Laman

Rabu, 29 Desember 2021

PERBEDAAN RELIGIUS DAN SPIRITUAL.

 Menurut definisi awam, orang religius adalah orang yang agamis, rajin ibadah, terkadang dari penampilannya terlihat (sengaja diperlihatkan), menampilkan simbol-simbol agama.


Apa itu spiritual? Merujuk kamus Bahasa Indonesia,  spiritual berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan seperti rohani atau bathin.


Fenomena yg terjadi saat ini sangat memprihatinkan. Kita dikenal sebagai bangsa yang religius,


Banyak orang taat beragama, tempat ibadah ada dimana-mana.

Tapi ternyata kejahatan terus terjadi, korupsi dan fitnah merajalela.

Kita sudah lazim menonton warga yang taat beribadah dan sebagainya namun tiba-tiba dikejutkan  tokoh tersebut melakukan korupsi alias menjadi maling uang rakyat. Rajin ibadah sekaligus rajin fitnah, teror, adu domba dan sebagainya. Inilah yang disebut kita menjadi sosok religius, belum berada pada tingkatan spiritual.


 Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak mampu membawa perbedaan antara yang beragama dengan yang tidak.


Kita masih terpaku pada “religius”, bukan “spiritual”.


Orang spiritual adalah orang yang baik, bukan hanya dalam menjalankan perintah agama saja, atau di tempat ibadah saja, tapi ia baik dimanapun ia berada.


Apakah kita bersikap sebagai pribadi religius atau spiritual? Apa yang membedakan dua hal tersebut?


Ada 5 perbedaan antara religius dengan spiritual :


1. Orang religius adalah orang yang percaya bahwa Tuhan itu ada.


 Sedangkan orang spiritual adalah orang yang percaya bahwa Tuhan itu hadir.


Orang melakukan perbuatan tidak baik karena ia berpikir Tuhan hanya ada, tapi tidak hadir.


Sedangkan orang spiritual berpikir bahwa Tuhan ada di manapun dia berada.


2. Orang religius adalah orang yang merasa paling suci dan paling benar.


Orang spiritual adalah orang yang melihat semua orang adalah setara, semua punya kelebihan dan kekurangan.


3. Orang religius adalah orang yang mudah melihat perbedaan, dan sensitif dengan perbedaan.


Orang spiritual adalah orang yang mudah melihat persamaan, mau menerima perbedaan, mau mendengarkan orang lain.


4. Orang religius adalah orang yang hanya mementingkan simbol-simbol agama dan ritual agama saja.


Orang spiritual adalah orang yg menyembunyikan ibadahnya dari orang lain, dan mempraktekkan keagamaan nya dimanapun dan kapanpun.


5. Orang religius adalah orang yg baik dalam urusan ibadah saja.


Orang spiritual adalah orang yang baik dalam semua urusan, karena menganggap semua urusan adalah ibadah.


Tanpa spiritual, ibadah yang dilakukan hanya menjadi ritual semata.


Ritual agama diperlukan, tapi harus dilakukan dengan kesadaran dan cinta kepada Tuhan.


Religius adalah cara untuk meraih spiritual.


Kita bisa menjadi spiritual tanpa melakukan hal-hal yang religius.


Namun hal itu belumlah lengkap, karena beragama tanpa ibadah tidaklah lengkap.


Untuk memasuki wilayah spiritual kita harus ingat dengan esensi dan hakekat kita ada di dunia ini, dan mencari makna dari setiap yang kita lakukan.


6. Orang religius Exclusive.  Orang spiritual membumi.


*****


Jadilah seorang yang religius dengan kecerdasan spiritual.

SUKMA diikat oleh RASA.

 RAGA supaya HIDUP harus dihidupkan oleh SUKMA..


SUKMA diikat oleh RASA. 


Ikatan RASA akan pudar dan lama-kelamaan akan habis apabila RASA tidak kuat lagi menahan penderitaan dan trauma yang dialami oleh RAGA. 


Bila seseorang tak kuat lagi menahan RASA sakit, kesadaran JASADnya akan hilang atau mengalami pingsan, dan bahkan kesadaran JASADnya akan sirna samasekali alias mengalami kematian.


Peristiwa kematian di sini adalah padamnya “alat nirkabel” atau semacam “bluetooth” bikinan tuhan sehingga terputuslah hubungan antara JASAD dan SUKMA. 


