Laman

Rabu, 24 Februari 2016

BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA


Pada hakekat seorang anak hrs beruntuk baik kpd kedua orang tuanya. Meski orang tua masih dalam keadaan musyrik mereka tetap mempunyai hak untuk mendptkan perlakuan yg baik dari anak-anaknya.
Beruntuk baik kpd kedua orang tua hrs didahulukan daripada fardhu kifayah dan amalan-amalan sunnah lainnya. Beruntuk baik kpd kedua orang tua didahulukan daripada berjihad dan hijrah di jalan Allah. Beruntuk baik kpd orang tua hrs didahulukan dari pada kpd istri dan anak-anak.
Beruntuk baik kpd kedua orang tua tdk berarti hrs meninggalkan kewajiban terhadap istri dan anak-anaknya. Kewajiban memberikan nafkah kpd istri dan anak-anak tetap dipenuhi walaupun kpd kedua orang tua hrs didahulukan.
Imam Qurthubi secara umum mengatakan bahwa dalam berbakti kpd kedua orang tua hendak seorang anak menyetujui apa yg dikehendaki, diinginkan dan dimaui oleh kedua orang tua. Fudlail bin Iyadl berkata, “Janganlah engkau mencegah apa-apa yg disenangi keduanya” Ketika dita bagaimana tentang berbakti kpd kedua orang tua, Fudlail menjawab, “Janganlah engkau melayani kedua orang tuamu dalam keadaan malas”
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dalam hadits shahih yg diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitab Al-Adabul Mufrad. Ketika Abu Hurairah dita bagaimana berbakti kpd kedua orang tua, ia berkata, “Janganlah engkau memberikan nama seperti namanya, janganlah engkau berjalan dihadapannya, dan janganlah engkau duduk sebelum dia duduk” [1] Artinya, orang tua dipersilahkan duduk terlebih dahulu.
Tidak boleh beruntuk baik kpd kedua orang tua dalam bermaksiat kpd Allah. Apabila orang tua menyuruh melakukan sesuatu yg haram atau mencegah dari peruntukan yg wajib, maka tdk boleh ditaati. Bahwa orang yg paling baik untuk kita jadikan teman dan sahabat karib selama-lama ialah orang tua sendiri.
Harta yg dimiliki seorang anak pada hakekat ialah milik orang tua. Sebagaimana telah datang seseorang kpd Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ya Rasulullah, orang tua saya telah mengambil harta saya” kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memarahi orang tersebut dan berkata, “Kamu dan hartamu milik bapakmu” [2]. Berikan kpd orang tua apa yg ada pada kita yg pada hakekat ialah milik orang tua. Karena kita bisa berusaha, bekerja dan mendpt gaji, mendptkan ma’isyah (mata pencaharian), krn sebab orang tua yg melahirkan dan mendidik kita.
Kalau kedua sudah meninggal, tetap beruntuk baik dgn mendo’akan, menyambung tali silaturahmi kpd teman-teman orang tua yg disambung oleh keduanya.
Untuk menjadikan anak shalih berbakti kpd orang tua, bergantung dari pendidikan orang tua terhadap anaknya. Kalau ingin memiliki anak yg berbakti kpd kedua orang tua, tdk boleh meninggalkan pendidikan. Cara mendidik supaya menjadi anak yg shalih, anak yg taat kpd Allah dan RasulNya serta taat kpd kedua orang tuanya. Sejak kecil dididik dgn mentauhidkan Allah, diajarkan Al-Qur’an, sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, diajarkan cinta kpd Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga diajarkan tentang shalat.
Seandai sekarang ini ada anak yg durhaka kpd orang tuanya, kemudian orang tua ini menyesal dan bersedih, mungkin dahulu dia pernah beruntuk durhaka kpd orang tua sehingga sekarang dibalas oleh anak-anaknya. Ada riwayat yg masih perlu diperiksa, menyebutkan, “Hendaklah kalian beruntuk baik kpd orang tua kalian niscaya anak kalian akan beruntuk baik kpd kalian” Jadi dgn beruntuk baik kpd orang tua, insya Allah anak-anak akan beruntuk baik kpdnya. Tetapi kalau durhaka kpd orang tua, anak-anakpun akan durhaka kpdnya.
Hendaklah memperhatikan kedua orang tua seumur hidup dan jangan merasa lelah, capek, maupun letih, dalam berbakti kpd kedua sebagaimana kita tdk capek dan letih dalam taat kpd Allah.
Kalau selama ini pernah durhaka kpd orang tua, segeralah minta ma’af dan beruntuk baik kpd keduanya. Jangan mengulangi lagi dan bertaubat dgn taubat yg sesungguh baik laki-laki maupun yg perempuan. Mohon ampun dan bertaubat kpd Allah kemudian merubah sikap. Seandai kedua orang tua sudah meninggal mohon ampun kpd Allah dan mendo’akan dan bertaubat dgn taubat yg sesungguhnya, menyambung silaturahmi dgn teman-teman kedua orang tua.
Kalau ingin bahagia dan mendpt berkah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan diluaskan rizki serta dipanjangkan umur dan dimudahkan segala urusan, dimasukkan ke dalam surga maka hrs terus beruntuk baik kpd orang tua. Jangan lupakan semua yg pernah diberikan kedua orang tua krn semua kebaikan mereka tdk dpt dihitung dgn apapun juga.

HARAMNYA DURHAKA KEPADA KEDUA ORANG TUA


Imam Bukhari meriwayatkan dalam Kitabul Adab dari jalan Abi Bakrah Radhiyallahu ‘anhu, telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Arti : Sukakah saya beritahukan kpdmu sebesar-besar dosa yg paling besar, tiga kali (beliau ulangi). Sahabat berkata, ‘Baiklah, ya Rasulullah’, bersabda Nabi. “Menyekutukan Allah, dan durhaka kpd kedua orang tua, serta camkanlah, dan saksi palsu dan perkataan bohong”. Maka Nabi selalu megulangi, “Dan persaksian palsu”, sehingga kami berkata, “semoga Nabi diam” [Hadits Riwayat Bukhari 3/151-152 -Fathul Baari 5/261 No. 2654, dan Muslim 87]
Dari hadits di atas dpt diketahui bahwa dosa besar yg paling besar setelah syirik ialah uququl walidain (durhaka kepda kedua orang tua). Dalam riwayat lain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa diantara dosa-dosa besar yaitu menyekutukan Allah, durhaka kpd kedua orang tua, membunuh diri, dan sumpah palsu [Riwayat Bukhari dalam Fathul Baari 11/555]. Kemudian diantara dosa-dosa besar yg paling besar ialah seorang melaknat kedua orang tua [Hadits Riwayat Imam Bukhari]
Dari Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Arti : Sesungguh Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan minta yg bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah membenci padamu banyak bicara, dan banyak berta demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)” [Hadits Riwayat Bukhari (Fathul Baari 10/405 No. 5975) Muslim No. 1715 912)]
Hadits ini ialah salah satu hadits yg melarang seorang anak beruntuk durhaka kpd kedua orang tuanya. Seorang anak yg beruntuk durhaka berarti dia tdk masuk surga dgn sebab durhaka kpd kedua orang tuanya, sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Arti : Dari Abu Darda bahwasa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak masuk surga anak yg durhaka, pe,imu, khamr (minuman keras) dan orang yg mendustakan qadar” [Hadits Riwayat Ahmad 6/441 dan di Hasankan oleh Al-Albani dalam Silsilah Hadits Shahih 675]
Diantara bentuk durhaka (uquq) ialah :
[1] Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan (ucapan) ataupun peruntukan yg memuntuk orang tua sedih dan sakit hati.
[2] Berkata ‘ah’ dan tdk memenuhi panggilan orang tua.
[3] Membentak atau menghardik orang tua.
[4] Bakhil, tdk mengurusi orang tua bahkan lebih mementingkan yg lain dari pada mengurusi orang tua padahal orang tua sangat membutuhkan. Seandai memberi nafkah pun, dilakukan dgn penuh perhitungan.
[5] Bermuka masam dan cemberut dihadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, ‘kolot’ dan lain-lain.
[6] Menyuruh orang tua, misal menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut sangat tdk pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua atau lemah. Tetapi jika ‘Si Ibu” melakukan pekerjaan tersebut dgn kemauan sendiri maka tdk mengapa dan krn itu anak hrs berterima kasih.
[7] Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua.
[8] Memasukkan kemungkaran kedalam rumah misal alat musik, mengisap rokok, dll.
[9] Mendahulukan taat kpd istri dari pada orang tua. Bahkan ada sebagian orang dgn tega mengusir ibu demi menuruti kemauan istrinya. Na’udzubillah.
[10] Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dgn keberadaan orang tua dan tempat tinggal ketika status sosial meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam ini ialah sikap yg amat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yg keji dan nista.
Semua itu termasuk bentuk-bentuk kedurhakaan kpd kedua orang tua. Oleh krn itu kita hrs berhati-hati dan membedakan dalam berkata dan beruntuk kpd kedua orang tua dgn kpd orang lain.
Akibat dari durhaka kpd kedua orang tua akan dirasakan di dunia. Dalam hadits yg diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Abu Daud dan Tirmidzi dari sahabat Abi Bakrah dikatakan.
“Arti : Dari Abi Bakrah Radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Tidak ada dosa yg Allah cepatkan adzab kpd pelaku di dunia ini dan Allah juga akan mengadzab di akhirat yg pertama ialah berlaku zhalim, kedua memutuskan silaturahmi” [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad (Shahih Adabul Mufrad No. 23), Abu Dawud (4902), Tirmidzi (2511), Ibnu Majah (4211). Ahmad 5/36 & 38, Hakim 2/356 & 4/162-163, Tirmidzi berkata, “Hadits Hasan Shahih”, kata Al-Hakim, ‘Shahih Sanadnya”, Imam Dzahabi menyetujuinya]
Dalam hadits lain dikatakan.
“Arti : Dua peruntukan dosa yg Allah cepatkan adzab (siksanya) di dunia yaitu beruntuk zhalim dan al’uquq (durhaka kepdada orang tua)” [Hadits Riwayat Hakim 4/177 dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu] [1]
Keridlaan orang tua hrs kita dahulukan dari pada keridlaan istri dan anak. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan anak yg durhaka akan diadzab di dunia dan di akhirat serta tdk akan masuk surga dan Allah tdk akan melihat pada hari kiamat.
Sedangkan dalam lafadz yg lain diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, Hakim, Ahmad dan juga yg lainnya, dikatakan :
“Arti : Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata, ‘Telah berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Ada tiga golongan yg tdk akan masuk surga dan Allah tdk akan melihat mereka pada hari kiamat yakni anak yg durhaka kpd kedua orang tuanya, perempuan yg menyerupai laki-laki dan kepala rumah tangga yg membiarkan ada kejelekan (zina) dalam rumah tangganya” [Hadits Riwayat Hakim, Baihaqi, Ahmad 2/134]
Jadi, salah satu yg menyebabkan seseorang tdk masuk surga ialah durhaka kpd kedua orang tuanya.
Dapat kita lihat bahwa orang yg durhaka kpd orang tua hidup tdk berkah dan selalu mengalami berbagai macam kesulitan. Kalaupun orang tersebut kaya maka kekayaan tdk akan menjadikan bahagia.
Seandai ada seorang anak yg durhaka kpd kedua orang tua kemudian kedua orang tua tersebut mendo’akan kejelekan, maka do’a kedua orang tua tersebut bisa dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebab dalam hadits yg shahih Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Arti : Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ‘Telah berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Ada tiga do’a yg dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala -yg tdk diragukan tentang do’a ini-, yg pertama yaitu do’a kedua orang tua terhadap anak yg kedua do’a orang yg musafir -yg sedang dalam perjalanan-, yg ketiga do’a orang yg dizhalimi” [Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabaul Mufrad, Abu Dawud, dan Tirmidzi] [2]

