Laman

Selasa, 28 Januari 2014

ORANG AKHERAT YANG BERMAIN DI MUKA BUMI

“Kita ini adalah orang-orang akhirat yang sedang bermain-main di muka bumi” demikian Guru sering memberikan perumpamaan untuk orang-orang yang telah menempuh jalan kepada Allah. Makna bermain bahwa dunia ini bukan tujuan utama bagi para pecinta Tuhan, hanyalah tempat yang harus dilewati untuk berjalanan menuju ke tempat abadi yaitu disisi Allah SWT.

Bermain-main memberikan makna bahwa semua yang kita alami di dunia ini hanyalah sebuah permainan yang pasti berakhir, ketika saat telah tiba maka semuanya pasti kita tinggalkan dan kembali kepada Tuhan dengan bekal yang telah kita siapkan selama di dunia yaitu amal kebaikan.

Tuhan meminjamkan ruh kepada manusia dalam keadaan suci, bersih tanpa noda dan Tuhan akan meminta apa yang telah dipinjamkan itu untuk dikembalikan lagi kepada-Nya. Tuhan hanya mau menerima apa yang dipinjamkan tersebut dalam kondisi awal, berish dan suci. Ruh atau Jiwa yang telah ternoda tidak akan kembali kehadirat-Nya, melayang-layang di alam tanpa batas tidak akan pernah sampai ke dalam genggaman Tuhan.

Selama bermain-main di alam dunia, kira-kira apa yang telah kita kerjakan sehingga yang memberikan ruh sebagai amanah itu akan menjadi senang. Tuhan menciptakan manusia agar bisa memberikan pengabdian kepada-Nya, pengabdian kepada hamba-Nya yang lain serta pengabdian kepada dunia dan seluruh isinya.

Sebelum ajal tiba, hendaknya ruh dibersihkan terlebih dulu, diajarkan cara menyebut nama Allah sebagaimana jasmani diajarkan menyebut nama Allah. Untuk mengajarkan jasmani menyebut nama Allah diperlukan guru jasmani sedangkan untuk mengajarkan rohani diperlukan guru rohani pula. Tidak mungkin jasmani mengajarkan rohani karena keduanya berbeda unsur.

Muhammad bin Abdullah mengajarkan jasmani orang Arab dijamannya akan kebenaran Agama Allah sedangkan Rasulullah SAW sebagai rohani yang ada dalam diri Muhammad bin Abdullah mengajarkan rohani sekalian para sahabat dan manusia yang hidup zaman itu tentang sebuah kebenaran yang hakiki.

Guru Agama mengajarkan kita membaca al-Qur’an, menghapal hadist, mengerti cara bersuci dan hukum-hukum agama berarti jasmani kita telah belajar dan mengerti tentang agama sedangkan rohani kita belum. Ilmu untuk meng-Islam-kan manusia itu sangat gampang, dengan mengucapkan syahadat dengan keyakinan dalam hati maka dia sudah termasuk ke dalam Islam sedangkan untuk mengsyahadatkan rohani (Islam secara rohani) diperlukan ilmu yang berbeda dengan cara mengajarkan jasmani.

Sama halnya dengan menyebut nama Tuhan, semua orang mengerti cara melafalkan nama Tuhan, melakukan zikir bersama, itu perkerjaan sangat mudah bahkan anda tidak harus menjadi seorang alim untuk bisa menyebut nama Tuhan. Siapapun di muka bumi ini sangat mudah menyebut nama Allah bahkan orang atheis sekalipun, tapi apakah rohani nya sudah bisa menyebut nama Allah? Apakah rohaninya ikut menyebut nama Allah?

Ini menjadi renungan untuk kita semua, sudahkan kita ber-Islam secara Jasmani dan Rohani?

**Jika Tiba Saatnya Nanti**



Dari gigilnya malam ku terlahir

Dari kebisuan yang panjang aku dikenalkan

Sebelum fajar..

Bersama keremangan purnama aku coba meraba nama

Berdendang bersama para unggas yang meringkuk di balik rimbunnya pohon tua

Dan mengeja suara dari gesekan tubuh rerumpun bambu yang mengantar aku menuju tebing tebing rinduku

Hemmm..

Belum tuntas kuhitung satu persatu bulu bulu di kepak sayapku

Belum rampung ku mengkaji tentang seraut wajah di biru telagaku

Belum kelar kuhayati setiap jengkal nafas yang kuhirup

Namun.. Rasanya senja begitu cepat menghampiri dan bertandang di atas ubun ubun usiaku

Duhai Engkau sang kekasih hati

Jika telah tiba saatnya nanti

Izin aku bertengger di ranting kalbumu

Dan biarkan aku terlelap di pangkuanmu

Terbaring dan berselimutkan kasih dari keagungan yang bernama cintamu

Ruwa Jurai

Penyatuan Hamba dan Tuhannya...


