Laman

Sabtu, 24 Mei 2014

Masih Yakin kita melihat dengan mata???


proses dalam kita melihat tidak sesimpel yg kita rasakan,,, mata dalam tubuh kita bukan alat untuk melihat seperti yg kita yakini selama ini,, mata hanya berfingsi sebagai penangkap cahaya,, cahaya yang terpantul dari objek yang kita lihat akan ditangkap oleh mata dan cahaya tersebut akan langsung diubah menjadi sinya2 elektrik didalam mata,, yang dimana sinyal2 elektrik akan diteruskan melalui syaraf2 dari mata menuju otak kita,, diotak inilah sinyal2 tersebut akan dikonversi menjadi pencitraan gambaran seperti yang kita lihat,,, kuat lemahnya cahaya yg masuk ke mata akan dikonversi menjadi terang dan gelap,, sedangkan perbedaan panjang gelombang cahaya yg masuk ke mata akan di konversi menjadi berbagai macam warna... kesimpulannya apa yg kita lihat selama ini bukanlah kenyataan yg hakiki, melainkan hanya sebuah interpretasi yang di terjemahkan oleh otak sesuai dengan inputan cahaya yg masuk kedalam mata,,,,
Jika mata hanya berfungsi sebagai penangkap cahaya kemudian mengkonversi cahaya menjadi sinyal elektrik, dan otak hanya mengkonversi sinyal elektrik menjadi sebuah gambaran,,, maka pertanyaannya,, siapakah yang selama ini melihat gambaran tersebut?? dan dimanakah yang selama melihat gambaran tersebut???

Cinta Menurut Kaum Sufi


Cinta diambil dari kata ‘habab’ (Gelembung air) yang selalu berada di atas air. Dikatakan demikian karena cinta merupakan puncak segalanya dalam hati.
Dikatakan pula bahwa Cinta itu berasal dari istilah ‘menetapi’. Jika dikatakan “dia mencintai unta, maka ia menetapi bersama unta dan tidak meningalkannya, seolah-olah orang yang jatuh cinta itu hatinya tidak pernah melupakan untuk mengingat kekasihnya.
Diceritakan bahwa kata ‘hubbu’ (cinta) diambil dari kata ‘al habbu’ sebagai bentuk plural dari kata ‘habbah’ (biji), sedangkan biji hati merupakan sesuatu yang berada dan menetap dalam hati. Dari sini cinta disebut benih (biji) karena Cinta adalah benih kehidupan.
Kemudian Cinta itu disebut tiang karena Cinta menaggung kesenangan dan penderitaan.
Cinta merupakan suatu tempat yang berisi air. Tempat ini penuh dengan air dan tidak ada tempat untuk lainnya. Demikian jika hati telah penuh dengan Cinta, maka tiada tempat untuk selain kekasihnya.
Dikatakan bahwa Cinta mendahulukan kekasihnya daripada semua yang menyertainnya.
Dikatakan bahwa Cinta setia kepada kekasihnya, baik ketika berhadapan dengannya atau tidak.
Abu Yazid Al-Busthami berkata “Cinta menganggap sedikit pemberian yang ia keluarkan dan menganggap banyak pemberian kekasih walaupun sedikit.”
Sahal bin Abdullah berkata “Cinta itu merangkul ketaatan dan menentang kedurhakaan.”
Al-Junaid berkata “Cinta adalah masuknya sifat-sifat kekasih pada sifat-sifat yang mencintainya.”
Abu Ali Ahmad Ar-Rudzabari berkata “Cinta adalah kesetiaan”
Abu Abdullah Al-Quraisy berkata “Hakikat Cinta jika kamu memberi, maka kamu memberikan semua yang kamu miliki kepada orang yang kamu Cintai, tanpa tersisa sedikitpun untukmu.”
Dalf Asy-Syibli berkata berkata “Disebut Cinta Karena Cinta menghapus hati dari ingatan semua selain yang dicintainya.”
Dalf Asy-Syibli berkata “Cinta, Jika kamu cemburu pada seorang kekasih, maka orang sepertimu adalah mencintainya.”
Ahmad bin Atha’ berkata “Cinta itu dahan-dahan yang ditancapkan dalam hati sehingga hati akan berbuah seperti kemampuan akal.”
Muhammad bin ali al-Kattani berkata “Cinta Harus lebih mengutamakan yang dicintai.”
“Cintamu kepada sesuatu bisa membuatmu buta dan tuli” (HR Abu Dawud nomer 5130 dalam ‘Al-Adab’, Musnad Imam Ahmad 5 Halaman 194, dan 6 Halaman 450)
Kata ‘hubbu’ terdiri dari dua huruf ; ha’ dan ba’. Isyarahnya bahwa orang yang Jatuh Cinta harus keluar dari ruh, badan dan hatinya seperti kesepakatan suatu kaum yang mengatakan bahwa Cinta itu adalah kesetiaan. Kesetiaan yang paling nyata adalah kesetiaan dalam hati. Cinta harus tidak kontradiksi karena orang yang jatuh cinta akan selalu bersama orang yang dicintainya. Dengan demikian, maka terjadilah komunikasi,”
“al mar-u man’a ihabba”, Seseorang akan bersama yang dicintainya. (HR Mutafaqun alaih)

Ilmu ini (Hakikat) hanya bisa turun dengan Kasih Sayang

Ilmu ini (Hakikat) hanya bisa turun dengan Kasih Sayang
Islam adalah agama damai, sejuk, indah, memberi keselamatan kepada pemeluknya dunia dan akhirat serta menjadi rahmat bagi seluruh alam. Siapapun yang menyentuh Islam akan ikut bahagia lahir dan bathin. Islam adalah agama yang mengajarkan pemeluknya untuk berakhlak yang baik dan bekasih sayang antara satu dengan lain. Junjungan kita Rasulullah SAW memberikan contoh akhlak yang baik itu dan membimbing para sahabat dan ummat zaman itu untuk berakhlak yang baik, saling sayang menyayangi dan saling mencintai satu sama lain. Begitu mendalam dan berbekas pengajaran akhlak dari Nabi kepada sahabat sehingga mereka bahkan lebih mencintai saudaranya dari mencintai diri sendiri.
Bukan hanya terhadap ummat, kepada musuhpun Nabi menunjukkan kasih sayang, memberikan maaf kepada orang yang menyakiti Beliau bahkan terhadap orang yang pernah ingin membunuh Beliau. Power kasih sayang yang tulus itulah yang menyebabkan Beliau bisa diterima oleh segala lapisan masyarakat Arab yang terpecah menjadi banyak kabilah dan suku.
Dalam Hadist Qudsi Allah berfirman :
“Kasih sayang-Ku pasti Ku berikan kepada mereka yang saling berkasih sayang di jalan-Ku, saling berkumpul memenuhi panggilan-Ku, saling memberi pada jalan-Ku dan saling berziarah berkunjung karena aku”. (HR. Ahmad, Hakim, Thabrani, Ibnu Hibban, dan Baihaqi dari Mu’az).
Apabila kita ingin dicintai oleh Allah, maka tebarkanlah kasih sayang kepada semua manusia di muka bumi ini terlebih lagi kepada kekasih-Nya. Selain dari Guru Mursyid, kita tidak tahu siapa diantara manusia yang berjalan dimuka bumi ini yang dekat dengan Tuhan dan makbul doanya sehingga tidak ada salahnya kalau kita berbuat baik dan menghargai semua orang sebagai bagian dari ajaran Rasulullah SAW. Bisa jadi orang yang kita lihat secara zahir bisa-biasa saja ternyata dialah orang yang paling dekat dengan Allah.
Berbuat baik dan menebarkan kasih sayang itu ibarat menam tanaman yang baik, semakin lama akan menuai hasil yang baik pula. Sebaliknya, berbuat jahat dan kemungkaran seperti menebarkan api yang akan bisa membakar dan memusnahkan diri sendiri.
Guru saya yang mulia memberikan nasehat, “Jangan pernah kau mendokan orang dengan doa yang buruk, karena kedudukanmu akan buruk pula di mata Tuhan”. Guru sangat melarang kita untuk mendoakan orang agar kena bala atau mendapat musibah, walaupun orang tersebut telaah berbuat jahat kepada kita. “Jika ada orang yang berbuat tidak adil kepada engkau, serahkan kepada Tuhan karena Dia lebih mengetahui hal yang tidak kau ketahui”, demikian nasehat Guru kepada saya.
Cara Nabi membina ummat Beliau zaman dulu kemudian diteruskan oleh para ulama pewaris Beliau sampai sekarang, sehingga tidak mengherankan kita lihat di kalangan pengamal Tarekat terutama yang masih satu Guru, diantara sesama murid benar-benar akrab secara lahir dan bathin. Mereka saling berkasih sayang, saling menghargai satu sama lain. Kedekatan dan keakraban semasa murid Guru bahkan melebihi kedekatan dengan saudara kandung. Memang para murid secara jasmani dilahirkan dari ibu yang berbeda akan tetapi secara rohani mereka “dilahirkan” dari Guru yang sama.
Sesama murid Guru, pada hakikatnya kedudukan kita sama, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah walaupun dalam pandangan zahir terkadang dibedakan dari tahun masuk tarekat, tahun dituakan atau jumlah suluk yang pernah di ikuti. Biarlah Guru dan Allah SWT yang memberikan penilaian terhadap kedudukan kita, sementara tugas kita hanya memperkuat tali persaudaraan sehingga rahmat Allah akan selalu mengalir kepada kita semua. Begitu tingginya nilai persaudaraan dan persahabatan sehingga Allah menjadi orang ketiga diantara dua orang yang bersahabat sebagaimana Firman Allah :
“Aku adalah yang ketiga dari antara dua orang yang bersahabat selama salah seorang diantaranya tidak berkhianat. Bila salah seorang berkhianat kepada temannya, maka aku keluar diantara keduanya.” (HR. Abu Daud dan Hakim dari Abu Hurairah).
Saya mengakhiri tulisan singkat ini dengan mengutip ucapan Guru, “Ilmu ini (Hakikat) hanya bisa turun dengan Kasih Sayang dan kau pun menyampaikannya dengan kasih sayang, tanpa kasih sayang maka ilmu ini tidak akan bisa turun (tidak bisa diajarkan)”. Maknanya, ilmu-ilmu hakikat yang sangat tinggi nilainya hanya bisa turun (mengalir) dari Guru kepada para murid dan dari murid kepada orang lain harus dengan kasih sayang. Itulah sebabnya dalam terekat yang diutamakan bukan zikir atau ibadah akan tetapi Hadap (sopan santun) kepada Guru karena itu merupakan kunci turunnya seluruh ilmu dan karunia Allah SWT.

Jumat, 23 Mei 2014

——-TAMPARAN TUHAN YANG PENUH KASIH SAYANG——-


Ilmu Allah Swt sangatlah Luas sekali bahkan tak terbatas. Di dalam Ke Maha Luasan Ilmu-Nya itu meliputi segala
macam sifat2, apakah itu yang baik2 maupun yang buruk2, juga meliputiyang “Alami” dan “Ilmiah”. Tinggal bagaimana manusianya mengambil pelajaran dan hikmah dari apa2 yang telah di sediakan Allah Swt dari pada
Ilmu-Nya yang Maha Luas tadi. Jika kita semuanya mau menyadari…,
bahwa sesuatu yang Alami dan sesuatu
yang Ilmiah itu adalah bagaikan dua
kekuatan yang saling berhubungan satu
dengan yang lain. Ibarat dua tangan,
yaitu Tangan Kiri dan Tangan Kanan yang kedua2nya punya peranan
masing2 dan memiliki kedudukan
masing2. Akan tetapi walau kedua2nya
berbeda dari segi peranan dan
kedudukan tentunya jika ia bekerjasama dalam hal Kebaikan maka akan terjalinlah suatu keharmonisan
dalam hidup. Tetapi jika masing2 diri hanya melihat peranan dan kedudukan di dirinya
semata tanpa melihat saudaranya yang
lain, begitu pula sebaliknya. Maka tak
ubahnya ia itu ibarat Manusia yang
hanya memiliki Satu tangan. Ada yang memiliki hanya tangan kanan saja dan
ada pula yang hanya memiliki tangan
kiri saja.

