Laman

Minggu, 26 Januari 2014

HIdup yang Berkah

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya serta umatnya yang berpegang teguh dengan syariat-Nya.

Kehidupan umat manusia, secara materi, sekarang sudah mencapi tarap yang sangat hebat. Manusia merasakan berbagai kenikmatan hidup dan melihat berbagai macam keindahan hasil karya mereka. Walau demikian, dalam kehidupan yang maju secara meteri ini, bukan berarti mereka lebih bahagia dibanding orang-orang yang hidup sebelum mereka. Bukan berarti mereka lebih bisa menikmati hidup, lebih merasa aman, dan lapang dada. Apa sebab semua itu? Karena mereka kehilangan sesuatu yang sangat berharga dan paling penting, yang menjadi inti dari hidup ini, yaitu barakah. Apa manfaat usaha yang kosong dari barakah? Umur yang kosong dari barakah? Ilmu yang tak bermanfaat? Makanan dan minuman yang tidak menjadi daging dan tidak menghilangkan lapar?

Sesungguhnya berkah/barakah bukan dengan banyaknya harta ataupun kedudukan terhormat, tidak pula dengan anak atau ilmu pengetahuan yang bersifat duniawi. Tetapi berkah itu adalah sesuatu yang dirasakan oleh jiwa berupa pikiran yang jernih, hati yang damai dan tentram, hidup yang bahagia, gembira, dan merasa cukup dengan pembagian Allah, dan menerima semua takdir-Nya.

Sementara umur yang berkah adalah umur yang dihabiskan untuk mengerjakan kebaikan-kebaikan dan amal shalih. Adapun ilmu yang berkah adalah ilmu yang bermanfaat untuk orang lain, diajarkan, diamalkan, dan disampaikan kepada yang lain.

Kalau kita teliti dari Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya, akan kita dapati bahwa keberkahan itu ada pada rizki, umur, anak, dan harta.

. . . berkah itu adalah sesuatu yang dirasakan oleh jiwa berupa pikiran yang jernih, hati yang damai dan tentram, hidup yang bahagia, gembira, dan merasa cukup dengan pembagian Allah, dan menerima semua takdir-Nya. . .

Sesungguhnya rizki itu memiliki jalan untuk menjadi rizki yang diberkahi. Di antaranya yang paling utama adalah dengan mencarinya (bekerja). Saat mencarinya, harus dimintakan kepada pemilik rizki yang sesungguhnya, yakni Allah Ta'ala.

فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

"Maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya lah kamu akan dikembalikan." (QS. Al-Ankabut: 17)

فَإِذَا قُضِيَتْ الصَّلاةُ فَانتَشِرُوا فِي الأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيراً لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." (QS. Al-Jumu'ah: 10)

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga memerintahkn mencari rizki dan menganjurkan untuk bekerja. Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda –saat ditanya tentang pekerjaan yang paling utama-:

عَمَلُ الرَّجُلُ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُوْرٍ

“Pekerjaan seseorang yang dilakukan dengan tangannya sendiri dan setiap perdagangan yang baik.” (Hadits shahih li ghairihi. Riwayat al-Bazzar, sebagaimana dalam Kasyful Astar: 2/83/1257, dari Rifa’ah bin Rafi’)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga memberitahu, bekerja dan mencari rizki adalah akhlak para nabi secara keseluruhan. "Tidaklah Allah mengutus seorang nabi, kacuali ia pasti mengembala kambing.” Para shahabat lantas bertanya: “Apakah engkau juga demikian, ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Aku menggembalakan kambing milik penduduk Makkah dan menerima upah beberapa qirath (1 qirath = 4/6 dinar).” (HR Bukhari, no. 2262)

Mencari rizki dan bekerja disyariatkan. Tetapi seorang muslim dalam kerja dan usahanya tetap bersandar dan bertawakkal kepada Tuhannya. Ia sangat yakin, dirinya tak akan mendapat rizki kecuali apa yang sudah Allah bagi untuknya. Rizki yang sudah Allah tentukan untuknya pasti akan diperolehnya dengan jalan apa itu yang tak seorangpun mampu untuk menahannya. Hal ini sebagaimana bacaan zikir yang dituntunkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam sesudah shalat,

اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ

"Ya Allah, tidak ada yang bisa mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau cegah." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Maka dia akan berusaha mencari rizki dengan tetap bergantung kepada-Nya dan mengetahui bahwa Allah 'Azza wa Jalla adalah Maha mengetahui dan Mahabijaksana, "Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. Al-Thalaq: 3)

Sesungguhnya jatah rizki seperti jatah umur. Tidak akan habis, jika belum sampai habis ajal. Sehingga kita tidak akan terlalu bersedih dan berduka dalam kehidupan dunia ini. Walau harus tetap berusaha dengan mempercayakan kepada Allah.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rizki! Ketahuilah, sesungguhnya seorang jiwa tidak akan mati kecuali telah sempurna rizkinya. Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rizki. Ambil yang halal dan tinggalkan yang haram." (Disebutkan Al-Albani dalam al-Silsilah al-Shahihah no. 2866)

Jika seorang muslim bercita-cita mendapatkan barakah dalam rizkinya, pasti akan mendapatkan banyak jalan. Al-Qur'an dan al-Sunnah telah menerangkan hal itu. Di antara sebab-sebabnya adalah:

Pertama, Takwa kepada Allah merupakan sebab utama rizki diberkahi dan hidup menjadi tentram. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

"Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi." (QS. Al-A'raf: 96)

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَكَفَّرْنَا عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأَدْخَلْنَاهُمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ

"Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa, tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka ke dalam surga yang penuh kenikmatan. Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan (Al Qur'an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka." (QS. Al-Maidah: 65-66)

Sangat jelas, barakah rizki itu didapat dengan bertakwa kepada Allah.

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

"Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya." (QS. Al-Thalaq: 2-3)

Oleh sebab itu agar rizki diberkahi dalam mencarinya harus dengan usaha yang dibenarkan syariat, bertawakkal kepada Allah, yakin kepada-Nya, ridha dengan pembagian-Nya, dan meyakini dengan benar bahwa Allah Mahabijaksana dan Maha mengetahui dalam kadar rizki dan kapan diperolehnya. Disadari, semua itu terjadi dengan qadha' dan qadarnya. Maka apa yang dikehendaki oleh-Nya, akan terjadi. Sebaliknya, yang tidak dikehendaki oleh-Nya, juga tidak akan terjadi.

Agar rizki diberkahi: Dalam mencari rizki harus dengan usaha yang dibenarkan syariat, bertawakkal kepada Allah, yakin kepada-Nya, ridha dengan pembagian-Nya . . .

Kedua, memperbanyak istighfar. Allah Ta'ala berfirman tentang petuah Nabi Nuh 'alaihis salam kepada umatnya,

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا

"Maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai"." (QS. Nuuh: 10-12)

Allah menerangkan tentang titah Nabi Hud kepada kaumnya untuk istighfar, ia menjadi sebab bertambahnya kekuatan fisik dan turunnya rizki,

وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ

"Dan (Hud berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa"." (QS. Huud: 52)

Dalam hadits disebutkan,

مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

"Siapa yang kontinyu beristighfar maka Allah jadikan baginya jalan keluar dari setiap kesulitannya, kesudahan dari setiap kesedihannya, dan memberinya rizki dari jalan yang tidak ia sangka." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Ketiga, membaca Al-Qur'an dan mentadabburinya. Sebabnya, Allah telah jadikan Kitab-Nya sebagai sesuatu yang diberkahi.

وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

"Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat," (QS. Al-An'am: 155)

"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran." (QS. Shaad: 29)

Al-Qur'an adalah barakah dalam membacanya. Siapa membaca satu ayat, maka baginya dari setiap ayat satu kebaikan. Dan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. (HR. al-Tirmidzi)

Al-Qur'an membawa berkah dalam lantunannya, mengamalkannya, menerapkan hukumnya, dan mencari keadilan padanya, bermoral dengan ajaranya, dan berakhlak dengan akhlaknya.

. . . Al-Qur'an membawa berkah dalam lantunannya, mengamalkannya, menerapkan hukumnya, dan mencari keadilan padanya, bermoral dengan ajaranya, dan berakhlak dengan akhlaknya. . .

Keempat, Membaca doa saat keluar rumah dan saat akan menyantap hidangan. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ لَا مَبِيتَ لَكُمْ وَلَا عَشَاءَ

"Apabila seseorang memasuki rumahnya; ia berzikir kepada Allah saat memasukinya dan saat makan, maka syetan berkata kepada teman-temanya, 'tidak ada tempat dan makanan bagi kalian." (HR. Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad) Allah menjaga rumah ini dari gangguan syetan karena sebab zikirnya ketika akan makan dan saat memasukinya.

Keempat, menjaga shalat bisa mejadi sebab turunnya barakah dan datangnya rizki, karena ia merupakan sebab untuk kebaikan dunia dan akhirat. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى

"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa." (QS. Thaahaa: 32)

Kelima, Bersyukur terhadap nikmat-nikmat Allah dan mengakui karunia dan pemberian-Nya. Sesungguhnya rizki yang kita peroleh, semuanya dari pemberian-Nya. Maka jika kita bersyukur dengan hati, lisan, dan amal maka Allah akan memberkahi rizki kita. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"." (QS. Al-Ibrahim: 7)

. . . jika kita bersyukur dengan hati, lisan, dan amal maka Allah akan memberkahi rizki kita. . .

Keenam, memperbanyak shadaqah dan menjauhi praktek riba. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,

يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ

"Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa." (QS. Al-Baqarah: 276)



Ketujuh, Yakin dan bersandar kepada Allah di atas sebab yang diupayakan. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرٌ حُلْوٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ

"Sesungguhnya harta ini menyenangkan dan nikmat. Siapa yang mengambilnya dengan kesederhanaan (tanpa meminta dan rakus), maka diberkahi. Dan siapa yang mengambilnya dengan rakus, tidak akan diberkahi. Dan keadaanya seperti orang yang makan, namun tak pernah merasa kenyang." (Muttafaq 'alaih)

Kedelapan, hemat dan tidak berlebihan (melampaui batas) dalam menikmati yang mubah. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,

وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا

"Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal." (QS. Al-Isra': 29)

Allah berfirman dalam menyifati Ibadurrahman, para wali-Nya:

وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا

"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian." (QS. Al-Furqan: 67)

Allah sangat mencela orang yang menyia-nyiakan harta dan menggunakannya dalam perkara haram. Dia Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

"Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. Al-Isra': 26-27)

Kesembilan, bekerja di waktu pagi hari, tidak tidur pagi kecuali karena sangat membutuhkan. Disebutkan dalam satu atsar, "Diberkahi Umatku di waktu paginya."

