Laman

Minggu, 17 Mei 2020

NUR MUHAMMAD

"Muhammad itu merupakan Nur yang terpancar dari Dzat Tuhan..
Nur Muhammad adalah yang pertama diciptakan..
Nur Muhammad adalah Roh dari segala makhluk…
Sehingga tidak ada makhluk tanpa adanya Nur Muhammad..

Karena dengan Nur Muhammad inilah DIA melahirkan secara nyata sifat ketuhanan-Nya dalam diri setiap makhluk.
Hakekat Nur Muhammad Hakekat Sifat Allah dalam DIRI
Hidup kita karena hidupnya Muhammad dalam DIRI kita,
Hidupnya Muhammad dalam diri kita karena HAYAT-Nya Allah SWT.
Tahu kita karena tahu-nya Muhammad pada HATI kita,
Tahu-nya Muhammad pada hati kita dengan ILMU-Nya Allah SWT.
Kuasa kita karena kuasa Muhammad pada TULANG kita,
Kuasanya Muhammad pada tulang kita dengan QUDRAT-Nya Allah SWT.
Ber-kehandak kita karena ke-hendak Muhammad pada NAFSU kita,
Ber-kehendak-nya Muhammad pada nafsu kita dengan IRADAT-Nya Allah SWT.
Men-dengar kita karena pen-dengar-an Muhammad pada TELINGA kita,
Men-dengar-nya Muhammad pada telinga kita dengan SAMI’-Nya Allah SWT
Me-lihat kita karena peng-lihat-an Muhammad pada MATA kita,
Me-lihat-nya Muhammad pada mata kita dengan BASIR-Nya Allah SWT.
Ber-kata kita karena Ber-kata-nya Muhammad pada LIDAH kita,
Ber-kata-nya Muhammad pada lidah kita dengan KALAM-Nya Allah SWT.
Awal Muhammad adalah NURANI, menjadi ROH dalam diri kita.
Akhir Muhammad itu adalah ROHANI, menjadi HATI dalam diri kita.
Dzahir Muhammad itu adalah INSANI, menjadi RUPA dalam diri kita.
Batin Muhammad itu adalah RABBANI, menjadi UJUD dalam diri kita
Nurullah Iti Rahasia Bagi muhammad.
Sedangkan Anasir Roh Muhammad itu dapat di-faham-i dalam 4 kedudukan yaitu :
Ujud–Ujud merupakan pen-zahir-an dari Zat Allah menjadi RAHASIA pada kita dan pada hakekatnya merupakan Keberadaan Muhammad.
Ilmu–Ilmu merupakan pen-zahir-an dari Sifat Allah menjadi ROH pada kita dan pada hakekatnya merupakan Roh Muhammad.
Nur–Nur merupakan pen-zahir-an dari Asma Allah menjadi HATI pada kita dan pada hakekatnya merupakan Hati Muhammad.
Syuhud–Syuhud merupakan pen-zahir-an dari Afa’al Allah menjadi TUBUH pada kita dan pada hakekatnya merupakan Tubuh Muhammad.
Pemahaman tentang Ujud adalah Zat Allah, merupakan realitas IMAN dan keimanan. Artinya Ujud itu Ada dan yang diadakan.
Pemahamannya adalah bahwa yang ADA itu Allah dan yang DIADAKAN itu Muhammad.
Pemahaman tentang Ilmu adalah Sifat Allah, merupakan realitas ROH, Artinya Ilmu itu mengetahui dan yang diketahui.
Pemahamannya adalah bahwa yang MENGETAHUI itu Allah dan yang DIKETAHUI itu Muhammad
Pemahaman tentang Nur adalah Asma Allah, merupakan realitas HATI, Artinya Nur itu terang dan yang diterangi.
Pemahamannya adalah bahwa yang TERANG itu Allah dan yang DITERANGI itu Muhammad
Pemahaman tentang Syuhud adalah Afa’al Allah, merupakan realitas TUBUH INSAN, Artinya Syuhud itu memandang dan yang dipandang.
