Laman

Jumat, 16 Mei 2014

SHOHIBUL FADHILAH AL HABIB ‘ABDUL QODIR BIN HUSEIN ASSEGAF

SHOHIBUL FADHILAH AL HABIB ‘ABDUL QODIR BIN HUSEIN ASSEGAF (Ayahanda Alhabib Taufiq Assegaf “Pimpinan Pondok Pesantren Sunniyah Salafiyah Pasuruan JATIM)
Kota Pasuruan mendapat keberkahan dari Habib ‘Abdul Qadir bin Husein Assegaf, seorang ‘ulama yang menggerakan majelis ilmu. Ia seorang ahli ilmu dan amal, sehingga dakwahnya diterima oleh masyarakat luas.
Dalam sebuah acara haul Habib ‘Alwi bin Segaf Assegaf, seorang waliyullah di Kebon Agung (Pasuruan-Jatim), Habib ‘Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf seorang mufti yang mukim di Jeddah pernah berkata pada hadirin, “Bahwa kalian semua, utamanya masyarakat Pasuruan patut bersyukur kepada Allah SWT. Setelah kalian ditinggal Habib Alawy bin Segaf Assegaf, kalian mendapatkan Habib Jafar bin Syaikhon Assegaf. Dan setelah Habib Jafar wafat, kini pengantinya diteruskan oleh menantunya, yakni Habib Abdul Qadir bin Husin Assegaf.”
Di majelis haul tersebut, Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf meneguhkan maqam seorang auliya dari Pasuruan, yakni Habib Abdul Qadir bin Husein Assegaf. Sangat wajarlah kalau Habib Abdul Qadir mendapatkan maqam yang sedemikian tinggi di sisi Allah SWT. Hal itu tentu bukan satu hal yang berlebihan dan semua itu bukan diperoleh dengan gratis. Kemuliaannya itu diperoleh dari hasil jerih payahnya. Sehingga ia mendapatakan bisyarah (ganjaran) dari Allah SWT.
Hingga saat ini, sekalipun Habib Abdul Qadir telah wafat puluhan tahun yang lalu, namun kiprah dakwahnya dalam memakmurkan majelis ilmu semakin semarak di rumahnya yang terletak di Jl Wahid Hasyim Gg VII, atau tepatnya di sebelah barat masjid Jami Al-Anwar, Kota Pasuruan.
Sampai sekarang berbagai macam kegiatan keagamaan mulai pembacaan kitab Ihya Ulumuddin, Maulid, Burdah dan peringatan Khotmil Qur’an tiap malam Ramadhan adalah rintisan dari Habib Abdul Qadir bin Husein Assegaf. Kini majleis-majelis dakwah itu masih diteruskan oleh salah satu putranya yakni Habib Taufiq bin Abdul Qadir bin Husein Assegaf yang membuat kota yang bergelar kota santri itu makin bersinarkan ilmu dan syiar dakwah.
Habib Abdul Qadir bin Husein sendiri dilahirkan di Seiwun pada 1320 H. Ia merupakan putra dari Habib Husein bin Segaf Assegaf dan Hababah Salma binti Husin bin Alwy Assegaf. Ayah Habib Abdul Qadir ini masih satu saudara sekandung dengan Alawy bin Segaf Assegaf yang makamnya di Kebon Agung (Pasuruan).
Sejak kecil ia hidup dalam lingkungan keluarga yang sarat dengan nilai-nilai religius. Keluarga dari Habib Abdul Qadir adalah ahlu ‘ilm wa ahlu amal. Pada usia yang sangat kecil ia sudah belajar Al-Quran dengan kedua orangtuanya. Ia belajar pertama kali dengan berguru pada Syeikh Hasan bin Abdullah Baraja’.
Seiring dengan berjalan usianya ia tidak henti-hentinya menuntut ilmu dari orang yang alim ke orang alim yang alim yang ada di sekitar Hadramaut. Guru-guru dari Habib Abdul Qadir diantaranya adalah Habib Muhammad bin Hadi Assegaf, Habib Ahmad bin Abdurrahman Assegaf, Habib Hasan bin Abdurrahman Assegaf, Habib Alawy bin Abdullah bin Husin Assegaf, Habib Muhammad bin Hasan Aidid dan ulama-ulama yang ada di Tarim, Hadramaut.