Ibnu Abbas pernah melihat anaknya tidur pagi, lalu beliau berkata kepadanya: "Bangunlah, apakah kamu (senang) tidur pada saat dibagi rizki?" (Lihat: Mathalib Ulin Nuha: 1/62)

Kesepuluh, Jujur dalam melakukan transaksi, tidak curang dan tidak pula khianat. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا

"Penjual dan pembeli berhak memilih selama belum berpisah. Jika keduanya jujur dan menjelaskan, diberkahi jual beli keduanya. Dan jika berbohong dan menutup-nutupi maka dihilangkan keberkahan dalam jual beli mereka." (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan lainnya)

Suatu hari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah mengutus Urwah al-Bariqi untuk membeli seekor hewan kurban. Beliau memberikan satu dinar kepadanya. Lalu ia masuk pasar dan membeli dua ekor hewan kurban dengan satu dinar. Kamudian dia menjual salah satunya dengan harga satu dinar. Lalu ia kembali kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dengan membawa satu ekor hewan kurban dan satu dinar. Beliau menanyakan hal itu kepadanya, "bagaimana bis begitu?" ia menjawab, "Saya membeli dua ekor hewan kurban dengan satu dinar, lalu saya jual salah satunya dengan harga satu dinar." Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepadanya, "Semoga Allah memberkahimu kejujuranmu." Kalau saja ia membeli segenggam tanah pasti diberkahi.

Kesebelas, qana'ah dan ridha dengan pembagian Allah, tidak melihat kepada orang yang di atasnya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Sungguh telah beruntung orang yang memeluk Islam, diberi rizki yang cukup, dan Allah menganugerahkan sifat qanaah kepadanya terhadap pemberian-Nya." (HR. Ahmad)

Penutup

Sesungguhnya harta yang diberkahi akan membawa kebaikan kepada pemiliknya, tidak melalaikan dan tidak menipunya. Menikmatinya, akan menjadi kekuatan yang mendorongnya untuk melakukan ketaatan, mendatangkan ketentraman jiwa, kepuasan, dan kebahagiaan. Maka jangan hanya mengejar fisik materi. Tapi carilah keberkahan di dalamnya. Karena harta yang tak berbarakah seperti sampah yang tak mendatangkan manfaat bagi pemiliknya. Oleh sebab itu, penting sekali kita memperhatikan sebab-sebab yang menjadikan harta menjadi barakah. Wallahu Ta'ala a'lam.

Ruh Al Quds

Allah SWT mula-mula menciptakan atau menzahirkan Ruh al Quds atau ruh suci dalam bentuk makhluk untuk meneruskan penzahiranyang paling sempurna dalam peringkat Alam Ketuhanan Dzat Yang Maha Tinggi dan di kehendakiNya ruh itu untuk turun kea lam fana ini di peringkat yang paling rendah yaitu ALam Ajsam atau fidikal (konkret). Tujuan utamanya adalah untuk memberi pelajaran kepada ruh suci dan untuk mengetahui pengalamannya dalam mencari jalan kembali kepada Allah SWT.

Dan dalam perjalanannya dari tingkat paling tinggi ke tingkat paling rendah, ruh suci tersebut menempuh berbagai alam atau peringkat, semula ia turun ke peringkat Akal semesta atau disebut peringkat Kesatuan ( Allah dan HambaNya) atau peringkat nama dan sifat atau lebih dikenal dengan Haqiqah Muhammadiyyah.

Dan bersamaan dengan ruh suci tersebut telah disediakan pula dalam dirinya benih-benih keesaan (tauhid) agar senantiasa mengenali penciptanya yang Esa itu. Dalam perjalanan mengarungi alam-alam peringkat Allah membekalinya dengan selimut pakaian Nur Allah ( cahaya ) . Dan mendapat gelar ruh Martabat tertinggi karena tingginya derajat yang diberikan Tuhan sejak ia diciptakan.

Peringkat selanjutnya adalah peringkat Alam Malakut, disini ruh suci disebut Ruh Bergerak atau Ruh Berpindah, mimpi yang benar termasuk dalam ala mini, dan selanjutnya ia akan masuk ke Alam Kebendaan, atau kebadanan atau jisim atau fisikal, ia mendapat pakaian jasmani yang berasal dari darah, daging, urat, tulang, dsb, dan diberi gelar Ruh Insan atau Ruh Manusia. Ruh suci diberi baju kasar agar dunia selamat dari kehancuran, karena bila alam kebendaan bersentuhan langsung dengan Ruh suci maka alam kebendaan akan hangus menjadi abu.

Ruh suci dihantarkan ke tempat terendah agar ia mencari jalan kembali keasalnya yaitu berpadu atau berdampingan dengan Allah SWT seperti ketika ia berada dalam pakaian daging, darah dan tulang itu. Melalui hati yang ada dalam badan kasar ini wajar bila ia menanan benih rasa kesatuan dan keesaan dan ia akan berusaha menyuburkan rasa berpadu dengan Allah SWT , Tuhan yang Menciptakannya .

Dalam bumi hati itu ruh suci menanam benih keyakinan yang dibekalkan kepadanya oleh Allah dari alam Maha Tinggi dan benih itu diharapkan menjadi pokok sebuah keyakina yang mengahsilkan buah-buahan yang rasanya kelak akan membawa ruh itu kembali naik ke tingkat demi tingkat hingga sampai ke hadirat Allah SWT.

Penciptaan Badan untuk Ruh

Allah menciptakan badan agar ruh dapat masuk dan menetap didalamnya, dan setiap ruh mempunyai nama tersendiri, dan Allah menyusun ruang-ruang dalam badan dan meletakkan ruh manusia diantara daging dan darah, selain itu menempatkan ruh suci ditengah hati manusia, suatu ruang yang indah dan halus untuk menyimpan rahasia antara Allah dan hambaNya Ruh-ruh itu berdiam dianggota badan dengan tugasnya masing-masing, keberadaanya seolah-olah berlaku sebagai pembeli dan penjual bermacam-macam barang sehingga mendatangkan berbagai hasil pula, seperti firman Allah SWT

“ Mereka membelanjakan sebagian dari rejeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan dan mereka mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi “ (Fatir : 29 )

Ruh dalam Badan

Dada adalah tempat bersemayamnya ruh dalam diri setiap insane manusia, tempat yang berhubungan dengan panca indera ini bertugas mengatur segala hal yang berkaitan dengan masalah syariat karena dengan ini Allah menjaga dan mentadbirkan keharmonisa alam nyata. Ruh tidak pernah mengingkari perintah Allah, tidak mengatakan tindakannya sebagai tindakannya sendiri, tetapi lebih karena ia tidak mampu bercerai dengan Allah, segala tindakannya merupakan satu kesatuan dengan keberadaan Allah, tidak da perpisahan antara aku dengan Allah …

“ …….barangsiapa mengharapkan perjumapaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal shole, dan tidak mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya “ ( al Kahfi : 110 )

Dan Allah memberikan beberapa kelebihan bagi manusia yang memiliki ruhani yang tinggi berupa :

1. Kemampuan melihat bukti-bukti wujud keberadaan Allah di dunia ini yang dimanifestasikan dalam sifat-sifat Allah

2. Kemampuan melihat hal yang jamakdalam sesuatu yang tunggal dan yang tunggal dalam sesuatu yang jamak di mata kebanyakan orang awam

3. Kemampuan melihat hakikat di balik alam nyata

4. Perasaan dekat dengan Allah

Ruh dalam Hati

HAti adalah tempat bergeraknya ruh, dan ilmu yang mengulas tentang gerakan hati disebut Tariqah. Kerjanya berkaitan dengan 4 nama Allah, sebagaimana dengan 12 nama Dzat Allah , 4 nama tidak berhuruf dan tidak berbunyi sehingga nama-nama itu tidak dapat diucapkan :

“ Katakanlah ; Serulah Allah atau serulah ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Asma’ al Husna (nama-nama yang terbaik) “ ( al Isra’ : 110)

Manusia hendaknya berusaha mengetahui nama-nama Allah karena inti dari ilmu tasawwuf, kalimat Laa IlahaIlallaah melahirkan 12 nama Allah, setiap nama tercantum pada setiap huruf yang menyusun kalimat Laa IlahaIlallaah dan Allah akan memberikan nama kepada setiap huruf dalam proses kemajuan hati seseorang.

1. Laa IlahaIlallaah Tiada Tuhan kecuali Allah

2. Allah Nama Dzat

3. Huwa Dia

4. Al Haqq Yang Benar

5. Al Hayy Yang Hidup

6. Al Qayyum Yang berdiri sendiri kepadaNya segala sesuatu bergantung

7. Al Qahhar Yang Maha berkuasa dan perkasa

8. Al Wahhab Yang Maha pemberi

9. Al Fattah Yang Maha Pembuka

10. Al Wahid Yang Satu

11. Al Ahad Yang Maha Esa

12. Al As Samad Sumber, puncak segala sesuatu

Pada setiap tingkatan ( 4 tingkatan) yang dilalaui ruh terdapat 3 buah nama yang berbeda dengan cara inilah Allah dapat memegang hati kekasihNya yang sedang dalam perjalanan cinta menuju kepadaNya.

“ Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan akhirat “ ( Ibrahim : 27 )

Dalam pergerakannya ruh selalu memandang ke Alam Malakut, alam yang identik dengan kebaikan dan dialam ini r7uh dapat melihat surga alam malakut beserta para penghuni, cahaya dan para malaikat yang berada di dalamnya. Dan melakukan percakapan tanpa suara dan dalam percakapan itu pikiran akan selalu berputar mencari rahasia-rahasia atau makna dalam batin dan setelah manusia kembali kepada Sang Pencipta, rahasia-rahasia itu akan bertahta diakhirat yaitu surga Na’im, surga yang penuh dengan kenikmatan yang tiada bandingnya. Tempat ruh yang paling tinggi adalah di tengah hati yaitu ‘hati bagi hati’.

Apakah Engkau benar-benar kenal nabimu..

Iaitu kenal secara lahir dan batinnya, jasmani, maknawi dan rohaninya. Atau engkau hanya kenal secara lahir saja, tidak lebih dari itu? Atau engkau kenal secara rambang saja? Sebenarnya kalau engkau kenallah secara lahir dan batin, jasmani, rohaniahnya pribadi Nabimu, pasti engkau jatuh hati kepadanya. Engkau akan cinta, engkau akan menyebut selalu namanya. Melalui salawat dan ingatan terhadapnya. Engkau akan terasa terhutang budi kepadanya. Karena kedatangannya dan jasanya kepada dunia.

Muhammad SAW, Nabimu. Dia seorang manusia istimewa, luar biasa yang tiada taranya. Ia adalah manusia yang paling mulia di sisi Allah Taala.

Mari kita bercerita tentangnya secara ringkas agar engkau kenal Nabimu sendiri. Siapa dia yang sebenarnya?