KEISTIMEWAAN DAN MANFAAT BERDZIKIR KEPADA ALLAH SWT


Dzikir tidaklah bisa terlepas dari kehidupan manusia yang beriman hanya kepada ALLAH SWT. serta mengakui Kekuasaan dan Keagungannya didalam lahir maupun bathin.
Allah SWT berfirman: Oleh karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku mengingat kalian. (QS al Baqarah [2]: 152).
Tsabit bin al-Banant RA. berkata, “Saya tahu kapan Allah SWT mengingat saya.
“Bagaimana Anda mengetahui hal itu?” tanya para muridnya. “Apabila saya mengingat-Nya, Dia pasti mengingat saya,” jawabnya.
Perintah-perintah Allah Kepada Hambanya :
Allah SWT berfirman:
Berzikirlah kalian (dengan menyebut nama) Allah dengan zikir yang sebanyak-banyaknya. (QS al-Ahzab [33]: 41).
(Yaitu) orang –orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring. (QS Ali-Imran [3]:191).
Apabila kalian telah selesai shalat, ingatlah Allah di saat berdiri, duduk, dan berbaring. (QS an-Nisa [4]:103).
Tentang ayat 103 surah an-Nisa di atas, Ibn ’Abbas ra. berkata, ”Maksudnya adalah pada malam dan siang hari, di daratan, di lautan, dalam perjalanan dan ketika tinggal di rumah, ketika kaya dan dalam keadaan miskin, ketika sakit dan ketika sehat, serta secara tersembunyi dan terang-terangan.”
Rasulullah bersabda, ”Orang yang berzikir kepada Allah ditengah orang –orang yang lalai adalah seperti pohon hijau ditengah pohon-pohon yang kering. Orang yang berzikir kepada Allah ditengah orang-orang yang lalai adalah seperti orang yang berjuang di tengah orang-orang yang lari dari medan perang.”
Rasulullah Saw ditanya,”Amalan apa yang paling utama?”
Beliau menjawab,”Engkau mati sementara lisanmu basah karena zikir kepada Allah ’Azza wa jalla.”
Dalam hadist disebutkan bahwa Allah SWT berfirman,”Apabila hamba-Ku mengingat-Ku dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam keramaian, Aku mengingatnya dalam keramaian yang lebih baik dari itu. Apabila ia mendekat kepadanya sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Apabila ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Apabila ia berjalan menuju kepada-Ku, Aku berlari kepadanya.” (Maksud ”berlari kepadanya” adalah segera mengabulkan doanya.
Abu Hurairah RA. berkata, ”Penghuni langit memperhatikan rumah-rumah penduduk bumi yang disebutkan nama Allah SWT, sebagaimana mereka memperhatikan bintang-bintang.”
Sufyan ibn Uyaynah ra mengatakan bahwa jika suatu kaum berkumpul untuk berzikir kepada Allah SWT, pasti setan dan dunia lari. Setan berkata kepada dunia,”Tidakkah engkau melihat apa yang mereka perbuat?”
Dunia menjawab, ”Biarkan mereka, karena jika mereka telah bubar aku akan membawa leher mereka kepadamu.”
Abu Hurairah RA. meriwayatkan bahwa ia masuk pasar. Ia berkata, ”Aku melihat kalian disini sementara warisan Rasulullah Saw dibagikan di dalam masjid.”
Orang-orang lalu pergi ke masjid dan meninggalkan pasar. Akan tetapi, mereka tidak melihat warisan itu. Mereka berkata, ”Wahai Abu Hurairah, kami tidak melihat warisan dibagikan di dalam masjid.”
Abu Hurairah balik bertanya, ”Apa yang kalian lihat?”
Mereka menjawab, ”Kami melihat sekelompok orang sedang berzikir kepada Allah Azza wa Jalla dan membaca Alquran.”
Abu Hurairah berkata, ”Itulah warisan Rasulullah SAW.”
Al-A’masy meriwayatkan hadis dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dan Abu Said Al-Khudri dari Nabi Muhammad SAW, bahwa beliau bersabda, ”Allah ’Azza wa Jalla memiliki para malaikat yang selalu memuji-Nya di bumi. Mereka mencatat amalan manusia. Apabila mereka menemukan suatu kaum sedang berzikir kepada Allah, mereka menyeru, ”Marilah menuju sasaran!”
Para Malaikat pun datang dan mengelilingi mereka. Kemudian mereka kembali ke langit. Allah SWT bertanya,” Apa yang hamba-hambaKu kerjakan ketika kalian meninggalkan mereka?”
Para malaikat menjawab, ”Kami meninggalkan mereka dalam keadaan memuji, memuliakan, dan menyucikan Mu.”
Allah SWT bertanya lagi, ”Apakah mereka melihatKu?”
Para malaikat menjawab,”Tidak.”
Allah SWT bertanya lagi, ”Bagaimana seandainya mereka melihatKu?”
Para malaikat menjawab, ”Seandainya mereka melihatMu, niscaya mereka akan lebih banyak bertasbih dan memuliakanMu.”
Allah SWT bertanya lagi, ”Dari apa mereka memohon perlindungan?”
Para malaikat menjawab, ”Dari api neraka.”
Allah SWT bertanya lagi,”Apakah mereka melihatnya?”
Para malaikat menjawab,”Tidak.”
Allah SWT bertanya lagi, ”Bagaimana seandainya mereka melihatnya?”
Para malaikat menjawab,”Seandainya mereka melihatnya, niscaya mereka lebih takut padanya dan lebih banyak berusaha menghindarinya.”
Allah SWT bertanya lagi, ”Apa yang mereka cari?”
Para malaikat menjawab,”Surga.”
Allah SWT bertanya lagi,”Apakah mereka melihatnya?”
Para malaikat menjawab,”Tidak.”
Allah bertanya lagi,”Bagaimana seandainya mereka melihatnya?”
Para malaikat menjawab, ”Seandainya mereka melihatnya, niscaya mereka lebih besar lagi keinginannya.’
Allah berfirman, ”Aku bersaksi kepada kalian bahwa Aku telah mengampuni mereka.”

HADIST JAGALAH ALLAH NISCAYA ALLAH AKAN MENJAGAMU


عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَبْدِ الله ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ، كُنْتُ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فَقَالَ، يَا غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ، احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتْ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ (رواه الترمذي)
Dari Abil ‘Abbas ‘Abdillah ibni ‘Abbas RodhiyaAllah ‘an huma berkata : saya dibelakang Rosulillah SAW pada suatu hari Nabi Muhammad SAW bersabda : Hai nak, aku ajari kamu beberapa kalimat,”Jagalah Alloh niscaya Dia akan menjagamu”. Jagalah Alloh niscaya kau dapati Dia di hadapanmu, jika engkau hendak meminta , mintalah kepada Alloh, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Alloh. Ketahuilah seandainya seluruh ummat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Alloh tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Alloh tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering” (HR. At-Tirmidzi).
Dalam memahami hadits Nabi diatas bukan berarti Alloh butuh penjagaan, maha suci Alloh dari kebutuhan pada makhluknya, Alloh tidah butuh dijaga karena Dia “Al-Hafidz” Maha Menjaga dan Maha sempurna penjagaan-Nya, Alloh yang menjaga makhluk-Nya, begitu sempurna penjagaan-Nya sampai-sampai akal kita tidak sanggup menjangkaunya, semuanya dijaga dan dilestarikan oleh Alloh SWT. Hal ini sesuai dengan firman Alloh :
وَرَبُّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَفِيظٌ
“Dan Tuhanmu Maha Menjaga segala sesuatu”.(QS. Saba` 21)
Jadi yang dimaksud dengan sabda Nabi diatas adalah : menjaga Alloh dengan bertauhid kepada-Nya, tidak menyekutukan-Nya dengan selainnya, bentuknya seperti : tidak menyembah kecuali kepada Alloh, meminta dan mengharap pertolongan hanya kepada Alloh, hakikat pertolongan adalah dari Alloh, makhluk hanyalah perantara, hal ini harus kita yakini karena ini adalah perkara yang amat penting dan benar, ini adalah pelajaran tauhid yang akan menjernihkan pikiran, menguatkan aqidah dan menambah iman.
Selanjutnya adalah : menjaga Alloh dengan menjaga perintah-Nya, bersungguh-sungguh melaksanakan yang wajib dan tidak meremehkan yang sunnah. Kita akan semakin merasakan penjagaan Alloh, bila kita mau menjaga perintah Alloh yang wajib dan menegakkan yang sunnah, melaksanakan yang wajib adalah kepatuhan sedangkan melaksanakan yang sunnah adalah ketulusan, hal ini yang mengantar nikmatnya beribadah dan jika sudah merasakan nikmatnya beribadah kepada Alloh, disitulah tampak penjagaan Alloh terhadap jiwa kita.
Kemudian jagalah Alloh dengan menjaga diri dari yang tidak disukai-Nya, dari apa-apa yang diharamkan-Nya, dan dari sesuatu yang dihukumi syubhat, kita harus menjaga anggota badan dan hati kita agar tidak diserang oleh musuh-musuh kita seperti : bujukan nafsu jelek, tipuan syetan, cinta dunia mengalahkan akherat, semua itu menjadi penghalang untuk sampainya hubungan baik antara hamba dengan Tuhannya. Bersungguh-sungguhlah agar tidak melakukan dosa dan tidak mendekati hal-hal yang makruh supaya kita dicintai oleh Alloh SWT.
Lalu menjaga Alloh dengan senantiasa bertaubat, manusia tempatnya salah, lupa, lalai dan lemah, sebaik-baik manusia adalah jika telah melakukan kesalahan maka cepat-cepat membenahi diri dengan cara bertaubat, meninggalkan berbuatan yang keliru, menyesal, berjanji tidak mengulangi lagi, meminta maaf, Alloh Maha pengampun, maha menerima taubat dan Alloh mencintai orang-orang yang bertaubat ;
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
“Sesungguhnya Alloh mencintai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”.(QS. Al-Baqoroh : 222

BENTUK PENJAGAAN ALLOH SWT KEPADA HAMBANYA


Jika kita menjaga Alloh maka Alloh menjaga kemurnian aqidah kita, menjaga dari gejolak nafsu buruk yang menyesatkan, melindungi dari mara bahaya dan dari godaan manusia, syetan, jin dan iblis, Alloh menugaskan malaikat-malaikat-Nya untuk menjaga kita, empat malaikat menjaga di depan, belakang, kanan dan kiri mereka membentuk benteng yang kokoh di sekeliling kita untuk menghindarkan kita dari marabahaya, godaan dan tipu daya syetan dan iblis, hal ini sesuai dengan firman Alloh :
لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٌ مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ ۗ
Artinya : ”Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, dimuka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Alloh”.( QS. Ar-Ro`du : 11)
Dan sabda Nabi Muhammad SAW : “Tidak seorangpun diantara kalian yang tidak ditemani qorin (pendamping) dari golongan jin dan qorin dari golongan malaikat, sahabat bertanya :”apakah juga engkau ya Rosulalloh ?” Rosululloh menjawab :”ya juga aku”, akan tetapi Alloh menolongku (dari dari godaan keburukan jin) sehingga ia tidak menyuruh kecuali untuk yang baik”.(HR.Muslim).
Dan jika Alloh telah menolong hambanya melalui malaikat maka hamba tersebut akan bersabar, bersyukur dan merasakan hikmah dan nikmat dalam musibah yang dialaminya, jiwanya tenang dan bersinar, serta lapang dada, karena hamba tersebut telah mendapati pendamping yang tak pernah kalah, pelindung yang tak pernah tidur dan pemberi petunjuk yang tak pernah sesat, Alloh bersamanya seperti yang telah difirmankan Alloh :
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
Artinya : “Sesungguhnya Alloh beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan”(QS. An-Nahl : 128) dan firman Alloh
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُون
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan :”Tuhan kami ialah Alloh” kemudian mereka meneguhkan pendirian, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan :”janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Alloh kepadamu”.(QS. Fushshilat : 30)
Namun perlu diketahui bahwa : Orang yang berada dalam penjagaan Alloh tidak berarti semua keinginannya selalu dikabulkan oleh Alloh dan tidak berarti pula orang yang hidupnya dijaga oleh Alloh dia tidak akan menemui tantangan kesulitan dalam hidupnya, sunnatulloh kesulitan dan kelapangan tetap berjalan namun jelas berbeda keadaannya antara orang yang ditinggalkan dengan orang yang dibiarkan oleh Alloh SWT. Sebab orang yang ditinggalkan itu hanyalah bentuk bimbingan, sedangkan kalau dibiarkan itu berarti tidak mendapat pertolongan, karena itu jika hamba telah berada dalam karunia penjagaan Alloh, maka dunianya dibimbing dan akheratnya diselamatkan, sebaliknya bila hamba tidak dalam penjagaan Alloh betapa sengsaranya dia karena tidak mendapat pertolongan dari Alloh, hidupnya rugi dan celaka di dunia dan di akherat , dalam Al-Qur`an diterangkan :
إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
“Jika Alloh menolong kamu, maka tidak ada orang yang dapat mengalahkan kamu, jika Alloh membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan) maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Alloh sesudah itu ? karena itu hendaklah kepada Alloh saja orang-orang mukmin bertawakkal”. (QS. Ali-Imron : 160).
Untuk itu berusahalah, berdo`alah dan bertawakkallah kepada yang menguasai segalanya, yang menyelesaikan urusan demi urusan yang silih berganti, yang meneguhkan hati ketika masalah yang tak terduga mendatangi, yang menguatkan pendirian saat terjepit, yang memberi jalan keluar saat jalan hidup telah buntu, sadarlah ! satu-satunya jalan yang mengatasi segala kesulitan adalah kembali kepada Alloh SWT. Apalagi urusan keadaan nanti di akherat, manusia tampak hina, lemah dan benar-benar butuh kepada Alloh , butuh penjagaan karena tak berguna lagi harta dan kekuasaan, kerabat dan lainnya kecuali setelah Alloh memberi izin kepada orang pilihan sehingga hamba dalam naungan penjagaan Alloh SWT.

Tenteramkan Jiwa dengan Berdzikir kepada Allah SWT


Allah SWT berfirman:
ألا بذكر الله تطمئن القلوب
Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah jiwa (hati) menjadi damai (tenteram)
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ
“Tidaklah kalian ketahui bahwa hati hamba-hamba Allah SWT yang beriman itu dibahagiakan oleh Allah dengan banyak berdzikir kepada-Nya” (QS. Al-Hadid:16)
Bulan suci Ramadhan merupakan salah satu cara Allah memberikan kebahagiaan kepada hamba-hamba-Nya; terutama kebahagiaan batin, yaitu melalui peningkatan kualitas iman dan taqwa. Sementara itu di antara sarana untuk meningkatkan mutu dan kualitas keimanan dan ketaqwaan adalah berdzikir kepada Allah. Karena itulah, pada bulan suci ini umat Islam sangat dianjurkan untuk memperbanyak ibadah di antaranya adalah dzikir.
Standar dzikir yang diharapkan adalah tidak hanya sekadar gerakan lisan namun memiliki bekas dan pengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Dengan dzikir yang banyak diharapkan mampu menghadirkan nur (cahaya) Allah SWT, begitu pula memberikan ketenangan dan ketenteraman jiwa. Karena itu, semakin kuat iman seseorang maka akan semakin banyak pula dzikirnya kepada Allah SWT.
Dzikir kepada Allah juga menjadi alat hamba yang beriman untuk menghapus dosa-dosanya sebagaimana janji Allah SWT dalam Al-Quran:
وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Allah mempersiapkan pengampunan dosa dan ganjaran yang mulia bagi kaum muslimin dan muslimat yang berdzikir.” (QS. Al-Ahzab:35)
Sebagaimana dzikir kepada Allah SWT merupakan sarana untuk menerangi pikiran dan mental guna mencapai taraf kesadaran ketuhanan yang Maha Tinggi. Lebih jauh lagi dzikir juga akan membawa ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan hidup sebagaimana firman-Nya:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan dzikrullah. Ingatlah hanya dengan berdzikir maka hati akan menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’ad: 28).
Pentingnya berdzikir juga diungkapkan dalam sebuah hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Abu Darda Nabi saw bersabda:
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيكِكُمْ وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ إِعْطَاءِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ قَالُوا بَلَى قَالَ ذِكْرُ اللَّهِ تَعَالَى
“Maukah aku beritahukan sebaik-baik amal dan lebih tinggi derajatnya dan lebih bersih di sisi Raja (Allah) kalian, dan sebaik-baik pemberian daripada emas dan uang, dan sebaik-baik kalian dari bertemu musuh lalu kalian memenggal leher mereka atau kalian yang terpenggal, mereka berkata: mau, nabi bersabda: Dzikir kepada Allah SWT”. (Bukhari Muslim)
Begitu pun dengan berdzikir dapat membangkitkan selera ibadah serta menuju akhlaq yang mulia. Karena dzikir selain merupakan pekerjaan hati dengan selalu mengingat Allah SWT setiap saat dan dalam semua kondisi. Namun juga merupakan kerja lisani (ucapan), kerja aqli (menangkap bahasa Allah di balik setiap gerak alam), dan kerja jasadi(dengan melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya).
Idealnya dzikir itu berangkat dari kekuatan hati, ditangkap oleh akal, dan dibuktikan dengan ketaqwaan, amal nyata di dunia ini. Karena itu praktek dzikir tidak terbatas pada satu kondisi dan tempat tertentu; kapan dan dimana saja dapat dilakukan bahkan dalam kondisi hadats (tidak bersuci) juga boleh dilakukan; baik dalam keadaan berdiri, duduk, atau berbaring seperti firman Allah:
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّار
“(yaitu) orang-orang yang selalu berdzikir (mengingat) kepada Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka”. (QS. Ali Imran: 191).
Baik dzikir yang dilakukan secara formal atau non formal, di Masjid, di Mushalla, di rumah, di kantor, atau di jalanan sekalipun; Allah berfirman:
فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ
“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang” (QS. An-nur: 36),
dan bisa juga dilakukan sendiri-sendiri atau berjamaah (dalam majelis). Dengan berdzikir berarti mengundang rahmat Allah SWT, dan doa para malaikat. Dengan banyak berdzikir kepada-Nya, maka sesuai janji Allah, Dia akan menyelamatkan umat dari semua bentuk kezhaliman, kegelapan dan kemaksiatan. Dalam hadits Abu Hurairah dan Abu Said Al-Khudri dijelaskan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Tidaklah duduk suatu kaum yang berdzikir menyebut nama Allah kecuali akan dinaungi para malaikat, dipenuhi mereka oleh rahmat Allah dan diberi ketenangan, karena Allah menyebut-nyebut nama mereka di hadapan malaikat yang ada di sisinya.” (Muslim, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Dan dengan berdzikir kepada Allah SWT, maka Allah SWT juga akan selalu bersama orang yang berdzikir, dan dengan demikian pertolongan dan rahmat Allah SWT juga akan selalu tercurahkan kepadanya. Sementara itu, Bulan suci Ramadhan ini merupakan kesempatan berharga bagi setiap muslim untuk meningkatkan volume dzikir kepada Allah SWT guna menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Itulah beberapa hal penting yang mungkin dapat kita jadikan landasan untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia ini dan juga sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan akhirat nanti.