Pemahamannya adalah bahwa yang MEMANDANG itu Allah dan yang DIPANDANG itu Muhammad.(Hakiat syahadah).

PELITA MAKRIFAT

- Apakah arti Lailatul Qadar ?
LAILATUL QADAR Apakah Arti Lailatul Qadar ?
Mengikut pengertian bahasa perkataan laila bermaksud malam. Manakala perkataan Qadar pula bermaksud mubarokatin (keberkatan) atau saat yang diperingati. Jika kedua-dua perkataan itu digabungkan, ianya maksud Lailatul Qodar iaitu malam keberkatan atau malam yang diperingati.
Mengikut tafsiran ilmu makrifat perkataan Laila merujuk kepada jahil, manakala perkataan Qadar pula merujuk kepada berilmu (alim). Jika kedua-dua perkataan itu digabungkan, ianya membawa maksud iaitu dari bersifat seorang yang jahil kembali bertukar kepada seorang alim yang berilmu. Iaitu terbuka hijab pintu hatinya daripada seorang yang tidak mengenal Allah ianya berubah krpada seorang yang mengenal Allah swt. Saat mengenal Allah itulah yang dikatakan saat keberkatan dan saat-saat yang tidak akan dapat dilupakan buat selama-lamanya.
Ianya juga membawa maksud, daripada suasana gelap dzulmat, hitam kotor, dan jahil fasiq hatinya dari ilmu makrifat bertukar kepada suasana yang gemilang sirna cahaya keberkatan yang amat terang benderang hatinya setelah mendapat ilmu mengenal Allah. Daripada bersifat jahil bertukar kepada sifat mengenal dirinya dan bertukar kepada mengenal Allah.
Dari asalnya bersifat fasiq (tidak mengenal Allah), kini bertukar dan berubah kepada seorang yang bersifat alim (mengenal Allah). Inilah pengertian malam LIlatul Qadar yang sebenar. Kebanyakkan dari kita, bila sebut sahaja malam Lailatul Qadar yang mereka ingat hanya keajaiban pada bulan ramadhan. Seumpama perigi yang kering akan menjadi penuh (melimpah).
Pokok kayu-kayan akan jadi tunduk (rebah) menyembah bumi, angin dan burung yang sedang berlalu, akan jadi berhenti dan sebagainya. Sedangkan intisari daripada maksud Lailatul Qadar itu, sebenarnya bermaksud dari sifat seorang yang buta mata hatinya bertukar kepada cerah mata hatinya kerana memandang dan mengenal Allah.
Menurut Asy Sya'rani, menterjemahkan erti dan makna Lailatul Qadar itu sebagai "SUASANA HATI" Berkata lagi beliau ;- "Apabila engkau ingin hatimu hidup, iaitu hidup yang tidak ada mati sesudahnya lagi, maka keluarlah engkau dari menyandarkan harapan kepada makhlok. Matikan hawamu dan irodatmu.
Diwaktu itulah engkau mulai akan diberi oleh Allah hidup yang sejati, hidup yang tidak ada mati sesudahnya lagi. Pemberian yang tidak ada henti-hentinya lagi. Lalu diangkat nilai engkau dalam hati hamba-hambanya. Sehingga engkau tidak akan sesat untuk selama-lamanya." Apakah erti hidup yang tiada mati sesudahnya ?
Erti hidup yang tiada mati itu, adalah merujuk kepada ilmu mengenal Allah. Sesudah kita berjaya sampi kepada tahap ilmu mengenal Allah, ilmu itu akan tetap hidup di dalam hati-hati kita untuk selama-lamanya, yang tidak akan ada kesudahannya. Dan tidak akan pernah padam dan terhapus dari ingatan hati kita buat selama-lamanya. Wajah Allah inilah yang akan kita bawa sampai kehari kiamat dan hari mengadap Allah Ta'ala.
Apabila kita telah berjumpa dengan ilmu mengenal Allah, ingatan hati kita kepada Allah tidak akan pernah terlupus, walaupun sesaat, walaupun ketika jasad sedang tidur. Sesudah kita mengenal Allah (Mendapat Lailatul Qadar) iktikad atau pegangan hati kita, akan berubah sepenuhnya, daripada bersifat gelap kepada terang, daripada bersifat mati hati bertukar kepada hati yang sentiasa hidup.
