Laman

Selasa, 18 Agustus 2020

MENYAMBUT BULAN 1.MUHARRAM 1442 H

Assalamu 'alaikum warohmatulloh wabarokatuh
MENYAMBUT BULAN MUHARRAM
Tahun ini, 1 Muharram jatuh pada tanggal 20 Agustus 2020. Jadi, pada hari Kamis itu, awal tahun 1442 Hijriah akan dimulai.
Tahun baru hijriah atau tahun baru Islam diperingati pada setiap tanggal 1 Muharam.
Di kalender Hijriah, Muharam merupakan bulan pertama.
Pada tahun ini, 1 Muharam 1442 H akan jatuh pada hari Kamis, tanggal 20 Agustus 2020. Karena kalender hijriah diawali usai matahari terbenam, maka pergantian tahun baru Islam tersebut akan dimulai sejak Rabu malam,
tanggal 19 Agustus 2020.
Bulan Muharam adalah salah satu bulan di kalender Islam yang diyakini penuh berkah.
Dalam literatur keislaman, Muharam dijuluki sebagai "Bulan Alloh" atau Syahrullah karena bermakna agung dalam sejarah Islam.
Menyambut awal tahun baru Islam 1442 H, terdapat dua doa yang dianjurkan untuk dibaca oleh umat Islam: Doa akhir tahun dan doa awal tahun ketika memasuki 1 Muharam. dan Doa akhir tahun 1441 hijriah dapat dibaca sebelum sholat Magrib pada hari Rabu, 19 Agustus 2020, atau tepat saat pergantian tahun di kalender Islam terjadi. Sementara doa menyambut awal tahun baru Islam 1442 hijriah dapat dibaca sesudah salat Magrib pada hari yang sama.
Adapun doa yang dianjurkan oleh Rosululloh untuk dibaca ketika menyambut akhir dan awal tahun, sebagaimana dikutip dari Sayid Utsman bin Yahya dalam Maslakul Akhyar.sebagai berikut.
Doa akhir tahun dibaca sebelum memasuki Tahun Baru Islam 1442 H atau pada hari terakhir bulan Dzulhijjah.
Biasanya dibaca setelah Sholat Ashar hingga sebelum Maghrib tiba. Doa akhir tahun berisi tentang rasa syukur atas apa yang telah dicapainya selama ini dan menyebutkan harapan-harapan yang akan dilakukan saat memulai penanggalan baru.
1. Do'a Akhir Tahun
اَللَّهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هَذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْه وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوبَتِي وَدَعَوْتَنِي إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِي عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِي وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّي وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ
Bacaan latinnya: "Allohumma mâ ‘amiltu min ‘amalin fî hâdzihis sanati mâ nahaitanî ‘anhu, wa lam atub minhu, wa hamalta fîhâ ‘alayya bi fadhlika ba‘da qudratika ‘alâ ‘uqûbatî, wa da‘autanî ilat taubati min ba‘di jarâ’atî ‘alâ ma‘shiyatik. Fa innî astaghfiruka, faghfirlî wa mâ ‘amiltu fîhâ mimmâ tardhâ, wa wa‘attanî ‘alaihits tsawâba, fa’as’aluka an tataqabbala minnî wa lâ taqtha‘ rajâ’î minka yâ karîm."
"Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang termasuk Kau larang-sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau maklumi karena kemurahan-Mu-sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau perintahkan untuk tobat-sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu. Karenanya aku memohon ampun kepada-Mu. Ampunilah aku."
Sementara itu, doa awal tahun dibaca pada detik-detik memasuki hari pertama awal Tahun Baru Islam 1442 H.
Doa awal tahun biasanya dibaca sebanyak tiga kali setelah Maghrib. Doa awal tahun berisi tentang harapan harapan yang akan atau ingin dicapai selama satu tahun ke depannya.
Juga permohonan perlindungan dari Alloh Subhanallahu wa ta’ala.
2. Doa Awal Tahun
اَللَّهُمَّ أَنْتَ الأَبَدِيُّ القَدِيمُ الأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ العَظِيْمِ وَكَرِيْمِ جُوْدِكَ المُعَوَّلُ، وَهَذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ، أَسْأَلُكَ العِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِه، وَالعَوْنَ عَلَى هَذِهِ النَّفْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، وَالاِشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ
Bacaan latinnya: "Allohumma antal abadiyyul qadîmul awwal. Wa ‘alâ fadhlikal ‘azhîmi wa karîmi jûdikal mu‘awwal. Hâdzâ ‘âmun jadîdun qad aqbal. As’alukal ‘ishmata fîhi minas syaithâni wa auliyâ’ih, wal ‘auna ‘alâ hâdzihin nafsil ammârati bis sû’I, wal isytighâla bimâ yuqarribunî ilaika zulfâ, yâ dzal jalâli wal ikrâm.
Artinya: "Tuhanku, Kau yang Abadi, Qadim dan Awal. Atas karunia-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang mulia, Kau menjadi pintu harapan. Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari bujukan Iblis dan para walinya di tahun ini."
Kedua bacaan di atas, baik doa di akhir tahun dan awal tahun, dianjurkan untuk dibaca tiga kali. Selanjutnya, di pergantian tahun ini juga, Nabi Muhammad Shalallohu 'alaihi wasallam menyarankan untuk melakukan introspeksi diri atas hal-hal yang sudah dilakukan di tahun yang lalu dan mencanangkan kebaikan yang akan dilakukan pada tahun yang akan berjalan.
Rosululloh Shalallohu 'alaihi wasallam bersabda:
"Orang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Alloh Subhana wata'ala" (H.R. Tirmidzi).
Kedua bacaan di atas, baik doa di akhir tahun dan awal tahun, dianjurkan untuk dibaca tiga kali. Selanjutnya, di pergantian tahun ini juga, Nabi Muhammad menyarankan untuk melakukan introspeksi diri atas hal-hal yang sudah dilakukan di tahun yang lalu dan mencanangkan kebaikan yang akan dilakukan pada tahun yang akan berjalan.
Rosululloh bersabda :
"Orang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Alloh Subhana wata'ala." (H.R. Tirmidzi).
Wassalam...
Semoga bermanfaat

Rabu, 05 Agustus 2020

MENYAMBUT KEMATIAN


• Kematian adalah suatu kepastian, ia akan datang tepat waktu, tanpa bisa dimajukan atau dimundurkan kendati barang sedetik pun. Saat menghadapi kematian, petugas pencabut nyawa, Malakul Maut akan menyelesaikan tugasnya dengan sangat sempurna. Jika anda adalah orang yang sukses menjalankan Misi Ibadah & Visi Khilafah dengan baik ketika hidup diatas bumi ALLAH ini, maka Malakul Maut datang dengan penampilan yang sangat sopan, berpakaian putih bersih dengan aroma harum kasturi, sambil tersenyum ia mencabut nyawa dari badan Anda dengan sangat hati-hati sehingga nyaris tidak dirasakan. Ketika Anda menghembuskan nafas terakhir sambil mengucapkan *Laa ilaaha Illallaah* (Tiada Tuhan yang pantas disembah selain ALLAH), orang-orang disekitar Anda akan melihat wajahmu yang berseri-seri sambil tersenyum simpul, Anda bisa tersenyum karena mengetahui bahwa Anda adalah orang yang akan meraih *Great Success* (kesuksesan tanpa batas), yakni akan masuk syurga, Insyaa Allah.!!..
Sebaliknya, jika Anda orang yang gagal menjalankan Misi-Visi Ibadah dan Khilafah semasa mendapat jatah hidup di dunia, Malakul Maut (Izrail) akan datang kepadamu dengan wajah yang marah, garang, hitam pekat dan berbau busuk. Ia akan memperlakukanmu dgn sangat kasar sambil membentak & berkata : *Wahai Hamba Allah, inilah balasan awal dari kegagalan dalam menjalankan Misi-Visi Ibadah dan Khilafah, karena kesombongan diri, pembangkangan dan kedurhakaan pada Tuhan Pencipta, Allah Rabbul 'Aalamiin. Jika Anda bernasib seperti itu, Malakul Maut akan mencabut nyawamu dgn kasar sekeras-kerasnya.
Sulit untuk dibayangkan, dengan melihat kondisimu yang sedang sekarat, gelisah, meregang nyawa, tenggorokanmu mengeluarkan suara yg menakutkan orang di sekelilingmu. Anda membolak-balikkan badan kekiri - kekanan, serta mata yg terbelalak ketakutan, wajahmu mengekspresikan suasana sesungguhnya yang sedang Anda hadapi ; ketakutan, kengerian dan putus asa. Problemnya ialah, Anda tidak bisa lari dari suasana itu.

¤• Bagaimanapun sulitnya Anda menghadapi *Sakratul maut* dan melewati pintu Kematian, namun Anda pasti akan mati juga. Dengan demikian, berakhirlah riwayat singkat Anda didunia tanpa meninggalkan kesedihan, kerinduan dan kecintaan dari orang yang tadinya sangat baik dan akrab denganmu, disebabkan oleh hubungan yg dibangun hanya karena kepentingan pribadi atau mengharapkan sesuap nasi darimu. Mungkin sebagian mereka ada yg merasa lega atas kepergianmu, karena mereka tahu betul semasa didunia, Anda adalah *Koruptor,Tukang tilep uang negara, pezina, pemabok, curang dalam proyek/perdagangan, atau suka memberikan kesaksian palsu & ijazah pun dipalsukan untuk meraih kursi eksekutif & legislatif, juga mungkin tokoh pornografi dan pornoaksi, serta paling anti pada sistem & aturan *Ilahi, Tuhan Pencipta Anda sendiri & Pencipta Jagad Raya ini.
Kegagalan dan Kesulitan yang amat dahsyat saat menghadapi kematian itu akan menimpa jika Anda Presiden dan Pemimpin Negara yang curang selama bertahun-tahun atau puluhan tahun mengurusi Negara dan Rakyat sehingga bangkrut dalam berbagai aspek kehidupan, bahkan sampai ketitik nadir yang paling bawah, pada saat bersamaan, keluarga dan kroni-kroni hidup dalam kemewahan dgn harta berlimpah, atau Presiden yang merasa paling pintar dan Pemimpin yg congkak tapi tidak becus mengurusi rakyat sehingga beban hidup mereka semakin hari semakin menumpuk dan berat.

• Jika Kursi kebesaran yang bernama kursi Kepresidenan, kejaksaan agung, mahkamah agung DPR & sebagainya yang Anda duduki, kemudian enggan menerapkan hukum Allah, Tuhan Pencipta Anda sendiri juga Pencipta jagad raya di negeri yg Anda pimpin, bahkan Anda memusuhi, menangkap,memenjarakan & mungkin juga membunuh siapa saja dari kalangan Umat Islam, siapa sajalah Anda, bagaimana pun kehebatan,kekuatan dan kedudukanmu semasa di dunia, Malakul Maut tidak mempedulikan itu semua. Yang pasti, Anda sudah bertekuk lutut di hadapan bentakan dan hentakan prajurit Tuhan Pencipta yang bernama Izrail atau Malakul Maut itu. Ia hanya terfokus bagaimana mengakhiri jatah hidupmu di dunia ini tepat pada waktunya dan dengan cara yang paling kasar dan menyakitkan..

• Demikianlah dua type kematian yang dihadapi saat kita menghadapinya. Orang-orang yg semasa di dunia berhasil menjalankan Misi-Visi Ibadah dan Khilafah, akan mendapat kemudahan sambutan yang begitu meriah dari Malaikat yg bertugas mencabut nyawa, bagi orang-orang yang gagal, akan melihat dan merasakan pula hasil kegagalan mereka.
Kematian itu adalah *Haq*,Ia datang hanya satu kali, kendati banyak sebab kematian, kematian adalah kematian. Apakah Anda menjemput kematian disebabkan gempa bumi, tsunami atau tabrakan juga narkoba,??. Apakah Anda melewatinya sendiri dengan bunuh diri atau dibunuh dijalan Allah atau setan,??. Apapun sebab kematian, kematian adalah kematian yang berfungsi untuk mengakhiri kehidupan manusia di dunia, kemudian diteruskan perjalanannya menuju alam Barzakh (pemisah), sambil menunggu kiamat atau kehancuran alam semesta, dan kemudian kebangkitan mahsyar (perhimpunan raksasa) dan seterusnya, *Syurga atau Neraka yang akan menjadi tempat Kita*...

~ Wallahul Musta'an ~

Minggu, 12 Juli 2020

CARA ANDA MENUNDUKKAN NAFSU


دكوتيف اوليه :
جعفر الدين الجيلان الصدق
...........
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم

Saudara- saudariku sekalian ...
Anda tahukan itu nafsu, yakni menyukai apa yang ia senangi, yg mengatup yg suka menutup kebenaran.tapi kita bisa fahami bahwa nafsu itu sengaja diciptakan الله untuk kita agar hidup punya arti.
Nah jadi...
Kalau kita hidup tidak memiliki nafsu , apa artinya tentu tidak enak, karena itulah begitu luar biasanya manusia yang diciptakan الله dengan sempurna daripada makhluq- makhkuq lainnya.
Tidak perlu Anda bunuh itu nafsu, sebab nafsu tidak akan mati sebelum Anda belum mati. Matinya Anda barulah nafsu tidak ada.
Persoalannya adalah :
Bagaimana menundukkan nafsu ?
Bukan cara bunuh diri atau bunuh nafsu tersebut tapi ditundukkan.
Ini rahasianya >>>
" Dan aku tidaklah (mengatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karna sesungguhnya nafsu itu, selalu mendorong pada keburukan melainkan (nafsu) yg dirahmati Rabb-ku.
Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun Maha Pengasih."
QS. Yusuf :53)
Nafsu kalau dituruti pasti ia semakin berkuasa, dan semaaakin menjadi- jadi.
Kalau begitu apa rahasianya :
Ini sandinya yaitu sangat jelas di ayat :
مستسن منه
MUSTASNA MINHU
Yang berbunyi :
إلا ما رحم رب
" ILLA MAA RAHIMA RABBI "
inilah kata kunci yg Allah berikan pada Saya, Anda, kalian semua bahwa, jika Anda ingin dicintai الله. laksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
ketika Anda menerima apa adanya dari siapapun dan menerima cobaan dari Allah selalu menerima.
Dicaci, ditampar, dirampok, di aniaya dll
Ucapkanlah :
الحمد لله لا حول ولا قوة الا بالله العلي العظيم
ALHAMDULILLAH LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLA BILLAH
Maka " الله mendengar suaramu memanggil-Nya, bahwa Anda teraniaya dan tak mempu melawan nafsu kecuali hanya الله semata".
Disinilah nanti volume nafsu akan dikempis, diperkecil lalu tak berdaya atas pertolongan الله. Sebab itulah nafsu selalu berkehemdak semauanya. Walaupun Anda ahli shalat jika tidak bisa mengendalikannya, sama saja Anda shalat dengan kehendak nafsu.
Ingat itu. . . !!!!
Apa yang disenangi الله dan disukai-Nya, laksanakan dg bergembira. Dan apa yang diberi bala' oleh الله, maka selalu tersenyum dan bergembira.
Jika semua kesenangan yang الله berikan dan menimpakan, itu tandanya الله menyayangi Anda, maka ucapkanlah :
الحمد لله توكت على الله لا حول ولا قوة الا بالله العلي العظيم
" ALHAMDULILLAH TAWAKKALTU 'ALALLAAHI LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAH "
inilah kuncinya, supaya nafsu tak mampu berkuasa karena Anda sudah meminta kepada الله. Sebab :
Anda tak berdaya menghadapi nafsu kecuali pertolongan-Nya.
Semoga keterangan singkat ini ada manfaatnya untuk kita semua :
امين اللهم امين
فنوليس ✍️ :
جعفر الدين الجيلان الصدق