Apakah itu yang dikatakan SEMPURNA?
Kesempurnaan itu bukanlah terletak
pada kedirian/ke EGO an/Hawa Nafsu. Karena kedirian/ke EGO an/Hawa Nafsu itu membawa perselisihan, perdebatan,
pertengkaran, permusuhan, sumpah
serapah, kutuk mengutuk, hujat menghujat, caci mencaci, cela mencela,
prasangka buruk, merasa diri yang
paling benar, yang paling sampai dll….dll…dll… dan pada akhirnya akan
timbul Fitnah memfitnah.
Apakah seperti itu para Arifbillah…..???
Apakah seperti itu para Pencinta Allah…..???
Apakah seperti itu para Kekasih Allah…..???
“Kebenaran yang Hakiki”(Allah Swt)
itu adalah Maha segala Maha, walaupun “DIA” pantas untuk sombong karena Maha segala Maha tetapi pada
kenyataanya “DIA” tidaklah sombong
bahkan Maha Rahman dan Maha Rahim. Buktinya…. Insan yang lemah tiada daya
dan tiada upaya yang fitrahnya di dalam
ke Dho’if an senantiasa selalu di perhatikan. Dari pagi sampai pagi lagi,
dari buka mata sampai tutup mata… 24
jam sehari semalam selalu mengalir Berkat, Rahmat dan Nikmat-Nya kepada
Insan walau insan itu menyadarinya
ataupun tidak.
Lalu bagaimanakah mereka2 yang telah
merasa kenal dengan Allah…???
Banyak di antara mereka yang lupa akan fitrah dirinya, sehingga
“KESADARAN” telah di kendalikan
oleh “PERASAAN”, Ya….
“PERASAAN”. Perasaan telah
menguasai Kesadaran dirinya sehingga membuat dirinya
merasa paling sempurna, merasa paling berilmu,
merasa paling tinggi, merasa paling
hebat, merasa paling kenal, merasa
paling sampai, paling…. paling…paling.
1000 kali paling… …..Waaaaaaaahhh!!!!!.
Saudaraku….. semuanya. Sungguh!, Letak kesempurnaan itu
hanya ada pada Allah Swt yang di sebut
pula dengan “KEBENARAN HAKIKI”.
Jika seseorang berjalan menuju kepada-Nya dengan menyadari ke Fitrahan
dirinya dengan menyadari Sesadar- sadarnya bahwa dirinya itu “Laa Haw
Laa Wa Laa Quwwata Illaa Billah”(Tiada
daya dan tiada upaya melainkan Qudrat
Iradat Allah semata dari buka mata
sampai tutup mata kembali, 24 jam
sehari semalam di dalam gerak dan diamnya, maka merekalah yang akan masuk dalam Pemeliharaan Allah Swt.
Dan akan di tuntun oleh Allah kepada
jalan2 kebaikan yang membawa
Rahmat Kasih dan Sayang.
Tetapi apabila Kedirian/ke EGO an/Hawa Nafsu yang mengendalikan
dirinya dari buka mata sampai tutup
mata kembali, 24 jam sehari semalam di
dalam gerak dan diamnya, maka
merekalah yang akan masuk di dalam perangkap “Iblis/Syaitan yang
membuat perasaan was2, sangka2,
perasaan gelisah, perasaan bingung,
perasaan gundah, perasaan resah,
perasaan takut dll. Dan akan dituntunlah
ia oleh Perasaan itu kepada jalan2 keburukan yang membawa Laknat,
Benci, dan Tak mau tersaingi.
Tetapi bagaimana dengan mereka yang
telah mengenal akan Allah tetapi masih
saja kedirian/ke EGO an/Hawa Nafsu
yang mengendalikan dirinya, yang
berbuahkan…… Laknat, Benci, dan Tak
Mau Tersaingi…?
Berarti mereka itu mengenal akan Allah
hanya masih di tataran TEORI belaka, belum lagi masuk kepada
“KESADARAN”, walau mengakunya
telah sampai, walau mengakunya telah
sempurna ilmu, walau mengakunya telah dituruni Laduni, Walau
mengakunya telah MANUNGGALING
KAWLA GUSTI. Jika masih kedirian/ke
EGO an/Hawa Nafsu yang
mengendalikan dirinya, maka apa2 yang di aku2i nya hanyalah TEORI!…. ya… TEORI!
Saudara2ku semuanya……
Marilah kita kembali kepada KESADARAN yang ada pada diri kita
masing2. Tanyakan pada diri kita….dan
Renungilah.
Apakah saya masih di kendalikan oleh
kedirian/ke EGO an/Hawa Nafsu ataukah tidak…???
Tanyakanlah…. Tanyakanlah….
Tanyakanlah….
Pesan ini lebih utama untuk diri saya
pribadi, dan juga untuk kita semuanya yang berada di jalan Ma’rifatullah.
Agar benar2 kita berada pada jalan Ma’rifatullah yang sesuai dengan yang dijalani para Anbiya wal Mursalin, Wali2 Allah dan para Arifbillah yang Ikhsan.
Salam Cinta Damai Kasih dan Sayang didalam Rahmat dan Ridho Allah swt.
Pengembara Jiwa yang masih di dalam perjalanan dan masih di dalam belajar

HANCURNYA KEGEMILANGAN ISLAM

RENUNGANKU
HANCURNYA KEGEMILANGAN ISLAM
Pernahkah anda mengkaji pasal sejarah
contah kejatuhan jaman kalifah atau
hancurnya kerajaan islam dinusantara
yaitu samudra pasai..( aceh )
sebetulnya hancurnya jaman kekalifahan
dan kerajaan samudra pasai sama saja
hanya berbeza masa dan zamannya
islam hebat karna ahli sufinya bukan
yaitu orang orang yg mempelajari
tarikat hakikat dan makrifat..atau tasauf
bukan yg asik cirite pasal hukum jew
begitu jugak dgn jaman itu...
samudra pasai adalah kerajaan hebat..
para penjajah dan yahudi..
tak dapat kalahkan karna begitu bnyknya
ahli sufi dan kerohanian di dalam kerajaan itu..
yang ikut berperang..dan jadi benteng pertahanan
untuk mengalahkannya mereka
mereka membuat satu plan..
yaitu disuruhnya atau mengupah orang untuk belajar..
tentang islam. tetapi bnyk pada sariat fekah
.apabila mereka ini mendapat nama...
otomatik mereka akan duduk ditempat tinggi
atau menjadi penasihat agama dikerajaan itu..
ada juga yg menjadi guru..
maka mereka hanya ajar ilmu sariat saja
cerite pasal hukum, baca quran, zakat..puasa sholat
tetapi mereka tidak ajar usuludin..
tarikat hakikat makrifat dan tasauf..
mereka hanya ajar pada kulit sahaja..
agar tidak jumap isi sebenarnya
dan mereka mula mengadu domba..
dgn mengatakan jalan tarikat, hakikat makrifat
atau tasauf adalah jalan sesat ,sirik , sesat jalan.
sesat ilmu..dan mcm mcm lagi..
tujuanya agar orang orang yg blum mengenal..
tak dapat belajar atau menjauhi ilmu ini..
dan bnyk juga ahli ahli kerohanian ini..
yang dihukum pancung..
maka akibatnya tembok islam hancur dari dlm..
karna pergaduhan ilmu dan apa bila bangsa asing
menyerang maka tembok tembok kukuh
dari ahli ahli kerohanian semakin berkurangan
maka kalahlah kerajan islam itu..
tuan puan mungkin tidak sadar..
minda dan fikiran tuan dan puan
sudah di rogol diperkosa dan dijajah awal awal lagi..
tanpa perasan...knp..karna tuan puan..
sudah menganggab ilmu ini sesat jalan
adakah tuan puan pernah mengkajinya..
haram jadah memang tak pernah ponm..
karna awal awal orang yg duduk sebagai mufti..
yang mengeluarkan fatwa ilmu nie sesat..
dan adakah tuan dan puan tau..
siapa yg bercakap itu..
orang islamkah atau orang yg belajar..
dari guru guru yg diupah atau dirasuah oleh
yahudi dan bangsa asing...
yang hanya mengajar pasal fekah semata mata..
tentu anda tidak tau..
karna anda tak pernah mengkaji..
hanya suka pada mencaci..
contoh sekarang..
ada orang mau bercerita pasal agama..
atau mengadakah kuliah atau ceramah ilmu
agama harus ada permit atau lesen...
apakah tujuan yg tersirat..
yaitu agar islam tak berkembang
dan makin kurangnya orang yg cerita pasal ilmu..
karna sudah dibatasi oleh lesen atau permit..
dan islam tidak maju....
diindonesia dihancurkan melalui ekonomi..
tetapi cerite agama masih bebas
dan boleh dimanaponm tanpa ada permit atau lesen
disini malaysia ekonomi maju tetapi
agama mula dipantau dgn permit atau lesen
agar pengajian tentang ilmu
usuludin, tasauf tarikat hakikat dan makrifat..
tidak berkembang dan mati..
maka agenda yahudi berhasil
maka akan same seperti jaman dahulu
seperti jaman kalifah atau kerajaan samudra pasai
apalah lagi hukum hudud itu
disahkan..comfm semu orang dijalan ini
akan dipancung , dipotong dan mcm macm gi..
cobelah renung dlm dlm
tuan puan..
dan cobelah mengkaji..
bukan duduk mengaji jew..!!

Syeikh Muhammad bin Salim Bab-shil: Rahasia Sholawat Sebagai Pendingin Akan Panasnya Tabiat

Syeikh Muhammad bin Salim Bab-shil: Rahasia Sholawat Sebagai Pendingin Akan Panasnya Tabiat
Keistimewaan shalawat, tidak terbilang jumlahnya, termasuk di antaranya: menyebabkan turunnya rahmat, menghapus dosa dan keburukan, mendatangkan hajat, menghilangkan problem yg sulit dipecahkan dan tdk ada amalan yg lebih berguna untuk menerangi hati dan mendapatkan ridlo Allah, yang maha mengetahui segala sesuatu yg ghaib, kecuali bacaan shalawat. Shalawat memang sangat istimewa, dibandingkan dzikir2 lain sebab shalawat bisa menghilangkan panasnya tabiat, sedangkan dzikir2 yg lain justru meluapkan aura panas.
Pengamal Sholawat Tidak Membutuhkan Guru Spiritual (Syeikh Mursyid)
Membaca sholawat, merupakan bentuk ibadah, yg paling utama dan paling besar pahalanya. Sampai2 sebagian kaum arifun mengatakan, “sesungguhnya sholawat itu bisa mengantarkan pengamalnya untuk ma’rifat kepada Allah, meskipun tanpa guru spiritual (mursyid). Karena guru dan sanadnya, langsung melalui Nabi.
Ingat! Setiap sholawat yg dibaca seseorang selalu diperlihatkan kpd beliau dan beliau membalasnya dg doa serupa. Hal ini berbeda dg dzikir2 (selain sholawat) yg harus melalui bimbingan guru spiritual yg sudah mencapai maqam ma’rifat. Jika tidak demikian, maka akan dimasuki syaithon dan pengamalnya tdk akan mendapat manfaat apapun.

Kamis, 22 Mei 2014

Membandingkan Jualan Pencitraan Dua Kandidat Capres

Saat datang ke kantor Yahoo Indonesia pada Januari 2014 lalu, capres Konvensi Partai Demokrat Gita Wirjawan mengatakan bahwa dalam upayanya menjadi seorang capres, “Pekerjaan saya adalah menjual tesis, narasi. Semuanya tentang narasi. Ada penjual, ada pembeli.”

Meski Partai Demokrat kemudian tak bisa mengajukan capres sendiri, dan impian Gita Wirjawan untuk menjadi capres harus gugur, ada sesuatu yang penting muncul dari jawabannya tentang menjual narasi tersebut.

Politik, terutama pemilihan presiden, adalah soal menjual narasi ketokohan si capres. Tentu semua sudah tahu itu, tapi, entah karena terlalu jujur atau naif, dari Gita-lah kita mendapat jawaban gamblang akan sesuatu yang tak mau diakui secara terbuka oleh capres lain. Bahwa ada proses manipulasi citra yang terjadi di belakang layar.