Dia adalah Muhammad anak Abdullah, ibunya Aminah. Bangsa Quraisy dari Bani Hasyim. Nasabnya hingga ke Nabi Ibrahim. Dia adalah anak yatim piatu. Seorang anak yang tidak pernah dapat bermanja dengan ibu bapanya seperti orang lain. Dia lahir daripada keluarga yang miskin dan dipelihara pula oleh keluarga yang miskin. Dia adalah makhluk yang pertama dan utama yang paling dicintai oleh Tuhan. Iaitu yang diberi nama Nur Muhammad. Dari Nur Muhammad seluruh yang ada dicipta dan diwujudkan. Syurga, Neraka, dunia, Akhirat, para malaikat, Arasy, Kursy, Sirat, manusia, jin, hewan, jamadat dan lain-lainnya. Artinya kalau bukan karena Nabi Muhammad SAW, yang lainnya tidak akan diwujudkan. Kalau begitu, rupanya Nabi kita membawa rahmat zahir dan batin kepada semua makhluk Tuhan. Dia adalah makhluk yang awal wujud nisbah roh, yang akhir nisbah jasad di kalangan para nabi.

Dia adalah satu-satunya nabi yang diisrak dan dimikrajkan. Mukanya laksana bulan purnama karena cahayanya yang terang. Dia hamba Allah yang paling bertaqwa dan paling takut dengan Tuhan. Karena itulah dipanggil Habibullah oleh Allah. Ketua seluruh para rasul dan para anbiya. Penghulu seluruh orang yang bertaqwa. Imam seluruh manusia. Syariatnya untuk seluruh jin dan manusia dan penutup seluruh syariat. Orang yang memberi syafaatulkubra di Akhirat dan orang yang pertama masuk Syurga. Al Quran kitab yang diturunkan kepadanya paling lengkap. Merupakan mukjizatnya yang kekal dan paling agung. Tiada siapa yang dapat menirunya.

Dia memiliki ilmu dunia dan Akhirat. Nabi kita mempunyai akhlak yang paling mulia yang tiada taranya. Bahkan lebih mulia dari para malaikat. Terutamanya kasih sayangnya kepada manusia begitu ketara. Tawadhuknya atau merendah diri, pakaian peribadinya. Karena itulah dia sanggup duduk, makan, minum, tidur, baring dengan fakir miskin. Menziarahi orang sakit, mengiringi jenazah. Tiada seorang pun melihat mukanya melainkan jatuh cinta kepadanya. Bahkan macam orang mabuk tidak bisa melupakannya

Sangat kasih dan simpati dengan fakir miskin, anak-anak yatim dan janda-janda. Pemurahnya laksana angin kencang yang sangat lajunya. Orang yang bergaul dengannya macam-macam dapat dirasa. Adakalanya laksana ibu dan ayah. Adakalanya macam kawan yang membela dan setia. Adakalanya dirasakan guru. Adakalanya bagaikan pemimpin. Adakalanya bagaikan ketua tentara. Setiap orang yang semajlis dengannya merasakan dapat layanan yang memuaskan darinya.

Karena akhlaknya yang tinggi dia dapat pujian daripada Tuhannya. Keberaniannya luar biasa. Dia bisa lalu seorang diri di hadapan musuh-musuhnya. Tidak sedikit pun takut dengan raja-raja. Setiap orang yang meminta tidak pernah dikecewakan. Sekalipun terpaksa berhutang dengan manusia. Ibadahnya banyak terutama sembahyang hingga bengkak-bengkak kakinya karena terlalu lama berdiri di hadapan Tuhannya.

Tidak pernah mendoakan musuh-musuhnya dengan kejahatan. Sangat suka meminta maaf dan memberi maaf kepada sesiapa saja. Dia membalas kejahatan orang dengan kebaikan. Satu perbuatan yang luar biasa. Tidak pernah menghina, mencaci dan merendah-rendahkan orang lain. Sangat pemalu dan merendah diri. Sangat menerima keuzuran orang. Sangat tahan menerima ujian yang berbagai-bagai keadaan dan bermacam-macam bentuknya. Karena itulah dia dapat menjadi Ketua Ulul Azmi daripada keseluruhan para rasul alaihimussolatuwassalam. Dia suka seseorang karena Allah dan murka juga karena Allah. Hatinya begitu juga, matanya saja yang tidur tetapi hatinya tidak tidur. Karena itulah dia tidur tidak membatalkan wuduknya.

Di dalam hidupnya 74 kali berlaku peperangan 27 kali dia ikut sama atau ikut serta tapi aneh, tidak pernah dia membunuh musuh-musuhnya walaupun seorang. Anak-anak didikannya itulah dia para Sahabat hingga dia berkata:

"Sahabat-Sahabatku laksana bintang-bintang di langit, yang mana satu yang kamu ikut, kamu akan dapat petunjuk."

"Para ulama umatku laksana para-para nabi Bani Israil." julukan ini tidak didapati oleh umat-umat nabi sebelumnya. Karena menegakkan kebenaran, pernah dilemparkan dengan najis, dilempar dengan batu hingga berdarah, dibuang daerah selama 3 tahun, dikepung, hendak dibunuh, berhijrah meninggalkan tanah air dan mendapat berbagai-bagai kesusahan dan penderitaan.

Kemuliaannya di sisi Allah Taala begitu ketara. Iaitu namanya ditampilkan dengan nama Tuhannya. Iaitu di dalam dua kalimah syahadah. Bahkan tidak sah Islam seseorang kalau tidak diucapkan namanya bersama dengan nama Tuhannya. Doa yang hendak dikabulkan, awal akhir haruslah menyebut namanya. Doanya sangat kabul, bahkan siapa yang berdoa bertawasul dengannya lebih diterima doanya. Siapa yang banyak bersalawat dengannya diberi syafaat di Akhirat. Siapa yang selalu menyebut namanya diturunkan rahmat dan berkat. Mukjizat-mukjizatnya yang terlalu banyak menunjukkan kebenarannya. Tertulis di belikatnya khatamun nubuwwah. Peluhnya bak mutiara, wanginya lebih wangi daripada kasturi. Orang tidak dapat menentang matanya karena kehebatannya yang amat terpancar di wajahnya. Terutama musuh-musuhnya, pasti menundukkan pandangannya bila bertembung dengan pandangannya.

Banyak perkara-perkara ghaib yang dibuka oleh Allah Taala kepadanya. Sehinggakan sebahagian perkara-perkara yang belum terjadi seperti peristiwa akhir zaman dapat diceritakan. Terlalu kuat tawakalnya kepada Allah Taala. Hinggakan makanan yang berlebih tidak disimpan di malamnya. Bahkan diberi kepada yang berhak. Apabila dia buang air, tidak ada kesannya selepas membuangnya. Lalat tidak pernah hinggap pada badannya. Kalau dia berpaling, dia berpaling dengan seluruh badannya. Tidak pernah makan seorang diri melainkan berkawan. Tidak pernah mencerca makanan. Kalau dia tidak suka, dia tidak makan makanan itu.

Sangat menghormati dan memuliakan tetamunya. Terlalu menjaga hak-hak jirannya sekalipun orang kafir. Terlalu mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri. Tidak pernah melaknat sekalipun binatang. Apa yang diperkatakannya ibarat mutiara. Karena itulah sangat mempengaruhi orang yang mendengarnya. Didikan dan pimpinannya sangat berjaya. Di antara kesan didikan dan pimpinannya yang telah berlaku dan telah dicatat dalam sejarah. Dapat melahirkan manusia yang sangat mencintai dan menakuti Allah Taala. Bahkan Tuhan menjadi idola mereka.

Dapat menyatupadukan manusia yang berbagai-bagai etnik, golongan, kaum, bangsa dan yang berlainan warna kulit, bahasa dan budaya. Bahkan dapat menanamkan kasih sayang satu sama lain di kalangan manusia. Melahirkan manusia yang begitu taat dan patuh kepada syariat Tuhannya. Berjaya melahirkan manusia yang tinggi akhlak dan moralnya. Mampu menjadikan dunia bersih daripada noda dan dosa. Berjaya menjadikan setiap orang rasa berpuas hati naungan pimpinannya sekalipun yang bukan Islam. Mereka merasakan dia adalah pelindung dan penyelamat kepada seluruh manusia sekalipun binatang.

Itulah dia Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Itulah dia Nabi kita, manusia yang luar biasa, yang istimewa yang kejadian dan akhlaknya paling sempurna, tidak ada tandingannya. Baru sedikit saja kita menceritakan tentangnya, sudah mengkagumkan kita. Apakah pribadi yang semacam ini kita tidak jatuh hati kepadanya? Apakah manusia ini kita bisa melupakan begitu saja? Apakah kita tidak terasa, dia adalah manusia yang terlalu berjasa kepada seluruh manusia?

Apakah kita tidak terasa terhutang budi kepadanya? Bahkan patut bersyukur kepadanya sepanjang masa. Bolehkah kita samakan dia dengan pemimpin-pemimpin yang lain di dunia? Jauh panggang dari api, macam langit dengan bumi. Lantaran itulah, orang yang benar-benar kenal Nabinya bersama Tuhannya, sanggup mati karenanya. Patut sangatlah dia menjadi idola dan ikutan kita. Agar kita menjadi satu bangsa yang bertuhan, merdeka, bersatu, berakhlak mulia, berperadaban, berkasih sayang, bertolong bantu, berharmoni, bermaruah, bersih dari noda dan dosa. Allah dan Akhirat menjadi matlamat hidup kita.

KEAGUNGAN ALLAH SWT DALAM CINTA KASIH PADA AKHIR HAYAT MANUSIA

Alhamdulillah………dalam Rahmat, Nikmat dan Barokah-NYA kepada kita semua maka mengalirlah dalam kehidupan ini Cinta Kasih-NYA yg sungguh…sungguh tiada batas, baik kita menyadarinya maupun tak menyadarinya. Tentunya…..dalam Rahmat Allah Swt itu tanpa terkecuali siapapun dirinya itu dan Agama apapun yg dianutnya dan dimana pun berada kesemuanya dalam liputan Rahmat Allah Swt, Tuhan Seru Sekalian Alam. Karena itulah…..Insan/Manusia adalah Makhluk yg Paling termulia dari pada Makhluk2 Allah Ta’ala yg lain. Maka benarlah jika Allah Ta’ala menyuarakan hanya kepada Insan….sebagai Sirrulah/Rahasia Allah, yang mana Sir/Rahasia itu awalnya di tujukan kepada Langit, langit tak sanggup tuk menjunjungnya, Bumi tak sanggup tuk memikulnya, Lautan, Gunung2 dsb kesemuanya tak sanggup tuk menampungnya. Hanya Insan/Manusia saja lah yg sanggup tuk memikulnya dan sesungguhnya Manusia itu sangatlah BODOH.
BODOH adalah Sifat Dasar Manusia namun Justru dengan ke-BODOH-annya itulah sebagai suatu sarana untuk dapat menampung akan Sirullah tsb, tetapi……malah banyak yg tiada menyadari akan ke-BODOH-an dirinya. Hanyut dalam ke-Angkuh-an dan kesombongan merasa Ia Pintar dan Cerdas yg akhirnya dirinya sendiri yg menjadi dinding/hijab/tabir akan Sirullah tsb dan ke-INSAN-annya telah ternodai oleh Sifat2 ke-BINATANG-an. Sehingga Fitrah yg sudah di tetapkan dan dinyatakan bahwa Manusia itu tercipta dalam rupa bentuk yg sebaik2nya dan sesempurna2 kejadian telah ternodai oleh kesombongannya sehingga dari segi Martabat Ia telah Jatuh dari ke-INSAN-annya yg tercipta dalam rupa bentuk yg sebaik2nya dan sesempurna2 kejadian menjadi INSAN yg bersifat “……………..”, Na’udzubillah……..

