Laman

Sabtu, 18 April 2015

kisah jualan kue

Nangis ane baca cerita ini...
HARI ini sesosok wanita tua mengetuk pintu kaca toko. “Bu… Beli kue saya… Belum laku satupun… Kalau saya sudah ada yang laku saya enggak berani ketuk kaca toko ibu…”
Saya persilakan beliau masuk dan duduk. Segelas air dan beberapa butir kurma saya sajikan untuk beliau.
“Ibu bawa kue apa?”
“Gemblong, getuk, bintul, gembleng, Bu.”
Saya tersenyum… “Saya nanti beli kue ibu… Tapi ibu duduk dulu, minum dulu, istirahat dulu, muka ibu sudah pucat.”
Dia mengangguk. “Kepala saya sakit, Bu.. Pusing, tapi harus cari uang. Anak saya sakit, suami saya sakit, di rumah hari ini beras udah gak ada sama sekali. Makanya saya paksain jualan,” katanya sambil memegang keningnya. Air matanya mulai jatuh.
Saya cuma bisa memberinya sehelai tisu…
“Sekarang makan makin susah, Bu…. Kemarin aja beras gak kebeli… Apalagi sekarang… Katanya bensin naik.. Apa-apa serba naik.. Saya udah 3 bulan cuma bisa bikin bubur… Kalau masak nasi gak cukup.
Hari ini jualan gak laku, nawarin orang katanya gak jajan dulu. Apa apa pada mahal katanya uang belanjanya pada enggak cukup…”
“Anak ibu sakit apa?” Saya bertanya.
“Gak tau, Bu… Batuknya berdarah…”
Saya terpana. “Ibu, Ibu harus bawa anak Ibu ke puskesmas. Kan ada BPJS…”
Dia cuma tertunduk. “Saya bawa anak saya pakai apa, Bu? Gendong gak kuat.. .Jalannya jauh… Naik ojek gak punya uang…”
“Ini Ibu kue bikin sendiri?”
“Enggak, Bu… Ini saya ngambil.” jawabnya.
“Terus ibu penghasilannya dari sini aja?”
Dia mengangguk lemah…
“Berapa Ibu dapet setiap hari?”
“Gak pasti, Bu… Ini kue untungnya 100-300 perak, bisa dapet Rp4 ribu -12 ribu paling banyak.”
Kali ini air mata saya yang mulai mengalir. “Ibu pulang jam berapa jualan?”
“Jam 2.. .Saya gak bisa lama lama, Bu.. Soalnya uangnya buat beli beras… Suami sama anak saya belum makan. Saya gak mau minta-minta, saya gak mau nyusahin orang.”
“Ibu, kue-kue ini tolong ibu bagi-bagi di jalan, ini beli beras buat 1 bulan, ini buat 10x bulak-balik naik ojek bawa anak Ibu berobat, ini buat modal ibu jualan sendiri. Ibu sekarang pulang saja… Bawa kurma ini buat pengganjal lapar…”
Ibu itu menangis… Dia pindah dari kursi ke lantai, dia bersujud tak sepatah katapun keluar lalu dia kembalikan uang saya. “Kalau ibu mau beli.. Beli lah kue saya. Tapi selebihnya enggak bu… Saya malu….”
Saya pegang erat tangannya… “Ibu… Ini bukan buat ibu… Tapi buat ibu saya… Saya melakukan bakti ini untuk ibu saya, agar dia merasa tidak sia-sia membesarkan dan mendidik saya… Tolong diterima…” Saya bawa keranjang jualannya. Saat itu aku memegang lengannya dan saya menyadari dia demam tinggi. “Ibu pulang ya…”
Dia cuma bercucuran airmata lalu memeluk saya. “Bu.. Saya gak mau ke sini lagi… Saya malu…. Ibu gak doyan kue jualan saya… Ibu cuma kasihan sama saya… Saya malu…”
Saya cuma bisa tersenyum. “Ibu, saya doyan kue jualan Ibu, tapi saya kenyang… Sementara di luar pasti banyak yang lapar dan belum tentu punya makanan. Sekarang Ibu pulang yaa…”
Saya bimbing beliau menyeberang jalan, lalu saya naikkan angkot… Beliau terus berurai air mata.
Lalu saya masuk lagi ke toko, membuka buka FB saya dan membaca status orang orang berduit yang menjijikan.