Allah bersama Orang Yang Berzikir


إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُوْلُ : أَنَا مَعَ عَبْدِيْ مَا ذَكَرَنِيْ وَتَحَرَّكَتْ بِيْ شَفَتَاهُ
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman: “Aku bersama hamba-Ku selagi dia mengingat-Ku dan kedua bibirnya bergerak-gerak menyebut-Ku.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Menurut firtahnya setiap orang mendambakan ketentraman dan kedamaian batin. Tak ingin hidup selalu diliputi kerisauan. Untuk mencapai ketenangan batin apapun dilakukannya. Memperoleh ketentraman batin bukan hal yang tidak mungkin. Siapapun mempunyai peluang untuk memperoleh ketentraman batin. Allah SWT mengajarkan hamba-hamba-Nya agar gemar berzikir. Zikir merupakan salah satu langkah nyata untuk mendapatkan ketenangan hati jauh dari kerisauan. Allah SWT berfirman di dalam al-qur’an:

الَّذِيْنَ اٰٰمَنُوْا وَتَطْمِئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللهِ، أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمِئِنُّ الْقُلُوْبُ.
“(Yaitu)orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah (zikir). Ingatlah, dengan mengingat Allah, hati menjadi tentram.” (QS. Ar-Ra’du:28).
Dengan mengingat Allah hati menjadi tentram. Dengan zikir hidup akan bererti dan bermakna. Bahagia dan hati lapang akan mengiringi hidup orang yang gemar berzikir. Bagi orang terus berzikir hidupnya terasa sejuk bagai embun dipagi hari. Sebaliknya, orang yang tidak berzikir kepada Allah, hatinya akan kering dan gersang. Lihatlah, bagaimana gurun pasir yang tandus dan gersang tak tampak ada kehidupan. Begitulah hati orang lupa Allah.
Orang mukmin akan sungguh-sungguh ingin mendapatkan ketentraman batin dan dalam perbuatannya 24 jam akan usahakan untuk mengingat Allah. Allah memuliakan orang yang senang mengingat Allah. Allah akan mengingat orang yang mengingat-Nya.
فَاذْكُرُوْنِيْ أَذْكُرْكُمْ : البقرة :152
“Ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku (Allah) akan ingat kepadamu.” (QS.Al-Baqarah: 152)
Orang yang banyak mengingat Allah di sela-sela kehidupannya, berarti Allah selalu mengingatnya. Banyak mengingat Allah, berarti banyak merasakan kedamaian. Sering lupa Allah, sering merasakan kerisauan. Jika ingat Allah saat shalat saja, maka diluar shalat batinnya sering dilanda kegelisahan. Jika ingat Allah saat tertimpa musibah, dikala hidup lapang dia lupa Allah. Memang, ingat Allah merupakan hidayah Allah yang diberikan kepada hamba-Nya yang terpilih. Karena itu, sering kita jumpai ada orang yang sama sekali dalam hidupnya tidak ingat Allah dan mengenal-Nya. Orang yang tidak pernah mengingat Allah atau tidak mengenal Allah, sungguh seberapa banyak harta yang dimilikinya, setinggi apapun derajatnya di sisi manusia, dan sehebat apapun dia niscaya hidupnya akan dihantui oleh kecemasan dan kegelisan.
Ingat Allah hati menjadi tertambat kepada-Nya. Manakala hati sudah tertambat kepada Allah, maka apa pun yang dia lihat, dia dengar, dan yang dia rasakan, selalu nampak keagungan Allah dan ada keterlibatan-Nya. Dalam keadaan apapun dia selalu ingat kepada Allah. Karena ingat Allah merupakan ibadah yang sangat utama bagi lidah setelah membaca al-qur’an. Dia ingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring.
Hal ini disebutkan Allah dalam alQur’an surat Ali Imran ayat 191
“Orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring".
Zikir dapat menguatkan orang-orang yang lemah untuk bergegas beribadah. Dengan zikir orang akan dengan terampil dan bersegera melakukan kebaikan. Bagi orang yang merasa lemah untuk bangun malam (shalat malam), banyak harta tetapi terasa diri bakhil untuk menginfakkan, atau takut untuk berjuang di jalan Allah, maka perbanyaklah zikir kepada Allah. Memperbanyak zikir akan membawa pada keberuntungan.
Allah berfirman: “berzikirlah sebanyak-banyaknya, agar kamu beruntung.” (QS. Al-Jum’ah: 10)
Sabda Nabi s.a.w.: Sesiapa yang membaca di siang hari dengan penuh yakin akan pahalanya kemudian mati sebelum petangnya nescaya ia tergolong ahli syurga. Dan siapa membacanya pada malam hari dengan penuh yakin akan pahalanya kemudian mati sebelum waktu subuhnya nescaya ia tergolong ahli syurga. (Diriwayatkan oleh Imam Buhari dari Syadad Bin Aus r.a.)Sabda Nabi s.a.w.: Sesiapa yang membaca di siang hari dengan penuh yakin akan pahalanya kemudian mati sebelum petangnya nescaya ia tergolong ahli syurga. Dan siapa membacanya pada malam hari dengan penuh yakin akan pahalanya kemudian mati sebelum waktu subuhnya nescaya ia tergolong ahli syurga. (Diriwayatkan oleh Imam Buhari dari Syadad Bin Aus r.a.)

Sebagian ulama membagi zikir kedalam empat bagian, yaitu zikir lisan; zikir akal; zikir jawarih (anggota tubuh); dan zikir hati.
Pertama: Zikir lisan. Dia gunakan lisan untuk banyak menyebut asma Allah, mengagungkan Allah, memperbanyak membaca Al-qur’an, berkata yang lemah lembut kepada sesama, lisannya tidak memancar kata-kata berduri yang menusuk hati saudaranya, selalu berusaha berkata benar, dan setiap apa yang keluar dari lisannya selalu berharap Allah meridhainya. Dia hindarkan lisannya dari perkataan haram, pergunjingan, provokasi, sumpah palsu, memaki, mencemuh, dan perkataan kotor lainnya. Lisannya selalu basah dengan menyebut asma Allah. Tiada hari yang dilaluinya, melainkan lisannya terus mengagungkan nama-nama Allah.
Kedua: Zikir akal. Anugrah Allah berupa akal yang diberikan kepadanya senantiasa dipergunakan untuk menyaksikan kebesaran dan keagungan Allah. Dengan akalnya direnungkan dalam-dalam bagaimana Allah menciptakan alam ini begitu indah? Keindahan dan begitu besar maha karya-Nya, menunjukkan bahwa betapa Maha Agungnya Allah. Dengan memikirkan ciptaan Allah, semakin bertambah keimanan dan ketaqwaan di dalam hatinya. Apapun yang terlintas dipikirannya selalu dikaitkan dengan kebesaran Allah. Dan berakhir dengan pengakukan bahwa Maha Suci Allah Yang telah menciptakan semuanya. Tidak sedikitpun dari ciptaan-Nya yang sia-sia. Akal yang berzikir kepada Allah, akan tunduk dan mengikuti hukum-hukum Allah. Olah pikir manusia sebatas bagaimana menyingkap rahasia di balik ciptaan-Nya.
Ketiga: Zikir jawarih. Zikir jawarih (anggota tubuh) merupakan manifestasi dari hati yang terpaut dengan Allah. Kedua matanya setiap apa yang dilihatnya tampak kebesan Allah. Suara yang didengarnya menunjukkan suara-suara milik Allah. Kakinya tidak melangkah melainkan melangkah ke tempat yang Allah mau. Perutnya di isi hanya dengan hidangan yang Allah halalkan. Tangannya ringan bekerja mengais keridhaan Allah. Seluruh tubuhnya dijadikan modal untuk mendapatkan rahmat Allah. Beribadah dan beramal kebaikan di dasarkan pada ketentuan-Nya. Dia hentikan semua anggota tubuhnya dari perbuatan maksiat. Dia serahkan hasil jerih payah dan ikhtiarnya kepada Allah. Akan ringan dan tenang langkah-langkah yang diiringi dengan ingat Allah.
Keempat: Zikir hati. Hati yang berzikir mampu menangkap keagungan Allah. Peka terhadap seruan-Nya. Ketika disebut nama-nama Allah, bergetar hebat hatinya karena merasakan kedasyatan di balik nama tersebut. Hatinya selalu mengkilap bercahaya menerangi semua anggota tubuhnya. Sentuhan-sentuhan Ilahi disambutnya dengan lega dan ridha. Ia perintahkan lisan untuk berkata benar dan lemah lembut. Ia suruh mata untuk menundukkan diri di hadapan kebesaran Allah. Ia perintahkan kedua kaki untuk melangkah menuju seruan Allah. Ia bimbing semua anggota tubuh untuk selalu mengenal dan berpijak pada ketulusan. Ia cegah semua anggota tubuh dari mengingkari Allah dan durhaka kepada-Nya. Ia rasakan kedekatan Allah bersamanya. Hingga ia jalani perubahan hati yang begitu cepat tetap tenang bersama Allah. Hati yang bening dan terawat selalu penuh dengan zikir kepada Allah. Ketenangan dan ketentraman akan menyertai hati yang selalu bersih dan berzikir.
Indah sekali rasanya jikalau lisan yang terus menyebut nama-nama Allah, pikiran mampu menangkap rahasia di balik kebesaran ciptaan Allah, anggota tubuhnya ringan melangkah menuanikan perintah Allah, dan hatinya merasakan kedekatan dan kehadiran Allah. Sungguh sempurna iman dan ketaqwaan seorang hamba yang berzikir kepada Allah. Hidup menjadi optimis dengan berzikir. Kesulitan dihadapi dengan tenang. Permasalahan diselesaikan dengan lapang dada. Musibah dan ujian hidup yang menerpa di jalani dengan sabar dan shalat. Rizki yang sampai kepada dirinya disyukuri. Indah penuh kedamaian hati orang yang gemar berzikir.

Ada kisah yang cukup menarik untuk diperhatikan, yaitu kisah seorang nabi yang merasa malu kepada seekor cacing merah yang terus berzikir kepada Allah sepanjang hari sejak ia diciptakan. Beliau adalah Nabi Daud as. Kisahnya begini, Saat Nabi Daud as. Duduk sedang membaca kitab Zabur, tiba-tiba beliau melihat seekor cacing merah di tanah. Maka Nabi Daud as berkata dalam hati: “Apa yang dikehendaki Allah dengan seekor cacing ini?” Maka Allah mengizinkan cacing itu dapat berbicara. Lalu berkata cacing itu: “Hai Nabi Allah , Tuhanku telah memerintahkan kepadaku diwaktu siang agar aku berzikir (subhanallah, walhamdulillah, wa laa ilaaha illallah, wallaahu akbar) sebanyak seribu kali, dan diwaktu siang aku berzikir (allahumma shalli ‘ala Muhammadinin nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam) sebanyak seribu kali, Sedangkan anda apa yang dapat anda ambil manfaat dariku?, maka Nabi Daud as menyesali perbuatannya telah meremehkan seekor cacing merah, dan takut kepada Allah, bertaubat, serta bertawakkal kepada-Nya. (Mukasyafatul Qulub, h.7)

Begitu besar fadilah berzikir bagi kehidupan manusia. Zikir merupakan perintah Allah yang dapat memberikan keselamat di dunia dan di akhirat. Ketentraman yang didambakan akan terwujut bagi orang yang gemar berzikir. Zikir juga menghilangkan kemunafikan, mengusir setan perusak hati, menguatkan iman seorang hamba, membersihkan hati dari karat dosa, dan zikir termasuk ibadah yang disukai oleh Allah. Zikir juga menjaga hamba terjatuh pada kehinaan. Subhanallah, begitu besar rahasia zikir bagi kehidupan manusia, hingga baginda Rasul SAW tidak pernah lepas dari berzikir. Semua waktunya beliau pergunakan untuk berzikir kepada Allah. Karena itu, berzikirlah kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk atau berbaring, sakit atau sehat, lapang atau sempit, diwaktu malam atau siang hari, di dalam rumah atau di luar rumah, di daratan atau di lautan, diwaktu kaya atau miskin, dengan pelan-pelan atau terang-terangan, intinya dalam setiap keadaan. Jika ini yang kita lakukan dalam menjalani kehidupan ini, insyaallah hidup kita akan tenang dan tentram.

