapat menangkap seluruh yang diberikan guru dengan penuh perhatian, merendahkan diri, syukur, gembira dan menerima nikmat.
Hendaklah pelajar itu bersikap kepada gurunya seumpama tanah kering yang disirami hujan Iebat. Maka meresaplah ke seluruh baha-giannya dan meratalah keseluruhannya air hujan itu.
Manakala guru itu menunjukkan jalan belajar kepadanya, hendaklah dita'ati dan ditinggalkan pendapat sendiri. Karena meskipun guru itu bersalah, tetapi lebih berguna baginya dari kebenarannya sendiri. Sebab, pengalaman mengajari yang halus-halus, yang ganjil didengar tetapi besar faedahnya.
Berapa banyak orang sakit yang dipanasi, diobati dokter dengan menambah panas pada sewaktu-waktu. Supaya kekuatannya bertambah sampai batas yang sanggup menahan pukulan obat. Maka heranlah orang yang tak berpengalaman tentang itu!
Telah diperingatkan oleh Allah Ta'ala dengan kisah Nabi Khaidir as.dan Nabi Musa as.
Berkata Nabi Khaidir as. :
, إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا , وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلَى مَا لَمْ تُحِطْ بِهِ خُبْرًا
(Innaka lan tas-tathii'a ma'iya shabran wa kaifa tashbiru 'alaa maa lam tuhith bihii khubraa).Artinya :"Engkau (Musa) tak sanggup bersabar sertaku. Bagaimana engkau bersabar dalam persoalan yang belum berpengalaman didalamnya.".
(S. Al-Kahf, ayat 67 - 68).
Lalu Nabi Khaidir as. membuat syarat yaitu Nabi Musa as. harus diam dan menerima saja.
Berkata Nabi Khaidir as. :
فَإِنِ اتَّبَعْتَنِي فَلا تَسْأَلْنِي عَنْ شَيْءٍ حَتَّى أُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا
(Fainittaba'- tanii falaa tasalnii 'an-syai-in hattaa uhditsa laka minhu dzikraa).
Artinya :"Jika engkau mengikuti aku maka janganlah bertanya tentang sesuatu, sehingga aku sendiri yang akan menceriterakan kepadamu nanti".(Al-Kahfi, ayat 70).
Rupanya Nabi Musa as. tidak sabar dan selalu bertanya, sehingga menyebabkan berpisah diantara keduanya.
Pendek kata, tiap-tiap pelajar yang masih berpegang teguh kepada pendapatnya sendiri dan pilihannya sendiri, diluar pilihan gurunya, maka hukumlah pelajar itu dengan keteledoran dan kerugian.
Jika anda mengatakan, bukankah Allah Ta'ala telah berfirman
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلا رِجَالا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ
(Fas 'aluu ahladz-dzikri in kuntum laa ta'lamuun).
Artinya :"Bertanyalah kepada ahli ilmu jika kamu tidak tahu ".(S. An-Nahl, ayat 43).
@Jadi, bertanya itu disuruh.
Maka ketahuilah, bahwa memang demikian, tetapi mengenai persoalan yang diizinkan guru, bertanya kepadanya. Bertanya tentang soal yang belum sampai tingkatanmu memahaminya, adalah dicela, karena itulah, maka Khaidir melarang Musa bertanya.
Dari itu, tinggalkanlah bertanya sebelum waktunya! Guru lebih tahu tentang keahlianmu dan kapan sesuatu ilmu harus diajarkan kepadamu. Sebelum waktu itu tiatang dalam tingkat manapun juga, maka belumlah datang waktunya untuk bertanya.
Berkata Ali ra. : "Hak dari seorang yang berilmu, ialah jangan engkau banyak bertanya kepadanya! Jangan engkau paksakan dia menjawab, jangan engkau minta, bila dia malas. Jangan engkau pegang kainnya, bila dia bangun, jangan engkau siarkan rahasianya! Jangan engkau caci orang lain dihadapannya, jangan engkau tuntut keteledorannya! Jika dia silap terimalah kema'afannya! Haruslah engkau memuliakan dan membesarkannya karena Allah, selama dia menjaga perintah Allah. Jangan engkau duduk dihadapannya! Jika dia memerlukan sesuatu, maka ajaklah orang banyak menyelenggarakannya!"
Tugas keempat : seorang pelajar pada tingkat permulaan,hendaklah menjaga diri dari mendengar pertentangan orang tentang ilmu pengetahuan. Sama saja yang dipelajarinya itu ilmu keduniaan atau ilmu keakhiratan. Karena, yang demikian itu meragukan pikiran-nya, mengherankan hatinya, melemahkan pendapatnya dan mem-bawanya kepada berputus asa dari mengetahui dan mendalaminya. Tetapi yang wajar, ialah meneliti pertama kalinya suatu cara saja yang terpuji dan disukai gurunya. Sesudah itu, barulah boleh mendengar madzhab-madzhab dan keserupaan yang ada diantaranya.
Bila guru itu tidak bertindak bebas, dengan memilih suatu pendapat tertentu, tetapi kebiasaannya hanya mengambil madzhab-madzhab dan apa yang tersebut dalam madzhab-madzhab itu, maka dalam hal ini hendaklah waspada! Sebab orang yang semacam itu, lebih banyak menyesatkan dari pada memberikan petunjuk.
Maka tidaklah layak orang buta memimpin dan menunjuk jalan kepada sesama buta. Orang yang begini keadaannya, dapat dihitung dalam keadaan buta dan bodoh.
Mencegah orang yang baru belajar dari pada mencampuri persoal-an-persoalan yang meragukan, samalah halnya dengan mencegah orang yang baru saja memeluk Islam, dari pada bergaul dengan orang-orang kafir. Menarik orang yang "kuat" kepada membanding dalam masalah-masalah khilafiah, samalah halnya dengan mengajak orang yang "kuat" untuk bergaul dengan orang kafir.
Dari itu, dilarang orang pengecut menyerbu ke garis depan. Dan sebaliknya orang yang berani, disunatkan maju terus.
Termasuk dalam bahagian melengahkan yang penting ini, ialah sangkaan sebahagian orang yang "lemah" bahwa boleh mengikuti orang-orang yang "kuat" mengenai persoalan-persoalan yang mudah, yang diambil dari pada mereka. Ia tidak tahu bahwa tugas orang yang "kuat", berbeda dengan tugas orang yang "lemah ".
Mengenai itu, berkata sebahagian ulama : "Barang siapa memper-hatikan aku pada tingkat permulaan (ai-bidayah), maka jadilah dia orang benar (shiddiq). Dan barang siapa memperhatikan aku pada tingkat penghabisan (an-nihayah), maka jadilah dia orang zindiq ".
