Laman

Sabtu, 12 September 2015

Gembira Kepada Allah


Hai orang yang munafiq pada Allah Azza wa-Jalla... Ingatlah bahwa
Dia yang menampakkan pada hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, Yang Memanggil mereka, Yang Memadukan semua hati makhlukNya yang dikehendakiNya, Dialah yang menundukkan. Lalu anda menginginkan –dengan kemunafikan anda– agar hati para makhluk bergabung denganmu. Sungguh ini tidak bakal terjadi.
Anak-anak sekalian.... Tinggalkan kesenangan syahwatmu di bawah telapak kakimu, berpalinglah dari bersenang-senang secara total. Bila ada sedikit kesenangan dalam diri anda sesuai dengan ketentuan Allah Azza wa-Jalla yang sudah ada, pasti akan tiba pada waktunya. Sebab ketentuan yang sudah ada tidak dibenarkan untuk ditepiskan. Pengetahuan Allah Azza wa-Jalla tentang hal yang ditetapkan tidak akan pernah berubah dan diganti.
Bagianmu bakal tiba kepadamu dengan sempurna, mencukupi dan penuh kebaikan, yang diberikan dengan Tangan Kemuliaan, bukan dengan Tangan Kehinaan, dengan demikian secara langsung anda malah meraih pahala zuhud di sisi Allah azza wa-Jalla. Dia pun memandangmu dengan Mata Kemuliaan sebab anda tidak meraihnya dengan sifat ambisius dan rakus.
Sebagaimana anda lari dari bagian milikmu, justru milik itu akan terus bergantung dan mengikutimu. Maka zuhud tidak dibenarkan disini, namun anda harus berpaling dari bagian milikmu itu, sebelum waktunya tiba. Anda pun akan tahu dariku makna zuhud dan berupaya yang sebenarnya.
Janganlah anda duduk diam di tempat zawiyah anda dengan kebodohan anda. Pahami dan belajarlah, baru anda ’uzlah. Belajarlah pada hukum-hukum Allah Azza wa-Jalla dan amalkan, baru anda ’uzlah dari semuanya, kecuali anda bergabung dengan para tokoh Ulama billah Azza wa-Jalla, maka bergabungmu dengan mereka, menedgarkan ajaran mereka, lebih utama dibanding ’uzlahmu.
Bila anda bertemu salah satu dari mereka, maka bergabunglah dan belajarlah memahami ilmunya Allah Azza wa-Jalla dan mengenalNya. Belajarlah dan simaklah dari lisan-lisan mereka. Ilmu itu diraih dari lisan para tokoh Ulama billah Azza wa-Jalla yang mengenal hukum-hukum Allah Azza wa-Jalla dan ilmuNya. Bila sudah benar seperti itu, silakan anda ’uzlah sendiri tanpa nafsu, tanpa syetan, tanpa kecenderungan watak dan kebiasaan buruk dan pandangan makhluk.
Bila benar ’uzlah anda seperti itu, para malaikat dan ruh-ruh sholihin serta hasrat mereka melingkupimu. Jika ’uzlah anda tidak seperti itu, maka ’uzlah anda hanyalah kemunafikan dan menghabiskan waktu dengan sia-sia belaka, malah anda terjebur di neraka dunia dan akhirat. Di dunia terjebur di neraka bencana dan di akhirat masuk nerakanya orang-orang munafik dan kafir.
Ya Allah, maafkan kami, ampuni kami, tutupi dosa kami, hapuslah dosa kami, terimalah taubat kami. Jangan Engkau buka tirai cacat kami, jangan Engkau siksa kami karena dosa-dosa kami, Ya Allah Ya Kariim. ”Dialah yang Menerima taubat hamba-hambaNya, dan memaafkan keburukan-keburukan mereka.” (Asy-Syuura, 25). Terimalah taubat kami, dan maafkanlah kami.
Awas! Anda mengaku berilmu, dan anda bersukaria seperti sukarianya orang-orang bodoh, anda pun marah seperti mereka. Anda gembira bersukaria dengan dunia, dan orang-orang datang kepadamu, membuatmu lupa dengan hikmah dan menjadikan hatimu jadi keras.
Orang beriman itu tidak gembira kecuali hanya gembira kepada Allah azza wa-Jalla bukan pada lainnya. Kalau saja ada kegembiraan dan harus gembira, maka gembiralah dengan cara menyerahkan hartamu untuk kepatuhan kepada Allah Azza wa-Jalla, yang memberi manfaat untuk bakti kepada Allah Azza wa-Jalla, dan menolong ummat untuk taat kepadaNya. Tetaplah takut kepada Allah Azza wa-Jalla di malah hari dan siangmu, hingga anda mendengar suara dalam hatimu dan rahasia hatimu:
”Janganlah kalian berdua takut, sesungguhnya Aku bersama kalian berdua, Aku mendengar dan Melihat.” (Q.S. Thaha: 46).
Seperti dikatakan kepada Nabi Musa as, dan Nabi Harus as. Namun anda bukan seperti mereka, karena anda punya ilmu tanpa amal, dan apalagi anda juga bukan pewaris para Nabi. Sang pewaris baru benar dengan ilmu, amal dan keikhlasan. Kenali kadar kemampuanmu, jangan berambisi pada hal-hal yang bukan bagianmu. Berserasilah pada bagian-bagian yang ditentukan oleh Allah Azza wa-Jalla, apalagi Dia memberi pertolongan dan kasih sayang padamu dan mengambil beban-bebanmu yang berat, mengasihimu dunia dan akhirat.
Orang beriman, apabila telah kuat imannya ia disebut orang yang yakin (muuqin). Apabila yakinnya kuat, ia disebut sebagai orang yang ’arif. Apabila kema’rifatannya kuat ia disebut ’alim. Apabila ilmunya kuat ia disebut pecinta (muhibb). Jika cintanya kuat, ia disebut sebagai sang kekasih (mahbub).
Jika semua itu benar padanya ia disebut sebagai orang yang cukup, orang yang dekat dan orang yang bahagia dengan kedekatannya kepada Allah Azza wa-Jalla. Ia diperlihatkan rahasia hikmah, ilmu, kehendakNya yang dulu maupun yang akan datang, perintah dan takdirNya.
Itu semua menurut kadar kesuksesannya dan menurut apa yang dianugerahkan dalam kekuatan dan keleluasaan hatinya. Lalu ia teguh dengan Tuhannya Allah Azza wa-Jalla, makhluk telah keluar dari hatinya.
Bila datang pengetahuan tentang ketentuan dari Tuhannya Allah Azza wa-Jalla, dan ada anugerah sandang papan dan pangan, keluarga, maka ia tidak menemukan sebab-sebab kedatangannya, kecuali ia hanya melihat pada Allah Azza wa-Jalla sebagai Sang Pemberi karena ia telah fana’ padaNya, agar pengetahuannya padaNya tidak gugur dan hangus, lalu membuatnya berperilaku lain. Juga apa yang telah dibangunnya selama ini tidak runtuh dari bangunan kehendak Ilahi.
Ia tetap menelan makanan seperti seorang bayi yang sedang disuapi, seperti seorang ibu sedang menyusui di mulut bayinya. Bagian-bagian anugerah itu sampai di mulutnya dan tetap memakannya, seperti raihan air minum yang hendak diminum orang yang sakit, menjaga makanan yang diberikan padanya tanpa harus memilih selera. Namun kehendak Ilahi yang sudah ditentukan justru yang melindungi sang mukmin, yang yakin, yang arif yang fana’, meraih dari tarikan kemashlahatan dirinya dan menolak bahaya yang mengancamnya. Karena Tangan Rahmatlah yang membolak balik arah kanan dan kiri, namun kasih sayang itu yang meliputinya.
Hai orang yang tidak beruntung, siapa yang tidak mengenal Allah Azza wa-Jalla dan tidak bergantung dengan asupan rahmatNya...Hai orang yang merugi...andalah orang yang tidak melakukan amaliyah dan hati anda putus denganNya, batinnya tidak bergantung padaNya, tidak berkait dengan kasih sayang dan anugerahNya.
Wahai kaum sufi... Allah Azza wa-Jalla melimpahkan perlindungan dan pendidikan kepada shiddiqin sejak mereka masih kecil hingga tuanya, manakala mereka ditimpa cobaan dan Allah Azza wa-Jalla melihat kesabaran mereka, justru mereka semakin dekat padaNya.
Justru bencana tidak mendekati dan menyentuh mereka. Bagaimana bisa? Ketika bencana tiba, hati mereka justru berada di sayap burung ruhaniyah. Sungguh nista orang yang menyakiti hati mereka, sungguh Allah Azza wa-Jalla marah, sungguh anda tertutup dari Allah Azza wa-Jalla, anda dapatkan amarah Allah Azza wa-Jalla.
Anak-anak sekalian... Jadilah generasi kaum sufi dan ridholah pada mereka, berbaktilah di hadapan mereka. Jika anda bisa begitu, justru anda bisa jadi tuan. Siapa yang tawadhu pada Allah Azza wa-Jalla dan pada hambaNya yang sholeh, Allah Azza wa-Jalla mengangkat derajatnya dunia akhirat. Bila anda menanggung beban suatu bangsa dan menjadi pelayan mereka, Allah Azza wa-Jalla mengangkat anda sebagai pemukanya. Sungguh bagaimana seandainya yang anda layani adalah kaum khowas (kalangan khusus, para sufi) dari bangsa itu?
Ya Allah berikanlah pahala kebajikan di tangan kami dan lisan kami, jadikan kami tergolong orang yang meraih kasih sayang kelembutanMu dan pertolonganMu. Amin.