Dalam kurang lebih 50 hari ke depan, kita akan melihat narasi ketokohan seperti apa yang dijual masing-masing capres, dan pada akhirnya, menentukan seberapa meyakinkan mereka menjual narasi tersebut ke calon pemilih. Baik Jokowi maupun Prabowo akan menegaskan bahwa narasi ketokohan yang mereka jual itu benar adalah diri mereka sehari-hari, bahwa mereka adalah sosok yang asli, genuine, autentik. Dan dalam upaya menunjukkan autentisitas diri, tampaknya Jokowi punya keunggulan karena kisah hidupnya yang relatif tak diketahui.

Mari kita bandingkan.

Sebelum Prabowo suka memakai pakaian safari seperti Soekarno, bahkan menggunakan mic khusus yang membuat dia seperti pria dikirim oleh mesin waktu langsung dari dari era Kemerdekaan Indonesia, ia adalah anak dari Begawan Ekonomi Indonesia, Sumitro Djojohadikusumo.

Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto memberikan sambutan dalam perayaan …

Julukan Begawan Ekonomi tak melebih-lebihkan semua pencapaian Sumitro. Ia sudah menjadi Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada usia 34, menjadi Menteri Perdagangan dan Perindustrian pada usia 33. Sebagai dekan FE-UI, ia berperan dalam mendidik orang-orang yang kemudian menentukan dan mengambil keputusan penting dalam ekonomi Indonesia.

Singkatnya, dialah yang meletakkan fondasi dan menentukah arah sistem ekonomi Indonesia modern. Ayah Sumitro, Margono Djojohadikusumo bahkan menjadi pendiri, pembentuk, dan Direktur Utama Bank Negeri Indonesia (BNI).

Pada masa kuliahnya di Universitas Sorbonne, Paris, Sumitro dikabarkan berinteraksi dengan filsuf pemenang Nobel Henri Bergson, fotografer yang kemudian dikenal sebagai Bapak Jurnalisme Foto Henri Cartier-Bresson, dan pemimpin dunia Jawaharlal Nehru. Dengan sosok ayah yang terhubung ke lingkaran pergaulan intelektual dunia seperti inilah Prabowo tumbuh besar dan terbentuk.

Prabowo sendiri bukannya tak punya pergaulan kelas dunia. Raja Yordania, Abdullah II, adalah salah satu sahabatnya. Saat sang raja datang ke Jakarta pada akhir Februari lalu, ia lebih dulu menemui Prabowo daripada menemui kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Dalam situs Gerindra Sulawesi Selatan, kedekatan Prabowo dan Raja Abdullah II dibahas lebih jauh.

“Kisah persahabatan Prabowo dan Abdullah dituangkan dalam buku berjudul “Prabowo: Dari Cijantung Bergerak ke Istana”. Dalam salah satu bab, dikatakan bahwa Yordania adalah negara kedua bagi Prabowo, terutama setelah kisruh 1998 pecah. Saat itu, Abdullah yang masih menjadi pangeran menawari Prabowo untuk tinggal sementara di negaranya. Prabowo disambut hangat oleh Abdullah. Bahkan Prabowo sempat diundang ke markas tentara Yordania Dia tiba dengan pakaian kasual, namun disambut secara militer. “Di sini Anda tetap Jenderal,” kata Abdullah sambil memeluk Prabowo. Bahkan, Abdullah II yang saat itu memimpin Komando Pasukan Khusus Kerajaan Yordania memaksa Prabowo menginspeksi pasukannya. Sejak saat itu, Prabowo mengaku jatuh cinta dengan Yordania.”

Bukan hanya persahabatannya kini, sosok Prabowo dulu juga tak lepas dari keterkaitannya dengan salah satu (atau malah satu-satunya) keluarga paling berkuasa di Indonesia.

Presiden Soehato dan keluarga, berdiri dari kiri ke kanan: Sigit Harjojudanto alias Sigit Soeharto, Prabowo Subianto, …

Kiprah Prabowo sendiri di Kopassus (dan akhirnya yang tak menyenangkan buat dia) sudah banyak dibahas media.

Meski dengan kegagalannya, kehidupan Prabowo, baik dari sisi didikan keluarga, lingkungan sosial, status pernikahannya (dulu), membuat dia dekat dan menjadi bagian dari kekuasaan. Maka wajar saja jika di rumahnya di Sentul, Bogor, Jawa Barat, dia punya pendopo seperti layaknya keraton raja-raja Jawa. Dalam wawancara dengan Financial Times pada Juni 2013 lalu, Prabowo bahkan disebut bisa melacak garis keturunannya sampai sultan-sultan Mataram, penguasa Jawa terakhir sebelum jatuh ke kekuasaan East India Company milik Belanda pada abad 18.

Maka, posisi presiden, atau ‘raja’, buat Prabowo bukanlah lompatan yang fantastis karena orang-orang yang dekat dengan dia (pernah) berada di posisi tersebut. Buat Prabowo, punya kuda-kuda berharga miliaran, punya pendopo, menjadi penguasa bukanlah ilusi atau fantasi akan kebesaran (grandeur) tapi sekadar memenuhi takdirnya.

Pendopo di rumah Ketua Umum Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Prabowo Subianto, di kawasan …

Sekarang mari kita lihat Jokowi.

Sosoknya pertama muncul di media sebagai Wali Kota Solo yang berhasil memindahkan PKL ke lokasi baru dengan cara tidak biasa, mengajak mereka makan bersama untuk membujuk sampai akhirnya mau pindah. Berbeda dengan cara-cara pemimpin daerah lainnya yang memindahkan PKL dengan cara penggusuran paksa.

Wali Kota Surakarta, Joko Widodo, Jawa Tengah, Jumat, 19 Desember 2008. [TEMPO/ Yosep Arkian; YA2008121802]

Dalam esai ini, ada lima tip yang bisa ditiru calon pemimpin daerah untuk menjadi Jokowi berikutnya, (1)bertarunglah di pilkada, (2)utamakan bertarung di daerah-daerah atau kota-kota besar yang populer dan dekat dengan media, (3)menangkan pilkada itu, (4)bekerjalah dengan sebaik-baiknya dan tunjukkan perubahan yang berarti dan kasat mata, (5) sedari awal begitu terpilih langsung rancang tim komunikasi yang terus menerus mengkampanyekan gerak-gerik dan perubahan-perubahan yang sudah dilakukan dengan cara yang cantik, cerdik, dan sadar media.

Poin lima inilah yang terpenting dalam membentuk dan menjaga konsistensi narasi seorang tokoh.

Selama ini, Jokowi selalu dicitrakan sebagai seorang yang sederhana, tidak neko-neko, apa adanya, polos, dan lugu. Namun, dalam wawancara dengan Yahoo Indonesia pada Februari 2012 lalu, Jokowi sekilas memberi gambaran akan sosoknya yang sebenarnya.

Wawancara itu dilakukan menjelang pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Jokowi pun ditanya, apakah ia berminat untuk mencalonkan diri jadi gubernur ibu kota? Saat itu, pencalonannya sebagai gubernur baru wacana dan harapan semata. Belum ada sosok atau tokoh atau petinggi parpol yang menganggap ide itu serius.

Jokowi menjawab, “Dalam setiap keputusan harus ada kalkulasi matang. Semua harus dihitung detil, data harus dikuasai benar, lapangannya dikuasai benar. Sehingga saat memutuskan, "Ya, saya maju", saya bukan maju untuk kalah. Kerja harus seperti itu, maju ya untuk menang.”

Saat wawancara. ia mengaku belum menghitung kemungkinannya. Namun saat ditanya tentang dukungan yang terus mengalir, dia bilang, “Kalau nanti PDIP menugaskan, hmm... Saya akan kalkulasi kemungkinannya, tetap harus ngukur. Maju harus untuk menang.”

Jawaban-jawaban ini bisa kita terima dari permukaan saja, bahwa memang segalanya harus diperhitungkan, namun kita mendapat gambaran akan seorang Jokowi yang sebenarnya sangat berhati-hati dan kalkulatif dalam berhitung untung rugi tindakannya. Jauh dari kesan sederhana, polos, dan apa adanya. Dia adalah seorang penghitung dan penganalisis risiko meski menampilkan kesan seseorang yang sederhana.

Dalam analisisnya akan bintang pop Lorde, akademisi Anne Helen Petersen menyebut bahwa setiap selebritas punya dua komponen utama dalam pembentukan citra, yaitu produk (atau sosok si seleb sendiri) dan pencitraan yang dibangun di sekitar si seleb, yang biasanya dikenal sebagai publisitas.

Dalam kasus Lorde, dia menjadi bintang pop yang berbeda dari Justin Bieber atau Selena Gomez atau Taylor Swift karena yang dia lakukan dengan menjadi tidak sempurna dengan menunjukkan hasil Photoshop majalah akan jerawat di wajahnya, dengan bicara apa adanya dan berani mengritik bintang lain, adalah dirinya yang sebenarnya, bukan hasil manipulasi pencitraan tim komunikasi.

Namun, yang tak disadari, dan yang kemudian disoroti oleh Petersen, bahwa ketiadaan pencitraan, yang seolah-olah spontan, wajar, dan tidak neko-neko, sendirinya adalah sebuah citra.

Jokowi (dan timnya) cukup tahu bahwa ada stereotipe yang muncul di masyarakat akan pejabat di Indonesia—bahwa mereka manja, selalu mau dilayani, ingin enaknya saja, dan diutamakan. Maka, muncul berita-berita dan foto penumpang yang naik satu pesawat ekonomi dengan Jokowi. Ia naik pesawat tanpa pengawalan istimewa dan membawa kopernya sendiri.

Masalahnya, menurut Petersen, autentisitas seorang selebritas sebenarnya hanyalah ilusi, atau produk buatan juga. Bertemu seorang selebritas (atau capres) secara langsung (atau di pesawat ekonomi) awalnya disebut sebagai satu-satunya cara melihat selebritas itu sebenarnya seperti apa saat jadi orang biasa. Tapi tentu selebritas itu tahu, bahwa dia punya citra yang harus dijaga, maka “mereka tidak langsung akan menjadi diri mereka sebenarnya hanya ketika Anda berada satu lift dengan mereka.”

Mungkin memang Gubernur DKI dan capres PDIP ini sering naik pesawat sendiri, namun dengan kemampuan kalkulasi Jokowi, tentu kita bisa (dan harus) bertanya, apakah itu memang dirinya yang sebenarnya—sederhana, apa adanya—atau dia dan timnya tahu bagaimana membangun citra sederhana dengan cara yang sangat halus?

Wali Kota Solo, Joko Widodo alias Jokowi (kanan), ikut menari bersama ribuan masyarakat dari berbagai golongan …

Dalam wawancara dengan Yahoo Indonesia, Jokowi tak memunculkan kata itu, tapi dia menegaskan bahwa dia tak punya potongan untuk jadi pemimpin. “Waktu baru 6 bulan jadi walikota, saya memilih ajudan yang secara performa ganteng dan bagus. Eh malah kalau ada tamu, yang disalamin dia dulu. (tertawa) Malah dia yang dikira walikota, saya nggak. Artinya saya nggak punya potongan jadi walikota, apalagi jadi gubernur.”

Tak sulit membayangkan Jokowi akan menjawab seperti ini juga jika ditanya, apakah ia berminat jadi presiden. Buktinya, pada berita Januari 2012 ini, ia menjawab, jangankan jadi calon presiden, jadi walikota saja dia tak punya potongan. Cocoknya cuma jadi Ketua RT. Seolah dia tak punya ambisi kekuasaan jika dibandingkan dengan sosok lain yang begitu ngotot jadi presiden seperti Aburizal Bakrie.

Ada satu kata yang sering diucapkan Jokowi untuk menegaskan posisinya sebagai kebalikan dari kebanyakan tokoh politik atau capres di Indonesia, yaitu ‘ndeso’.

Calon Gubernur DKI Jakarta dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Gerindra, Joko Widodo, makan siang …

Narasi ‘ndeso’ itu ia tegaskan lagi saat tampil kampanye di Lampung pada Maret 2014. “Saya itu enggak punya duit, ndeso, miskin koneksi pusat,” kata Jokowi. Beberapa hari kemudian, di Banten, dia menggunakan lagi kata itu, “"Wajah saya capek nggak? Wajah ndeso nggak? Ya nggak apa-apa wajah ndeso. Tapi nanti...," ujarnya tanpa melanjutkan perkataannya.”