Lain halnya dengan aksi meraga sukma, sejauh manapun SUKMA berkelana ia tetap terhubung dengan RAGA melalui “teknologi” bluetooth bikinan tuhan bernama NYAWA.


Banyak orang yang bertanya, mengapa dalam mempelajari Agama mesti harus mengenal RASA ? 


Memang kalau hanya sampai pada tingkat Syariat, bab RASA tidak pernah dibicarakan atau disinggung. 


Tetapi pada tingkat Tarekat ke atas bab RASA ini mulai disinggung. 


Karena bila belajar ilmu Agama itu berarti mulai mengenal siapa Sang Percipta itu.


Karena ALLAH maha GHAIB maka dalam mengenal hal GHAIB kita wajib mengaji RASA ..!!


Jadi jelas berbeda dengan tingkat syariat yang memang mengaji telinga dan mulut saja. Dan mereka hanya yakin akan hasil kerja panca inderanya.. Bukan Batin..!


DAIM ini butuh konsentrasi yg tinggi, pikiran harus nol. 


Tentu hal ini sulit dilakukan oleh para syariat karena terlalu banyak urusan dunia yang dipikirkan. 


Tapi tidak menutup kemungkinan ada para syariat yg memiliki kemampuan lebih atas ijin Allah bisa melakukannya, tentu dengan bimbingan seorang mursyid loo yaaa... 😊


RASA dibagi dalam beberapa golongan .Yaitu : 

- RASA TUNGGAL, 

- SEJATINYA RASA, 

- RASA SEJATI, 

- RASA TUNGGAL JATI


Mengaji RASA sangat diperlukan dalam mengenal GHAIB... Karena hanya dengan mengaji RASA yang dimiliki oleh batin itulah maka kita akan mengenal dalam arti yang sebenarnya, apa itu GHAIB...


1. RASA TUNGGAL

Yang empunya Rasa Tunggal ini ialah jasad/jasmani. Yaitu rasa lelah, lemah dan capai. 


Kalau Rasa lapar dan haus itu bukan milik jasmani melainkan milik Nafsu.


Mengapa jasmani memiliki rasa Tunggal ini..? 


Itu karena sesungguhnya dalam jasmani/jasad ada penguasanya/penunggunya. 


Orang tentu mengenal nama QODHAM atau ALIF LAM ALIF. 


Itulah sebabnya maka di dalam AL QUR’AN, ALLAH memerintahkan agar kita mau merawat jasad/jasmani. Kalau perlu, kita harus menanyakan kepada orang yang ahli/mengerti. 


Selain merawatnya agar tidak terkena penyakit jasmani, kita pun harus merawatnya agar tidak menjadi korban karena ulah hawa nafsu maka jasad kedinginan, kepanasan ataupun masuk angin.


Bila soal-soal ini kita perhatikan dengan sungguh-sungguh, niscaya jasad kita juga tahu terima kasih. 


Dan kalau dia kita perlakukan dengan baik, maka kebaikan kita pun akan dibalas dengan kebaikan pula. Karena sesungguhnya jasad itu pakaian sementara untuk hidup sementara di alam fana ini. 


Kalau selama hidup jasad kita rawat dengan sungguh-sungguh (kita bersihkan 2 x sehari/mandi, sebelum puasa keramas, sebelum sholat berwudhu dulu, dan tidak menjadi korban hawa nafsu, serta kita lindungi dari pengaruh alam), maka dikala hendak mati jasad yang sudah suci itu pasti akan mau diajak bersama-sama kembali ke asal, untuk kembali ke sang pencipta. 


Seperti halnya kita bersama-sama pada waktu datang/lahir ke alam fana ini. 


Mati yang demikian dinamakan mati Tilem (tidur) atau mati sempurna. 


Tetapi Pandangan yang kita lakukan malah sebaliknya. Mati dengan meninggalkan jasad.. 


Kalau jasad sampai dikubur, maka QODHAM atau ALIF LAM ALIF, akan mengalami siksa kubur. Dan kelak dihari kiamat akan dibangkitkan.


Dalam mencari nafkah baik lahir maupun batin, jangan mengabaikan jasad. Jangan melupakan waktu istirahat. Sebab itu ALLAH ciptakan waktu 24 jam (8 jam untuk mencari nafkah, 8 jam untuk beribadah, dan 8 jam untuk beristirahat).