Selaraskan diri dengan Allah


Hai kaumku, larilah kepada Allah Azza wa-Jalla, bergegaslah padaNya, jauh dari makhluk dan dunia dan segala selain Dia secara total. Menujulah kepada Allah Azza wa-Jalla dengan hatimu. Apakah kalian tidak mendengar firmanNya Azza wa-Jalla:
Hai kaumku, larilah kepada Allah Azza wa-Jalla, bergegaslah padaNya, jauh dari makhluk dan dunia dan segala selain Dia secara total. Menujulah kepada Allah Azza wa-Jalla dengan hatimu. Apakah kalian tidak mendengar firmanNya Azza wa-Jalla: “Ingatlah, kepada Allahlah segala urusan kembali.” (Asy-Syura, 53)
Anak-anak sekalian, janganlah anda memandang makhluk dengan mata keabadian. Tapi pandanglah dengan mata kefanaan. Jangan pandang mereka dengan mata ancaman dan manfaat, pandanglah mereka dengan mata lemah dan hina. Temukan Allah Azza wa-Jalla dan berserahlah padaNya, lalu jangan mengigau lagi atas apa yang sudah dituntaskan olehNya.
Dunia dan segala hal yang tampak, adalah hal yang sudah diurus oleh Allah azza wa-Jalla. Makhluk dengan segala masalahnya sudah diurus. Hati orang yang beriman harusnya kosong dari semua itu apalagi sudah memasuki alam Tajrid, ia harus lebih kuat dan kokoh di sana. Bila ada masalah dunia dan keluarga yang minta dipedulikan, ia akan menolong mereka dengan kemampuannya, namun hatinya sunyi dan kosong dalam segala hal, selain Allah Azza wa-Jalla. Hatinya tidak bergeser ketika dunianya tiada, bahkan ia tidak menginginkan atau mencari perubahan atas dunianya. Karena ia meyakini apa yang sudah ditentukan Allah Azza wa-Jalla tidak pernah berubah dan bagian rizki juga sudah tuntas, tidak kurang juga tidak lebih.
Karena itu ia tidak mau tambah juga tidak mau kurang, tidak menuntut ditunda atau dipercepat urusan dunianya. Sebab sudah tertera waktu dan kadarnya. Sedangkan umumnya makhluk stress dengan dunia, berburu dunia mencari yang lebih, atau ingin yang kurang, ingin cepat atau ditunda. Mereka ini adalah orang-orang gila.
Sebab siapa yang ridho kepada Allah Azza wa-Jalla akan berserasi dalam seluruh kondisi dan situasinya, lebih mencintai dan mengenalNya. Sisa usianya hanya untuk kepentingan cita-cita yang bisa menyelaraskan jiwanya dengan Allah Azza wa-Jalla, lalu ingin mendekatkannya. Lalu Allah swt berfirman:
“Akulah Tuhanmu.” (Thaha 21).
Pada saat Nabi Musa as, mengalami kebimbangan, itulah firman Allah swt, padanya.
Secara lahiriyah Allah swt, menyampaikan kepada Nabi Musa dan Nabi kita Muhammad saw, dan menyampaikan kepada hati sang arif secara batin, yang didengarnya atas rahmat dan kasih sayang yang lembut dariNya, sekaligus menghormati NabiNya – semoga sholawat dan salam padanya – sebagai mukjizat yang sifatnya lahiriyah dan karomah bagi para waliNya secara bathiniyah. Merekalah pewaris para Nabi yang senantiasa menegakkan agama Allah Azza wa-Jalla dan menjaga dari ulah syetan Jin dan syetan manusia.
Kalian ini tidak mengerti Allah Azza wa-Jalla dan RasulNya dan apa yang disampaikan kepadamu hai orang munafik. Anda tidak disana atau mengikuti mereka. Anda bisa baca Qur’an tetapi anda tidak apa yang and abaca, apa yang anda amalkan, dan bahkan anda membacanya untuk kepentingan dunia, bukan akhirat! Bahkan setelah itu pun anda masih menentang mereka. Karena itu berakal sehatlah, beradablah dan bertobatlah. Anda malah mengalami kebuan dari Allah Azza wa-Jalla, dari rasul dan wali-waliNya, bahkan dari pengetahuan anda dan makhluknya.
Lazimkan taubat dan diamlah, tafakkurlah akan maut anda, situasimu dalam kuburmu sampai anda mengenal ilmu pengetahuan. Beramallah dengan jiwa bersama Allah azza wa-Jalla hingga engkau dilimpahi cahaya yang memancar dunia akhirat. Terimalah apa yang kukatakan pada kalian, berjuanglah untuk menekuninya, janganlah bergantung pada masa depan duniamu, karena membuat anda stress. Lompatilah karena argument pemalas yang melamun masa depan tidak ada tempat bagi kami. Namun kita mengarahkan pada yang realistis-proporsional., kita menekuni dan mengamalkan. Tidak dengan “Seseorang berkata, kami berkata, kenapa, dan bagaimana?” Kami tidak mengintervensi Ilmunya Allah azza wa-Jalla, namun kami hanya menekuni, dan Dia melakukan apa yang Dia kehendaki.” (Al-Anbiya’ 23).
Bila perkaramu rampung, dekatlah pada Allah swt, hatimu padaNya, maka zuhudmu benar di dunia dan cintamu benar di akhirat, maka anda akan menemukan namamu tertulis di Pintu Taqarrubmu pada Tuhanmu Azza wa-Jalla, Fulan bin Fulan salah satu orang yang dimerdekakan Allah Azza wa-Jalla. Itulah yang tidak berubah, tidak diganti, tidak dikurangi dan ditambah, dan saat itulah syukurmu pada Tuhanmu Azza wa-Jalla semakin , aktivitas kebajikan dan kepatuhanmu pada Tuhanmu di hadapanNya semakin kuat. Namun pada saat yang sama hati anda tidak meninggalkan rasa takut padaNya, dan tidak meremehkan kuasaNya. Bacalah firman Allah swt:
“Allah melebur apa yang dikehendakiNya dan menetapkannya, dan di sisiNya adalah Ummul Kitab.” (Ar-Ra’d, 39) dan firmanNya:
“Dia tidak dimintai pertanggungjawaban, dan merekalah yang dimintai pertanggung-jawaban.”
Anda jangan berhenti pada yang tertera. Karena apa yang ditulis oleh Yang Maha Kuasa atas peleburan itu, pada saat yang sama Maha Kuasa menghapus apa yang tertera. Beradalah dalam keabadian taat, rasa takut, malu dan waspada hingga maut menjemput. Dan anda melangkah dari dunia menuju akhirat dengan jejak-jejak keselamatan. Maka anda akan aman dari perubahan,dan penggantian hai orang yang terjejali oleh kebodohannya, kemunafikannya dan perburuannya pada dunia. Hai pemakan barang haram! Bagaimana anda berharap meraih pencahayaan qalbu dan kejernihan hati serta bicara penuh hikmah, sedangkan kaum Sufi bicaranya karena darurat dan tidurnya karena kelelapan, makannya seperti orang sakit, dan itu dilakukan sampai mati. Mereka seperti malaikat saja yang difirmankan oleh Allah Azza wa-Jalla.
“Mereka tidak mengingkari apa yang diperintahkan Allah pada mereka, dan mereka melakukan apa yang diperintahkannya.” (At-Tahriim: 6).

Jangan Penuhi Hati Dengan dunia


Anak-anak sekalian, aku melihat aktivitasmu bukanlah upaya untuk muroqobah kepada Allah Azza wa-Jalla, yang senantiasa takut kepadaNya, tetapi lebih merupakan
hubungan kaum jahat dan kehancuran, hubungan yang memisahkan diri dari para wali dan para sufi. Hatimu kosong dari Allah Azza wa-Jalla, dan anda penuhi dengan kesenangan dunia, pendukungnya dan benteng-bentengnya. Ingatlah bahwa rasa takut kepada Allah Azza wa-Jalla itu merupakan muatan yang menjaga hati dan menerangi qalbu, penjelas dan penafsir. Bila anda terus demikian, maka anda telah berpijak pada keselamatan dunia dan akhirat. Bila anda ingat mati, akan sedikit sekali rasa senangmu pada dunia, dan anda lebih banyak menghindari dunia. Siapa yang akhirnya adalah maut, bagaimana bisa gembira dengan suatu hal?
Nabi Saw bersabda: “Setiap pejalan selalu ada tujuan, sedangkan tujuan setiap yang hidup adalah mati.” (Takhrij Ibnu Mubarak).
Akhir setiap kegelisahan, kegembiraan, kekayaan, kefakiran, kesulitan, kemudahan, sakit dan lapar, adalah mati. Siapa yang mati, maka tegaklah kiamatnya, yang jauh menjadi sangat dekat dalam haknya. Semua yang ada pada dirimu sangat membingungkan. Menyingkirlah dari apa yang ada padamu itu dengan segenap hati, batin, dan rahasia batinmu.
Dunia ini ada batas tertentu, dan kehidupanmu di akhirat tiada terbatas. Seriuslah dirimu agar hidupmu penuh dengan ketaatan. Bila anda telah berbuat demikian, seluruh dirimu hanya untuk Tuhanmu Azza wa-Jalla.
Maksiat itu adah eksistensi nafsu, dan taat itu adalah hilangnya nafsu. Raihan-raihan nafsu syahwat muncul dari nafsu, sedangkan mencegahnya adalah hilangnya nafsu tadi. Cegahlah kesenangan syahwatmu dan jangan mencarinya, kecuali berselaras dengan kepastian Allah Azza wa-Jalla, bukan berselaras dengan pilihan seleramu. Raihlah kesenangan nafsu dengan tangan zuhud secara paksa, maka tangan zuhud akan menggerakkanmu, dan kesenangan menyampaikan pada nafsu.
Zuhud itu harus ada sebelum anda tahu kondisi diri nafsu anda. Zuhud berada di tengah gelap, sedangkan pencarian dan kesenangan terang itu sendiri adalah gelap. Jika anda bisa keluar, anda benar-benar melihat terang. Kekuasaan itu adalah gelap, tetapi berpaku di hadapan Sang Empunya Kuasa adalah terang itu sendiri.
Awal perkara hidupmu adalah gelap, bila ketersingkapan hati dari Allah Azza wa-Jalla tiba dan anda berada di hadapanNya, maka perkara hidup anda jadi terang. Bila cahaya rembulan ma’rifat datang terbukalah kegelapan Lailatul Qadar. Bila matahari ilmu pengetahuan pada Allah Azza wa-Jalla terbit, hilanglah kepastian-kepastian darimu dan sirna kegelapan total, maka akan jelas padamu apa dayamu dan mana yang jauh darimu, jelas pula yang yang dilematik dan problematik sebelumnya.
Lalu jelaslah perbedaan antara yang kotor dan yang bersih, apa yang ada dari Allah Azza wa-Jalla dan yang darimu sendiri. Anda bisa membedakan mana kehendak makhluk dan mana kehendak Allah Azza wa-Jalla. Anda pun melihat mana pintu makhluk dan mana Pintu Allah Azza wa-Jalla, anda akan melihat sesuatu yang tak pernah dilihat mata, tak pernah terdengar telinga dan tak pernah terlintas di hati.
Hatimu akan mengkonsumsi makanan Musyahadah, dan meminum minuman kemesraan, dan memakai pakaian penerimaanNya, kemudian dikembalikan kepada Allah demi kemashlahatan makhluk, mengembalikan mereka dari kesesatan mereka dan hijrahnya mereka dari Tuhannya Azza wa-Jalla, kemaksiatan mereka, lalu dikembalikan pada kekokohan benteng, penjagaan abadi dan keselamatan selamanya.
Hai orang yang tidak memahami dan tidak percaya hal ini, anda terlalu kerkutan pada kulitnya tanpa isinya, kulit kasar kering hanyalah layak bagi api neraka, kecuali anda tobat, beriman dan membenarkan.
Bila anda bertobat! Beriman dan membenarkan, maka dalam masa mudamu anda dapatkan kebaikan, keselamatan dan kemanisan. Bila anda tidak berbuat, anda dapatkan di dalamnya kaca yang bakal membelah lisanmu, permainanmu dan hatimu. Terimalah kata-kataku, aku sangat peduli padamu, kemarilah, jangan memusuhi aku, karena tak ada kebencian antara diriku dengan dirimu. Karena akulah tempat sujud bagi sholatmu, dan untuk membuang najismu dan kotoranmu, aku hadapkan kamu pada jalan, aku siapkan makan dan minuman, dan aku lakukan ini untukmu, tanpa minta sedikitpun imbalan darimu. Kesenanganku adalah khidmah sebagaimana para penempuh menuju Allah Azza wa-Jalla. Bila pencarianmu benar kepada Allah Azza wa-Jalla, maka segalanya akan ditundukkan padamu. Karena bila tujuan hamba dan pencariannya hanya bagi Allah Azza wa-Jalla, segalanya akan ditundukkan padanya.
Anak-anak sekalian, jadilah dirimu orang yang menasehati dirimu. Jangan mencari kebutuhan padaku dan selain aku. Nasehati lahir dan batinmu. Nasehati dirimu dengan terus menerus mengingat mati dan memutuskan hubungan dari faktor dunia. Bergantunglah kepada Tuhan semesta, Sang Maha Budi yang Agung dan Maha Tahu.
Bergelayutlah pada tali rahmatNya dan rasa kasihNya, lalu jangan sibuk pada yang lainNya, karena akan menjadi hijab bagimu terhadapNya. Sungguh yang membahagiakan aku bila anda menerimaku dan menjadi sedih diriku bila tidak mau menerimaku. Karena orang beriman itu mendekat padaku, sedangkan orang munafik menjauh dariku.
Hai orang-orang munafik, aku senantiasa berserasi dengan Allah Azza wa-Jalla dalam hal kemarahanNya pada kalian. Dia benar-benar menjadikan nyala api neraka padaku untuk membakar kalian. Namun bila kalian menerima dan bertobat, aku tidak akan berbuat apa-apa. Dan jika anda sabar atas ucapanku yang kasar, aku jadikan api itu dingin dan sejuk nan damai.
Sungguh celaka kalian ini? Bagaimana taatmu hanya pada lahiriyah, sementara maksiatmu memenuhi batinmu. Dalam waktu dekat anda akan dijemput maut dan derita, lalu dipenjara dalam penjara neraka Allah Azza wa-Jalla. Dan anda wahai orang-orang yang sangat membatasi amal ibadah, apa yang anda miliki? Kalian malah rela dengan kebatilan, siang dan malam, lalu anda menginginkan anugerah dari sisi Allah dengan cara yang singkat? Bersegeralah untuk melakukan aktivitas amaliah, berarti kalian telah mengembalikan dirimu. Setiap yang masuk selalu bingung, dan yang lain sedang membersihkan kotoran.
Bila anda bertobat haruslah dari awal hingga akhir. Hai orang-orang yang membandel untuk berbakti pada Tuhannya. Wahai orang yang merasa cukup dengan pikiran-pikirannya, dan menolak pandangan para Sufi, para Nabi, para Rasul dan orang-orang shalih. Wahai orang yang berpegang pada makhluk, bukan pada Allah Azza wa-Jalla, dengarkan sabda Nabi Saw.:
“Terlaknat, terkutuk, orang yang keteguhannya justru pada makhluk yang sama dengannya.”
Janganlah anda memburu dunia, juga jangan membenci sesuatu dari dunia, karena hal demikian bisa merusak hatimu sebagaimana madu dirusak oleh cuka.
Celaka! Anda menggabungkan cinta dunia dengan kesombongan, dua-duanya adalah perilaku yang tidak membuat orang bahagia selamanya, jika orang itu tidak mau taubat dari dua hal itu.
Jadilah orang yang berakal sehat, siapa dirimu, apa dirimu, dari apa anda dicipta, untuk apa anda dicipta? Jangan sombong, karena tidak ada yang sombong kecuali orang bodoh pada Allah Azza wa-Jalla, RasulNya dan orang-orang saleh. Hai orang yang sempit akalnya, anda mencari keluhuran dengan kesombongan, kalian pasti akan terbalik. Karena Sang Nabi saw, bersabda:
“Siapa yang rendah hati kepada Allah, maka Allah Azza wa-Jalla akan meninggikan derajatnya, dan siapa yang sombong Allah akan merendahkan derajatnya.” (HR. Imam Ahmad).