Setelah sekian lama ia belajar menuntut ilmu agama, ia sempat berdiam diri di sebuah tempat yang bernama Basalim di Seiwun. Hingga ia mendengar keberadaan seorang auliya’ yang ada di Pasuruan. Rupanya ia ingin berkunjung dan bertemu dengan Habib Jafar bin Syaikhon Assegaf. Ia kemudian datang dari Hadramaut menuju Indonesia untuk menemui Habib Jafar di Pasuruan.
Begitu sampai di Indonesia, ia langsung menuju Pasuruan, Jawa Timur. Ketika itu Habib Jafar sedang menemui tamunya, diantaranya Habib Ahmad bin Ali Assegaf (alm) yang merupakan pendamping setia Habib Jafar. Begitu datang Habib Abdul Qadir, Habib Ahmad berkata kepada Habib Jafar, ”Ya Habib Jafar, kini kita kedatangan seorang tamu yang shalih yakni Habib Abdul Qadir bin Husin Assegaf, seorang soleh, ahli ilm dan amal dari Hadramaut.”
Kemudian diceritakan seluruh kebaikan Habib Abdul Qadir oleh Habib Ahmad bin Ali Assegaf. Lalu Habib Ahmad melanjutkan, “Kesempatan Habib Abdul Qadir datang di tempat ini. Lebih baik, jangan biarkan Habib Abdul Qadir meninggalkan kota ini. Caranya, kawinkan dengan salah satu putri Habib. Supaya dia berdiam di sini dan kelak meneruskan engkau, wahai Habib Jafar.”
Habib Jafar tidak menanggapi pernyataan dari pendamping setianya itu dan ia diam saja. Sampai Habib Abdul Qadir pamitan dan siap berangkat ke kota yang lain. Habib Ahmad bertambah bingung, “Kok tidak ditahan sama sekali?”
Setelah melepas Habib Abdul Qadir meneruskan perjalanan ke Jakarta, Habib Ahmad kembali berkata kepada Habib Jafar, “Sayang, kenapa tidak ditahan tadi. Coba kalau dia menjadi menantu Habib, ia bisa meneruskan engkau, wahai Habib Jafar.”
Mendengar kecemasan dari Habib Ahmad, Habib Jafar menjawab sambil menerawang ke depan, ”Terbanglah kemana pun engkau suka, wahai burung! Tapi ingat, kendalimu ada di tangan saya. Sewaktu–waktu saya tarik dari Pasuruan, ia akan kembali ke kota ini. Ia tidak akan tingalkan tempat ini!” Itulah perkataan dari seorang Waliyyulah, dan keyakinan dari Habib Jafar ini akhirnya terbukti.
Walaupun, Habib Abdul Qadir sempat menikah di Jakarta, namun usia perkawinan itu tidak berlangsung lama. Habib Abdul Qadir akhirnya kembali ke Pasuruan dan menikah dengan salah satu putri Habib Jafar yang bernama syarifah Rugayah binti Habib Jafar Syekhon Assegaf. Dari perkawinan ini ia mempunyai 7 anak (3 putra, 2 putri).
IBADAHNYA
Berbicara ibadahnya Habib Abdul Qadir sangattmengagumkan, sulit di jaman sekarang mencari seorang ahli ibadah seperti beliau. Dalam sebuah risalah, surat yang ditulis dari Habib Muhammad kepada Habib Ahmad tentang ibadah yang paling utama dari Habib Abdul Qadir di bulan suci Ramadan. “Hari-hari di bulan Ramadan selalu diisi dengan ibadah. Di setiap pertengahan malam ia bertahajud sampai 45 rakaat sebelum fajar, setelah itu ia baru melaksanakan sahur dengan keluarga. Setelah shalat Subuh berjamaah di masjid Jami’ Al-Anwar, ia berziarah ke makam Habib Jafar yang terletak persis di barat Masjid sampai terbit matahari. Dan