Laman

Kamis, 13 Februari 2014

Riyadhus Shalihin : Berkunjung dan bergaul dengan orangorang


1. Dari Anas ra., ia berkata: ketika Rasulullah SAW, wafat, Abu Bakar mengajak Umar ra., seraya berkata: “Mari kita berkunjung ke tempat Ummu Aiman ra., sebagaimana Rasulullah SAW, sering mengunjunginya.” Ketika keduanya
sampai di tempat Ummu Aiman, wanita itu menangis. Keduanya berkata: “Apa yang menyebabkan engkau menangis, bukankah apa yang disediakan Allah untuk Rasulullah itu sangat baik?” Ia menjawab: “Saya menangis bukan karena itu, saya tahu bahwa apa yang disediakan Allah untuk rasul-Nya, sangat baik. Saya menangis karena wahyu dari langit telah terputus.” Perkataan Ummu Aiman membuat keduanya terkesan, sehingga membuat mereka menangis.”(HR. Muslim)

2. Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Sesungguhnya ada yang akan berkunjung ke tempat saudaranya yang berada di desa lain, kemudian Allah Ta’ala
mengutus malaikat untuk mengujinya, setelah malaikat itu berjumpa dengannya, ia bertanya: “Hendak kemanakah kamu?” Ia menjawab: “Saya akan berkunjung ke tempat
saudaraku yang berada di desa itu.” Malaikat itu bertanya: “apakah kamu merasa berhutang budi sehingga kamu mengunjunginya?” Ia menjawab: “Tidak, saya mengunjungi
dan mencintainya karena Allah Ta’ala” Malaikat itu berkata:Sesungguhnya saya adalah utusan Allah untuk menjumpaimu, dan Allah telah mencintaimu sebagaimana
kamu mencintai saudaramu karena Allah.” (HR.Muslim)
3. Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda:
“Siapa saja yang menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka ada dua malaikat yang memuji dan mendo’akan: “Bagus kamu dan bagus pula
perjalananmu, maka surgalah tempatmu.” (HR.Tirmidzi)

4. Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra., berkata: Nabi SAW, bersabda:
“Sesungguhnya perumpamaan orang yang bergaul dengan orang yang shalih dan orang jahat, seperti orang yang bergaul dengan orang yang membawa minyak kasturi dan
orang yang meniup api. Orang yang membawa minyak kasturi, mungkin memberi minyak kepadamu atau membeli minyak kepadanya, paling tidak kamu mendapatkan bau
harum darinya. Sedangkan orang yang meniup api, mungkin ia akan membakar kainmu atau kamu akan mendapatkan bau yang tidak enak darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda:
“Pilihlah perempuan yang dinikahi karena empat perkara: Hartanya, derajatnya, kecantikannya, atau karena agamanya. Utamakanlah agamanya niscaya kamu beruntung.” (HR. Bukhari dan Muslim)

6. Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata: “Nabi SAW, bertanya kepada
Jibril as.: “Apa yang mencegahmu untuk sering datang kepada kami?” Maka turunlah ayat: “Wamaa natanazzalu illa bi amri rabbika lahu maa baina aidiina wa maa khalafnaa wa maa baina dzaalik. (Dan tidaklah kami (jibril) turun, kecuali
dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nyalah semua yang ada dihadapan kita, di belakang kita, dan diantarakeduanya.)” (HR. Bukhari)

7. Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda:
“Janganlah kalian berteman kecuali dengan orang yang beriman dan janganlah ada yang memakan makananmu kecuali orang yang bertakwa.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

8. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Sesungguhnya nabi SAW,
bersabda: “Seseorang bisa terpengaruh oleh agama sahabat karibnya. Oleh sebab itu, perhatikanlah salah seorang diantara kamu dengan siapa ia bergaul.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

9. Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra., ia berkata: Sesungguhnya Nabi SAW, bersabda: “Seseorang itu akan bersama dengan orang yang dicintainya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Dalam riwayat lain disebutkan: “Ada seseorang yang bertanya kepada nabi
SAW, tentang orang yang mencintai suatu kaum, tetapi ia belum pernah bertemu dengan mereka, maka ia menjawab:Ia akan bersama-sama dengan orang yang dicintainya.”