Namun, kita tahu bahwa tiada daya dan kekuatan bagi kita untuk beristiqamah dalam berzikir kecuali atas pertolongan dan hidayah Allah semata. Karena itu, orang yang telah dianugrahi kesempatan berzikir berarti dia telah mendapatkan anugrah yang besar dari Allah SWT. Zikir akan menyebabkan Allah menurunkan jalan keluar dari kesulita-kesulitan yang dihadapinya. Sebab zikir, Allah menyayangi seorang hamba. Dengan zikir Allah curahkan nikmat dan rahmat-Nya hamba-hamba-Nya. Zikir menjadikan seorang hamba 24 jam akan bersama Allah SWT. Karena itu, ajak diri untuk terus berzikir dan membiasakan berzikir. Ajak diri, keluarga, teman, sahabat, saudara, dan masyarakat untuk selalu berzikir kepada Allah SWT. Hingga kebahagiaan dan ketentraman melekat dalam kehidupan mereka. Semoga kita semua dijadikan oleh Allah mnjadi hamba-hamba-Nya yang gemar berzikir. Amin.
Sabda Nabi s.a.w.: Sesiapa yang membaca di siang hari dengan penuh yakin akan pahalanya kemudian mati sebelum petangnya nescaya ia tergolong ahli syurga. Dan siapa membacanya pada malam hari dengan penuh yakin akan pahalanya kemudian mati sebelum waktu subuhnya nescaya ia tergolong ahli syurga. (Diriwayatkan oleh Imam Buhari dari Syadad Bin Aus r.a.)Sabda Nabi s.a.w.: Sesiapa yang membaca di siang hari dengan penuh yakin akan pahalanya kemudian mati sebelum petangnya nescaya ia tergolong ahli syurga. Dan siapa membacanya pada malam hari dengan penuh yakin akan pahalanya kemudian mati sebelum waktu subuhnya nescaya ia tergolong ahli syurga. (Diriwayatkan oleh Imam Buhari dari Syadad Bin Aus r.a.)

Tiga Manfaat Utama Membiasakan Dzikir kepada Allah


“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya
Tiga Manfaat Utama Membiasakan Dzikir kepada Allah
Terkait
Bakti kepada Orangtua dengan Berbaik kepada Para Sahabatnya
Dzikir (Tak Mesti) Pagi
Dua Hal, Bagaimana Cara Kita Beribadah Kepada Allah?
Mengapa dan Bagaimana Kita Beribadah Kepada Allah?
“Dzikir kepada allah Ta’ala adalah ibadah terbesar dibandingkan ibadah lainnya,” demikian kata Ibn Abbas RA
MENJELASKAN hal ini, Imam Ghazali dalam kitabnya “Dzikurllah” menulis, “Jika Anda bertanya, kenapa dzikir kepada Allah yang dikerjakan secara samar oleh lisan dan tanpa memerlukan tenaga yang besar menjadi lebih utama dan lebih bermanfaat dibandingkan dengan sejumlah ibadah yang dalam pelaksanaannya banyak mengandung kesulitan?”
Imam Ghazali menjelaskan bahwa dzikir mengharuskan adanya rasa suka dan cinta kepada Allah Ta’ala. Maka tidak akan ada yang mengamalkannya kecuali jiwa yang dipenuhi rasa suka, dan cinta untuk selalu mengingat dan kembali kepada-Nya.
Orang yang mencintai sesuatu akan banyak mengingatnya, dan orang yang banyak mengingat sesuatu (meskipun pada mulanya ini adalah bentu pembebanan) pasti akan mencintainya. Begitu halnya dengan orang yang berdzikir kepada Allah Ta’ala.
Apabila seorang Muslim sampai pada derajat suka berdikir, maka ia tidak akan melakukan erbuatan lain selain dzikir kepada Allah Ta’ala. Sesuatu yang selain Allah adalah sesuatu yang pasti meninggalkannya saat kematian menjemput. Nah, di sinilah urgensi mengapa setiap jiwa sangat membutuhkan amalan dzikir.
Dengan demikian, apa saja manfaat utama dari amalan yang sampai dibahas secara khusus oleh Imam Ghazali ini?
Pertama, kebahagiaan setelah kematian
Ketika seorang Muslim meninggal dunia, maka harta, istri, anak, dan kekuasaan akan meninggalkannya. Ya, tidak ada lagi yang bersamanya selain dzikir kepada Allah Ta’ala. Saat itulah, amalan dzikir akan memberikan manfaat yang luar biasa bagi diirnya.
Imam Ghazali memberikan ilustrasi menarik akan hal ini. “Ada orang bertanya, ‘Ia sudah lenyap, lalu bagaimana perbuatan dzikir kepada Allah masih tetap kekal bersamanya?”
Imam Ghazali pun menjelaskan, “Sebenarnya ia tidak benar-benar lenyap, yang juga melenyapkan amalan dzikir. Ia hanya lenyap dari dunia dan alam syahadah, bukan dari alam malakut. Hal ini tertera dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 169-170.”
Kedua, senantiasa diingat oleh Allah Ta’ala
Di dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala berfirman;
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ
“Ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (QS. Al-Baqarah [2]: 152).
Tsabit Al-Banani berkata, “Saya tahu kapan Allah mengingatku.” Orang-orang pun merasa khawatir dengan ucapannya sehingga mereka pun bertanya, “Bagaimana kamu mengetahuinya?” Tsabit menjawab, “Saat aku mengingat-Nya, maka Dia mengingatku.”
Dalam Hadits Qudsi juga disebutkan, “Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku akan bersama hamba-Ku selama ia mengingat-Ku dan kedua bibirnya bergerak karena Aku.” (HR. Baihaqi & Hakim).
Subhanallah, bagaimana kalau Allah yang mengingat diri kita yang dhoif. Bayangkan saja, seorang kepala desa akan sangat senang jika dirinya senantiasa diingat oleh gubernur atau presiden. Bagaimana kalau yang mengingat kita adalah Allah Ta’ala, Rabbul ‘Alamin!
Pantas jika kemudian sahabat Nabi Shallallahu alayhi wasallam, Muadz bin Jabal berkata, “Tidak ada yang disesali oleh penghuni surga selain waktu yang mereka lewatkan tanpa berdzikir kepada Allah Ta’ala.”
Ketiga, diliputi kebaikan demi kebaikan
Seorang Muslim yang senantiasa berdzikir akan senantiasa mendapatkan kebaikan demi kebaikan.
Rasulullah bersabda, “Tiada suatu kaum yang duduk sambil berdzikir kepada Allah melainkan mereka akan dikelilingi oleh malaikat, diselimuti oleh rahmat dan Allah akan mengingat mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya.” (HR. Bukhari).
Sementara itu hadits yang lain menyebutkan, “Tiada suatu kaum yang berkumpul sambil mengingat Allah dimana dengan perbuatan itu mereka tidak menginginkan apa pun selain diri-Nya, melainkan penghuni langit akan berseru kepada mereka, ‘Bangkitlah, kalian telah diampuni. Keburukan-keburukan kalian telah diganti dengan kebaikan-kebaikan’.” (HR. Ahmad).
Oleh karena itu, sangat luar biasa kasih sayang Allah kepada umat Islam. Manfaat dzikir yang sedemikian luar biasa bagi kehidupan dunia-akhirat kita senantiasa Allah ulang-ulang di dalam kitab-Nya agar kita terus menerus mengamalkannya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab [33]: 41).
Bahkan saat kita usai sholat pun, Allah tekankan agar kita terus berdzikir kepada-Nya.
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلاَةَ فَاذْكُرُواْ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنتُمْ فَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَاباً مَّوْقُوتاً
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring” (QS. An-Nisa [4]: 103).
Dengan demikian, mari kita upayakan agar muncul rasa suka dan cinta untuk senantiasa berdzikir kepada-Nya. Karena amalan ini sangat mudah diamalkan dengan manfaat yang sangat luar biasa. Tidak saja menjamin kebaikan di dunia, tetapi juga memastikan kebaikan di akhirat. Semoga Allah anugerahi kita hati yang senantiasa suka, cinta dan rindu untuk selalu berdzikir kepada-Nya. Wallahu a’lam.*