pulang beristirahat sejenak, di pertengahan shalat Dhuha dan tidak beranjak dari mihrabnya sampai datangnya waktu shalat Zhuhur. Setelah Zhuhur berjamaah, beliau membaca 2 juz dari Al-Quran dan terus berada di mighrab sampai Ashar. Dan setelah waktu Ashar shalat di masjid dan raukhah, membaca kitab dan menjelaskan isi kitabnya, ada ulama yang menterjemahkan kepada orang-orang yang hadir. Setelah itu 20 menit menjelang buka, ia selalu mengajak para fakir dan miskin untuk berbuka bersama, setelah itu beliau shalat Maghrib berjamaah.
Sekitar 30 menit waktu sebelum shalat Isya, beliau baru makan bersama dengan keluarga sampai datang waktu Isya. Setelah waktu Isya, beliau keluar rumah dan jamaah diajak membaca Surat Yasin, Ratibul Haddad, Ratib Attas, shalat Isya, shalat Tarawih, shalat Witir dan dilanjutkan dengan shalat Tasbih. Ibadah-ibadah rutin ini, diamalkan secara istiqamah selama bulan Ramadhan.
Habib Abdul Qadir dikenal orang sebagai ahli dzikir, membaca Quran, maulid, Qasidah Al Muthoriah. Sampai sekarang pembacaan maulid masih rutin dilaksanakan dikediaman beliau setiap Jum’at sore dipimpin oleh anaknya Habib Taufiq Assegaf. Bahkan dalam berpergian (safar), beliau tidak ketinggalan wiridnya. Bahkan dalam membaca maulid jika waktunya tidak sampai, ia tetap berdiri sekalipun harus berdiri di kendaraan saat Mahalul Qiyam, walau beliau susah payah untuk mengerjakan kebiasaan itu.
Al Habib Abdul Qodir juga menjaga shalat jama’ah tidak pernah ditinggalkan, kalau tidak mendapatkan jamaah, beliau rela membayar orang-orang fakir untuk diajak shalat jamaah, karena itu adalah sunnahnya Rasulullah SAW. Ia sangat menjaga sunnah-sunnah Rasulullah SAW, hampir-hampir tidak ada amalan sunnah yang ia tingalkan. Apa yang menjadi sunnah nabi, beliau selalu berusaha untuk mengerjakan. “Kalau masuk masjid dengan mendahulukan kaki kanan, kalau lupa salah mendahulukan kaki ketika masuk atau keluar masjid, beliau tak segan-segan akan mengulanginya lagi agar sama dengan sunnahnya Nabi Muhammad SAW.
Demikian juga dalam bersiwak. Siwak tidak pernah ketinggalan, beliau mempunyai siwak di setiap tempat, mulai di atas sajadah, almari, kamar, khawatir tidak bersiwak. Demikian menjaga sunnah nabi SAW, ” demikian kata Habib Abu Bakar bin Hasan Assegaf menantu Habib Abdul Qadir.
Tradisi berdzikir dibawa sampai menjelang wafat pada waktu ba’da Asar, 19 Syawal 1399 H. Kota Pasuran berduka ditinggalkan oleh Habib Abdul Qadir bin Husin Assegaf. Diakhir umurnya sebelum meninggalkan dunia yang fana, ketika detik-detik terakhir, selang beberapa menit sebelum wafat, beliau sempat masuk ke kamar dan memerintahkan salah satu keluarga memanggil Habib Ahmad bin Ali Assegaf untuk masuk ke dalam kamar .
Dibuka seluruh jendela dan ia terbaring dan membaca ayat Al-Qur’an yakni QS At Taubah: 128-129. Ketika sampai bacaan la illa hu…ketika itulah ruhnya dicabut oleh Alah SWT. Innalillahi wa inna ilahi rajiuun. Sepanjang hidup penuh kebaikan, menyambut ajalpun dengan cara terbaik. Tentu kita boleh mengagumi beliau, namun yang terpenting adalah meneladani amal sholeh beliau.