10. Dari Anas ra., sesungguhnya ada seorang Badui bertanya kepada Rasulullah SAW “Kapankah hari kiamat?” Rasulullah SAW, balik bertanya: “Bekal apakah yang telah
kamu siapkan untuk menghadapinya?” Ia menjawab:Mencintai Allah dan Rasul-Nya” Beliau bersabda: “kamu akan bersama-sama dengan orang yang kamu cintai (nanti di akhirat)” (HR. Bukhari dan Muslim)

11. Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata: Seseorang mendatangi Rasulullah SAW, dan bertanya: “Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang mencintai suatu kaum, tetapi ia belum pernah bertemu dengan mereka?” Rasulullah SAW, menjawab: “Seseorang akan bersama-sama dengan orang yang dicintainya (kelak di akhirat)” (HR. Bukhari dan Muslim)

12. Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda: Manusia itu berbeda-beda dalam watak baik dan buruknya,begaikan tambang emas dan perak. Orang yang paling baik
pada masa jahiliyah adalah orang yang terbaik pula di masa islam, apabila mereka memahami syari’at. Roh itu berkelompok-kelompok dan berpisah-pisah. Roh yang saling
mengenal itu berkumpul dan yang tidak saling mengenalberpisah.” (HR. Muslim)

13. Dari Umar bin ‘Amr (Ibnu Jabir), ia berkata: “Tatkala umar bin Khaththab ra. kedatangan serombongan penduduk Yaman, ia bertanya: “Apakah ada diantara kamu yang
bernama Uwais bin ‘Amir?” ia menjawab: “Ya” Umar bertanya lagi: “Apakah kamu dari Murad dan Qaran?” Ia menjawab: Ya” Umar bertanya: “Apakah kamu dulu pernah mengalami
sakit belang kemudian sembuh kecuali tinggal sebesar dirham?” ia menjawab: “Ya” Umar kembali bertanya: “Apakah kamu masih mempunyai ibu?” Ia menjawab: “Ya” Umar
menjelaskan: Saya mendengar Rasulullah SAW, bersabda:
“Nanti kamu akan kedatangan orang bernama Uwais bin ‘Amir bersama dengan serombongan penduduk Yaman. Ciri-cirinya, ia dari Murad dan Qaran, pernah berpenyakit belang lalu
sembuh, kecuali sebesar dirham. Dia masih mempunyai ibu dan ia sangat berbakti kepadanya. Seandainya dia berbuat baik karena Allah, pasti Allah akan berbuat baik kepadanya. Mintalah agar ia memohonkan ampun buat dirimu. Oleh karena itu, mohonkanlah ampun buat diriku. Kemudian diamemohonkan ampun untuk Umar. Setelah itu Umar bertanya:
“Engakau akan kemana lagi?” ia menjawab: “Ke Kufah” Umar menawarkan: “Bolehkah aku menulis surat kepada ‘Amil(bendaharawan) di Kufah untuk membantu kamu?” Ia
menjawab: “Saya lebih senang menjadi orang biasa.” Pada tahun berikutnya, ada seorang terkemuka dari penduduk Yaman mengerjakan ibadah haji dan berjumpa dengan Umar.
Kemudian Umar menanyakan kepadanya tentang Uwais.
Orang itu menjawab : “Saya meninggalkan dia dalam keadaan sangat menyedihkan, rumahnya sangat kecil dan tergolong miskin.” Umar berkata : “Sesungguhnya saya mendengarRasulullah SAW bersabda : “Nanti kamu akan kedatangan seseorang bernama Uwais bin ‘Amir bersama-sama denganserombongan penduduk Yaman. Ciri-cirinya ia dari Murad dan Qaran, pernah berpenyakit belang kemudian sembuh kecuali sebesar dirham. Dia masih mempunyai ibu dan sangatberbakti kepadanya. Seandainya dia berbuat baik karenaAllah, niscaya Allah akan berbuat baik kepadanya. Mintalah agar ia memohonkan ampun buat dirimu. Setelah pulang, orang itu menemui Uwais dan berkata : “Mohonkan ampunbuat diriku.” Uwais menajwab : “Sebenarnya Engkaulah yang mendoakan saya, katrena baru pulang dari bepergian yang baik. Maka mohonkan ampun buat diriku.”
Orang itu bertanya : “Kamu pernah bertemu Umar ? “ Uwais menjawab : “Ya.” Kemudian Uwais menyadari dan memohonkan ampun buat orang itu. Sesudah itu orang-orang
mengenalnya dan berbondonh-bondong meminta agar dia memohonkan ampun buat mereka. Melihat yang demikian Uwais pergi untuk menyendiri.” (HR.Muslim)

