Ma’rifatullah atau “mengenal Allah”
 Wajib hukumnya bagi setiap mukmin.
 Setiap insan harus mengenal Sang Pencipta. Harus mengenal siapa dirinya dan siapa Dia.
 Bagi insan yang tidak mengenal Tuhannya. Ibarat ternak tidak mengenal pemiliknya
 Dalam sebuah hadits Qudsi Allah berfirman :
 ”Kuntu khozinatan khofiyatan, ahbabtu an u’rifa, Kholaqtul kholqa, fa ta’araftu ilaihim, fa’arofuni.”
 Aku ( Allah ) perbendaharaan yang tersembunyi, Aku menghendaki untuk dikenal
 Aku menciptakan makhluk, maka
 Aku memperkenalkan diriku kepada mereka, Maka mereka mengenal Aku
 Mengenal Allah merupakan rukun iman pertama, Rukun iman yang paling 
tinggi kedudukannya. Bila ingin menjadi mukmin yang sejati, 
Ma’rifatullah harus dikaji dan dimiliki.
 Mengenal Allah adalah pondasi agama
 Adalah jalan menuju Allah Ta’ala
 Adalah tujuan dalam hidup manusia
 Maka ma’rifatullah ( mengenal Allah ) adalah :
 Titik awal dan titik akhir bagi insan beragama.
 Beragama ( Islam ) tanpa mengenal Robbnya.
 Ibarat berlayar tak tahu hendak kemana
 Ibarat berkelana tak tahu sekarang dimana.
 Ibarat merantau tak tahu mencari siapa
 Maka ma’rifatullah itu wajib hukumnya
 Setiap insan harus mengenal Penciptanya, Sumber dan muara dari segala yang ada, Sumber dan muara terjadinya alam semesta.
 Sebagian mukmin berusaha mengenalnya dengan patuh namun, sebagian besar yang lain acuh tak acuh.
 Firman Allah:
 "Allah menganugerahkan al-hikmah (termasuk ma’rifatullah) kepada siapa 
yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa dianugerahi al-hikmah itu, ia 
benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan tak ada yang 
dapat mengambil pelajaran kecuali orang – orang yang berakal.” 
(QS.Al-Baqarah : 269)
 Menempuh jalan Ma’rifat.
 Setiap mu’min harus ma’rifatullah,
 Harus mengenal Allah, pencipta dirinya
 Yang mencipta insan dari tiada menjadi ada.
 Yang semula dari air yang hina dina
 Menjadi makhluk mulia yang bernama manusia. Sungguh tak layak bila insan buta,
 Terhadap Al-Khalik pencipta semesta,
 Sumber dan muara keberadaan manusia.
 Ma'rifatullah bukan monopoli kaum sufi,
 Bukan monopoli aulia’ atau para wali,
 Bukan monopoli ulama dan kyai,
 Bukan monopoli ustadz dan para santri.
 Setiap mukmin harus mengenal Robbnya,
 Mengenal sesembahan yang dipujanya,
 Agar imannya menjadi teguh sentiasa,
 Agar ibadah nya menjadi lurus sempurna.
 Seorang mukmin yang tidak mengenal Allah, Ibarat cermin kusam tak 
memantulkan wajah, Ia tidak tahu siapa Al-Khalik yang disembah.
 Ia tidak paham sifat Ar-Rahman Maha Pemurah. Bila kalbunya hitam kelam tiada hidayah, Dalam ibadah bisa-bisa salah arah.
 -Hanya orang mukmin yang dapat mengenal Allah. Orang kafir karena 
ingkar dan tidak percaya, Ia tidak mengenal dan tidak membutuhkan Allah.
 -Orang musyrik karena mendua-tigakan tuhan. Ia tidak mengenal mana yang sebenar-benar Allah.
 -Orang munafik karena zhahir dan batinya tak sama, Maka kuburlah pengenalanya kepada Allah.
 -Pada hakekatnya tiada yang mengenal Allah. Kecuali hanya Allah sendiri.
 Pengenalan kepada Allah merupakan rahmat. Yang dilimpahkan kepada seluruh umat.
 Setiap manusia seharusnya menuju kesana,
 Menuju keharibaan Allah,
 Menuju ke persada Allah,
 Menuju ke ma’rifatullah.
 Untuk mengenal Allah harus menempuh Jalan ma’rifat. Yakni jalan untuk meyakini eksistensi Allah.
 Jalan untuk menghayati kebesaran Allah
 Jalan untuk mengamalkan ajaran Allah,
 Jalan untuk mengabdi kepada Allah.
 Jalan untuk menjadi khalifah Allah.
 Itu bila ingin menjadi makhluk mulia.
 Makhluk terpuji sesuai dengan fitrahnya.
 Al-Haqqu minallah