Gairah Dunia Habiskan Umur


Anak-anak sekalian, jujurlah anda semua padaku dengan sesungguhnya. Kalian sedang mencari solusi harta dan persoalan di rumah anda. Saya tidak berharap pada kalian kecuali tulus dan ikhlas. Dan itu sangat berguna bagimu, bukan bagiku.
Ikatlah ucapanmu, baik lahir maupun batin, karena lahiriyahmu senantiasa diawasi oleh para malaikat, sedangkan batinmu senantiasa diawasi oleh Allah Azza wa-Jalla.
Hai orang-orang yang terus begulat diantara gedung-gedung mewah dan rumah istana, yang telah menghabiskan umurnya demi gairah dunia, janganlah anda membangun apa pun kecuali dengan niat yang baik. Karena pondasi bangunan dunia itu adalah niat yang sholihah. Karena itu bangunanmu jangan kau tegakkan atas dasar hawa nafsumu.
Karena orang bodoh itu membangun dunia dengan hawa nafsunya, watak dan kebiasaannya tanpa ada kepastian aturan dan keserasian dengan rencana Allah Azza wa-Jalla serta TindakanNya. Tentu hal demikian tidak layak untuk kesertaan kebaikan, tidak pula disiapkan untuk ditempati orang lain. Kelak di hari Kiamat besok ditanya, “Kenapa anda membangun ini, darimana asal hartamu, kenapa tidak anda nafkahkan? Semuanya dihisab. Carilah ridho dan keserasian, dan terimalah bagianmu, jangan mencari yang bukan bagianmu. Sebagaimana sabda Nabi Saw “Siksa Allah Azza wa-Jalla paling pedih bagi hambaNya di diunia ini adalah saat si hamba mencari harta yang bukan bagiannya.”
Kemarilah datang kepadaku. Namun bila kalian tidak ada baik sangka padaku, ucapanku tidak berguna.
Sungguh celaka. Kalian mengaku muslim, tetapi kalian kontra dengan Allah Azza wa-Jalla, menentang hamba-hambaNya yang orang-orang saleh, sungguh pengakuan anda berdusta.
Islam itu bersumber dari kata Istislam (pasrah) pada ketentuan Allah Azza wa-Jalla, pada QudratNya, dan rela pada tindakanNya disertai menjaga aturan Kitabullah dan Sunnah RasulNya Saw, maka keislaman anda baru sah.
Dampak negatif imajinasi anda yang memanjang membuat anda terjerumus dalam kemaksiatan dan kontra padaNya Azza wa-Jalla. Sebaliknya jika anda bisa memutus lamunan anda, kebaikan datang dengan sendirinya, maka pegang teguhlah ini, jangan sampai lepas, keberuntungan bakal tiba.
Takdir apa pun, pasti datang dari TanganNya Azza wa-Jalla, dan anda ridho, dengan keserasian diri pada syariat disertai kerelaan padaNya, tanpa nafsu, tanpa kesenangan hawa nafsu, tanpa watak selera dan syetan. Karena syetan terkadang memberikan bantuan pada mereka, sebab dari berbagai arah dan segi, kita ini tidak terjaga dari dosa, setelah kepergian para Nabi as. Para Nabi itu jiwanya tenang, hawa nafsunya telah dikalahkan, pengaruh selera wataknya telah redam, dan syetannya telah dipenjara. Tak ada yang mempengaruhi dirinya. Keberserahan dirinya bukan pada sebab akibat, sedangkan tauhidnya menepiskan ketiadaan bahaya dan manfaat pada makhluk.
Sedangkan anda? Semua dirimu penuh nafsu, penuh kesenangan, penuh dengan kebiasaan selera, tak ada tawakkal, tak ada tauhid. Berita tentang kepahitan, kemudian keindahan, lalu remuk redam, kemudiaan terhimpit, lalu mati, kemudian hidup selamanya. Hina kemudian mulia, fakir kemudian cukup, tiada kemudian ada karenaNya, bukan karena dirimu.
Jika anda sabar menghadapi semua itu, maka telah benar apa yang anda kehendaki dari Allah Azza wa-Jalla. Jika tidak maka tidak benar pula proses hidupmu menuju Allah Azza wa-Jalla.
Segala hal yang menyibukkan dirimu lalu membuatmu lalai, adalah keburukan, walaupun anda melakukan sholat, puasa dan kewajiban-kewajiban Azza wa-Jalla, jauh dari muroqobah (sadar akan WaspadaNya), jauh dari kebajikan hidup bersamaNya, padahal orientasi hidup itu adalah berdekatan denganNya. Sedangkan anda adalah hamba yang terhijab, hamba makhluk, hamba hawa nafsu.
Sang arif itu senantiasa teguh bersama Allah Azza wa-Jalla di bawah benedera taqarrubnya dengan pengetahuan dan rahasia batinnya, berserasi dengan qadha’ dan qadarNya, maka tiba-tiba ia tak berdaya dalam peran, tanpa peran, bergerak tanpa gerak, diam tanpa pendiaman dirinya, maka ia tergolong orang yang disebut dalam Al-Qur’an: “Dan Kami membolak-balik mereka ke arah kanan dan kiri.” (QS. Al-Kahfi: 18)
Ketika mereka lemah tak berdaya, mereka bergerak dengan KuasaNya, dan diam dan pasrah ketika tak berdaya. Bergerak ketika eksistensinya ada, dan diam ketika tiada. Gerak dalam aturan hukum, diam dalam pengetahuan.
Sesungguhnya baru benar jika anda telah keluar dari hawa nafsu, watak, kemakhlukan secara total. Karena itu anda jangan mengikat diri pada makhluk yang tak memiliki cahaya dan manfaat sedikit pun, dan tiada ada yang memberi rizki selain Tuhanmu Azza wa-Jalla.
Seharusnya, selamanya anda patuh padaNya, menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya, hingga tak tersisa dalam dirimu kecuali hanya Allah Azza wa-Jalla. Sehingga anda menjadi makhluk terkaya dan termulia. Anda pun akan seperti Adam as, dimana seluruh makhluk diperintahkan sujud padanya. Ini semua tersembunyi di balik akal orang awam, namun kebanyakan kaum khusus yang merupakan bagian dari inti Adam as.
Hai orang yang sedikit manfaat ilmunya, belajarlah, dan bersunyilah dari makhluk, lalu keluarlah, dengan hati yang sunyi walaupun secara lahiriyah ada di tengah publik, dalam rangka menata mereka. Batinnya bersama Allah Azza wa-Jalla, penuh khidmah dan kesahabatan (kedekatan), penuh dengan disiplin, penuh rasa kembali dan bereksistensi dengan pergaulan makhluk, sedangkan hatinya bersama Allah Azza wa-Jalla. Secara lahiriyah ia sibuk dengan aturan hukum, seperti ketika pakaian kotor ia cuci, ia beri parfum, ketika robek ia jahit. Mereka ini adalah para pemimpin makhluk, kokoh bagai tegarnya bukit, sedangkan hatinya bersama Tuhannya Azza wa-Jalla, terhampar, mewaspada dan terus-menerus menyelami pengetahuanNya.
Ya Allah jadikan menu sarapan kami adalah dzikir kepadaMu, dan rasa cukup kami adalah mendekat kepadaMu. Amin.
Tapi anda ini hatinya mati, dan anda bersahabat dengan kematian hati. Seharusnya anda bergaul dengan orang-orang yang hidup, para Nujaba’ (Waliyullah), para Wali Badal (Budala’). Tapi anda ini malah jadi kuburan yang mendatangi kuburan, bangkai mendatangi bangkai. Anda adalah zaman yang tak lebih mendatangi zaman yang lain. Anda orang buta, dan dituntun oleh orang buta.
Karena itu bergaullah dengan orang beriman, yang terus ber-muroqobah, dan saleh. Sabarlah dengan ucapan mereka, terimalah dan amalkan anda akan beruntung. Dengarkan para guru dan amalkan, hormati mereka, anda akan beruntung. Saya punya seorang guru, setiap ada kesulitan padaku, dan muncul di benakku, ia bicara padaku, dan aku tidak berargumen sama sekali, karena itulah caraku menghormatinya dan dan beradab bagus padanya. Dan saya tidak pernah berguru pada guru mana pun melainkan aku sangat menghormati dan menjaga adab yang bagus
Sang sufi tidak akan pernah pelit, karena memang tidak ada yang dijadikan objek kebakhilan pada dirinya Sang sufi telah menegaskan untuk meninggalkan semuanya, kalau ia diberi, maka itu untuk yang lain, bukan untuk dirinya. Hatinya benar-benar jernih dari materi-materi dan imajinasi rupa. Yang disebut pelit itu orang yang berharta. Sedangkan sufi hartanya untuk yang lain. Bagaimana ia disebut bakhil pada harta orang lain? Musuh maupun kawan tidak ada bedanya, apakah ia dipuji maupun dicaci, sama sekali tak membuatnya bergeming, karena ia tidak pernah memandang pemberian itu, halangan, manfaat selain dari Allah Azza wa-Jalla.
Ia tidak gembira karena hidup, tidak susah karena kematian. Kematiannya adalah jika mendapat amarah Tuhannya Azza wa-Jalla, dan kehidupannya adalah ridhoNya. Dalam keramaian ia bisa gelisah, dalam kesendirian ia bisa bahagia. Konsumsinya adalah dzikir kepada Allah Azza wa-Jalla, minumannya adalah minuman kebahagiaan bersamaNya, apalagi sekadar pelit terhadap dinding dunia dan seisinya, karena ia lebih cukup dari sekadar dunia seisinya.
“Ya Tuhan kami, berikan kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan lindungi kami dari azab neraka.”