Yang tetap hidup tiada mati itu, adalah ingatan kita kepada Allah, ianya akan tetap hidup dihati kita, yang tidak akan ada matinya, bukan bermakna tidak mati jasad, tetapi tidak mati ingatan kita kepada Allah. Bagi yang mendapat Lailatul Qadar ia juga tidak akan sesat selamanya. Apabila ingatan kita kepada Allah tidak pernah mati dan tidak pernah padam, disitulah segala kebesaran Allah, akan dapat kita miliki dan menjiwainya dengan penuh pengertian.
Pengertian itu nantinya akan terzahir keluar, sehingga melimpah ruah. Rasanya seumpama kita ini kaya, yang kekayaannya itu, tidak akan menemui jalan kemiskinan. Kelazatan zuk yang tidak pernah menemui jalan luntur. Iaitu kaya dengan sifat sabar, taat, patuh, tawakal, takwa dan sebagainya. Prmberian kekayaan seumpama itu, akan berterusan dan berpanjangan hidupnya didalam hati-hati kita, selagi akal masih bersifat waras kepada Allah.
Inilah intisari maksud Lailatul Qadar yang sebenar-benarnya. Perjalanan dari bersifat gelap menuju kepada yang bersifat terang. Dari bersifat mati ingatan bertukar kepada bersifat ingatan kepada Allah sentiasa hidup. Apabila ingatan kita kepada Allah sentuasa hidup, ingatan kepada makhlok, dengan sendirinya sjan mati dan terpadam. Mati hawa nafsu, mati kehendak dan mati keinginan selain Allah.
Mati harapan kepada makhlok, bertukar harapan kepada Allah. Daripada bersifat sayangkan makhlok, menuju kepada bersifat sayangkan Allah. Menurut Jalaluddin Rumi pula menterjemahkan Lailatul Qadar itu sebagai "DIRI YANG TELAH TERJUAL" Berkata lagi beliau :- "Allah telah membeli jiwa kita, untuk Dia, Bayarannya adalah syurga. Sebab itu tidak seorang pun yang dapat membelinya dan menawarnya sampai akhir zaman.
Suatu barang yang tidak boleh dijual dua kali" Bagi yang mendapat Lailatul Qadar, diumpamakan dirinya telah terjual dan telah tergadai kepada Allah. Setelah kita serahkan dan mengembalikan diri kita kepada Allah. Ianya tidak boleh lagi diambil balik. Setelah pertama kali dijual, ia tidak boleh dijual buat kali kedua. Inilah kedudukan iktiqad atau pegangan hati orang makrifat, ysng tidak ada duanta berbanding Allah.
Sekali kita berserah diri kepada Allah, jangan hendaknya berpatah balik. Pupuklah hati supaya buah tawakkal dan buah berserah boleh bercambah dengan subur. Bagi yang mendapat anugerah Lailatul Qadar, jiwa dan raganya telah dibeli Allah. Setelah dirinya dibeli Allah tidak ada maklok lain lagi yang dapat membelinya lagi selain dari Allah. Walaupun dibeli dan ditukar ganti dengan pangkat besar, rumah besar, kereta mewah dan kekayaan wang ringgit.
Allah tidak akan menjualnya semula kepada makhlok, walaupun dengan harga yang mahal. Begitu juga dengan mereka yang mengenal Allah ( yang mendapat anugerah Lailatul Qadar ) mereka tidak akan berpaling lagi dari Allah. Walaupun didatangi msibah, penyakit, kemiskinan dan kepayahan hidup, mereka tidak akan berpsling dari berserah diri dsn bertawakkal kepada Allah. Tidak ada lagi erti kecewa dan erti penyesalan dihati mereka yang mengensl Allah.