MAKNA HAKIKAT DZAT

.
كوتيفن داري :
جعفر الدين الجيلان الصدق
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
*******
Alhamdulillah...
Mari kita bersama- sama selalu membiasakan memuji الله, dalam saat apapun. Sebagai bukti kita bersyukur atas Ni'mat yang telah diberikan-Nya
Yaitu :
Ni'mat rasa kemanusaan.
Disini Saya akan melanjutkan tentang pengertian Apa yang disebut dengan Dzat itu...
Mari kita bersama-sama memahaminya.
*******
Saudara-saudariku sekalian yang saya hormati .......
Untuk mempermudahkan pemahaman tentang Dzat.
Kita ambil contoh saja sebatang kapur tulis.
Begini :
" Coba kalian ambil satu batang kapur tulis.
Dan lihatlah warna kapurnya kapur tulis itu.
Maka yang sebenar kalian pegang itu, dan kalian lihat itu, bukanlah Dzat kapur sesungguhnya.
Melainkan masih bersifat kapur tulis saja."
" Ingatlah baik-baik !!"
" Setiap yang kalian lihat itu, baik diraba, disebut. Maka semua itu adalah :
" SIFAT "
Bukan disebut :
" DZAT "
" Yang mana disebut Dzat kapur tulis itu ????"
" Seperti apakah Dzat kapur tulis itu ???"
*******
Nah .....
" Jika kalian semua ingin mengetahui dzat kapur tulis itu, mau tidak mau .... Kalian haruslah menyisihkan semua bentuk yang namanya sifat yang menempel pada Kapur tulis itu."
Caranya bagaimana ???"
" Kikislah kapur tulis itu sehingga tidak ada lagi yang bersifat menempel pada kapur tulis tersebut sampai tiada sisanya.
Terus saja Anda kikis kapur itu, sampai tidak terlihat sifat warna putihnya.
Teruuuuuuus dan terus saja dikikis sampai habis.
Terus dan terus. ...
Sampai tidak ada sifat kapur lagi yang dapat dipegang.
Terus... Terus... Kikis hingga tidak bisa disebut-sebut lagi.
****
Nah...
Jadi... jika sudah habis Anda kikiskan kapur tulis tadi tiada tersisa sebatang kapurpun, baik yang warna putih kapurnya ....
Maka :
itulah yang disebut dengan dzat kapur tulis tadi yang sebenarnya.
" Seperti apakah bentuk Dzat kapur yang sebenarnya itu ???"
"Apakah bisa kita lihat atau tidak, ataupun bisa disebut ???"
******
Jawabannya saudara-saudariku sekalian ialah :
Jika masih ada sifat kapurnya lagi yang masih bisa Anda lihat, dipegang, diraba, dan disebut, maka berarti pencarian Anda itu belumlah sampai ke- Dzat kapur aslinya.
Inilah yang dimaksud didalam Al- Qur'an sebagai :
ليس كمثله شي
LAISYA KAMISLIHI
SYAI-UN
Inilah arti dari tujuan mencari Tuhan, yang jelas- jelas Tuhan itu tiada seumpama.
Ini baru Dzat kapur namanya.
Yang jelas makhluq الله juga.
" Bagaimana lagi dengan Dzat- الله ???"
.
Sudah pastinya lebih dari :
ليس كمثله شي
LAISYA KAMISLIHI
SYAI-UN
الله اكبر...
Allaahu Akbar ...
******
Ini baru Dzat الله.
Sedangkan الله itu bukan berupa Dzat.
Karena الله itu adalah :
" RABBUL 'IZZATI "
Tuhan semesta Dzat.
Bagaimana pula diri pribadi-Nya.
Yang pastinya ialah :
Lebih dari :
LAISYA KAMISLIH
SYAI-UN
******
Begitupun dengan kita.
Bila ingin mengetahui diri kita sendiri. Maka coba kikiskan, tentu nampak otot.
Kikis lagi otot, tentu nampak tulang kita.
Kikis lagi tulang, jelas tampak sumsum.
Kikis Sumsum lagi maka :
Yang kelihatannya apa ?
*****
Nah...
Seperti itulah bentuk hakikat diri kita ini, yang tak bisa dipegang, diraba, disebut.
Bukti zat sepatu saja, sama dengan zat segala makhluq dialam semesta.
Jadi kita sama sepatu, kapur tulis itu adalah :
" Satu Dzat "
Allah Taala berfirman :
" Bukankah telah datang kepada manusia, satu waktu dari masa?
Sedangkan ia saat belum merupakan sesuatu yang bisa disebut "
(QS. Al- Insaan : 1 ).
*****
Ketahuilah saudara-saudariku .....
Hal keadaan Dzat itu meliputi sekalian alam.
Tidak mengambil tempat. Kekal hingga hari Qiamat. Maha Suci.
Bersih dari segala sesuatu yang menempel.
.
Itu sebabnya Al- Qur'an menjelaskan bahwa :
" Allah telah men-sifati Diri-Nya sebagai Maha meliputi.
Karena ada yang Maha meliputi.
Tapi bukan Tuhan.
.
Juga الله -pun men-sifati Diri-Nya dengan Maha Besar.
Karena ada yang Maha besar.
Tapi bukan Tuhan yakni :
" Dzat-Nya "
Saudara-saudariku sekalian yang saya hormati .....
Sesungguhnya ......
Sifat Esa berdiri pada Dzat.
Dzat Esa dengan Tuhan.
" Rabbul 'Izzati "
Dzat itu banyak variasi sebutannya dalam Al- Qur'an diantaranya yakni :
" NUR MUHAMMAD "
( Ruh Maha Suci )
Sedangkan didalam Ilmu Kalam disebut :
"KOSONG "
(Tubuh kosong)
Maha Ruang
Tubuh Maha Ruang :
Tubuh alam semesta.
Dan sebagainya......
Adakalanya Jasad kita di-ibaratkan :Air yang beku.
******
APA GUNANYA BELAJAR TAUHID UNTUK MENJALANI KEHIDUPAN SEHARI- HARI ?
Nah...
Jika kalian sudah faham tentang Dzat, pasti kalian tidak ragu lagi.
Bahwa dzat kita ini, satu dzat dengan dzat pohon, dzat batu, dzat meja, dzat tanah, air, api, langit dan bumi, dzat syurga dan neraka.
Semua itu satu Dzat dari sumber yang sama.
Yang membedakan ;
Adalah :
Kita manusia beda sifat yang menempel pada dzat masing- masing.
Pemahaman ini pernah Abi jelaskan mengenai Martabat tujuh terdahulu.
.
" Beruntunglah kita ini dimanusiakan الله....
Tapi bukan dibinatangkan, bukan di batukan ....
Dan lain-lain.
******
Jika kalian dah faham tentang pengertian dua unsur ini yakni :
" Sifat & Dzat "
Insya Allah...
Kalian akan memahami perkataan ini :
Muhammad Tubuh-ku
Nur Nyawa-ku
Tuhan Tubuh-ku.
يا بدهن
Jika kalian dah memahami tentang Dzat dan Sifat ini.
Insya Allah...
Kalian juga akan memahami bahwa :
" Antara Dzat dan Sifat itu
Adalah :
" ESA "
Tiada bercerai...
Tiada bersekutu...
Tidak bisa dipisahkan...
Inilah pundasi dasar Tauhid untuk memahami ke- Esa-an الله dan Hamba.
Semoga ilmu ini menambahkan pengetahuan Anda semua dan memantapkan keimanan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berdiri dengan Sendiriya dalam ke-Esaan- Nya, tidak menyatu setiap makhluq-Nya.
Dan Tuhan sudah jelas Esa pada ke-Esaan-Nya dan tidak perlu di Esakan.
Karena sudah nyata Esa-Nya.
Yang harus di-esakan adalah diri kita sendiri kepada ke- Esaan-Nya yang Mutlaq.
امين اللهم امين .......
فنوليس ✍️ :
جعفر الدين الجيلان الصدق

Minggu, 28 Juni 2020

Sholawat Ibrahimiyah

Tentang shalawat yang paling disarankan, disebutkan dalam kitab Fala’ul Afham karya Ibn Qayyim Aljauziyah. Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amru Al Anshari Al Badri, ia mengatakan, ”Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam datang pada saat kami berada di majelis Saad bin Ubadah, Basyir bin Sa’ad bertanya pada beliau, ”Allah telah memerintahkan kami bershalawat untuk Anda, lalu bagaimana cara kami bershalawat untuk Anda?’
Beliau menjawab: ”Ucapkanlah, ‘Yaa Allah, limpahkan shalawat untuk Muhammad dan keluarga Muhammad, seperti Engkau menampaklimpahkan shalawat-Mu untuk  keluarga Ibrahim, dan limpahkan berkah untuk Muhammad dan keluarga Muhammad seperti Engkau melimpahkan berkah untuk keluarga Ibrahim.’ Sedangkan ucapan salam seperti yang telah kalian ketahui.”
Shalawat ini terkenal dengan nama Shalawat Ibrahimiyah. Lafazh-nya adalah: “Allahumma shalli ala Muhammadin wa ‘ala ala’ Muhammad, kama shallayta ‘ala ali Ibrahim wa barik ‘ala Muhammadin wa ‘ala ali Muhammad, kama barakta ‘ala Ibrahim. Fil alamina innaka hamidun majid.”
Dalam tasyahud akhir, Imam Asy-Syafi’i ra, menganggap shalawat Nabi saw sebagai salah satu dari rukun salat. Beliau biasa memakai shalawat seperti berikut ini.
“Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammadin wa’ala ali Sayyidina Muhammad, kama shallayta ‘ala Sayyidina Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim wa barik ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala ali Sayyidina Muhammad, kama barakta ‘ala Sayyidina Ibrahim wa ‘ala ali Sayyidina Ibrahim. Fil amina Innaka Hammidun-Majid.

Artinya: “Ya Allah SWT, limpahkanlah shalawat kepada junjungan kami. Muhammad, dan kepada keluargajunjungan kami, Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat kepada junjungan kami Ibrahim, dan keluarga Ibrahim, berkatilah pula junjungan kami Muhammad, dan keluarga junjungan kami Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkati junjungan kami Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia.”
Tambahan lafal ‘sayyidina’ boleh jadi sebagai adab dari beliau, atau mungkin pula mengikuti ucapan Rasululllah saw, dalam salah satu sabdanya yang mengatakan: ”Wa ana sayyidu waladi adama ala fakhr.”
Artinya: “Aku adalah sayyid (penghulu) manusia dan tidak sombong.”
  • Sholawat Yang Pendek

Shalawat ini cukup populer di masyarakat dengan sebutan shalawat ‘shad’. Tidak terlalu jelas siapa yang menamainya demikian. Mungkin juga karena diawali dengan huruf ‘shad’ .
”Shallahu ‘ala Muhmmad.”
Artinya: ”Semoga Allah mencurahkan shalawat kepada Muhammad.”
Penjelasaannya:
Imam Asy-Sya’rani menuturkan bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: ”Barangsiapa yang membaca shalawat ini berarti ia telah membukakan bagi dirinya tujuh puluh pintu rahmat, dan ditanamkan Allah kecintaan kepada dirinya dalam hati umat manusia.”
  • Sholawat Yang Ketiga

”Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa’ala alihi wasallim. ”

Artinya: ”Ya Allah, Iimpahkanlah shalawat dan salam kepada Muhammad dan keluarganya.”
  • Sholawat Yang Keempat

“Allahumma shalli ‘ala muhammadin ‘abdika wa nabiyika nabiyyil ummiyy.”
Artinya: ”Ya Allah, limpahkan shalawat atas Muhammad, hamba dan nabi-Mu, nabi yang ummi.”
Penjelasan:
Imam Al-Ghozali dalam kitab Al ihya mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, ”Barang siapa yang mengucapkan shalawat atasku pada malam Jumat sebanyak 80 kali, Allah akan mengampuni dosadosanya selama 80 tahun.”
Kemudian ditanyakan, ”Ya Rasulullah, bagaimana cara memberi shalawat kepadamu itu?”
Rasulullah saw menjawab, ”Allahumma shalli ‘ala muhammadin ‘abdika wa nabiyyikan nabiyyilummiy.”

Diriwayatkan bahwa, barang siapa yang membacanya setiap hari dan setiap malam sebanyak 500 kali, niscaya dia tidak akan mati sebelum berjumpa dengan Rasulullah saw, dalam keadaan sadar.
  • Sholawat Kelima

Shalawat Munjiyat ”Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammadin salatan tunjina biha, min jami’il ahwali wal ‘afat, wa taqhdi lana biha min jami’al hajat, wa tuthahhiruna biha min jami’is-sayyi’at, wa tarfa’una biha ‘indaka a’laddarajat, wa tuballighuna biha aqhsal-ghayat, min jami’ilkhayratifil-hayati wa ba’da! mamat.”
Artinya:
”Ya Allah limpahkanlah shalawat atas junjungan kami, Muhammad, dengan suatu shalawat yang menyebabkan kami selamat dari semua ketakutan dan malapetaka, yang menyebabkan Engkau menunaikan semua hajat kami, yang menyebabkan Engkau menyucikan kami, dari semua kejahatan, yang menyebabkan Engkau mengangkat kami ke derajat yang tinggi di sisi-Mu, dan yang menyebabkan Engkau menyampaikan semua cita-cita kamu berupa kebaikan-kebaikan dunia dan akhirat.”
  • Sholawat Keenam

Shalawat Ash-shalah alad adyyah. “Allahumma shalli ‘ala Muhammadin bi ‘adadi man Shalla ‘alayh, wa shalli ‘ala Muhammadin bi ’adadi man-lam yu shalli ‘alayh, wa shalli ‘ala Muhammadin kama ‘amarta bish-salati ‘alayh, was hallo ‘ala Muhammadin kama tuhibbu an-yushalla ‘alayh, wa shalli ‘ala Muhammadin kama tan baghis-salatu ‘alayh.”
Artinya:
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad sebanyak jumlah orang yang bershalwat kepadanya; limpahkanlah shalawat kepada Muhammad sebanyak jumlah orang yang tidak bershalawat kepadanya; limpahkanlah shalawat kepada Muhammad sebagaimana shalawat yang Engkau perintahkan kepadanya; limpahkanlah shalawat kepada Muhammad sebagai mana Engkau suka agar dibacakan shalawat atasnya; dan limpahkanlah pula shalawat kepada Muhammad sebagaimana seharusnya shalawat atasnya.”
  • Sholawat Ketujuh