Kecintaan Sang Arif


Anak-anak sekalian: Dua langkah saja, anda sudah sampai di hadapanNya Azza wa-Jalla. Satu langkah melewati dunia, satu langkah melewati akhirat. Satu langkah melewati diri anda dan satu langkah melewati makhluk.
Tinggalkan alam lahir dan anda sudah sampai di alam batin. Bermula dari alam lahir dan berakhir alam batin, lalu sempurnakan kemandirian anda hanya di hadapan Allah Azza wa-Jalla. Darimu permulaan dan Allah Azza wa-Jalla akhirnya. Ambillah tali dan ikatlah. Duduklah di pintu amal, hingga ketika engkau berusaha, engkau sangat dekat dengan Sang Pemberi amal. Jangan duduk di atas ranjangmu dan di bawah selimutmu atau di balik pintu, lalu anda berusaha dan melakukan amaliah. Maka, dekatkan hatimu dengan dzikir dan ingatlah kepada Allah Azza wa-Jalla di hari Mahsyar. Renungkan apa yang terjadi di dalam kubur.
Tafakkur-lah bagaimana di hari Mahsyar nanti Allah Azza wa-Jalla menggelar semua manusia dan mengadili mereka di hadapanNya. Bila renungan ini terus berlangsung, maka kekerasan hati anda akan sirna, hati anda akan bersih. Karena bangunan yang menjulang akan kokoh dengan fondasi yang dalam. Bila tidak punya fondasi akan cepat robohnya. Bila anda membangun kondisi ruhanimu di atas aturan yang kokoh, maka tak seorangpun bisa merusaknya. Bila anda tidak membangun dengan cara demikian, kondisimu tidak akan kokoh, hingga anda tidak sampai pada suatu maqam ke maqam yang lain. Dan hati para shiddiqin pun akan marah dan berharap tidak melihatmu.
Hati-hati! Hai orang yang bodoh pada agama, engkau terhasut oleh permainan. Sungguh, jangan. Tak ada sedikitpun kemuliaan bagi sosokmu. Engkau telah membiarkan dirimu bicara pada orang lain tanpa keahlian pada dirimu. Padahal wacana itu boleh disampaikan hanya oleh orang-orang yang benar-benar sholeh. Padahal mereka ini malah membisu, kalau harus bicara yang begitu langka, cukup dengan isyarat.
Diantara mereka ini ada yang memang diperintahkan bicara. Lalu ia bicara pada publik dengan rasa segan. Setelah bicara dengan jelas, persoalannya jadi terbalik jika disandarkan pada hati dan kejernihan rahasia batinmu.
Karena itu Sayyidina Ali Karrromallah wajhah, ra, mengatakan, “Bila tirai dibuka pun, aku tidak bertambah yaqin.” Beliau berkata juga, “Aku tidak menyembah Tuhan yang aku tidak melihat.” Dalam kesempatan lain beliau berkata, “Qalbuku melihat Tuhanku.”
Hai orang-orang bodoh, bergaullah dengan para Ulama, berbaktilah pada mereka dan belajarlah dengan mereka. Ilmu itu diraih dari lisan para tokoh yang bermajlis dengan para Ulama dengan sikap adab yang baik dan tidak kontra dengannya, mencari faidah dari mereka agar kalian mendapatkan pengetahuan mereka, lalu berkah-berkahnya kembali pada anda, dan anda mendapatkan faedah yang banyak.
Bermajlislah dengan para arif Billah dengan cara diam, dan bermajlislah dengan orang zuhud dengan rasa senang dengan mereka.
Setiap saat sang arif lebih mendekat kepada Allah Azza wa-Jalla dibanding waktu sebelumnya. Setiap saat hatinya bertyambah khusyu’ pada Tuhannya Azza wa-Jalla, rasa hina-dinanya semakin tambah, Khusyu’ yang langsung dengan hati yang hadir, bukan dengan hati yang tidak tampak. Pertambahan khusyu’nya menurut kedekatannya pada Allah Azza wa-Jalla, begitu juga bertambah bisunya menurut bertambahnya musyahadahnya kepada Allah Azza wa-Jalla. Bahasa nafsunya membisu, watak dan hawa nafsunya diam, kebiasaan dan eksistensinya membisu. Sedangkan bahasa qalbunya, batinnya, maqom dan anugerah padanya senantiasa mengekspresikan nikmat dariNya. Karena itu ketika mereka bermajlis dengan orang arifin selalu diam agar meraih manfaat dan meminum dari sumber yang memancar dari hati arifin.
Siapa yang lebih banyak bergaul dengan kaum airifin Billah Azza wa-Jalla, ia akan mengenal dirinya senantiasa hina di hadapan Tuhannya Azza wa-Jalla. Karena itu disebutkan, “Siapa yang kenal dirinya maka ia kenal Tuhannya,“ karena diri adalah hijab antara hamba dengan Tuhannya.
Siapa yang mengenal dirinya akan tawadhu’ pada Allah Azza wa-Jalla, dan ketika mengenal makhluk ia hati-hati, ia lebih sibuk bersyukur kepada Allah Azza wa-Jalla dibanding sibuk mengenal makhluk. Ia tahu, bahwa tak akan mengenalkan dirinya pada makhluk melainkan demi suatu kebajikan dunia dan akhiratnya. Lahiriahnya sibuk bersyukur padaNya dan batinnya, penuh sibuk memujiNya. Lahiriyahnya berpisah tapi batinnya berpadu. Kegembiraan ada di batinnya, susah ada di lahirnya, semata untuk menutupi kondisi batinnya.
Orang arif itu berbeda dengan orang mukmin biasa. Jika susah di hatinya, maka wajahnya menampakkan kegembiraan. Ia tahu dan diam di PintuNya, ia tidak tahu apa yang bakal dikehendakiNYa padanya, apakah diterima atau ditolak? Apakah pintu akan dibuka atau terus terkunci? Siapa yang mengenal dirinya maka ia berbalik kondisinya dibanding orang mukmin biasa dalam segala tingkah lakunya. Orang mukmin memiliki hal yang terus berubah, sedangkan orang ‘arif memiliki maqom yang tetap dan teguh.
Orang mukmin biasa, senantiasa takut akan terjadinya perpindahan ruhaninya dan hilangnya imannya. Hatinya terus gelisah, dan wajahnya terus ceria, ia bicara dengan sunyum di wajah dengan hati yang gundah. Sedangkan orang arif dukanya ada di wajahnya, karena ia menjumpai makhluk sebagai sesuatu yang aneh, lalu ia memperingatkan mereka, memerintah dan melarang mereka, sebagai pengganti tugas Nabi saw.
Kaum Sufi mengamalkan apa yang mereka dengar, lalu mereka mendekatkan amal itu agar dekat kepada Allah Azza wa-Jalla, dimana mereka melakukan aktivitas amaliah hanya bagiNya, lalu mereka mendengar nasehat tanpa perantara dengan mendengarkan melalui hati mereka, disaat mereka tidur dan tiada menurut makhluk, namun sedang sadar dengan Sang Khaliq. Ia senantiasa berjalan dalam sunyi, sedangkan anda berjalan ketika sedang sibuk. Mereka senantiasa meraih menjadi limpahan Ilahi Azza wa-Jalla, dan aturannya sampai pada anda melalui rahasia batin, sedangkan rahasia batin mendikte qalbu, lalu qalbu mendikte nafsu yang muthmainnah, nafsu yang muthmainnah mendikte lisan, dan lisan mendikte makhluk.
Siapa pun yang bicara pada makhluk lain, mestinya seperti itu, jika tidak jangan bicara pada mereka. Kegilaan kaum sufi adalah meninggalkan kebiasaan watak dan tindakan emosional hawa nafsu, dan meninggalkan syahwat dan selera kesenangannya. Bukan berarti mereka selayaknya orang gila biasa, yang hilang akalnya.
Syeikh Hasan al-Bashry ra mengatakan, “Jika anda melihat mereka, anda pasti mengatakan kalau mereka ini gila. Dan sebaliknya jika mereka melihat kalian, pastilah mereka mengatakan, sedikitpun kalian tidak beriman pada Allah Azza wa-Jalla.”
Khalwatmu tidak benar. Karena khalwat itu kosongnya hati dari segala hal, kosong batinmu dari dunia, dari akhirat dan dari segala hal selain Allah Azza wa-Jalla. Itulah perjuangan serius para Nabi dan rasul, para Auliya’ dan orang-orang shaleh. Amar ma’ruf nahi mungkar lebih aku sukai ketimbang melihat 1000 orang yang beribadah dalam dalam bilik. Batasi nafsu dari pandangannya, dengan memejamkan nafsu, membatasi dan menolaknya, hingga pandangannya tidak menyebabkan kehancurannya, melainkan mengikuti hati dan rahasia batin (sirr), jangan sampai keluar dari hati dan sirr, berpadulah dengan keduanya, hingga tidak berpisah, menjalankan perintah keduanya dan menghindari larangan keduanya, sesuai pilihan keduanya (qalbu dan sirr), maka nafsu menjadi muthmainnah, lalu hanya mencari dan menuju Yang Satu. Bila nafsu sampai kondisi ruhani seperti itu, maka nafsu tidak meremehkan perjuangan dirinya.
Janganlah membantah apa yang ditindakkan Allah Azza wa-Jalla padamu dan pada yang lain, ingatlah firmanNya:
“Dia tidak ditanya apa yang dilakukan, namun merekalah yang dimintai pertanggungjawaban (atas apa yang dilakukan).” (Al-Anbiya’: 23)
Manakah anda mengikuti Allah Azza wa-Jalla? Bila anda tidak membajiki adabmu, maka anda bisa keluar dari dunia ini dengan hina. Bila anda memperbajiki adabmu, anda mandiri di hadapanNya, duduk dan mulia.
Pecinta Allah adalah tamu di sisiNya, dan tamu tidak memilih makanan, minuman dan pakaian yang disediakan tuan rumahnya dalam segala situasinya. Namun ia senantiasa terus menerus berdiam, sabar dan rela, maka jika tamu seperti itu katakan, “Bergembiralah, atas apa yang anda lihat dan jumpai.”
Siapa yang kenal Allah Azza wa-Jalla dunia dan akhirat serta segala selain Allah Azza wa-Jalla sirna dari hatinya. Maka ucapan anda wajib hanya bagi Allah Azza wa-Jalla, jika tidak diam lebih baik bagimu, agar hidupmu hanya bagi ketaatan pada Allah Azza wa-Jalla, jika tidak kematian lebih baik menjemputmu.
Ya Allah hidupkan kami untuk patuh padaMu, dan gelarlah kami bersama ahli taat padaMu. Amin.

Agama Kau Jadikan Untuk Menumpuk Uang!