Karena tingkat penghabisan itu, mengembalikan semua amalan kepada bathin dan segala anggota badan tetap tidak bergerak, selain dari amalan fardiu yang ditentukan. Maka tampaklah bagi orang yang melihat bahwa tingkat penghabisan itu suatu perbuatan batil, malas dan lengah. Amat jauhlah dari itu!
Maka yang demikian itu adalah pengikatan hati dalam pandangan kesaksian dan kehadliran hati kepada Allah Ta'ala dan membiasa-kan berdzikir yang terus-menerus, yang menjadi amalan utama. Dan penyerupaan orang lemah dengan orang kuat tentang sesuatu yang kelihatan dari dhahimya itu suatu kesalahan, adalah menyamai halnya dengan alasan orang yang menjatuhkan sedikit najis ke dalam kendi air. Dia mengemukakan alasan bahwa berlipat ganda lebih banyak dari najis ini kadang-kadang dilemparkan ke dalam laut.
Dan laut itu lebih besar dari pada kendi. Maka apa yang boleh bagi laut, tentulah bagi kendi lebih boleh lagi.
Orang yang patut dikasihani tadi lupa, bahwa laut dengan tenaga-nya dapat merobahkan najis kepada air. Lalu dzat najis bertukar kepada sifat air. Sedang najis yang sedikit itu mengalahkan kendi dan merobahkan kendi kepada sifat najis.
Dan karena seperti inilah, maka dibolehkan bagi Nabi saw. apa yang tidak dibolehkan bagi orang lain, sehingga bagi Nabi صلى الله عليه وسلم. dibolehkan mengawini sembilan wanita. Karena baginya kekuatan keadilan untuk para isterinya, melebihi dari orang lain, meskipun isterinya itu banyak.
Adapun orang lain tidak sanggup menjaga walaupun sebahagian dari keadilan. Tetapi yang terjadi, ialah kemelaratan diantara isteri-isterinya, yang mengakibatkan kepadanya. Sehingga ia terjerumus ke dalam perbuatan ma'siat dalam mencari kerelaan para isterinya. Maka tidaklah akan berdaya, orang yang membandingkan para malaikat dengan tukang besi.
Tugas kelima : seorang pelajar itu tidak meninggalkan suatu mata pelajaranpun dari ilmu pengetahuan yang terpuji dan tidak suatu macampun dari berbagai macamrlya, selain dengan pandangan di mana ia memandang kepada maksud dan tujuan dari masing-masing ilmu itu. Kemudian jika ia berumur panjang, maka dipelajarinya secara mendalam. Kalau tidak, maka diambilnya yang lebih penting serta disempumakan dan dikesampingkannya yang lain.
Ilmu pengetahuan itu bantu-membantu. Sebahagian daripadanya terikat dengan sebahagian yang lain. Orang yang mempelajari ilmu terus memperoleh faedah daripadanya, yaitu terlepas dari musuh ilmu itu yaitu kebodohan. Karena manusia itu adalah musuh dari kebodohannya.
Berfirman Allah Ta'ala :
وَإِذْ لَمْ يَهْتَدُوا بِهِ فَسَيَقُولُونَ هَذَا إِفْكٌ قَدِيمٌ
(Wa idzlam yahtaduu bihii fasayaquuluuna haadzaa ifkun qadiim).
Artinya :"Ketika mereka tidak mendapat petunjuk dengannya, maka nanti akan berkata : Ini adalah kepalsuan yang lama".(S. Al-Ahqaf, ayat 11).
Berkata seorang penyair :
"Orang yang memperoleh penyakit, rasa pahit pada mulutnya, maka akan merasa pahit, air pancuran yang lazat cita rasanya.
Ilmu pengetahuan dengan segala tingkatannya, adakalanya menjadi jalan, yang membawa seorang manusia kepada Allah Ta'ala atau menolong membawa ke jalan tersebut. Pengetahuan itu mempunyai tingkat-tingkat yang teratur, dekat dan jauhnya dengan maksud.
Orang yang menegakkan ilmu pengetahuan itu adalah penjaga-pen-jaga seperti penjaga rumah penyantun dan benteng. Masing-masing mempunyai tingkatan. Dan menurut tingkatan itulah, dia memperoleh pahala di akhirat, apabila tujuannya karena Allah Ta'ala.
Tugas keenam : seorang pelajar itu tidak memasuki sesuatu bidang dalam ilmu pengetahuan dengan serentak. Tetapi memelihara ter-tib dan memulainya dengan yang lehih penting.
Apabila umur itu biasanya tidak berkesempatan mempelajari segala ilmu pengetahuan, maka yang lebih utama diambil, ialah yang lebih baik dari segala pengetahuan itu dan dicukupkan dengan sekedar-nya. Lalu dikumpulkan seluruh kekuatan dari pengetahuan tadi untuk menyempurnakan suatu pengetahuan yang termulia dari segala macam ilmu pengetahuan. Yaitu ilmu akhirat.
Yang saya maksudkan dengan ilmu akhirat, yaitu kedua macamnya : ilmu mu'amalah dan ilmu mukasyafah.
Tujuan dari ilmu mu'amalah ialah keilmu mukasyafah. Dan tujuan dari ilmu mukasyafah ialah mengenai Allah Ta'ala. Tidaklah saya maksudkan dengan itu akan 'aqidah (i'tikad) yang dianut orang awwam dengan jalan pusaka atau pelajaran. Atau cara penyusunan kata-kata dan perdebatan untuk mengokohkan ilmu kalam dari serangan lawan seperti tujuan ahli ilmu kalam. Tetapi yang saya maksudkan, ialah suatu macam keyakinan yaitu hasil dari nur yang dicurahkan Tuhan ke dalam hati hambaNya, yang sudah mensucikan kebathinannya dari segala kotoran dengan mujahadah (berjihad melawan hawa nafsu). Sehingga sampailah dia ke tingkat keimanan Saidina Abu Bakar ra., yang kalau ditimbang dengan keimanan penduduk alam seluruhnya, maka lebih beratlah keimanan Abu Bakar itu sebagaimana telah diakui oleh Nabi صلى الله عليه وسلم. sendiri.
Maka tak adalah artinya padaku, apa yang dii'tikadkan oleh orang awwam dan yang disusun oleh ahli ilmu kalam, yang tidak melebihi dari orang awwam itu, selain dari tohnik kata-kata. Dan karenanya, lalu dinamakan ilmu kata-kata (ilmu kalam), suatu pengetahuan yang tidak disanggupi Umar, Usman, Ali dan lain-lain shahabat dimana Saidina Abu Bakar ra. memperoleh kelebihan dari mereka ini dengan suatu rahasia (sirr) yang terpendam di dalam dadanya.