‘Allahumma shalli’ ‘ala Nabiyyina Muhammadin kullama dzakamkadz-dzakiruna wa ghafala ‘an dzikrikal-ghafilun.”
Artinya : “Ya Allah limpahkanlah sholawat atas nabi kami, Muhammad selama orang-orang yang ingat menyebutMu dan orang-orang yang lalai menyebutmu dan orang-orang yang lalu melupakan untuk menyebutMu ”
Penjelasan dan kegunaannya: Shalawat ini dan shalawat adadyyah adalah dua sighat
shalawat dari Imam Syafi’I ra.
Berkaitan dengan shalawat adadyyah, diceritakan bahwa Imam Asy-syafi’I pernah bermimpi bertemu dengan seseorang, lalu dikatakan kepadanya. ”Apa yang diperbuat Allah atas diri Anda?”
Imam Asy-Syafi’I menjawab, ”Allah telah mengampuni diriku.”
“Dengan amal apa?” “Dengan lima kalimat yang aku pergunakan untuk memberi shalawat kepada nabi Muhammad
Shalallahu ‘alaihi wassalam.
”Bagaimana bunyinya? Lalu, beliau membacakan shalawat tersebut (no. 6)
  • Sholawat Kedelapan

Shalawat ini disebut juga shalawat Kamaliyah. .Allahumma shalli wasallim wabarik ‘ala sayyidi na Muhammadin, ala ‘alihi, ‘adada kamalillahi wa kama yaliqu bikamalih. ”
Artinya: ”Ya Allah, limpahkanlah shalawat, salam dan barakah kepada Sayyidina Muhmmad, dan keluarganya sebanyak kesempurnaan Allah dan segala yang sesuai dengan kesempurnaan-Nya itu.” Penjelasan dan kegunaannya: Shalawat Kamaliyah ini digunakan sebagai wirid di kalangan tarekat karena pahalanya tidak terhingga. Ada yang menyatakan bahwa shalawat ini menyamai pahala 14.000 shalawat lainnya.
  • Sholawat kesembilan

Shalawat Nariyah
“Allahumma shalli salatan kamilatan wasallim salaman tamman ‘ala Sayyidina Muhammadinil-ladzi tanhallu bi’hi’l uqadu, watanfariju bihil kurobu, wa tuqdha bihiki hawaiju, watunalu bihir-raghaibu, wakhusnul khawatimi, wa yustasqal-ghamamu bi wajhihil-karim; wa’ala alihi wa shahbihi fi kulli lamhatin wa napasin, bi adadi kulli ma’lumin lak.”
Artinya:
”Ya Allah limpahakanlah shalawat yang sempurna dan kesejahteraan yang paripurna kepada junjungan kami Muhammad, yang dengan perantaraan beliau itu dilepaskan semua ikatan, dilenyapkan segala kesusahan, ditunaikan segenap kebutuhan, diperoleh segala keinginan, dicapai akhir yang baik, dan diberi minum dari awan berkat wajahnya yang mulia; juga kepada keluarga dan sahabatnya, dalam setiap kedipan mata dan tarikan napas, sebanyak jumlah pengetahuan yang Engkau miliki.”
Penjelasan dan kegunaannya:
Tentang shalawat ini, Imam Qurthubi menuturkan bahwa, barang siapa yang membacanya secara rutin setiap hari sebanyak 41 kali atau 100 kali atau lebih, Allah akan melenyapkan kecemasan dan kesusahannya, menghilangkan kesulitannya dan penyakitnya, memudahkan urusannya, memperbaiki keadaannya, meluaskan rizkinya dan membukakan baginya segala pintu kebaikan dan lain-lain.
yuk bersholawat!

MENCARI KENAL.

Dalam mengenal Allah itu, tidak lah terikat, tertakluk kepada hanya satu kaedah sahaja. Kerana itu kita perlu kepada adanya ilmu dan guru bagi mencari dan mencapai tujuan.
Setiap orang mempunyai jalan dan cerita tersendiri bagi menuju Kenal kepada Hakikat Pencipta (Allah.)
Ada org mengenal Allah dengan hanya membaca..
Ada org yang mengenal dengan mengkuburkan diri jasad nya yg hidup ke liang kubur.
Ada yg mengenal dengan ditimpa berbagai2 musibah dan masalah.
Ada yang mengenal dgn berguru dengan bermacam2 guru.
Ada yang mengenal dgn hanya tidur.
Ada yang mengenal Allah dengan mimpi2..
Ada bermacam cara lagi bagi seseorg dapat mengenal akan hakikat penciptanya Allah. Kerana itu, bagi orang yang faham dan tidak terikat dengan kepompong fikirannya semata tidak menyalahkan apa sekalipun kefahaman dan pegangaan seseorang. Kerana apa jua cara dan kaedah itu hanya jalan bagi menuju kepada satu hal tujuan iaitu menuju kepada Allah.
Allah menjadikan sesuatu itu berpasang2an...
Ada zahir ada batin
Ada jahil ada yang pandai
Ada bahgia ada derita
Ada syariat ada hakikat.
Alquran juga membawa maksud
tersurat dan tersirat.
Ramai orang kebanyakan terus menjatuhkan hukuman ini salah! ini sesat! Dan tidak ramai yang mencari sebab sebelum menjatuhkan hukum. Andai pun yang mencari sebab.. ramai yg mencari sebab untuk menghukum. Memang hukuman itu perlu bagi yang berbuat salah, tetapi sebelum menjatuhkan hukum, adalah baik kita mencari sebab. Harus mencari sebab dahulu daripada memandang dan menjatuhkan hukum. Kesimpulannya, ada ketikanya, betul bagi seseorang itu mungkin salah bagi seseorang yang lain. Ada ketikanya, benar di satu pihak, dan salah bagi pihak lain. KENAL bagi saya, mungkin Tidak Kenal bagi tuan.

Sebuah Dialog....


Saya: saya ingin bertanya, saya tau ini lancang.. tapi biarkanlah saya bertanya..
Mbah : oke.. silahkan..
Saya: mbah kan dianggap guru oleh semua org disini.......dari semula ratusan, skg menjadi hanya hitungan jari........gmn itu mbah ?
Mbah : mungkin mrk menganggapku guru, tp aku bahkan tdk menganggap mereka murid.... itu hanya persepsi mrk....... taukah engkau mengapa mereka pergi ??? .....
Saya: karena mrk kecewa dg mu mbah.......
Mbah : hahahaha......... tidak....... mereka kecewa dg gambaran ideal mrk tentangku..... tentang gambaran seorg guru yg suci, penuh karomah, terkenal dsb.......... tapi aku disini bukan utk menuruti gbran ego mrk itu.......... aku malah akan mengacaukannya....... Sesungguhnya mrk pergi krn kekecewaan mereka thd ilusi mereka sendiri....... dan aku dg senang hati akan mengantarkan kepergian mereka..........
Saya: apakah tdk ada suatu momentum buat mrk ??.......
Mbah : Itu tergantung mrk...... semua kata2 bahkan dari anak kecil sekalipun, semua kondisi, peristiwa yg dihadirkan dsb sudah dapat menjadi momentum menyadari diri atau malah menjadi momentum menguatkan ego..... apabila disaat kepergian mrk, mereka meletakkan kesadaran ke arah "diri mrk sendiri" maka mrk akan melihat ego mrk sendiri, ego yg menginginkan pegangan berupa guru, sosok idealnya, dan keegoisan mereka sendiri......... tapi apabila kesadaran diletakkan "keluar diri mrk sendiri" maka itu akan menjadi penghakiman terhadapku, menghasilkan celaan, hinaan, dan itu semakin menguatkan ego mereka, ilusi mereka msg2, mrk akan tetap berada di jalur yg sama......... kembali mencari guru2 yang merupakan sosok ideal ilusif buatan pikiran mrk sendiri.......
Saya: jadi semua hal adalah pedang bermata dua ?.......
Mbah : yaaa.......... itu bisa digunakan sebagai sarana menyadari diri atau sebaliknya menguatkan ego........
Saya: lalu bgm mereka yg pergi?
Mbah : biarkan saja........ aku tdk berkewajiban mencerahkan siapapun....... termasuk dirimu...... aku hanya berkewajiban menyadari diriku sendiri.......... terkait pencerahan utk dirimu itu adalaah kewajibanmu sendiri........... utk menjumpai penghubungmu, utk ditunjukkannya kunci dan dibimbingnya.......... Namun selanjutnya, semua terpulang kpd dirimu sendiri........ melihat dirimu sendiri........ karena yg paling tau tentang dirimu yah dirimu sendiri.. ITU HANYA PERLU KEJUJURAN DAN KEMAUAN MELIHAT SEJATINYA DIRIMU......... Itu bkn urusan guru ......
Saya: Itu bkn urusan seorg guru ??
Mbah : semua manusia menginginkan pegangan......... krn itu, ego membentuk sosok ideal seorg guru sbg pegangan...... krn manusia enggan sendiri...... enggan melangkah sendiri...... dan mrk mulai masuk kedlm lembah pengkultusan...... itu fatal...... dalam pengkultusan, engkau tdk akan mkn bisa melihat ke sejatianmu...... hanya disaat engkau sendiri tanpa bayang2 siapapun, tanpa otoritas apapun, tanpa apapun jg, barulah engkau bisa melihat kesejatianmu dg merdeka......
Saya: seringkali byk orang disini mendebat apapun yang kau katakan ataupun yg kau tulis.......
Mbah : itu adalah pertanda bahwa seseorang itu tdk mendengarkan dan tdk membaca sama sekali........ ia hanya membandingkan kata2ku dg pengetahuan simpanan miliknya.......... ia sama sekali tdk mendengarkan........ ia tertutup........ ia hanya membandingkan...... dan itu semakin menguatkan ego........ dari ilusi2 yg beridentifikasi dg pikiran liar dan pengetahuan......
Saya: yaa....... . jelas sudah...... bahwa semua hal adalah pedang bermata dua....
Mbah : apabila mereka meletakkan kesadaran pd kesejatian........ maka saat itu mereka akan menemukan sarana melihat diri dan mengamati diri.......
Saya: maksudnya?
Mbah : ego akan selalu bereaksi thd kata2 apapun...... ketika engkau mendgr kata2...... letakkanlah kesadaranmu di kedalaman....... engkau akan mlh egomu bereaksi thd kata2 itu......... dan engkau tdk terlarut dalam reaksi ego itu......... engkau mengamati...... dan mendengarkan..... engkau menyadari apa yg dikatakan tanpa membandingkan dan engkau sekaligus menyadari respon egomu......
namun apabila engkau meletakkan kesadaran keluar dirimu maka engkau larut dlm reaksi egomu, dlm penghakiman dan perdebatan....
Saya: hemm..... aku paham mbah...... dan apabila seseorang mendebatmu ???
Mbah : yaaaa..... terkadang aku akan melayani debat itu...... terkadang juga tidak.........pd dasarnya mrk berdebat dg diri mrk sendiri......
Saya: mbah..... sampean selalu berkata engkau engkau, dlm setiap kata katamu seakan menyalahkan org lain....... engkau engkau dan engkau.... mbah selalu menunjuk ke luar diri mbah dalam setiap wejanganmu mbah.....
Mbah : bukankah aku juga seringkali mengambil kata ganti orang pertama yaitu aku dalam kata2 ku?
Saya: iya...
Mbah : lalu kenapa engkau hanya mengingat wejangan dengan kata ganti "engkau"?
Saya: hemmm......
Mbah : bukankah egomu terganggu dengan itu?.......
Saya: mungkin...
Mbah : egomu terganggu....... dan engkau tak menyadari....... berangsur2 semakin tak tersadari.....
Saya: iya betul...
Mbah : terkdg menghina org lain bisa membuat org itu terganggu dan membuatnya menyadari si pemikir...... dibandingkan dgn menghina diri sendiri....... aku hanya melakukannya scr acak..... namun engkau hanya mengingat satu bagian yaitu ketika kata2ku seakan menghina keluar......
Saya: yah...... saya sadar akan hal itu...
Mbah : SATU SATUNYA PERANKU ADALAH MEMBUAT EGOMU TERGANGGU...... AGAR ENGKAU BISA MENYADARINYA...... tapi kalian terlalu sibuk mengamati org lain dibanding mengamati diri sendiri...... engkau meletakkan cermin kesadaran keluar...... dan semua hal di dunia menjadi sarana bagi egomu.....

Bertakhtanya Allah

Jawaban kepada persoalan pertama;
Tuan yang dirahmati Allah, Dimanakah bertakhtanya Allah, jika tidak dihati, diqalbu atau diroh?. Bertakhtanya Allah di qalbu (roh) itu, adalah perkara benar dan bukan satu unggkapan atau omong kosong!.
Persoalannya disini, dimanakah hati (hati halus), dimanakah qalbu dan dimanakah roh?. Jika tuan-tuan tidak mengenal hati, tidak mengenal qalbu dan tidak mengenal roh, bagaimana mungkin tuan-tuan tahu yang Allah itu bertakhtanya di roh (qalbu)?. Orang yang mengenal hati, mengenal qalbu dan orang yang mengenal roh sahaja, yang tahu begaimana rasanya roh bilamana menjadi rumah Allah Taala. Untuk itu, saya sarankan tuan belajar mengenal hati dan belajar mengenal qalbu, barulah tuan akan tahu siapa itu roh. Setelah mengenal roh, barulah tuan-tuan akan tahu dimana rumah Allah?. Sekali lagi saya nyatakan disini bahawa, roh itu adalah rumah Allah adalah perkara benar!.
Jawapan kepada persoalan kedua;
Bilamana roh menjadi rumah Allah, apakah kesan dan apakah rasanya pada jasad selaku sarongnya?. Kesan atau rasa yang dialami oleh jasad bilamana didiami oleh Allah itu, adalah seperti berikut;
Sebelum itu, saya ingin tanya satu soalan, Apa yang tuan rasa bilamana rumah tuan “didatangi” oleh pembesar negara seumpama Ketua Polisi Negara atau didatangi oleh seorang Raja/President?. Bilamana rumah kita akan dilawati atau didatangi oleh pembesar negara, apa yang tuan rasa dan apa yang pernah tuan fikir?. coba jawab…………………..
Apa lagi bilamana tuan dipanggil tinggal dan duduk di Istana Raja!. Apakah rasanya yang pernah terfikir dibenak fikiran tuan-tuan, bilamana kita dijemput tinggal dan duduk didalam istana bersama Sultan?. Cuba jawab……………….
Saya tidak perlu menjawab pertanyaan tuan, kerana tuan-tuan sendiri sudah boleh menilai dan sudah boleh menjawab!. Apa lagi bilamana roh menjadi istana Allah (rumah Allah)!. Bilamana kita berada didalam Istana Raja, tentunya Istana Raja dijaga dan dikawal rapi oleh pengawal keselamatan (keselamatan terjamin). Bilamana tinggal, duduk dan makan minum didalam Istana Raja, tentunya tidak putus bekalan makanan, sudah tentu terjamin makan minum, pakainya, keselamatannya, kesihatannya, keuwangannya, kawalannya dan berbagai-bagai kebahagiaan dan kenikmatan!.
Bilamana kita tinggal diistana raja, sudah tentu kita akan merasa aman, rasa bahagia, rasa bersesar hati, rasa tidak takut, rasa selesa, rasa puas, rasa terjamin dan rasa segala macam rasa. Apa lagi bilamana jasad yang busuk, hanyir, najis, kotor dan jasad yang hina ini, duduk dan tinggal di Istana Allah (bersama Allah!), coba tuan-tuan bayangkan?……………………….
Bilamana kita mengenal hati, mengenal qalbu dan mengenal roh, bererti tuan-tuan sudah mengenal diri. Bilamana kita mengenal diri dengan rata, sudah tentu tuan mengenal Allah yang nyata!. Bilamana mengenal Allah dengan nyata, maka nyatalah qalbu (roh) itu, sebagai rumah Allah!.
Dalam rumah Raja (Istana Raja), terdapatnya peti ais, alat penghawa dingin (ac), sofa empok, tilam empok, ada talivision besar, bilik besar, makanan lazat, taman yang indah dan dayang-dayang yang cantik-cantik, apa lagi jika tinggal dirumah Allah bersama Allah!.
Bilamana Allah mendiami qalbu kita, mendiami hati kita atau bilamana Allah mendiami roh kita, “jasad” kita akan didatangi rasa redha, rasa sabar, rasa tenang, rasa, aman, rasa bahagia, rasa selamat, rasa bertimbang rasa, rasa tidak dengki, rasa tidak khianat, rasa tidak sanggup menipu, rasa tidak sampai hati menzalimi sesama makhluk, rasa tidak mendurhaki ibu bapa, rasa tidak sanggup mengingkari janji, rasa tidak bimbang jika ditimpa sakit, tidak mengeluh bilamana tidak dibayar hutang, rasa tidak kedekut untuk menghulur derma, tidak berat tulang untuk membantu orang, rasa kasih kepada anak isteri, rasa berkasih sayang kepada sesama makhluk manusia mahupun kepada binatang, tidak tendang kucing bilamana kucing mencuri ikan dibawah saji dan tidak menyesal atau tidak mudah putus asa atas rahmat Allah.
Tdk mau blg org kafir sesat sombong.Kasih dan syg kpd sesama.Tdk menyalahkan org lain dll
Inilah kesan atau rasa kepada jasad hasil dari rumah yang diduduki atau didiami Allah