Juga dalam hal berpuasa, jangan sampai mengabaikan jasad. Sebab itu ALLAH tidak suka yang berlebih-lebihan. Karena yang suka berlebih-lebihan itu adalah Dzad (angan-angan). Karena dzad mempunyai sifat selalu tidak merasa puas.


2. SEJATINYA RASA

Apapun yang datangnya dari luar tubuh dan menimbulkan adanya RASA, maka Rasa itu dinamakan Sejatinya RASA . 


Jadi Sejatinya RASA adalah milik Panca Indera:


1.MATA : 

Senang karena mata dapat melihat sesuatu yang indah atau tidak senang bila mata melihat hal-hal yang tidak pada tempatnya.


2.TELINGA : 

Senang karena mendengar suara yang merdu atau tidak senang mendengar isu atau fitnahan orang.


3.HIDUNG : 

Senang mencium bebauan wangi/harum atau tidak senang mencium bebauan yang busuk.


4.KULIT : 

Senang kalau bersinggungan dengan orang yang disayang atau tidak senang bersunggungan dengan orang yang nerpenyakitan.


5.LIDAH : 

Senang makan atau minum yang enak-enak atau tidak senang memakan makanan yang busuk.


3. RASA SEJATI

Rasa sejati akan timbul bila terdapat rangsangan dari luar, dan dari tubuh kita akan mengeluarkan sesuatu. 


Pada waktu keluarnya sesuatu dari tubuh kita itu, maka timbul Rasa Sejati. 


Untuk jelasnya lagi Rasa Sejati timbul pada waktu klimaks/pada waktu melakukan hubungan seksual.


4. RASA TUNGGAL JATI

Rasa Tunggal Jati sering diperoleh oleh mereka yang sudah dapat melakukan Meraga Sukma (keluar dari jasad) dan Salat Da’im.


Beda antara Meraga Sukma dan Shalat Da’im ialah :


1.Kalau Meraga Sukma jasad masih ada, batin keluar dan dapat pergi kemana saja.


2.Kalau Shalat Da’im jasad dan batin kembali keujud NUR dan lalu dapat pergi kemana saja yang dikehendaki. Juga dapat kembali / bepergian ke ALAM LAUHUL MAKHFUZ.


Bila kita Meraga Sukma maupun Shalat Da’im, mula pertama dari ujung kaki akan terasa seperti ada “aliran“ yang menuju ke atas / ke kepala. 


Pada Meraga sukma, 

bila “aliran“ itu setibanya didada akan menimbulkan rasa ragu-ragu/khawatir atau was-was... Namun bila kita ikhlas, maka kejadian selanjutnya kita dapat keluar dari jasad, dan yang keluar itu ternyata masih memiliki jasad. 


Memang sesungguhnya setiap manusia itu memiliki 3 buah wadah lagi, selain jasad/jasmani yang tampak oleh mata lahir ini.


Kalau Shalat Da’im bertepatan dengan adanya “Aliran“ dari arah ujung kaki, maka dengan cepat bagian tubuh kita akan “Menghilang“ dan kita akan berubah menjadi seberkas NUR sebesar biji ketumbar dibelah 7 bagian. 


Bercahaya bagai sebutir berlian yang berkilauan. 


Nah, RASA keluar dari jasad atau rasa berubah menjadi setitik NUR. 


NUR inilah yang disebut sebagai Rasa Tunggal Jati. 


Selain itu, baik dalam Meraga Sukma maupun Shalat Da’im. Bila hendak bepergian kemana-mana kita tinggal meniatkan saja maka sudah sampai.. Rasa ini juga dapat disebut Rasa Tunggal Jati. Sebab dalam bepergian itu kita sudah tidak merasakan haus, lapar, kehausan, kedinginan dan lain sebagainya. 


Bagi mereka yang berkeinginan untuk dapat melakukan Meraga Sukma dianjurkan untuk sering Tirakat/Kannat puasa. 


Jadikanlah puasa itu sebagai suatu kegemaran. 


Dan yang penting juga jangan dilupakan melakukan Dzikir gabungan NAFI-ISBAT dan QOLBU.. Dalam sehari-hari sudah pada tahapan Lillahi Ta’ala.


Hal ini berlaku baik mereka yang menghendaki untuk dapat melakukan SHALAT DA’IM. 


Kalau Meraga Sukma mempergunakan NUR ALLAH, tapi bila SHALAT DA’IM sudah mempergunakan NUR ILLAHI. 