‘Ndeso’ tak muncul dari julukan media, tapi malah dari Jokowi sendiri. Kata ini seolah menjadi inti pemosisian (anti-)citra Jokowi. Dengan 'ndeso', dia berupaya tampil merendah sekaligus meninggikan dirinya, karena itulah caranya menjadi berbeda dengan para pesaing politik. Bahwa dibandingkan dengan Prabowo yang memposisikan diri sebagai elite negara, tumbuh besar di lingkungan orang cerdas dunia, dan kekuasaan, Jokowi bak Daud yang tengah melawan Goliath.

Calon Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo atau Jokowi, bersama ibunya, Sudjiatmi Notomihardjo (kanan), dan adik-adiknya …

Tapi, ketika kita melihat harta kekayaan Jokowi dan pendidikan serta pengalaman kerjanya, dia jauh dari sosok ‘ndeso’ dan sederhana. Dia bisa berkuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, salah satu universitas bergengsi di Indonesia. Ia pernah ke Aceh dan bekerja di PLN sebelum kemudian memiliki CV sendiri yang membuat dan mengekspor mebel jati.

Harta kekayaan Jokowi per 2010 saja tercatat Rp18,47 miliar dan $9483. Tanah dan bangunannya sejumlah Rp15,7 miliar tersebar di Kabupaten Sragen, Kota Surakarta, Kota Balikpapan, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Boyolali. Dia juga punya 11 mobil dan 1 motor yang bernilai Rp893 juta yaitu mobil Isuzu Panther (2), Isuzu (3), Honda City, Mercedes Benz, Nissan Terrano, Daihatsu Espass, Suzuki dan motor Yamaha Vino E. Dia juga punya usaha peternakan, perikanan, perkebunan, pertanian, kehutanan dan pertambangan senilai Rp1,004 miliar. Ditambah harta bergerak lain berupa logam mulia, batu mulia dan benda bergerak lain sejumlah Rp689,42 juta. Harta lainnya masih ada berbentuk giro dan setara kas lain senilai Rp186,724 juta.

Dengan semua perhitungan ini, sebenarnya Jokowi adalah bagian dari kelas menengah kaya Indonesia yang kemunculannya beberapa tahun terakhir jadi sorotan media. Memang, hartanya tak berada di kelas yang sama dengan Prabowo, Hatta Rajasa, Aburizal Bakrie, atau Jusuf Kalla, tapi kelas ekonomi Jokowi sebenarnya juga berada di atas rata-rata penduduk Indonesia.

Calon Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (baju kotak-kotak) berbincang dengan penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) …

Ada narasi lain sebenarnya yang bisa dipilih Jokowi untuk memunculkan dirinya. Namun, jika dia menampilkan dirinya sebagai bagian dari kelas menengah atau saudagar, tentu tak akan semenonjol dengan pilihannya saat ini, ‘ndeso’. Citra yang kemudian diperkuat dengan aksen Jawanya yang kental.

Dalam pemilihan presiden kali ini, kita melihat dua citra berbeda yang ditawarkan oleh masing-masing kandidat dan mungkin akan jadi simbol buat Indonesia ke depan. Antara seorang keturunan penguasa dengan didikan lingkungan dan pergaulan serta wawasan internasional untuk membangun visi kebangsaan atau seorang pria dengan latar belakang seperti kebanyakan orang Indonesia yang merambat naik di jabatan pemerintahan.

Jika Anda percaya dengan salah satunya, mungkin karena Anda merasa apa yang mereka tawarkan terasa lebih jujur, lebih asli dibanding yang lain. Namun, seperti kata Gita Wirjawan, menjadi presiden adalah soal menjual narasi.

Baik Prabowo, maupun Jokowi, sama-sama sedang berjualan (anti-)pencitraan. Sebagai calon pembeli, sudah sepatutnya kita mempertanyakan lagi, apa sebenarnya yang membuat kita tertarik ke salah satu kandidat ini dan kenapa.

Analisis tak berarti kita menghancurkan kepercayaan dan kekaguman kita pada seorang tokoh, tapi justru membuat kita menemukan dasar dan alasan kuat untuk percaya pada apa yang mereka tawarkan.

RENUNGANKU IKHLAS

Dalam aku merawat...tuhan datangkan bnyk sekali ujian..
Apa bila penyakit seseorang tue sembuh..
Otomatik aku akan berbangga diri..
Wahh...aku hebat...ada kuasa...
Aku boleh ini...Aku boleh itu...
Bigitu jugak dalam aku menerangkan atau mengajar ,
Terkadang aku merasa...
Wahhhh orang itu bodoh...dan ilmuku lebih tinggi..
Terutama bila disanjung dan dipuja...
Atau nk sanjungan itu...guru..atau ustad...
Dalam merawat atau jdi guru...
Iblis akan bnyk masuk dan mendatangi...
Yaitu dgn memasukan perasaan riya, sombong , egois
Takabur, berbangga diri.. dan beranggapan lebih hebat..
Dan berkebolehan lebih dari orang lain..
Maka untuk menghancurkan perasaan itu..
Tuhan datangkan sakit padaku..
Utuk aku mengingat dan trima hukuman..
Dan menyadarkan kesilapan aku tersebut..
Sakit itu berupa cengkaman
Dalam seluruh tubuhku..terutama otakku..
Aku cobe mencari..apakah benda nie...
Rupanya apabila aku bermujakarah..
Dgn kwanku kudapati sakit ini adalah karna ilmu...
Betul dan Benar....
Sebelum aku jumpe jalan kerohanian dan menuju pda tuhan..
Mengenar arti diriku sebenarnya...dalm arti hamba
Aku sangat jahil...
Aku jugak belajar mcm² ilmu..dan susuk..
Dgn berbagai guru..tetapi amalanku bnyk memakai
Ayat alquran , surah surah, dan ayat ayat..
ada juga yg mantera..boleh dikata..
Ilmu amalan ada 60 jenis ilmu..
dan susuk 40 jenis..berupa intan, emas, besi kuning..
Batu akik..
Dulu guruku...
Sebelum mengajar ilmu kerohanian..kenal diri..
Disuruhnya aku untuk membuang segala ilmuku
40 hari 40 mlam..aku disuruh..membaca ayat..
al isra ayat 81..itulah ayat menghilangkan setan dlm diri
dan memang benar..ilmuku macam hancur..
karna aku tak merasainya lagi...
Dan apa bila aku beralih arah...
Dari ilmu zikir menjadi ilmu rasa...
Aku memasuki badan dan diriku sendiri..
mengucapkan dua kalimah syahadah..
berjalan mencari tiada dlm diriku...
Aku mendapati..rupanya ilmuku terdahulu...
Hanya hilang kekuatannya saja..tetpi masih ada..
Dia menutub seluruh panca indra dan diriku...
sehingga aku macam terbelenggu
Dalam aku ciba mehilangkan ilmuku
Kedua sahabatku..mencobe membantu...
4 hari 4 mlm mengeluarkan ilmuku
ponm blum habis lagi diambil...
tetapi keadaanku lebih baik sedikit..
Dalam masih aku mencari jln untuk menghilankan ilmuku..
Aku bertemu dgnnya dlm alam maya ( fb )
Dia dpt tau bahwa aku tengah terbelenggu ilmu..
Tanpa aku bercerita..Namanya SS..
Dia bnyk memberi penerangan dalam arti iklas..
Aku sadar dan teringgat akan kesilapanku..
kesilapan dalam aku beramal terdahulu
yang maukan kehebatan dan kekuatan..
bukan maukan tuhan...
kenapa ilmu boleh membelenggu kita...
Karna kita tak iklas dlm beramal sehingga dapat kadam..
dari amalan tersebut..walauponm ayat atau surah al quran
sekalipun...karne aku sendiri yg yg melakukannya
berdasarkan pengalamanku...
aku beri contoh surat al fatehah atau ayat kursi..
kebnyakan saat ini dibuku atau guru menerangkan
tentang fadilat dan kegunaan ayat tarsebut..
maka apabila beraamal kite akan memikirkan surah tersebut..dgn maukan fadilat dan kelebihannya dgn niat pendinding, boleh merawat.., dijauhkan setan
boleh ini dan boleh itu ...
maka
kita akan jdi sirik...dan percaye ayat tersebut
mempunyai kekuatan dan kehebatan..
maka amalan itu akan jdi kadam
kadam itulah yg memberi perlindungan..
terus
dimana iklasnya...
dalam beramal..itu...
beramal semata mata maukan sesuatu..
BUKAN MAUKAN TUHAN...
Kalau engkau maukan tuhan...
tuhan sendiri yg jaga engkau
yang lindungi enkau
Jangan jdi macam kebodohanku...
ketolollanku...ke egoisanku...jadikan
kisah pahitku ini sebagai pengingat.
pengingat saat kau beramal...
jaga NIAT ITU...
NIAT
ITU SEPERTI KIRIM SURAT
JIKA SALAH TULIS ALAMAT
AKAN TERJADI SALAH TEMPAT..
YA ALLAH YA ROSULULLOH
Ampunkalah segala kesilapanku, perbuatanku,
kedaifhanku kejahilanku
baik sengaja atau tidak disengaja
dan lepaskanlah segala belenggu dan ikatan ini
kembali kepada engkau...
AMIN......

Tatkala Sayyidah FATIMAH Putri RASULILLAH Saw Sakit"


Saat RASULILLAH Saw di kabarkan bahwa PUTRI terkasihnya, Sayyidah FATIMAH sedang sakit.maka segera bliau menuju rumah
Sayyidah FATIMAH bersama sahabat nabi sayyidina Imran bin hushain.,

Sesampainya disana, beliau Saw mengucapkan salam dan minta izin untuk masuk.
Beliau Saw menemui putrinya yang sedang sakit, berbaring lemah di atas tikar yang terbuat daari anyaman daun kurma‘’
ASSALAMU’ALAIKUM WAHAI PUTRIKU, BAGAIMANA KEADAANMU ?’’ tanya Rasulullah Saw dengan penuh kasih sayang.’’
Demi Allah wahai ayah, aku sakit dan bertambah sakitku ketika aku tidak mendapatkan makanan beberapa hari ini, aku sangat
lapar wahai ayah, ! Jawab sayyidatina Fatimah RAH dengan suara lirih.
RASULILLAH SAW Menangis dan bersedih mendengar jawaban putrinya..
kemudian beliau Saw bersabda‘’ WAHAI PUTRIKU JANGAN ENGKAU MENANGIS DAN BERSEDIH HATI , DEMI ALLAH AKU
SUDAH TIGA HARI INI TIDAK MENCICIPI MAKANAN SEDIKIT PUN, SEDANGKAN AKU LEBIH MULIA DI SISI ALLAH DARI PADA
DIRIMU.SUNGGUH JIKA AKU MAU MEMINTA KEPADA ALLAH MAKANAN YANG LEZAT, PASTI ALLAH AKAN MEMBERIKANNYA
KEPADAKU, NAMUN AKU LEBIH MENGUTAMAKAN KEJAYAAN DI AKHERAT DARI PADA DI DUNIA ‘’
‘’ KETAHUILAH, MARYAM ADALAH WANITA PALING MULIA PADA MASANYA,KHADIJAH JUGA WANITA PALING UTAMA DI
MASANYA DAN ENGKAU ADALAH WANITA PALING MULIA DI MASAMU, KALIAN SEMUA KELAK DISURGA AKAN MENEMPATI
ISTANA YANG TIDAK ADA LAGI KESUSAHAN DAN KESEDIHAN DIDALAMNYA. BERSABARLAH WAHAI ANAKKU, BERLAKULAH
QANA’AH TERHADAP SUAMIMU (Sayyidina Ali bin abi thalib KWH), SUNGGUH AKU TELAH MENIKAHKANMU DENGAN
SEORANG PEMUDA YANG AKAN MENJADI PIMPINAN DI DUNIA DAN AKHERAT.
****
(Imam Al-Ghazali Ra telah menyebutkan kisah tersebut dalam kitabnya yang Fenomenal "IHYA’ ULUMUDDIN ).
"Subhanallah"
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻭَﺳَﻠِّﻢْ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎﻣُﺤَﻢﺩ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺍَﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎﻣُﺤَﻢﺩ

Kisah Haru JK dan Athirah, Ibunda Tercinta yang Meninggal dalam Pelukannya

Kisah Haru JK dan Athirah, Ibunda Tercinta yang Meninggal dalam Pelukannya

DI balik setiap manusia besar selalu ada kisah manusia-manusia besar. Di balik setiap keberhasilan, selalu saja ada kisah tentang mereka yang setia menebar benih-benih keberhasilan. Di bumi Anging Mammiri, terdapat satu kisah yang menyentuh hati tentang seorang anak yang tak meninggalkan ibunya selama lebih 40 tahun, serta kelembutan seorang ibu yang serupa embun dan mengantarkan anaknya hingga kursi Wakil Presiden RI. Ibu itu adalah Athirah, ibunda dari Muhammad Jusuf Kalla.