Kamis, 28 Mei 2020

Urgensi Mursyid

Allah Swt. berfirman:
“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan Barangsiapa mendapatkan kesesatan, maka ia tidak akan menemukan (dalam hidupnya) seorang wali yang mursyid” (QS 18 Al Kahfi : 17)

Dalam tradisi tasawuf, peran seorang Mursyid (pembimbing atau guru ruhani) merupakan syarat mutlak untuk mencapai tahapan-tahapan puncak spiritual. Eksistensi dan fungsi Mursyid atau wilayah kemursyidan ini ditolak oleh sebagian ulama yang anti tasawuf atau mereka yang memahami tasawuf dengan cara-cara individual. Mereka merasa mampu menembus jalan ruhani yang penuh dengan rahasia menurut metode dan cara mereka sendiri, bahkan dengan mengandalkan pengetahuan yang selama ini mereka dapatkan dari ajaran Al-Qur’an dan Sunnah. Namun karena pemahaman terhadap kedua sumber ajaran tersebut terbatas, mereka mengklaim bahwa dunia tasawuf bisa ditempuh tanpa bimbingan seorang Mursyid.

Pandangan demikian hanya layak secara teoritis belaka. Tetapi dalam praktek sufisme, hampir bisa dipastikan, bahwa mereka hanya meraih kegagalan spiritual. Bukti-bukti historis akan kegagalan spoiritual tersebut telah dibuktikan oleh para ulama sendiri yang mencoba menempuh jalan sufi tanpa menggunakan bimbingan Mursyid.

Para ulama besar sufi, yang semula menolak tasawuf, seperti Ibnu Athaillah as-Sakandari, Sulthanul Ulama Izzuddin Ibnu Abdis Salam, Syeikh Abdul Wahab asy-Sya’rani, dan Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Ghazali akhirnya harus menyerah pada pengembaraannya sendiri, bahwa dalam proses menuju kepada Allah tetap membutuhkan seorang Mursyid.

Masing-masing ulama besar tersebut memberikan kesaksian, bahwa seorang dengan kehebatan ilmu agamanya, tidak akan mampu menempuh jalan sufi, kecuali atas bimbingan seorang Syekh atau Mursyid. Sebab dunia pengetahuan agama, seluas apa pun, hanyalah “dunia ilmu”, yang hakikatnya lahir dari amaliah. Sementara, yang diserap dari ilmu adalah produk dari amaliah ulama yang telah dibukakan jalan ma’rifat itu sendiri.

Jalan ma’rifat itu tidak bisa begitu saja ditempuh begitu saja dengan mengandalkan pengetahuan akal rasional, kecuali hanya akan meraih Ilmul Yaqin belaka, belum sampai pada tahap Haqqul Yaqin. Alhasil mereka yang merasa sudah sampai kepada Allah (wushul) tanpa bimbingan seorang Mursyid, wushul-nya bisa dikategorikan sebagai wushul yang penuh dengan tipudaya. Sebab, dalam alam metafisika sufisme, mereka yang menempuh jalan sufi tanpa bimbingan ruhani seorang Mursyid, tidak akan mampu membedakan mana hawathif-hawathif (bisikan-bisikan lembut) yang datang dari Allah, dari malaikat atau dari syetan dan bahkan dari jin. Di sinilah jebakan-jebakan dan tipudaya penempuh jalan sufi muncul. Oleh sebab itu ada kalam sufi yang sangat terkenal: “Barangsiapa menempuh jalan Allah tanpa disertai seorang guru, maka gurunya adalah syetan”.

Oleh sebab itu, seorang ulama sendiri, tetap membutuhkan seorang pembimbing ruhani, walaupun secara lahiriah pengetahuan yang dimiliki oleh sang ulama tadi lebih tinggi dibanding sang Mursyid. Tetapi, tentu saja, dalam soal-soal Ketuhanan, soal-soal batiniah, sang ulama tentu tidak menguasainya.

Sebagaimana ayat al-Qur’an di atas, seorang Syekh atau Mursyid Sufi, mesti memiliki prasyarat yang tidak ringan. Dari konteks ayat di atas menunjukkan bahwa kebutuhan akan bimbingan ruhani bagi mereka yang menempuh jalan sufi, seorang pembimbing ruhani mesti memiliki predikat seorang yang wali, dan seorang yang Mursyid. Dengan kata lain, seorang Mursyid yang bisa diandalkan adalah seorang Mursyid yang Kamil Mukammil, yaitu seorang yang telah mencapai keparipurnaan ma’rifatullah sebagai Insan yang Kamil, sekaligus bisa memberikan bimbingan jalan keparipurnaan bagi para pengikut thariqatnya.

Tentu saja, untuk mencari model manusia paripurna setelah wafatnya Rasulullah saw. terutama hari ini, sangatlah sulit. Sebab ukuran-ukuran atau standarnya bukan lagi dengan menggunakan standar rasional-intelektual, atau standar-standar empirisme, seperti kemasyhuran, kehebatan-kehebatan atau pengetahuan-pengetahuan ensiklopedis misalnya. Bukan demikian. Tetapi, adalah penguasaan wilayah spiritual yang sangat luhur, dimana, logika-logikanya, hanya bisa dicapai dengan mukasyafah kalbu atau akal hati.

Karenanya, pada zaman ini, tidak jarang Mursyid Tarekat yang bermunculan, dengan mudah untuk menarik simpati massa, tetapi hakikatnya tidak memiliki standar sebagai seorang Mursyid yang wali sebagaimana di atas. Sehingga saat ini banyak Mursyid yang tidak memiliki derajat kewalian, lalu menyebarkan ajaran tarekatnya. Dalam banyak hal, akhirnya, proses tarekatnya banyak mengalami kendala yang luar biasa, dan akhirnya banyak yang berhenti di tengah jalan persimpangan.

Lalu siapakah Wali itu? Wali adalah kekasih Allah Swt. Mereka adalah para kekasih Allah yang senanatiasa total dalam tha’at ubudiyahnya, dan tidak berkubang dalam kemaksiatan. Dalam al-Qur’an disebutkan:

“Ingatlah, bahwa wali-wali Allah itu tidak pernah takut dan  tidak pernah bersedih hati.
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa..." (QS 10 Yunus : 62-63)

Sebagian tanda dari kewalian adalah tidak adanya rasa takut sedikit pun yang terpancar dalam dirinya, tetapi juga tidak sedikit pun merasa gelisah atau susah. Para Wali ini pun memiliki hirarki spiritual yang cukup banyak, sesuai dengan tahap atau maqam dimana, mereka ditempatkan dalam Wilayah Ilahi di sana. Paduan antara kewalian dan kemursyidan inilah yang menjadi prasyarat bagi munculnya seorang Mursyid yang Kamil dan Mukammil di atas.

Wali Allah itu adalah orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa!!!

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan bila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia." (QS 8 Al Anfaal :2-4)

"Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang bila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong." (QS 32 As Sajdah: 15)

"Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah.." (QS 9 At Taubah :112)

"..orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah..."(QS 49 Al Hujuraat :15)

Wali Allah akan berlaku lemah lembut terhadap orang mukmin dan bersikap keras/tidak akan berteman setia dengan musuh-musuh Allah (kafir)!!!

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia.." (QS 60 Al Mumtahanah : 1)

"...yang bersikap lemah lembut terhadap orang  mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.."(QS 5 Al Maa'idah : 54)


Panduan mencari Mursyid

Dalam kitab Al-Mafaakhirul ‘Aliyah, karya Ahmad bin Muhammad bin ‘Ayyad, ditegaskan, — dengan mengutip ungkapan Sulthanul Auliya’ Syekh Abul Hasan asy-Syadzily ra, — bahwa syarat-syarat seorang Syekh atau Mursyid yang layak – minimal –ada lima:
1. Memiliki sentuhan rasa ruhani yang jelas dan tegas.
2. Memiliki pengetahuan yang benar.
3. Memiliki cita (himmah) yang luhur.
4. Memiliki perilaku ruhani yang diridhai.
5. Memiliki mata hati yang tajam untuk menunjukkan jalan Ilahi.

Sebagaimana kata Sayyid-At-Tariqah As-Sufiyyah Shaikh Junaid Al-Baghdadi ra :
"Ilmu kami, ahli Tasawwuf diikat dengan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi. Jika seseorang tidak hafal Hadis Nabi dan tidak menulisnya didalam kitab2 dan tidak hafal Al-Qur'an, dan tidak mahir didalam hukum2 syaria't dan tidak pula 'alim didalam ahwal perjalanan kerohanian, maka orang itu tidak layak diikuti sebagai pemimpin Ma'rifat ketuhanan (mursyid). Maka jangan kamu mengambil ilmu darinya"

Berkata Ghawthul A'zaham Syaikh Muhyiddin Abdul Qadir Jailani ra:
"Seseorang yang menjadi Syaikh kerohanian mesti memiliki lima syarat, jika tidak, dia adalah penipu yang hanya memimpin kepada kebodohan. Dia harus sangat ahli didalam Syari'at, sementara sangat dalam pengetahuannya didalam haqiqat. Dia haruslah sangat lemah lembut dalam perkataan dan tingkah lakunya kepada yang berhajat, selalu memuliakan tamu2 yang datang kepadanya dengan penuh kasih sayang. Dia juga haruslah sangat 'alim dalam halal dan haram. Dia memimpin si salik pada jalan ma'rifat, sebagaimana dia sendiri dipimpin, sempurna didalam kemurahan hatinya." (Qala'id Al-Jawahir)

Sultanul Arifin Hazrat Sultan Bahu ra berkata:
 "Apabali seseorang memasuki alam Tasawwuf, dia wajib dengan sungguh2 mematuhi tuntutan Syari'at. Dia wajib mematuhi hukum2 didalam Al-Qur'an dan Sunnah Nabi dalam setiap langkahnya"
(Mihakul Fuqara)


Sebaliknya kemursyidan seseorang gugur manakala melakukan salah satu tindakan berikut:
1. Bodoh terhadap ajaran agama.
2. Mengabaikan kehormatan ummat Islam.
3. Melakukan hal-hal yang tidak berguna.
4. Mengikuti selera hawa nafsu dalam segala tindakan.
5. Berakhlak buruk tanpa peduli dengan perilakunya.

Syeikh Abu Madyan – ra- menyatakan, siapa pun yang mengaku dirinya mencapai tahap ruhani dalam perilakunya di hadapan Allah Swt. lalu muncul salah satu dari lima karakter di bawah ini, maka, orang ini adalah seorang pendusta ruhani:
1. Membiarkan dirinya dalam kemaksiatan.
2. Mempermainkan tha'at kepada Allah.
3. Tamak terhadap sesama makhuk.
4. Kontra terhadap Ahlullah
5. Tidak menghormati sesama ummat Islam sebagaimana diperintahkan Allah Swt.

Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzili mengatakan, “Siapa yang menunjukkan dirimu kepada dunia, maka ia akan menghancurkan dirimu. Siapa yang menunjukkan dirimu pada amal, ia akan memayahkan dirimu. Dan barangsiapa menunjukkan dirimu kepada Allah Swt. maka, ia pasti menjadi penasehatmu.”

Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam mengatakan, “Janganlah berguru pada seseorang yang tidak membangkitkan dirimu untuk menuju kepada Allah dan tidak pula menunjukkan wacananya kepadamu, jalan menuju Allah”.

Seorang Mursyid yang hakiki, menurut Asy-Syadzili adalah seorang Mursyid yang tidak memberikan beban berat kepada para muridnya.

Dari kalimat ini menunjukkan bahwa banyak para guru sufi yang tidak mengetahui kadar batin para muridnya, tidak pula mengetahui masa depan kalbu para muridnya, tidak pula mengetahui rahasia Ilahi di balik nurani para muridnya, sehingga guru ini, dengan mudahnya dan gegabahnya memberikan amaliyah atau tugas-tugas yang sangat membebani fisik dan jiwa muridnya. Jika seperti demikian, guru ini bukanlah guru yang hakiki dalam dunia sufi.

Jika secara khusus, karakteristik para Mursyid sedemikian rupa itu, maka secara umum, mereka pun berpijak pada lima (5) prinsip thariqat itu sendiri:
1. Taqwa kepada Allah swt. lahir dan batin.
2. Mengikuti Sunnah Nabi Saw. baik dalam ucapan maupun tindakan.
3. Berpaling dari makhluk (berkonsentrasi kepada Allah) ketika mereka datang dan pergi.
4. Ridha kepada Allah, atas anugerah-Nya, baik sedikit maupun banyak.
5. Dan kembali kepada Allah dalam suka maupun duka.
Manifestasi Taqwa, melalaui sikap wara’ dan istiqamah.

Perwujudan atas Ittiba’ sunnah Nabi melalui pemeliharaan dan budi pekerti yang baik. Sedangkan perwujudan berpaling dari makhluk melalui kesabaran dan tawakal. Sementara perwujudan ridha kepada Allah, melalui sikap qana’ah dan pasrah total. Dan perwujudan terhadap sikap kembali kepada Allah adalah dengan pujian dan rasa syukur dalam keadaan suka, dan mengembalikan kepada-Nya ketika mendapatkan bencana.

Secara keseluruhan, prinsip yang mendasari di atas adalah:
1) Himmah yang tinggi,
2) Menjaga kehormatan,
3) Bakti yang baik,
4) Melaksanakan prinsip utama; dan
5) Mengagungkan nikmat Allah Swt.