Adapun Manusia itu dalam Akhir Masanya (MAUT) terbagi menjadi 4 Ciri yg tiada terlepas dari pada ILMU, DZIKIR/INGAT dan RASA yg ada pada dirinya. ILMU melahirkan SEMANGAT HIDUP, DZIKIR/INGAT melahirkan GAIRAH HIDUP dan RASA melahirkan RASA HIDUP. Jika SEMANGAT HIDUP, GAIRAH HIDUP dan RASA HIDUP telah “HAMBAR”, maka itu adalah TANDA bahwa HIDUPnya dalam Alam Dunia ini akan ber-AKHIR.

1.
Jika semasa Hidupnya di Alam Dunia ini, ILMU dan DZIKIR/INGAT serta RASAnya hanya sebatas Lahiriyyah(Syari’at) semata maka mereka itu di sebut dng AHLUSSYARI’AT. Yaitu siapa saja yg dalam ILMU, DZIKIR/INGAT dan RASAnya memaknai SYARI’AT itu adalah yg termasuk dalam Rukun Islam yg 5 Perkara itu saja dan kemudian Ia semata2 hanya menjalankan ke-5 Rukun tsb saja tanpa menggali lebih dalam akan makna yg mendasari ke-5 Rukun tsb maka tanpa di sadarinya Ia telah membatasi akan SYARI’ATULLAH. Dan tentunya……jika diri hanya berjalan dalam Syari’at yg 5 Rukun tsb saja tanpa menggali ttng Makna yg mendasarinya yaitu ttng ke-IMAN-an, ke-TAUHID-an, ke-YAKIN-an dll…dll maka Ibadah yg dilakukan tidak lain hanyalah sebatas menggugurkan kewajiban semata. Jika hanya sebatas menggugurkan kewajiban semata tanpa Dasar IMAN, TAUHID, YAKIN maka janganlah heran jika Sifat2 HEWAN masih Dominan melekat pada dirinya berupa 9 Hawa pd Diri yaitu : Sombong, Takabbur, Tamak, Serakah, Iri, Dengki, Hasut, Benci dan Dendam yg membias pada Lahiriahnya berupa Sumpah serapah, Caci Cela, Hina menghinakan, Fitnah memfitnah, Kutuk mengutuk, Buruk Sangka dll….dll….dll. Lalu dimanakah Manis Lezatnya Amal Ibadah yg di lakukan…apabila ke 9 Hawa pd Diri masih bertengger pada dirinya…??? Bukaankah Allah pun menyatakan dalam Firman-NYA : “Sesungguhnya Sholat itu dapat mencegah dari perbuatan Keji dan Mungkar” dan Baginda Nabi Muhammad Saw pernah bersabda : Jika Sholat itu tidak dapat mencegah dari perbuatan Keji dan Mungkar, bukan menjadikan dirinya semakin dekat dengan Tuhannya tetapi malah semakin Jauh dari Tuhannya. 9 Hawa pd Diri adalah AKAR/DASAR terbentuknya perbuatan KEJI dan MUNGKAR pada diri.
Maka Jika…..seseorang berjalan sampai Akhir Hayatnya hanya di Syari’at semata yaitu hanya berpegang pada ke-5 Rukun tsb tanpa menggali Dasar IMAN, TAUHID, YAQIN maka tentunya tidak akan di dapatkan pada Jiwanya berupa KETENANGAN, karena 9 Hawa pada diri masih bertengger di dirinya. Jika Jiwanya tidak tersentuh atau tidak tenggelam atau tidak karam dalam “KETENANGAN JIWA” yg “HAQIQI” maka tiadalah Ia di panggil dengan seruan : “Yaa….Ayyatuhannafsul Muth’ma innah………………..dst” (wahai JIWA yg TENANG, datang lah engkau kepada Tuhanmu dengan Ridho serta di Ridhoi……..dst) Tetapi Ia akan bersesuain dengan Firman Allah : “Kullu Nafsin Zaa’ikatul Maut………..” (Setiap JIWA akan merasakan MATI).
Jika Akhir masanya……di panggil oleh Allah Swt dengan Firman tsb diatas, maka tatkala ia mati sesungguhnya ia tidak lah MATI melainkan Ia tetaplah HIDUP di “sisi” Tuhannya dan beroleh Nikmat dari Karunia dari Tuhannya.
Jika Akhir masanya…..di-CABUT NYAWA/JIWAnya(Tidak di panggil) maka……Ia akan merasakan MATI. Apabila Ia MATI maka Jasad akan Hancur, Membusuk dan jadi Bangkai. Jika telah dinyatakan bahwa Manusia itu dicipta Allah lebih sempurna di bandingkan Makhluk-makhluk yang lain maka tentunya pasti ada yang membedakan antara dirinya dengan makhluk-makhluk yang lain, baik ciri sewaktu hidup maupun ciri sewaktu ia mati. Adapun ciri dikala ia mati tentunya matinya tidak akan sama dengan Makhluk Allah Ta’ala yang lain. Jika Binatang mati maka tentunya ia akan menjadi Bangkai karena membusuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap serta dihinggapi oleh belatung-belatung. Dan begitulah….jika manusia Jiwanya tidak tersentuh atau tidak tenggelam atau tidak karam dalam “KETENANGAN JIWA” yg “HAQIQI” beserta Tuhannnya maka ketika ia mati jasadnya akan membusuk dan mengeluarkan aroma yang tidak sedap serta dihinggapi belatung-belatung. Jika demikian keadaan dirinya pada saat kematian maka berarti ia mati menjadi bangkai dan jika ia mati menjadi bangkai maka matinya seperti binatang dan berarti keinsanannya tak ubahnya bagaikan binatang. Naudzubillah……..Semoga kita semua dipelihara Allah Swt dlm Pemeliharaan-NYA yg penuh Rahmat & Kasih Sayang. Aaamiiin.

2.
Jika semasa Hidup di Alam Dunia ini, ILMU dan DZIKIR/INGAT serta RASAnya tidak hanya sebatas Lahiriyyah(Syari’at) tetapi seolah2 ada dorongan dalam Hatinya untuk menggali ttng ke-IMAN-an, ke-TAUHID-an, ke-YAKIN-an dan kemudian Ia bawa hatinya untuk tenggelam dalam Lautan Wirid dan Dzikir dan TAKHOLLI(membuang Sifat2 Tercela) serta TAHALLI(menghias Hatinya dengan Sifat2 terpuji), maka mereka itu disebut dengan AHLUTTHORIQOT. Alhamdulillah……..tentunya ada satu peningkatan dari segi ke-DEWASA-an Bathin yg tadinya hanya sebatas AHLUSSYARI’AT dan selanjutnya menuju AHLUTTHORIQOT. Namun….hendaknya tetaplah dalam ke-SADAR-an bahwa perjalanan dalam pengembaraan AL-HAQ belum lah berakhir sebelum Ia sampai ke perbatasan “MUARA TELAGA ROSUL/AL-KAUTSAR”. Dalam Thoriqot, Hatinya Wajib untuk selalu tenggelam dalam Wirid dan Dzikir dan Lahiriyyah nya senantiasa berbuat Hal2 yg baik, menjauh dari perbuatan tercela dan menghias diri dari perbuatan yg Terpuji agar Hatinya menjadi terpelihara ke-SUCI-annya. Namun…..sepandai2nya seseorang itu memelihara Hatinya dari kekotoran2 Hati dan sekuat2nya menjaga Hatinya agar selalu tetap dalam keadaan SUCI tetapi dalam kenyataannya Menjaga dan memelihara Hati agar tetap SUCI tidak semudah membalik TELAPAK TANGAN. Selalu saja ibarat pepatah “Menggali Lubang Tutup Lubang” dan HAL itu di rasakan oleh siapa saja yang berjalan di Jalan ini. Belum lagi…….dalam Hal pe-RASA-an yg selalu saja terliputi oleh jeritan2 dan Tangisan2 Hati karena “ke-RINDU-an” dan bahkan ada juga yg seolah2 seperti hanyut dalam “Penyesalan2 akan segala Dosa2 yg lalu” yg demikian itu bahkan ada yg hampir di setiap harinya Hatinya selalu menangis……menangis…..menangis…..menjerit…..menjerit….menjerit…..hanyut dalam “tangisan kesedihan”, baik “tangisan kesedihan” karena ke-RINDU-annya maupun “tangisan kesedihan” karena Dosa2 ataupun juga “tangisan kesedihan” karena selalu GAGAL dalam mensucikan Hatinya. Salahkah…..HAL yg demikian itu…..???. TIDAK….!!! TIDAK SALAH. Alhamdulillah……itu adalah suatu kebaikan2 yg datang dari pada Allah Swt untuk menempa dirinya agar semakin mengerti akan dirinya Laa Hawla wa Laa Quwwata. Namun……….tidak sedikit bagi para pengembara2 yg berada di jalan itu HANYUT dan LARUT dalam ke-MABUK-annya sehingga melupakan satu HAL, bahwa ALLAH SWT Amat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan Penerima Tobat serta Sungguh2 Amat Maha DEKAT tiada ber-JARAK. Sehingga apakah ALLAH SWT tidak akan mengampuni orang2 yg bersungguh2 dalam Tobatnya….??? Dan apakah ALLAH SWT akan JAUH dari dirinya…???. Jika demikian……, mengapa diri tak menyadarinya dan selalu saja menaaaaaangis dan bersedih…???. Maka tanpa tersadari oleh dirinya sendiri sesungguhnya ia telah masuk dalam ke-RAGU-RAGUan ttng ke-PASTI-an bahwa ALLAH Swt Amat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan Penerima Tobat serta Sungguh2 Amat Maha DEKAT tiada ber-JARAK. Dengan tiadanya ke-SADAR-an akan HAL itu….membuat Bathinnya semakin tertekan dan tertekan dan semakin tertekan sehingga menjadi “BEBAN BATHIN” yg Halus tak tersadari. Lalu…dimanakah “KETENANGAN JIWA” yang “HAQIQI” itu….???.
Jika….HAL ini terus berlanjut pada dirinya sampai Akhir Hayatnya maka BATHINnya semakin terpuruk dalam “BEBAN BATHIN” yg Halus tak tersadari itu dan tiadalah ia dapatkan “KETENANGAN JIWA” yang “HAQIQI”. Maka…….tatkala MAUT itu datang pada dirinya, tentunya IZRAIL pun akan datang untuk men-CABUT Nyawa/Jiwanya (Kullu Nafsin Zaaikatul MAUT), Namun…..ke-BIJAKSANA-an ALLAH SWT dalam Rahmat Kasih Sayang-NYA tetap akan berlaku bagi mereka2 para pengembara2 di jalan ini sehingga Insya Allah akan di mudahkan dalam urusan Sakaratul MAUT nya. Dan jika ia telah Inna Lillah…..maka para AHLUTTHORIQOH, Jasadnya akan di pelihara Allah Swt dari kehancuran, dari kebusukan dan tidak akan menjadi Bangkai namun….seberapa lamanya Jasad di tanam, 10 tahun atau 100 tahun atau mungkin 1000 tahun, Jasadnya akan tetap UTUH tidak akan hancur namun ke-ada-an Jasadnya Kurus kering bagaikan Tulang di bungkus oleh kulit. Perlu di ingat bahwa ini bukanlah…..Hukuman Allah Swt atas dirinya melainkan dikarenakan “BEBAN BATHIN”nya sewaktu Hidup di Dunia itulah yg akan menyebabkan Jasadnya menjadi demikian ke-ada-annya (kurus kering bagaikan Tulang di bungkus Kulit). Ini adalah Kondisi AHLUTTHORIQOT dalam ke-MATI-annya.
Wallahu A’lam…………..
Semoga kita semua dipelihara Allah Swt dlm Pemeliharaan-NYA yg penuh Rahmat & Kasih Sayang. Aaamiiin.