Dalam riwayat Muslim yang lain, Dari Usair bin Jabir ra. Ia berkata :
Penduduk Kufah mengutus suatu rombongan untuk menghadap Umar ra. Di antara mereka ada seseorang yang mengejek Uwais, kemudian Umar bertanya : “Apakah di sini ada seseorang yang berasal dari Qaran?” maka Uwais mendekatinya, dan Umar berkata
: Rasululllah SAW bersabda :
”Nanti kamu akan kedatangan seseorang dari Yaman bernama Uwais, dia tidak meninggalkan apaapa di Yaman selain ibu yang ditaatinya. Dia berpenyakit belang,
setelah berdoa, Allah menyembuhkannya kecuali sebesar dinar atau dirham. Siapa saja di antara kamu bertemu dengannya, mintalah agar dia memohonkan ampun buat kalian. “Pada riwayat lain, dari Umar ra. Ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya sebaik-baik tabi’in adalah seseorang yang bernama Uwais, dia mempunyai ibu dan pernah berpenyakit belang, maka mintalah kalian kepadanya agar memohonkan ampun buat kamu.”

14. Dari Umar bin Khaththab ra., ia berkata : Saya minta izin kepada Nabi SAW untuk mengerjakan umrah. Beliau mengizinkanku, seraya bersabda: “Wahai saudaraku, jangan
kau lupakan kami dari doamu. ”Umar berkata : “itu adalah suatu ungkapan yang sangat menggembirakan saya, dan ungkapan itu lebih berharga dariku daripada dunia.” (HR. Abu
Daud dan Tirmidzi)
Dalam riwayat lain, Nabi SAW bersabda :Wahai saudaraku,sertakanlah kami dalam doamu.”

15. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata : “Nabi SAW sering beziarah ke Kuba’, baik naik kendaraan maupun berjalan. Di sana beliau salat dua rakaat.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan : “Setiap hari Sabtu Nabi SAWdatang ke masjid Kuba’, baik berkendaraan maupun berjalan.
Ibnu Umar juga mencontohnya.”

Firasat Muallaf

Karamah para Auliaillah


Firasat Muallaf

Tidak lama berselang sepulang dari menempuh pendidikan di sebuah pesantren, Yushar (nama samaran) berkenalan dengan seorang gadis dan kemudian ia jatuh cinta kepada Maria (nama samaran) gadis itu yang beragama kristen. Demi cintanya Maria pun melepaskan agamanya dan masuk agama Islam. Kemudian mereka menikah dan dikaruniai seorang anak.

Ada keinginan dalam diri Yushar untuk menge
tahui Islam lebih dalam, bukan sekedar tulisan tapi makna di balik tulisan. Yushar pun pergi ke rumah seorang kiai dan mengutarakan keinginannya untuk belajar kepada beliau tentang Islam lebih dalam.

Awalnya pak kiai ini menolak, namun Yushar tetap memaksa. Akhirnya kiai ini pun mengiyakan permintaan Yushar dan pengajian ini dilaksanakan di rumah Yushar. Seminggu sekali atau terkadang dua kali pak kiai ini ke rumah Yushar memberikan uraian tentang makna ayat-ayat al-qur'an dan hadits berikut penerapannya dalam kehidupan dan tanpa diketahui pak kiai dan Yushar, ternyata Maria, istri Yushar mendengarkan dan menyimak apa-apa yang disampaikan pak kiai kepada Yushar.

Empat bulan kemudian, ketika Maria menunaikan shalat Maghrib. Setelah takbiratul ihrom, antara sadar dan tidak, tiba-tiba dia melihat di depan matanya seorang janda tua (mbah Iyem, tetangga yang rumahnya dekat sawah) dalam kesusahan dan menahan lapar. Seperti mimpi, namun begitu jelas tampak di depan mata. Setelah selesai sholat Maria menceritakan apa yang dialaminya dalam sholat kepada Yushar. Yushar pun tercengang, namun dia ingin membuktikan apakah yang dilihat Maria itu benar.

