Laman

Jumat, 30 Agustus 2013

Ikhlas dan Cara belajar Ikhlas

Semoga Allah mengaruniakan kepada kita hati yang ikhlas. karena betapapun kita melakukan sesuatu hingga bersimbah peluh berkuah keringat, habis tenaga dan terkuras pikiran, kalau tidak ikhlas melakukannya, tidak akan ada nilainya di hadapan Allah. Bertempur melawan musuh, tapi kalau hanya ingin disebut sebagai pahlawan, ia tidak memiliki nilai apapun. Menafkahkan seluruh harta kalau hanya ingin disebut sebagai dermawan, ia pun tidak akan memiliki nilai apapun. Mengumandangkan adzan setiap waktu shalat, tapi selama adzan bukan Allah yang dituju, hanya sekedar ingin memamerkan keindahan suara supaya menjadi juara adzan atau menggetarkan hati seseorang, maka itu hanya teriakan-teriakan yang tidak bernilai di hadapan Allah, tidak bernilai!

Ikhlas, terletak pada niat hati. Luar biasa sekali pentingnya niat ini, karena niat adalah pengikat amal. Orang-orang yang tidak pernah memperhatikan niat yang ada di dalam hatinya, siap-siaplah untuk membuang waktu, tenaga, dan harta dengan tiada arti. Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi amat penting dan akan membuat hidup ini sangat mudah, indah, dan jauh lebih bermakna.

Apakah ikhlas itu? Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak menyertakan kepentingan pribadi atau imbalan duniawi dari apa yang dapat ia lakukan. Konsentrasi orang yang ikhlas cuma satu, yaitu bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT. Jadi ketika sedang memasukan uang ke dalam kotak infaq, maka fokus pikiran kita tidak ke kiri dan ke kanan, tapi pikiran kita terfokus bagaimana agar uang yang dinafkahkan itu diterima di sisi Allah.

Setiap amal itu tergantung kepada niatnya. Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya amal itu tidak lain hanyalah dengan niat dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang diniatkan." (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Untuk menjadi betul-betul ikhlas, ada tiga perkara yang boleh kita perhatikan.

Pertama, ketahui cara untuk menguji keikhlasan. Caranya mudah saja. Cuba anda bayangkan jika suasana dunia atau persekitaran yang terkait dengan amal itu ditiadakan, adakah anda akan tetap melakukan amal tersebut? Contohnya, katakan suatu hari bos anda berkata: "Hari ini bekerjalah tanpa gaji, bantu saya." Adakah anda terasa senang hati melakukan kerja itu? Katakan anda seorang imam. Jika anda bersolat sendirian, adakah anda masih mencantikkan bacaan dan membaca surah yang panjang? Jika kualiti dan tekad amal anda kekal serupa walaupun ketika ditiadakan elemen duniawi, insya-Allah anda memang melakukannya untuk Rabb yang sedang melihat anda.

Kedua, adakah anda kerap gelisah andaikata anda tidak ikhlas? Jika ya, maknanya anda memang sudah ikhlas, atau sedang menuju keikhlasan, insya-Allah. Ini satu konsep berfikir antogonistik yang menarik. Sebab, perasaan bahawa diri sedang ikhlas berkemungkinan hanya pada perkataan semata-mata. Manakala kegelisahan merasakan amal yang dilakukan tidak ikhlas akan menyebabkan kita sentiasa bermuhasabah. Kegelisahan sebeginilah yang memudahkan kita mencapai keikhlasan.

Ketiga, berlatihlah untuk ikhlas walaupun terasa payah. Sebenarnya, setiap ciri-ciri mulia dalam Islam memerlukan latihan walaupun secara paksa, seperti sabar, menjaga pandangan, menjaga lisan, merendah diri dan sebagainya. Kalau kita hanya menunggu perasaan 'rela hati' untuk hadir, maka saya khuatir kita tidak akan mempunyai ciri-ciri mulia ini kecuali kalau Allah mengasihani kita. Cara kita melatih keikhlasan ialah dengan memastikan kita berniat setiap kali sebelum beraktiviti. Jangan mulakan sebarang aktiviti tanpa niat yang betul kerana Allah. Insya-Allah lama kelamaan niat yang ikhlas akan menjadi satu tabiat semulajadi.

Al-Fudhail berkata, “Meninggalkan amal karena manusia adalah riya’, Mengerjakan amal karena manusia adalah syirik. Sedangkan ikhlas ialah jika Allah memberikan anugerah kepadamu untuk meninggalkan keduanya.”

Al-Junaid berkata, “Ikhlas merupakan rahasia antara Allah dan hamba, yang tidak diketahui kecuali oleh malaikat sehingga dia menulis-nya, tidak diketahui syetan sehingga dia merusaknya dan tidak pula diketahui hawa nafsu sehingga dia mencondongkannya.”

Yusuf bin Al-Husain berkata. “Sesuatu yang paling mulia di dunia adalah ikhlas. Berapa banyak aku mengenyahkan riya’ dari hatiku, tapi seakan-akan ia tumbuh dalam rupa yang lain.”

Semoga Bermanfaat....