Dan heran benar, orang-orang yang mendengar perkataan tersebut dari Nabi kita صلى الله عليه وسلم. lalu memandang leceh. dengan mendakwakan bahwa itu barang batil, bikinan kaum tasawwuf dan tidak dapat dipahami.
Maka haruslah anda berhati-hati menghadapinya. Kalau tidak, nanti anda kehilangan modal. Dan waspadalah, untuk mengetahui rahasia yang terbongkar dari simpanan kaum fuqaha' dan ulama kalam! Anda tidak akan mendapat petunjuk untuk itu, selain dengan bersungguh-sungguh mempelajarinya.
Pendek kata, ilmu yang termulia dan tujuannya yang paling utama ialah mengenai Allah Ta'ala. 'itulah lautan yang dalamnya tidak dapat diduga. Tingkat yang tertinggi untuk itu dari manusia ialah tingkat para Nabi, kemudian para wali, kemudian orang-orang yang mengikuti mereka.
Menurut riwayat, pernah orang bermimpi melihat dua orang ahli hikmah dalam sebuah masjid. Dalam tangan seorang dari keduanya adalah sehelai kertas yang bertulisan : "Jika anda telah berbuat baik segala sesuatu maka janganlah menyangka telah berbuat baik pula tentang sesuatu, sehingga anda telah mengenai Allah Ta'ala dan mengetahui bahwa DIA-lah yang menyebabkan segala sebab dan menjadikan segala sesuatu".
Dan dalam tangan yang seorang lagi bertulisan : "Sebelum saya mengenal Allah, saya minum dan saya haus. Ketika saya sudah mengenalNya, maka hilanglah kehausan saya tanpa minum".
Tugas ketujuh . bahwa tidak mencemplungkan diri ke dalam sesuatu bidang ilmu pengetahuan, sebelum menyempurnakan bidang yang sebelumnya. Karena ilmu pengetahuan itu tersusun dengan tertib-Sebahagiannya menjadi jalan menuju kebahagian yang lain. Mendapat petunjuklah kiranya orang yang dapat memelihara tata-tertib dan susunan itu!
Berfirman Allah Ta'ala :
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلاوَتِهِ
(Aliadziina aatainaahumul kitaaba yatluunahuu haqqa tilaawatih).
Artinya :"Mereka yang kami datangkan Kitab kepadanya, dibacanya dengan sebaik-baiknya".(S. Al-Baqarah, ayat 121).
Artinya tidak dilampauinya sesuatu bidang, sebelum dikuasainya benar-benar, baik dari segi ilmiahnya atau segi amaliahnya. Dan tujuannya dalam segala ilmu yang ditempuhnya, ialah mendaki kepada yang lebih tinggi. Dan sewajarnyalah ia tidak menghukum dengan batil terhadap sesuatu ilmu, karena timbul perselisihan paham diantara pemuka-pemukanya. Atau menghukum dengan kesalahan seorang atau beberapa orang diantara mereka. Atau menghukum dengan harus menantangnya, karena berbeda antara perbuat-annya dan perkataannya.
Anda akan melihat suatu golongan, yang tidak mempunyai perhatian terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan akal-pikiran dan pemahaman, disebabkan kata mereka persoalan itu kalau ada berpangkal, tentulah diketahui oleh pemuka-pemuka persoalan-persoalan itu sendiri.
Untuk menyingkap segala keraguan ini, sudah diutarakan dalam Kitab Mi'yaril-ilmi.
Anda akan melihat segolongan manusia yang berkeyakinan bahwa ilmu kedokteran itu batil, karena dilihatnya suatu kesalahan dari seorang dokter. Segolongan lagi, berkeyakinan bahwa ilmu nujum itu betul karena kebetulan kejadian itu sesuai dengan yang dinujumkan. Segolongan lagi, berkeyakinan bahwa ilmu nujum itu tidak betul, karena kebetulan kejadian itu tidak sesuai dengan yang dinujumkan.
Sebenarnya, semuanya itu salah. Tetapi sewajarnyalah sesuatu itu diketahui pada dirinya. Sebab tidaklah tiap-tiap orang itu mengetahui betul seluruh ilmu pengetahuan. Dari itu berkata Ali ra. : "Engkau tidaklah mengetahui kebenaran dengan orang-orang. Tetapi ketahuilah kebenaran itu, barulah engkau akan mengetahui ahlinya".
Tugas kedelapan: seorang pelajar itu hendaklah mengenai sebab untuk dapat mengetahui ilmu yang termulia. Yang demikian itu dikehendaki dua perkara :
1.Kemuliaan hasilnya.
2.Kepercayaan dan kekuatan dalilnya.
Hal itu seumpama ilmu agama dan ilmu kedokteran. Hasil dari yang satu itu kehidupan abadi dan dari yang lain itu kehidupan duniawi (hidup fana). Jadi, ilmu agamalah yang termulia.
Seumpama ilmu berhitung dan ilmu nujum. Maka ilmu berhitunglah yang lebih mulia karena kepercayaan dan kekuatan dalil-dalilnya. Dan jika dibandingkan ilmu berhitung dengan ilmu kedokteran, maka ilmu kedokteranlah yang lebih mulia, dipandang kepada faedahnya. Dan ilmu berhitunglah yang lebih mulia, dipandang kepada dalil-dalilnya. Memperhatikan kepada faedahnya adalah lebih utama. Dari itu, ilmu kedokteranlah menjadi lebih mulia, meskipun bagian terbesar dari padanya didasarkan kepada kira-kiraan.
Dengan ini, jelaslah bahwa yang termulia ialah ilmu mengenai Allah 'Azza wa Jalla, mengenai malaikat-malaikatNya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasulNya dan ilmu mengenai jalan yang menyampaikan kepada yang demikian.
Waspadalah, bahwa kegemaran tidaklah ditumpahkan kepada yang lain dari ilmu-ilmu tadi dan bersungguh-sungguhlah mempelajarinya!
Tugas kesembilan • bahwa tujuan pelajar sekarang ialah menghiasi kebathinannya dan mencantikkannya dengan sifat keutamaan. Dan nanti ialah mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala, mendaki untuk mendekati alam yang tinggi dari para malaikat dan orang-orang muqarrabin (orang-orang yang mendekatkan dirinya kepada Allah).