Yushar dan Maria bergegas pergi ke rumah janda tua tadi dengan membawa beras 5 kg dan uang 10 ribu (uang 10 ribu waktu itu senilai beras 15-20 kg). Dan ternyata benar, sesampai di rumah janda tua ini, Yushar dan Maria menjadi tahu bahwa mulai pagi sampai petang, mbah Iyem belum makan apa-apa karena memang tidak ada yang dimakan. Apa yang dilihat Maria dalam sholat bukanlah ilusi, tapi sebuah kenyataan. Yushar tercengang dengan kejadian yang dialami isterinya. Kemudian Yushar segera pergi menemui pak kiai dan menceritakan kejadian yang dialami istrinya.

Mendengar cerita itu pak kiai tersenyum dan berkata, "Siapa saja yang benar-benar melaksanakan ajaran Islam, Allah akan membuka apa-apa yang tidak diketahui manusia. setinggi apapun ilmu yang kamu miliki kalau hanya menempat di bibir itu sama saja dengan dongeng. Bahkan ilmu bisa menjadi penghalang manusia untuk mengenal dan mendekat kepada Allah, karena sifatnya yang angkuh dan sombong "

Empat hari kemudian, pak kiai pergi ke rumah Yushar. Seperti biasa Maria menyuguhkan minuman dan makanan ringan. Setelah menyuguhkan minuman, Maria duduk di dekat suaminya dan bertanya kepada pak kiai, "Maaf pak kiai, sebelum ke sini, pak kiai tadi ke rumah temannya ya? Rumahnya gedong menghadap ke barat, pak kiai ke sana ada keperluan soal pekerjaan, apakah itu benar?" Pak kiai menjawab, "Tepat sekali". Yushar tidak habis pikir dengan kelebihan yang dimiliki istrinya. "Yang belajar saya, tapi kok justru istri saya yang bisa?" tanya Yushar kepada pak kiai. Pak kiai menjawab, "Istrimu itu benar-benar melaksanakan ajaran Islam tanpa tolah-toleh kiri kanan, sedangkan kamu masih ada bintik-bintik hitam dalam hati yang belum engkau bersihkan."

Tujuh bulan kemudian, Maria mulai sakit-sakitan, karena dari sebelum menikah dia mengidap penyakit asma.

Pada suatu hari pak kiai datang ke rumahnya, seperti biasanya Maria minta izin kepada suaminya untuk bicara empat mata kepada pak kiai, dan Yushar pun mengiyakan dan masuk kamar. Di ruang tamu hanya ada Maria dan pak kiai.

Maria mulai membuka pembicaraan, "Pak kiai, semalam saya dapat petunjuk dari Allah, bahwa bulan, tanggal , hari, dan jam sekian hidup saya telah berakhir, bagaimana menurut Panjenengan dan apa yang harus saya lakukan?" Pak kiai menjawab, "Iya, petunjuk itu benar, dan gunakan sisa hidup sampean untuk beribadah lebih semangat untuk menyambut masa depan yang lebih cerah".

Ajalpun tiba, empat jam sebelum kedatangan malaikat maut, Maria pergi ke pasar, membeli apa-apa yang berkaitan dengan selamatan tahlilan dan tak lupa membeli kain kafan. setelah sampai di rumah ia menyempatkan menggendong dan menyusui anaknya yang masih kecil. Kemudian anak tadi diberikan kepada neneknya dan ia langsung mandi. Setelah mandi dan wudlu Maria masuk kamar dan shalat sunnah dua rakaat. Setelah selesai shalat ia berbaring dan kain kafan yang dibelinya tadi ditaruh di sampingnya, ajalpun datang menjemput, sesuai dengan petunjuk yg ia dapatkan...

Kisah ini terjadi pada tahun 1994, diceritakan oleh salah satu pelaku (pak kiai yang tidak pernah mau disebut namanya) sekitar 7 tahun yang lalu di daerah Banyuwangi!!

Mari Kita Hadiahkan Bacaan Surat Al-Fatihah Untuk Beliau.. ALFATIHAH...

Sufi Road : Antara Ruh Dan Jasad.


Pada suatu hari Abu Bashir berada di Masjid A-Haram. la terpesona mnenyaksikan ribuan orang yang bergerak mengelilingi Kabah, mendengarkan gemuruh tahlil, tasbih, dan takbir mereka. Ia membayangkan betapa beruntungnya orang-orang itu. Mereka tentu akan mendapat pahala dan ampunan Tuhan.
Imam Ja’far Al-Shadiq, tokoh spiritual yang terkenal dan salah seorang ulama besar dari keluarga Rasulullah saw, menyuruh Abu Bashir menutup matanya. Imam Ja’far mengusap wajahnya. Ketika ia membuka lagi matanya, ia terkejut. Di sekitar Ka’bah ia melihat banyak sekali binatang dalam berbagai jenisnya- mendengus, melolong, mengaum. Imam Ja’far berkata, “Betapa banyaknya lolongan atau teriakan; betapa sedikitnya yang haji.”