KETIKA RASULULLAH SAW MENANGIS, MALAIKAT PENJAGA ARASY LUPA BACAAN TASBIH DAN TAHMIDNYA

KETIKA RASULULLAH SAW MENANGIS, MALAIKAT PENJAGA ARASY LUPA BACAAN TASBIH DAN TAHMIDNYA.
Suatu hari Rasulullah Muhammad SAW sedang tawaf di Kakbah, baginda mendengar seseorang di hadapannya bertawaf sambil berzikir: “Ya Karim! Ya Karim!”
Rasulullah SAW meniru zikirnya “Ya Karim! Ya Karim!”
Orang itu berhenti di satu sudut Kakbah dan menyebutnya lagi “Ya Karim! Ya Karim!” Rasulullah yang berada di belakangnya menyebutnya lagi “Ya Karim! Ya Karim!”
Orang itu berasa dirinya di perolok-olokkan, lalu menoleh ke belakang dan dilihatnya seorang lelaki yang sangat tampan dan gagah yang belum pernah di lihatnya.
Orang itu berkata, “Wahai orang tampan, apakah engkau sengaja mengejek-ngejekku, karena aku ini orang badui? Kalaulah bukan karena ketampanan dan kegagahanmu akan kulaporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”
Mendengar kata-kata orang badwi itu, Rasulullah SAW tersenyum lalu berkata: “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?”
“Belum,” jawab orang itu.
“Jadi bagaimana kamu beriman kepadanya?” tanya Rasulullah SAW.
“Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan membenarkan perutusannya walaupun saya belum pernah bertemu dengannya,” jawab orang Arab badui itu.
Rasulullah SAW pun berkata kepadanya: “Wahai orang Arab, ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat.”
Melihat Nabi di hadapannya, dia tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya lalu berkata, “Tuan ini Nabi Muhammad?” “Ya,” jawab Nabi SAW.
Dengan segera orang itu tunduk dan mencium kedua kaki Rasulullah SAW.
Melihat hal itu Rasulullah SAW menarik tubuh orang Arab badui itu seraya berkata, “Wahai orang Arab, janganlah berbuat seperti itu. Perbuatan seperti itu biasanya dilakukan oleh seorang hamba sahaya kepada tuannya. Ketahuilah, Allah mengutus aku bukan untuk menjadi seorang yang takabur, yang minta dihormati atau diagungkan, tetapi demi membawa berita gembira bagi orang yang beriman dan membawa berita menakutkan bagi yang mengingkarinya.”
Ketika itulah turun Malaikat Jibril untuk membawa berita dari langit, lalu berkata, “Ya Muhammad, Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: “Katakan kepada orang Arab itu, agar tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahwa Allah akan menghisabnya di Hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar.”
Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi. Orang Arab itu pula berkata, “Demi keagungan serta kemuliaan Allah, jika Allah akan membuat perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan denganNya.”
Orang Arab badui berkata lagi, “Jika Allah akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa kebesaran magfirahNya. Jika Dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa luasnya pengampunanNya. Jika Dia memperhitungkan kebakhilan hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa dermawanNya.”
Mendengar ucapan orang Arab badui itu, maka Rasulullah SAW pun menangis mengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab badui itu sehingga air mata meleleh membasahi janggutnya.
Lantaran itu Malaikat Jibril turun lagi seraya berkata, “Ya Muhammad, Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: “Berhentilah engkau daripada menangis, sesungguhnya karena tangisanmu, penjaga Arasy lupa bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga ia bergoncang. Sekarang katakan kepada temanmu itu, bahwa Allah tidak akan menghisab dirinya, juga tidak akan menghitung kemaksiatannya. Allah sudah mengampunkan semua kesalahannya dan akan menjadi temanmu di syurga nanti.”
Betapa sukanya orang Arab badui itu, apabila mendengar berita itu dan menangis karena tidak berdaya menahan rasa terharu.

Hanya al-Qur’an dan Bacaan Shalawat Saja

Muhammad asy-Syabawi berkata : Hanya al-Qur’an dan Bacaan Shalawat Saja yang Tetap Mendapat Pahala meskipun Tidak Tahu Artinya
Termasuk di antara hal2 yg sangat dianjurkan untuk diketahui adalah dzikir2 sholat dan sekaligus artinya. Supaya bisa hudlur di dlm hati meskipun secara ijmal. Dengan tujuan supaya mendapat nikmat2 yg besar. Karena sesungguhnya ulama’2 besar yg terpilih, telah mengatakan, “seseorang tdk akan mendapatkan pahala berdzikir, kecuali mengetahui artinya, meskipun secara ijmal.
Persyaratan ini berlaku untuk semua dzikir selain al-Qur’an dan bacaan doa shalawat-salam kepada baginda Nabi yg terpilih. Keterangan tersebut seperti disampaikan oleh Muhammad asy-Syabawi.