SUATU hari, di akhir tahun 1940-an. Nun jauh di desa Bukaka, Bone, Sulawesi Selatan, seorang ibu tengah menidurkan putranya. Ibu itu berbaju khas seorang wanita pedesaan. Ia bersenandung untuk anaknya dengan syair berbahasa Bugis, “Anakku. Semoga engkau panjang umur dan menjadi orang yang melampaui apa yang dicapai orang dalam kebaikan.”

Ibu itu menatap anaknya dengan penuh kasih. Langit dan bumi menjadi saksi betapa dirinya amat mencintai anaknya. Ia kemudian berzikir sembari melepas ribuan harapan agar kelak sang anak bisa menjadi manusia berguna. Hari itu, di pertengahan bulan puasa, sang ibu lalu membagikan sarung kepada banyak warga Bukaka, sembari berpesan, “Doakan supaya Ucu bisa jadi bupati.”

Bone terletak tak jauh dari pesisir laut Sulawesi. Lelaki Bone adalah para petarung yang menjadikan laut sebagai arena untuk mengasah kecakapan. Mereka berlayar hingga ke tempat-tempat yang jauh. Para pelaut Bugis telah lama masyhur dan memijakkan kaki di banyak tempat, mulai dari tanah Johor hingga Madagaskar.

Banyak pula di antara mereka yang menjadi pedagang dan sukses berniaga di mana-mana. Salah satu dari sekian banyak pedagang sukses itu adalah Hadji Kalla. Lelaki asal kampung Nipa di Bone ini adalah tipikal pedagang tahan banting yang telah berdagang sejak usia muda. Mulanya ia pedagang biasa di dekat Pelabuhan Bajoe.

Selanjutnya, ia merambah ke bisnis transportasi, perdagangan lintas benua, hingga akhirnya membuka perusahaan NV Hadji Kalla. Ia kemudian dijodohkan dengan Athirah, perempuan lembut yang selalu bersenandung untuk anaknya.

Sejarah kemudian mencatat bahwa sang anak, yang dipanggil Ucu itu, telah jauh melampaui harapan orangtuanya agar dirinya menjadi bupati. Anak itu menjadi pemilik banyak perusahaan besar yang mempekerjakan ribuan orang.

Anak itu melangkahkan sebagai seorang wakil presiden, pada sebuah jabatan yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Anak itu telah menjadi pejuang kemanusiaan dan perdamaian, memberikan banyak kontribusi bagi tanah air dan nusa bangsa.

Tak banyak yang tahu kalau sukses Hadji Kalla dan putranya Jusuf bersumber dari mata air seorang perempuan bernama Athirah. Perannya tak kecil. Athirah bukanlah seorang perempuan yang terpenjara di rumah dan hanya menanti suami sepanjang hari.

Athirah adalah seorang pekerja keras yang punya visi hebat dalam bisnis. Ia sukses mengelola bisnis kain sutera dengan pelanggan yang tersebar ke mana-mana. Ia pulalah yang kemudian membimbing Jusuf Kalla memasuki dunia bisnis.

Perempuan itu lahir tahun 1924 di kampung Bukaka, Bone. Ayahnya Muhammad adalah Kepala Kampung dan mantan penasehat Kerajaan Bone. Ibunya Hj Kerra adalah seorang pedagang kecil-kecilan sekaligus ibu rumah tangga.

Meskipun Athirah dijodohkan dengan Hadji Kalla pada usia 13 tahun, ia mencintai suaminya sepenuh hati. Meskipun pendidikan formalnya hanya di level sekolah dasar, ia ikut terjun dalam bisnis penjualan kain sutra.

Secara rapi ia mencatat semua pembukuan usaha dalam dua huruf yakni huruf latin dan huruf lontara, yang digunakan oleh orang Bugis. Ia rutin menghitung hasil penjualannya setiap hari menjelang tidur dan kemudian dimasukkan ke dalam brankas (peti uang) dan dikelolanya sendiri tanpa campur tangan dari pihak lain termasuk Hadji Kalla dan anak-anaknya. Catatan pembukuan dilakukannya setelah salat subuh.

Visi Athirah sangat kuat. Jusuf menuturkan bahwa pada pada tahun 1965, bisnis sedang lesu. Beberapa tahun sebelumnya, Athirah telah memiliki firasat akan iklim bisnis yang akan terpuruk.

Athirah lalu membeli banyak emas batangan, yang kemudian ditanam di bawah tempat tidurnya. Hanya Hadji Kalla, Athirah, dan Jusuf sendiri yang tahu posisi emas tersebut. Ketika krisis ekonomi menghantam dan nilai rupiah terjun bebas, ibunya lalu memerintahkan Jusuf untuk mengambil emas itu sedkit demi sedikit untuk membayar semua gaji karyawannya.

Ketika ekonomi membaik, emas itu kemudian menjadi awal dari usaha NV Hadji Kalla yang lalu mengibarkan bendera di banyak ranah bisnis. Tanpa visi Athirah, tak akan pernah ada kisah tentang salah satu kelompok usaha pribumi paling kuat di Sulawesi Selatan.

Pada ayahnya, Jusuf belajar tentang ketangguhan dalam bisnis serta kemampuan melihat sisi baik dari setiap masalah. Sedang pada ibunya Athirah, ia belajar bagaimana menjadi seorang manusia yang memberi manfaat bagi sesamanya.

Ibunya menitipkan banyak filosofi kehidupan, yang kemudian menjadi pegangan hidupnya. Kata Jusuf, ibunya pernah berkata, “Kalau kau sudah naik mobil, lihat orang naik motor, dan kalau kau naik motor lihat orang naik sepeda. Kamu akan merasa lebih baik dan mensyukuri hidup. Jangan berpikir bahwa ketika kamu naik motor tiba-tiba iri saat melihat orang naik Mercy, maka pastilah kamu akan susah tidur.”

Kisah Poligami

Banyak yang bertanya, mengapa Jusuf Kalla justru tetap setia berkarier dan berbisnis di Makassar? Mengapa ia tak berpikir untuk berekspansi ke Jakarta lalu membangun usaha besar di sana?

Pertanyaan ini amat menarik. Saya pun berusaha untuk menemukan jawabannya. Pada awal Orde Baru, banyak pengusaha yang berbondong-bondong ke Jakarta dan memulai bisnis ketika ekonomi sedang membaik. Tapi Jusuf justru memilih tetapbertahan di Makassar. Ia juga tak tergoda untuk bekerja di instansi lain setamat kuliah di Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin.

Saya menemukan jawabannya pada novel Athirah, yang ditulis Alberthiene Endah, terbita Noura. Ternyata, Jusuf bertahan di Makassar demi untuk menemani sang ibu yang saat itu merasa sendirian.

Satu fakta mencuat bahwa di balik kisah kesuksesan keluarga itu, terdapat satu kisah mengharukan tentang prahara keluarga yang dialami Athirah. Tak banyak yang tahu bahwa sejak muda, Jusuf telah melihat langsung kesedihan ibunya Athirah yang hanya bisa dipendam sejak ayahnya berpoligami.

Tahun 1955 adalah tahun paling berat bagi Jusuf. Ia menyaksikan kesedihan ibunya yang menjalani hari-hari serba berubah sejak suaminya menikah lagi. Bapaknya mulai jarang pulang ke rumah.

Jusuf menjadi tempa bagi ibunya untuk bercerita banyak hal. Pada Jusuf, ibunya menitipkan semua perasaan serta kegalauannya. Dalam usia muda, keadaan telah ‘memaksa’ Jusuf untuk menjadi lelaki dewasa yang mendampingi semua aktivitas ibunya, sekaligus menjadi ayah bagi empat saudaranya.

Sebagaimana halnya wanita Bugis pada masa itu, Athirah tidak banyak bercerita tentang perasaannya pada sang suami. Ia lalu mengalihkan energinya pada usaha yang dikelolanya. Ia menjadi amat kreatif dan selalu bergerak untuk membesarkan usaha. Ia aktif berorganisasi di Muhammadiyah.

Ia juga mengajak anak lelakinya Jusuf untuk terjun langsung dan mengawal banyak usaha. Hingga akhirnya, Hadji Kalla pun memercayakan Jusuf untuk menangani semua unit usaha lainnya. Di tahun 1982, Athirah meninggal dunia dalam pelukan Jusuf. Tiga bulan setelahnya, Hadji Kalla juga meninggal saat menyadari kesedihan istrinya sejak dirinya berpoligami.

Selama 40 tahun, Jusuf menjadi sahabat terdekat sekaligus tempat bercerita ibunya yang membesarkan semua anaknya. Semua kearifan itu diserap dan diterapkannya ketika mengembangkan bisnis NV Hadji Kalla dan melebarkannya di kawasan Indonesia timur.

Kisah mereka mengingatkan saya pada tuturan Malcolm Galdwell dalam buku Outlier(2008) bahwa di balik setiap pribadi besar, selalu ada konteks sosial serta manusia-manusia yang berperan besar. Bahwa di balik kisah tentang kehebatan satu tokoh, selalu saja ada pengalaman dan latar keluarga yang kemudian membesarkan seseorang untuk mengambil banyak peran strategis.

Peran besar Athirah pada Jusuf, mengingatkan saya pada syair Kahlil Gibran: “Ibu adalah segalanya, dialah penghibur di dalam kesedihan. Pemberi harapan di dalam penderitaan, dan pemberi kekuatan di dalam kelemahan. Manusia yang kehilangan ibunya berarti kehilangan jiwa sejati yang memberi berkat dan menjaganya tanpa henti…” (Kompasiana.com/Yusran Darmawan) 
 
DI balik setiap manusia besar selalu ada kisah manusia-manusia besar. Di balik setiap keberhasilan, selalu saja ada kisah tentang mereka yang setia menebar benih-benih keberhasilan. Di bumi Anging Mammiri, terdapat satu kisah yang menyentuh hati tentang seorang anak yang tak meninggalkan ibunya selama lebih 40 tahun, serta kelembutan seorang ibu yang serupa embun dan mengantarkan anaknya hingga kursi WakilPresiden RI. Ibu itu adalah Athirah, ibunda dari Muhammad Jusuf Kalla.
 