3.
Jika semasa Hidup di Alam Dunia ini, ILMU dan DZIKIR/INGAT serta RASAnya tidak hanya sebatas Lahiriyyah(Syari’at), juga tidak hanya tenggelam dalam Lautan Wirid dan Dzikir dan TAKHOLLI(membuang Sifat2 Tercela) serta TAHALLI(menghias Hatinya dengan Sifat2 terpuji) saja namun selain itu Ia memulai dengan pe-MAKNA-an yg sesungguhnya dan sebenarnya dalam “HAKIKAT” di balik ILMU, DZIKIR/INGAT dan RASA yg tiada terlepas dari pada IMAN, TAUHID dan YAKIN yang di DASARI dengan Pandang SYUHUD(Penyaksian akan Al-HAQ). Dengan kesungguhan dalam Tafakkur Ia ber-MUSYAHADAH akan AF’ALULLAH, ASMA’ULLAH, SIFATULLAH dan ZATULLAH yg meliputi sekalian Alam berpusat pada “HAYAT/HIDUP/URIP” yg ada pada dirinya. Senantiasa Ia tiada terlepas dari pandangan SYUHUD akan yg ADA(HAYAT/HIDUP/URIP) dibalik sesuatu yg disimpulkan dalam kesimpulan Tasawwuf “SYUHUDUL WAHDAH FIL KATSROH, SYUHUDUL KATSROH FIL WAHDAH”(Menyaksikan dalam Pandangan Bathinnya akan yg SATU ada pada yg BANYAK dan yang BANYAK ada pada yg SATU) maka mereka itu disebut dengan AHLUL-HAKIKAT. Para AHLUL-HAKIKAT ini menyaksikan dalam Penyaksian-NYA atas DIRI yg sebenar2nya DIRI yg TAJALLI pada HAYAT/HIDUP/URIP yg ada pada dirinya dan pada kondisi ini 2 Kalimah Syahadat yaitu Syahadat TAUHID dan Syahadat ROSUL terhimpun menjadi SATU pada “SYAHADAT AL-HAQ”. Dan disinilah……..Ia tertarik dengan sendirinya ke dalam “KETENANGAN JIWA” yg “HAQIQI”. Dalam “KETENANGAN JIWA” yg “HAQIQI” ini, bukan Ia lagi yang berusaha untuk men-SUCI-kan Hati dan Jiwanya namun…….ALLAH SWT sendirilah yg men-SUCI-kan Hati dan Jiwanya yg membias kepada AKAL-FIKIR dan AKAL-BUDInya menjadi Jernih dan Bening. Ia masuk dalam Pemeliharaan dan Perlindungan ALLAH SWT tanpa dirinya yg berusaha sekuat “tenaga” untuk masuk dalam Pemeliharaan dan Perlindungan-NYA. Tentunya….jika diri yg berusaha sekuat “tenaga” untuk men-SUCI-kan Hati dan Jiwa akan sangat susah sekali, namun….jika ALLAH SWT sendiri yg men-SUCI-kannya maka sungguh sangat mudah bagi ALLAH SWT. Bukan Ia lagi yang berusaha untuk mencegah dirinya dari perbuatan Keji dan Mungkar tetapi ALLAH lah yg memeliharanya dari perbuatan Keji dan Mungkar. Dan…………akhirnya ALLAH pun akan memelihara “KETENANGAN JIWA” yg “HAQIQI” yg ada pada dirinya karena Ia telah Lebur dalam Pandang SYUHUD. Maka pada saat itu….penglihatannya menjadi Dzikir, pendengarannya menjadi Dzikir, penciumannya menjadi Dzikir, Kata2nya menjadi Dzikir, Gerak dan Diamnya menjadi Dzikir, Darah mengalir di Jasadnya menjadi Dzikir, Jantung berdetak menjadi Dzikir, Hembusan Keluar Masuk Nafas pun menjadi Dzikir. Bagaimana mungkin tiada KETENANGAN JIWA yg Ia rasakan…..???.
Maka……ketika telah sampai masanya untuk Inna Lillah……………..di panggilah Ia dengan Seruan-NYA : “Yaa….Ayyatuhannafsul Muthma’innah, Irji’ii Ila Robbiki Roodhiyatammardhiyyah, Fadkhulii fii ‘Ibaadii” (Wahai….JIWA yg TENANG/LAPANG/DAMAI/TENTRAM (datanglah engkau kepada Penguasamu dengan Ridho serta di Ridho-i, dan masuklah engkau ke dalam Golongan Hamba-KU). Inilah……. perbatasan “MUARA TELAGA ROSUL/AL-KAUTSAR”.
Maka ketika JASADnya di kubur, lalu 10 tahun kemudian atau 100 tahun kemudian atau 1000 tahun kemudian jika kuburannya di bongkar maka akan terlihat JASADnya masih tetap “UTUH” seperti BARU di-MASUK-an tiada perubahan dan seperti orang yg sedang tidur walau Nafas tiada keluar masuk lagi. Adapun HAL ini karena Rahmat Kasih Sayang Allah semata. Ini adalah Kondisi AHLUL-HAKIKAT dalam ke-MATI-annya.
Wallahu A’lam…………..
Semoga kita semua dipelihara Allah Swt dlm Pemeliharaan-NYA yg penuh Rahmat & Kasih Sayang. Aaamiiin.

4.
Jika semasa Hidup di Alam Dunia ini, ILMU dan DZIKIR/INGAT serta RASAnya tidak hanya sebatas Lahiriyyah(Syari’at), juga tidak hanya tenggelam dalam Lautan Wirid dan Dzikir dan TAKHOLLI(membuang Sifat2 Tercela) serta TAHALLI(menghias Hatinya dengan Sifat2 terpuji) saja dan selain itu Ia juga sudah memulai dengan pe-MAKNA-an yg sesungguhnya dan sebenarnya dalam “HAKIKAT” di balik ILMU, DZIKIR/INGAT dan pe-RASA-an yg tiada terlepas dari pada IMAN, TAUHID dan YAKIN yang di DASARI dengan Pandang SYUHUD(Penyaksian akan Al-HAQ) maka dengan kesungguhan dalam IKHLAS, SABAR, TAWAKKAL dan RIDHO membawa dirinya kepada Pengenalan akan ALLAH SWT melalui Anugrah ALLAH SWT semata. Sehingga bagi dirinya FANA’ dan KARAM dalam Ma’rifat kepada ALLAH SWT yg membuat dirinya tenggelam dalam “TELAGA AL-KAUTSAR”-NYA sebagaimana yg di Sabdakan Nabi Muhammad Saw bahwa “TELAGA AL-KAUTSAR” itu warnanya lebih Putih dari pada Susu, lebih Manis dari pada Madu dan Lebih Harum dari pada Kasturi. Maka pada saat itu…..Ia SATU dalam Kalimah :
LAA…ILAAHA ILLALLAH, LAA FA’ILA ILLALLAH
LAA…ILAAHA ILLALLAH, LAA HAYYA ILLALLAH
LAA…ILAAHA ILLALLAH, LAA MAUJUDA ILLALLAH
…………….dan, Ia telah SATU dalam SIRRULLAH serta te-RASA-kan olehnya KESADARAN ZATULLAH. Maka……ketika Ia Inna Lillaah……… di panggilah Ia dengan Seruan-NYA : “Yaa….Ayyatuhannafsul Muthma’innah, Irji’ii Ila Robbiki Roodhiyatammardhiyyah, Fadkhulii fii ‘Ibaadii Wad’khullii Jannatii…..” (Wahai….JIWA yg TENANG/LAPANG/DAMAI/TENTRAM (datanglah engkau kepada Penguasamu dengan Ridho serta di Ridho-i, dan masuklah engkau ke dalam Golongan Hamba-KU serta masuklah engkau dalam Syurga-KU). Dan mereka yg di sini adalah para AHLUL-MA’RIFAT yang :
Ia tidak sekedar ber-Syari’at akan tetapi dirinya telah diliputi SYARI’ATULLAH
Ia tidak sekedar ber-Thoriqot akan tetapi dirinya telah diliputi THORIQOTULLAH
Ia tidak sekedar ber-Hakikat akan tetapi dirinya telah diliputi HAKIKATULLAH
Ia tidak sekedar ber-Ma’rifat akan tetapi dirinya telah diliputi MA”RIFATULLAH
…………dan JASADnya akan HILANG/LENYAP menyertai ROH nya kembali kepada Penguasa dirinya yaitu ALLAH SWT.
Dan ini adalah Kondisi bagi para AHLUL-MA’RIFAT dalam ke-MATI-annya.

TERBATASNYA KEHEBATAN AKAL


Akal manusia memang hebat. Dengan akal, meningkat derajat dan kemuliaan manusia. Karena akal, manusia bisa mengatasi dan menguasai makhluk-makhluk lain yang tidak berakal. Dengan akal, manusia menguasai alam jamadat. Dengan akal, manusia menguasai alam nabatat. Dengan akal, manusia menguasai alam hewanat.

Dengan akal juga, manusia meneroka lautan yang luar dan dalam. Dengan akal, manusia mengeluarkan segala khazanah dari perut bumi. Dengan akal, manusia dapat meneroka angkasa lepas.

Pendek kata, dengan akal, manusia menjadi raja di alam yang lahir ini. Semua ciptaan lahir ini seolah-olah tunduk kepada kehendak dan kemauan akal manusia.

Tetapi di situ sajalah terhentinya kehebatan akal. Di alam jin contohnya, akal manusia tidak mempunyai banyak pengaruh. Bangsa jin tidak berapa peduli sangat dengan manusia ini. Jin, jin punya hal, manusia, manusia punya hal. Baik tak baik, jin bisa khianat pada manusia. Akal manusia tidak dapat berperanan di alam jin. Alam jin bukan lagi alam lahir. Alam jin tidak masuk akal. Tidak logik. Bagaimanakah akal dapat berperanan di alam yang tidak masuk akal?