Apa yang disaksikan Abu Bashir pada kali yang pertama adalah tubuh-tubuh manusia. Apa yang dilihat kedua kalinya adalah bentuk-bentuk roh mereka. Kita adalah makhluk yang hidup di dua alam sekaligus. Tubuh kita hidup di alam fisik, terikat dalam ruang dan waktu. Para ulama menyebut alam fisik ini sebagai alam nasut, alam yang bisa kita lihat dan kita raba, Kita dapat menggunakan pancaindera kita untuk mencerapnya. Sementara itu, roh kita hidup di alam metafisik, tidak terikat dalam ruang dan waktu. Para ulama menyebut alam ini alam malakut. Menurut Al-Quran, bukan hanya manusia, tetapi segala sesuatu mempunyai malakut-nya. “Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya malakut segala sesuatu. Dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.’ (QS. Yasin 83); ‘Dan demikianlah kami perlihatkan kepada Ibrahim, malakut langit dan bumi.” (QS. Al-An’arn 75)

Roh kita, karena berada di alam malakut, tidak dapat dilihat oleh mata lahir kita. Roh adalah bagian batiniah dari diri kita. Ia hanya dapat dilihat oleh mata batin. Ada sebagian di antara manusia yang dapat melihat roh dirinya atau orang lain. Mereka dapat menengok ke alam malakut. Kemampuan itu diperoleh karena mereka sudah melatih mata batinya dengan riyadhah kerohanian atau karena anugrah Allah (al-mawahib al-rabbaniyyah). Para Nabi, para walli, dan orang-orang saleh seringkali mendapat kesempatan melihat ke alam rnalakut itu.

Makanan Roh

Roh -seperti tubuh-juga dapat berada dalam berbagai keadaan. Imam Ali kw berkata, ‘Sesungguhnya tubuh mengalami enam keadaan; sehat, sakit, mati, hidup, tidur, dan bangun. Demikian pula roh. Hidupnya adalah ilmunya, matinya adalah kebodohannya., sakitnya adalah keraguannya, dan sehatnya adalah keyakinannya, tidurnya adalah kelalaiannya, dan bangunnya ialah penjagaannya.’ (BiharAl-Anwar 61:40)

Seperti tubuh, roh pun memerlukan makanan. Mulla Shadra tidak menyebutnya makanan. Ia menyebutnya rezeki. Ia berkata, ‘Setiap yang hidup perlu rezeki, dan rezeki arwah adalah cahaya-cahaya ilahiah dan ilmu-ilmu rabbaniah.’ (Mafatih AI-Ghaib 545)

Untuk meningkatkan kualitas roh, supaya ia sehat dan kuat, kita perlu memberikan kepadanya cahaya-cahaya ilahiah dalam bentuk zikir, doa, dan ibadat-ibadat lainnya seperti salat, puasa, dan haji. Pada Bulan Ramadhan, kita berusaha menerangi roh kita dengan berbagai makanan rohani. Kita mandikan roh kita dengan proses pensucian batin, seperti istighfar, mengendalikan hawa nafsu, dan menjauhi kemaksiatan. Karena itu Nabi saw bersabda, ‘Bulan Ramadhan adalah bulan yang diwajibkan atas kamu puasanya dan disunnahkan bagimu bangun malamnya. Barangsiapa yang berpuasa dan melakukan salat malamnya dengan iman dan ikhlas, Tuhan akan mengampuni dosa-dosanya yang terdahulu. (Dalam riwayat lain) la akan keluar dari dosa-dosanya seperti ketika ia keluar dari perut ibunya.’

Kita menghidupkan roh dengan ilmu-ilmu rabbaniah. Inilah yang kita maksud dengan dimensi intelektual dari keberagamaan kita. Ada ilmu-ilmu yang membantu kita untuk memelihara kesehatan tubuh kita seperti ilmu gizi, kedokteran, ekologi, dan sebagainya. Di samping itu, ada ilmu-ilmu yang menolong kita untuk menyehatkan roh kita: ilmu-ilmu tentang Al-Quran dan Sunnah (syariat), ilmu-ilmu tentang cara mendekatkan diri kita kepada Allah (thariqat), dan ilmu-ilmu berkenaan dengan pengalaman rohaniah (haqiqat).