SUATU hari, di akhir tahun 1940-an. Nun jauh di desa Bukaka, Bone, Sulawesi Selatan, seorang ibu tengah menidurkan putranya. Ibu itu berbaju khas seorang wanita pedesaan. Ia bersenandung untuk anaknya dengan syair berbahasa Bugis, “Anakku. Semoga engkau panjang umur dan menjadi orang yang melampaui apa yang dicapai orang dalam kebaikan.”
Ibu itu menatap anaknya dengan penuh kasih. Langit dan bumi menjadi saksi betapa dirinya amat mencintai anaknya. Ia kemudian berzikir sembari melepas ribuan harapan agar kelak sang anak bisa menjadi manusia berguna. Hari itu, di pertengahan bulan puasa, sang ibu lalu membagikan sarung kepada banyak warga Bukaka, sembari berpesan, “Doakan supaya Ucu bisa jadi bupati.”
Bone terletak tak jauh dari pesisir laut Sulawesi. Lelaki Bone adalah para petarung yang menjadikan laut sebagai arena untuk mengasah kecakapan. Mereka berlayar hingga ke tempat-tempat yang jauh. Para pelaut Bugis telah lama masyhur dan memijakkan kaki di banyak tempat, mulai dari tanah Johor hingga Madagaskar.
Banyak pula di antara mereka yang menjadi pedagang dan sukses berniaga di mana-mana. Salah satu dari sekian banyak pedagang sukses itu adalah Hadji Kalla. Lelaki asal kampung Nipa di Bone ini adalah tipikal pedagang tahan banting yang telah berdagang sejak usia muda. Mulanya ia pedagang biasa di dekat Pelabuhan Bajoe.
Selanjutnya, ia merambah ke bisnis transportasi, perdagangan lintas benua, hingga akhirnya membuka perusahaan NV Hadji Kalla. Ia kemudian dijodohkan dengan Athirah, perempuan lembut yang selalu bersenandung untuk anaknya.
Sejarah kemudian mencatat bahwa sang anak, yang dipanggil Ucu itu, telah jauh melampaui harapan orangtuanya agar dirinya menjadi bupati. Anak itu menjadi pemilik banyak perusahaan besar yang mempekerjakan ribuan orang.
Anak itu melangkahkan sebagai seorang wakil presiden, pada sebuah jabatan yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Anak itu telah menjadi pejuang kemanusiaan dan perdamaian, memberikan banyak kontribusi bagi tanah air dan nusa bangsa.
Tak banyak yang tahu kalau sukses Hadji Kalla dan putranya Jusuf bersumber dari mata air seorang perempuan bernama Athirah. Perannya tak kecil. Athirah bukanlah seorang perempuan yang terpenjara di rumah dan hanya menanti suami sepanjang hari.
Athirah adalah seorang pekerja keras yang punya visi hebat dalam bisnis. Ia sukses mengelola bisnis kain sutera dengan pelanggan yang tersebar ke mana-mana. Ia pulalah yang kemudian membimbing Jusuf Kalla memasuki dunia bisnis.
Perempuan itu lahir tahun 1924 di kampung Bukaka, Bone. Ayahnya Muhammad adalah Kepala Kampung dan mantan penasehat Kerajaan Bone. Ibunya Hj Kerra adalah seorang pedagang kecil-kecilan sekaligus ibu rumah tangga.
Meskipun Athirah dijodohkan dengan Hadji Kalla pada usia 13 tahun, ia mencintai suaminya sepenuh hati. Meskipun pendidikan formalnya hanya di level sekolah dasar, ia ikut terjun dalam bisnis penjualan kain sutra.
Secara rapi ia mencatat semua pembukuan usaha dalam dua huruf yakni huruf latin dan huruf lontara, yang digunakan oleh orang Bugis. Ia rutin menghitung hasil penjualannya setiap hari menjelang tidur dan kemudian dimasukkan ke dalam brankas (peti uang) dan dikelolanya sendiri tanpa campur tangan dari pihak lain termasuk Hadji Kalla dan anak-anaknya. Catatan pembukuan dilakukannya setelah salat subuh.
Visi Athirah sangat kuat. Jusuf menuturkan bahwa pada pada tahun 1965, bisnis sedang lesu. Beberapa tahun sebelumnya, Athirah telah memiliki firasat akan iklim bisnis yang akan terpuruk.
Athirah lalu membeli banyak emas batangan, yang kemudian ditanam di bawah tempat tidurnya. Hanya Hadji Kalla, Athirah, dan Jusuf sendiri yang tahu posisi emas tersebut. Ketika krisis ekonomi menghantam dan nilai rupiah terjun bebas, ibunya lalu memerintahkan Jusuf untuk mengambil emas itu sedkit demi sedikit untuk membayar semua gaji karyawannya.
Ketika ekonomi membaik, emas itu kemudian menjadi awal dari usaha NV Hadji Kalla yang lalu mengibarkan bendera di banyak ranah bisnis. Tanpa visi Athirah, tak akan pernah ada kisah tentang salah satu kelompok usaha pribumi paling kuat di Sulawesi Selatan.
Pada ayahnya, Jusuf belajar tentang ketangguhan dalam bisnis serta kemampuan melihat sisi baik dari setiap masalah. Sedang pada ibunya Athirah, ia belajar bagaimana menjadi seorang manusia yang memberi manfaat bagi sesamanya.
Ibunya menitipkan banyak filosofi kehidupan, yang kemudian menjadi pegangan hidupnya. Kata Jusuf, ibunya pernah berkata, “Kalau kau sudah naik mobil, lihat orang naik motor, dan kalau kau naik motor lihat orang naik sepeda. Kamu akan merasa lebih baik dan mensyukuri hidup. Jangan berpikir bahwa ketika kamu naik motor tiba-tiba iri saat melihat orang naik Mercy, maka pastilah kamu akan susah tidur.”
Kisah Poligami
Banyak yang bertanya, mengapa Jusuf Kalla justru tetap setia berkarier dan berbisnis di Makassar? Mengapa ia tak berpikir untuk berekspansi ke Jakarta lalu membangun usaha besar di sana?
Pertanyaan ini amat menarik. Saya pun berusaha untuk menemukan jawabannya. Pada awal Orde Baru, banyak pengusaha yang berbondong-bondong ke Jakarta dan memulai bisnis ketika ekonomi sedang membaik. Tapi Jusuf justru memilih tetapbertahan di Makassar. Ia juga tak tergoda untuk bekerja di instansi lain setamat kuliah di Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin.
Saya menemukan jawabannya pada novel Athirah, yang ditulis Alberthiene Endah, terbita Noura. Ternyata, Jusuf bertahan di Makassar demi untuk menemani sang ibu yang saat itu merasa sendirian.
Satu fakta mencuat bahwa di balik kisah kesuksesan keluarga itu, terdapat satu kisah mengharukan tentang prahara keluarga yang dialami Athirah. Tak banyak yang tahu bahwa sejak muda, Jusuf telah melihat langsung kesedihan ibunya Athirah yang hanya bisa dipendam sejak ayahnya berpoligami.
Tahun 1955 adalah tahun paling berat bagi Jusuf. Ia menyaksikan kesedihan ibunya yang menjalani hari-hari serba berubah sejak suaminya menikah lagi. Bapaknya mulai jarang pulang ke rumah.
Jusuf menjadi tempa bagi ibunya untuk bercerita banyak hal. Pada Jusuf, ibunya menitipkan semua perasaan serta kegalauannya. Dalam usia muda, keadaan telah ‘memaksa’ Jusuf untuk menjadi lelaki dewasa yang mendampingi semua aktivitas ibunya, sekaligus menjadi ayah bagi empat saudaranya.
Sebagaimana halnya wanita Bugis pada masa itu, Athirah tidak banyak bercerita tentang perasaannya pada sang suami. Ia lalu mengalihkan energinya pada usaha yang dikelolanya. Ia menjadi amat kreatif dan selalu bergerak untuk membesarkan usaha. Ia aktif berorganisasi di Muhammadiyah.
Ia juga mengajak anak lelakinya Jusuf untuk terjun langsung dan mengawal banyak usaha. Hingga akhirnya, Hadji Kalla pun memercayakan Jusuf untuk menangani semua unit usaha lainnya. Di tahun 1982, Athirah meninggal dunia dalam pelukan Jusuf. Tiga bulan setelahnya, Hadji Kalla juga meninggal saat menyadari kesedihan istrinya sejak dirinya berpoligami.
Selama 40 tahun, Jusuf menjadi sahabat terdekat sekaligus tempat bercerita ibunya yang membesarkan semua anaknya. Semua kearifan itu diserap dan diterapkannya ketika mengembangkan bisnis NV Hadji Kalla dan melebarkannya di kawasan Indonesia timur.
Kisah mereka mengingatkan saya pada tuturan Malcolm Galdwell dalam buku Outlier(2008) bahwa di balik setiap pribadi besar, selalu ada konteks sosial serta manusia-manusia yang berperan besar. Bahwa di balik kisah tentang kehebatan satu tokoh, selalu saja ada pengalaman dan latar keluarga yang kemudian membesarkan seseorang untuk mengambil banyak peran strategis.
Peran besar Athirah pada Jusuf, mengingatkan saya pada syair Kahlil Gibran: “Ibu adalah segalanya, dialah penghibur di dalam kesedihan. Pemberi harapan di dalam penderitaan, dan pemberi kekuatan di dalam kelemahan. Manusia yang kehilangan ibunya berarti kehilangan jiwa sejati yang memberi berkat dan menjaganya tanpa henti…” (Kompasiana.com/Yusran Darmawan)

RENUNGANKU TAUKAH ANDA...

RENUNGANKU
TAUKAH ANDA...
Dalam dri manusia..
Itu penuh mesteri..
karna dalam badan dan diri
manusia ada 18.000 alam...
Atau lapisan yg menutup..
cahayanya...

Hadis kudsi
KENAL DIRI
KENAL TUHAN
Dalam hadis nie..
kite disuruh tuk terokai dalm diri sendiri..
agar menjumpai yang sempurna itu..
yaitu yg menghidupkan kite..( roh )
karna die berasal dari yg maha hidup..
andai tak kenal roh..
bagaimana nk jumpe
yg hidupkan roh..( allah )
setiap lapisan lapisan alam..
bentuk dan rupanya berbeza..
dalam setiap alam..
terdapat 5 diri disitu..
yaitu jin, setan, iblis, malekat dan roh..
mcm halnya anda memasuki rumah..
dalam rumah ada berbagai bilik..
dan setiap bilik ada berbagai kunci
tuk membukanya dan memasukinya..
baru boleh menyelesaikannya..
menyelesaikan jin setan iblis dan malekat
atau dikosongkan baru boleh
memasuki alam atau bilik lain..
kunci rahasianya adalah..
jangn hukum ilmu orang lain..
atau sifat menghukummu dihilangkan..
itu kunci berjayanya...
begitu juga anda nk scan..
kalau anda boleh memasuki ..
alam dalm diri anda sendiri..
memasuki bilik bilik dan bilik..
otomatik anda boleh memasuki badan diri orang lain..
atau rumah orang lain itu...
tetpi kalau anda ponm tak tau
rumah atau alam diri sendiri..
mcm manew anda memasuki alam
atau rumah orang lain..
anda akan terperasan..bagus dan hebat..
pasal tau rumah orang lain..
yg ada jin setan iblis dan malekat..dan roh..
tetapi anda tidak sadar bahwa rumah anda..
ponw ada benda sama...
jadi..
jangn pandai cari aib orang lain..
karna aib dlm diri sendiri ponm tak tau
selesaikan aib itu yaitu jin setan iblis ..
dalm setiab alammu...
SALAM

RENUNGANKU


Banyk aku menjumpai dan menemui..
Guru , kawan dan rekan...
dalam perjalanku mencari diri..
tetapi aku melihat mereka..
caranya ,prilakunya dan ilmunya..
sangat teliti pandai dan bijak..
bercerita mengenai diri..
mengenai satu titik sebelum alip..
atau satu titik dibawah ba
harusnya kalau mereka menjumpainya..
mereka tidak ada penyakit..
tetapi mereka berpenyakit teruk..
kecing manis , darah tinggi, jantung
dan berbagai penyakit lagi...
apakah mereka nie hanya bercerita saja..
tetapi belum jumpa apa titik itu...
aku perbandingkan dgn jalan diriku..
yg aku pegang dan amalkan..
dan terkadang aku bgi pada kawan..
atau orang yg memerlukan...
sangat lain
dan berlainan sangat...
karna.. pabila aku menjumpai setitik itu..
mempergunakan dan mengamalkannya..
pabila aku sakit..
minum panadol ponm aku tak boleh..
dimuntahkan balik panadol itu..
dan begitu jugak dgn rekan rekanku..
yg membawa setitik ini..
sama jugak seperti aku..
kalau sakit tak boleh minum obat..
bahkan ada yg kew hospital..
obat hospital tak dew kesan..
dan sampai sekarang aku..
tak pernah minum obat..
karna setitik itu obat sempurna bagiku...
dan aku kaitkan dgn satu hadis..
" TIDAK ADA PENYAKIT
YANG TIDAK ADA OBAT
KECUALI MATI "
kalau setitik ini tak hidup
bagaimana mau mengobati badan..
setitik ini masih mati atau tidur..
maka meranalah badan..
menanggung beban...
dalam setitik ini
tidak ada lagi huruf, kalam dan rupa..
ianya hanya tenaga hidup yg menghidupkan kita..
yg datangnya dari yg maha hidup..
segala ayat segala hadis
ada dalam setitik itu..
dan segala obat ada didalammya..
setitik itulah yg boleh jumpa yg maha besar..
dan dlm setitik ini bnyk orang menamainya..
ada yg sebut allah, fuad, noktah, Hu, Ah..
hu allah , allah hu ..dan berbagai lagi nama..
tapi kenal nama belum tentu jumpa
barangnya apa, apa lagi mau mempergunakannya..
jdi jangan taksuf pada namanya
tidak menjadi jaminan bgi mu..
dan penyelamat bgi mu..
karna aku menjumpai
hadis qudsi..
barang siapa bertuhankan nama
tak kenal yang punya nama
kafir hukumnya..
MOHON JADI RENUNGAN
BERSAMA AGAR MENDAPAT
KASIH SAYANGNYA.
AMIN....