Dalil-Dalil Berzikir

Ummat islam diperintahkan oleh Allah dan Rasul agar banyak-banyak berzikir ya'ni menyebut nama Allah dengan lisan dan dengan hati, baik ketika siang atau ketika malam.
Orang-orang tidak mau dzikir adalah orang yang sesat,pengikut hawa nafsu & tak pantas untuk diikut.
Banyak dalil yang shahih dalam alqur'an dan hadist yang menganjurkan supaya ummat islam seluruhnya tidak pandang bulu,kedudukan,usia supaya berdzikir kepada Tuhan yang menjadikannya.
Dalil-Dalil itu adalah :
DALIL KESATU :
Tuhan berfirman :
يا أيها الذين أمنوا اذكروا الله ذكرا كثيرا, وسبحوه بكرة وأصيلا
Artinya : "hai sekalian orang yang mu'min ! Ingatlah allah sebanyak-banyaknya dan tasbihlah memuji allah pagi-pagi dan petang-petang" (al-ahzab : 41--42).
Ayat ini jelas memerintahkan kepada seluruh orang mu'min pria dan wanita, tua dan muda, supaya dzikir mengingat allah banyak-banyak, baik ketika pagi-pagi atau petang. Dan juga diperintahkan supaya banyak-banyak membaca tasbih (SUBHANALLAH), dan tahmid (ALHAMDULILLAH), dan takbir (ALLAHU AKBAR) setiap hari.
DALIL KEDUA.
Tuhan berfirman :
واذكر ربك كثيرا وسبح بالعشي واﻻبكار
artinya : "dan ingatlah tuhanmu banyak-banyak dan tasbihlah di waktu petang dan pagi" (ali-imran : 41).
Tafsirnya sama dengan diatas.
DALIL KETIGA.
Tuhan berfirman :
فإذا قضيتم الصلاة فاذكروا الله قياما وقعودا وعلى جنوبكم
artinya : "apabila kamu telah selesai mengerjakan sembahyang maka ingatlah kepada Allah di waktu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring" (AN-NISA' : 103).
Ayat ini menyatakan bahwa dzikir itu harus dilakukan sesudah selesai shalat pada ketika berdiri, duduk, atau berbaring di tempat tidur.
Ayat ini menyatakan dengan jelas salahnya fatwa sebahagian mubaligh yang memfatwakan bahwa arti dzikir dalam ayat-ayat dzikir itu adalah sembahyang, karena pada ayat ini jelas dinyatakan "kalau kamu telah selesai mengerjakan sembahyang".
Juga menjadi batal fatwa orang yang mengatakan bahwa maksud dzikir dalam ayat-ayat dzikir ialah bertabligh, mengaji, berdiskusi, berceramah dan lain-lain serupa, karena dalam ayat ini dinyatakan bahwa dzikir boleh juga dilakukan pada waktu berbaring.
Adakah orang bertabligh atau berpidato sedang berbaring...???? TIDAK.
DALIL KE EMPAT
Tuhan berfirman :
ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺃﻣﻨﻮﺍ ﻭﺗﻄﻤﺌﻦ ﻗﻠﻮﺑﻬﻢ ﺑﺬﻛﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻻﺑﺬﻛﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻄﻤﺌﻦ ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ
Artinya : "orang-orang mu'min hatinya tenteram karena mengingat allah, ingatlah allah, karena dengan mengingat allah hati menjadi tenteram" (Ar Ra'd :
28).
Inilah satu khasiat dzikir kepada allah, yaitu menjadikan hati tenang dan tidak gelisah.
Memang dzikir kepada Allah itu adalah salah satu obat yang mujarab untuk menenangkan hati yang gelisah, menenangkan pikiran yang kacau balau & mengurangi penyakit urat saraf.
DALIL KELIMA
Allah berfirman :
ﻭ ﻣﻦ ﺃﻋﺮﺽ ﻋﻦ ﺫﻛﺮﻯ ﻓﺈﻥ ﻟﻪ ﻣﻌﻴﺸﺔ ﺿﻨﻜﺎ ﻭﻧﺤﺸﺮﻩ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﺃﻋﻤﻰ
Artinya :" barang siapa yang tidak mau mengingat Aku dia akan mendapat kehidupan yang sulit dan di akhirat akan dikumpulkan sebagai orang buta" (Thaha : 124).
Nah, ayat ini mengecam kepada orang yang tidak mau dzikir kpd tuhan maka ia akan diberi kehidupan yang "DHANKA" (gelisah), dan di akhirat sebagai orang buta, tidak tahu jalan yang akan ditempuh.
Dalam menafsirkan "DHANKA" ini tafsir Thabari mengatakan :
A. Hidup yang pecik, sulit, gelisah, celaka dunia akhirat, dan lain-lain serupa.
B. Dhanka adalah kehidupan dalam maksiat, walaupun kaya.
C. Dan lain-lain (Thabari juzu' XI, halaman 226, 227, 228, 229).
Apakah saudara-saudara mau diberi kehidupan yang sulit ?
Kalau tidak, maka jalannya ialah memperbanyak dzikir kepada Tuhan.
Apa artinya "sebagai orang buta" yang tersebut dalam ayat ini ?
A. Tafsir Jalalain menerangkan : "buta mata", buta benar-benar tidak dapat melihat ni'mat tuhan
lagi. Dimasukkan kedalam neraka
dalam keadaan buta.
B. Tafsir Thabari mengatakan : buta dari hujjah, ya'ni tidak dapat menjawab tuduhan di muka
pengadilan Tuhan.
Pendeknya dunia akhirat mendapat kesulitan.
Mgkin pada ketika membaca ini ada orang akan bertanya, bagaimana keadaannya orang-orang kafir yang ada di dunia sekarang, kita lihat mereka selalu dalam kesenangan sedang
mereka tak pernah mengingat allah.
Belum tentu ! Apakah orang kaya itu senang ? Tidak, hatinya lebih susah dan gelisah daripada orang miskin.
Orang eropa dan amerika sekarang hatinya susah, gelisah, karena selalu terbayang di kepalanya peperangan yang akan menimpa negerinya kalau terjadi perang.
Oleh karena itu mereka suka mabuk-mabukan, karena menurut kepercayaan mereka bahwa dlm mabuk itulah mereka bebas dari kesusahan. Kata mereka...
Alangkah susahnya mereka !!
DALIL KEENAM
Allah berfirman :
ﻭﺍﻟﺬﺍﻛﺮﻳﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﻛﺜﻴﺮﺍ ﻭﺍﻟﺬﺍﻛﺮﺍﺕ ﺃﻋﺪ ﺍﻟﻠﻪ
ﻟﻬﻢ ﻣﻐﻔﺮﺓ ﻭﺃﺟﺮﺍ ﻋﻈﻴﻤﺎ
Artinya :"Dan bagi pria yg banyak dzikir kepada Allah & bagi wanita yg banyak dzikir kpd Allah, disediakan ampunan & pahala yg besar oleh Tuhan" (AL ahzab : 35).
Terang menurut ayat ini bahwa dlm soal dzikir sama saja antara laki & perempuan, sama"
dianjurkan, sama" diberi pahala di akhirat nanti.
Harus dicatat,bahwa siapa yg banyak dzikir akan disediakan untuk mereka keampunan Tuhan
& pahala yg besar.
DALIL KETUJUH
Allah berfirman :
ﻓﺎﺫﻛﺮﻭﻧﻰ ﺃﺫﻛﺮﻛﻢ ﻭﺍﺷﻜﺮﻭﻟﻰ ﻭﻻ ﺗﻜﻔﺮﻭﻥ
Artinya :"Maka ingatlah kamu kepada ku supaya aku ingat pula kepadamu dan syukurlah kamu kepadaku dan janganlah kamu menjadi orang yang kufur" (Al baqarah : 152).
Nah,, dzikir kepada Allah memasukkan kita ke dalam golongan orang yang bersyukur atau berterima kasih kepada Allah.
DALIL KEDELAPAN
Allah juga berfirman :
ﻭﺍﺫﻛﺮ ﺍﺳﻢ ﺭﺑﻚ ﺑﻜﺮﺓ ﻭﺃﺻﻴﻼ
Artinya :"dan sebutlah nama Tuhan pagi-pagi dan petang-petang" (Ad-dhur --- Al insan 25).
Maksudnya ialah supaya ummat islam menyebut nama Tuhan selalu, pagi dan petang, siang dan malam, dgn catatan ada masa- masa berhenti, umpamanya ketika dlm kakus, ketika sedang musyawarah, sedang berpidato, maka sudah barang tentu kita tak dapat membaca dzikir ketika itu.
Akan tetapi, pada ketika itupun kita harus mengingat Tuhan dlm hati.
DALIL KESEMBILAN
Allah juga berfirman :
ﻭﺍﺫﻛﺮ ﺍﺳﻢ ﺭﺑﻚ ﻭﺗﺒﺘﻞ ﺇﻟﻴﻪ ﺗﺒﺘﻴﻼ
Artinya : "sebutlah nama Allah dan beribadahlah kpd nya dgn sepenuh hati" (Al muzammil : 8).
Nah, banyak sekali ayat-ayat suci al qur'an yang menganjurkan supaya ummat islam selalu
dzikrullah.
Maka heranlah kita kenapakan ada golongan dalam islam yang tidak menyukai dzikir ini dan yang
menganggap remeh padahal ayat tuhan bertubi-tubi menggerakkan ummat supaya dzikir.
Apakah mereka tidak membaca ayat-ayat ini ? Tidak mungkin pula.
Mungkin mereka dipengaruhi aksi "modernisasi" yaitu sebuah penyakit yang berjangkit juga
dalam kalangan ummat islam dimana-mana.
"modernisasi dalam agama" atau "revolusi agama" adalah suatu penyakit yang sangat berbahaya yang menghinggapi ummat islam.
Kita ahlusunnah wal jama'ah menerima modernisasi hanya dalam soal keduniaan, soal-soal dunia, adapun soal-soal agama, soal akhirat, kita tetap memegang teguh sebagaimana diajarkan oleh nabi muhammad Saw. yang sekarang sudah tua benar...
Agama yang modern adalah agama kaum ahmadiyah...
DALIL KESEPULUH
Rasulullah bersabda :
ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻳﻘﻮﻝ : ﺳﻤﻌﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ : ﺃﻓﻀﻞ ﺍﻟﺬﻛﺮ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ
Artinya :"dari jabir bin abdullah, beliau berkata : saya dengar rasulullah bersabda : dzikir yang paling baik ialah kalimah La ilaaha illallah' (HR imam tirmidzi, sahih tirmidzi juz XIII, hal 274).
Dalam hadist ini dpt diambil maksudnya, yaitu :
1. Dzikir itu "membaca" kalimat.
2. Kalimat dzikir yg paling baik adalah "la ilaaha illallah".
Nah maka adalah baik sekali dan dianjurkan oleh agama agar setiap orang islam memperbanyak membaca dzikir, khususnya kalimat "la ilaaha illallah".
DALIL KESEBELAS
Rasulullah juga bersabda :
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻰ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ : ﺃﻧﺎ ﻋﻨﺪ ﻇﻦ ﻋﺒﺪﻯ ﻭﺃﻧﺎ ﻣﻌﻪ ﺇﺫﺍ ﺫﻛﺮﻧﻰ ﻓﺈﻥ ﺫﻛﺮﻧﻰ ﻓﻰ ﻧﻔﺴﻪ ﺫﻛﺮﺗﻪ ﻓﻰ ﻧﻔﺲﻰ ﻭ ﺇﻥ ﺫﻛﺮﻧﻰ ﻓﻰ ﻣﻼﺀ ﺫﻛﺮﺗﻪ ﻓﻰ ﻣﻼﺀ ﺧﻴﺮ ﻣﻨﻬﻢ , ﻭ ﺇﻥ ﺗﻘﺮﺏ ﺇﻟﻲ
ﺑﺸﺒﺮ ﺗﻘﺮﺑﺖ ﺇﻟﻴﻪ ﺫﺭﺍﻋﺎ , ﻭ ﺇﻥ ﺗﻘﺮﺏ ﺇﻟﻲ ﺫﺭﺍﻋﺎ ﺗﻘﺮﺑﺖ ﺇﻟﻴﻪ ﺑﺎﻋﺎ , ﻭ ﺇﻥ ﺃﺗﺎﻧﻰ ﻳﻤﺸﻰ ﺃﺗﻴﺘﻪ ﻫﺮﻭﻟﺔ
Artinya : Nabi muhammad. Berkata allah : "Aku menurut keyakinan hambaku dan aku bersama dia apabila ia mengingat aku, kalau ia mengingat aku secara tersembunyi (dlm hatinya saja) aku ingat pula ia cara itu, kalau ia mengingat aku dihadapan umum maka aku ingat pula ia dihadapan umum yg lebih baik dari itu, kalau ia mendekatkan diri kpd ku sejengkal, aku dekatkan diriku kepadanya sehasta, kalau ia mendekatkan diri sehasta, aku dekatkan kpd nya sedepa, kalau ia dtng kpd ku berjalan kaki aku akan datang kepadanya berlari" (HR imam bukhari muslim, sahih bukhari juzu' 4, hal 196 ).
Hadist ini pernah dengan kata-kata kiasan yang bermutu tinggi, dimana tuhan menerangkan bahwa kalau manusia mengingat dia dlm hati maka tuhan akan memberi pahala secara tersembunyi pula sehingga tak kelihatan oleh seorang juga, tetapi kalau manusia mengingati tuhan bersama-sama, maka tuhan akan memberi pahala dihadapan umum, demikian dikatakan oleh muhammad Foad Abdul Baqi pensyarah kitab "al lu'lui wal marjan" (kitab kumpulan hadist bukhari dan muslim, pada juzu' 3, hal 285).
Muhammad Foad meneruskan fatwa beliau, bahwa dzikir khafi (dzikir dlm hati) lebih tinggi derajatnya dari zikir jahri (dzikir bersuara).
DALIL KEDUA BELAS
Rasul bersabda :
ﻻ ﺗﻘﻮﻡ ﺍﻟﺴﺎﻋﺔ ﺣﺘﻰ ﻻ ﻳﺒﻘﻰ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻪ ﺍﻻﺭﺽ ﻣﻦ ﻳﻘﻮﻝ , ﺍﻟﻠﻪ ـ ﺍﻟﻠﻪ
Artinya :"tiada akan datang kiamat kecuali kalau tidak ada lagi orang yang membaca Allah, Allah", (HR imam muslim, sahih muslim I, hal 73, dan tanwirul qulub, hal 511)
nyata dalam hadist ini bahwa membaca dzikir Allah, adalah suatu ibadat yang sangat penting,
sehingga kiamat tak akan berdiri kalau masih ada orang yang membaca dzikir allah, allah.
Nampak juga dlm hadist ini bahwa arti dzikir itu bukan berpidato, bukan bertabligh, tetapi membaca Allah, Allah.
DALIL KETIGA BELAS
Tersebut dlm hadist ibnu majjah :
ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﺑﺴﺮ ﺃﻥ ﺃﻋﺮﺍﺑﻴﺎ ﻗﺎﻝ ﻟﺮﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ﺇﻥ
ﺷﺮﺍﺋﻊ ﺍﻻﺳﻼﻡ ﻗﺪ ﻛﺜﺮﺕ ﻋﻠﻲ ﻓﺄﻧﺒﺌﻨﻰ ﻣﻨﻬﺎ ﺑﺸﺊ ﺃﺗﺸﺒﺖ ﺑﻪ , ﻗﺎﻝ : ﻻ ﻳﺰﺍﻝ
ﻟﺴﺎﻧﻚ ﺭﻃﺒﺎ ﻣﻦ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭ ﺟﻞ
Artinya : "dari abdillah bin bisri beliau berkata : bahwasanya seorang badui bertanya kepada Rasulullah saw : bahwasanya syari'at islam sudah banyak saya terima, maka terangkanlah
kepada saya sesuatu yang mudah dikerjakan. Nabi menjawab : hendaklah lidahmu selalu basah dengan dzikir Allah" (Hadis Riwayat Ibnu Makah, jilid 2, halaman 418).
Dari hadist ini ternyata bahwa dzikir itu ialah membaca dengan lidah.
DALIL KEEMPAT BELAS
Rasul bersabda :
ﺇﻥ ﻟﻠﻪ ﺗﺴﻌﺔ ﻭ ﺗﺴﻌﻴﻦ ﺇﺳﻤﺎ , ﻣﺎﺋﺔ ﺇﻻ ﻭﺍﺣﺪﺍ ﻣﻦ ﺃﺣﺼﺎﻫﺎ ﺩﺧﻞ ﺍﻟﺠﻨﺔ
Artinya :"bahwasanya bagi allah 99 nama, ya'ni seratus kurang satu, barangsiapa menghafalkan (menyebut diluar kepala) niscaya akan dimasukkan ke dalam syurga" (hadist bukhari, sahih bukhari juzu' I, hal 195).
Arti "AHSHAAHA" dalam hadist ini menurut imam bukhari ialah "AHFADHAHA" yaitu menghafal.
Jadi, lafadh dzikir itu bukanlah Allah, Allah, Allah saja, tetapi juga boleh nama-nama tuhan yang lain yang 99 banyaknya.
DALIL KELIMA BELAS
Allah berfirman :
ﻗﻞ ﺍﺩﻋﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻭ ﺍﺩﻋﻮﺍ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ , ﺃﻳﺎﻣﺎ ﺗﺪﻋﻮﺍ ﻓﻠﻪ ﺍﻻﺳﻤﺎﺀ ﺍﻟﺤﺴﻨﻰ
Artinya :"katakanlah hai (muhammad) : serulah Allah atau serulah Rahman. Mana saja nama Tuhan yang kamu seru (adalah baik). Dia mempunyai nama-nama yang baik" (Al-isra' : 110).
DALIL KEENAM BELAS
Tentang dzikir yang harus dibaca sesudah selesai sembahyang..
Nabi Muhammad Saw. bersabda :
ﻋﻦ ﺍﺑﻰ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻰ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ : ﻣﻦ ﺳﺒﺢ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻰ ﺩﺑﺮ ﻛﻞ ﺻﻼﺓ ﺛﻼﺛﺎ ﻭ ﺛﻼﺛﻴﻦ ﻭ ﺣﻤﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺛﻼﺛﺎ ﻭ ﺛﻼﺛﻴﻦ ﻭ ﻛﺒﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺛﻼﺛﺎ ﻭ ﺛﻼﺛﻴﻦ ﻭ ﻗﺎﻝ ﺗﻤﺎﻡ ﺍﻟﻤﺎﺋﺔ : ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺣﺪﻩ ﻻ ﺷﺮﻳﻚ ﻟﻪ ﻟﻪ ﺍﻟﻤﻠﻚ ﻭ ﻟﻪ ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻭﻫﻮ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺷﺊ ﻗﺪﻳﺮ . ﻏﻔﺮﺕ ﺧﻄﺎﻳﺎﻩ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻧﺖ ﻣﺜﻞ ﺯﺑﺪ ﺍﻟﺒﺤﺮ .
Artinya :"Dari abu hurairah dari nabi Muhammad, beliau berkata : Barangsiapa sesudah sembahyang, bertasbih 33 kali, bertahmid 33 kali, takbir 33 kali, & mencukupkan 100 dgn mengucap TIADA TUHAN SELAIN ALLAH, TAK ADA SEKUTU BAGINYA, IA MEMILIKI SEMUANYA, UNTUKNYA SEGALA PUJA, IA KUASA ATAS SESUATU, maka org yg mengucapkan itu diampuni tuhan dosanya, walaupun dosa itu sebanyak buih di laut" (H.R muslim dari abu hurairah, juz I, hal :241 & Al Azkar hal : 68).
Jadi,baik sekali membaca dzikir Subhanallah 33 X, Alhamdulillah 33 X, Allahu akbar 33 X & penutup dibaca La ilahaillallah sampai akhirnya, org yg membiasakan membaca wirid niscaya diampuni dosa oleh Tuhan, sekalipun dosa itu sebanyak buih dilaut.
DALIL KETUJUH BELAS
Tentang tempat membaca do'a yang paling baik Nabi kita telah bersabda :
ﻋﻦ ﺍﺑﻰ ﺍﻣﺎﻣﺔ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ : ﻗﻴﻞ ﻟﺮﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ﺃﻱ
ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﺃﺳﻤﻊ ؟ ﻗﺎﻟﺠﻮﻑ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﺍﻻﺧﺮ ﻭﺩﺑﺮ ﺍﻟﺼﻠﻮﺍﺕ ﺍﻟﻤﻜﺘﻮﺑﺎﺕ
Artinya :"Dari Abu Umamah, beliau berkata : Rasulullah ditanya pada suatu hari : dimana tempat do'a yang paling bisa diterima Tuhan ?
Jawab beliau : tengah malam buta dan dibelakang sembahyang yang wajib" (H.R Tirmidzi, Al adzkar halaman 66).
Maka seharusnyalah bagi setiap orang islam supaya ia memperbanyak do'a pada tengah-tengah malam, ketika udara tenang, ketika suasana sepi dan pada ketika selesai mengerjakan sembahyang yang lima waktu.
Oleh karena itu maka sikap sebahagian ummat islam di tanah air kita yang tidak mau dzikir dan mendo'a sesudah sembahyang tidak serasi dengan hadist Nabi Muhammad ini.
DALIL KEDÉLAPAN BELAS.
Tersebut juga didalam hadist yang lain :
ﻋﻦ ﺍﺑﻰ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ : ﻣﻦ ﻗﺎﻝ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺣﺪﻩ ﻻ ﺷﺮﻳﻚ ﻟﻪ ﻟﻪ ﺍﻟﻤﻠﻚ
ﻭ ﻟﻪ ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻭﻫﻮ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺷﺊ ﻗﺪﻳﺮ ﻓﻰ ﻛﻞ ﻳﻮﻡ ﻣﺎﺋﺔ ﻣﺮﺓ ﻛﺎﻧﺖ ﻟﻪ ﻋﺪﻝ ﻋﺸﺮ ﺭﻗﺎﺏ , ﻭ ﻛﺘﺒﺖ ﻟﻪ ﻣﺎﺋﺔ ﺣﺴﻨﺔ , ﻭﻣﺤﻴﺖ
ﻋﻨﻪ ﻣﺎﺋﺔ ﺳﻲﺀﺓ ﻭ ﻛﺎﻧﺖ ﻟﻪ ﺣﺮﺯﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﻳﻮﻣﻪ ﺫﻟﻚ ﺣﺘﻰ ﻳﻤﺴﻲ ﻭ ﻟﻢ ﻳﺄﺕ ﺃﺣﺪ ﻣﻤﺎ ﺟﺎﺀ ﺑﻪ ﺍﻻ ﺃﺣﺪ ﻋﻤﻞ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ
Artinya :"Dari abu hurairah, beliau berkata : berkata Rasulullah : barangsiapa membaca "LA ILAA HAILLALLAH WAHDAHU LA SYARIKA LAHU, LAHU MULKU WALAHUL
HAMDU WAHUWA 'ALA KULLI SYA-IN QADIIR" sebanyak 100 X tiap2 hari maka hal itu sebanding pahalanya dgn pahala memerdekakan 10 orang budak & dituliskan untuknya 100 kebaikan & dihapus baginya dosa 100 kejahatan, hal itu benteng baginya dari bahaya setan iblis sehari harinya itu, tiada amal yg lebih dari itu kecuali membacanya lebih banyak dari itu" (H.R Bukhari juz 4, hal 80-81 dan dinukil oleh imam nawawi dalam Al Adzkar hal 17).
Jadi, membaca dzikir ini sangat berfaedah & sangat banyak pahalanya.
DALIL KESEMBILAN BELAS.
Tersebut dalam hadist bukhari :
ﻋﻦ ﺍﺑﻰ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻰ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ : ﻛﻠﻤﺘﺎﻥ
ﺧﻔﻴﻔﺘﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ ﺛﻘﻴﻠﺘﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻴﺰﺍﻥ ﺣﺒﻴﺒﺘﺎﻥ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺳﺒﺤﺎﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻌﻈﻴﻢ ﺳﺒﺤﺎﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺑﺤﻤﺪﻩ
Artinya :" Dari abu hurairah, dari nabi Muhammad. Beliau berkata : Ada dua perkataan yang ringan menyebutnya tetapi berat timbangannya, dan keduanya dikasihi Tuhan pula, yaitu : SUBHANALLAHIL 'ADHIM, SUBHANALLAHI WABIHAMDIHI" ( H.R Bukhari bahagian kitab Da'awaat, juzu' 4, hal 81).
DALIL KEDUA PULUH.
Tersebut dalam hadist Muslim begini :
ﻻ ﻳﻘﻌﺪ ﻗﻮﻡ ﻳﺬﻛﺮﻭﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻻ ﺣﻔﺘﻬﻢ ﺍﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﻭﻏﺸﻴﺘﻬﻢ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ ﻭﻧﺰﻟﺖ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺍﻟﺴﻜﻴﻨﺔ ﻭ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻴﻤﻦ ﻋﻨﺪﻩ
Artinya : "Orang-orang yang duduk berkumpul-kumpul dzikir kepada Allah memeluk akan mereka malaikat-malaikat rahmat dilindungi oleh tuhan dan turunlah ketenangan bagi mereka dan mereka diingat Tuhan di hadapan makhluk yang banyak pada sisinya" (H.R Imam muslim juzu' 17, hal 22).
Dalam hadist ini jelas bahwa duduk berkumpul-kumpul berdzikir sangatlah baiknya dan sangatlah banyak faedahnya.
DALIL KEDUA PULUH SATU.
Tersebut dalam kitab Hadist Muslim :
ﻋﻦ ﻋﻤﺮ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺨﻄﺎﺏ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ : ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ﻣﻦ ﻧﺎﻡ ﻋﻦ ﺣﺰﺑﻪ ﺃﻭ ﻋﻦ ﺷﺊ ﻣﻨﻪ ﻓﻘﺮﺃﻩ ﻣﺎ ﺑﻴﻦ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﻔﺠﺮ ﻭﺻﻼﺓ ﺍﻟﻈﻬﺮ ﻛﺘﺐ ﻟﻪ ﻛﺄﻧﻤﺎ ﻗﺮﺃﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻴﻞ
Artinya :" dari saidina Umar, beliau berkata : berkata Rasulullah : Barangsiapa yang tertidur dari wiridnya atau dari sebahagian wiridnya, maka ia baca siang hari antara sembahyang subuh dan sembahyang dhuhur, diberi juga pahala sebagai keadaannya ia membaca malam hari" (H.R Muslim, dalam Al Adzkar halaman 13).
Menurut hadist ini kalau terlalai atau tertidur dari membaca hizb (wirid) malam dan kemudian digantinya membaca siang hari maka pahalanya sama dgn membaca malam hari juga, ini berarti anjuran bagi yang terlupa membaca wirid (hizb) pada waktu yang telah dibiasakannya maka gantilah membacanya pada waktu yang lain.
DALIL KEDUA PULUH DUA.
Nabi Muhammad bersabda :
ﻋﻦ ﺣﺬﻳﻔﺔ ﻗﺎﻝ : ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺇﺫﺍ ﺃﻭﻯ ﺇﻟﻰ ﻓﺮﺍﺷﻪ ﻗﺎﻝ : ﺑﺎﺳﻤﻚ ﺃﻣﻮﺕ ﻭﺃﺣﻴﺎ , ﻭﺇﺫﺍ ﻗﺎﻡ ﻗﺎﻝ : ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺍﻟﺬﻯ ﺃﺣﻴﺎﻧﺎ ﺑﻌﺪ ﻣﺎ ﺃﻣﺎﺗﻨﺎ
Artinya :" dari Hudzaifah, beliau berkata : Adalah Nabi Muhammad, manakala hendak tidur beliau berdzikir : "Dengan nama Engkau saya mati (tidur), dengan nama Engkau saya hidup (bangun). Kalau Nabi sudah terbangun beliau membaca do'a : puji-pujian bagi Allah yang telah membangunkan kita sesudah menidurkan kita" (H.R Imam Bukhari, Fathul Bari juzu' III, hal 360).
Begitulah dzikir dan do'a Nabi ketika akan tidur dan sesudah terbangun kembali.
DALIL KEDUA PULUH TIGA.
Rasulullah juga bersabda :
ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻗﺎﻝ : ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻌﻮﺫ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﻭ ﺍﻟﺤﺴﻴﻦ ,
ﺃﻋﻴﺬ ﻛﻤﺎ ﺑﻜﻠﻤﺎﺕ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺘﺎﻣﺔ ﻣﻦ ﻛﻞ ﺷﻴﻄﺎﻥ ﻭﻫﺎﻣﺔ ﻭ ﻣﻦ ﻛﻞ ﻋﻴﻦ ﻻﻣﺔ , ﺛﻢ ﻳﻘﻮﻝ : ﻛﺎﻥ ﺃﺑﻮﻛﻢ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﻳﻌﻮﺫ ﺑﻬﻤﺎ ﺇﺳﻤﺎﻋﻴﻞ ﻭ ﺇﺳﺤﺎﻕ . ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ : ﻫﺬﺍ ﺩﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻟﻴﺲ ﺑﻤﺨﻠﻮﻕ
artinya : "Dari Ibnu Abbas, beliau berkata : Adalah Nabi Muhammad Saw. Minta perlindungan bagi Hasan dan Husein :"Saya minta perlindungam buat kamu keduanya dengan kalimat yang sempurna dari sekalian setan dan jin dan dari sekalian mata yang dengki", kemudian nabi berkata : bapakmu Nabi Ibrahim minta perlindungan anaknya Ismail dan Ishak dengan itu" ( H.R Abu Dawud, sunan Abu Daud, juz' 4, hal 235 ).
Ini termasuk do'a karena Nabi mendo'a kpda Tuhan supaya cucu beliau dilindungi dari bahaya-bahaya setan, jin dan manusia.
Banyak sekali dalil-dalil yang mengemukakan tentang dzikir adalah amal yang sangat baik sekali untuk dikerjakan bagi orang-orang yang mengaku beragama islam.
Tuhan memperingatkan, bahwa janganlah kamu mengikuti sekalian pemimpin-pemimpin yang tidak mau dzikir.
Allah berfirman :
ﻭ ﻻ ﺗﻄﻊ ﻣﻦ ﺃﻏﻔﻠﻨﺎ ﻗﻠﺒﻪ ﻋﻦ ﺫﻛﺮﻧﺎ ﻭﺍﺗﺒﻊ ﻫﻮﺍﻩ ﻭ ﻛﺎﻥ ﺃﻣﺮﻩ ﻓﺮﻃﺎ
Artinya :" Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya lalai daripada mengingat kami, dan lagi menurut hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas" (AL KAHFI : 28).