Lebih-lebih lagilah, akal tidak dapat berperanan di alam-alam yang lebih tinggi. Akal tidak dapat meneroka alam jabarut. Akal tidak dapat meneroka alam malakut. Akal tidak dapat meneroka alam lahut. Akal tidak dapat meneroka alam barzakh, alam Akhirat dan sebagainya. Bukan saja alam-alam ini tidak masuk akal, akal pun tidak dapat masuk ke dalam alam yang seperti ini.

Kalau dalam alam-alam seperti ini pun akal tidak dapat masuk dan tidak bisa berperanan, apakah halnya pula dengan perkara yang bukan alam. Karena segala alam itu adalah ciptaan. Dalam banyak alam yang dicipta pun, akal tidak dapat berperanan, inikan pula dalam hal yang bukan alam khususnya dalam hal keTuhanan. Karena Tuhan itu bukan alam. Alam itu ialah segala sesuatu selain Tuhan.

Oleh itu, kalau manusia hidup semata-mata dengan akal, maka dia akan terpenjara dan tidak akan dapat keluar dari alam yang lahir ini. Dia tidak akan dapat terlepas dari hal-hal jamadat, hal-hal nabatat, hal-hal hewanat dan hal-hal yang bersabit dengan kehidupan lahiriah manusia. Dia akan jadi budak dunia.

Kalau manusia hidup hanya dengan melibatkan hal dan keperluan lahiriah mereka semata-mata, maka tidak jauhlah derajat manusia itu dengan hewan. Itulah sebenarnya konsep hidup hewan. Memuaskan keperluan lahir semau-maunya. Apalah gunanya kalau manusia bisa menguasai hewan kalau dia pun seperti hewan juga.

Hewan bukan makhluk yang bermusafir di dunia ini. Dunia ini permulaan dan terakhir baginya. Bagi manusia pula, dunia ini hanya buat sementara. Perjalanan manusia lebih jauh. Manusia datang ke alam syahadah ini dari alam roh. Manusia akan berhijrah lagi ke alam yang lebih tinggi dan lebih seni. Iaitu alam barzakh dan alam akhirat. Mau pergi harus pergi, tak mau pergi pun harus pergi. Sudah bersedia harus pergi, belum bersedia pun harus pergi. Dia macam satu paket. Bila mulai harus ikut sampai habis.

Kalau selama ini hanya akal saja yang berperanan dalam hidup manusia dan justru itu manusia terpenjara di alam syahadah atau alam dunia ini, bagaimanalah dia akan hidup di alam barzakh dan di alam Akhirat. Tidakkah dia akan terkejut bila melihat adanya alam yang lebih seni dan lebih luas dari alam dunia yang selama ini dikenalinya dan direbut-rebutkannya. Tidakkah dia akan jadi seperti katak di bawah tempurung.

Bila terangkat tempurung, baru dia sadar akan adanya alam yang lebih besar dan lebih luas dari apa yang selama ini wujud di dalam tempurungnya. Bila datang maut baru dia sadar akan adanya alam yang lebih luas dari alam dunia ini. Orang akal tak ubah seperti katak di bawah tempurung.

Begitulah hakikat orang akal yang menjadi budak dunia. Bila terlepas dari dunia, dia akan menjadi pelarian di alam Akhirat. Di alam Akhirat, akal tidak berguna. Akal tidak bisa berfungsi. Akal akan kaku dan beku. Kalau di dunia akal ligat berputar, di alam Akhirat, dia seperti tidak wujud.

Itulah sebabnya Islam melarang kita menjadi orang akal semata-mata iaitu orang yang hanya menggunakan akal dalam segala hal dan masalah, dan menggunakan ukuran dan nilai akal dalam semua perkara. Kalau tidak masuk akal, tolak. Kalau tidak logik, tidak mau terima. Tidak mau beriman dan percaya dengan perkara-perkara ghaib yang tidak masuk akal. Semuanya harus ditapis dengan akal. Wahyu pun hendak diakalkan. Ada wahyu yang sesuai, ada yang tidak. Ada yang positif dan ada yang negatif. Alam barzakh, alam Akhirat, jin dan malaikat, semua tidak bisa diterima sebab tidak masuk akal. Sampai Tuhan sendiri pun hendak ditapis dengan akal juga. Kalau tak logik, tak mau akui bahwa Tuhan itu wujud.

Coba bayangkan. Allah yang cipta akal. Allah yang mengurniakan akal itu kepada manusia. Akal itu juga hendak digunakan untuk menafikan kewujudkan Allah. Inilah logik akal yang kita tidak tahu di mana logiknya.

Manusia sering menganggap mampunya akal mengendalikan dan menggunakan logik itu satu kelebihan. Sebenarnya ia satu kelemahan. Ia satu “limitation”. Ia mengecilkan skop jangkauan dan menyempitkan pandangan manusia. Logik hanya satu asas dari asas-asas ciptaan. Banyak lagi asas-asas ciptaan yang tidak logik. Oleh itu, akal hanya mampu meneroka sebahagian kecil dari rahasia dan ilmu ciptaan Tuhan.

Satu persoalan yang perlu ditanya kepada orang akal, mestikah segala apa yang Allah cipta itu logik. Tak bolehkah Allah mencipta benda yang di luar logik. Tidakkah kita sadar bahwa kalau semua ciptaan Tuhan itu terpaksa bersandar kepada logik, maka lemah sangatlah Tuhan. Takkanlah Tuhan pun tertakluk kepada logik walhal logik itu sendiri pun Tuhan yang cipta. Kalau Allah bisa mencipta benda yang logik, sudah tentu Allah akan mencipta juga benda atau perkara yang tidak logik sebab adalah sunnah Allah untuk mencipta sesuatu itu berpasang-pasang. Kalau ada yang logik, mesti ada yang tidak logik. Kalau tidak manusia akan kata Allah itu lemah. Allah bisa mencipta yang logik saja. Yang tak logik, tak bisa.

Kalau apa yang Allah cipta itu logik, maka ia bisalah dikendalikan oleh akal. Memang itu permainan akal. Sebaliknya, kalau apa yang Allah cipta itu tidak logik, tidak bermakna perkara itu tidak wujud. Ia hanya bermakna bahwa akal bukan alat untuk mengendalikannya. Perkara yang seni, halus dan tidak logik tidak dapat diteroka oleh akal. Ia haruslah diserah kepada roh atau hati. Perkara yang tidak masuk akal bisa jadi bisa masuk hati. Orang Islam rnesti hidup roh dan hatinya.Tidak cukup orang Islam itu hanya menjadi orang akal. Dia mesti juga menjadi orang rohani. Barulah dia akan dapat faham dan yakin dengan perkara-perkara yang tersirat dan maknawi dan perkara-perkara yang ghaib dan tersembunyi yang di luar logik.

Orang akal dinamakan juga orang dunia. Ini karena orang yang menggunakan akal semata-mata tidak dapat meneroka alam lain selain alam dunia. Orang akal dikenali juga sebagai orang sekular. Kerana sekularisme bermaksud "dunia untuk dunia "atau "dunia habis di dunia ". Sekularisme tidak mengaitkan hal dunia dengan Akhirat. Fahaman sekularisme menafikan adanya Akhirat.

Ilmu orang akal sebenarnya cetek dan tidak sehebat mana. Hanya sekedar ilmu lahiriah dan ilmu dunia saja. Ilmu orang rohani lebih seni, lebih tinggi dan lebih dalam. Ilmunya sampai kepada hakikat sesuatu perkara. Orang akal ibarat kanak-kanak. Mampu membina jembatan di antara dua benua, sudah melonjak-lonjak dengan kemegahan. Orang rohani mampu membina jambatan di antara dua alam tetapi tetap merendah diri, tawadhuk dan malu dengan Tuhan.

Hasil kerja orang akal juga tidak ke mana. Bina punya bina, bina punya bina, satu hari nanti akan runtuh musnah menjadi debu. Itulah nilai akhir hasil kerja orang akal. Semuanya akan jadi debu. Hasil kerja orang rohani kekal abadi sampai Akhirat. Tidak ada yang sia-sia. Segala nikmat dari kerja-kerja orang rohani dapat dirasai sampai ke Akhirat.

Hasil kemajuan dan peradaban lahiriah orang akal rusak-merusakkan, mudharat-memudharatkan. Bisalah hidup enak sedikit tetapi rusak kemanusiaan, rusak keinsanan. Hati-hati manusia penuh dengan kejahatan dan kekejian. Manusia berkrisis, bergaduh, bunuh-membunuh. kerusakan berleluasa. Hilang ketenangan. Hilang kasih sayang. Hilang kebahagiaan. Manusia berupa manusia tetapi berwatak hewan.

Orang rohani membina kemajuan hati. Insan manusia terbina. Manusia berakhlak dan berkasih sayang. Hati-hati manusia berpaut dengan Tuhan. Manusia hidup tenang, aman dan damai. Bela-membela dan bantu-membantu. Di dunia lagi telah terasa keindahan syurga.

Bukan itu saja. Akal orang rohani juga lebih hebat dari akal orang akal. Orang rohani tidak bermakna dia tidak berakal. Malahan akalnya lebih terang, lebih tajam dan lebih memancar karena rohaninya yang bercahaya. Bukankah ini aneh dan mengherankan. Orang yang mengaku dia orang akal tetapi akalnya tak seberapa kalau dibandingkan dengan akal orang rohani. Orang akal hanya mampu membina dunia. Tapi orang rohani mampu mengakhiratkan dunia. Ini jauh lebih rumit dan susah dari membina dunia semata-mata.

Akal sebenarnya sangat berbahaya kepada manusia terutama kalau ia dilepas berperanan secara bebas tanpa kawalan. Akal yang tidak terkawal akan menafikan perkara ghaib termasuk Akhirat. Malahan di ujungnya nanti, dia akan menafikan Tuhan. Akan digantikannya Akhirat dengan dunia dan Tuhan itu dengan "nature". Akal tidak tahu selain daripada itu.

Oleh itu akal mesti ditundukkan. Ia mesti duduk di bawah hati. Akal mesti dikawal oleh hati. Akal mesti tunduk kepada hati. Barulah akal itu boleh menjadi alat untuk melaksanakan segala kehendak dan perintah hati. Bukan akal yang sepatutnya memerintah diri manusia sebab dia bukan raja. Raja dalam diri manusia itu ialah hati.

Akal bukan untuk mencipta perundangan, sistem, ideologi atau cara hidup bagi manusia. Itu semua telah ditetapkan oleh Allah di dalam Al Quran dan As Sunnah. Allah mengurniakan akal hanya saja untuk melaksanakan segala suruhan dan hukum-hakam yang sudah Allah tetapkan. Akal hanyalah pelaksana. Kerja akal ialah untuk menterjemah segala suruhan Allah kepada realiti dalam kehidupan.

Justru itu, peranan roh dan hati mesti ditingkatkan. Roh yang lemah mesti dikuatkan. Jiwa yang mati mesti dihidupkan. Hati yang buta mesti dilihatkan. Kalau rohani lemah, akal akan menuntut kebebasan. Akal yang bebas akhirnya akan dipengaruhi oleh nafsu. Gandingan akal dengan nafsu ini ibarat api yang menyemarak di hutan yang kering. Selagi ada hutan, selagi itulah dia akan membakar. Lebih tebal hutan, lebih semarak lagi apinya.