Seperti tubuh, roh yang tidak diperhatikan dan dipelihara, roh yang kekurangan makanan akan menjadi roh yang lemah, sakit-sakitan, dan akan dikuasai setan. Roh yang sakit tampak dalam gejala-gejala seperti kegelisahan, keresahan, kebingungan, hidup yang tidak bermakna, hidup tanpa tujuan, kosongan eksistensial (existential vacuum). Pendeknya, roh yang sakit tampak dalam hidup yang tidak tentram. Al-Quran melukiskannya, ‘Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan kami menghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha 124); “Barangsiapa yang Allah menghendaki akan diberikan kepadanya pet-unjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk Islam. Dan barangsiapa dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.’ (QS. Al-An’am 120).

Keindahan Roh

Seperti tubuh, arwah mempunyai rupa yang bermacam-macam: buruk atau indah; juga mempunyai bau yang berbeda: busuk atau harum. Rupa roh jauh lebih beragam dari rupa tubuh. Berkenaan dengan wajah lahiriah, kita dapat saja menyebut wajahnya mirip binatang, tapi pasti ia bukan binatang. Roh dapat betul-betul berupa binatang -babi atau kera. Tuhan berkata, ‘Katakanlah: apakah akan Aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk kedudukannya di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka ada yang dijadikan kera dan babi dan penyembah Thagut? Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. (Al-Maidah 60)

Al-Ghazali menulis: ‘Al-Khuluq dan Al-Khalq kedua-duanya digunakan. Misalnya si Fulan mempunyai khuluq dan khalq yang indah -yakni indah lahir dan batin. Yang dimaksud dengan khalq adalah bentuk lahir, yang dimaksud dengan khuluq adalah bentuk batin. Karena manusia terdiri dari tubuh yang mencerap dengan mata lahir dan roh yang mencerap dengan mata batin. Keduanya mempunyai rupa dan bentuk baik jelek maupun indah. Roh yang mencerap dengan mata batin memiliki kemampuan yang lebih besar dari tubuh yang mencerap dengan mata lahir. Karena itulah Allah memuliakan roh dengan menisbahkan kepada diri-Nya. Ia bersabda, ‘Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, Aku menjadikan manusia dan’ tanah. Maka apabila telah kusempurna kan kejadiannya dan kutiupkan kepadanya rohku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.’(QS. Shad 71-72). Allah menunjukkan bahwa jasad berasal dari tanah dan roh dari Tuhan semesta alam. (Ihya Ulum Al-Din, 3:58).

Khuluq -dalam bahasa Arab- berarti akhlak. Roh kita menjadi indah dengan akhlak yang baik dan menjadi buruk dengan akhlak yang buruk. Dalam teori akhlak dari Al-Ghazali, orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya, akan memiliki roh yang berbentuk babi; orang yang pendengki dan pendendam akan memiliki roh yang berbentuk binatang buas; orang yang selalu mencari dalih buat membenarkan kemaksiatannya akan mempunyai roh yang berbentuk setan (monster) dan seterusnya.

Ketika turun ke bumi, karena berasal dari Mahasuci, roh kita dalam keadaan suci. Ketika kita kembali kepadanya, roh kita datang dalam bentuk bermacam-macam. Ketika pohon pisang lahir ke dunia, ia lahir sebagai pohon pisang. Ketika mati, ia kembali sebagai pohon pisang lagi. Ketika manusia lahir, ia lahir sebagai manusia. Ketika mati, ia kembali kepada Tuhan dalam berbagai bentuk, tidak hanya dalam bentuk manusia saja. Ia dapat kembali dalam bentuk binatang, setan, atau cahaya.

Walhasil, untuk memperindah bentuk roh kita, kita harus melatihkan akhlak yang baik. Meningkatkan kualitas spiritual, berarti mernperindah akhlak kita. Kita menyimpulkan prinsip ini dalam doa ketika bercermin. “Allahumma kama ahsanta khalqi fa hassin khuluqi.’ (Ya Allah, sebagaimana Engkau indahkan tubuhku, indahkan juga akhlakku).