Berdzikir Kepada Allah


عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ (رواه البخاري)، وفي رواية لمسلم عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ - رواه مسلم
Dari Abu Musa Al-Asy'ari ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda ”Perumpamaan orang yang berdzikir mengingat Allah SWT dengan orang yang tidak berdzikir adalah seumpama orang yang hidup dan mati” (HR Bukhari). Dan dalam riwayat Imam Muslim, dari Abu Musa Al-Asy'ari ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaan rumah yang dibacakan dzikir di dalamnya dengan rumah yang tidak dibaakan dzikir di dalamnya adalah bagaikan orang yang hidup dan mati.” (HR. Muslim)
Terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik dari hadits ini. Diantara hikmah-hikmah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bahwa Dzikir merambah aspek yang luas dalam diri insan. Karena dengan dzikir, seseorang pada hakekatnya sedang berhubungan dengan Allah. Dzikir juga merupakan makanan pokok bagi hati setiap mu'min, yang jika dilupakan maka hati insan akan berubah menjadi kuburan. Dzikir juga diibaratkan seperti bangunan-bangunan suatu negri; yang tanpa dzikir, seolah sebuah negri hancur porak poranda bangunannya. Dzikir juga merupakan senjata bagi musafir untuk menumpas para perompak jalanan. Dzikirpun merupakan alat yang handal untuk memadamkan kobaran api yang membakar dan membumi hanguskan rumah insan. Demikianlah diungkapkan dalam "Tahdzib Madarijis Salikin".
2. Dari sini dapat diambil satu kesimpulan bahwa tidak mungkin memisahkan dzikir dengan hati. Karena pemisahan seperti ini pada hakekatnya sama seperti pemisahan ruh dan jasad dalam diri insan. Seorang manusia sudah bukan manusia lagi manakala ruhnya sudah hengkang dari jasadnya. Demikian pula dzikir tidak mungkin dipisahkan dengan hati, karena “feel” sentral dari dzikir adalah hati. Sedangkan lisan pada hakekatnya merupakan alat untuk mengekpresikan dzikir.
3. Dengan dzikir ini pulalah, Allah gambarkan dalam Al-Qur'an, bahwa hati dapat menjadi tenang dan tentram. Orang yang banyak berdzikir, ia relatif akan lebih tenang dalam menyelesaikan permasalahan kehidupannya dibandingkan dengan orang yang jarang berdzikir. Allah berfirman (13:28)
الذِّيْنَ آمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan dzikir kepada Allah. Ingatlah bahwa hanya dengan dzikrullah hati menjadi tenang."
4. Ketenangan (sebagaimana diungkapkan dalam ayat di atas) bukanlah sebuah kata yang tiada makna dan hampa. Namun ketenangan memiliki dimensi yang sangat luas, yaitu mencakup kebahagian di dunia dan di akhirat. Allah SWT ketika memanggil seorang hamba untuk kembali ke haribaan-Nya guna mendapatkan keridhaan-Nya, menggunakan istilah ini: "Wahai jiwa-jiwa yang tenang. Kembalilah kamu pada Rabmu dalam kondisi ridha dan diridhai. Maka masuklah kamu dalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah kamu dalam surga-Ku." (Al-Fajr, 27-30). Maka marilah kita menjadi jiwa-jiwa yang tenang, yang kelak akan menerima panggilan mesra dari Allah SWT tersebut..
5. Dzikir memiliki banyak keistimewaan yang teramat penting guna menjadi bekalan kehidupan yang akan dilalui. Salah seorang salafuna saleh ada yang mengatakan, "Lisan yang tidak berdzikir adalah seperti mata yang buta, seperti telinga yang tuli dan seperti tangan yang lumpuh. Hati merupakan pintu besar Allah yang senantiasa terbuka antara hamba dan Rabnya, selama hamba tersebut tidak menguncinya sendiri." Adalah Syekh Hasan al-Basri, mengungkapkan dalam sebuah kata mutiara yang sangat indah:
تَفَقَّدُوْا الْحَلاَوَةَ فيِ ثَلاَثَةِ أَشْيَاءٍ : فِي الصَّلاَةِ، وَفِي الذِّكْرِ وَفِي قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ، فَإِنْ وَجَدْتُمْ…. وَإِلاَّ فَاعْلَمُوْا أَنَّ اْلبَابَ مُغْلَقٌ
"Raihlah keindahan dalam tiga hal; dalam shalat, dalam dzikir dan dalam tilawatul Qur'an, dan kalian akan mendapatkannya…. Jika tidak maka ketahuilah, bahwa pintu telah tertutup."
6. Dzikir merupakan ibadah hati dan lisan, yang tidak mengenal batasan waktu. Bahkan Allah memberikan gelar ulil albab, kepada mereka-mereka yang senantiasa menyebut Rabnya, baik dalam keadaan berdiri, duduk bahkan juga berbaring. Oleh karenanya dzikir bukan hanya ibadah yang bersifat lisaniah, namun juga qolbiah. Imam Nawawi menyatakan bahwa yang afdhal adalah dilakukan bersamaan di lisan dan di hati. Sekiranyapun harus salah satunya, maka dzikir hatilah yang lebih afdhal. Meskipun demikian, menghadirkan maknanya dalam hati, memahami maksudnya merupakan suatu hal yang harus diupayakan dalam dzikir. Beliau mengemukakan:
المُرَادُ مِنَ الذِّكْرِ حُضُوْرُ الْقَلْبِ ، فَيَنْبَغِيْ أَنْ يَكُوْنَ هُوَ مَقْصُوْدُ الذَّاِكرِ فَيَحْرُصُ عَلَى تَحْصِيْلِهِ ، وَيَتَدَبَّرَ مَا يَذْكُرُهُ ، وَيَتَعَقَّلَ مَعْنَاهُ…
"Yang dimaksud dengan dzikir adalah menghadirkan hati. Seyogyanya hal ini menjadi tujuan dzikir, hingga seseorang berusaha merealisasikannya dengan mentadaburi apa yang dilafadzkan dalam dzikirnya, serta memahmi makna yang dikandungnya…"
7. Dari sinilah muncul perbedaan pendapat mengenai dzikir dengan suara keras, atau dengan suara pelan. Masing-masing dari kedua pendapat ini memiliki dalil yang kuat. Dan cukuplah untuk menegahi hal ini, firman Allah dalam sebuah ayat:" Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu" (Al-Isra', 17:110)
Meskipun teks ayat di atas dimaksudkan pada bacaan shalat, namun ada juga riwayat lain yang menunjukkan bahwa dzikir dan doa juga termasuk yang dimaksudkannya juga.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Sirin, "bahwa Abu Bakar senantiasa mengecilkan suaranya dalam shalat, sedangkan Umar mengeraskan suaranya. Hingga suatu ketika Abu Bakar ditanya mengenai pelannya suara, beliau menjawab, "Aku bermunajat kepada Rabku, dan Allah telah mengetahui keperluanku." Sementara Umar menjawab, "Aku mengeraskannya untuk mengusir syaitan dan menghancurkan berhala." Maka tatkala turun ayat ini, dikatakan kepada Abu Bakar agar mengeraskan sedikit suaranya dan kepada Umar agar dikecilkan sedikit suaranya."
“Asy’ast berkata dari Ikrimah dari ibnu Abbas, bahwa ayat ini turun pada permasalahan doa. Demikian juga Imam Sufyan al-Tsauri dan Malik meriwyatkan dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari Aisyah ra, bahwa ayat ini turun pada permasalahan doa.”
8. Doa merupakan bagian dari dzikir. Kemudian terlepas dari "jahr" dan "sir", yang paling penting adalah bagaimana hati dan lisan tidak pernah kering dari dzikrullah. Maka marilah kita bersama-sama meningkatkan dzikir kita kepada Allah SWT. Mudah-mudahan dengan dzikir, Allah SWT akan memudahkan segala urusan, usaha dan segala aktivitas kita.. Amiiin.