Kuatkan rohani dengan memperbaiki diri. Bertaubatlah dari segala dosa dengan taubat nasuha. Bersihkan hati dari segala sifat mazmumah yang keji. Dari hasad dengki, tamak haloba, pemarah, bakhil, ego, sombong, angkuh, riya dan sebagainya.

Hiasilah hati dengan segala sifat mahmudah. Dengan sifat pemurah, pemaaf, rendah diri, tawadhuk, lapang dada dan sebagainya. Bersihkan fitrah kita hingga ia kembali kepada keadaan asal semulajadinya yang suci-murni. Yang kenal Tuhannya dan yang cintakan segala kebaikan dan keluhuran. Kekang nafsu amarah dan didiklah ia hingga ia dapat meningkat ke peringkat nafsu yang lebih tinggi, setidak-tidaknya ke peringkat "mulhamah" dan kalau boleh ke peringkat "muthmainnah".

Untuk itu semua, kita perlu kembali kepada Tuhan. Kita perlu menyembahnya. Kita perlu bersembahyang atau bersolat. Karena dalam solat itu sedia tersusun, segala rukun untuk meningkatkan roh dan memperbaiki diri. Dalam solatlah kita belajar merasa bertuhan. Dalam solatlah kita belajar merasakan diri kita ini hamba. Solat adalah pintu masuk ke alam rohani.

BACALAH ATAS NAMA TUHANMU


Umat manusia di akhir zaman, baik yang Islam, bukan Islam, pemimpin, ulama maupun rakyat jelata, semuanya sudah jauh daripada matlamat (tujuan) hidup sepertimana yang dikehendaki oleh Tuhan. Tuhan sekadar disebut-sebut di lidah saja, bukan dari hati yang penuh cinta dan takutkan-Nya. Islam hanya sebagai slogan bukan untuk diamalkan.

Karena itulah kemurkaan Tuhan pun datang ke atas kehidupan manusia dalam berbagai-bagai bentuk dan sangat menakutkan. Ia terjadi dengan tujuan hendak menghukum manusia ataupun hendak menyadarkan manusia. Ia mengingatkan manu­sia agar kembali kepada Tuhan.

Namun demikian manusia masih dengan halatuju hidup yang sama dan enggan kembali kepada Tuhan. Buktinya apabila hendak menyelesaikan sesuatu masalah manusia merujuk dengan akal semata-mata, bukan merujuk kepada wahyu dari Tuhan.
Apabila manusia mengingkari Tuhan

Al Quran memaparkan kedegilan umat-umat para rasul dan nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. Umat Nabi Nuh, umat Nabi Idris, umat Nabi Musa, umat Nabi Lut, umat Nabi Isa dan lain-lain begitu ingkar dengan rasul mereka dan Tuhan. Sedangkan Tuhan sudah hukum, sudah datangkan berbagai-bagai bencana, namun mereka tidak sadar dan tidak insaf juga. Bahkan mereka makin memusuhi para rasul dan nabi.

Rupa-rupanya apa yang berlaku sekarang, watak manusia sama saja. Kalau dulu degil, sekarang pun degil. Kalau dulu mereka mengancam orang yang membawa mesej dari Tuhan, sekarang juga berlaku penentangan terhadap kekasih-kekasih Tuhan. Baik secara sadar atau secara tidak sadar, manusia kini juga sangat mendurhakai Tuhan.

Bahkan pada pandangan saya, sebahagian umat kini lebih jahat dari umat dahulu. Mengapa? Orang dulu buat jahat tidak dikait­kan dengan Tuhan, tidak dikaitkan dengan Islam. Sekarang ada yang buat jahat dengan menjual nama Islam dan nama Tuhan. Islam dikedepankan hanya dari segi percakapan, tetapi perbuatan mereka sangat bertentangan dengan ayat Tuhan. Hasilnya orang awam dan orang yang jahil tentang Islam jadi terkeliru. Dulu orang tidak terkeliru. Contoh, Namrud menentang Islam bukan atas nama Islam. Abu Jahal menentang Islam pun bukan juga atas nama Tuhan.

Pada saya maksiat paling besar di akhir zaman adalah apabila orang buat jahat atas nama Islam, orang buat ingkar atas nama Tuhan dan orang menghancurkan Islam atas nama Islam. Inilah bala akhir zaman dan inilah dia pancaroba akhir zaman.

Karena itulah di kurun ini Tuhan akan utuskan orang-Nya. Iaitu pemimpin dari Tuhan dan pengikut-pengikut pemimpin itu juga dari Tuhan, untuk memperbaiki apa yang ada sekarang. Me­reka akan menunjukkan jalan menuju Tuhan melalui syariat Tuhan.
Bacalah atas nama Tuhan

Sekiranya umat Islam ikhlas dalam segala hal, di dalam kehi­dupannya maka cara hidup, cara berkemajuan, cara membangun, cara berjuang adalah mudah dan indah saja. Tuhan berfirman di dalam surah Al ‘Alaq:

Maksudnya: “Hendaklah kamu membaca atas nama Tuhanmu yang menciptakan.” (Al ‘Alaq: 1)

Mengapa di dalam ayat ini Tuhan tidak berkata, hendaklah kamu maju atas nama Tuhan? Mengapa Tuhan tidak berkata, berjuanglah atas nama Tuhan? Mengapa Tuhan tidak berkata, hiduplah atas nama Tuhan, membangunlah atas nama Tuhan, berekonomilah atas nama Tuhan? Mengapa Tuhan memilih perkataan, “Bacalah atas nama Tuhanmu?”

Di sini ada dua perkara yang akan dibahaskan iaitu:

1. Baca

2. Atas nama Tuhan
1. Baca

Bila kita gunakan falsafah akal, membaca maksudnya belajar. Tuhan kata belajar, karena dengan belajar dapat ilmu. Dari ilmu kita bisa membangun. Tanpa ilmu tidak bisa membangun. Tanpa ilmu, kita tidak bisa berjuang. Tanpa ilmu, tidak bisa maju. Tanpa ilmu, kita tidak bisa bangunkan pendidikan. Itulah sebenarnya maksud bacalah yang diperintahkan Tuhan melalui ayat ini.

Artinya Tuhan pilih perkataan yang paling tepat tetapi isinya syumul, menyeluruh dan global. Semuanya bersumber dari situ. Hendak maju dari ilmu, hendak berjuang dengan ilmu, hendak bangunkan ekonomi, pun dengan ilmu. Pendidikan dan kebu­dayaan juga dibangunkan dengan ilmu. Ilmu diperolehi dari membaca dan belajar.

Fahamlah kita kalau digunakan perkataan, ‘Hendaklah kamu membangun atas nama Tuhan,’ itu tidak syumul. Begitu juga perkataan berjuang atas nama Tuhan dan lain-lainnya. Tetapi apabila Tuhan mengambil perkataan, ‘Hendaklah kamu baca atas nama Tuhan,’ barulah syumul. Hasil membaca, kita mendapat ilmu dan jadi pandai, bisa membangun dan sebagainya. Kalau tidak ada ilmu, bagaimana hendak maju, membangun, berke­budayaan dan berekonomi? Artinya akal bisa menerima bahwa dalam hidup ini hendak maju di sudut mana pun mesti bertitik tolak dari ilmu dan ilmu itu adalah hasil daripada membaca dan belajar.
2. Atas nama Tuhan

Di sini seolah-olah Tuhan berkata: “Belajarlah, majulah, berjuang­lah, membangunlah, berekonomilah, berpendidikanlah, berke­budayaanlah, mentadbirlah dan berhiburlah, semuanya mesti dilakukan atas nama Aku. Dunia ini Aku punya. Semua makhluk kepunyaan-Ku. Lalu kalau hendak bertindak dari sudut mana pun mesti dengan cara Aku. Jangan sekali-kali ikut cara kamu.”

Beginilah indahnya bilamana Tuhan telah beri satu formula dan anak kunci kepada manusia yang berbagai etnik dan bangsa. Iaitu apabila hendak bangunkan dunia melalui ekonomi, kebudayaan, kemajuan, supaya tidak bergaduh, tidak berperang sesama sendiri maka mestilah dibuat atas nama Tuhan.

Tuhan adalah pengikat, anak kunci kepada perpaduan sejagat. Kalau semua orang, semua etnik, semua bangsa, membangunkan dunia walau di sudut dan aspek mana pun atas nama Tuhan, ia akan terikat atas dasar Tuhan. Ia akan maju dengan selamat, membangun dengan selamat, berekonomi dengan selamat dan berkebudayaan dengan selamat. Karena masing-masing semuanya menuju Tuhan. Tidak ada permusuhan dan tidak ada pergaduhan.
Berbuat karena selain Tuhan penyebab perpecahan

Bilamana manusia belajar bukan atas nama Tuhan, mendapat ilmu bukan atas dasar Tuhan, hasil ilmu itu pula ia maju bukan karena Tuhan, membangun, berekonomi, berjuang, berkebu­dayaan juga tidak atas nama Tuhan, maka dunia akan rusak dan kehidupan manusia akan jadi huru-hara.

Mengapa? Karena kemajuan di sudut mana pun sangat mempengaruhi individu, keluarga, etnik dan bangsa. Bilamana manusia belajar, berilmu dan kemudian membangun atas nama pribadi masing-masing, keluarga masing-masing, kepentingan kelompok masing-masing, etnik masing-masing dan bangsa masing-masing, maka di situ sudah ada unsur perpecahan.

Kalau ada dua orang yang masing-masing berbuat di atas kepentingan diri masing-masing, di situ pun boleh berlaku per­saingan yang tidak sehat. Itu baru dua individu dengan kepen­ting­an masing-masing. Bagaimana kalau banyak kelompok, banyak etnik, banyak bangsa dan banyak ideologi? Bayangkan berapa ribu etnik yang ada di dunia? Bayangkan kalau antara bang­sa dengan bangsa, ideologi dengan ideologi, hendak rebut dunia yang hanya satu saja.

Umpama kalau kita ke gelanggang silat tapi tidak diprogram­kan, tidak disistemkan dan tidak diaturkan. Siapa suka boleh ber­silat dengan rentak masing-masing baik Silat Gayung, Silat Jawa atau Silat pencak. Maka akan bergaduh dan huru-hara­lah di gelanggang itu.

Dunia ini adalah gelanggang tempat manusia bersilat dan menyajikan pelbagai kemajuan. Kalau tidak didisiplinkan atas nama Tuhan, masing-masing berbuat dengan ilmu masing-masing maka hasilnya inilah yang berlaku di dunia sekarang. Akibatnya tiada siapa yang senang dan tenang. Manusia sedang sakit dan dalam kepayahan.

Apalah arti maju jika hidup dalam keadaan huru-hara dan ketakutan. Apalah arti maju jika peperangan terus berlaku. Apalah arti maju jika penyakit dan gejala sosial terus bertambah. Semua­nya Tuhan lakukan adalah untuk menghukum manusia yang durhaka kepada Tuhan.
Bencana akibat berkemajuan karena selain Tuhan

Sekiranya manusia bertindak membangunkan dunia walau di aspek mana pun, jika bukan atas nama Tuhan, itu dikatakan syirik dengan Tuhan. Syirik bukan hanya bermaksud menyembah ber­hala. Itu adalah syirik jali (syirik besar).