Roh dalam Maut

Kita kutipkan di sini hadits yang panjang;

“Kami sedang mengantarkan jenazah di Baqi. Kemudian datanglah Nabi dan duduk bersama kami di dekat jenazah. Kami tundukkan kepala kami seakan-akan burung hinggap di atasnya. Ia berkata: Aku berlindung dari siksa kubur, 3X. Sesungguhnya manusia mukmin ketika hendak memasuki akhirat dan meninggalkan dunia, turunlah malaikat kepadanya dengan wajah yang bersinar seperti cahaya matahari. Mereka duduk di dekat rnayit sepanjang mata memandang. Lalu datanglah malakal maut dan duduk di dekat kepalanya dan berkata: Hai roh yang baik, keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaannya. Maka keluarlah roh itu mengalir seperti rnengalirnya tetesan air dari mulut cerek. Malaikat maut mengambilnya. Apabila ia sudah mengambilnya, ia tidak membiarkannya berada di tangannya sekejap mata pun sampai ia menyimpannya di dalam kafan. Dari roh itu keluarlah bau harum semerbak memenuhi permukaan bumi. Para malaikat naik membawa roh itu. Setiap kali mereka rnelewati kelompok malaikat yang lain, mereka ditanya, ‘Siapa roh yang baik ini?’ Mereka menyebut Fulan bin Fulan dengan nama-nama yang indah yang diperolehnya di dunia. Ketika sampai di langit dunia, dibukakanlah pintu baginya. Pada setiap langit, malaikat mengantarkannya sampai ke langit berikutnya dan seterusnya sampai ke Allah Ta’ala.

Allah berfirman: ‘Tuliskan kitab hamba-Ku di tempat yang tinggi. Kembalikan dia ke bumi karena aku menciptakannya dari bumi, mengembalikannya ke bumi, dan mengeluarkannya dari bumi sekali lagi. Lalu rohnya dikembalikan ke jasadnya. Dua malaikat datang dan duduk bersamanya seraya berkata: Siapa Tuhanmu? Ia berkata: Tuhanku Allah. Apa agamamu? Agamaku Islam. Siapa laki-laki yang diutus kepadamu? Rasulullah. Darimana kamu mengetahui hal ini? Aku membaca Kitabullah, beriman kepadanya, dan membenarkannya. Seorang penyeru berseru dari langit: Benar hambaku. Hamparkan baginya tikar dari surga. Bukakan baginya pintu dari surga. Lalu angin dan semerbak surga datang kepadanya. Kuburan dilegakan seluas pandangan mata. Seseorang yang berwajah cantik datang kepadanya dengan baju yang indah dan bau yang harum. Ia berkata: Bergembiralah dengan apa-apa yang akan membahagiakan kamu. Inilah hari yang dijanjikan kepadamu. Mayit bertanya: siapakah kamu? Wajahmu wajah yang membawa kebaikan. Ia berkata: Saya. amal shalehmu. Ia berkata: Tuhanku, tegakkanlah hari kiamat supaya aku kembali kepada keluargaku dan kekayaanku.

Bila seorang kafir meninggalkan dunia dan memasuki akhirat, dari langit turunlah mialaikat berwajah buruk dan membawa kain yang buruk. Mereka duduk di dekat mayit sepanjang mata memandang. Lalu datanglah malakal maut dan duduk di dekat kepalanya dan berkata: Hai roh yang buruk, keluarlah menuju kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya.. Malaikat maut mencabut nyawanya seperti sisir besi mencabuti bulu yang basah. Mailakat maut mengambilnya. Apabila ia sudah mengarnbilnya, ia tidak membiarkannya berada di tangannya sekejap mata pun sampai ia menyimpannya di dalam kain buruk itu. Dari roh itu keluar bau yang lebih busuk dari bau bangkai dan memenuhi permukaan bumi. Para malaikat naik mernbawa roh itu. Setiap kali mereka melewati kelompok malaikat yang lain mereka ditanya. “Siapa roh yang buruk ini”? Mereka menjawab; Fulan bin Fulan dan menyebutnya dengan nama-nama yang buruk yang diperolehnya dari dunia. Ketika ia sampai ke langit dunia, ia minta dibukakan pintu langit, tetapi tidak dibukakan kepadanya. Kemudian. Rasulullah saw membaca ayat Al-Quran, “Sesingguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan kepada mereka pintu-pintu langit dan tidak pula mereka masuk surga, seperti tidak mungkinnya unta masuk ke lubang jarum. (QS. Al-A’raf 40)