The show must go on.
JIKA Bermanfaat untuk silahkan share.
Sumber: ibu Ernydar Irfan

Syari'ah, Thariqah, Haqiqah, dan Ma'rifah

SYARI'AH
Syari'at adalah sebuah ketetapan agama (hukum agama) untuk kebaikan para manusia dan jin yang dirsusun sedemikian rupa oleh Allah SWT.
Setiap agama memiliki syari'at, dan dalam Islam Al-Qur'an dan Hadits-lah merupakan bentuk syari'at.

THARIQAH
Thariqah telah dibahasa Indonesiakan menjadi tarikat yg berasal dari bahasa Arab thariqah (jamaknya tharaiq) yg berarti :
1. Jalan atau petunjuk jalan atau cara
2. Metode, system (al-uslub)
3. Mazhab, aliran, haluan (al-mazhab)
4. Keadaan (al-halah)
5. Tiang tempat berteduh, tongkat, payung (‘amudal-mizalah).

Thariqah dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Thariqah 'Aam :
Adalah melaksanakan hukum Islam sebagaimana masyarakat pada umumnya, yaitu melaksanakan semua perintah, menjauhi semua larangan agama Islam dan anjuran anjuran sunnah serta berbagai ketentuan hukum lainnya sebatas pengetahuan dan kemampuannya tanpa ada bimbingan khusus.
2. Thariqah Khas :
Yaitu melaksanakan hukum Syari'at Islam melalui bimbingan dzahir dan bathin dari seorang Guru/Syeikh/Mursyid/Muqaddam.
Bimbingan dzahir dengan menjelaskan secara intensif tentang hukum-hukum Islam dan cara pelaksanaan yang benar. Sedangkan bimbingan bathin adalah tarbiyah rohani dari sang Guru/Syeikh/Mursyid/Muqaddam dengan izin bai'at khusus yang sanadnya bersambung sampai Rasulullah SAW.

Thariqah Khas ini lebih dikenal dengan nama Thariqahal-Sufiyah (Thariqah al-Auliya').

Thariqah Sufiyah yang mempunyai izin dan sanad langsung dan sampai pada Rasulullah SAW itu berjumlah 360 Thariqah. Dalamriwayat lain mengatakan 313 thariqah. Sedang yang masuk ke Indonesia dan direkomendasikan oleh Nahdlatul Ulama' berjumlah 44 Thariqah, yang dikenal dengan Thariqah Al Mu'tabaroh An Nahdliyah dengan wadah organisasi yang bernama Jam’iyah Ahlu Al Thariqah Al Mu’tabarah Al Nahdliyah, berikut ini adalah nama-namanya :
Umariyah, Naqsyabandiyah, Qadiriyah, Syadziliyah ,Rifaiyah, Dasuqiyah, Akbariyah, Maulawiyah, Kubrawiyyah, Sahrowardiyah, Khalwatiyah, Jalwatiyah, Bakdasiyah, Ghazaliyah, Rumiyah, Sa’diyah, Jusfiyyah, Sa’baniyyah, Kalsaniyyah, Hamzaniyyah, Bairumiyah, Usysyaqiyyah, Bakriyah, Drusiyah, Utsmaniyah, 'Alawiyah, 'Abbasiyah, Zainiyah, Isawiyah, Buhuriyyah, Haddadiyah, Ghaibiyyah, Khodiriyah, Syathariyah, Bayumiyyah, Malamiyyah, Uwaisiyyah, Idrisiyah, Akabirul Auliya', Subbuliyyah, Matbuliyyah, Tuaniyyah, Sammaniyah.

