Laman

Rabu, 16 Mei 2018

ORANG YG TAK TERSENTUH API NERAKA


Rasulullah saw bersabda :
‎ﻋَﻦِ ﺍﺑْﻦِ ﻣَﺴْﻌُﻮﺩٍ، ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ،ﻗَﺎﻝَ : ﺃَﻻَ ﺃُﺧْﺒِﺮُﻛُﻢْ ﺑِﻤَﻦْ ﺗُﺤَﺮَّﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭُ؟ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ : ﺑَﻠَﻰ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﻫَﻴِّﻦٍ، ﻟَﻴِّﻦٍ، ﻗَﺮِﻳﺐٍ، ﺳَﻬْﻞٍ
"Mahukah kalian aku tunjukkan orang yang Haram baginya tersentuh api neraka?" Para sahabat berkata, "Mahu, wahai Rasulallah!" Beliau menjawab:" yang Haram tersentuh api neraka adalah orang yang Hayyin, Layyin, Qarib, Sahl."
(H.R. At-Tirmidzi dan Ibnu Hiban).
Nota:
1. Hayyin
Orang yang memiliki ketenangan dan keteduhan lahir maupun batin.
Tidak mudah memaki, melaknat serta teduh jiwanya..
2. Layyin
Orang yang lembut dan santun, baik dalam bertutur-kata atau bersikap. Tidak kasar, tidak semahunya bersendiri. Lemah lembut dan selalu menginginkan kebaikan untuk sesama manusia
3. Qarib
Akrab, ramah diajak bicara, menyenangkan bagi orang yang diajak bicara. Dan murah senyum jika bertemu.
4. Sahl
Orang yang tidak mempersulit sesuatu. Selalu ada penyelesaian bagi setiap permasalahan.


TIDAK BERKUMPUL MAKHLUK DAN KHALIQ DALAM SATU HATI


Makhluk dan Khaliq tidak berkumpul. Dunia dan akhirat juga tidaklah berkumpul dalam satu hati.
Ada kalanya makhluk dan ada kalanya Khaliq di hatimu.
Ada kalanya dunia dan ada kalanya akhirat.
Ada kalanya terbayang bahawa makhluk ada di lahirmu sedang Khaliq di hatimu.
Dunia di tanganmu sedang akhirat di hatimu. Adapun di dalam hati, kedua-duanya tidak berkumpul. Lihatlah kepada jiwamu dan pilihkan untuknya, jika ia menghendaki dunia maka keluarlah akhirat dari hatimu.
Jika ia menghendaki akhirat maka keluarkanlah dunia dari hatimu. Jika ia menghendaki Tuhan maka keluarkanlah dunia, akhirat dan apa yg selainNya dari hati.
Selagi di dalam hatimu masih ada sebesar semut yang selain Allah, maka kamu tidak melihat dekatnya Allah di sisimu, dan tidak bangkit kejinakan dan ketenangan kepada-Nya.
Selagi di dalam hatimu masih ada dunia sebesar semut kecil, maka kamu tidak melihat akhirat di hadapanmu.
Dan selagi di dalam hatimu terdapat akhirat sebesar semut kecil, maka kamu tidak melihat dekat kepada Allah.”
~Syeikh Abdul Qadir Jailani~