Beribadah dan berbuat segala sesuatu kerana selain Tuhan adalah syirik khafi (syirik tersembunyi). Membangunkan ekonomi bukan atas nama Tuhan adalah syirik. Berkebudayaan bukan atas nama Tuhan, juga adalah syirik. Berpendidikan dan berjuang bukan atas nama Tuhan adalah syirik. Sebab itulah Tuhan murka lantas Tuhan turunkan bala sehingga berlaku huru-hara, perga­duhan dan peperangan di kalangan manusia.

Memang dunia bertambah maju tetapi manusia sentiasa di dalam ketakutan dan kebimbangan. Memang dunia maju tetapi di dalam bahaya. Apalah arti semua kemajuan dan kemodernan itu? Kalau kita bandingkan sejarah manusia di zaman kuno dengan zaman modern ini, walaupun ramai manusia yang cerdik di zaman ini tetapi sentiasa ditekan ketakutan dan kebimbangan. Waktu kini ramai manusia yang bunuh diri. Empat ribu tahun dahulu, manusia tidak bunuh diri. Mengapa di zaman ramai orang pandai dan berkemajuan, ramai yang bunuh diri? Karena ke­majuan itu tidak bisa mengobat orang yang sakit jiwa malahan ia menjadi penyebab kepada penyakit jiwa.

Jiwa manusia sudah kosong dari rasa cinta dan takut kepada Tuhan. Bahkan manusia sudah tidak kenal Tuhan dan tidak da­pat merasakan Tuhan berperanan di dalam setiap detik dan aspek kehi­dupan insan. Manusia sudah lupakan Tuhan sebagai tempat mengadu dan tempat bergantung. Maka jalan keluarnya adalah bunuh diri.

Jadi, umat Islam kalau hendak berbuat apa pun mestilah atas dasar:

a. Ilmu

b. Atas nama Tuhan

Ianya satu formula yang mudah dan indah. Dunia bisa sela­mat, manusia bisa selamat dan pembangunan boleh selamat bila pembangunan dibuat atas nama Tuhan dan karena Tuhan. Buatlah apa pun, majulah, membangunlah tetapi biarlah atas nama Tuhan. Ini sesuai dengan ikrar kita setiap hari kepada Tuhan di dalam sembahyang:

“Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku kerana Allah pentadbir sekalian alam.” (Al An’am: 162)

Posisi Ka’bah Tepat berada di Bawah Arsy?


Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.
Ibnu Abas berkata : Ketika Allah menurunkan Adam dari surga ke bumi, awalnya kepalanya berada di langit sementara kedua kakinya di bumi. Adam seperti cakrawala lantaran ketakutannya. Kemudian Allah Azza wa Jalla menurunkannya menjadi 60 hasta.

Adam berkata, “Ya Tuhanku, mengapa aku tidak mendengar suara malaikat dan merasakan kewujudannya?”

Allah menjawab, “Itu kesalahanmu, wahai Adam. Akan tetapi, pergilah dan dirikan untuk-Ku sebuah rumah, lalu bertawaflah dan berzikirlah kepada-Ku di sekelilingnya, seperti yang telah dilakukan oleh para malaikat di sekeliling Arsy-Ku.”

Ketika Adam melangkah, bumi dilipat dan gurun-gurun digenggam untuknya, sehingga setiap gurun dapat dilaluinya dengan satu langkah. Danau dan lautan disempitkan, sehingga dapat dilaluinya dengan satu langkah. Setiap tanah yang diinjaknya menjadi kota dan membawa berkah, sehingga akhirnya Adam sampai di Makkah dan membangun Baitul Haram.

Malaikat Jibril AS memukulkan sayapnya ke bumi, kemudian muncullah pondasi yang menancap kokoh ke bumi. Di dalamnya para malaikat melemparkan batu-batu yang sangat berat. Saking beratnya, meski ada 30 orang lelaki pun tak sanggup memikul satu batu saja.

Adam membangun itu dari lima buah gunung, yaitu Lebanon, Thur Zaita (Palestina), Thur Saina (Sinai), Jawa, dan Harra. Hingga rumah tersebut berdiri kokoh di muka bumi. Adam adalah orang pertama yang mendirikan Baitullah untuk mendirikan shalat, dan bertawaf di sana. Hal tersebut dilakukannya menerus hingga Allah SWT mendatangkan angin topan dalam keadaan murka.

Setelah selesainya angin topan tersebut, lenyaplah kekuatan dan pengaruh Adam AS. Dengan angin topan itu, Allah SWT mengutus Ibrahim dan Ismail. Selanjutnya, mereka berdualah yang meninggikan dasar-dasar dan tanda-tanda Baitullah, kemudian dibangun oleh kaum Quraisy.

Posisi Baitullah tepat tegak lurus berada di bawah Baitul Makmur. Seandainya Baitul Makmur runtuh, tentu akan menimpa Baitullah. Wallahu’alam.

MAKNA CINTA YANG SESUNGGUHNYA DALAM ISLAM

Kata pujangga cinta letaknya di hati. Meskipun tersembunyi, namun getarannya tampak sekali. Ia mampu mempengaruhi pikiran sekaligus mengendalikan tindakan. Sungguh, Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu melunakkan besi, menghancurkan batu karang, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta (Jalaluddin Rumi).

Namun hati-hati juga dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para pecinta palsu. Cinta yang tidak dilandasi kepada Allah. Itulah para pecinta dunia, harta dan wanita. Dia lupa akan cinta Allah, cinta yang begitu agung, cinta yang murni.

Cinta Allah cinta yang tak bertepi. Jikalau sudah mendapatkan cinta-Nya, dan manisnya bercinta dengan Allah, tak ada lagi keluhan, tak ada lagi tubuh lesu, tak ada tatapan kuyu. Yang ada adalah tatapan optimis menghadapi segala cobaan, dan rintangan dalam hidup ini. Tubuh yang kuat dalam beribadah dan melangkah menggapai cita-cita tertinggi yakni syahid di jalan-Nya.

Tak jarang orang mengaku mencintai Allah, dan sering orang mengatakan mencitai Rasulullah, tapi bagaimana mungkin semua itu diterima Allah tanpa ada bukti yang diberikan, sebagaimana seorang arjuna yang mengembara, menyebarangi lautan yang luas, dan mendaki puncak gunung yang tinggi demi mendapatkan cinta seorang wanita. Bagaimana mungkin menggapai cinta Allah, tapi dalam pikirannya selalu dibayang-bayangi oleh wanita/pria yang dicintai. Tak mungkin dalam satu hati dipenuhi oleh dua cinta. Salah satunya pasti menolak, kecuali cinta yang dilandasi oleh cinta pada-Nya.

Di saat Allah menguji cintanya, dengan memisahkanya dari apa yang membuat dia lalai dalam mengingat Allah, sering orang tak bisa menerimanya. Di saat Allah memisahkan seorang gadis dari calon suaminya, tak jarang gadis itu langsung lemah dan terbaring sakit. Di saat seorang suami yang istrinya dipanggil menghadap Ilahi, sang suami pun tak punya gairah dalam hidup. Di saat harta yang dimiliki hangus terbakar, banyak orang yang hijrah kerumah sakit jiwa, semua ini adalah bentuk ujian dari Allah, karena Allah ingin melihat seberapa dalam cinta hamba-Nya pada-Nya. Allah menginginkan bukti, namun sering orang pun tak berdaya membuktikannya, justru sering berguguran cintanya pada Allah, disaat Allah menarik secuil nikmat yang dicurahkan-Nya.

Itu semua adalah bentuk cinta palsu, dan cinta semu dari seorang makhluk terhadap Khaliknya. Padahal semuanya sudah diatur oleh Allah, rezki, maut, jodoh, dan langkah kita, itu semuanya sudah ada suratannya dari Allah, tinggal bagi kita mengupayakan untuk menjemputnya. Amat merugi manusia yang hanya dilelahkan oleh cinta dunia, mengejar cinta makhluk, memburu harta dengan segala cara, dan enggan menolong orang yang papah. Padahal nasib di akhirat nanti adalah ditentukan oleh dirinya ketika hidup didunia, Bersungguh-sungguh mencintai Allah, ataukah terlena oleh dunia yang fana ini. Jika cinta kepada selain Allah, melebihi cinta pada Allah, merupakan salah satu penyebab do’a tak terijabah.

Bagaimana mungkin Allah mengabulkan permintaan seorang hamba yang merintih menengadah kepada Allah di malam hari, namun ketika siang muncul, dia pun melakukan maksiat.

Bagaimana mungkin do’a seorang gadis ingin mendapatkan seorang laki-laki sholeh terkabulkan, sedang dirinya sendiri belum sholehah.

Bagaimana mungkin do’a seorang hamba yang mendambakan rumah tangga sakinah, sedang dirinya masih diliputi oleh keegoisan sebagai pemimpin rumah tangga..

Bagaimana mungkin seorang ibu mendambakan anak-anak yang sholeh, sementara dirinya disibukkan bekerja di luar rumah sehingga pendidikan anak terabaikan, dan kasih sayang tak dicurahkan.

Bagaimana mungkin keinginan akan bangsa yang bermartabat dapat terwujud, sedangkan diri pribadi belum bisa menjadi contoh teladan

Banyak orang mengaku cinta pada Allah dan Allah hendak menguji cintanya itu. Namun sering orang gagal membuktikan cintanya pada sang Khaliq, karena disebabkan secuil musibah yang ditimpakan padanya. Yakinlah wahai saudaraku kesenangan dan kesusahan adalah bentuk kasih sayang dan cinta Allah kepada hambanya yang beriman…

Dengan kesusahan, Allah hendak memberikan tarbiyah terhadap ruhiyah kita, agar kita sadar bahwa kita sebagai makhluk adalah bersifat lemah, kita tidak bisa berbuat apa-apa kecuali atas izin-Nya. Saat ini tinggal bagi kita membuktikan, dan berjuang keras untuk memperlihatkan cinta kita pada Allah, agar kita terhindar dari cinta palsu.

Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan hambanya yang betul-betul berkorban untuk Allah Untuk membuktikan cinta kita pada Allah, ada beberapa hal yang perlu kita persiapkan yaitu:

1) Iman yang kuat

2) Ikhlas dalam beramal

3) Mempersiapkan kebaikan Internal dan eksternal. kebaikan internal yaitu berupaya keras untuk melaksanakan ibadah wajib dan sunah. Seperti qiyamulail, shaum sunnah, bacaan Al-qur’an dan haus akan ilmu. Sedangkan kebaikan eksternal adalah buah dari ibadah yang kita lakukan pada Allah, dengan keistiqamahan mengaplikasikannya dalam setiap langkah, dan tarikan nafas disepanjang hidup ini. Dengan demikian InsyaAllah kita akan menggapai cinta dan keridhaan-Nya.