Laman

Senin, 12 Februari 2018

MATI KAN DIRI


Allah SWT berfirman dalam Hadist Qudsi : “ MAUTU ANTAL KABLAL MAUTU” artinya Matikanlah dirimu sebelum mati kamu (mati sebenarnya).
Mematikan diri adalah sebagai berikut :
“LAA QADIRUN, WALA MURIDUN, WALA ‘ALIMUN, WALA HAYYUN, WALA SAMI’UN, WALA BASIRUN, WALA MUTAKALLIMUN.
Artinya :
- Tidak ada berkuasa ;
- Tidak ada berkehendak ;
- Tidak ada kita tahu ;
- Tidak ada kita hidup ;
- Tidak mendengar ;
- Tidak melihat ;
- Tidak berkata-kata.
Kesemuanya itu hanya Allah, tetapi setelah Fananya seluruh diri/tubuh kita di dalam “UHU DIAH ALLAH dengan Ilmu Allah yang Qadim. Dan ketahuilah Sir Allah dalam Diri/Tubuh kita. Jika kita tidak mengetahui, maka kita selalu bergelumang Dosa.
Nabi SAW bersabda : “WUJUDUKA ZAMBUN LAA YUGA SIBAHU ZAMBUN” artinya Bermula Adam itu dosa yang amat besar, maka tiap-tiap diri/tubuh yang berdosa tidaklah sempurna untuk mengenal Allah, walaupun bagaimana berbaktinya tetap tidak sempurna untuk mengenal Allah, kerana berbakti itu adalah umpama diri/tubuh dengan Roh, maka dari itu ketahuilah Sir Allah yang sebenarnya di dalam Rahsia yang ada.
Allah berfirman dalam Hadist Qudsi : “AL INSANU SIRRI WA ANA SIRRAHU” artinya Insan itu adalah RahsiaKu dan Akupun RahsiaNya.
Allah berfirman dalam Hadist Qudsi : “AL INSANU SIRRI WASIARI SIFATI WASIFATI LA GAIRI” artinya “Insan itu adalah RahsiaKu, RahsiaKu itu adalah SifatKu, SifatKu itu tidak lain dari padaKu.
GHAUSUL ‘AZAM berkata “JISMUL INSANU WANAFSAHU WAKABLAHU WARUHUHU WABASARAHU WA ASNA NURU WAYAZRUHU WARIJLUHU WAKULLU ZALIKA AZHIRTULAHU BINAFSIHI LINAFSI ILA HUWA ILLA ANA GHAIRUHU” artinya Diri atau tubuh manusia, hatinya dan pendengarannya, penglihatannya, serta tangan dan kakinya, kesemuanya itu adalah kenyataan bagi DiriKU, tetapi bukan ‘Ainnya dan bukan lainnya. Allah itu tidak lain dari Insan, sebab kita ini adalah Hak dari pada Allah dan tidak ia berpisah segala kelakuanNya atau Af’alNya.
Allah berfirman : “WAFI AMPUSIKUM APALA TUBSIRUN” artinya Ada Tuhan kamu pada diri kamu, mengapa tidakkah kamu lihat akan Aku, kata Allah, padahal Aku terlebih hampir daripada matamu yang putih dengan yang hitamnya, terlebih hampir lagi Aku dengan kamu.
Nabi SAW bersabda : “MAN NAJARA ILA SYAI’AN WALAM YARALLAHUFIHI FAHUWA HATIL” artinya Siapa yang melihat kepada sesuatu, tidak dilihatnya Allah didalamNya, maka penglihatannya itu batal dan sia-sia belaka.

Qidam (Qodim)


.
yang dimaksud qodim atau dahulu itu adalah bukan dahulu mengenai waktu tapi dahulu mengenai penciptaan
sebagai contoh gelas adalah hadits (baru) sedangkan kaca adalah qodim (dahulu) karena sebelum menjadi gelas asalnya adalah dari kaca
.
jika yang dilihat oleh kita yang hadits (baru) maka ia bernama gelas dan berbentuk gelas, tapi jika kita melihat yang qodim (dahulu) maka kita akan melihat hanya kaca. semata
.
gagangnya, ukirannya dan apa saja yang ada pada gelas adalah tetap saja kaca
.
sifat Alloh adalah qodim (dahulu) ... jika kita melihat yang hadits (baru) maka semua bernama makhluk, langit, bumi, manusia, hewan tumbuhan semua adalah makhluk. tapi jika yang kita lihat adalah yang qodim (dahulu), maka kita akan melihat hanya Alloh semata ... karena sebelum menjadi maklhuk dia adalah berasal dari Alloh
.
semua yang dilangit dan dibumi adalah hanya Alloh semata