Dan tidaklah dimaksudkan dengan menuntut ilmu pengetahuan itu, untuk menjadi kepala, untuk memperoleh harta dan kemegahan, untuk melawan orang-orang bodoh dan untuk membanggakan diri dengan teman-teman.
Apabila yang tersebut di atas maksudnya, maka tak ragu lagi bahwa pelajar itu telah mendekati tujuannya, yaitu ilmu akhirat.
Dalam pada itu, tak layaklah memandang dengan pandangan kehinaan kepada ilmu pengetahuan yang lain, seperti ilmu fatwa, ilmu nahwu dan bahasa yang ada hubungannya dengan Kitab Suci dan Sunnah Nabi dan sebagainya yang telah kami uraikan pada muqad-dimah danpelengkap dari bermacam-macam ilmu pengetahuan yang termasuk dalam bahagian fardlu kifayah.
janganlah anda berpikir tentang kesangatan pujian kami akan ilmu akhirat, bahwa kami melecehkan ilmu-ilmu yang lain. Tidak!
Orang-orang yang bertanggung jawab dalam lapangan ilmu pengetahuan, samalah halnya dengan orang-orang yang bertanggung jawab di benteng-benteng pertahanan dan orang-orang yang ditugaskan di situ dan orang-orang yang berjuang berjihad fi sabilillah. Diantara mereka itu ada yang bertempur, ada yang bertahan, ada yang menyediakan minuman, ada yang menjaga kendaraan dan ada yang mengurus orang-orang yang memerlukan rawatan.
Tidak ada seorangpun diantara mereka yang tidak mendapat pahala, kalau tujuannya untuk meninggikan kalimah Allah, bukan untuk mengaut harta rampasan.
Maka demikian pula para 'alim ulama.
Berfirman Allah Ta'ala :
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
(Yarfa-'illaahul ladziina aamanuu minkum wal ladziina uutul 'ilma darcgaat).
Artinya :"Ditinggikan Allah, mereka yang beriman diantara kamu dan mereka yang diberikan ilmu, dengan beberapa tingkat".(S. Al-Mujadalah, ayat 11).
Dan berfirman Allah Ta'ala :
هُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ
(Hum darajaatun 'indallaah).
Artinya :"Mereka memperoleh beberapa tingkat pada Allah".
(S. Ali'Imran, ayat 163).
Kelebihan itu relatif. Pandangan kita lebih rendah kepada penukar-penukar uang, (penukar uang antara uang satu negara dengan uang negara lain) bila dibandingkan dengan pandangan kita kepada raja-raja, tidaklah menunjukkan kepada hinanya penukar-penukar uang itu bila dibandingkan dengan tukang-tukang sapu. Maka janganlah disangka bahwa apa yang diturunkan dari kedudukannya yang tinggi, berarti sudah kehilangan pangkat. Tidak! Sebab pangkat yang tertinggi ialah bagi para Nabi, kemudian bagi para Wali, kemudian bagi para ulama yang mendalam ilmunya, kemudian bagi orang-orang shalih, dengan berlebih-berkurangnya derajat mereka itu.
Pendek kata, barang siapa berbuat amal seberat biji sawi dari kebajikan, maka akan dilihatnya. Dan barang siapa berbuat amal seberat biji sawi dari kejahatan, maka akan dilihatnya. Barang siapa bertu-juan kepada Allah dengan ilmu pengetahuannya, ilmu pengetahuan apapun juga, niscaya bergunalah baginya dan sudah pasti akan meninggikan derajatnya.
Tugas kesepuluh : bahwa harus diketahuinya hubungan pengetahuan itu kepada tujuannya. Supaya pengetahuan yang tinggi dan dekat dengan jiwanya itu, membawa pengaruh kepada tujuannya yang masih jauh. Dan yang penting membawa pengaruh kepada yang tidak penting.
yang penting artinya mengandung kepentingan untukmu sendiri. Dan tak ada yang penting bagimu selain dari urusan mengenai dunia dan akhirat.
Apabila tidak mungkin engkau mengumpulkan antara kelezatan duniawi dan kenikmatan ukhrawi, sebagaimana yang diterangkan Al-Qur'an dan disaksikan dari nur hati-nurani, oleh apa yang berlaku dihadapan mata kepala, maka yang lebih penting adalah yang kekal abadi. Ketika itu, dunia menjadi tempat tinggal, badan menjadi kendaraan dan amal perbuatan menjadi jalan kepada tujuan. Dan tujuan itu tak lain dari berjumpa dengan Allah Ta'ala. Maka padanyalah seluruh kenikmatan, meskipun dalam alam ini tidak diketahui kadarnya selain oleh beberapa orang saja.
Ilmu pengetahuan itu bila dibanding kepada kebahagian berjumpa dengan Allah dan memandang kepada wajahNya Yang Mulia, yakni pandangan yang dicari dan dipahami oleh para Nabi dan tidak yang teriintas dalam pemahaman orang awwam dan ahli ilmu kalam, adalah tiga tingkat, yang dapat anda pahami dengan perbandingan dengan contoh. Yaitu adalah seorang budak yang menggantungkan kemerdekaannya dan kemungkinan mempunyai hak milik dengan mengerjakan ibadah hajji.
Dikatakan kepadanya : "Sekiranya engkau telah mengerjakan ibadah hajji dan telah engkau sempurnakan, maka jadilah engkau merdeka dan mempunyai hak milik. Jika engkau telah bersiap dan memulai berjalan menuju ke tempat peribadatan hajji, lalu mendapat halangan diperjalanan, maka engkau memperoleh kemerdekaan. Dan terlepas dari perbudakan saja, tanpa memperoleh kebahagiaan hak milik."
Maka bagi budak tersebut, ada tiga jenis perbuatan :
1.Menyediakan persiapan dengan membeliunta kendaraan, kendi air, perbekalan dan segala yang diperlukan dalam perjalanan.
2.Berjalan dan meninggalkan kampung h alam an menuju Ka'bah tempat demi tempat.
3.Mengerjakan segala amal perbuatan hajji, rukun demi rukun.
Maka sesudah selesai dan sesudah membuka pakaian ihram dan bertawaf wida', niscaya berhaklah ia mempunyai hak milik dan kekuasaan penuh bagi dirinya. Dan baginya pada tiap-tiap kedudukan itu mempunyai tingkat, sejak dari awal persiapan sampai akhirnya. Sejak dari permulaan menjalani desa-desa sampai akhir-nya. Dan sejak dari permulaan rukun hajji sampai akhirnya.