Rasulullah Saw. Bersabda: “Jenguklah orang yang sakit, dan iringilah jenazah mereka, karena sesungguhnya hal demikian bisa mengingatkanmu akan akhirat.” (Hr. Ahmad)
Rasulullah Saw, bermaksud agar kalian mengingat akhirat, sementara menghindari mengingat akhirat, lebih cinta
pada dunia. Padahal dalam waktu dekat segala apa yang anda miliki akan diambil oleh Allah tanpa ada yang bisa menghalangi. Padahal anda sedang bersenang-senang dengan dunia, hingga yang muncul adalah rasa sakit hati sebagai ganti dari riang gembiramu.
Hai orang yang alpa, yang sedang berpuas-puas dengan dunia, anda diciptakan bukan untuk dunia. Anda diciptakan untuk akhirat.
Hai orang alpa, apa yang seharusnya anda lakukan dari Allah itu? Sedangkan hasratmu hanya demi menuruti syahwat dan kenikmatan-kenikmatan. Agama kau jadikan untuk menumpuk dinar. Engkau sibuk dengan permainan-permainan, padahal sudah di ingatkan akan kehidupan akhirat dan kematian. Namun anda mengatakan , “Aku masih susah hidupku dan masih berutang sekian dan sekian.” Padahal peringatan maut telah datang melalui ubanmu, sementara anda mencukur atau menyemir dengan warna hitam, ketika ajalmu tiba, mana amalmu?
Ketika Malaikat maut tiba dengan perangkatnya, dengan cara apa anda menolaknya? Jika rezeki-mu sudah habis dan usiamu sudah selesai, dengan cara bagaimana anda merekayasa?
Tinggalkan dirimu dari kerumitan ini. Dunia dibangun untuk kepentingan amal perbuatan baik, jika anda beramal akan ada pahala. Jika tidak apa yang akan diberikan padamu? Dunia adalah negeri amal dan negeri kesabaran atas bencana. Dunia negeri kepayahan dan akhirat negeri santai. Orang beriman itu menyibukkan dirinya, jelas akan ada istirahatnya. Sedangkan anda tergesa-gesa untuk santai, tetapi menunda-nuda taubat, berlarut-larut hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, hingga selesai ajalmu. Dalam sekejap jadi penyesalan.
Bagaimana anda menerima nasehat, bagaimana anda sadar dan benar, sedang anda tak pernah membenarkan? Hati-hati, atap rumah kehidupanmu telah terbelah. Hai orang yang tertipu, bengkak-bengkak tubuhmu kehidupanmu telah tiba. Negeri ini, dimana anda telah roboh, mestinya anda beralih ke akhirat. Carilah negeri akhirat dan langkahkan kakimu ke sana. Langkah apakah itu? Langkah amal yang saleh. Langkahkah apa yang anda punya menuju akhirat hingga bertemu denganNya.
Hai orang yang terpedaya dunia, hai orang yang terus berburu tanpa mendapatkan sesuatu. Hai orang yang meninggalkan pasukan, malah sibuk dengan pembantu-pembantu dunia. Hati-hati, akhirat itu tidak mau berpadu dengan dunia, karena akhirat tidak ingin menjadi pembantu dunia.
Keluarkanlah dunia dari hatimu, engkau akan melihat akhirat, bagaimana akhirat datang dan menguasai hatimu. Jika sudah sempurna maka dengarkan panggilan taqarrub dari Allah Azza-wa-Jalla, maka pada saat itulah lepaskan akhirat dan carilah Allah Swt. Disanalah kemudian qalbu menjadi benar dan rahasia qalbu menjadi bening.
Jika hatimu benar, maka Allah menyaksikannya, begitu juga para malaikat dan mereka yang diberi ilmu oleh Allah, yang menyaksikan kebenaran hati anda. Jika sudah demikian anda menjadi kokoh seperti bukit tak akan runtuh oleh badai, tidak pernah sirna karena gempuran dan di dalam hatimu tidak lagi terpengaruh oleh pandangan makhluk, tidak terpengaruh oleh pergaulan. Tidak ada haru biru di hatimu juga tidak ada kotoran yang merusak kebeningan rahasia jiwamu.
Hai kaumku, awas! Siapa yang beramal demi dipandang dan diterima makhluk maka dia adalah hamba yang minggat dan sekaligus musuh Allah Azza wa-Jalla. Ia telah mengkafiriNya dan telah terhijab dari nikmat, terkena dendam dan laknatNya.
Makhluk telah merampas hati, kebajikan, agama dan membuat diri kalian jadi musyrik, melupakan Tuhanmu Azza wa-Jalla. Mereka menginginkan kamu bukan membahagiakanmu. Sedangkan Allah menginginkan kamu untuk kebahagiaan dan keselamatanmu, bukan untuk mereka.
Carilah yang menghendakimu dan sibuklah bersamaNya. Karena sibuk bersamaNya itu lebih utama dibanding sibuk dengan yang menghendakimu untuk dirinya. Kalau toh anda harus mencari, maka carilah dari Allah, bukan dari makhlukNya.
Sebab yang paling dibenci Allah manakala hambaNya mencari dunia dari makhlukNya. Minta tolonglah kepada Allah, karena Allah itu Maha Kaya, sedangkan semua makhluk itu miskin dan fakir. Bahkan para makhluk itu tidak memiliki kekuasaan dan kemampuan terhadap dirinya sendiri, apalagi terhadap makhluk lain, baik suka maupun dukanya.[pagebreak]
Carilah kasih sayangNya, karena Dialah yang menghendakimu. Semula anda menjadi murid (yang berkehendak padaNya) dan Allah yang engkau kehendaki. Akhirnya anda menjadi Murod (yang dikehendakiNya) dan Allah yang menghendakimu.
Seorang anak ketika kecil selalu mencari ibunya dan ia dicari oleh ibundanya ketika besar. Jika Allah Tahu akan kebenaran hasratmu padaNya, pastilah Dia menghendakimu. Jika Allah mengetahui kebenaran cintamu padaNya pastilah Dia mencintaimu, meraih hatimu dan kedekatanmu. Bagaimana anda bahagia sedangkan tangan nafsumu, kesenangan dan watak alamimu, syetanmu justru anda biarkan di depan kedua matamu? Awaslah dengan penguasaan seperti itu, sementara anda telah melihat banyak kenyataan. Lawanlah dirimu dengan perjuangan dan kontra pada nafsumu. Buanglah kekuasaan mereka, hawa nafsu, kesenangan alamimu dan syetanmu, pasti anda menemukan Allah.
Buanglah semua itu, karena hijab telah tersingkap antara dirimu dengan Allah Azza wa-Jalla, hingga anda melihat segalanya dan selain Allah, bersama Allah Azza wa-Jalla.
Anda melihat aib-aibmu, hingga engkau menghindarinya, dan anda melihat aib selain dirimu dan engkau lari dari aib mereka. Bila semua sudah sempurna padamu, itulah taqarrubmu dan Allah memberikan sesuatu yang tak pernah terlintas pandangan, tak pernah terdengar dan tak pernah terbesit di hati manusia. Allah membentengi pendengaran hatimu dan rahasia hatimu, serta kedua matahatimu, meluruskan dan memberikan pakaian. Allah menghiaskan pakaian padamu melalui pakaian kemuliaanNya yang dilimpahkan padamu dengan kewalian dariNya. Memberikan penegasan nyata padamu, memberikan penguasaan padamu, memberikan kekuasaan ruhani padamu untuk seluruh makhlukNya, hingga engkau menjadi penjaga hatimu. Bahkan para malaikat pun menjadi pembantumu. Allah pun memperlihatkan ruh-ruh para Nabi dan Rasul padamu, maka tak ada yang tersembunyi padamu, sesuatu yang tersembunyi pada makhlukNya.
Anak-anak sekalian…Carilah posisi itu, berharaplah dan jadikanlah sebagai hasratmu. Tinggalkan sibuk ria duniawi, karena dunia tak pernah memuakanmu, apa pun selain Allah tak membuatmu kenyang. Maka sibuklah denganNya, Dia akan memberikan kenyang padamu. Jika sukses, berarti anda telah sukses dunia akhirat.
Hai orang yang alpa,kembalilah pada yang menghendakimu dan carilah yang mencarimu. Cintailah yang mencintaimu. Sibuklah dengan Dzat yang rindu kepadamu.
Dengarkan firmanNya:
“Dia mencintai mereka dan mereka mencintaiNya..” (Al-Maidah 54).
Maksudnya, “Aku lebih rindu untuk bertemu dengan kalian…” Allah telah menciptakanmu untuk ibadah padaNya, karena itu jangan main-main. Dia menghendakimu agar beserta denganNya, karenanya jangan sibuk dengan selainNya.
Jangan mencintai siapapun selain mencintaiNya, cinta yang penuh kasih, sayang dan lembut. Boleh mencintai selainNya hanya sebagai cinta nafsu. Tapi cinta hati, tidak boleh selain kepadaNya, begitu juga cinta sirri (rahasia hati paling dalam), tidak boleh kecuali kepadaNya.
Nabi Adam as, ketika mulai mencintai syurga dan posisi di syurga, tiba-tiba ia berpisah denganNya dan ia dikeluarkan dari syurga, melalui cara memakan buah (khuldi). Begitu juga ketika hatinya mulai cinta dengan Siti Hawa’, tiba-tiba malah berpisah dengan Siti Hawa’ dalam jarak tiga ratus tahun perjalanan. Adam as di Sarnadib sedangkan Siti Hawa di Jeddah.
Nabi Ya’qub as, ketika mulai sayang sekali pada puteranya Nabi Yusuf as, maka Allah memisahkan keduanya. Begitu juga Nabi kita Muhammad Saw, ketika ada sedikit pesona kepada isterinya Aisyah, tiba-tiba Allah memberlakukan takdir cobaan berupa tuduhan dan berita bohong dari orang munafiq yang menimpa Aisyah, berhari-hari Rasul Saw, tidak melihat Aisyah.
Maka sibukkah hatimu bersama Allah Azza wa-Jalla, bukan dengan yang lainNya. Jangan merasa mesra dengan selainNya. Jadikan makhluk itu tetap di luar hatimu, sebagai bagian dari upaya menuju kepadaNya.[pagebreak]
Hai orang-orang yang bergelimang kebatilan, hai orang-orang pemalas, hai orang-orang yang tak pernah datang kepadaku, jika anda menerima dariku dan mengamalkan atas ucapanku, maka semua akan kembali bagimu. Jika kalian tidak mengamalkan, maka itu juga resiko kalian akan mendapatkan amarah dan keterhalangan dengan Allah.
Allah Ta’ala sudah berfirman:
“Baginya apa yang telah dilakukan, dan (resiko) pada apa yang dilakukannnya..” (Al-Baqarah 286).
“Bila kalian berbuat baik, maka kebaikan itu kembali pada kalian. Bila kalian berbuat buruk, juga kembali kepadamu.” (Al-Isro 7)
Itulah esok akan bertemu pahalanya amal di syurga, sedangkan siksaan amal buruk akan bertemu di neraka.
Nabi saw, bersabda:
“Berilah makan pada orang-orang yang taqwa, dan berikanlah pakaianmu kepada orang-orang beriman.”
Jika engkau memberikan sajian makan kepada orang yang taqwa dan anda membantu urusan dunianya, berarti anda adalah kawan orang yang taqwa, dalam hal amaliyahnya, dan bahkan sama sekali pahalanya tidak berkurang. Karena anda telah ikut menolong dan meraih tujuannya dan ikut mempercepat jalannya menuju Tuhannya Azza wa-Jalla.
Namun jika engkau menyajikan makanan pada orang munafiq, kepada orang yang suka riya’, suka maksiat, dan menolong masalah dunianya, berarti anda adalah kawannya dan keburukannya kembali padamu.
Hai orang bodoh, belajarlah. Jangan sampai anda beribadah tanpa ilmu. Tidak ada kebaikan sedikit pun dalam keyakinan tanpa ilmu. Raihlah ilmu dan amalkan, maka anda akan bahagia dunia dan akhirat. Kalau anda tidak sabar untuk mencari ilmu dan mengamalkan ilmu bagaimana anda bahagia? Ilmu itu ketika diberikan, justru kita akan mendapatkan keuntungannya padamu.
Sebagian Ulama – semoga Allah merahmatinya – ditanya, “Bagaimana anda meraih pengetahuan yang anda miliki?” Ia menjawab, “Melalui upaya seperti bangau di pagi hari yang sudah terbang, seperti kesabaran unta, seperti semangat babi dan hasrat setia anjing. Sejak dini aku mendatangi pintu-pintu Ulama, seperti semangat diniharinya bangau untuk terbang, aku bersabar terhadap beban-beban seperti kesabaran unta memikul beban. Aku semangat mencari ilmu seperti semangatnya babi yang rakus pada makanan, dan aku dengan penuh kesetiaan menghamba pada pintu seperti anjing pada tuannya yang berharap memberikan makanan.”
Hai pencari pengetahuan dengarkanlah makalah sang alim itu, amalkanlah, jika engkau berkehendak terhadap ilmu dan kebahagiaan. Ilmu itu kehidupan, dan kebodohan adalah kematian.
Orang alim yang mengamalkan ilmunya, yang ikhlas dalam beramal, yang sabar dalam mengajar demi kebenaran Tuhannya azza wa-Jalla, tak akan pernah mati. Karena kalau dia mati, ia bertemu Tuhannya Azza wa-Jalla dan abadi hidup bersamaNya.
Ya Allah limpahilah kami rezeki pengetahuan dan ikhlas di dalamnya.