Dari sejumlah ilustrasi di atas, maka bagi para penempuh jalan sufi hendaknya memilih seorang Mursyid yang benar-benar memenuhi standar di atas, sehingga mampu menghantar dirinya dalam penempuhan menuju kepada Allah Swt.

Rasulullah saw. adalah teladan paling paripurna. Ketika hendak menuju kepada Allah dalam Isra’ dan Mi’raj, Rasulullah Saw. senantiasa dibimbing oleh Malaikat Jibril as. Fungsi Jibril di sini identik dengan Mursyid di mata kaum sufi. Hal yang sama, ketika Nabiyullah Musa as, yang merasa telah sampai kepada-Nya, ternyata harus diuji melalui bimbingan ruhani seorang Nabi Khidir as. Hubungan Musa dan Khidir adalah hubungan spiritual antara Murid dan Syekh. Maka dalam soal-soal rasional Musa as sangat progresif, tetapi beliau tidak sehebat Khidir dalam soal batiniyah.

Karena itu lebih penting lagi, tentu menyangkut soal etika hubungan antara Murid dengan Mursyidnya, atau antara pelaku sufi dengan Syekhnya. Syekh Abdul Wahhab asy-Sya’rani, (W. 973 H) secara khusus menulis kitab yang berkaitan dengan etika hubungan antara Murid dengan Mursyid tersebut, dalam “Lawaqihul Anwaar al-Qudsiyah fi Ma’rifati Qawa’idus Shufiyah”.

Untuk mempermudah penemuan seorang mursyid sesuai kriteria diatas maka kita pun harus punya himmah/cita2 yg tinggi bertemu dgn Allah dan menjalankan islam sesuai Qur'an dan Sunnah dgn selalu memanjatkan do'a secara intens kepada Allah agar dipertemukan seorang mursyid yang wali..

Good Luck

"Al Qur'an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam,(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus.Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam." (QS 81. At Takwiir :27-29 )

"Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan, maka barangsiapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya.Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah..."      ( QS 76. Al Insaan : 29-30)


Baca juga :

Orang-Orang Yang Terpilih
Macam Tingkatan Manusia dan Kedudukan Mereka 
Model Para Penempuh
Tingkat-tingkat Kesempurnaan

Untuk mengetahui Risalah Futuhul Ghaib tekan
Kumpulan Risalah Futuhul Ghaib

Selasa, 19 Mei 2020

MENGENAL RASA

Di dalam mempelajari ilmu Agama mesti kita harus mengenal Rasa, dalam pengenalan Rasa ini kalau hanya sampai pada tingkat Syariat, bab Rasa itu tidak pernah dibicarakan atau disinggung.
Tetapi pada tingkat Tharekat keatas bab rasa ini mulai disinggung, karena bila belajar ilmu Agama itu berarti mulai mengenal siapa Sang Percipta itu. Karena ALLAH SWT maha GHOIB maka dalam mengenal hal GHOIB kita wajib mengaji rasa.
Jadi jelas berbeda dengan tingkat syariat yang memang mengaji telinga dan mulut saja. Dan mereka hanya yakin akan hasil kerja panca inderanya. Bukan Batin..!
Bab Rasa dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu :
1. RASA TUNGGAL
2. SEJATINYA RASA
3. RASA SEJATI, dan
4. RASA TUNGGAL JATI.
Mengkaji Rasa sangat diperlukan dalam mengenal GHOIB. Karena hanya dengan mengkaji rasa yang dimiliki oleh batin itulah maka kita akan mengenal dalam arti yang sebenarnya, apa itu GHOIB.
1. RASA TUNGGAL :
Yang empunya Rasa Tunggal ini ialah jasad/jasmani. Yaitu rasa lelah, lemah dan capai. Kalau Rasa lapar dan haus itu bukan milik jasmani melainkan milik nafsu. Mengapa jasmani memiliki rasa Tunggal ini. Karena sesungguhnya dalam jasmani/jasad ada penguasanya/penunggunya. Orang tentu mengenal nama QODHAM atau ALIF LAM ALIF. Itulah sebabnya maka didalam AL QUR’AN, ALLAH memerintahkan agar kita mau merawat jasad/jasmani. Kalau perlu, kita harus menanyakan kepada orang yang ahli/mengerti. Selain merawatnya agar tidak terkena penyakit jasmani, kita pun harus merawatnya agar tidak menjadi korban karena ulah hawa nafsu maka jasad kedinginan, kepanasan ataupun masuk angin. Bila soal-soal ini kita perhatikan dengan sungguh-sungguh, niscaya jasad kita juga tahu terima kasih. Kalau dia kita perlakukan dengan baik, maka kebaikan kita pun akan dibalas dengan kebaikan pula. Karena sesungguhnya jasad itu pakaian sementara kita untuk hidup sementara dialam fana ini.
Kalau selama hidup jasad kita rawat dengan sungguh-sungguh (kita bersihkan 2 x sehari/mandi, sebelum puasa keramas, sebelum sholat berwudhu dulu, dan tidak menjadi korban hawa nafsu, serta kita lindungi dari pengaruh alam), maka dikala hendak mati jasad yang sudah suci itu pasti akan mau diajak bersama-sama kembali keasal, untuk kembali ke sang pencipta. Seperti halnya kita bersama-sama pada waktu datang/lahir kealam fana ini. Mati yang demikian dinamakan mati TILEM (tidur) atau mati sempurna.
Pandangan yang kita lakukan malah sebaliknya. Mati dengan meninggalkan jasad. Kalau jasad sampai dikubur, maka QODHAM atau ALIF LAM ALIF, akan mengalami siksa kubur. Dan kelak dihari kiamat akan dibangkitkan.
Dalam mencari nafkah baik lahir maupun batin, jangan mengabaikan jasad. Jangan melupakan waktu istirahat. Sebab itu ALLAH ciptakan waktu 24 jam (8 jam untuk mencari nafkah, 8 jam untuk beribadah, dan 8 jam untuk beristirahat). Juga dalam hal berpuasa, jangan sampai mengabaikan jasad. Sebab itu ALLAH tidak suka yang berlebih-lebihan. Karena yang suka berlebih-lebihan itu adalah Dzad (angan-angan). Karena dzad mempunyai sifat selalu tidak merasa puas.
2. SEJATINYA RASA :
Apapun yang datangnya dari luar tubuh dan menimbulkan adanya rasa, maka rasa itu dinamakan sejatinya rasa. Jadi sejatinya rasa adalah milik panca indera :
MATA :
Senang karena mata dapat melihat sesuatu yang indah atau tidak senang bila mata melihat hal-hal yang tidak pada tempatnya dll.
TELINGA :
Senang karena mendengar suara yang merdu atau tidak senang mendengar isu atau fitnahan orang dll.
HIDUNG :
Senang mencium bebauan wangi/harum atau tidak senang mencium bebauan yang busuk dll.
KULIT :
Senang kalau bersinggungan dengan orang yang disayang atau tidak senang bersunggungan dengan orang yang berpenyakitan dll.
LIDAH :
Senang makan atau minum yang enak-enak atau tidak senang memakan makanan yang busuk dll.
3. RASA SEJATI :
Rasa sejati akan timbul bila terdapat rangsangan dari luar, dan dari tubuh kita akan mengeluarkan sesuatu. Pada waktu keluarnya sesuatu dari tubuh kita itu, maka timbul Rasa Sejati. Untuk jelasnya lagi Rasa Sejati timbul pada waktu klimaks/pada waktu keluarnya Ma'ul hayat yang keluar dari mangkuk "NUN" dibawah otak besar manusia atau HIPOTALAMUS mengalir melalui tulang belakang manusia.
4. RASA TUNGGAL JATI :
Rasa Tunggal Jati sering diperoleh oleh mereka yang sudah dapat melakukan Meraga Sukma (keluar dari jasad) dan Solat Dha’im.
Bedanya antara Meraga Sukma dan Sholat Dha’im ialah :
Kalau Meraga Sukma jasad masih ada batin keluar dan dapat pergi kemana saja. Kalau Sholat Dha’im jasad dan batin kembali kewujud Nur dan lalu dapat pergi kemana saja yang dikehendaki. Juga dapat kembali / bepergian ke ALAM LAUHUL MAKHFUZ. Bila kita Meraga Sukma maupun sholat Dha’im, mula pertama dari ujung kaki akan terasa seperti ada “aliran“ yang menuju ke atas / ke kepala. Pada Meraga sukma, bila “aliran“ itu setibanya didada akan menimbulkan rasa ragu-ragu/khawatir atau was-was.
🔴 Khusus dalam pengertian RASA TUNGGAL JATI ini, sangan didominasi oleh kesempurnaan ilmu Nafas, Nufus, Tanafas dan Anfas, tanpa kesempurnaan ilmu ini, rasa ini tidak bisa dilakukan.
Bila kita ikhlas, maka kejadian selanjutnya kita dapat keluar dari jasad, dan yang keluar itu ternyata masih memiliki jasad. Memang sesungguhnyalah, bahwa setiap manusia itu memiliki 3 buah wadah lagi, selain jasad/jasmani yang tampak oleh mata lahir ini. Kalau sholat Dha’im bertepatan dengan adanya “Aliran“ dari arah ujung kaki, maka dengan cepat bagian tubuh kita akan “Menghilang“ dan kita akan berubah menjadi seberkas Nur sebesar biji ketumbar dibelah 7 bagian. Bercahaya bagai sebutir berlian yang berkilauan. Nah, rasa keluar dari jasad atau rasa berubah menjadi setitik Nur. Nur inilah yang disebut sebagai Rasa Tunggal Jati.
Selain itu, baik dalam Meraga Sukma maupun Sholat Dha’im. Bila hendak bepergian kemana-mana kita tinggal meniatkan saja maka sudah sampai. Rasa ini juga dapat disebut Rasa Tunggal Jati. Sebab dalam bepergian itu kita sudah tidak merasakan haus, lapar, kehausan, kedinginan dan lain sebagainya. Bagi mereka yang berkeinginan untuk dapat melakukan Meraga Sukma dianjurkan untuk sering Tirakat/Kannat puasa. Jadikanlah puasa itu sebagai suatu kegemaran. Dan yang penting juga jangan dilupakan melakukan Dzikir gabungan NAFI-ISBAT dan QOLBU. Dalam sehari-hari sudah pada tahapan lillahi ta’ala.
Hal ini berlaku baik bagi mereka yang menghendaki untuk dapat melakukan SHOLAT DHA’IM. Kalau Meraga Sukma mempergunakan NURRULLAH, tapi bila SHOLAT DHA’IM sudah mempergunakan NUR ILLAHI. Karena ada Rasa Sejati, maka Rasa merupakan asal usul segala sesuatu yang ada. Oleh sebab itu bila hendak mendalami ilmu MA’RIFAT Islam dianjurkan untuk selalu bertindak berdasarkan rasa. Artinya jangan membenci, jangan menaruh dendam, jangan iri, jangan sirik, jangan bertindak sembrono, jangan bertindak kasar terhadap sesama manusia, dll.
Sebab dihadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, kita ini semua sama, karena masing-masing memiliki rasa. Rasa merupakan lingkaran penghubung antara etika pergaulan antar manusia, juga sebagai lingkaran penghubung pergaulan umat dengan Penciptanya. Rasa Tunggal jati ini mempunyai arti dan makna yang luas. Karena bagai hidup itu sendiri. Apapun yang hidup mempunyai arti. Dan apapun yang mempunyai arti itu hidup. Sama halnya apapun yang hidup mempunyai Rasa. Dan apapun yang mempunyai Rasa itu Hidup. Dengan penjelasan ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang mendiami Rasa itu adalah Hidup.
Dan Hidup itu sendiri ialah Sang Pencipta/ALLAH. Padahal kita semua ini umat yang hidup. Jadi sama, ada Penciptanya. Oleh sebab itu, umat manusia harus saling menghormati, tidak saling merugikan, bahkan harus saling tolong menolong dll. Dan hal ini sesuai dalam firman ALLAH :
“HAI MANUSIA ! MASUKLAH KALIAN DALAM PERDAMAIAN, JANGAN BERPECAH BELAH MENGIKUTI LANGKAH SYAITAN, SESUNGGUHNYA SYAITAN ITU MUSUHMU YANG NYATA”.
Ingat ! Pengertian secara Haqiqat & Ma'rifat syetan itu musuh yang NYATA, bukan musuh yang GHOIB.
Sampai disini paham ya?
Jika ada sesuatu yang belum dipahami silahkan ketik dikolom komentar, saran dan kritik kalian sangat berguna bagi kami, dan akan kami bahas pada bab-bab selanjutnya.

Minggu, 17 Mei 2020

NUR MUHAMMAD

"Muhammad itu merupakan Nur yang terpancar dari Dzat Tuhan..
Nur Muhammad adalah yang pertama diciptakan..
Nur Muhammad adalah Roh dari segala makhluk…
Sehingga tidak ada makhluk tanpa adanya Nur Muhammad..

Karena dengan Nur Muhammad inilah DIA melahirkan secara nyata sifat ketuhanan-Nya dalam diri setiap makhluk.
Hakekat Nur Muhammad Hakekat Sifat Allah dalam DIRI
Hidup kita karena hidupnya Muhammad dalam DIRI kita,
Hidupnya Muhammad dalam diri kita karena HAYAT-Nya Allah SWT.
Tahu kita karena tahu-nya Muhammad pada HATI kita,
Tahu-nya Muhammad pada hati kita dengan ILMU-Nya Allah SWT.
Kuasa kita karena kuasa Muhammad pada TULANG kita,
Kuasanya Muhammad pada tulang kita dengan QUDRAT-Nya Allah SWT.
Ber-kehandak kita karena ke-hendak Muhammad pada NAFSU kita,
Ber-kehendak-nya Muhammad pada nafsu kita dengan IRADAT-Nya Allah SWT.
Men-dengar kita karena pen-dengar-an Muhammad pada TELINGA kita,
Men-dengar-nya Muhammad pada telinga kita dengan SAMI’-Nya Allah SWT
Me-lihat kita karena peng-lihat-an Muhammad pada MATA kita,
Me-lihat-nya Muhammad pada mata kita dengan BASIR-Nya Allah SWT.
Ber-kata kita karena Ber-kata-nya Muhammad pada LIDAH kita,
Ber-kata-nya Muhammad pada lidah kita dengan KALAM-Nya Allah SWT.
Awal Muhammad adalah NURANI, menjadi ROH dalam diri kita.
Akhir Muhammad itu adalah ROHANI, menjadi HATI dalam diri kita.
Dzahir Muhammad itu adalah INSANI, menjadi RUPA dalam diri kita.
Batin Muhammad itu adalah RABBANI, menjadi UJUD dalam diri kita
Nurullah Iti Rahasia Bagi muhammad.
Sedangkan Anasir Roh Muhammad itu dapat di-faham-i dalam 4 kedudukan yaitu :
Ujud–Ujud merupakan pen-zahir-an dari Zat Allah menjadi RAHASIA pada kita dan pada hakekatnya merupakan Keberadaan Muhammad.
Ilmu–Ilmu merupakan pen-zahir-an dari Sifat Allah menjadi ROH pada kita dan pada hakekatnya merupakan Roh Muhammad.
Nur–Nur merupakan pen-zahir-an dari Asma Allah menjadi HATI pada kita dan pada hakekatnya merupakan Hati Muhammad.
Syuhud–Syuhud merupakan pen-zahir-an dari Afa’al Allah menjadi TUBUH pada kita dan pada hakekatnya merupakan Tubuh Muhammad.
Pemahaman tentang Ujud adalah Zat Allah, merupakan realitas IMAN dan keimanan. Artinya Ujud itu Ada dan yang diadakan.
Pemahamannya adalah bahwa yang ADA itu Allah dan yang DIADAKAN itu Muhammad.
Pemahaman tentang Ilmu adalah Sifat Allah, merupakan realitas ROH, Artinya Ilmu itu mengetahui dan yang diketahui.
Pemahamannya adalah bahwa yang MENGETAHUI itu Allah dan yang DIKETAHUI itu Muhammad
Pemahaman tentang Nur adalah Asma Allah, merupakan realitas HATI, Artinya Nur itu terang dan yang diterangi.
Pemahamannya adalah bahwa yang TERANG itu Allah dan yang DITERANGI itu Muhammad
Pemahaman tentang Syuhud adalah Afa’al Allah, merupakan realitas TUBUH INSAN, Artinya Syuhud itu memandang dan yang dipandang.
Pemahamannya adalah bahwa yang MEMANDANG itu Allah dan yang DIPANDANG itu Muhammad.(Hakiat syahadah).