Sayyid al-Bakri bin Muhammad Syatha ad-Dimyati berkata : Rahasia Shalawat Sebagai Pembuka Rizqi dan Adab-adab Seorang Pengamal Shalawat
Membaca shalawat kepada Nabi mengandung faidah2 yg tak terhingga, antara lain: menerangi hati dari kegelapan, tdk dibutuhkan lagi seorang guru spiritual, bisa mengantarkan pengamalnya untuk wushul kpd Allah, melimpahkan rizqi dan orang yg memperbanyak bacaan shalawat jasadnya diharamkan Allah dari api neraka.
Sebaiknya orang yg membaca shalawat kpd Nabi, dlm haliyah paling sempurna, suci badannya, punya wudlu, menghadap qiblat, menghayati keagungan baginda Nabi dg maksud tercapainya keinginan dan cita2, membaca dg tartil dan tdk tergesa2 dlm mengucapkan kalimat2nya

Sholat didalam sholat atau sholat zahir batin

Inilah yg dinamakan sholat didalam sholat atau sholat zahir batin
Tarik nafas dari perut (pusat) perlahan-lahan, Hati membaca "ALLAH" Sambil sama tarikan nafas, sampai terasa berdenyut di ubun-ubun
Nafas turun lisan membaca perlahan-lahan sampai nafas turun betul-betul, tarik nafas dari perut kembali, nafas turun lisan membaca "AKBAR" demikianlah Hati didahulukan barulah Lisan
"ILAHI YA RABBI ANTA QALAQ TANI YA RAHMAN WA ANA ABDUKA YA RAHIM...
INNI KUNTU MINAL ZALIMIN...
INNI KUNTU MINAL GHAFILIN...
ILAHI YA RABBI ANTA MAKSUDI WA REDHAKA MAQLUBI, ATINI BIMAHABATTHAKA WAL MAKRIFATTAKA...
LAA ILAHAILALLAH MUHAMMAD RASULLULAHI SAW...
INNI ANA MINALLAH HU HAQ...
WA ZATTULLAH HU HAQ...
WA SIFATTULLAH HU HAQ...
WA SIRRULLAH HU HAQ...
WA ASMA ALLAH HU HAQ...
WA NURRULLAH HU HAQ...
LA HAULA WALA KUATA ILLA BILLAHI YIL ALI YIL ASHIMI"

Bila Allah

Bila Allah
ingin mengujinya, Ia kekalkan musibah-Nya padanya dan memutuskan darinya pertolongan iman.
Maka ia menunjukkan kekafiran dengan
menyalahkan dan menuduh Allah, dan dengan
meragukan janji-Nya.
Sehingga ia mati dalam
keadaan tak beriman kepada Allah, mengingkari
ayat-ayat-Nya, dan merasa marah kepada Tuhannya.

Mengenai orang semacam ini, Nabi saw. bersabda : “Sesungguhnya orang yang
paling sengsra, pada Hari Kebangkitan, ialah
orang yang telah diberi kemiskinan oleh Allah di
kehidupan ini, dan disiksa di akhirat.
Kami berlindung kepada Allah dari hal semacam ini.”
Kemiskinan yang diperbincangka ini ialah
kemiskinan yang membaut manusia lupa kepada
Allah, dan karena inilah, ia berlindung kepada-
Nya.
Orang yang hendak dipilih oleh Allah, yang
telah dijadikan pilihan-Nya dan menggantikan
para Nabi-Nya, dan yang telah dijadikan sebagai penghlu para wali-Nya, manusia agung dan berilmu, perantara dan pembimbing ke arah Tuhan – kepada orang ini, dI anugerahkan
limpahan kesabaran, kepatuhan dan keterleburan dalam kehendak-Nya.
Kemudian Ia
karuniakan kepadanya limpahan rahmat-Nya
sepanjang siang dan malam, sendiri ataupun
bersama, kadang tampak kadang tidak tampak,
dan menyertai inilah berbagai kelembutan,
hingga akhir hayatnya.