Maka tidak samalah kebahagiaan yang diperoleh oleh orang yang sudah memulai mengerjakan rukun hajji, dengan kebahagiaan yang diperoleh oleh orang yang baru menyelesaikan segala persiapan perbekalan dan kendaraan. Dan tidak sama pula dengan kebahagiaan yang diperoleh oleh orang yang sudah memulai berjalan menuju Tanah Suci atau-pun yang telah mendekatinya.
Dari itu, maka ilmu pun tiga bahagian. Sebahagian berlaku semacam persiapan menyediakan perbekalan, kendaraan dan membeli unta. Ini adalah ilmu kedokteran, ilmu fiqih dan yang ada hubungannya dengan kemuslihatan tubuh di dunia ini. Sebahagian berlaku semacam menjalani desa-desa dan menghindarkan segala rintangan. Ini adalah mensucikan kebathinan dari segala kekotoran sifat dan mengatasi segala rintangan yang memuncak, yang tak sanggup orang-orang terdahulu dan terkemudian mengatasinya, selain orang orang yang telah memperoleh taufiq Tuhan.
Maka inilah jalan yang dituju. Mempersiapkan pengetahuan untuk itu, samalah halnya dengan mempersiapkan pengetahuan tentang jalan-jalan mana dan .rumah-rumah mana di jalan itu yang dicari. Maka sebagaimana mengetahui di mana Ietak rumah dan jalan-jalan di sesuatu kampung, tidak mencukupi bila tidak dikunjungi, maka seperti itu pulalah, tidak mencukupi mengetahui ilmu perbaikan budi pekerti, tanpa budi pekerti itu diperbaiki. Tetapi perbaikan tanpa ilmu pengetahuan, tidak mungkin.
Bahagian yang ketiga, berlaku dalam melakukan ibadah hajji dan rukun-rukunnya. Ini adalah mengetahui tentang Allah dan sifatNya, para malaikatNya, segala perbuatanNya dan seluruh apa yang telah kami terangkan waktu membicarakan ilmu "al-mukasyafah " dahulu.
Di sinilah letaknya kelepasan dan kemenangan dengan kebahagiaan. Kelepasan adalah hasil bagi tiap-tiap orang yang menuju ke jalan Allah, apabila maksudnya mencapai kebenaran, yaitu keselamatan.
Kemenangan dengan kebahagiaan, tidaklah diperoleh, selain orang-orang yang mengenai Allah Ta'ala. Yaitu : orang-orang muqarrabin, yang memperoleh nikmat di sisi Allah Ta'ala dengan kegembiraan, kepuasan dan taman kesenangan. Adapun orang-orang yang tidak memperoleh tingkat kesempurnaan, maka bagi mereka kelepasan dan keselamatan, seperti firman Allah Ta'ala :
فَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ فَسَلامٌ لَكَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ
(Faammaa in kaana minal muqarrabiin fa rauhun wa raihaanun wa jannatu na'iim wa ammaa in kaana min ashhaabil yamiin fasa-laamun laka min ashhaabil yamiin).
Artinya :"Jika dia termasuk orang-orang yang dekat (kepada Tuhan), (dia memperoleh) kegembiraan, kepuasan dan taman kesenangan. Dan jika dia termasuk kaum kanan, (kepadanya diberikan penghormatan) : Selamat (damai) untuk engkau, dari kaum kanan".(S. Al-Waqi'ah, ayat-88-89-90-91).
Setiap orang yang tidak menuju kepada maksud dan tidak bergerak untuk itu atau ada bergerak kearah itu tetapi bukan dengan maksud mengikuti dan memperhambakan diri kepada Allah, hanya untuk suatu maksud yang cepat, maka termasuklah dia golongan kiri dan sesat. Penyambutan terhadap dia, ialah dengan air yang sangat pa-nas dan pembakaran dalam neraka.
Ketahuilah, bahwa inilah keyakinan yang sebenarnya (haqqul-yaqin) pada para ulama yang mendalam pengetahuannya. Saya maksudkan : mereka itu mengetahuinya dengan mempersaksikan dari ke-bathinan. Penyaksian yang demikian adalah lebih kuat dan lebih terang dari penyaksian dengan mata kepala. Mereka itu telah me-ninggi, dari batas taqlid, karena pendengaran semata-mata.
Keadaan mereka samalah dengan keadaan orang yang mendengar ceritera, maka dibenarkannya. Kemudian ia menyaksikan, maka diyakininya. Dan keadaan orang lain, samalah dengan keadaan orang yang sebelumnya, dengan keyakinan dan keimanan yang baik. Tetapi tidak memperoleh nasib penyaksian (musyahadah) dan pandangan yang tembus.
Maka kebahagiaan adalah di belakang ilmu mukasyafah. Dan ilmu mukasyafah adalah di belakang ilmu mu'amalah, yang menjadi jalan menuju ke akhirat. Penyingkiran halangan-halangan dari sifat yang keji dan jalan menuju penghapusan sifat yang tercela, adalah di belakang ilmu pengetahuan tentang sifat-sifat itu. Ilmu pengetahuan tentang cara mengobati dan cara pergi menuju ke sana, adalah di belakang ilmu keselamatan badan. Tolong-menolong memelihara sebab-sebab kesehatan dan keselamatan badan adalah dengan per-satuan, bergotong-royong dan tolong-menolong, yang dapat me-nyampaikan kepada pengurusan pakaian, makanan dan tempat.
Yang tersebut itu mempunyai hubungan dengan pemerintah dan undang-undangnya dalam memimpin rakyat ke jalan keadilan dan politik dalam kawasan ahli hukum fiqih.
Adapun sebab-sebab kesehatan, maka adalah dalam tanggung jawab dokter. Siapa yang mengatakan bahwa ilmu pengetahuan itu dua : ilmu mengenai tubuh manusia dan ilmu mengenai agama dan dii-syaratkannya dengan ilmu agama itu, kepada ilmu fiqih, adalah maksudnya dengan perkataan tersebut ilmu pengetahuan dzahir yang tersiar. Bukan ilmu bathin yang tinggi kedudukannya.
Jika anda bertanya, mengapa disamakan ilmu kedokteran dan ilmu fiqih dengan menyiapkan perbekalan dan kendaraan ?
Maka ketahuilah, bahwa yang berjalan kepada Allah untuk menca-pai dekatNya adalah hati, bukan badan. Tidaklah maksudku dengan hati itu daging yang bisa dilihat. Tetapi adalah suatu rahasia (sirr) dari rahasia Allah 'Azza wa Jalla, yang tidak diketahui oleh pancaindra. Suatu yang halus dari segala yang halus kepunyaan Allah.