Hatinya kepada Allah tetap utuh dan tidak mudah terpesong dengan kekayaan dan kemewahan. Mereka sedar bahawa, yang diri mereka itu, telah dibeli Allah dan kita pula telah menjualkannya kepada Allah. Akad jual beli diantara kita dengan Allah telah dikira selesai. Segala sifat, kelakuan, asma', dan zat yang mendatang di atas diri kita ini, dianggap telah terjual dan bukan lagi menjadi milik kita.
Semua sifat yang mendatang telah dianggap seumpama anugerah dari Allah kepada kita, kita ini tidak ubah selaku pelakon, yang cuma sekadar melakonkannya sahaja, dari apa yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita. Oleh itu terimalah segalanya dengan ucapan terima kasih. Inilah erti dan pengertian Lailatul Qadar menurut kaca mata ilmu makrifat. Kita sebenarnya telah mati dan telah menjual sifat perangai, sifat jasad, sifat nama, dan sifat zat kita kepada Allah.
Jual sifat ego, sifat marah, tinggi diri, dengki, tamak harta dunia, menyesal, putus asa, dunia, akhirat, dan sebagainya. Kita serah segala-galanya ke atas kebijaksanaan Allah, Allahlah yang menentukan dan mengaturkan kehidupan kita. Firman Allah :- 97.Surah Al-Qadr (Verse 4)ُُ Verse 4)تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ "Pada Malam itu, turun malaikat dan roh padanya, dengan izin Tuhan mereka, kerana membawa dari tiap-tiap perentah" Roh kita telah ditugaskan bagi membawa perintah Allah.
Diantara perintah itu adalah supaya roh membawa segala sifat anggota pancaindera, perangai yang dilakukan oleh anggota, nama yang dipanggil kepada anggota dan zat roh itu sendiri, supaya dapat dikembalikan semula hak Allah kepadanya. Bermulah Lailatul Qadar itu, adalah disaat diri kita dijual dan diserahkan kembali kepada Allah. Dengan ini jugalah bermulanya sejarah diri (roh) kita telah dibeli dan terjual kepada Allah.
Iaitu disaat kita mengenal roh dan mengenal Allah. BILAKAH MASA BERLAKUNYA LAILATUL QADAR ? Mengikut setengah golongan masyarakat, ada yang mengatakan bahawa, masa berlakunya malam Lailatul Qadar itu pada malam 27 Ramadhan. Ada pula yang mengatakan pada malam 17 Ramadhan dan ada pula yang mengatakan 10 malam terakhir Ramadhan. Mengikut pandangan ilmu makrifat, bila masa, bila tarikh, dimana tempat dan kepada siapa ianya berlaku, sedikit pun tidak menarik perhatian dan menajadi keutamaannya. Sesungguhnya Lailatul Qadar itu boleh berlaku pada bila-bila masa, pada sebarang tempat dan kepada sesiapa sahaja yang dikehendaki Allah swt. Tidak semestinya pada tanggal-tanggal seperti tersebut.
Apababila sampai masa dan ketikanya, hati seseorang itu akan dibuka Allah untuk menerima kesedaran yang luar biasa (Lailatul Qadar), ianya tidak kira tarikh atau haribulan. Ianya ditentukan bilamana kita mengenal Allah, tidak kiralah melalui apa cara sekalipun. Masa dan tarikh berlakunya Lailatul Qadar itu apabila bertukarnya hati seorang yang jahil, kepada seorang yang berilmu mengenal Allah. Itulah yang dikatakan masa dan tarikh Lailatul Qadar.
Inilah yang dikatakan hari keberkatan dan hari yang diperingati ( Lailatul Qadar ). Bagi ahli makrifat tidak ada hari yang lebih berkat dan lebih diperingati selain dari masa, tarikh, dan hari mereka dapat mencapai tahap mengenal Allah swt. Inilah yang dikatakan hari barokah, hari yang diperingati, hari terang benderang seumpama hari seribu bulan. Itulah hari Lailatul Qadar yang sebenar. Menurut suluhan dan takrifan makna ilmu makrifat. Malam Lailatul Qadar itu akan muncul bukan sahaja pada waktu bulan Ramadhan, bukan hanya tertuju kepada malam 7 likur, atau malam 27 atau malam 17 Ramadhan sahaja.