1. Duduklah dengan santai hingga tidak jatuh pada waktu sujudnya mencapai lepasnya sukma dari tubuh

2. harus berpakaian longgar, baik pada leher, dada, perut, kedua tangan serta kakinya, sehingga pernapasan dan jalannya darah tidak terganggu

3. Pilihlah tempat atau ruangan yg tenang agar nantinya tidak terganggu

4. Waktunya juga harus diperhatikan karna sangat penting, mengenai waktu yg tenang dan tepat adalah antara jam 02.00 atau 03.00, meskipun dilaksanakan pada pagi dan siang hari

5. Jasmani serta ruhani harus dibersihkan berturut-turut, jasmani disucikan dengan air suci yg menyucikan, kemudian ruhani disucikan dengan air suci, niat yg kuat disertai tekad bulat mau bersujud pada tuhan yg maha esa, setelah itu dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan (mulai bersujud)

PERTAMA: semua perhatian pribadi ditarik dan dipusatkan didalam ruang sanubari, dengan menyebut "ALLAHU AKBAR" sebanyak 7X

KEDUA: segala gejolak hidup ditekan dengan cara berdzikir nafi dan isbat yg bunyinya "LAA ILAAHA ILLA ALLAH" pengucapannya dilakukan secara jelas dan mendalam, sehingga getaran suaranya terasa didalam pusat kalbu, diucapkan sebanyak 7X, dan proses ini berlangsung pada ruang kalbu

KETIGA: sesudah pelaksanaan pada laku diruang kalbu berhasil, maka hamba meninggalkan ruang itu menuju keruang fuad dan kemudian mengucapkan dzikir isbat yaitu "ILLA ALLAH" sebanyak 7X, jika langgah ini berhasil maka sihamba telah suci kembali

Langkah selanjutnya ialah mengucapkan dzikir ismu dzat yg ucapannya berbunyi "ALLAH" secara terus menerus sampai TABIR PEMISAH antara diri hamba dengan Allah tersingkap

Peristiwa ini berlangsung pada ruang SYIRULLAH atau BAITULLAH, dan busana hidup masih lengkap namun sudah tidak lagi mengendap, sehingga.suasananya dalam keadaan hening

Pada kondisi itulah sang diri hambai sudah bersatu dengan tuhannya atau dalam istilah jawa MANUNGGALING KAWULA LAN GUSTI, dan pada saat itu berlakulah KALAM QADIM sehingga apa yg diucapkannya bisa terjadi "KUN FA YAKUN"

-> Keterangan:

1. Ruang sanubari

2. Ruang kalbu

3. Ruang fuad

4. Ruang syir

5. Nukta ghaib

4. Tabir panca indra

3. Tabir nafsu

2. Tabir rasa kehendak

1. Tabir antara hamba dan nur ilahi

DZIKIR MENGINGAT ALLAH

Banyak ayat Qur’an yang memerintahkan kita untuk berdzikir mengingat Allah secara terus menerus setiap saat. Antara lain dalam surat An Nisa 103.

an-nisa-103103. Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring…… (An Nisa’ 103)

Dalam surat An Nisa ayat 103 diatas Allah memerintahkan kita untuk selalu ingat kepada Allah ketika berdiri , duduk dan berbaring. Kalau kita cermati itu adalah posisi yang kita jalani dan alami setiap detik dari kehidupan kita. Kalau tidak berdiri , tentu kita duduk atau berbaring, tidak ada posisi diluar itu. Ini berarti Allah memerintahkan kita untuk selalu ingat padaNya setiap saat dimanapun kita berada.

mengemudikan-kendaraanBagaimana mungkin kita berdzikir setiap saat, sedangkan kita selalu disibukan oleh kegiatan sehari hari. Apa mungkin kita berdzikir sambil berjalan, mengemudikan kendaraan, berlari, mengikuti rapat, metting, menulis, bekerja, dan lain sebagainya. Tentu Allah tidak akan memerintahkan kita mengerjakan sesuatu yang tidak mungkin kita laksanakan.

Berdzikir setiap saat bukanlah sesuatu yang tidak mungkin kita lakukan . Berdzikir bisa kita lakukan secara lisan, didalam hati, seorang diri ataupun berjamaah. Kegiatan shalat merupakan salah satu bentuk kegiatan dzikir yang bisa kita lakukan seorang diri, maupun berjamaah dengan lisan secara siir maupun jahar.

Agar kita bisa berzikir setiap saat kita harus melatih kemampuan berdzikir secara siir ( didalam hati, rahasia) .Dalam surat Al A’raaf ayat 205 Allah telah memerintahkan kita untuk berdzikir menyebut namaNya didalam hati dengan merendahkan diri danbtidak mengeraskan suara diwaktu pagi dan petang hari.

Al A'raaf 205

205. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.(Al A’raaf 205)

Kalimat dzikir yang dibaca didalam hati tidak akan mengganggu kegiatan kita sehari hari, kita bisa berdzikir mengagungkan Allah ketika berjalan, berlari, bekerja dan lain sebagainya tanpa mengganggu aktifitas kita sehari hari . Untuk bisa melakukan hal tersebut tentu harus dilatih dan dibiasakan setiap hari.