Sekali disebut dengan kata-kata "ruh", sekali dengan kata-kata "an-nafsul muthmainnah ". (jiwa yang tenteram).
Agama menyebutkannya dengan hati (al-qalb), karena hatilah kendaraan pertama bagi rahasia itu. Dan dengan perantaraan hatilah maka seluruh badan menjadi kendaraan dan alat kendaraan untuk tubuh halus itu.
Dan menyingkap tutup dari sirr tersebut, adalah sebahagian dari ilmu mukasyafah. Payah diperoleh bahkan tidak mudah menerang-kannya. Paling tinggi yang diperbolehkan, hanya dapat dikatakan, bahwa hati (al-qalb) itu suatu dzat (jauhar) yang amat bernilai, suatu mutiara yang amat mulia. Lebih mulia dari segala benda yang dapat dilihat dengan mata. Dia itu, urusan ketuhanan (amrun ilahi), seperti firmanNya :
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي
(Wa yas'aluunaka 'anirruuhi qiyirruuhu min amri rabbii)
Artinya :"Dan ditanyakan mereka akan engkau (Muhammad) tentang ruh, maka jawablah : Ruh itu urusan Tuhanku (min amri rabbi)".(S. Al-Isra', ayat 85).
Seluruh makhluk dihubungkan (mansubah) kepada Tuhan. Tetapi hubungan ruh (al-qalb = hati) kepadaNya, adalah lebih mulia dari hubungan seluruh anggota badan yang lain. Kepunyaan Allah seluruh makhluk dan ruh. Ruh lebih tinggi dari makhluk yang lain.
Dzat yang amat bernilai itu yang membawa amanah Allah, suatu tugas yang pernah ditawarkan kepada langit, bumi dan bukit, tetapi enggan menerimanya dan takut kepada dzat yang bernilai itu.
Dan janganlah dipahamkan dari yang tersebut itu, seakan-akan di-bayangkan dengan qadimnya dzat itu. Orang yang mengatakan dengan qadim ruh adalah tertipu dan bodoh, tak mengerti apa yang harus dikatakannya.Kami hendak menyingkatkan penjelasan tentang ini, karena di luar acara yang sebenarnya.Maksudnya, bahwa tubuh halus itu ialah yang berusaha mendekati Tuhan, karena dia dari urusan Tuhan. Dari Tuhan sumbernya dan kepada Tuhan kembalinya.
Adapun badan, maka adalah kendaraan dari tubuh halus itu, yang dikendarainya dan diusahakannya sesuatu dengan perantaraannya.
Jadi, maka badan bagi tubuh halus itu dalam perjalanan kepada Allah Ta'ala adalah seumpama unta bagi tubuh manusia dalam perjalanan hajji. Dan seumpama kendi tempat menyimpan air yang dihajati oleh badan.
Maka seluruh ilmu pengetahuan yang tujuannya demi kemuslihatan badan, maka ilmu itu termasuk dalam jumlah kepentingan kendaraan. Dan tidak tersembunyi lagi bahwa ilmu kedokteran pun seperti itu juga. Karena kadang-kadang diperlukan kepadanya untuk pemeliharaan kesehatan badan. Meskipun manusia itu sendirian, memerlukan juga kepada ilmu kedokteran. Lain halnya dengan ilmu fiqih. Karena kalau manusia itu sendirian, kadang-kadang ia tidak memerlukan kepada ilmu fiqih. Tetapi manusia itu dijadikan oleh Tuhan dalam bentuk yang tidak mungkin hidup sendirian. Sebab tidak dapat mengusahakan sendiri seluruh keperluan hidupnya, baik untuk memperoleh makanan dengan bertani dan berladang, memperoleh roti dan nasi, memperoleh pakaian dan tempat tinggal dan menyiapkan alat untuk itu seluruhnya.
Maka manusia itu memerlukan kepada pergaulan dan tolong-menolong. Manakala manusia itu bercampur-baur dan berkobamya hawa nafsu diantara mereka, lalu tarik-menariklah sebab-sebab untuk memperoleh keinginan. Dan mereka bantah-membantah dan perang-berperang.
Dari peperangan itu timbullah kebinasaan, disebabkan perlombaan dari luar, sebagaimana timbulnya kebinasaan disebabkan pertentangan campuran dari dalam.
Dengan ilmu kedokteran terpeliharalah keseimbangan dalam segala campuran yang saling bertentangan dari dalam. Dan dengan politik serta keadilan, terpeliharalah keseimbangan dalam perlombaan dari luar.
Pengetahuan jalan keseimbangan campuran itu adalah ilmu kedokteran. Dan pengetahuan jalan keseimbangan hal manusia dalam masyarakat dan perbuatan-perbuatannya itu adalah ilmu fiqih namanya.
Semuanya itu untuk menjaga keselamatan tubuh manusia yang menjadi kendaraan dari tubuh halus itu.
Orang yang semata-mata mempelajari ilmu fiqih atau ilmu kedokteran, apabila tidak berjuang melawan hawa nafsunya dan tidak berusaha memperbaiki jiwanya, maka samalah dengan orang yang membeli unta serta umpannya, kendi serta airnya apabila tidak berangkat pergi menunaikan ibadah hajji. Orang yang menghabis-kan umurnya dalam susunan kata-kata yang teijadi dalam perdebatan ilmu fiqih, samalah halnya dengan orang yang menghabiskan umurnya meneliti sebab-sebab supaya kokoh kuat jahitan kendi air yang akan dibawa waktu mengerjakan hajji.
Perbandingan mereka yang berjalan menuju ke jalan perbaikan jiwa, yang menyampaikan kepada ilmu mukasyafah, samalah dengan mereka yang berjalan menuju ke jalan hajji atau dengan mereka yang sedang mengerjakan rukun hajji. Maka perhatikanlah pertama kali akan ini dan terimalah nasehat dengan cuma-cuma, dari orang yang biasanya tegak berdiri untuk itu. Dan tidak akan sampai kepadanya, selain sesudah menempuh perjuangan yang sungguh-sungguh, dan cukup keberanian, menghadapi manusia yang berane-ka ragam pembawaannya diantara orang awam dan orang khawas {orang tertentu), di mana mereka menurut hawa nafsunya semata-mata.
Cukuplah sekian mengenai tugas-tugas dari pelajar!.

GALAUNYA ALI BIN ABI THALIB R.A


Assalamu'alaikun Wr, Wb.