JAGALAH OLEHMU APAPUN MAQAMMU(ISTIQAMAHLAH)

Jika Hatimu telah bisa selalu terpaut pada Allah| itu semata mata atas Kemurahan Allah..atas bantuan allah mempermudah dirimu mengingat Allah ..
...
Gunakanlah kesempatan itu sebaik mungkin untuk meningkatkan / menguatkan maqomah mu..
Perbanyaklah olehmu Dzikir kepada Allah .. Ingatlah Allah selalu oleh mu saat kau duduk..saat kau berjalan.. kemanapun kamu pergi tetaplah ingat Dia al Haq..
Tingkatan Maqamah bukanlah tujuan dari perjalanmu munuju Allah..tapi mau tidak mau kau harus melewati tangga maqomah itu satu demi satu untuk bisa sampai kepada Allah ..
Maqamah ibarat tangga yg harus di lalui .. dan cara mendakinya adalah dengan membuka setiap hijab yg mnutupi hatimu..
Jika kau mampu membuka beberapa hijab di hatimu maka kau akan naik satu tangga maqamah ..semakin banyk hijab yang kau buka maka akan semakin tinggi maqamahmu .. dan setiap melewati tangga maqam trsebut ada "Bonus" Sirr Nya..
Hijab itu berada menutupi hatimu. Cara membukanya adalah dengan membersihkan hati.. membersihkan hati dengan memperbanyak dzikir ,melakukan amal wajib dan sunnah..
Hati yang terhijabi ibarat permata / berlian yg tertimbun lumpur ..
Lumpur / penghijab hati adalah satu dosa ke dosa yang lain.. jika kita mebuat satu dosa maka bertambah hijab kita..
Begitu pula jika kita berdzikir beramal wajib dan amal sunnah itu semua "memakan" hijab hijab dalam hati..

Rabu, 21 Mei 2014

Bahaya Kebiasaan Berhutang

Islam adalah agama yang mulia. Islam telah mengatur seluruh permasalahan di dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk di dalamnya adalah permasalahan hutang-piutang. Islam tidak hanya membolehkan seseorang berhutang kepada orang lain, tetapi Islam juga mengatur adab-adab dan aturan-aturan dalam berhutang.
Hukum Berhutang
Hukum asal dari berhutang adalah boleh (jaa-iz). Allah subhaanahu wa ta’aala menyebutkan sebagian adab berhutang di dalam Al-Qur’an. Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman:
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ }
“Hai orang-orang yang beriman! Apabila kalian ber-mu’aamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kalian menuliskannya.” (QS Al-Baqarah: 282)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah berhutang. Di akhir hayat beliau, beliau masih memiliki hutang kepada seorang Yahudi, dan hutang beliau dibayarkan dengan baju besi yang digadaikan kepada orang tersebut.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallaahu’anhaa, bahwasanya dia berkata:
( أَنَّ النَّبِيَّ -صلى الله عليه وسلم- اشْتَرَى طَعَامًا مِنْ يَهُودِيٍّ إِلَى أَجَلٍ فَرَهَنَهُ دِرْعَهُ )
“Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam membeli makanan dari seorang Yahudi dengan tidak tunai, kemudian beliau menggadaikan baju besinya” (HR Al-Bukhari no. 2200)
Kebiasaan Sering Berhutang
Akan tetapi, banyak kaum muslimin yang menganggap remeh hal ini. Mereka merasa nyaman dengan adanya hutang yang “melilit’ dirinya. Bahkan, sebagian dari mereka di dalam hidupnya tidak pernah sedetik pun ingin lepas dari hutang. Sebelum lunas pinjaman yang pertama, maka dia ingin meminjam lagi untuk yang kedua, ketiga dan seterusnya.
Jika hal ini dibiarkan, maka ini akan berlarut-larut dan akan “menular” kepada orang lain di sekitarnya. Terlebih lagi, dengan banyaknya fasilitas untuk berhutang yang disediakan oleh lembaga-lembaga, badan-badan atau perusahaan-perusahaan yang menganut sistem ribawi. Dan parahnya, tidak hanya orang-orang awam yang terlibat dengan hal-hal seperti ini, orang yang sudah lama mengaji, orang berilmu dan orang-orang kaya pun turut berpartisipasi dalam “meramaikannya”. Na’uudzu billaahi min dzaalika.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sangat takut berhutang dan sangat takut jika hal tersebut menjadi kebiasaannya. Mengapa demikian?
Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallaahu ‘anhaa, bahwasanya dia mengabarkan, “Dulu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sering berdoa di shalatnya:
( اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَفِتْنَةِ الْمَمَاتِ, اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ)
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari azab kubur, dari fitnah Al-Masiih Ad-Dajjaal dan dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian. Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari hal-hal yang menyebabkan dosa dan dari berhutang“
Berkatalah seseorang kepada beliau:
( مَا أَكْثَرَ مَا تَسْتَعِيذُ مِنَ الْمَغْرَمِ؟ )
“Betapa sering engkau berlindung dari hutang?”
Beliau pun menjawab:
( إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ, حَدَّثَ فَكَذَبَ وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ. )
“Sesungguhnya seseorang yang (biasa) berhutang, jika dia berbicara maka dia berdusta, jika dia berjanji maka dia mengingkarinya” (HR Al-Bukhaari no. 832 dan Muslim no. 1325/589)
Perlu dipahami bahwa berhutang bukanlah suatu perbuatan dosa sebagaimana telah disebutkan. Tetapi, seseorang yang terbiasa berhutang bisa saja mengantarkannya kepada perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah subhaanahu wa ta’aala. Pada hadits di atas disebutkan dua dosa akibat dari kebiasaan berhutang, yaitu: berdusta dan menyelisihi janji. Keduanya adalah dosa besar bukan?
Mungkin kita pernah menemukan orang-orang yang sering berhutang dan dililit oleh hutangnya. Apa yang menjadi kebiasaannya? Bukankan orang tersebut suka berdusta, menipu dan mengingkari janjinya? Allaahumma innaa na’udzu bika min dzaalika.
Memberi Jaminan Ketika Berhutang
Mungkin di antara pembaca ada yang mengatakan, “Bukankan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sendiri berhutang?”
Ya, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berhutang karena sangat membutuhkan hal tersebut pada saat itu. Coba kita perhatikan dengan seksama hadiits yang telah disebutkan. Bukankan yang dihutangi oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah makanan? Jika benar-benar memiliki kebutuhan, maka hal tersebut bukanlah sesuatu yang tercela.
Tetapi perlu diingat, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah melakukan hal yang mulia ketika beliau berhutang. Apakah hal yang mulia tersebut? Beliau menggadaikan baju besinya sebagai jaminan. Apabila beliau tidak mampu membayarnya, maka baju besi itulah yang menjadi pembayarannya.
Begitulah seharusnya yang kita lakukan ketika berhutang. Kita harus memiliki jaminan dalam berhutang. Jaminan-jaminan tersebut bisa berupa:
Harta yang dimiliki
Misalkan seseorang ingin membeli motor, dia memiliki uang di simpanannya sebanyak Rp 15 juta. Uang tersebut tidak berani dia keluarkan, karena menjadi simpanan usahanya yang harus di sisakan di simpanan bisnisnya, untuk berjaga-jaga dalam permodalan atau karena hal-hal lain. Kemudian orang tersebut membeli motor dengan kredit seharga Rp 15 juta kepada seseorang dengan batas waktu yang telah ditentukan.
Hal seperti ini tidak tercela, karena seandainya dia meninggal, maka dia memiliki jaminan harta yang ada di simpanannya.
Menggadaikan barang (Ar-Rahn)
Hal ini telah dijelaskan sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Mengalihkan hutang kepada piutang yang dimiliki (Al-Hawaalah/Al-Hiwaalah)
Misalkan si A memiliki piutang (orang lain [si B] berhutang kepadanya) sebesar Rp 5 juta, kemudian orang tersebut ingin berhutang kepada si C sebesar Rp 5 juta. Si A mengatakan kepada si C, “Bagaimana menurutmu jika piutangku pada si B menjadi jaminan hutang ini.” Kemudian si C pun menyetujuinya. Maka hal tersebut juga tidak tercela dan pengalihan seperti ini diperbolehkan di dalam Islam. Seandainya si A meninggal, maka hutang tersebut menjadi tanggung jawab si B untuk membayarkannya kepada si C.
Mencari penanggung jawab atas hutang yang dimiliki (Al-Kafaalah)
Misalkan seseorang membutuhkan biaya yang sangat besar secara mendadak, seperti: biaya operasi yang diakibatkan oleh kecelakaan. Orang tersebut tidak memiliki uang atau harta sebagai jaminannya. Pihak rumah sakit meminta orang tersebut mencari seorang penanggung jawab (kafil) atas hutangnya tersebut. Seandainya orang tersebut kabur atau meninggal dunia, maka penanggung jawabnyalah yang membayarkan hutangnya kepada rumah sakit. Hal ini diperbolehkan dengan syarat penanggung jawab tersebut mampu untuk membayarkan hutangnya atau mampu mendatangkan orang yang berhutang tersebut apabila dia kabur.
Keburukan Jika Hutang Tidak Sempat Dilunasi
Jika tidak memiliki jaminan-jaminan yang telah disebutkan di atas, sebaiknya jangan membiasakan diri untuk berhutang. Karena orang yang meninggal sedangkan dia memiliki tanggungan hutang, maka dia akan mendapatkan banyak keburukan. Setidaknya penulis sebutkan tiga keburukan pada tulisan ini.
Keburukan pertama: Tidak dishalati oleh tokoh-tokoh agama dan masyarakat
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak menshalati jenazah yang memiliki hutang.
( عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الأَكْوَعِ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ- قَالَ: كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيِّ -صلى الله عليه وسلم- إِذْ أُتِيَ بِجَنَازَةٍ، فَقَالُوا: صَلِّ عَلَيْهَا ، فَقَالَ : (( هَلْ عَلَيْهِ دَيْنٌ ؟ )), قَالُوا: لاَ، قَالَ: (( فَهَلْ تَرَكَ شَيْئًا ؟ )), قَالُوا: لاَ، فَصَلَّى عَلَيْهِ، ثُمَّ أُتِيَ بِجَنَازَةٍ أُخْرَى، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، صَلِّ عَلَيْهَا، قَالَ: (( هَلْ عَلَيْهِ دَيْنٌ ؟ )) قِيلَ : نَعَمْ ، قَالَ: (( فَهَلْ تَرَكَ شَيْئًا؟ )) قَالُوا : ثَلاَثَةَ دَنَانِيرَ، فَصَلَّى عَلَيْهَا، ثُمَّ أُتِيَ بِالثَّالِثَةِ، فَقَالُوا: صَلِّ عَلَيْهَا، قَالَ: (( هَلْ تَرَك شَيْئًا؟ )) قَالُوا : لاَ، قَالَ: (( فَهَلْ عَلَيْهِ دَيْنٌ ؟ )) قَالُوا: ثَلاَثَةُ دَنَانِيرَ ، قَالَ: (( صَلُّوا عَلَى صَاحِبِكُمْ ))، قَالَ أَبُو قَتَادَةَ: صَلِّ عَلَيْهِ يَا رَسُولَ اللهِ، وَعَلَيَّ دَيْنُهُ، فَصَلَّى عَلَيْهِ.)
Diriwayatkan dari Salamah bin Al-Akwa’ radhiallaahu ‘anhu, dia berkata, “Dulu kami duduk-duduk di sisi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, kemudian didatangkanlah seorang jenazah. Orang-orang yang membawa jenazah itu pun berkata, ‘Shalatilah dia!’ Beliau pun bertanya, ‘Apakah dia punya hutang?’ Mereka pun menjawab, ‘Tidak.’ Beliau pun bertanya, ‘Apakah dia meninggalkan harta peninggalan?’ Mereka pun menjawab, ‘Tidak.’ Kemudian beliau pun menshalatinya. Kemudian didatangkan lagi jenazah yang lain. Orang-orang yang membawanya pun berkata, ‘Shalatilah dia!’ Beliau pun bertanya, ‘Apakah dia punya hutang?’ Mereka pun menjawab, ‘Ya.’ Beliau pun bertanya, ‘Apakah dia meninggalkan harta peninggalan?’ Mereka pun menjawab, ‘Ada tiga dinar.’ Kemudian beliau pun menshalatinya. Kemudian didatangkanlah jenazah yang ketiga. Orang-orang yang membawanya pun berkata, ‘Shalatilah dia!’ Beliau pun bertanya, ‘Apakah dia meninggalkan harta peninggalan?’ Mereka pun menjawab, ‘Tidak.’Beliau pun bertanya, ‘Apakah dia punya hutang?’ Mereka pun menjawab, ‘Ada tiga dinar.’ Beliau pun berkata, ‘Shalatlah kalian kepada sahabat kalian! Kemudian Abu Qatadah pun berkata, ‘Shalatilah dia! Ya Rasulullah! Hutangnya menjadi tanggung jawabku.’ Kemudian beliau pun menshalatinya.” (HR Al-Bukhaari no. 2289)
Hadits di atas jelas sekali menunjukkan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak mau menshalati orang yang punya hutang. Hal ini sebagai bentuk pengajaran beliau bahwa membiasakan diri untuk berhutang sedangkan dia tidak memiliki jaminan adalah sesuatu yang buruk. Oleh karena itu, sudah selayaknya orang-orang terpandang, tokoh masyarakat dan agama melakukan hal seperti ini ketika ada orang yang meninggal dan dia memiliki tanggungan hutang.
Keburukan kedua: Dosa-dosanya tidak akan diampuni sampai diselesaikan permasalahannya dengan orang yang menghutanginya
Diriwayatkan dari Abu Qatadah radhiallaahu ‘anhu dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya seseorang bertanya kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
( أَرَأَيْتَ إِنْ قُتِلْتُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ أَتُكَفَّرُ عَنِّى خَطَايَاىَ ؟)
“Bagaimana menurutmu jika aku terbunuh di jalan Allah, apakah dosa-dosaku akan diampuni?”
Beliau pun menjawab:
( نَعَمْ وَأَنْتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ إِلاَّ الدَّيْنَ فَإِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ قَالَ لِى ذَلِكَ )
“Ya, dengan syarat engkau sabar, mengharapkan ganjarannya, maju berperang dan tidak melarikan diri, kecuali hutang. Sesungguhnya Jibril ‘alaihissalam baru memberitahuku hal tersebut” (HR Muslim no. 4880/1885)
Hadits di atas menjelaskan bahwa ibadah apapun, bahkan yang paling afdhal sekalipun yang merupakan hak Allah tidak bisa menggugurkan kewajiban untuk memenuhi hak orang lain.
Keburukan ketiga: Ditahan untuk tidak masuk surga, meskipun dia memiliki banyak amalan sampai diselesaikan permasalahannya dengan orang yang menghutanginya
Diriwayatkan dari Tsauban, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
( مَنْ مَاتَ وَهُوَ بَرِىءٌ مِنْ ثَلاَثٍ: الْكِبْرِ, وَالْغُلُولِ, وَالدَّيْنِ دَخَلَ الْجَنَّةَ )
“Barang siapa yang mati sedangkan dia berlepas diri dari tiga hal, yaitu: kesombongan, ghuluul (mencuri harta rampasan perang sebelum dibagikan) dan hutang, maka dia akan masuk surga. (HR At-Tirmidzi no. 1572, Ibnu Majah no. 2412 dan yang lainnya. Syaikh Al-Albani mengatakan, “Shahih” di Shahih Sunan Ibni Majah)