Allah berfirman, ‘Tuliskan kitabnya di bumi yang paling rendah.’ Maka dilemparkanlah rohnya. Kemudian Nabi membaca ayat Al-Quran, ‘Dan barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (QS. AI-Haj 31) Lalu rohnya dikembalikan ke jasadnya. Dua malaikat datang dan duduk bersamanya, seraya berkata: Siapa Tuhanmu? Ia berkata: Ah, aku tidak tahu. Seorang penyeru berteriak dari langit: Bohong hambaku. Hamparkan kepadanya tikar dari api neraka. Bukakan baginya pintu neraka. Panas dan keringnya neraka mendatanginya. Kuburannya disempitkan sampai pecah tulang-tulangnya. Seseorang yang berwajah buruk, berpakaian buruk, berbau busuk datang kepadanya dan berkata: Terimalah berita yang menyusahkan kamu. Inilah hari yang telah dijanjikan kepadamu. Mayit bertanya, ‘Siapakah kamu? Wajahmu wajah yang membawa keburukan.’ Ia menjawab, ‘Aku amalmu yang buruk.’ Mayit itu berkata: Tuhanku jangan tegakkan hari kiamat. (Ibn Qayyim Al-Jawziyyah, Al-Roh hal 44-45).

Bacalah...

bacalah... Nafi dan isbat
hendaklah disandingkan
dalam setiap nafasmu
dalam setiap langkahmu

Nafi dan Isbat
adalah kalimah yang paling utama
adalah kalimah pembuka
rahsia sang hamba dengan TuhanNya

Nafi dan isbat
menafikan wujud yang lain
hanya isbat pada wujud Allah yang hakiki
wujud yang lain hanyalah bayang yang menunjukkan wujudNya
maka wajib bagi dirimu
memandang wujudmu adalah menunjukkan kepada wujudNya
jika kamu memandang wujudmu
tanpa kamu nafikan tiada akan wujudmu
dan tiada mengisbatkan wujud Allah yang mewujudkanmu
maka kufurlah iktikadmu, hancurlah amal Islammu

Nafi dan Isbat
menafikan akan segala sifat ketuhanan yang ada padamu
melihat, mendengar, berkalam, berilmu, berkudrat, beriradah dan hayat
hanya diisbatkan segala sifat itu hak Allah jua
maka padamu segala sifat kehambaan dan kekurangan
buta, tuli, bisu, jahil, lemah, tiada kehendak dan mati
maka jika kamu iktikadkan segala sifat tersebut
tanpa kamu nafikan milikmu,
dan tiada kamu isbatkan adalah hak Allah
maka kufurlah kamu, maka binasalah segala amalmu

Nafi dan Isbat
menafikan akan segala Asma’ yang ada
hanya Allah pemilik segala Asma’ yang indah dan hebat
tiada yang memberi rezeki, tiada yang menyembuhkan,
tiada yang hebat, tiada yang mudharatkan,
tiada yang memiliki kemuliaan dan pelbagai namanya
melainkan hanya diisbatkan pada Allah sahaja yang memilkinya
jika engkau tiada mengiktikadkan disebalik kehidupanmu
bahawa nama-nama Allah yang mengaturmu untuk mengujimu
dalam pelbagai bentuk dan wajah
maka zindiklah kamu dan tiada manfaat akan segala ibadahmu

Nafi dan Isbat
menafikan segala apa jua perbuatan yang ada
walaupun satu zarah debu yang berterbangan
dalam segala gerak dan diam
melainkan diisbatkan hanya Allah yang memilkinya
jika engkau tiada nafikan segala perbuatan itu
adalah milik kekuasaan dirimu dan makhluk
maka binasalah tauhidmu dan batal segala agamamu

Maka dalamilah akan pelajaran Nafi dan Isbat
dengan para murabbi tareqah sufiah yang haq
sebagai pintu utama kebenaranmu dengan Tuhan
sebagai pintu utama kebenaranmu dengan Rasul

Tanpa pintu kebenaran ini
maka amalmu penuh kerosakan
kelakuan Islammu penuh kemunafikan…
engkau hanya Islam di sisi manusia…
tapi Islammu belum benar di sisi Allah…

- PAJ -