PELITA MAKRIFAT

- Apakah arti Lailatul Qadar ?
LAILATUL QADAR Apakah Arti Lailatul Qadar ?
Mengikut pengertian bahasa perkataan laila bermaksud malam. Manakala perkataan Qadar pula bermaksud mubarokatin (keberkatan) atau saat yang diperingati. Jika kedua-dua perkataan itu digabungkan, ianya maksud Lailatul Qodar iaitu malam keberkatan atau malam yang diperingati.
Mengikut tafsiran ilmu makrifat perkataan Laila merujuk kepada jahil, manakala perkataan Qadar pula merujuk kepada berilmu (alim). Jika kedua-dua perkataan itu digabungkan, ianya membawa maksud iaitu dari bersifat seorang yang jahil kembali bertukar kepada seorang alim yang berilmu. Iaitu terbuka hijab pintu hatinya daripada seorang yang tidak mengenal Allah ianya berubah krpada seorang yang mengenal Allah swt. Saat mengenal Allah itulah yang dikatakan saat keberkatan dan saat-saat yang tidak akan dapat dilupakan buat selama-lamanya.
Ianya juga membawa maksud, daripada suasana gelap dzulmat, hitam kotor, dan jahil fasiq hatinya dari ilmu makrifat bertukar kepada suasana yang gemilang sirna cahaya keberkatan yang amat terang benderang hatinya setelah mendapat ilmu mengenal Allah. Daripada bersifat jahil bertukar kepada sifat mengenal dirinya dan bertukar kepada mengenal Allah.
Dari asalnya bersifat fasiq (tidak mengenal Allah), kini bertukar dan berubah kepada seorang yang bersifat alim (mengenal Allah). Inilah pengertian malam LIlatul Qadar yang sebenar. Kebanyakkan dari kita, bila sebut sahaja malam Lailatul Qadar yang mereka ingat hanya keajaiban pada bulan ramadhan. Seumpama perigi yang kering akan menjadi penuh (melimpah).
Pokok kayu-kayan akan jadi tunduk (rebah) menyembah bumi, angin dan burung yang sedang berlalu, akan jadi berhenti dan sebagainya. Sedangkan intisari daripada maksud Lailatul Qadar itu, sebenarnya bermaksud dari sifat seorang yang buta mata hatinya bertukar kepada cerah mata hatinya kerana memandang dan mengenal Allah.
Menurut Asy Sya'rani, menterjemahkan erti dan makna Lailatul Qadar itu sebagai "SUASANA HATI" Berkata lagi beliau ;- "Apabila engkau ingin hatimu hidup, iaitu hidup yang tidak ada mati sesudahnya lagi, maka keluarlah engkau dari menyandarkan harapan kepada makhlok. Matikan hawamu dan irodatmu.
Diwaktu itulah engkau mulai akan diberi oleh Allah hidup yang sejati, hidup yang tidak ada mati sesudahnya lagi. Pemberian yang tidak ada henti-hentinya lagi. Lalu diangkat nilai engkau dalam hati hamba-hambanya. Sehingga engkau tidak akan sesat untuk selama-lamanya." Apakah erti hidup yang tiada mati sesudahnya ?
Erti hidup yang tiada mati itu, adalah merujuk kepada ilmu mengenal Allah. Sesudah kita berjaya sampi kepada tahap ilmu mengenal Allah, ilmu itu akan tetap hidup di dalam hati-hati kita untuk selama-lamanya, yang tidak akan ada kesudahannya. Dan tidak akan pernah padam dan terhapus dari ingatan hati kita buat selama-lamanya. Wajah Allah inilah yang akan kita bawa sampai kehari kiamat dan hari mengadap Allah Ta'ala.
Apabila kita telah berjumpa dengan ilmu mengenal Allah, ingatan hati kita kepada Allah tidak akan pernah terlupus, walaupun sesaat, walaupun ketika jasad sedang tidur. Sesudah kita mengenal Allah (Mendapat Lailatul Qadar) iktikad atau pegangan hati kita, akan berubah sepenuhnya, daripada bersifat gelap kepada terang, daripada bersifat mati hati bertukar kepada hati yang sentiasa hidup.
Yang tetap hidup tiada mati itu, adalah ingatan kita kepada Allah, ianya akan tetap hidup dihati kita, yang tidak akan ada matinya, bukan bermakna tidak mati jasad, tetapi tidak mati ingatan kita kepada Allah. Bagi yang mendapat Lailatul Qadar ia juga tidak akan sesat selamanya. Apabila ingatan kita kepada Allah tidak pernah mati dan tidak pernah padam, disitulah segala kebesaran Allah, akan dapat kita miliki dan menjiwainya dengan penuh pengertian.
Pengertian itu nantinya akan terzahir keluar, sehingga melimpah ruah. Rasanya seumpama kita ini kaya, yang kekayaannya itu, tidak akan menemui jalan kemiskinan. Kelazatan zuk yang tidak pernah menemui jalan luntur. Iaitu kaya dengan sifat sabar, taat, patuh, tawakal, takwa dan sebagainya. Prmberian kekayaan seumpama itu, akan berterusan dan berpanjangan hidupnya didalam hati-hati kita, selagi akal masih bersifat waras kepada Allah.
Inilah intisari maksud Lailatul Qadar yang sebenar-benarnya. Perjalanan dari bersifat gelap menuju kepada yang bersifat terang. Dari bersifat mati ingatan bertukar kepada bersifat ingatan kepada Allah sentiasa hidup. Apabila ingatan kita kepada Allah sentuasa hidup, ingatan kepada makhlok, dengan sendirinya sjan mati dan terpadam. Mati hawa nafsu, mati kehendak dan mati keinginan selain Allah.
Mati harapan kepada makhlok, bertukar harapan kepada Allah. Daripada bersifat sayangkan makhlok, menuju kepada bersifat sayangkan Allah. Menurut Jalaluddin Rumi pula menterjemahkan Lailatul Qadar itu sebagai "DIRI YANG TELAH TERJUAL" Berkata lagi beliau :- "Allah telah membeli jiwa kita, untuk Dia, Bayarannya adalah syurga. Sebab itu tidak seorang pun yang dapat membelinya dan menawarnya sampai akhir zaman.
Suatu barang yang tidak boleh dijual dua kali" Bagi yang mendapat Lailatul Qadar, diumpamakan dirinya telah terjual dan telah tergadai kepada Allah. Setelah kita serahkan dan mengembalikan diri kita kepada Allah. Ianya tidak boleh lagi diambil balik. Setelah pertama kali dijual, ia tidak boleh dijual buat kali kedua. Inilah kedudukan iktiqad atau pegangan hati orang makrifat, ysng tidak ada duanta berbanding Allah.
Sekali kita berserah diri kepada Allah, jangan hendaknya berpatah balik. Pupuklah hati supaya buah tawakkal dan buah berserah boleh bercambah dengan subur. Bagi yang mendapat anugerah Lailatul Qadar, jiwa dan raganya telah dibeli Allah. Setelah dirinya dibeli Allah tidak ada maklok lain lagi yang dapat membelinya lagi selain dari Allah. Walaupun dibeli dan ditukar ganti dengan pangkat besar, rumah besar, kereta mewah dan kekayaan wang ringgit.
Allah tidak akan menjualnya semula kepada makhlok, walaupun dengan harga yang mahal. Begitu juga dengan mereka yang mengenal Allah ( yang mendapat anugerah Lailatul Qadar ) mereka tidak akan berpaling lagi dari Allah. Walaupun didatangi msibah, penyakit, kemiskinan dan kepayahan hidup, mereka tidak akan berpsling dari berserah diri dsn bertawakkal kepada Allah. Tidak ada lagi erti kecewa dan erti penyesalan dihati mereka yang mengensl Allah.
Hatinya kepada Allah tetap utuh dan tidak mudah terpesong dengan kekayaan dan kemewahan. Mereka sedar bahawa, yang diri mereka itu, telah dibeli Allah dan kita pula telah menjualkannya kepada Allah. Akad jual beli diantara kita dengan Allah telah dikira selesai. Segala sifat, kelakuan, asma', dan zat yang mendatang di atas diri kita ini, dianggap telah terjual dan bukan lagi menjadi milik kita.
Semua sifat yang mendatang telah dianggap seumpama anugerah dari Allah kepada kita, kita ini tidak ubah selaku pelakon, yang cuma sekadar melakonkannya sahaja, dari apa yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita. Oleh itu terimalah segalanya dengan ucapan terima kasih. Inilah erti dan pengertian Lailatul Qadar menurut kaca mata ilmu makrifat. Kita sebenarnya telah mati dan telah menjual sifat perangai, sifat jasad, sifat nama, dan sifat zat kita kepada Allah.
Jual sifat ego, sifat marah, tinggi diri, dengki, tamak harta dunia, menyesal, putus asa, dunia, akhirat, dan sebagainya. Kita serah segala-galanya ke atas kebijaksanaan Allah, Allahlah yang menentukan dan mengaturkan kehidupan kita. Firman Allah :- 97.Surah Al-Qadr (Verse 4)ُُ Verse 4)تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ "Pada Malam itu, turun malaikat dan roh padanya, dengan izin Tuhan mereka, kerana membawa dari tiap-tiap perentah" Roh kita telah ditugaskan bagi membawa perintah Allah.
Diantara perintah itu adalah supaya roh membawa segala sifat anggota pancaindera, perangai yang dilakukan oleh anggota, nama yang dipanggil kepada anggota dan zat roh itu sendiri, supaya dapat dikembalikan semula hak Allah kepadanya. Bermulah Lailatul Qadar itu, adalah disaat diri kita dijual dan diserahkan kembali kepada Allah. Dengan ini jugalah bermulanya sejarah diri (roh) kita telah dibeli dan terjual kepada Allah.
Iaitu disaat kita mengenal roh dan mengenal Allah. BILAKAH MASA BERLAKUNYA LAILATUL QADAR ? Mengikut setengah golongan masyarakat, ada yang mengatakan bahawa, masa berlakunya malam Lailatul Qadar itu pada malam 27 Ramadhan. Ada pula yang mengatakan pada malam 17 Ramadhan dan ada pula yang mengatakan 10 malam terakhir Ramadhan. Mengikut pandangan ilmu makrifat, bila masa, bila tarikh, dimana tempat dan kepada siapa ianya berlaku, sedikit pun tidak menarik perhatian dan menajadi keutamaannya. Sesungguhnya Lailatul Qadar itu boleh berlaku pada bila-bila masa, pada sebarang tempat dan kepada sesiapa sahaja yang dikehendaki Allah swt. Tidak semestinya pada tanggal-tanggal seperti tersebut.
Apababila sampai masa dan ketikanya, hati seseorang itu akan dibuka Allah untuk menerima kesedaran yang luar biasa (Lailatul Qadar), ianya tidak kira tarikh atau haribulan. Ianya ditentukan bilamana kita mengenal Allah, tidak kiralah melalui apa cara sekalipun. Masa dan tarikh berlakunya Lailatul Qadar itu apabila bertukarnya hati seorang yang jahil, kepada seorang yang berilmu mengenal Allah. Itulah yang dikatakan masa dan tarikh Lailatul Qadar.
Inilah yang dikatakan hari keberkatan dan hari yang diperingati ( Lailatul Qadar ). Bagi ahli makrifat tidak ada hari yang lebih berkat dan lebih diperingati selain dari masa, tarikh, dan hari mereka dapat mencapai tahap mengenal Allah swt. Inilah yang dikatakan hari barokah, hari yang diperingati, hari terang benderang seumpama hari seribu bulan. Itulah hari Lailatul Qadar yang sebenar. Menurut suluhan dan takrifan makna ilmu makrifat. Malam Lailatul Qadar itu akan muncul bukan sahaja pada waktu bulan Ramadhan, bukan hanya tertuju kepada malam 7 likur, atau malam 27 atau malam 17 Ramadhan sahaja.
Tetapi Lailatul Qadar itu, akan berlaku pada bila-bila masa yang dikehendaki Allah swt. Tidak kira siang atau malam, tidak kira bulan atau tahun. Tertakluk kepada Allah Yang Maha Berkuasa kepada sesiapa yang dikehendakinya. BOLEHKAH PERISTIWA LAILATUL QADAR MERUBAH HATI SECARA TIBA-TIBA ? Lailatul Qadar boleh berlaku bila-bila masa, samada semasa menunaikan ibadah sembahyang, sedang mendengar syarahan guru, sedang berjalan, bertafakur, bermunajat, menadah tangan, bangun tidur, didalam tidur, ketika sedang menangis, dalam keadaan rasa penyesalan, semasa berada di dalam kurungan penjara, semasa sedang suka dan sebagainya.
Ada setengah dari mereka, mencapai Lailatul Qadar ketika mengikuti usungan jenazah ke kuburan, sewaktu mencari rotan di dalam hutan belukar yang sunyi, ada yang mencapainya ketika sedang membaca kitab suci Al-Quran, ada melalui musibah yang menimpa dan ada melalui berbagai-bagai cara. Terpulang kepada masa, tempat dan siapa yang dikehendaki Allah swt.
Tidak kurang pula yang mendapat Lailatul Qadar itu, semasa mengerjakan ibadat puasa, sewaktu bersembahyang malam, sembahyang hajat dan sewaktu bermunajat di malam hari ketika orang sedang nyenyak tidur. Tidak menjadi kesalahan mendapat Lailatul Qadar dengan cara ibadah seumpama diatas, malah digalakkan dalam islam. Tetapi jangan sampai ianya dijadikan satu kemestian turunnya Lailatul Qadar. Harus di ingat bahawa pekerjaan ibadah tidak menjanjikan datangnya Lailatul Qadar.
Perbuatan ibadah itu hanya salah satu kaedah datangnya Lailatul Qadar. Ibadah adalah kewajipan biasa, bukannya pekerjaan yang luar biasa walaupun bertahun beribadah di dalam gua ditengah-tengah hutan belantara sekalipun, jika tidak melalui ilmu mengenal Allah, tidaklah ia mencapai Lailatul Qadar. Lailatul Qadar itu hanya akan berlaku apabila hati seseorang mencapai tahap mengenal Allah. Bilamana sampainya kehendak Allah menganugerahkan Lailatul Qadar kepada seseorang, dengan hanya mendengar sepotong ayat sahaja sifat kerohaniannya akan berubah secara tiba-tiba.
Malam Lailatul Qadar juga lebih dikenali sebagai malam seribu bulan. Seribu bulan itu, bermaksud terang benderang, seumpama malam yang gelap gelita, telah diterangi, disuluh dan telah ditemani oleh seribu biji bulan, cuba bayangkan betapa terangnya bumi ini, apabila ianya diterangi dan disuluh oleh seribu biji bulan. Begitulah terangnya hati mereka yang mendapat cahaya Lailatul Qadar Allah. Dengan hanya membaca sepotong ayat dari ayat-ayat Allah, barokahnya (berkatnya) seumpama hati kita telah diterangi dan disuluh oleh seribu bulan. Cuba bayangkan nilaian kematangan akal semasa berumur satu tahun, dibandingkan akal mereka yang berumar seribu tahun.
Inilah kelebihan dan kematangan akal bagi yang mendapat malam Lailatul Qadar (malam 1000 bulan). Secara tiba-tiba boleh mengubah akal yang jahil dalam sekelip mata kepada akal yang berilmu, mengenal Allah. Begitulah nilai terangnya hati mereka yang mendapat anugerah Lailatul Qadar. Dari bersifat lalai akan bertukar kepada yang bersifat ingat kepada Allah. Dari berilmu syari'at, akan bertukar kepada hati yang beriilmu makrifat.
Bagi mereka yang buta mata hatinya, walaupun dengan kehadiran seribu bulan dan sejuta bintang sekalipun, akal dan hati mereka akan tetap berada dalam kegelapan. Manakala bagi mereka yang mengenal Allah (mendapat anugerah Lailatul Qadar), walau alam tidak diterangi bulan dan tidak diterangi matahari sekalipun hati mereka sudah cukup terang oleh cahaya Allah (cahaya makrifat kepada Allah).
Inilah pengertian Lailatul Qadar mengikut suluhan makrifat. CERITA: SAIDINA UMAR AL-KHATHAB Pada zaman Rasulullah saw, ada seorang hamba Allah yang terkenal dengan ganas dan bengisnya, telah pergi untuk membunuh Baginda Rasulullah. Di dapati adik perempuan kandungnya dan suaminya sendiri telah memeluk islam secara diam-diam, bertambah marah dan lebih membakar hatinya untuk membunuh Baginda Rasulullah.
Beliau telah mendatangi rumah adik perempuannya dengan tujuan untuk mencari Baginda Rasulullah, bila tiba kerumah adik perempuannya, didapati adik dan suaminya, sedang membaca sesuatu. Beliau cuba merampasnya dengan tujuan ingin membuang potongan bacaan itu, tetapi dihalang oleh adiknya, sehingga beliau terpaksa bersikap kasar dengan menampar pipi adiknya sehingga terjatuh.
Dengan terjatuh adiknya tadi, sehingga terlepas cebisan potongan ayat dari genggamannya. Lalu dirampasnya dan dicubanya untuk membaca. Setelah membaca, beliau pun menangis, bergenang air mata, bercucuran jatuh membasahi pipinya. Secara tiba-tiba didatangi suasana yang luar biasa, dari menangis bertukar baik, dari panas bertukar sejuk dan dari jahil bertukar alim.
Dalam masa sesaat, suasana telah berubah dan mengubah hatinya yang gelap itu, seumpama diterangi oleh seribu bulan. Dengan hanya sepotong ayat sahaja, telah membuka hatinya secara mendadak, daripada hatinya bersifat panas, kini kembali bertukar menjadi sejuk. Ayat itu telah meresap ke dalam lubuk dada yang membuatkan hatinya berubsh secara tiba-tiba.
Lalu beliau bertanya "Dimana Muhammad sekarang?" bawa aku kepadanya! "Aku akan masuk Islam" Itulah kidah Saidina Umar Al-Khathab. Saidina Umar merasa hatinya telah dipukul oleh ayat berkenaan. Inilah hakikat Lailatul Qadar, yang membawa perubahan mendadak, kenikmatan dan keberkatan secara tiba-tiba bagi menggambarkan dan menunjukkan maksud Lailatul Qadar yang sebenar.
Dengan hanya sekelip mata, beliau sudah dapat merasai dan menikmati keberkatan Lailatul Qadar, sudah dapat mengubah sifat kerohaniannya. Inilah yang dikatakan hari Lailatul Qadar, iaitu hari yang diperingati. Hari yang indah dan saat-saat yang paling bersejarah yang paling diingati dalam kehidupan seseorang insan menuju Allah.
Selepas seseorang insan yang mendapat hidayah malam seribu bulan, perubahan iktikadnya dan perubahan pegangan ilmunya terhadap Allah Taala tidak akan terluput lagi. Bagi yang mendapat ilmu itu, tidak akan terlepas lagi buat selama-lamanya. Tidak akan terjual lagi buat kali keduanya. Sekali diri kita mengenal Allah, kita tidak akan kembali lagi kepada sifat jahil.
Apabila diri kita tidak lagi bersifat jahil, disitulah wajah Allah akan dapat kita pandang dan lihat pada segenap penjuru alam. Sekali kita memperolehinya, tidak akan menoleh kebelakang lagi, akan digenggam ilmu itu erat-erat, biar nyawa dipisahkan dari jasad, namun terlepas atau dilepaskan tidak sekali-kali. Inilah kuat dan teguhnya hati mereka-mereka yang mendapat keberkatan Lailatul Qadar (Ilmu mengenal Allah). Ingatannya kepada Allah, seumpama akan hidup untuk selama-lamanya, yang tidak akan menemui jalan mati sesudahnya.