Karena ada Rasa Sejati, maka Rasa merupakan asal usul segala sesuatu yang ada. 


Oleh sebab itu bila hendak mendalami ilmu MA’RIFAT Islam dianjurkan untuk selalu bertindak berdasarkan RASA .. 


Artinya jangan membenci, jangan menaruh dendam, jangan iri, jangan sirik, jangan bertindak sembrono, jangan bertindak kasar terhadap sesama manusia, dll. Sebab dihadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, kita ini semua sama, karena masing-masing memiliki RASA . 


RASA merupakan lingkaran penghubung antara etika pergaulan antar manusia, juga sebagai lingkaran penghubung pergaulan umat dengan Penciptanya. 


Rasa Tunggal jati ini mempunyai arti dan makna yang luas... Karena bagai hidup itu sendiri. 


Apapun yang hidup mempunyai arti. 


Dan apapun yang mempunyai arti itu hidup. 


Sama halnya 


Apapun yang hidup mempunyai Rasa.


Dan apapun yang mempunyai Rasa itu Hidup.


Dengan penjelasan ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang mendiami Rasa itu adalah Hidup. Dan Hidup itu sendiri ialah Sang Pencipta/ALLAH. 


Padahal kita semua ini umat yang hidup. Jadi sama, ada Penciptanya. 


Oleh sebab itu, umat manusia harus saling menghormati, tidak saling merugikan, bahkan harus saling tolong menolong dll.


Dan hal ini sesuai dalam firman ALLAH : 

“HAI MANUSIA ! MASUKLAH KALIAN DALAM PERDAMAIAN, JANGAN BERPECAH BELAH MENGIKUTI LANGKAH SYAITAN, SESUNGGUHNYA SYAITAN ITU MUSUHMU YANG NYATA”.


🎐Keilmuan ZIKIR NAFAS akan menunjukkan pada anda, bagaimana caranya mengatasi berbagai masalah yang mengintai dalam kehidupan serta memuat berbagai alternatif solusinya, rahasia ilmu ini masih banyak hikmah dan manfaat lainnya dan akan sangat bermanfaat pada orang-orang beristiqomah dalam mengamalkan suatu ilmu 


BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM ALLAHUMMA KUN HU SIRRULLAH, HU ALLAH MENJADI RASA, RASA SIRR TA 'AZZAZTU BIROBBIL 'IZZATI WAL JABARUUT, WA TAWAKKALTU 'ALAL HAYYIL LADZII LAA YAMUUT, SYAAHATIL WUJUUH, WA 'AMATIL ABSHOORU, TAWAKKALTU 'ALAL WAAHIDIL QOHHAR, WA LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAHIL 'ALIYYIL 'AZHIIM

.

Dibaca selama 7 hari dimulai pada hari Senin, khasiatnya tergantung niat sipengamalnya untuk apa..

MELEBURKAN DIRI DENGAN ALLAH

 Pemahaman didalam nama ALLAH itu sebenarnya Adalah DZat, SIFAT, ASMA dan AF'AL, sebab pada Lafadz ALLAH itu adalah sebagai berikut :

- Huruf (ALIF) pada kalimah ALLAH itu masuk pada DZAT,

- Huruf (LAM AWAL) pada kalimah ALLAH itu masuk pada SIFAT,

- Huruf (LAM AKHIR) pada kalimah ALLAH itu masuk pada ASMA

- Dan Huruf (HA) pada kalimah ALLAH itu masuk pada AF'AL,

maka itulah yang bernama ALLAH.


Jika memang diri itu HAYAT (Ruh), hendaknya kita jangan berhenti pada RUH saja, akan tetapi teruskan dan tembuskan pandanganmu itu kepada Hal dan SIFAT Allah TA'ALA.

Sekiranya pandanganmu itu berhenti hanya kepada NYAWA saja, maka sesungguhnya kita salah dalam memahami pernyataan bahwa "DIRI ITU RUH".


- Sebab Tatkala Ia Nasab bagi sekalian TUBUH NYAWA Namanya,

- Tatkala Ia keluar masuk NAPAS Namanya,

- Tatkala Ia berkehendak HATI Namanya,

- Tatkala Ia percaya akan sesuatu IMAN Namanya,

- Dan Tatkala Ia dapat memperbuat sesuatu AKAL Namanya.


Pohon AKAL itu adalah ILMU, inilah jalannya dan inilah yang disebut sebenar-benarnya DIRI. Jika demikian adanya maka dapat dikatakan bahwa sekarang ini kita hanya bertubuhkan RUH semata-mata. Mengapa demikian . .?