Ikhlas Dalam Ramai Dalam Sunyi


Orang yang beriman adalah orang yang hijrah dari nafsunya, lalu berguru kepada seorang Syeikh yang bisa mendidiknya memberikan pengetahuan, dan terus belajar dari kecil hingga mati.
Kemudian terus membaca Al-Qur’an, kemudian mendalami Sunnah Rasulullah Saw, maka ia akan mendapatkan taufiq dari Allah Swt. Karena ia mengamalkan apa yang diketahui menuju kepada Allah azza wa-Jalla.
Sepanjang ia mengamalkan ilmunya, ia akan diberi ilmu oleh Allah yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Hatinya teguh dalam berpijak, dan ikhlas dalam melangkah menuju Allah azza wa-Jalla.
Bila anda mengamalkan ilmu anda, tetapi tidak membuat anda dekat pada Allah azza wa-Jalla, anda pun tidak menemukan indahnya ibadah dan kemseraan denganNya, ketahuilah bahwa anda sesungguhnya belum mengamalkannya, karena anda telah terhijab oleh cacat-cacat dalam amal anda. Apa cacat-cacat itu?
Riya’, kemunafikan dan keta’juban pada diri sendiri. Wahai orang yang beramal, ikhlaslah! Jika tidak, anda jangan berpayah-payah dalam Muroqobah pada Allah azza wa-Jalla ketika khalwat maupun ketika berada dalam keramaian. Karena orang munafiq malah senang pamer ketika dalam keramaian, dan orang yang ikhlas tidak peduli apakah dalam ramai atau dalam sunyi, sama saja.
Bila anda melihat orang yang sangat pesolek atau wanita pesolek, pejamkan mata nafsumu, hawa nafsumu dan nalurimu, lalu ingatlah pada pandangan Allah Azza wa-Jalla kepadamu, bacalah:
“Dan kamu tidak berada dalam suatu keadaan…” (Q.S. Yunus:61)
Waspadalah pada pandangan Allah azza wa-Jalla dan pejamkan kedua matamu dari memandang yang diharamkan. Ingatlah pada Dzat yang anda tidak bisa menhindari pandangan dan pengetahuanNya. Bila anda sudah tidak membantah dan kontra pada Allah azza wa-Jalla maka ubudiyah anda padaNya sempurna dan anda menjadi hamba yang benar-benar hambaNya, tergolong orang-orang yang disebutkan:
“Sesungguhnya hamba-hambaKu, kamu (Iblis) tidak bisa menguasai (menggodanya).” (Q.S. Al-Hijr:42)
Bila syukurmu benar-benar terwujud pada Allah azza wa-Jalla, Allah mengilhami makhluknya untuk berterimakasih padamu, menyayangimu, pada saat itulah tidak ada peluang lagi bagi syetan dan kroninya.
Anda jangan sampai meninggalkan berdoa sebagai prinsip, jangan sampai sibuk berdoa hanya untuk mencari dispensasi. Doa itu adalah ketenggelaman jiwa dan pembebasan bagi yang tertahan sampai mendapatkan jalan keluar dari tahanannya dan masuk dalam Sang Maha Diraja.
Jadikan akal sehat anda , bahwa meninggalkan doa itu tidak baik sama sekali. Namun anda berdoa, anda butuh niat dan akal sehat serta pengetahuan dan mengikuti jejak orang yang berpengetahuan. Anda tidak memikirkan apa yang datang dari Allah Azza wa-Jalla dan apa yang ada pada diri orang-orang yang shaleh, dan karena itulah prasangka anda buruk pada mereka. Janganlah anda berilusi dengan pangkal agama dan perilaku ruhanimu pada mereka, jangan sampai anda kontra dengan mereka dalam semua aktivitasnya sepanjang mereka tidak kontra dengan aturan syariat, karena mereka berada di sisi Allah azza wa-Jalla baik secara lahir maupun batin.
Hati mereka tidak akan tenang sebelum meraih keselamatan dari Allah azza wa-Jalla. Karena itu kemarilah wahai hamba Allah Azza wa-Jalla di muka bumi. Wahai ahli zuhud kalian mengetahui sesuatu tetapi kalian tidak meraih kebaikan. Masuklah kemari mempelajari kitabku, sampai anda saya ajari tentang suatu hal yang tak pernah anda temukan selama ini. Dalam hati ada kitab, dan dalam rahasia batin juga ada kitab, dalam nafsu kita juga ada kitab, serta dalam tubuh kita juga ada kitab, semuanya merupakan derajat-derajat dan maqom serta langkah-langkah yang berbilang.
Langkah pertama saja anda tidak benar, bagaimana anda melangkah ke tahap kedua? Islam anda saja tidak benar, bagaimana anda sampai pada iman? Iman anda pun tidak benar bagaimana anda bisa sampai pada Iiqon (yaqin)? Iiqon anda juga tidak benar bagaimana sampai kema’rifatan dan kewalian?
Berakal sehatlah anda, tapi anda tidak menggunakannya. Masing-masing anda ingin menjadi pemimpin, tetapi anda tidak memiliki pirantinya? Anda baru bisa jadi pemimpin jika anda sudah bisa zuhud dari dunia, zuhud dari nafsu, kesenangannya, watak dan hasratnya. Kepemimpinan itu turun dari langit bukan dari bumi. Kewalian itu datang dari Allah azza wa-Jalla bukan datang dari makhluk. Jadilah diri anda sebagai pengikut, bukan yang diikuti, dan jadilah kalian sebagai sahabat bukan yang disahabati. Bumikan dirimu dalam kehinaan dan kesembunyian.
Bila anda meraih sesuatu di hadapan Allah azza wa-Jalla berbeda dengan Dari harapanmu, maka pada saatnya Dia mendatangimu. Maka pasrahkanlah dirimu padaNya, tinggalkan merasa bisa atas upayamu, kekuatanmu, kontramu dan sahabatmu dan nafsumu.
Bersahabatlah dengan ubiyah-mu, yaitu melaksanakan smeua perintah dan menjauhi laranganNya, serta bersabar atas bencana-bencana.
Dasar perkara seperti itu adalah tauhid dan kekokohannya, dan asasnya adalah amal yang sholeh. Namun, betapa tidak kokohnya bangunan anda, niat anda saja tidak benar bagaimana anda bicara? Sedangkan diammu pun juga tidak benar, bagaimana bicaramu benar pada orang lain, sebagai pengganti para Rasul? Karena para Rasul adalah para penceramah, ketika para Rasul wafat maka Allah azza wa-Jalla menetapkan para Ulama yang mengamalkan ilmunya, dan mereka dijadikan sebagai pewarisnya.
Siapa yang ingin berada di maqom sebagai pengganti Rasul harus menjadi manusia paling suci di zamannya, yang paling mengenal aturan dan ilmunya Allah azza wa-Jalla.
Namun mereka menganggap masalah ini sepele, hai orang-orang bodoh terhadap Allah azza wa-Jalla dan rasulNya, wali-waliNya yang shaleh dari para hambaNya!
Wahai orang yang bodoh pada dirinya, pada watak, dunia dan akhiratnya, celakalah kalian ini! Diamlah kalian ini sampai datangnya orang yang ilmunya mengalahkan nafsunya, berbicara dan menghidupkan jiwa kalian, menegakkan dan membangkitkan kalian.
Itulah ilmu yang bermanfaat. Bagaimana tidak demikian, karena ia telah menutup pintu makhluk dan membuka Pintu Allah azza wa-Jalla, yaitu Pintu Agung. Jika penutupan pintu dan pembukaan pintu ini benar pada seorang hamba, maka ia akan kehilangan dukungan manusia, namun ia akan khalwat, lalu datanglah pakaian dalam hatinya, datang pula kunci-kunci yang mampu menyingkap kulit-kulit dan yang ada adalah isi.
Pintu hawa nafsu tertutup, lalu ia menang dalam pergumulan jiwa, lalu terbukalah jalan menuju Allah azza wa-Jalla, lalu muncullah ketekunan atas hasratnya yang selaras dengan ketekunan pendahulu-pendahulunya dari para Nabi dan Rasul Saw, serta para WaliNya. Ketekunan itu tidak lain adalah ketekunan bersih tanpa kotoran, ketekunan tauhid tanpa syirik, ketekunan pasrah total tanpa kontra padaNya, ketekunan jujur tanpa dusta, ketekunan pada Allah azza wa-Jalla, bukan pada makhluk, ketekunan pada Sang Penyebab, bukan pada akibat.
Ketekunan-ketekunan inilah yang digapai oleh para pemimpin agama, raja-raja ma’rifat, yang disebut sebagai Rjalul Haq Azza wa-Jalla, para kaum terpilihNya, parakekasihNya, yang senantiasa sebagai pembela agamaNya dan mereka adalah pecinta agamaNya.
Celakalah kalian, bagaimana anda mengklaim mengikuti thariqah kaum sufi sedangkan anda musyrik dengan lainNya? Anda ini tidak punya iman, sedangkan di muka bumi ini masih ada yang anda takuti dan anda harapkan. Anda tidak bisa zuhud di dunia selama di dunia masih ada yang kau harapkan. Anda tidak bertauhid selama anda masih memandang yang lainNya dalam perjalananmu menuju kepada Allah azza wa-Jalla.
Orang yang ‘arif senantiasa asing di dunia dan akhirat dan zuhud dari dunia dan akhirat, serta zuhud dari segala hal selain Allah azza wa-Jalla secara total, karena tak ada yang kesenangan sedikit pun selain padaNya.
Hai kaumku… Dengarkan sesuatu dariku, jangan sampai ada prasangka buruk dalam hatimu. Bagaimana tidak, kalian berprasangka dan menggunjingku, padahal aku sangat sayang pada kalian, aku memikul beban kalian, menjahit amal-amal kalian yang compang camping dan memohonkan syafa’at untuk kalian pada Allah azza wa-Jalla, memohonkan ampunan dosa-dosa kalian?
Siapa yang kenal aku, ia tidak akan berpaling dariku sampai mati, kesenangan dan kenikmatan, makan dan minumnya serta pakaiannya pun, tidak ada yang mengalahkan kesenangannya bersamaku.
Anak-anak sekalian… Bagaimana kalian tidak mencintaiku, akulah yang sangat berkehendak untuk kebahagiaanmu, bukan untuk kepentinganku! Aku ingin kemanfaatan ada dalam hidupmu, kebersihan dirimu dari kekuasaan dunia yang mematikan dan penuh tipudaya itu, sampai kapan terus mengikuti jejak dunia? Sebentar lagi dunia berpaling dari kalian dan membnuh kalian. Sedangkan Allah azza wa-Jalla tidak membiarkan kekasihNya bersama dunia bahkan tak sejenak pun. Dia tidak menginginkan kekasihNya merasa aman dengan dunia, tidak membiarkan bersama dunia dan yang lainnya.
Justru Dialah bersama mereka dan mereka bersamaNya. Selamanya hati mereka hanya untukNya, berdzikir di sisiNya, hadir. Sedangkan pada yang lainNya, ia menolak hanya kepadaNya ia menghadap.