Senin, 11 Mei 2020

HAKIKAT SHALAT

Dikutip oleh :
جعفررالدين الجيلان الصدق
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
بسم ربك الأعلى
- Disini saya sedikit akan menjelaskan mengenai maksud tujuan hakkat shalat, tetapi yang saya tuliskan hanyalah i'tibar atau tamsilannya saja, sedangkan pemahaman tuk mendalaminya haruslah Anda bertanya pada Guru disekitar Anda, karena dia akan menjelaskan dan membimbing Anda bagaimana melaksanakan shalat hakikat tersebut. Dan shalat hakikat ini sama shalatnya dengan shalatnya orang syari'at yang sebanyak lima waktu dan sama seperti apa yang dianjurkan Rasilullah saw. sebagaimana beliau shalat.
Namun didalam shalat ini, ada satu anugerah yang diperlihatkan kepada sang pelaku shalat itu, jika hatinya sudah sampai pada pengenalan shalat.
Mari menyimak bersama- sama apa yang saya tulis dibawah ini dan semoga pelajaran ini ada manfaat besar untuk kita semua ●
Aamiin Allaahumma aamiin ●●●
_____________________________________
Saudara- saudariku sekalian...
Ketahuilah Anda bahwa sumber ilmu tashawuf itu ada tiga macam yakni :
طصوف عند الأخلاق والأداب
طصوف عند الفقاه
طصوف عند الأهل المعرفة
TASHAWUF 'INDAL AKHLAQ WAL ADAB.
TASHAWUF 'INDAL FUQAHA.
TASHAWUF 'INDAL AHLIL MA'RIFAT.
Ketiga ini sangat perlu Anda ketahui...
-Tashawuf 'indal akhlaq wal adab itu bisa kita terapkan sendiri, mungkin untuk-anak kita terutama makan dengan tangan kanan, masuk kamar mandi didahulukan kaki sebelah kiri, mau keluar kamar mandi tentunya dengan kaki sebelah kanan.
Sebab - Tashawuf itu berakhlaq dan beradab. Karena sumbernya ilmu ini adalah :
" MIN AKHLAQI WAL ADAB "
Dari prilaku dan tata kerama ●
- Yang kedua :
Tashawuf indal Fuqaha...
Adalah bagaimana ilmu fiqih ini tidak berhenti hanya fiqih saja. Contoh :
" Orang kalau sudah berwudhu' hendak shalat, sesudah dipake shalat wudhu'nya kemana ?
Selesaikan ???
Nah.... kalau orang tashawuf tak begitu....
Tetapi tashawuf dituntut, sejauh mana ia membawa wudhu'nya itu terlepas dari kewajiban didalam shalat, hanya terikat dengan syarat- syarat dan hukum hukum syari'at...
Anda itu dituntut oleh ulama tashawuf supaya wudhu' Anda itu dapat mewudhu' kan batin Anda atau tidak dan seterusnya....
Disinilah hebatnya ilmu tashawuf...... ●
_______________________________________
Tashawuf dan ahli ma'rifat.
Nah saudaraku sekalian.....
Disnii banyak orang terjebak dalam dunia tashawuf, dalam ilmu ma'rifat mereka yang perbendarahannya belum mumpuni, belum mencukupi seringkali terjebak..
Akhirnya memunculkan analisis-analisis, seolah-olah tashawuf berbaur Budha tashawuf.
Karena apa ???
Karena mereka itu belum memahami dan mengetahuinya..
Ilmu ma'rifatnya saja mereka tidak ngerti, apa sebetulnya ma'rifat itu. Dari kekosongan itu, mereka belajar menganalisis tashawuf.
" Orang- orang yang sudah ahli ma'rifat , tinggi sekali dengan bahasanya yang luar biasa
Orang dalam tashawuf Fuqaha saja, mereka sudah tak bisa memahami. Contoh :
" Imam Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad al- Ghazali menjawab dunia falsafah, menjawab dunia tauhid aliran Kalam pada waktu berkembang macam-macam faham."
Dijawab dengan tashawuf Fuqaha yaitu :
" Dengan munculnya Ihya' Umuluddin."
Mengapa dalam kitab Ihya' Umuluddin, banyak hadits- hadist maudhu' disamping dha'if.
Karena apa ???
Karena pendapatnya ahli falsafah dijawab oleh Imam al- Ghazali dengan hadits yang maudhu' saja, masih lebih baik hadits maudhu' daripada pendapat-pendapat kaum falasifah.
Masih tepat karena apa ????
Karena, walaupun maudhu', tapi yang menggunakannya adalah orang-orang yang mengerti ma'rifat kepada Allah.
Makanya disini digunakan oleh Imam Abu Muhammad bin Muhammad al- Ghazali ●
_______________________________________
SHALAT YANG SESUAI AJARAN TASHAWUF
______________________________________
Saudara- saudariku sekalian.....
Menurut ilmu tashawuf, jika orang itu shalat , walau dengan syarat rukunnya, tapi dia makan barang haram, dan melakukan semua perbuatan yang tercela seperti sombong, zina, membunuh, membicarakan kejelekan orang, mengadu domba, melakukan riba, minum khamar, atau dosa-dosa lainnya, maka shalatnya itu " Tidak sah "
Dalam artian : Tidak menerima pahala atau makin shalat, makin menjadi-jadi dosanya ●
_______________________________________
SHALAT DALAM PANDANGAN AHLI SUFI
_______________________________________
- TAKBIRATUL IHRAM -
Maksudnya ialah :
" Berpisah dari alam Mulki dan Fana' lah hamba ketika ia mengucapkan " ALLAAHU AKBAR "
Hanya sifat yang menyembah saja yang tinggal sebagai penzahiran. Wujud Allah yang ia sembah...
Dia bergerak dengan gerak Allah...
Dia berkata, mengucap dengan kata kata ucapan Allah...
Tunduknya ia dalam rahasia " NUKHTAH bagi ALIF "
Berarti " TIDAK ADA "
Seperti kata Abu Yazid Busthami :
ارفت رب برب
- ARIFTU RABBI BI RABBI -
Aku mengenal Tuhanku dengan Tuhanku..... ●
______________________________________
MEMBACA AL- FATIHAH
_________________________
Ketika membaca Fatihah, terbukalah pintu alam Malakut bagi sang penyembah.
Dia menyaksikan kalimat Allah melalui penyingkapan (Syuhud) akan Kalam Allah :
" MAALIKI YAUMID DIIN "
Di dalam Malikillah (Kebesaran Allah).
Dari tunduknya " Tidak ada " dia menjadi setitik dari Nur-Nya yakni Nur Muhammad...
Dan dengan Nur inilah lalu dia menyembah dan mengenall dirinya yang disebut ;
" MAN 'ARAFA NAFSAHU " sebagai Ruh-Nya yang pernah di himpunkan di alam Lahut sewaktu Adam baru sempurna kejadiannya yaitu ketika Jibril menepuk tulang sulbinya Adam. Maka keluarlah seluruh ruh anak cucu Adam dari tulang sulbinya itu ●
_______________________________________
Adapun Ruh-Nya itu, pada hakikatnta adalah satu jua yaitu dari Rahasi Ilahiah.
Ruh anak cucu Adam itu hanyalah suatu gambaran yang menumpang pada lahiriah pada jasmani yang merupakan bayangan dari Ruh-Nya.
Tanpa adanya Nur Muhammad itu, maka yang bersangkutan tuk menyembah, mustahil dapat berhadapan Sang Maha di Sembah .
Dengan adanya perwujudan Nur Muhammad inilah maka si penyembah itu " ....."
" Kepada Engkau- lah kami menyembah...
Dan kepada Engkau- lah kami meminta pertolongan..
Tunjukkan kami kejalan yang lurus, jalan mereka yang Engkau-berikan kenikmatan. Bukan jalan mereka yang Engkau- murkai. Dan bukan pula jalan yang sesat."
Maka.. di amin kan akhir Fatihah itu oleh para malaikat dari setiap 7 lapis langit yaitu :
Alam Mulki.
Alam Malakut.
Alam Jabarut.
Alam Bahut.
Alam Lahut.
Alam Ahud.
Dan yang tertinggi adalah alam Al-Insani yang di sinilah kemuncaknya shalat itu.
Adapun maksud " Jalan yang lurus " ialah " Mi'raj " sebagaimana sabda Nabi saw :
" Shalat adalah mi'raj bagi mukmin "
Tujuan mi'raj itu adalah Penyatuan yaitu kembalinya yang menyembah kepada yang dia sembah ●
_______________________________________
RUKUK
_______
Tunduknya kepada huruf " Lam " yang terlahir daripada " Alif " yang menyembah menampakkan kepada yang disembah.
Alif adalah Kanzun Mahfiah yakni yang tersembunyi. Yang tersembunyi ingin dikenali, maka di lahirkanlah Lam sebagai tabirnya.
Nabi saw. bersabda :
" Dirikanlah shalat, seakan-akan engkau melihat Allah."
Para arif billah berkata bahwa siapa- siapa yang mengenal akan dirinya itu, maka rahasia-Nya akan menampakkan dan mengenalkan ke-Tuhanan-Nya. Yang menyembah di natijahkan seperti :
Angin, manakala ketika yang menyembah pada posisi berdiri tadi.
Natijahnya adalah Api... fana' dalam wujud .
Api itu sifatnya membakar yaitu melenyapkan keakuan, ke egoan dan kedirian...
Pada tahap berdiri ini, yang menyembah berada dalam suatu tarikan yang teramat kuat dari Nur Muhammad.
Justru itulah ia di natijahkan kepada Angin yang tunduk dan menderu.
Yang menyembah ditarik masuk kedalam alam Jabarut dan berpisah dari alam Malakut.
Justru itulah para arif billah mengatakan bahwa siapa- siapa yang yang mencari Tuhan diluar dirinya, dipastikam akan tersesat...
Pada tahap inilah si penyembah melepaskan qalbunya. Hanya tinggal padanya ialah Ruh-Nya yang hendak naik kelapisan yang lebih tinggi untuk bertemu Tuhan.
Alam Jabarut yang menghubungkan perbendarahaan wujud yakni batas larangan yang tak bisa ditembus kecuali hanya Nur Muhammad saja yang di antara maujud yakni yang menyembah.
Yang menyembah mengenal dirinya di alam Jabarut, maka tersingkaplah kepadanya seluas-luas nya wujud Allah tanpa ada tabir penghalang.
Bahwa, yang menyembah telah bersatu dengan yang disembah sebagaimana adanya didalam misykat itu adalah " Nur- Nya.
Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.
Perumpamaan cahaya Allah adalah :
" Seperti satu lubang yang tidak bisa ditembuskan. Yang ada didalamnya itu satu pelita yang sangat besar. Dan pelita itu didalam kaca...
Kaca itu seakan seperti sebuah bintang yang bercahaya terang laksana mutiara. Yang dihidupkan atau di nyalakan dengan minyak dari pohon yang barakahnya yakni pohon zaitun yang tumbuh tidak sebelah timur (sesuatu). Dan tidal juga sebelah baratnya. Yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi walaupun tak disentuh api.
Itulah disebut cahaya diatas cahaya yang berlapis- lapis . Lalu Allah membimbing Cahaya-Nya itu kepada siapa- siapa yang Dia- inginkan.
Semua itu, Allah yang membuat perumpamaan- perumpamaan itu untuk manusia.
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu apapun itu.. maka bertasbihlah si penyembah :
" Maha Suci Allah yang Maha Agung dengan segala sifat kepujian-Nya."
Jika kita fahami ayat surah Nur ayat 35 ini saudara- saudariku.... maka mengertilah kita makna satu yang disembah yaitu Allah sebenar yang kita sembah. Bukan pemahaman makna bersatu dengan yang disembah, Tidak !!!
Tetapi satu yang disembah. Ini bukan mengambil pemahaman " Hulul " sebagaimana yang diyakini oleh Mansyur Al- Hallaj.
Yang lebih saya tekankan disini adakah :
" WAHDATUSY SYAHADAH yakni Kesaksian Penyatuan."
_______________________________________
I'TIDAL
_______
Si penyembah adalah yang dibangkitkan...