KIBLAT.

Pertama : Kiblat kearah tenggelamnya arah matahari,masuk pada Syariat.
Kedua : Kiblat I’tiqat hati berbetulan dengan Baitullah,masuk kepada Thariqat.
Ketiga : Kiblat I’tiqat hati berbetulan dengan Baitul Ma’mur,masuk kepada Haqiqat.
Keempat : Kiblat I’tiqat hati seakan-akan menghadap muka (wajah) kita kepada Allah Ta’ala masuk kepada Ma’rifat Kamalul Yaqin
Adapun keterangan yang lebih jelas yang menentuka bahwasanya Muhammad itu tiada mempunyai sesuatu hanya sekedar nama jua,adalah seperti tersebut dibawah ini :
1. Adapun yang dikatakan Rahasia Muhammad itu,sebenarnya tiada lain dari pada kezahiran 5 (lima) Sifat Allah yang dinamakan : Ujud – Qidam – Baqa – Mukhalafatuhu Lil Hawadits – dan Qiamuhu Ta’ala Binafsihi : yaitu kaliamah:La.
2. Adapun yang dikatakan Nyawa Muhammad itu,sebenarnya tiada lain dari pada kezahiran 6 (enam) sifat Allah dinamakan kalimah : Ilaha yaitu: Sama’- Bashar – Kalam – Sami’un – Basirun – dan Mutakalimun.yaitu kalimah : Ilaha
3. Adapun yang dikatakan Hati Muhammad itu,sebenarnya tiada lain dari pada kezahiran 4 (empat) sifat Allah yang dinamakan Illa yaitu : Qudrat – Iradat – Ilmu – dan Hayat,yaitu kaliamah Illa.
4. Adapun yang dikatakan Tubuh Muhammad itu,sebenarnya tiada lain dari pada kezahiran 5 (lima) sifat Allah yang dinamakan kalimah Allah yaitu : Qadirun – Muridun – Alimun – Hayyun – dan wahdaniyat,yaitu kalimah: Allah.
Jadi jelas bahwa Muhammad itu adalah sifat Allah jua.yaitu sifat kebesaran,keelokan,dan kesempurnaan yaitu yang dinamakan dengan kalimah tauhid artinya Esa.
Kalimah yang mulia yaitu : “ LA ILAHA ILLA ALLAH “ artinya tiadfayang terdahlu hai Muhammaad dan tiada yang terkemudian ya Muhammad malainkan tiap-tiap sesuatu itu beserta Allah.
Maka wajiblah diketahui maksudnya kalimah yang itu,supaya menjadi tauhid dan Ma’rifat.
¨ Adapun kalimah “ La Ilaha Illa Allah “ itu terbagi dua: pertama La Ilaha-dan kedua Illa Allah.
¨ Adapun La Ilaha itu,sifat kekayaan yang tiada ad kekurangan yang maih berkehendak yaitu Muhammad.
¨ Kemudian hendaklah kita ketahui,yang bernama Muhammad itu,apa oleh Allah Ta’ala – dan yang bernama Alllah Ta’ala itu,apa oleh Muhammad….supaya benar-benar bisa menjadi tauhid pada kalimah yang muliaitu adanya.
Adapun itu,hamba artinya hamba itu,Ilmu-nya Rahasia-nya oleh Allah Ta’ala: karena Allah itunama bagi zat yangWajibal Wujud dan mutlak,yakni bathin Muhammad dan Ta’ala itu adalahnama bagi sifat,yakni zahir Muhammad.
Jadi jelaslah – zahir dan bathin Muhammad itulah yang bernamaAllah Ta’ala.dengan demikian,maka patutlah kalimah yang mulia itudinamakan kalimah tauhid artinya kalimah Esa yaitu: La Ilaha Illa Allah,maka kalimah yang mulia ini pertemuan hamba dengan Tuhan-nya.
Lagi pula,kalimah yang mulia ini – diumpamakan sebesar-besar dan selebar-lebar gedung perhimpunan segala Rahasia,segala Ruh,segala Nyawa,segala Ilmu,serta isinya Islam dan Iman,segala tauhid dan ma’rifat,yang kesemuanya itu adalah terhimpun didalam kalimah yang mulia itu adanya.
“La Ilaha Illa Allah” pada Ma’rifat artinya Tiada ada Ujud sesuatupun melainkan Allah jualah yang Maujud

RISALAH KETIGAPULUH DUA


Ia bertutur :
Betapa sering kau berkata : “Siapa pun yang ku
cintai, cintaku kepadanya tak abadi. Perpisahan
memisahkan kita, baik melalui ketidakhadiran,
kematian, permusuhan, kebinasaan, ataupun
lenyapnya kekayaan.” Tidakkah kau tahu, wahai
yang beriman kepada Allah, yang kepadanya
Allah menganugerahkan karunia-karunia-Nya,
yang diperhatikan oleh Allah, yang dilindungi
oleh Allah.

Tidakkah kau tahu bahwa
sesungguhnya Allah cemburu. Ia telah
menciptakanmu dami Diiri-Nya sendiri. Kenapa
kau ingin menjadi milik selain-Nya.
Belum kau
dengar firman-Nya :
“Ia mencintai mereka, mereka pun mencintai-
Nya.” (Qs. 5:54).
“Dan tak Kuciptakan jin dan manusia, kecuali
agar mereka mengabdi-Ku.” (Qs. 51:56).
Atau, belum kau dengar sabda Nabi : “Bila Allah
mencintai seorang hamba, maka Ia mengujinya;
bila ia sabar, maka Ia memeliharanya.” Ia
ditanya : “Ya Rasulullah (saw), bagaimana
pemeliharaan-Nya?” Ia berkata : “Ia tak
menyisihkan baginya kekayaan atau anak.”
Karena bila ia memiliki kekayan atau anak yang
dicintainya, maka cintanya kepada Tuhannya
terbagi, kemudian sirna, kemudian terbagi
antara Allah dan selain-Nya. Dia cemburu. DIa
Mahakuasa atas segala sesuatu. Lalu ia(org tsb)
dibinasakan-Nya, untuk menguasai hati hamba-
Nya demi Diri-Nya Sendiri.
Maka kebenran
firman Allah berikut akan terbukti : “Ia akan
mencintai mereka, dan mereka akan mencintai-
Nya.” (Qs.5:54).
Sampai akhirnya hati menjadi bersih dari segala
selain Allah dan berhala-berhala seperti isteri,
anak, harta, kesenangan dan kerinduan akan
kekuasaan, kerajaan, keajaiban, keadaan ruhani,
taman-taman surga, maqam ruhani dan
kedekatan dengan Allah – Tiada tujuan dan
kehendak di hatinya, Maka, hatinya akan
menjadi seperti sebuah bejana berlubang, yang
di dalamnya tiada cairan pun bisa tinggal.
Sebab ia, kini telah remuk redam oleh
tindakan Allah dan kecemburuan-Nya.
Maka,
tirai-tirai keluhuran, kekuatan dan kehebatan
menyelubunginya, dan parit-parit keagungan Allah
mengitarinya.
Maka, tiada kehendak akan sesuatu maupun
mendekati hatinya. Tidak harta, anak, isteri,
sahabt, keajaiban, wewenang dan daya tafsir,
mampu merusak hatinya. Karenanya, semua itu
takkan membangkitkan kecemburuan Allah, tapi
akan menjadi tanda kemuliaan dari-Nya bagi
hamba-Nya, kelembutann-Nya terhadapnya,
rahnat dan karunia-Nya, dan hal yang
bermanfaat bagi mereka yang menuju kepada
Allah.
Dengan demikian, orang-orang ini
termuliakan oleh ini dan dilindungi melalui
kemuliaan dari Allah ini, yang akn menjadi
penjaga, pelindung dan perantara mereka dalam
kehidupan ini dan di akhirat.