Menggapai Naungan Ilahi


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ اْلإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ - متفق عليه
Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda ” Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah pada hari tiada naungan selain nauangan-Nya. (Mereka adalah) pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, orang yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah sehingga mereka bertemu dan berpisah karena Allah, laki-laki yang diajak berbuat zina oleh seorang perempuan yang memiliki kedudukan dan kecantikan lalu ia menjawab, “Sesungguhnya aku takut kepada Allah', orang yang bershadaqah dan merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui yang dsihadaqahkan tangan kanannya, dan orang yang mengingat Allah di saat sendiri samapi kedua matanya basah dengan air mata.” (Muttafaqun Alaih)
Terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik dari hadits ini. Diantara hikmah-hikmah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bahwa kelak ketika manusia dikumpulkan di padang mahsyar, Allah SWT akan memberikan perlindungan kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Dimana pada saat tersebut, tidak ada yang dapat memberikan pertolongan, perlindungan, atau apapun juga yang dapat meringankan manusia, selain perlindungan dan pertolongan dari Allah SWT. Imam Nawawi memberikan syarah terhadap hadits di atas :
والمراد يوم القيامة إذا قام الناس لرب العالمين ودنت منهم الشمس واشتد عليهم حرها
Bahwa yang dimaksud adalah pada hari kiamat, ketika manusia dibangkitkan dihadapan Allah Rabul Alamin, dan didekatkan matahari kepada mereka dimana panasnya amat terik kepada mereka (Al-Minhaj Fi Syarh Shahih Muslim bin Hajjaj)
2. Mereka yang kelak akan mendapatkan naungan Allah SWT (sebagaimana yang disebutkan dalam hadtis di atas), adalah 7 golongan, yaitu 1. pemimpin yang adil, 2. pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, 3. orang yang hatinya terpaut dengan masjid, 4. dua orang yang saling mencintai karena Allah, 5. laki-laki yang tidak mau diajak berzina karena takut kepada Allah, 6. orang yang menyembunyikan shadaqahnya dan 7. orang yang berdoa kepada Allah di saat sendiri, lalu menetes airmatanya lantaran takut kepada Allah SWT.
3.#1 : Golongan pertama yang akan mendapatkan naungan Allah SWT adalah seorang pemimpin yang adil. Pemimpin yang adil adalah pemimpin yang tidak berbuat dzalim, dan senantiasa berusaha untuk berbuat baik kepada siapapun, sesuai dengan rambu-rambu Al-Qur'an dan sunnah. Walaupun memang pada dasarnya Islam memandang bahwa setiap orang adalah pemimpin (lihat taujihat No 001). Namun pemimpin yang dimaksud dalam hadits ini adalah pemimpin yang memiliki tugas dan wewenang untuk memimpin sekumpulan atau banyak orang. Menguatkan hal tersebut, Rasulullah SAW bersabda “Tidaklah seorang hamba yang Allah berikan amanat kepadanya berupa rakyat yang dipimpinnya kemudian ia meninggal dunia dan pada saat ia meninggal ia berbuat kecurangan terhadap rakyatnya, maka Allah akan haramkan baginya surga” (HR. Muslim)
4.#2 : Golongan kedua adalah pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah Swt. Artinya seseorang yang menjaga masa mudanya dalam ibadah kepada Allah SWT, serta tidak menggunakan masa mudanya untuk berfoya-foya, atau melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan agama, sehingga ia gunakan masa mudanya untuk beribadah kepada Allah SWT.
5.#3 : Golongan ketiga adalah pemuda atau seseorang yang hatinya terpaut dengan masjid. Karena masjid merupakan sentra kegiatan Islam, dimana didalamnya berkumpul orang-orang yang memiliki tujuan dan orientasi satu, yaitu mengharap keridhaan Allah SWT. Dalam sebuah riwayat lainnya Rasulullah SAW pernah bersabda, Apabila kalian melihat pemuda yang menekuni masjid, maka saksikanlah bahwa ia adalah orang yang (benar-benar) beriman.” (HR. Turmudzi & Ahmad)
6.#4 : Golongan keempat adalah dua orang (pemuda) yang saling mencintai karena Allah, mereka bertemu karena Allah dan mereka berpisah juga karena Allah. Artinya dua orang pemuda tersebut adalah pemuda yang sama-sama memiliki keimanan kepada Allah, berjuang di jalannya, serta beraktivitas untuk menegakkan kalimatullah. Dua orang disini bukanlah dua orang yang berlainan jenis yang saling mencintai lalu kemudian menikah. Namun mereka adalah dua orang pemuda yang sama-sama beraktivitas untuk menggapai ridha Allah, dimana mereka bertemu dan berpisah hanya karena Allah SWT, untuk menegakkan kalimatullah.
7.#5 : Golongan kelima adalah laki-laki yang diajak berbuat zina oleh seorang perempuan yang memiliki kedudukan dan kecantikan lalu ia menjawab, “Sesungguhnya aku takut kepada Allah”. Artinya ia adalah seorang pemuda yang menjaga kehormatan diri dan agamanya, serta berusaha untuk menghindarkan diri dari kemaksiatan, khususnya terkait kemaksiatan dengan lawan jenisnya, bahkan ketika diajak berbuat maskiat oleh wanita yang cantik dan memiliki kedudukan sekalipun. Karena fitnah lawan jenis merupakan fitnah yang paling dahsyat. Dan ia meninggalkan hal tersebut, karena semata-mata takut kepada Allah SWT. Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih besar bagi kaum laki-laki, dibandingkan dengan fitnah wanita.” (Muttafaqun Alaih).
8.#6 : Golongan keenam adalah orang yang bershadaqah dan merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui yang dsihadaqahkan tangan kanannya. Artinya bahwa ia merupakan ahli shadaqah yang senantiasa menyisihkan sebagian rizkinya untuk berinfak dan shadaqah dalam setiap keadaan. Kemudia ia pun berusaha menjaga keikhlasannya dalam bershadaqah. Sehingga demikian menjaganya, hingga diibaratkan bahwa seolah tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dishadaqahkan oleh tangan kanannya.
9.#7 : Golongan ketujuh adalah orang yang mengingat Allah di saat-saat sedang sendiri sampai kedua matanya basah dengan air mata. Ini merupakan tanda keimanan yang mendalam bagi seorang mu'min, yaitu ketika ia dapat menangis seorang diri di tengah kesunyian dan keheningan malam, lantaran takut kepada Allah SWT. Pernahkan kita mengalami hal seperti ini, meneteskan airmata di saat sunyi dan sendiri? Jika sudah pernah, maka bersyukurlah karena ini merupakan tanda keimanan. Namun apabila belum pernah, maka segeralah meminta ampunan kepada Allah SWT..
10.Ketujuh golongan diatas merupakan kelompok-kelompok orang yang kelak akan mendapatkan naungan dan perlindungan dari Allah SWT di hari tiada naungan dan pertolongan kecuali naungan dan pertolongan dari Allah SWT. Maka marilah kita hiasi diri kita dengan ketujuh sifat di atas. Walaupun menurut para ulama, jumlah tujuh sebagaimana yang disebutkan dalam hadits diatas bukanlah pembatasan. Karena dalam riwayat lainnya masih terdapat golongan lain yang mendapatkan naungan Allah SWT, sebagaimana disebutkan dalam riwayat berikut :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا أَوْ وَضَعَ لَهُ أَظَلَّهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تَحْتَ ظِلِّ عَرْشِهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ - رواه الترمذي
Dari Aisyah ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang menangguhkan hutang orang yang sedang kesulitan, atau membebaskannya dari hutangnya, maka Allah akan menaunginya nanti pada hari kiamat, di bawah naungan Arsy'-Nya, di saat tiada naungan melainkan hanya naungan-Nya.” (HR. Turmudzi)

KESOMBONGAN QORUN

Qarun (Bahasa Arab قارون ) adalah salah seorang sepupu Nabi Musa, berasal dari Bani Israel. Qarun disebut dalam Al-Quran sebanyak empat kali, dua kali di surah Al-Qasas, satu kali di surah Al-'Ankabut dan satu kali di surah Al-Mu’min.Qarun adalah orang yang sering memakerkan kekayaan.
Qarun adalah sepupu Nabi Musa, anak dari Yashar adik kandung Imran ayah Nabi Musa. Baik Nabi Musa maupun Qarun masih keturunan Yaqub, karena keduanya merupakan cucu dari Quhas putra Lewi, Lewi bersaudara dengan Yusuf anak dari Yaqub, hanya berbeda ibu. Silsilah lengkapnya adalah Qarun bin Yashar bin Qahit/ Quhas bin Lewi bin Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim.
Awal kehidupan Qarun sangatlah miskin dan memiliki banyak anak. Sehingga pada suatu kesempatan ia meminta Musa untuk mendoakannya kepada Allah, yang ia pinta adalah kekayaan harta benda dan permintaan tersebut dikabulkan oleh Allah. Dikisahkan pula dalam Al-Qur'an dia juga sering mengambil harta dari Bani Israel yang lain dan dia memiliki ribuan gudang harta melimpah ruah, penuh berisikan emas dan perak.
Setelah menjadi kaya raya, Qarun menjadi orang yang sombong dan suka pamer. Orang-orang kaya biasanya menyimpan kunci harta mereka dalam tempat rahasia agar tidak diketahui orang lain. Qarun bisa saja membuat sebuah tempat besar yang tersembunyi untuk menampung kunci-kuncinya, tapi dia tidak melakukannya karena dia ingin menunjukkan kekuatan dan kekuasaannya.
Jadi kebiasaannya adalah membawa sepuluh orang kuat kemanapun dia pergi. Kesepuluh orang ini adalah pria-pria perkasa yang berotot kekar. Mereka mengikuti Qarun kemanapun dia pergi hanya untuk membawakan kunci-kuncinya. Meskipun sudah dibawa sepuluh orang pria perkasa, tetap saja mereka merasa bahwa kunci-kunci Qarun terasa berat.
Kebiasaan Qarun yang lain adalah dia selalu mengenakan pakaian yang berbeda setiap kali keluar rumah. Pakaian-pakaiannya merupakan jubah-jubah mewah yang paling mahal di zaman itu. Dia juga punya banyak kuda, punya tentara pribadi, punya bodyguard, punya banyak istana, dan harta benda. Tidak terhitung jumlah kekayaan yang diberikan Allah kepadanya.
Qarun juga bisa memainkan orang-orang, dia bisa melakukan apapun karena punya kekuatan. Fir’aun adalah teman baik Qarun. Jika ada seseorang yang punya masalah dengannya, Qarun tinggal memberitahu Fir’aun maka habislah orang itu. Dia bisa membuat seseorang menjadi budak jika dia mau. Jadi tak seorang pun berani dengan Qarun. Dia adalah seorang tiran yang dijadikan Allah sebagai contoh di dalam Al-Qur’an.
Pada suatu hari, Qarun memilih pakaian terbaiknya. Kemudian dia pergi ke pekarangan istananya yang luas dan dia berjalan-jalan sambil memilih-milih kudanya. Akhirnya pandangannya tertuju ke salah satu kuda miliknya sembari tangannya menunjuk. Dia berkata kepada pelayannya “Kuda itu yang disana! Kuda yang memiliki bulu paling putih. Aku ingin menaiki kuda itu sekarang!” Mereka menghias kuda itu dengan berbagai macam pernak-pernik. Andaikan orang-orang di jalan melihat kuda putih itu, tentu mereka akan terkagum-kagum melihatnya. Jadi dia menaiki kuda putih itu dan berkata: “Tentara-tentaraku! Datanglah kemari!” Kemudian dia menunjuk tentara-tentara terbaiknya. Lalu tentara-tentara itu berbaris mengikutinya dari belakang. Kemudian dia menunjuk sepuluh orang pria kekarnya dan berkata “Bawalah SEMUA harta-hartaku! Hari ini aku ingin menunjukkan harta-hartaku pada orang-orang. Bawa semua emas, perak, perunggu, barang-barang mewahku, koleksi pribadiku, dan yang lainnya. Aku ingin kalian membawa semuanya. Bahkan kalian para tentara juga harus membawanya! Ketika kita lewat, aku ingin semua orang terkagum-kagum melihat banyaknya hartaku.”
Jadi dia membawa semua harta karunnyaa, ada begitu banyak rubi, permata, mutiara, emas, dan perhiasan dalam berbagai bentuk. Ketika dia berparade keliling kota dari istananya, orang-orang di jalan melihatnya. Dan orang-orang yang menginginkan yang hanya menginginkan dunia ini berkata “Lihatlah semua ini. Andai saja kita mempunyai apa yang Qarun miliki.” Mereka sangat menginginkan harta itu. Bayangkanlah, seluruh kota menyaksikannya. Di antara mereka juga ada ahli agama. Mereka berkata “Jangan meminta seperti itu! Celakalah kamu! Sesungguhnya apapun yang Allah berikan kepadamu sudah cukup.”
Jadi ketika Qarun keluar membawa semua hartanya dan orang-orang di jalan melihatnya dengan terkagum-kagum, Ada orang di sisi kanan dan ada di sisi kiri, sedangkan parade Qarun berada di tengah-tengahnya. Ketika dia merasakan keangkuhan yang tertinggi dan berpikir “Wow, inilah diriku!”
Tiba-tiba Allah memerintahkan bumi untuk menelannya! Jadi tiba-tiba bumi bergemuruh. Kemudian jalanan mulai retak. Kemudian retakan itu semakin membesar sehingga terciptalah sebuah lubang yang menganga. Lubang yang besar itu menelan Qarun beserta semua tentaranya, kunci-kuncinya, hartanya, bahkan Allah memerintahkan bumi untuk menelan istananya! Dan orang-orang yang sedang mengamati, beberapa dari mereka berlarian, tapi pada akhirnya mereka sadar bahwa bumi hanya menelan Qarun dan hartanya. Kemudian bumi kembali seperti semula seakan-akan tidak ada yang terjadi. Orang-orang sangat terkejut. Allah telah menunjukkan kepada orang-orang dan Qarun tentang siapa Raja yang sesungguhnya.
”Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: ‘Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri’. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.” ”Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”.
Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar.” Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu. berkata: “Aduhai. benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (ni`mat Allah).” Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Qashash: 76-83)