"KITA" disini sudah FANA LAHIR dan BATHIN kepada RUH, disini jangan diartikan bahwa kita yang MEMFANAKAN DIRI, akan tetapi FANA itu dari ALLAH jua adanya, sedangkan kata "KITA" itu pun sudah LEBUR kedalam FANA itu sendiri.

Itu sebabnya jika ada orang yang mengatakan telah dapat dan mampu MEMFANAKAN DIRI akan tetapi Ia sendiri tidak tau dan tidak kenal akan DIRINYA, maka sesungguhnya itu omong kosong dan bohong besar saja, mengapa demikian ?


Sebab jika seseorang itu tidak tau atau kenal siapa DIRINYA yang sesungguhnya, maka mau di-FANA-kan kemana dirinya itu......?

NYAWA itu adalah NUR MUHAMMAD,

NUR MUHAMMAD itu adalah SIFAT,

dan SIFAT itulah HAYAT,


Akan tetapi ingat olehmu bahwasannya RUH itu bukan TUHAN, Tetapi Tiada lain dari Pada TUHAN, asalkan saja diteruskan kepada DZAT dan SIFAT.

Jika ini dapat dipahami, maka jangan kamu cari lagi akan Ia, karena bila dicari lagi bukannya semakin dekat akan tetapi malah semakin jauh.


Siapa saja yang telah sampai pada MAQOM ini, pastilah Ia tidak akan mau mengatakan kata-kata SYARIAT, TARIKAT, HAKIKAT, MARIFAT, dan...

- Ahli SYARIAT tidak BERSYARIAT lagi,

- Ahli TARIKAT tidak BERTARIKAT lagi,

- Ahli HAKIKAT tidak BERHAKIKAT lagi,

- Ahli MARIFAT tidak BERMARIFAT lagi . .

silahkan direnungkan.


Seseorang yang sampai kepada TUHAN, Ia tidak tahu lagi akan DIRINYA, dan tidak tahu lagi siapa TUHAN-NYA. Emas, Pasir , Syurga, Neraka, sama saja.

Ia lebih senang Diam. Karena diam itu adalah kedudukan Tuhan yang maha Agung dan maha Mulia serta maha Tinggi.

Sebagai tambahan agar kita benar-benar mengenal akan diri yang sebenar-benarnya diri, maka ketahuilah olehmu :


Rasulullah SAW bersabda:

"AKU ADALAH BAPAK DARI SEGALA RUH SEDANGKAN ADAM ITU ADALAH BAPAK DARI SEKALIAN BATANG JASAD/TUBUH".


Batang Tubuh manusia itu dijadikan oleh ALLAH SWT dari pada Tanah.

"AKU JADIKAN INSAN (Adam) ITU DARIPADA TANAH" (Al-Qur'an)


TANAH itu dari pada AIR, AIR itu dijadikan daripada NUR MUHAMMAD.

Dengan demikian maka Nyatalah bahwasannya Batang TUBUH dan RUH kita ini jadi dari pada NUR MUHAMMAD, maka MUHAMMAD Jua Namanya, tiada yang lain.


Sesungguhnya TUBUH kita yang kasar ini tidak akan pernah dan tidak akan dapat mengadakan pengenalan kepada ALLAH melainkan dengan NUR MUHAMMAD jua.

Itulah sebabnya maka dinamakan POHON BUSTAH Artinya yang hampir pada UJUDNYA.


Adapun UJUD itu, adalah UJUD ALLAH TA'ALA jua adanya, sekali-kali jangan ada UJUD yang lain dari pada UJUD ALLAH TA'ALA, itulah yang sebenar-benarnya DIRI, begitu pula dengan kelakuan, jangan ada yang lain, karena tidak ada kelakuan yang lain selain kelakuan ALLAH TA'ALA. Sebab kalimah "FAQAD ARAFAH" itu Tiada akan menerima salah satu, melainkan suci ZAHIR dan BATHIN adanya.


DZAT Artinya UJUD ALLAH semata-mata, itulah yang sebenarnya, Melihat itu BASYAR ALLAH, berkata-kata itu KALAM ALLAH dan seterusnya.

Seandainya ada yang lain dari diri-Nya maka seluruh pengenalanmu itu akan menjadi BATAL.


Semoga bermanfaat...

Salam