Beginilah Galaunya orang sholeh yakni Sayyidinaa Ali bin Abi thalib yang peduli terhadap ummat Rasulullaah SAW.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib merupakan sepupu sekaligus sahabat utama Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Beliau merupakan orang yang pertama masuk Islam dari golongan anak-anak. Dalam perjalanan hidupnya, sayyidina Ali bin Abi Thalib terpilih sebagai salah satu menantu Nabi Shallallahu alaihi wasallam setelah beliau menolak pinangan Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhuma kepada Fathimah binti Muhammad.
Ali bin Abi Thalib terkenal dengan keberanian dan kecerdasannya. ‘Kunci Ilmu’ disematkan kepadanya untuk ‘Gudang Ilmu’ yang diberikan kepada Nabi Shallallahu alaihi wasallam. Maknanya, tiada satu pun ilmu yang berasal dari Nabi Shalllalahu alaihi wasallam kecuali diketahui tafsir dan pembahasannya oleh sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu.
Sebagai bukti atas keberaniannya, anak Abu Thalib ini terpilih sebagai sosok pengganti Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam peristiwa hijrah Nabi ke Madinah al-Munawwarah. Ia diperintah untuk tidur di tempat tidur nabi dengan mengenakan selimut manusia paling mulia ini. Bukan main-main, nyawa menjadi taruhannya.

Sayyidinaa Ali bin Abi Thalib mengatakan rasa kegaulauNya yaitu:
"AKAN DATANG SUATU MASA, DAN AKU KHAWATIR MASA ITU"
1. Keyakinan hanya tinggal di dalam perkiraan.
2. Keimanan tak berbekas dalam perbuatan.
3. Banyak yang baik tapi tak berakal.
4. Adapula yang berakal tapi tak beriman.
5. Ada yang lidahnya fasih tapi hatinya lalai.
6. Adapula yang khusyu tapi sibuk menyendiri.
7. Ada ahli ibadah tapi mewarisi kesombongan iblis.
8. Adapula ahli maksiat tapi rendah hati.
9. Ada yang bahagia tertawa tapi hatinya berkarat.
10. Adapula yang sedih menangis tapi kufur nikmat.
11. Ada yang murah senyum tapi hatinya mengumpat.
12. Adapula yang berhati tulus tapi wajahnya cemberut.
13. Ada yang berlisan bijak tapi tidak memberi teladan.
14. Adapula pelacur tapi menjadi figur.
15. Ada yang memiliki ilmu tapi tidak paham
16. Adapula yang paham tapi tidak menjalankan.
17. Ada yang pintar tapi membodohi.
18. Adapula yang bodoh tapi tidak tahu diri.
19. Ada yang beragama tapi tidak berakhlak.
20. Adapula yang berakhlak tapi tidak berTUHAN.

Jika kita termasuk diantaranya, Marilah kita sama-sama membenahi diri, Semoga kita bisa menjadi manusia yang lebih baik. Aamiin.
Dan Penghulu para wali yakni Syaikh Abdul Qadir Al-Jaylani mengatakan definisi BERMADAH yang zaman sekarang banyak sekali kita lihat.
BERMADAH (Memuji-muji), Syaikh Abdul Qodir Al-Jaylani R.A berkata :
Tidak layak seorang guru duduk diatas sajadah Nihayah (merasa dirinya paling tinggi) dan berkalung padang Inayah (merasa dirinya paling hebat) sampai dia sempurna memiliki 2 (dua) budi pekerti :

- 2 (dua) Budi Pekerti dari Allah SWT.
- 2 (dua) Pekerti dari Rasulullah SAW.
- 2 (dua) Pekerti dari Abu Bakar As-Shidiq.
- 2 (dua) Pekerti dari Umar bin Khattab.
- 2 (dua) Pekerti dari Utsman bin Affan.
- 2 (dua) Pekerti dari Ali bin Abi Thalib.

Adapun 2 (dua) Budi Pekerti dari Allah SWT adalah Sattar (menutupi aib orang) dan Ghaffar (pemaaf pada kesalahan orang).
- 2 (dua) Pekerti dari Rasulullaah SAW adalah Syafiq (welas asih pada siapapun) dan Rofiq (lembut tidak keras).
- 2 (dua) Pekerti dari dari Abu Bakar Ash-Shidiq adalah Shodiq (jujur) dan Mutashodiq (dermawan ahli bersedekah).
- 2 (dua) Pekerti dari Umar bin Khattab adalah Ammar ma'ruf dan Nahha (ahli beramar ma'ruf dan nahi munkar.
- 2 (dua) Pekerti dari Utsman bin Affan adalah Tho'am (ahli memberi makan pada orang dan musholliyan billail (ahli sholat malam).
- 2 (dua) Pekerti dari Ali bin Abi Thalib adalah Aliman (tinggi ilmu pengetahuan) dan Syajja'an (pemberani).
Semoga akhlak kita semua bisa mentauladani sifat Rasulullah SAW dan Para sahabatnya.

SEMOGA BERMANFAAT.
SELAMAT TAHUN BARU ISLAM 1 Muharrom 1438 H, Senoga di tahun ini lebih baik dari Tahun Sebelumnya. Aamiin yaa robbal aalamiin.

BAGI ORANG YANG SABAR.


Assalamualaikum warohmatullahi wabaroqatuh.
Sahabatku sekalian.....
Mungkin diantara kita ada yg pernah diuji dengan fitnah dari orang yang iri hati dan dengki diatas kejayaan kita , juga mungkin pernah diuji dengan kemiskinan, juga mungkin ada yg diuji dengan keretakan rumah tangga hingga sampai terjadi perceraian dengan suami atau isteri, dan juga mungkin ada yg diuji dengan penyakit yg sangat berat, dan diuji dengan musibah kemalangan di tinggalkan oleh orang yang paling dikasihi dan di cintai atau diuji dengan kerugiaan dalam perniagaan sampai mengalami bangkrut sampai jatuh miskin, maka hendaklah kita tetap bersabar. Yakinlah bahwa semua ini adalah sudah menjadi ketetapan dari Allah untuk sekedar menguji kesabaranmu, serta percayalah bahwa itu adalah salah satu cara Allah untuk mendidik dirimu agar engkau menjadi orang orang yg lebih dewasa dan lebih sabar dan sebenarnya Allah swt ingin mengangkat derajatmu kepada yg lebih tinggi dan mulia di sisiNYA. Ketahuilah bahwa pasti akan ada hikmah yang baik yg akan engkau terima di balik semua peristiwa yg menimpamu itu .