Si penyembah masuk kedalam pintu kematian.
Dan masuk didalamnya itu bukan mati benaran tapi matinya kesadaran seluruh prilaku lahiriah kecuali dalam kesadaran kekuasaan Allah.
Mati tapi sadar dan memiliki hidupnya Allah semata. Namun tidak seterusnya, si penyembah nanti akan disadarkan dari kematian sementara. Artinya
Si penyembah tak menyadari bahwa dia di lenyapkan oleh Nur Allah..
Ini juga disebut " Waqaf " yaitu sementara didalam shalat ●
_____________________________________
SUJUD AWAL
___________
Tunduknya kepada huruf Lam dan juga Mim.
Nabi saw. bersabda :
" Aku di lahirkan kedunia dalam keadaan sujud."
Yang menyembah di natijahkan kepada Air.
Dan air adalah sumber kejadian alam Mulki.
Arsy Allah berada diatas Air, maka yang menyembah di natijahkan kepada Air. Karena :
Disinilah yang menyembah sampai di alam Bahut.
Dan alam Bahut adalah pembatasan terakhir segala penzahiran.
Ungkapan syaikh Akbar Ibnu Arabi bahwa :
" Syajaratul Kaun (pohon kejadian) atau sebutan yang sering juga disebut dengan Sidratul Muntaha.
Pada tahap ini, yang menyembah adalah Ruh-Nya yang didalam " Sir "
Sabda Nabi saw. Beliau menceritakan bahwa ketika ia di mi'rajkan, ia melihat wajah Allah :
" Aku tidak tahu dimana aku berada."
Pada tahap ini juga yang menyembah menyerap kepada yang di Sembah.
Yang Disembah itulah yang menyembah...
Yang pada hakikatnya wujud terurai dalam fana' fil sifat dan lebur dalam fana' fil dzat yaitu :
" Melihat Allah dengan Allah, maka yang menyembah diberi pengetahuan-Nya - ANA AL-HAQ (Aku-lah Yang Benar) ●
Dari sisi tahap ini saudaraku sekalian....
Lihatlah kepada BISMILLAH, hanya BA dalam BISMILLAH saja yang tercantum dengan ALIF.
Nabi saw. bersabda :
" Seluruh isi kitab Al-Qur'an itu terkandung dalam Al-fatihah, dan seluruh Al-Fatihah itu terkandung dalam Bismillah. Dan Bismillah terkandung dalam Ba, dan rahasia Ba itu adalah Titik di bawahnya." Inilah yang dimaksud oleh Syaikh Ibnu Arabi Wujud kesatuan- Wahdatul Wujud. Maka bertasbihlah yang menyembah :
" Maha SuciTuhanku yang Maha Mulia dengan sifat kepujian-Nya."
_______________________________________
DUDUK DI ANTARA DUA SUJUD
___________________________________
Tunduk pada huruf " Ha besar " dan juga " Ha kecil " maksudnya setelah huruf Jim.
Yang menyembah (hamba) sudah dikaruniai " Baqa ".setelah ia fana' fil sifat dan fana fil dzat.
Dengan dikaruniai ke baqa'an, barulah yang menyembah bisa masuk perbendaharaan rahasia Ilahiah.
Jadi, pada sujud terakhir nanti, sebagaimana yang di istilahkan oleh para Arif billah melalui 3 tahapan yaitu :
" Ahadiah- Wahdah- dan Wahidiah "
-
Pada tahap ini, yang menyembah berada di alam Lahut - alam tidak ada yakni yang tidak ada satupun yang tercipta. Tiada awal dan tiada akhir.
Yang menyembah menyaksikan kekosongan tanpa perbatasan. Dan di sinilah awal " Diri " yang kemudian di lahirkan sebagai Adam
Di kalangan sufi, ia juga di istilahkan " Negeri Adami ". Diri (Sang Penyembah), di nisbatkan kepada Air yakni " AIR MUTLAQ "
Inilah asal- usul manusia dari alam tidak ada (LAA)●
Pada tahap ini juga, yang menyembah adalah di dalam rahasia-Nya.
Ruh-Nya dalam ke ghaiban Nur Muhammad.
Dan hakikat Ruh-Nya adalah Nur Muhammad..
Disinilah ia bermunajah :
" Ilahii... ampunilah hamba, rahmatilah hamba, cukupilah hamba, angkatlah derajat hamba, berilah hamba rezaki, berilah hamba Hidayah, sehatkanlah hamba dan maafkanlah hamba."
______________________________________
SUJUD AKHIR
______________
Tunduknya pada rahasia huruf " Ha " yang tak kelihatan atau bunyi ujungnya " Hu " dan juga huruf " Mim "
Pada tahap ini, yang menyembah berada di alam Ahud pada nisbahnya air yang dibawah 'Arsy Ilahi.
Jadi, yang tinggal pada si penyembah adalah Rahasia Ilahiah.
Nah.... di dalam Rahasia-Nya itulah " ANA (Aku).
Para sufi berkata :
" Air di dalam gelas, tidak dapat dibedakan lagi.
Air itulah gelas, dan gelas itulah air.
Yang menyembah itulah yang Disembah dalam istana ma'rifat, bukan dalam gudang syari'at, bukan gudang thariqat dan bukan gudang hakikat. Ini hanya pada ma'rifar semata-mata.
Ingatlah !! Camkan air di dalam gelas, bersatu dalam kejernihan. Lihatlah pada ombak-ombak, hanya pada nama yang diberikan, padahal itu air yang beriak dan menggelora ●
___________________________________
Pada sujud akhir inilah yang menyembah memasuki wilayah Ilahiah yaitu :
- Ahadiah = Dzat Mutlaq atau Dzat Wajibul Wujud.
- Wahdah = Dzat Yang Maha Esa.
- Wahidiah- ILAH = Dzat yang Maha Kaya dari segala sesuatu apapun dan sesuatu yang selain-Nya memerlukan pada Allah ●
_____________________________________
Dzat ingin dikenal sebagai " KANZUN MAHFIAN "
Disinilah terbitnya " KUN ILAHI "
" Jadilah .... maka jadilah ia
____________________________________
DUDUK TAHIYYAT UL AKHIR
______________________________
Tunduknya pada huruf " Dal "
Pada tahap ini, yang menyembah berada pada Alam Al-Insan, di nisbatkan pada tanah ketika ia duduk- dalam kesempurnaan.
Dia yang mengenal dan Dia-lah yang dikenal pada akhirnya. Dia yang turun dan naik dalam mi'raj :
" Rahasia Insan Rahasia-Ku, Rahasia- Ku rahasia Insan."
Di alam insan , sang penyembah diliputi dengan wujud, ilmu, nur dan syuhud. Maka Dzat adalah " Rahasianya "- Sifat adalah " Ruhnya "- Asma adalah " Qalbunya "- Dan Af'al adalah " Tubuhnya "
Disinilah ia mengucap " Salam terakhir (Tahiyyat akhir) kepada Nabi saw. dan rahmat Allah beserta ke barakahan- Nya, juga kepada hamba- hamba yang shalihin sekalian.
Dialah yang menyaksi.....
Dan dialah yang bersaksi....
" ASYHADU AN LAA ILAAHA ILAALLAAHU WA ASYHADU ANNA MUHAMMADUR RASUULULLAHI "
_______________________________________
SALAAM
_________
سلاما قول رب الرحيم
" SALAAMUN QAULAN MIN RABBIR RAHIIM "
Inilah salam ahli Syurga .
Syurga inilah yang di nikmati oleh ahli sang penyembah yaitu Syurga yang di dalamnya tak ada bidadari, sungai, buah- buaham dan pepohonan. Didalam syurga inilah , yang menyembah terlena memandang Wajah Rabb semesta alam ●
___________________________________________
Saudara- saudariku sekalian....
Di sini Anda perlu ketahui bahwa :
Suatu konsep atau pandangan dari para Arif Billah yang memahaminya, mereka itu sudah jauh dari manusia awam..
Yang perlu saya tekanlah adalah :
Shalat (Sujud) adalah suatu rahasia diri kita...
Jadi tidak perlu diungkapkan dengan kata-kata bagaimana aku shalat (Sujud)....
Cukuplah untuk diri kita pribadi, (semuanya jadi kosong), tapi bila kita berkhalwat, Silahkan berbicara sebebas-bebasnya ●
___________________________________
PERBANDINGAN SHALAT DALAM PERSEPEKTIF FIQIH DAN TASHAWUF
_______________________________________
(1) - Shalat dalam persepektif Fiqih (Shalat formal)
.
Adalah sebagai ibadah pokok utama dalam Islam.
Shalat menjadi trade mark bagi siapapun yang mengaku beragama Islam. Artinya :
Ke Islaman seseorang secara lahiriah dapat dilihat dari shalatnya.
Jika shalatnya baik, maka orang tersebut dikenal sebagai Islam santri atau Islam hijau, terkadang disebut Islam putih.
Sebaliknya, jika shalatnya jelek atau justru tidak shalat, maka orang tersebut akan dikatakan sebagai Islam KTP atau Islam abal- abal.
Lebih dari sekedar trade mark.....
Ada sebuah hadits shahih yang di riwayatkan oleh At-Turmudzi dll, bahwa ;
Nabi saw.menegaskan betapa pentingnya shalat :
" Sungguh amal seorang hamba yang pertama kali diperhitungkan pada hari kiamat adalah shalat.
Jika shalatnya baik, maka dia benar- benar beruntung. Tetapi bila shalatnya jelek, maka dia benar- benar merugi.."
Dalam tataran fiqih, shalat dikatakan baik manakala sudah memenuhi syaratntya yaitu sesuatu yang mesti dipenuhi sebelum melakukan shalat. Dan rukun yaitu sesuatu yang harus dipenuhi ketika mengerjakan shalat.nya. sebagaimana bisa dfahami didalam kitab- kitab fiqih.
_____________________________________________
SYARAT SHALAT ADA DUA MACAM
Yakni syarat wajib shalat dan syarat sahnya shalat.
Syarat wajib shalat adalah :
(1) - Islam.
(2) - Baligh yaitu bagi laki-laki bila telah mimpi keluar mani. Dan perempuan bila datang mentsruasi atau haid atas dirinya.
(2) - Berakal sehat, tidak gila.
Sedangkan syarat sahnya shalat ialah :
(1) - Mengetahui masuknya waktu shalat.
(2) - Suci dari hadats, baik hadats besar maupun hadats kecil. Dan najis.
(3) - Menutup aurat yaitu bagi laki- laki bagiannya adalah antara pusat dan lututnya. Bagi perempuan ialah seluruh tubuhnya kecuali muka dan dua telapak tangannya.
(4) - Menghadap Qiblat bagi yang memungkinkan.
Sementara rukun shalat adalah :
(1) - Berdiri bagi yang mampu, kalau tak mampu berdiri, duduk, kalau ia tak sanggup duduk, berbaring dalam keadaan terlentang dengan posisi kaki ke arah qiblat.
(2) - Niat shalat
(3)- Takbiratul ihram membaca Allahu Akbar.
(4) - Membaca Al- fatihah dalam keadaan berdiri bagi yang mampu.
(5) - Ruku', membungkuk 90 derajat.
(6) - I'tidal yakni setelah bangkit dari ruku'.
(7) - Sujud. 7 anggota badan harus menyentuh tempat shalat yaitu Dahi, 2 tapak tangan bagian dalam 2 lutut dan jari- jari 2 kaki dengan posisi pantat diangkat lebih tinggi dari kepala.
(8) - Duduk diantara dua sujud.
(9) - Duduk Tahiyyat awal yakni tasyahud awal membaca Attahiyyah.. dan membaca syahadatain pertama.
(10) - DudukTahiyyat akhir yakni tasyahud akhir membaca Attahiyyah.... dan membaca syahadatain kedua.
(11) - Shalawatun 'alan Nabi saw.
(12) - Salam yakni salam kekanan dan kekiri
(13) - Tertib (thu'maninah), teratur, tidak terburu- buru dilakukan secara berurut ●
____________________________________
Seorang muslim dan muslimah yang melakukan shalat dengan memenuhi syarat dan rukunnya, berarti dia sudah menunaikan kewajibannya.
Mengenai bacaan ayat selain Al-Fatihah dan membaca doa selain rukun diatas yang megiringi semua gerakan dalam shalat, hukumnya sunnah kecuali membaca tasbih hukumnya wajib 1x saja , 3x sunnah. Sebaiknya dibaca saja, tetapi kalau tak dibacakan 3x, shalatnya tetap sah ●
Akhirul kalam :