Ujub dan Takabur


1. Ujub adalah lawan kebenaran.
2. Tidak ada pujian bersama kesombongan.
3. Aib yang paling sulit diperbaiki adalah ujub dan keras kepala.
4. Ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri adalah salah satu pendengki akalnya.
5. Banyak orang yang kagum akan dirinya sendiri disebabkan oleh perkataan pujian terhadap dirinya.
6. Kebanggan yang paling besar adalah hendaknya engkau jangan berbangga.
7. Jika orang-orang rendah terdidik, mereka sombong; dan jika menjadi kaya, mereka bertindak sewenang-wenang.
8. Jika seseorang telah sampai dan dunia ini melebihi kadarnya, akhlaknya menjadi asing bagi manusia.
9. Sekiranya Allah mengizinkan kesombongan kepada seseorang di antara hamba-hamba-Nya, niscaya. Dia akan mengizinkannya kepada nabi-nabi-Nya dan wali-wali-nya yang khusus. Akan tetapi, Allah SWT tidak menghendaki mereka sombong, dan Dia senang jika mereka tawadhu. Maka, mereka pun menempelkan pipi ke tanah, membenamkan wajah mereka ke dalam debu, dan merendahkan diri mereka terhadap orang-orang yang beriman. Mereka adalah golongan yang tertindas.
10. Janganlah engkau menghancurkan kebaikanmu dengan kebanggaan dan kesombongan.
11. Berlaku lemah lembutlah dan bersabarlah, niscaya engkau akan terhormat; dan janganlah engk. ujub, karena jika engkau ‘ujub, niscaya engkau akan dibenci dan dipandang rendah.
12. Tidak ada kesendirian yang lebih mengasingkan daripada ‘ujub.
13. Mengapa anak Adam menyombongkan din? Sesungguhnya permulaannya adalah sperma dan akhirnya adalah bangkai. Dia tidak dapat memberikan rezeki kepada dirinya sendiri dan tidak dapat menolak kematiannya.
14. Sesuatu yang tidak baik diucapkan oleh seseorang—walaupun dia benar—adalah memuji dirinya sendiri

Rindu dan Cinta pemimpi Sufi

Hati yang Kering dan gersang ...
Atas dosa yang senantiasa melingkari kehidupan kami..
Yaa Ilahi....
Kesedihan adalah saat kami ingin menangis di hadapanMu .. namun Kau belum menghendaki..
Wahai Yang Maha lembut sifatnya..
Ijinkanlah kami ..
Menabur Rindu..
Mengais kasih sayang dan cintaMu yang tiada pernah berhenti mengalir pada setiap ciptaanMu ..
Wahai Tuhan kami.
Ijinkan kami senantiasa bersamaMu
Dalam malam..pagi..siang dan sore Mu..
Jangan siksa kami dengan menjauhkan kami dariMu ..
YAA Tuhan KAMI..
Kami tak sanggup ..
Kami tak sanggup ..
Wahai Tuhan yang Maha Kasih ..
Pencurah Rahmat pada sekalian Alam..
Ridhailah kami ..
Ridhailah kami untuk senantiasa menghirup nafas Cinta dariMu..
Senandung pilu dari dosa dosa kami padaMu..
Penyesalan kami pada masa lalu selalu menemani kami..
Wahai kekasih yang penuh dengan panggilan panggilan indah..
Hidupkanlah hati kami dengan tangisan air mata kami...
Basuhlah pipi kami dengan kesucian atas nama cinta dan Rindu padaMu..
Jadikan kami segelintir golongan seperti mereka yang lebih dulu mendahului kami..
Manusia manusia berhati suci atas Ridha dan IjinMu..
Pewaris sifat Dan Akhlaq Nabi Suci terkasihMu..
Manusia dengan Selembut lembut hati ...
YAA ILAHI..
Jika kesedihan bisa mendekatkan kami..melembutkan hati kami..mengikhlaskan hati kami..menyuburkan rindu dan cinta kami kepadaMu..
Siapkanlah hati kami yaa Ilahi... siapkanlah...
YAA ILAHI..
Jadikanlah kami orang orang dg hati tersayat perih rindu dan cinta kepadaMu jika namaMu kami sebut..
ILAHI ANTA MAQSUDI WARIDHAKA MATHLUBI..
A'THINI MAHABBATAKA WAMA'RIFATAKA.