Allah swt sangat menyukai hamba hamba-nya yg bersabar , serta banyak sekali berfirman tentang orang orang yg sabar seperti di bawah ini ;
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأَمْوَالِ وَالأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Artinya ;
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
( Qs Al-Baqarah: ayat 155)
Dan Allah Ta’ala berfirman:
وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الأُمُورِ
Artinya ;
“Tetapi orang yang bersabar dan mema`afkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.”
(Qs Asy-Syuuraa ayat 43)
Dan Allah Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Artinya ;
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) sholat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(Qs Al-Baqarah ayat 153)
Dan Allah Ta’ala berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ
Artinya ;
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar diantara kalian.” (Qs Muhammad ayat 31)
Sifat sabar adalah salah satu sifat yg sangat terpuji, dan ketahuilah bahwa Allah swt telah berjanji akan memberi ganjaran kebaikan yg tak terhingga kepada hamba hamba-nya yang mempunyai sifat sabar.
Inilah sepuluh kebaikan yg di janjikan Allah swt sebagai hadiah atas kesabaranmu.
- Pertama
Diampunkan Dosa Untuknya
Dalam hadis qudsi berkata Syaddad bin Aus r.a. bahwasanya Nabi SAW. bersabda maksudnya :
“Allah telah berfirman: 'Sekiranya Aku uji salah seorang hamba-Ku yang mukmin, lalu ia memuji-Ku seraya bersabar atas (penderitaan) apa yang Aku mengujinya. Maka ia akan bangun dari tempat pembaringannya, bagaikan anak yang baru dilahirkan oleh ibunya, bersih dari dosa. Lantas Tuhan akan memerintahkan malaikat Pencatat Amal: Sesungguhnya Aku telah menahan hamba-Ku ini dan Aku telah mengujinya, maka kini catatkanlah baginya apa yang kamu selalu catatkan sebelum itu dari pahala-pahala amalannya.”
(Hadis Riwayat Ahmad)
- Kedua:
Allah merasa malu kepadanya Sewaktu Dineraca Timbangan Dan Membuka Catatan Untuknya Di Akhirat .
Berkata Anas ra. bahawasanya Nabi SAW bersabda maksudnya : ”Allah telah berfirman:
'Jika Aku menimpakan suatu mushibah ke atas salah seorang hamba-Ku pada badannya, atau hartanya, atau anaknya, lalu dia menerima mushibah itu dengan penuh kesabaran, nescaya di hari kiamat Aku malu akan menegakkan baginya neraca timbangan atau membuka buku catatan amalnya.”
(Hadis riwayat Qudha’i, Dailami, Hakim dan Tirmidzi)
- Ketiga
Allah SWT Ingin Mendengar Sendiri Ucapan Hamba Yang Di Uji-Nya.
Berkata Abu Umamah ra. bahwasanya Nabi SAW bersabda maksudnya : ”Allah telah berfirman: 'Wahai malaikat-ku. Pergilah kepada hamba-Ku, dan timpakan ke atasnya bala'. Maka para malaikat pun menimpakan bala ke atasnya dan orang itu memuji Allah. Para malaikat lalu kembali mengatakan, 'Wahai Tuhan kami ! Kami telah menimpakan atasnya sebagaimana yang Engkau perintahkan'. Berfirman Tuhan: 'Kembali semula kepadanya, Aku ingin mendengar apa katanya'.” (Hadis riwayat Thabarani) - hadis qudsi.
- Keempat
Dibebaskan Dari Siksa Api Neraka
Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya ia bersama dengan Rasulullah SAW menjenguk orang yang sakit karena demam, lalu Rasulullah SAW. bersabda : “Bergembiralah, karena Allah telah berfirman: 'Itu adalah api-Ku, yang Aku kuasakan terhadap hamba-Ku yang mukmin di dunia agar menduduki (sebagai pengganti) bagian apinya di akhirat'.”
(Hadis riwayat Ibnu Majah) - hadis qudsi.
- Kelima
Diberikan Kesehatan Yang Lebih Baik Dari Sebelumnya.
Dari Abu Hurayrah r.a., bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda maksudnya : “Berfirman Allah Ta’ala: 'Apabila Aku menimpakan bala ke atas hamba-Ku yang mukmin, lalu ia bersabar (atas penderitaan itu), tiada ia mengadu atau mengeluh kepada pengunjung-pengunjungnya, niscaya akan Aku lepaskan dia dari tahanan-Ku (penderitaan itu), kemudian Aku tukarkan dagingnya dengan daging yang lebih baik, dan darahnya dengan darah yang lebih baik, sehingga ia dapat bekerja semula (yakni: setelah semua dosa dan kesalahan yang lalu Allah ampunkan semuanya)'.”
(Hadis riwayat Hakim)
- Keenam
Akan Diberikan Ganjaran Pahala Tanpa Batas.
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya ;
"Sesungguhnya orang yang bersabar akan diberikan pahala mereka tanpa hisab (tanpa batas) "
(Surah az-Zumar ayat 10).
- Ketujuh
Akan Memperoleh martabat yg tinggi dan penghormatan Dan Rahmat Daripada ALLAH SWT).
Sebagaimana firman Allah swt
أُولَٰئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَامًا
Artinya ;
Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya
( Qs Al Furqon ayat 75 )
- Ke delapan
Mendapat Balasan Syurga
Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda didalam Hadis Qudsi:
Allah SWT berfirman yang maksudnya :"Tidak ada balasan kecuali syurga bagi hambaku yang beriman yang telah Aku ambil kembali kekasihnya (Aku mematikan seseorang yang disayanginya seperti anak, adik-beradik dan siapa saja yang di sayanginya dari kalangan penghuni dunia dan dia hanya mengharapkan pahala daripadaKu (dengan bersabar). "
(Hadis riwayat Bukhari).
- Kesembilan
Jaminan Mendapat Pertolongan Allah SWT dengan mengirim pasukan malaikat.
Allha swt berfirman ;
بَلَىٰ ۚ إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَٰذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ
Artinya;
Ya (cukup), jika kamu semua bersabar dan bertakwa. Dan (seandainya) mereka menyerang kamu semua seketika itu juga, niscaya Allah akan menolong kalian dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda."
(Qs Ali-Imran ayat 125).
- Kesepuluh
Digolongkan Menjadi orang yang beruntung.
Allah Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya ;
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung.”
(Qs ali ‘Imraan ayat :200)
Sahabatku sekalian... demikian lah sepuluh ganjaran kebaikan yg akan di berikan Allah bagi orang-orang yang senantiasa bersabar atas segala ujian yg diberikan Allah. Semoga kita kiranya Allah menjadikan kita semua menjadi hamba hamba-nya yang bersabar atas segala cobaan yang di berikanNYA .
Amin ya robbal Alamin.