Lepaskan Dari Belenggu Dunia


Hai orang bodoh! Tinggalkan catatanmu, kemarilah dan duduk patuh di depanku.
Ilmu itu muncul dari bibir para Tokoh-tokoh Ilahi, bukan dari catatan buku, diraih dari sumber ruhani bukan dari wacana, diambil dari mereka yang fana’ dari dirinya dan dari makhluk, Baqo’ bersama Allah Azza wa-Jalla.
Lingkaran hakikat itu tergantung fana’ anda dari diri anda dan makhluk lainnya, kemudian berada pada wujud anda bersama-Nya. Matilah dari yang lain-Nya, lalu hiduplah bersama-Nya dan bagi-Nya.
Bergaullah dengan para pelayan Allah Azza wa-Jalla, mereka yang terus menerus di pintu-Nya. Kesibukan mereka hanyalah melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, berserasi dengan takdir-Nya, senantiasa beraktivitas bersama kehendak-Nya dan tindakan-Nya atas mereka.
Mereka tidak pernah kontra atas kehendak-Nya pada mereka begitu pula pada yang lain. Mereka tidak menentang apa yang didapatkan dari-Nya baik sedikit maupun banyak, baik bernilai tinggi maupun rendah.
Karena janganlah anda sibuk berorientasi pada tujuan nafsu anda ketika anda sedang sibuk dengan Allah azza wa-Jalla.
Para wali-wali Allah Azza wa-Jalla senantiasa bertugas memotivasi makhluk lain namun sama sekali tidak punya kepentingan dengan mereka, namun semata karena Ilham Allah pada mereka sebagai wujud rahmat bagi makhluk, sama sekali tidak punya keinginan menuntut balas dari makhluk untuk dirinya. Karena dirinya tenteram bersama-Nya, tak tersisa nafsu kesenangan dan hasrat yang berkaitan dengan dunia.
Anda menyangka dirinya seperti diri anda yang bodoh yang telah anda habiskan untuk berbakti pada dunia, memenuhi seleranya dan kesenangannya. Kalau saja akal anda sehat, pasti anda akan berpaling dari dunia, dan anda lebih sibuk dengan aktivitas Sang Pencipta dunia.
Yang benar anda diam atas jawaban-jawaban atau ajakan dunia dan anda merobohkan ucapan-ucapan dunia yang menghalangi anda. Dengarkan saja dunia itu seperti anda mendengarkan ocehan orang gila yang hilang akalnya. Jangan peduli dengan ucapannya dan ambisinya memburu kesenangan, kenikmatan dan kesantaian. Kehancuranmu dan hancurnya dunia karena anda menerima permintaan-permintaannya. Sedangkan kebaikan dirimu dan dunia, terletak pada kontramu pada dunia.
Nafsu itu apabila bisa patuh kepada Allah Azza wa-Jalla, rizkinya akan didatangkan dari berbagai penjuru. Bila ia maksiat dan ingkar, maka putuslah faktor-faktor rizkinya lalu ia terbebani oleh penderitaan, hingga ia bangkrut dunia akhirat.
Orang yang taat dan patuh pada Allah Azza wa-Jalla, senantiasa akan dilayani, kemana pun ia berada senantiasa menemukan bagian dari ridho kepada-Nya dan ia melaksanakan kewajiban tanpa beban sedikit pun, dengan senang hati tanpa terpaksa. Karena itu kosongkan hati dari segala hal selain Allah Azza wa-Jalla, sedangkan fisik tenang jauh dari sibuk berburu dunia dan laba keuntungannya.
Hai orang yang dilimpahi nikmat, bersyukurlah atas nikmat-Nya, jika tidak nikmat akan hilang dari tanganmu. Ikatlah sayap nikmat dengan syukur, bila tidak, ia akan terbang darimu. Orang mati adalah orang yang mati pada Tuhannya Azza wa-Jalla walau ia hidup di dunia.
Waspadalah, bagaimana memanfaatkan hidupnya, pada saat yang sama yang terbelenggu oleh kesangannya, kenikmatannya dan kemewahan dunia. Itulah yang disebut mati maknawi, bukan mati rupa.
“Ya Allah hidupkanlah kami bersamamu, dan matikan kami dari selain Diri-Mu.”
Wahai si tua dalam usia, namun kanak-kanak dalam watak. Sampai kapankah anda melawan watak naluri duniawimu, yang anda jadikan sebagai cita-citamu? Ketahuilah hasrat citamu itu adalah apa yang engkau hasratkan. Dan anda adalah budak bagi yang mengendalikan anda, jika kendali itu ada di tangan dunia, maka anda adalah budak dunia.
Jika anda terkendali oleh akhirat, anda adalah budak akhirat. Dan bila kendalimu di Tangan Allah Azza wa-Jalla, maka andalah hamba Allah Azza wa-Jalla. Begitu pula jika anda dikendalikan nafsu anda maka anda adalah budak nafsumu. Jika yang mengendalikan adalah hawa senangmu maka engkau budak hawa nafsumu, bila kendali itu ada di tangan makhluk maka engkaulah budak makhluk. Lihatlah kendali mana yang paling mendominasi.
Pasti mayoritas pengendali itu adalah berhasrat dunia dan minoritasnya adalah pengendali akhirat. Yang langka adalah yang berhasrat pada Tuhannya dunia dan akhirat.Pada yang terakhir inilah anda berguru dengan adab terbaik, jangan kontra dan menentangnya, anda akan rugi besar. Jangan sampai su’ul adab pada mereka, yang membuat anda malah hancur.
Jadilah anda orang yang berakal sehat. Tapi anda malah menentang Allah Azza wa-Jalla dengan amal-amal anda. Jangan kau samakan posisi anda dengan sayap nyamuk di sisi-Nya, melainkan anda harus benar-benar ikhlas dalam kesendirian dan seluruh kondisimu. Karena kekayaan yang tak pernah sirna adalah benar dan jujur serta ikhlas dan takut kepada Allah azza wa-Jalla, berharap pada-Nya dan kembali pada-Nya dalam segala situasi dan kondisi.
Tetaplah beriman, maka Dia akan menemuimu. Bila anda bertemu dengan salah seorang dari kalangan mereka ini, rendahkanlah dirimu dan pasrahkan dirimu padanya, jangan sampai anda kontra padanya. Diamlah dan jangan sampai anda su’ul adab dengan mereka. Diam atas apa yang anda tidak mengerti. Karena mengetahui dan pasrah diri atas apa yang anda tidak mengerti adalah Islam itu sendiri.
Hai orang yang lemah rasa yaqinnya. Dunia dan akhirat tidak anda raih, karena anda telah su’ul adab pada Allah Azza-wa-Jalla, dan sangkaan burukmu pada para wali Allah Azza wa-Jalla, para abdal Nabi-nabiNya yang telah diposisikan oleh Allah Azza wa-Jalla pada maqomnya. Mereka membawa benang amanah yang dibawa oleh para Nabi as, dan para shiddiqun. Allah menyerahkan kepada mereka, amal dan ilmunya para Nabi.
Mereka telah difanakan dari nafsunya, kesenangannya dan memadukan mereka pada-Nya dan memposisikan mereka di hadapan-Nya. Mereka telah menyucikan hatinya dari segala hal selain Allah Azza wa-Jalla, sedangkan dunia, akhirat dan makhluk ada di tangan mereka.
Allah memperlihatkan kekuasaanya dan mengajari mereka hikmah-hikmah-Nya dan mengajari mereka potensi kekuatan untuk mereka. Maka benarlah ucapan:
“Tiada daya dan kekuatan kecuali bersama Allah Yang Maha Luhur nan Agung.”
Mereka membernarkan dengan jiwa atas ucapan ini, lalu daya dan kekuatan mereka dan kekuatan makhluk fana’. Mereka berpegang teguh pada Kekuatan Allah Azza wa-Jalla. Maka Mu’adz bin Jaba ra, berkata, “Ya Allah bila Engkau tidak bertindak padaku sebagaimana aku kehendaki, maka sabarkanlah diriku atas apa yang Engkau kehendaki.”
Anak-anak sekalian… Ridho terhadap ketentuan Allah Azza wa-Jalla lebih baik dibanding meraih dunia dengan penuh konflik. Karena manisnya ridho dalam hati para Shiddiqun lebih manis dibanding kenikmatan dunia dan kesenangan syahwatnya. Sebab dengan ridho kehidupan menjadi baik.
Kesimpulannya, dalam semua kondisi dengan berbagai ragam jenis, bicaralah pada manusia dengan bahasa ilmu dan amal serta keikhlasan. Jangan bicara dengan bahasa ilmu tanpa amal, karena itu pasti tidak memberi manfaat pada anda dan tidak berguna bagi diri anda sendiri.
Rasulullah Saw, bersabda: “Ilmu itu membisik bersama amal, jika ilmu bersama amal maka ia meresponnya, tetapi jika tidak, ia akan meninggalkannya.”

Kapankah Nafsumu Puas?