HAQIQAH
Haqiqat adalah akhir perjalanan mencapai tujuan, menyaksikan cahaya gemerlapan dari Ma’rifatullah yang penuh harapan. Untukmenempuh jalan menuju akhirat, maka haqiqat adalah tonggak terakhir. Dalam haqiqat itulah manusia dapat menemukan ma'rifatullah.
Kebanyakan manusia beribadah bukan karena Allah SWT, tapi justru karena adanya hajat duniawi yang ingin mereka dapatkan, ada juga yang lebih baik sedikit niatnya, yaitu mereka yang mempunyai hajat ukhraw i(pahala akhirat) dengan kesenangan surgawi yang kekal.
Sedangkan golongan Muhaqqiqqin tidak seperti itu, mereka beribadah dengan niat hanya karena Allah SWT. Sebagai hamba yang baikmereka senantiasa dengan sepenuh hati dan kemampuan, tanpa ada harapan akan pahala. Yang terpenting baginya adalah ampunan dan keridhaan Allah SWT.
Maka mereka inilah adalah sebaik-baiknya hamba di mataAllah SWT.
Mereka adalah hamba-hamba di bumi yang seakan-akan mereka penghuni surga dalam surga mereka, keyakinan dan cahaya-cahayanya berkilau dalam wajah mereka, mereka bersabar dalam hari-hari yang pendek (didunia) demi kesenangan yang panjang (di akhirat). Adapun di malam hari, mereka berdiri melaksanakan shalat malam.
Air mata bercucuran di pipi mereka. Mereka berdo'a dengan sepenuh hati kepada Allah SWT. Mulut dan hati mereka telah merasakan manisnya bermunajat kepada Allah SWT.

MA'RIFAH
Ma'rifah, adalah tujuan akhir seorang hamba yang mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Para hamba yang sering disebut dengan sebutan 'Arifîn ini dalam ibadahnya mempunyai tujuan yang lebih tinggi lagi. Mereka tidak lagi hanya menginginkan bentuk segala sifat kasih-Nya yang mencakup rahmat-Nya, ridho-Nya dan lain-lain, akan tetapi mereka juga menginginkan kedudukan yang terdekat dengan Al-Khaliq. Yakni sebagi seorang hamba yang mendapat cinta-Nya.

Ma'rifah itu bukanlah pengetahuan yang menyifati Allah secara aqliyah, akan tetapi merupakan pengetahuan hakiki tentang Allah, yang hanya terdapat pada kaum sufi. Karena mereka sanggup melihat Allah SWT dengan hati mereka yang telah diberikan anugerah pemberian ma'rifah, sehingga hatinya penuh dengan cahaya.

Alat untuk memperoleh ma'rifah oleh kaum sufi disebut sirr.
Sirr lebih halus dari ruh, dan ruh lebih halus dari qalb yang merupakan alat untuk merasa dan berfikir.
Qalb berbeda dengan 'aql, karena ‘aql tidak dapat memperoleh pengetahuan yang sebenarnya tentang Allah SWT, sedangkan qalb mampu mengetahui hakikat dari segala yang ada, bahkan jika dilimpahi Nur Ilahiyah, maka qalb dapat mengetahui rahasia-rahasia Allah SWT.

Hakikat kema'rifahan pada tahap musyahadah (penyaksian), dan ru'yah (melihat) dengan segenap nurani (sirr).
la melihat untuk mencapai ma'rifah, dan hakikat ma'rifah berada dalam badan mereka, lalu Allah SWT menyingkap sebagian tabir penutup. Kemudian diperlihatkan pada mereka Cahaya Zat dan Sifat-sifat-Nya dari balik tabir itu, agar mereka melihat-Nya.Tabir tidak disingkap secara keseluruhan, supaya mereka tidak terbakar.
Penampakan keagungan-Nya akan melahirkan perasaan takut (khawf), dan rasa kewibawaan (haybah).
Penampakan kebajikan (al-husn) dan keindahan (al-jamat) tentu akan melahirkan kerinduan (asy-syawq).
Sementara penampakan sifat-sifat-Nya akan melahirkan kecintaan.
Dan penampakan Zat, melahirkan ke-tauhid-an.

Sebagian ahli ma'rifah berkata :
"Demi Allah SWT, seseorang tidak akan menggapai apa pun dari dunia melainkan Allah SWT akan membutakan hatinya, dan semua amalannya akan sia-sia. Sesungguhnya Allah SWT menciptakan dunia sebagai kegelapan, dan menjadikan matahari sebagai cahayanya. Dan Allah SWT juga menjadikan hati dalam kegelapan, cahaya ma'rifah-lah yang akan menyinarinya. Tatkala mendung menjelang, maka sirnalah cahaya matahari dari bumi. Dan ketika cinta dunia hadir dalam hati seorang hamba maka cahaya ma'rifah pun akan menyingkir darinya."

"Matahari yang menerangi hati seorang ahli ma'rifah lebih cemerlang dan bercahaya dibandingkan dengan cahaya matahari yang sesungguhnya. Karena matahari pada sore hari harus tenggelam, sementara cahaya ahli ma'rifah tidak akan pernah tenggelam meskipun malam tiba".