Tetapi Lailatul Qadar itu, akan berlaku pada bila-bila masa yang dikehendaki Allah swt. Tidak kira siang atau malam, tidak kira bulan atau tahun. Tertakluk kepada Allah Yang Maha Berkuasa kepada sesiapa yang dikehendakinya. BOLEHKAH PERISTIWA LAILATUL QADAR MERUBAH HATI SECARA TIBA-TIBA ? Lailatul Qadar boleh berlaku bila-bila masa, samada semasa menunaikan ibadah sembahyang, sedang mendengar syarahan guru, sedang berjalan, bertafakur, bermunajat, menadah tangan, bangun tidur, didalam tidur, ketika sedang menangis, dalam keadaan rasa penyesalan, semasa berada di dalam kurungan penjara, semasa sedang suka dan sebagainya.
Ada setengah dari mereka, mencapai Lailatul Qadar ketika mengikuti usungan jenazah ke kuburan, sewaktu mencari rotan di dalam hutan belukar yang sunyi, ada yang mencapainya ketika sedang membaca kitab suci Al-Quran, ada melalui musibah yang menimpa dan ada melalui berbagai-bagai cara. Terpulang kepada masa, tempat dan siapa yang dikehendaki Allah swt.
Tidak kurang pula yang mendapat Lailatul Qadar itu, semasa mengerjakan ibadat puasa, sewaktu bersembahyang malam, sembahyang hajat dan sewaktu bermunajat di malam hari ketika orang sedang nyenyak tidur. Tidak menjadi kesalahan mendapat Lailatul Qadar dengan cara ibadah seumpama diatas, malah digalakkan dalam islam. Tetapi jangan sampai ianya dijadikan satu kemestian turunnya Lailatul Qadar. Harus di ingat bahawa pekerjaan ibadah tidak menjanjikan datangnya Lailatul Qadar.
Perbuatan ibadah itu hanya salah satu kaedah datangnya Lailatul Qadar. Ibadah adalah kewajipan biasa, bukannya pekerjaan yang luar biasa walaupun bertahun beribadah di dalam gua ditengah-tengah hutan belantara sekalipun, jika tidak melalui ilmu mengenal Allah, tidaklah ia mencapai Lailatul Qadar. Lailatul Qadar itu hanya akan berlaku apabila hati seseorang mencapai tahap mengenal Allah. Bilamana sampainya kehendak Allah menganugerahkan Lailatul Qadar kepada seseorang, dengan hanya mendengar sepotong ayat sahaja sifat kerohaniannya akan berubah secara tiba-tiba.
Malam Lailatul Qadar juga lebih dikenali sebagai malam seribu bulan. Seribu bulan itu, bermaksud terang benderang, seumpama malam yang gelap gelita, telah diterangi, disuluh dan telah ditemani oleh seribu biji bulan, cuba bayangkan betapa terangnya bumi ini, apabila ianya diterangi dan disuluh oleh seribu biji bulan. Begitulah terangnya hati mereka yang mendapat cahaya Lailatul Qadar Allah. Dengan hanya membaca sepotong ayat dari ayat-ayat Allah, barokahnya (berkatnya) seumpama hati kita telah diterangi dan disuluh oleh seribu bulan. Cuba bayangkan nilaian kematangan akal semasa berumur satu tahun, dibandingkan akal mereka yang berumar seribu tahun.
Inilah kelebihan dan kematangan akal bagi yang mendapat malam Lailatul Qadar (malam 1000 bulan). Secara tiba-tiba boleh mengubah akal yang jahil dalam sekelip mata kepada akal yang berilmu, mengenal Allah. Begitulah nilai terangnya hati mereka yang mendapat anugerah Lailatul Qadar. Dari bersifat lalai akan bertukar kepada yang bersifat ingat kepada Allah. Dari berilmu syari'at, akan bertukar kepada hati yang beriilmu makrifat.