Berserasilah dengan Allah Azza wa-Jalla dalam soal makhluk, dan jangan berserasi dengan makhluk dalam urusan Allah Azza wa-Jalla. Hancurlah yang hancur
dan kembalilah yang kembali.
Dikisahkan oleh Abdullah bin al-Mubarak ra, bahwa suatu hari ada seseorang datang kepadanya meminta sesuap makanan, dan di rumahnya kebetulan tinggal ada sepuluh biji telur. Lalu ia menyuruh pelayan perempuan untuk memberikan sepuluh telur itu, lalu pelayan itu memberinya sembilan telur disisakan satu.
Ketika maghrib tiba, tiba-tiba ada lelaki datang mengetuk pintunya, lalu orang itu berkata, “Ambillah keranjang ini”. Lantas Abdullah ra mengeluarkan apa yang ada di keranjang itu, ternyata isinya telur. Kemudian ia menghitungnya, ternyata jumlahnya sembilan telur. Ia bertanya pada pelayan perempuannya, “Mana telur yang lain? Berapa jumlah telur yang kamu berikan tadi?”.
“Sembilan, saya sisakan satu, agar kita bisa berbuka dengan satu telur itu “jawab pelayan itu.
“Utang yang harus kita bayar itu sepuluh…” kata Abdullah.
Itulah kehidupan dan amaliyahnya pada Tuhannya Azza wa-Jalla. Mereka beriman dan membenarkan apa yang ada dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Mereka tak pernah kontra dengan sumber utama itu dalam gerak-gerik kehidupannya, keluar maupun masuknya harta semata untuk amal kepada Allah Azza wa-Jalla, karena mereka sangat beruntung dan amaliahnya dan sangat disiplin. Mereka melihat pintuNya terbuka, dan melihat makhlukNya tertutup, mereka menghindari pintu itu. Mereka berserasi dengan Allah azza
wa-Jalla untuk makhlukNya, namun tidak berserasi kepada makhluk untuk menuju Allah Azza wa-Jalla. Mereka juga berselaras dengan Allah Azza wa-Jalla dalam hal amarahNya bagi orang yang mendapatkan amarah, dan berserasi dalam CintaNya bagi orang yang dicintaiNya.
Karena itu diantara mereka berkata, “Berserasilah dengan Allah Azza wa-Jalla dalam soal makhluk, dan jangan berserasi dengan makhluk dalam urusan Allah Azza wa-Jalla. Hancurlah yang hancur dan kembalilah yang kembali. Kaum sufi senantiasa
di sisi Allah Azza wa-Jalla, memohon pertolongan padaNya untuk diri mereka dan yang lain. Mereka tidak mempan dengan cacian si pencaci, dan tidak takut pada siapa pun dalam menegakkan aturan dan syariatNya.”
Anak-anak sekalian, tinggalkan stressmu, dimana anda tenggelam di dalamnya. Dan ikutilah jejak kaum sufi dalam ucapan maupun tindakan. Jangan sampai anda mencari wushul sebagaimana ungkapannya para pendusta yang mengaku-aku telah sampai (wushul) kepada Allah Azza wa-Jalla. Bersabarlah dengan cobaan sebagaimana mereka bersabar, hingga anda meraih wushul sebagaimana mereka raih.
Kalau bukan karena cobaan, niscaya manusia menjadi hamba yang zuhud semua, tetapi datanglah cobaan pada mereka, namun mereka tidak sabar menghadapinya, sehingga mereka terhijab dari pintu Tuhannya Azza wa-Jalla.
Siapa yang tidak sabar, ia tidak meraih anugerah. Bila ridho dan sabar hilang darimu, akan menjadi faktor penyebab yang membuat dirimu keluar dari ubudiyahmu kepada Allah Azza wa-Jalla, sebagaimana firmanNya dalam hadits Qudsi: “
Siapa yang tidak rela pada ketentuanKu, dan tidak sabar pada ujianKu, maka hendaknya ia mencari Tuhan selain Aku.” (Hr. Ibnu Asakir)
Terimalah dariNya, bukan dari yang lainNya. Sang Penentu itu ada bagimu dan memberikan ujianmu. Wujudkan Islam kalian secara hakiki hingga meraih iman.
Dan berimanlah secara hakiki hingga kalian meraih Iqon (rasa yaqin), maka saat itulah kalian melihat apa yang belum pernah kalian lihat dari sisi raya yaqin.
Segalanya tampak bagimu seperti rupa yang sesungguhnya, dan informasi menjadi jelas, karena benar-benar qalbu berserah diri pada Al-Haq Azza wa-Jalla, karena segalanya menampakkan diri dariNya.
Apabila qalbu mandiri di hadapan Allah Azza wa-Jalla, anda keluar menuju kepadaNya dengan tangan kemuliaan, sehingga anda menjadi mulia karenaNya.
Maka jadilah diri anda sangat dermawan, memprioritaskan yang lain dibanding diri anda, dan sedikit pun anda bukan orang bakhil.
Qalbu yang benar adalah qalbu yang bagus dan mulia hanya bagi Allah Azza wa-Jalla. Sedangkan batinnya telah bersih dari kotoran adalah mulia, dan bagaimana keduanya tidak pernah terwujud padahal Allah Yang Maha Mulialah yang menganugerahkan padanya?
Wahai kaum Sufi, hendaklah anda ini dermawan dan lebih mementingkan orang lain demi taat kepada Allah azza wa-Jalla. Bukan untuk maksiat. Karena setiap harta yang didistribusikan untuk maksiat, sama saja membiarkan terhapus ibadahnya.
Disiplinlah dalam bekerja disertai disiplin taat hingga anda merasakan kedekatan dari Allah Azza wa-Jalla, hingga seluruh problemamu kau hadapkan padaNya, besertanya, bukan beserta lainnya.
Dengan begitu makananmu benar-benar dari kiprah anugerah dan kemurahanNya, hanya saja anda tidak tahu dan tidak mengerti.
Nafsu itu menjadi hijab mereka, manakala nafsu telah hilang dari pusatnya maka hilanglah hijab itu. Disinilah Abu yazid al-Bisthamy ra, mengatakan, “Aku bermimpi melihat Tuhanku, dan aku bertanya, bagaimana jalan menuju kepadaMu wahai Sang Pencipta? Lalu Allah Azza wa-Jalla menjawab, “Tinggalkan nafsumu dan kemarilah!”.
Lalu aku meninggalkan nafsu itu seperti biji meninggalkan kulitnya. Karena Allah swt, memperjelas terhadap nafsu, bukan lainnya, dan Dia memerintahkan untuk meninggalkan nafsu. Karena dunia dan semuanya selain Allah Azza wa-Jalla mengikuti nafsu. Dunia dan akhirat dengan segala kesenangannya juga mengikuti nafsu. Allah swt. Berfirman:
“Dan di dalam syurga itu apa yang yang disenangi oleh nafsu-nafsu dan menyenangkan mata.” (Az-Zukhruf 71).
Kaum Sufi itu ketika siang hari mereka melakukan kebajikan untuk makhluk dan keluarganya, sedangkan di malam hari, mereka hanya untuk khidmah kepada Tuhannya Azza wa-Jalla dan khalwat denganNya.
Para raja saja, di siang hari mereka bercengkerama dengan anak-anaknya, binatang buruan dan menyelesaikan kebutuhan rakyatnya. Ketika malam hari mereka melakukan pertemuan dengan para menterinya dan pengawal terpilihnya.
Dengarkan! Semoga Allah swt merahmatimu apa yang aku ucapkan, dengarkan dengan telinga hatimu, camkanlah dan kerjakanlah bersama Allah Azza wa-Jalla. Seseorang seharusnya tidak bicara kecuali bersama Allah swt, dan dari Allah swt. Ia tidak bicara kecuali dengan jalan Allah Azza wa-Jalla yang paling bersih. Anda tidak bisa diterima jika mengatakan kepadaku, “Betapa bagusnya kamu.” Tetapi katakanlah kepadaku dengan ucapan hatimu, maka anda jadi bagus.
Amalkan atas apa yang ku ucapkan padamu, ikhlaslah dalam mengamalkan itu, sampai ketika aku melihat semua itu darimu, aku katakan padamu, “Kalian memang bagus.”.
Sampai kapan anda puas dengan nafsumu, duniamu, akhiratmu, makhluk dan segala hal selain Allah Azza wa-Jalla secara total? Makhluk itu hijab nafsumu, dan nafsumu adalah hijab hatimu, dan hatimu adalah hijab bagi rahasia batinmu.
Sepanjang anda bersama makhluk, maka anda tidak bisa melihat nafsumu. Namun jika anda meninggalkan makhluk anda akan melihat nafsu anda, betapa nafsu itu sangat memusuhi Tuhanmu Azza wa-Jalla dan musuh bagi kebahagiaan sejatimu.
Karena itu perangilah nafsu itu secara terus menerus sampai ia tenang di hadapan Tuhannya Azza wa-Jalla, tenang dan tenteram pada janjiNya, dan takut akan ancamanNya, melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Nya.
Disanalah anda berserasi dengan takdir Allah Azza wa-Jalla.
Maka disitulah hijab sirna dari qalbu. Rahasia batinmu akan melihat sesuatu yang belum pernah dilihatnya, dimana Qalbu dan rahasia Qalbu mengenal Tuhannya Azza wa-Jalla,
bergegas menuju kepadaNya, sama sekali tidak terpaku pada sesuatu selain Dia Azza wa-Jalla.
Sang arif itu tidak pernah berhenti pada sesuatu pun selain Allah Azza wa-Jalla Sang Pencipta segala sesuatu itu sendiri.
Si arif tidak tidur untukNya, tidak lelah bagiNya, tidak ada batasan bagiNya, kepada Allah Azza wa-Jalla.
Sang pecinta tiada maujud dirinya, karena ia berada di lembah Takdir dan Pengetahuan bersama Allah Azza wa-Jalla.
Gelombang lautan ilmu menanjakkan ketinggiannya, hingga melepaskannya ke angkasa menuju bintang-bintang.
Ia sendiri sirna, tiada, tak terfahami logika. Ia bisu dan tuli, kecuali hanya mendengar Allah Azza wa-Jalla, tidak melihat lainNya. Ia mati di hadapan Allah azza wa-Jalla, dan bila Allah Azza wa-Jalla menghendakinya, Dia menghidupkannya, dan apabila Allah azza wa-Jalla berkehendak, Dia menampakkannya.
Selamanya, ia berada dalam kemah-kemah taqarrub pada Allah Azza wa-Jalla. Bila datang kesempatan hukuman mereka siap melaksanakan. Jika ada kesempuatan keluar, mereka berada di depan gerbang melaksanakan eksekusi terhadap makhluk, sebagai perantara antara makhluk dengan Allah Azza wa-Jalla. Itulah situasi kondisi mereka, namun kondisi ruhani mereka itu ada yang dirahasiakan.
Wahai kaumku, hati-hati! Kalian sedang bingung, karena kalian berada di simpang zaman yang sia-sia. Sabarlah bersama Allah Azza wa-Jalla, maka kalian bisa melihat apa yang ada di dunia dan di akhirat.
Bila kalian ingin mewujudkan Islam, kalian harus Istislam (pasrah total). Bila anda ingin meraih taqarrub dari Allah Azza wa-Jalla, seharusnya anda menyerahkan diri anda di hadapanNya, takdir dan tindakanNya, tanpa harus bertanya, “Kenapa? Bagaimana?”.
Dengan cara begitu anda bisa bertaqarrub. Jangan sekali-kali punya kemauan, karena punya kamuan di hadapanNya itu tidak benar. Allah Azza wa-Jalla berfirman: “Dan mereka tidak bisa berkehendak kecuali Allah menghendakinya.” (Al-Insaan: 30)
Bila apa yang anda inginkan tidak tercapai, maka jangan lagi berhasrat lebih. Jangan sampai engkau tentang Allah Ta’ala, dalam hal tindakanNya. Bila Allah menguji harga dirimu, hartamu, kesehatanmu, anakmu dan dan hancurnya dirimu, maka tersenyumlah dalam menghadapi takdirNya, kehendakNya dan perubahanNya. Tetaplah begitu bila anda ingin dekat denganNya, jika anda ingin bersih jiwamu bersamaNya. Bila anda ingin hatimu sampai padaNya, sedangkan anda di dunia, maka rahasiakanlah deritamu dan tampakkanlah kegembiraanmu, dan pergaulilah manusia dengan pergaulan yang baik. Rasulullah saw, bersabda:
“Roman gembira orang beriman itu di wajahnya, sedangkan susahnya tersimpan di hatinya.”
Jangan sampai anda mengadu pada seseorang, karena jika anda mengadu pada Allah Azza wa-Jalla, namun juga mengadu pada sesama makhluk, dirimu gugur di hadapanNya, sehingga masalah anda tidak hilang.
Jangan kagum pula pada amal perbuatan anda, karena kagum itu merusak amal ibadah anda. Namun siapa yang memandang pertolongan Allah Azza wa-Jalla (dibalik amal ibadahnya), seluruh ketakjuban amal akan sirna. Jadikan tujuanmu itu adalah Dia, karena Dialah yang menjadikan rahmat bagimu, menyiapkan faktor-faktor penyebab sampainya dirimu padaNya.
Bagaimana anda bisa menjadikan tujuanmu padaNya sedangkan anda dusta dalam ucapan maupun tindakan? Orang yang mencari pujian dari sesama, pada saat yang sama juga takut akan caciannya.
Semua yang datang dari Allah Azza wa-Jalla benar. Kaum sufi semuanya benar tanpa dusta. Benar tapi tidak ditampakkan.
Perbuatan mereka lebih banyak dibanding ucapannya, karena mereka adalah wakil Allah Azza wa-Jalla bagi makhluk, khalifahNya, bentengNya di muka bumi, merekalah yang begitu spesial di hadapanNya.
Tapi kamu wahai munafiq! Kamu bukan mereka! Jangan kamu campur aduk kemunafikanmu dengan mereka, pasti tidak akan pernah bisa, baik dalam angan-angan, ungkapan maupun perkataan.
“Ya Allah jadikanlah kami tergolong orang-orang yang jujur dan benar, Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.”
Janganlah kamu merasa mendapatkan kondisi ruhani mereka dengan hanya formalitas belaka atau berpakaian dengan gaya pakaian mereka, berbicara dengan wacana mereka, semua itu tidak ada gunanya manakala kamu masih kontra dengan perbuatan mereka. Kamu kotor tanpa kebersihan akhlak jiwa dan tanpa Sang Khaliq azza wa-Jalla.
Kalian ini dunia tanpa akhirat, batil tanpa kebenaran, lahir tanpa batin, ucapan tanpa tindakan, tindakan tanpa keikhlasan, keikhlasan tanpa keserasian dengan Allah azza wa-Jalla.
Sesungguhnya Allah Azza wa-Jalla tidak menerima ucapan tanpa amal, amal tanpa ikhlas, ikhlas tanpa selaras dengan Kitab dan sunnah NabiNya – semoga sholawat salam baginya –, dan itu semua adalah klaim tanpa bukti, hingga wajar kalau Dia tidak menerimamu.
Bisa saja anda diterima oleh sesame dengan kedustaan anda, tetapi anda akan ditolak oleh Allah Azza wa-Jalla, karena Dialah Yang Maha Mengetahui apa yang ada di hati anda.
Jangan pamer! Karena Sang Maha Waspada terus memandangmu. Allah Azza
wa-Jalla memandang hatimu bukan memandang rupamu.
Dia memandang apa yang ada dibalik baju, dibalik kulit dan tulang belulangmu, Dia memandang kesendirianmu, bukan memandang popularitasmu.
Apa anda tidak malu ketika anda menjadi sorotan makhluk, anda berias. Sedangkan ketika menjadi pandangan Allah azza wa-Jalla anda malah najis?
Bila ingin beruntung taubatlah dari dosa-dosamu, bersihkan taubatmu. Taubat dari kemusyrikan dengan makhluk, dan jangan beramal kecuali hanya demi Allah azza wa-Jalla.
Sebab aku melihat kamu semuanya salah! Karena kamu bersama hawa nafsumu, bersama dunia dan syahwatmu, dan kenikmatan yang menyeret dirimu hingga membuatmu terkena murka.
Engkau rela dengan sesuap makanan demi memuaskan nafsumu, dan engkau bisa marah gara-gara nafsu pula.
Kendali nafsumu telah memperbudakmu, lalu manakah posisimu diantara hamba-hamba Allah Azza wa-Jalla, dimana mereka mewujudkan ubudiyah dan rela pada tindakanNya?
Walau mereka tertimpa derita, tetapi mereka tetap kokoh bagai gunung yang tinggi, dan mereka tetap memandangnya dengan mata kesabaran, mata keserasian denganNya.
Mereka biarkan fisik mereka untuk cobaanNya, tetapi mereka melemparkan hatinya kepada Allah Azza wa-Jalla. Mereka senantiasa sunyi, mereka adalah sangkar tanpa burung. Ruh mereka di sisiNya, jasad mereka di hadapanNya.
Wahai orang-orang yang kontra Tuhannya Azza wa-Jalla, wahai orang yang yang gentar padaNya, kemarilah, hingga aku perbaiki dirimu denganNya, aku akan bermohon kepadaNya agar kalian diterima, dan kalian aman. Aku akan tundukkan kalian di hadapanNya, hingga kalian melaksanakan perintah dan kewajibanNya.
Ya Allah, kembalikan kami padaMu, tempatkanlah kami di pintuMu, jadikanlah kami bagiMu, dalam DiriMu dan besertaMu. Ridhoilah kami untuk bakti padaMu. Semua cobaan dan anugerah hanya bagiMu, maka sucikanlah batin kami dari selain DiriMu. Janganlah Engkau biarkan kami ketika Engkau melarang kami, dan janganlah Engkau tinggalkan kami ketika Engkau memerintahkan kami. Janganlah Engkau jadikan lahiriyah kami maksiat kepadaMu, dan batin kami musyrik padaMu.
Raihlah jiwa-jiwa kami hanya bagiMu. Jadikanlah kami semua merasa cukup kepadaMu dibanding berpaling pada selain DiriMu. Ingatkanlah kami dari alpa padaMu. Kehendakilah kami untuk taat padaMu dan munajat padaMu .
Jadikanlah kenikmatan qalbu dan rahasia qalbu kami dengan mendekat padaMu. Pisahkanlah kami dengan maksiat seperti engkau pisahkan antara langit dan bumi. Dekatkanlah taat padaMu sebagaimana Engkau dekatkan antara hitam dan putihnya mata kami. Pisahkanlah kami dengan hal-hal yang engkau benci, sebagaimana Engkau pisahkan antara Yusuf dan Zulaikha untuk maksiat padaMu.