Mengetahui aib-aibnya

Barangsiapa hendak mengetahui aib-aibnya, maka ia dapat menempuh empat jalan berikut :
1. Duduk dihadapan seorang guru yang mampu mengetahui keburukan hati dan berbagai bahaya yang tersembunyi didalamnya. Kemudian ia memasrahkan dirinya kepada sang guru dan mengikuti petunjuknya dalam bermujahadah membersihkan aib itu. Ini adalah keadaan seorang murid dengan syeikhnya dan seorang pelajar dengan gurunya. Sang guru akan menunjukkan aib-aibnya dan cara pengubatannya, tapi di zaman ini guru semacam ini sangat kurang.
2. Mencari seorang teman yang jujur, memiliki bashiroh ( mata hati yang tajam ) dan berpegangan pada agama. Ia kemudian menjadikan temannya itu sebagai pengawas yang mengamati keadaan, perbuatan, serta semua aib batin dan zhohirnya, sehingga ia dapat memperingatkannya. Demikian inilah yang dahulu dilakukan oleh orang-orang cerdik, orang-orang terkemuka dan para pemimpin agama.
3. Berusaha mengetahui aib dari ucapan musuh-musuhnya. Sebab pandangan yang penuh kebencian akan berusaha menyingkapkan keburukan seseorang. Bisa jadi manfaat yang diperoleh seseorang dari musuh yang sangat membencinya dan suka mencari-cari kesalahannya adalah lebih banyak dari teman yang suka bermanis muka, memuji dan menyembunyikan aib-aibnya. Namun, sudah menjadi watak manusia untuk mendustakan ucapan musuh-musuhnya dan mengangapnya sebagai ungkapan kedengkian. Tetapi, orang yang memiliki mata hati jernih mampu memetik pelajaran dari berbagai keburukan dirinya yang disebutkan oleh musuhnya.
4. Bergaul dengan masyarakat. Setiap kali melihat perilaku tercela seseorang, maka ia segera menuduh dirinya sendiri juga memiliki sifat tercela itu. Kemudian ia tuntut dirinya untuk segera meninggalkannya. Sebab, seorang Mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Ketika melihat aib orang lain ia akan melihat aib-aibnya sendiri.
~Imam Al-Ghazali Rahimahullahu Taala~

DUA TANDA CINTA DAN BENCI ALLAH سبحانه وتعالى KEPADA KITA...

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahawa Nabi Musa a.s. berkata sesuatu kepada Tuhan,
.
“Wahai Tuhanku, bagaimana saya dapat membezakan antara orang yang Engkau cintai dengan orang yang Engkau benci?’
.
Allah سبحانه وتعالى Yang Maha Pengasih menjawab, ‘Hai Musa, sesungguhnya jika Aku mencintai seorang hamba, maka Aku akan menjadikan dua tanda kepadanya.’
.
Musa bertanya, ‘Wahai Tuhanku, apa kedua tanda itu?’ Allah سبحانه وتعالى menjawab, ‘Aku akan mengilhamkan kepadanya agar ia berdzikir kepada-Ku agar Aku dapat menyebutnya di kerajaan langit dan Aku akan menahannya dari lautan murka-Ku agar ia tidak terjerumus ke dalam azab dan siksa–Ku.
.
Hai Musa, jika Aku membenci seorang hamba, maka Aku akan menjadikan dua tanda kepadanya.’
.
Musa bertanya, ‘Wahai Tuhanku, apa kedua tanda itu?’ Allah سبحانه وتعالى Yang Maha Pengampun menjawab, ‘Aku akan melupakannya berzikir kepada-Ku dan Aku akan melepaskan ikatan antara dirinya dan jiwanya, sehingga ia terjerumus ke dalam lautan murka-Ku sehingga ia merasakan siksa-Ku.’”
.
--Imam Al-Ghazali dalam Al-Mahabbah

SADARLAH KITA INI MURID


Setinggi manapun kita belajar,
Setebal manapun kitab yang kita khatam, Gelaran apapun yang kita terima, Besar manapun pangkat kita;
Kita tetap perlu menjadi KOSONG dihadapan mana-mana GURU kita.
Terutama GURU yang BUKA JALAN untuk kita berjalan ke akhirat.
Banyak yang terjadi hari ini, dulunya MURID dihadapan GURU, tetapi setelah menempuh SEDIKIT pengalaman, tiba-tiba berlagak menjadi GURU dihadapan GURU.
Dahulunya mencium tangan, kini tidak lagi. Dahulunya berkhidmat, kini tidak lagi. Bahkan mengharap dirinya pula DIKHIDMATI. Dulu memanggil GURU dengan penuh hormat, kini hanya menyebut nama. Kini dirinya pula minta DIHORMATI.
Semua GURU mengharap MURIDNYA lebih darinya.
Tetapi MURID tidak akan mampu melebihi dari GURUNYA.
Duhai MURID, jangan mudah engkau LUPA DIRI. Jika tidak kerana GURU engkau, tidak engkau kenal jalan ini.
Jangan hilang ADAB dengan GURU !Tiada ADAB maka hilanglah KEBERKATAN.
Kalau murid itu umpama bulu mata,
Maka guru Umpama kening
Walau tinggi mana bulu mata naik
Tak akan sampai setara dengan guru.
Semoga Allah ﷻ mengurniakan kita adab bersama GURU kita sepertimana yg diingini Guru kita bahkan lebih dari itu InshaAllah.