Bagi mereka yang buta mata hatinya, walaupun dengan kehadiran seribu bulan dan sejuta bintang sekalipun, akal dan hati mereka akan tetap berada dalam kegelapan. Manakala bagi mereka yang mengenal Allah (mendapat anugerah Lailatul Qadar), walau alam tidak diterangi bulan dan tidak diterangi matahari sekalipun hati mereka sudah cukup terang oleh cahaya Allah (cahaya makrifat kepada Allah).
Inilah pengertian Lailatul Qadar mengikut suluhan makrifat. CERITA: SAIDINA UMAR AL-KHATHAB Pada zaman Rasulullah saw, ada seorang hamba Allah yang terkenal dengan ganas dan bengisnya, telah pergi untuk membunuh Baginda Rasulullah. Di dapati adik perempuan kandungnya dan suaminya sendiri telah memeluk islam secara diam-diam, bertambah marah dan lebih membakar hatinya untuk membunuh Baginda Rasulullah.
Beliau telah mendatangi rumah adik perempuannya dengan tujuan untuk mencari Baginda Rasulullah, bila tiba kerumah adik perempuannya, didapati adik dan suaminya, sedang membaca sesuatu. Beliau cuba merampasnya dengan tujuan ingin membuang potongan bacaan itu, tetapi dihalang oleh adiknya, sehingga beliau terpaksa bersikap kasar dengan menampar pipi adiknya sehingga terjatuh.
Dengan terjatuh adiknya tadi, sehingga terlepas cebisan potongan ayat dari genggamannya. Lalu dirampasnya dan dicubanya untuk membaca. Setelah membaca, beliau pun menangis, bergenang air mata, bercucuran jatuh membasahi pipinya. Secara tiba-tiba didatangi suasana yang luar biasa, dari menangis bertukar baik, dari panas bertukar sejuk dan dari jahil bertukar alim.
Dalam masa sesaat, suasana telah berubah dan mengubah hatinya yang gelap itu, seumpama diterangi oleh seribu bulan. Dengan hanya sepotong ayat sahaja, telah membuka hatinya secara mendadak, daripada hatinya bersifat panas, kini kembali bertukar menjadi sejuk. Ayat itu telah meresap ke dalam lubuk dada yang membuatkan hatinya berubsh secara tiba-tiba.
Lalu beliau bertanya "Dimana Muhammad sekarang?" bawa aku kepadanya! "Aku akan masuk Islam" Itulah kidah Saidina Umar Al-Khathab. Saidina Umar merasa hatinya telah dipukul oleh ayat berkenaan. Inilah hakikat Lailatul Qadar, yang membawa perubahan mendadak, kenikmatan dan keberkatan secara tiba-tiba bagi menggambarkan dan menunjukkan maksud Lailatul Qadar yang sebenar.
Dengan hanya sekelip mata, beliau sudah dapat merasai dan menikmati keberkatan Lailatul Qadar, sudah dapat mengubah sifat kerohaniannya. Inilah yang dikatakan hari Lailatul Qadar, iaitu hari yang diperingati. Hari yang indah dan saat-saat yang paling bersejarah yang paling diingati dalam kehidupan seseorang insan menuju Allah.
Selepas seseorang insan yang mendapat hidayah malam seribu bulan, perubahan iktikadnya dan perubahan pegangan ilmunya terhadap Allah Taala tidak akan terluput lagi. Bagi yang mendapat ilmu itu, tidak akan terlepas lagi buat selama-lamanya. Tidak akan terjual lagi buat kali keduanya. Sekali diri kita mengenal Allah, kita tidak akan kembali lagi kepada sifat jahil.
Apabila diri kita tidak lagi bersifat jahil, disitulah wajah Allah akan dapat kita pandang dan lihat pada segenap penjuru alam. Sekali kita memperolehinya, tidak akan menoleh kebelakang lagi, akan digenggam ilmu itu erat-erat, biar nyawa dipisahkan dari jasad, namun terlepas atau dilepaskan tidak sekali-kali. Inilah kuat dan teguhnya hati mereka-mereka yang mendapat keberkatan Lailatul Qadar (Ilmu mengenal Allah). Ingatannya kepada Allah, seumpama akan hidup untuk selama-lamanya, yang tidak akan menemui jalan mati sesudahnya.