RASULULLAH DAN ANAK YATIM


Pada suatu pagi di hari raya Idul Fitri, Rasulullah SAW bersama keluarganya dan beberapa sahabatnya seperti biasanya mengunjungi rumah demi rumah untuk mendo’akan para muslimin dan muslimah agar merasa bahagia di hari raya itu. Alhamdulillah, semua terlihat merasa gembira dan bahagia di Hari Raya Ied tersebut, terutama anak-anak. Anak-anak bermain sambil berlari-lari kesana kemari dengan mengenakan pakaian hari rayanya. Namun tiba-tiba Rasulullah saw melihat di sebuah sudut ada
seorang gadis kecil sedang duduk bersedih. Ia memakai pakaian tambal-tambal dan sepatu yang telah usang. Rasulullah saw lalu bergegas menghampirinya. Gadis kecil itu menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya, lalu menangis tersedu-sedu. Rasulullah kemudian meletakkan tangannya yg putih sewangi bunga mawar itu dengan penuh kasih sayang di atas kepala gadis kecil tersebut, lalu bertanya dengan suaranya yang lembut :
“Anakku, mengapa engkau menangis? Bukankah hari ini adalah hari raya?”
Gadis kecil itu terkejut bukan kepalang. Tanpa berani mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang bertanya, perlahan-lahan ia menjawab sambil bercerita :
“Pada hari raya yang suci ini semua anak menginginkan agar dapat merayakannya bersama orang tuanya dengan berbahagia. Semua anak-anak bermain dengan riang gembiranya. Aku lalu teringat pada Ayahku, itu sebabnya aku menangis. Ketika itu hari raya terakhir bersamanya. Ia membelikan aku sebuah gaun berwarna hijau dan sepatu baru. Waktu itu aku sangat bahagia. Lalu suatu hari ayahku pergi berperang bersama Rasulullah membela Islam dan kemudian ia meninggal. Sekarang ayahku sudah tidak ada lagi Aku telah menjadi seorang anak yatim. Jika aku tidak menangis untuknya, lalu untuk siapa lagi?”
Setelah Rasulullah saw mendengar cerita itu, seketika hatinya diliputi kesedihan yang mendalam. Dengan penuh kasih sayang beliau membelai kepala gadis kecil itu sambil berkata:
“Anakku, hapuslah air matamu…Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang akan aku katakan kepadamu…. Apakah kamu ingin agar aku Rasulullah menjadi ayahmu? Dan apakah kamu juga ingin Ali menjadi pamanmu?. Dan apakah kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu?….dan Hasan dan Husein menjadi adik-adikmu? dan Aisyah menjadi ibumu ?. Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini?”
Begitu mendengar kata-kata itu, ia langsung berhenti menangis. Ia memandang dengan penuh takjub orang yang berada tepat di hadapannya. Gadis yatim kecil itu sangat tertarik pada tawaran Rasulullah SAW, namun entah mengapa ia tidak bisa berkata sepatah katapun. Ia hanya dapat menganggukkan kepalanya perlahan sebagai tanda persetujuannya.

Hakikat Mencapai Maqam Zikir Nafas

Menjabarkan Rahasia NAFAS , Rahasia Kaitan Nafas dengan Roh - Rahasia Roh dengan Nyawa - Roh Dengan Hayat Dari Allah - Rahasia Nafas dan Perjalan Roh. Kaedah Menggunakan Al Quran , Sunah [ Hadist AL Qudsi - Hadist Sohih Nabu SalaAllahu Alaihi Wasalam].

Mengenali Rahasia Diri dan Pernafasan melalui ILMU,TEKNIK PERNAFASAN & TAFAKUR. "Membina kekuatan Emosi , Spiritual , jiwa, mental dan Pengharmonian dan penyembuhan Mutlak secara Menyeluruh penyakit zahir dan batin"

Firman Allah s.w.t"Maka ingatlah kepada-Ku, nircaya Aku ingat kepadamu (bersama dan melindungi hambaNya)..."(al-Baqarah:152)

Kita semua kenal cara berzikir kepada Allah , Tetapi bagaimana bisa kita mengetahui Bahwa Allah Mengingat kita seperti Janji Allah dalam Surah dan ayat di atas. Jika tidak tahu , kita akan rasa letih , bosan , dan tidak menemui kemanisan , kenikmatan dalam berzikir karena hakikatnya hanya " ONE WAY " saja. Bukan Two way.

Tenaga , Amalan , Niat , Hajat, berzikir adalah tenaga dari Illahi, ia mempunyai cahaya yang datang dari alam Lahut - Alam Rabbaniyah. Aura dan Cahaya Energi zikir akan menyucikan diri dari segala kotoran pada Minda dan qalbi secara bertahap sehingga Qalbu nya akan mengeluarkan cahaya alam Lahut yang tertutup dan terhijab selama ini disebabkan keruhnya dan kotornya perjalanan hidup. Cahaya yang di maksud adalah Cahaya dari Allah yang mengeluarkan Hamba Nya yang berzikir. Cahaya ini akan bersinar dan meningkatkan frekuensi cahaya pada qalbu dan seterusnya mengeluarkan segala AURA , Kebangkitan , Semangat Kerohanian, tenaga yang tinggi pada jiwa , menggantikannya dari sifat (mazmumah) ke Qalbu bersifat Radhiyah dan Muthmainah. Ia juga akan bergerak menguatkan Ruh Sultani yaitu cahaya akal sehingga akalnya mempunyai daya ketahanan yang kuat, berfikir tajam dan kreatif.

Zikir NAFAS yang digabungkan dengan teknik pernafasan ISMUL DZAT - ISMUL AZHOM yang betul, atau disebut oleh ahli Muqarabun sebagai zikir nafas, akan memberikan kesan yang lebih hebat. Imam Ghazali mengatakan zikir yang dilakukan dengan cara menahan nafas akan mempercepatkan proses penyucian hati (membakar mazhumah) dan membina semangat Rohani yang tinggi ini telah di buktikan dan di tulis sebagai testimony oleh banyak peserta program TEKNIK ZIKIR NAFAS kami.

Banyak faedah dari aspek fisik dan rohani yang dapat dicapai dengan cara pernafasan yang benar, pernafasan secara fisikal membawa kebaikan kepada jantung , sistem pernafasan dan pernafasan secara rohaniah membawa kebaikan kepada Minda , Qalbu dan Jiwa secara menyeluruh.Pernafasan yang benar akan memaksimumkan penyerapan oksigen yang amat penting dalam kehidupan dan kesehatan manusia. Kekurangan oksigen menyebabkan seseorang mudah terserang berbagai penyakit. Zikir Nafas juga dapat menjaga dari gangguan halus semacam sihir ataupun jin.

(Zikir Nafas)

Makhluk hidup pasti mempunyai nafas, melihat, mendengar, merasa dan ini semua termasuk di dalam Sifat al hayat dan Sifat Tubuh yang bernyawa. Seorang insan bisa hidup tanpa mata, telinga, tangan dan anggota tubuh yang lain tetapi kita tidak bisa hidup tanpa nafas. Kita boleh berjalan, berkata-kata dan melakukan apa saja, ini semua berlaku karena qodrat dan iradat Allah. Memahami Qodrat dan Iradat Allah wajib di fahami melalui TAKLUK dari SIfat Maani
Sifat Takluk Thatheera
Sifat Takluk Inkhisafiyah
Sifat Takluk Dalilah
Ketahuilah bahwa nafas berada di dalam qodrat dan iradat Allah. Insan yang berakal wajib mengenal Allah dan Maha Pencipta dengan Penyerahan Nafas ini setiap saat kepada Allah. Jika tidak, kita belum lagi mengenal Allah dengan secara hakiki dan juga secara konsisten.

Dari mana datangnya Nafas? Dengan cara apa datangnya Nafas ini ke dalam diri kita dan juga kedalam setiap daun , setiap semut , dan juga kedalam setiap mahkluk yang hidup dan di semua alam?

Untuk mengetahuinya kita harus kembali pada asal kejadian kita yaitu diantara pertalian ibu dan anaknya. Mulai terjadi benih diperut ibu pada bagian PUSAT. Di situlah mulainya nafas dan dari situ mulailah benih itu membesar menjadi anggota tubuh yang sempurna.Dimanakah letaknya rahasia pengenalan diri kita yang sebenarnya di alam fisikal ini?

Untuk mencapai kemaqam tersebut ada 5 tahap atau latihan yang perlu kita lakukan.

- Menfanakan diri (mematikan diri)
- Mengenal Diri Asal - Mengenal Diri Di Alam Fanaa ini
- Menyamakan diri dalam afal Allah (perbuatan Allah)
- Menyamakan diri dalam ilmu Allah (pengetahuan Allah)

Pengetahuan Allah amat luas dan tidak terbatas.

Kalau Dia tidak berpengetahuan, mungkinkah terjadi segala sesuatu ini? Tentu tidak akan terjadi.Mustahil kalau Allah itu TIDAK MAHA BIJAKSANA .Adapun pengetahuan manusia makhluk tetap terbatas dan penuh dengan kejahilan dan segala pengetahuan yang ada pada Insan hanya setetes dalam lautan ILMU dan segala ILMU yang wujud atau yang termaktub dalam Lauhul Mahfuz adalah setetes dalam ILMU Khazanah Robbul Alamin. Allah Yang Maha Ada, justru Dialah yang mencipta akal dan pengetahuan dan seluruh semesta. Seluruh Akal dan lautan intelektual disisi Allah seperti sebutir pasir saja. Begitu Mulia , Agung , Besar Nya Allah dan MAHA TINGGI dalam segala aspek.

Dan kunci/pokoknya amalan ini ialah: La haulawala quwwata illabillahi aliyyil azhim

Tahap Pertama

Matilah sebelum kamu di matikan.Janganlah kamu hidup seperti orang yang bodoh , bangkai yang berjalan , tanpa menyadari Hayat dan Kekuatan itu segala nya adalah Kepunyaan Allah dengan Mutlak.Allah tidak pernah dan tidak akan mengkongsikan kekuatan Nya atau sifat Nya dengan siapapundi alam ini baik di alam fana atau di alam baqaa.

Tahap Kedua

Mengiktikadkan Bahwa semua kuasa dan qodrat yang terdapat di dalam diri dan di luar diri bukan milik kita tetapi Qodrat Allah [ Mengiktikadkan Tauhid - Bukan dengan Hululiyyah - Tasbih Munsah - Itihad tetapi Tauhid yang iktikadkan dalam Al Quran dan Hadis Sohih Nabi Muhammad SalaAllahu Alaihi Wasalam.] Kembali pada pokoknya La halauwala quwata illabillahi aliyil azhim. Bahwasanya apa saja gerakan yang berlaku pada diri kita, bukan lagi gerakan kita tapi adalah qudrat dan iradat Allah.

Tahap 3

Mengenali melalui ILMU Tauhid dan ILMU Marifat dengan pengenalan bahwa segala ILMU yang wujud dalam diri kita adalah pemberian dari Allah. (LA HAULA WA LA QUWWATA ILLA BILLAHIL-ALIYYIL AZHIM) Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan(daya dan kekuatan) Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung.
Hadis Rasulullah Sala Allahu Aalaihi Wasalam
LA TATAHARRAKU DZARRATUN ILLA BI IDZNILLAHI.
Tidak bergerak satu zarrah juapun melainkan atas izin Allah.

Untuk mencapai tahap yang sempurna harus perbanyakanlah kita BERZIKIR NAFAS dan berlatih dalam Mengenal Allah dengan TAUHID Yang Benar dari padangan Wali-Wali Allah , karena semakin kita dekat dengan Allah semakin tinggi penyerahan diri ini kepada NYA.Keluarkanlah segala sifat -sifat negatif , tinggalkan pikiran negatif dan jangan berkomunikasi dengan syaitan dan nafsu , walaupun sesaat. Tinggalkanlah sifat sombong, riya, takabur, hasut, dengki di dalam diri kita karena itu adalah sifat-sifat syaitan. Serahkan segala-galanya pada Allah karena kita adalah manusia yang lemah yang tiada daya dan kekuatan.