Dzikir mengingat Allah didalam hati

Kegiatan berdzikir yang dilakukan didalam hati bisa dilaksanakan tanpa mengganggu kegiatan dan aktivitas sehari hari. Kegiatan ini bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja tanpa diketahui orang lain. Orang yang ada dikiri kanan kita tidak akan tahu kalau kita sedang berdzikir. Ini adalah kegiatan yang dianjurkan Allah dalam surat Al A’raaf ayat 205.

Berbeda dengan kegiatan shalat, membaca qur’an, dzikir berjamaah atau seorang diri di Masjid, semua kegiatan itu membutuhkan waktu dan tempat yang khusus. Kegiatan seperti itu tentu tidak bisa dicampur dengan aktivitas lainnya. Semua kegiatan tersebut bisa diamati dan disaksikan oleh orang lain disekitar kita.

Dzikir didalam hati bisa kita lakukan ketika berjalan, berlari, olah raga, bekerja, mengendarai kendaraan, menunggu kendaraan di terminal bus atau kereta api, menunggu obat dirumah sakit atay apotik , ketika menghadiri rapat atau seminar, ketika sedang belajar di sekolah atau kampus . Kegiatan ini dapat kita lakukan tanpa menggangu aktivitas yang sedang kita kerjakan kapan saja dan dimana saja.

Kita bisa membaca kalimat tahlil laa ilaha illallah , tasbih subhanallah, tahmid alhamdulillah, takbir allahu akbar, asmaulhusna , membaca ayat ayat pendek didalam hati sambil melaksakan atifitas sehari hari.

Allah telah menjelaskan bahwa segala sesuatu yang ada dilangit dan bumi seperti bintang, bulan , matahari, asteroid, meteor, awan, hujan , halilintar, binatang yang melata dibumi, setiap sel atom dan partikel dibumi ini setiap saat selalu bertasbih mensucikan dan mengagungkan Allah sebagaimana disebutkan dalam surat al Israak ayat 44 :

Al Israak 4444. Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.( Al Israak 44)

Jika segala sesuatu yang ada di langit dan bumi sibuk bertasbih mensucikan Allah, maka sebagian besar manusia di bumi ini sibuk dengan urusan dunia dan pekerjaannya masing masing. Mereka tidak punya waktu untuk mengangungkan dan mensucikan Allah sedikitpun, kecuali orang yang beriman yang mau memperhatikan perintah Allah.

Berdzikir didalam hati merupakan sarana untuk mendekatkan diri pada Allah, yang tidak perlu menyediakan waktu dan tempat yang khusus , bisa dikerjakan dimana saja dan kapan saja. Namun sedikit sekali manusia yang melakukannya, sebagian besar manusia berada dalam keadaan lalai seperti yang diingatkan Allah dalam surat Al A’raaf ayat 205 wala takum minal ghoofilin …jangan kamu termasuk kelompok orang yang lalai.

Manfaat dzikir mengingat Allah

Dzikir mengingat Allah sangat besar manfaatnya bagi orang yang beriman sebagaimana disebutkan Allah dalam surat al ankabut ayat 45 …waladzikrullahu akbar, karena itu perintah untuk melaksanakan dzikir ini amat banyak disebutkan dalam Qur’an. Shalat dan membaca Qur’an merupakan salah satu kegiatan dzikir yang membutuhkan waktu dan tempat khusus untuk melakukannya. Beberapa manfaat dzikir yang disebutkan allah didalam al qur’an antara lain :

Selalu diingat dan diperhatikan Allah

Orang yang selalu ingat pada Allah akan selalu diperhatikan dan diingat Allah dimanapun dia berada , sebagaimana disebutkan dalam surat al Baqarah ayat 152 :

al-baqarah-1521

152. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (Al Baqarah 152 )

Allah akan memperhatikan , menjaga dan memenuhi semua hajat kebutuhannya. Hidupnya diliputi keberkahan dan kemudahan, tidak ada masalah yang sulit baginya. Bersama Allah dia bisa menyelesaikan berbagai masalah yang hadir dihadapannya.

Bebas dari rasa gelisah, cemas dan takut yang berkepanjangan

Orang yang selalu ingat pada Allah terbebas dari rasa gelisah, cemas, tertekan, takut , stress berkepanjangan sebagaimana disebutkan dalam surat Ar Ra’d 28 :

ar-rad-28

28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.(Ar Ra’d 28)

Rasa cemas, gelisah, takut, strees berkepanjangan merupakan penyakit kejiwaan yang banyak dialami orang yang hidup dikota besar. Jika penyakit ini dibiarkan akan berlanjut pada berbagai macam penyakit fisik seperti darah tinggi, lever, jantung, tumor, dan lain sebagainya , dimana untuk menyembuhkannya dibutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Doanya didengar dan diijabah Allah

Orang yang banyak berdzikir mengingat Allah mempunyai maqom dan kedudukan yang dekat dengan Allah. Jika dia mopon sesuatu Allah cepat memperhatikan dan mengabulkannya sebagaimana disebutkan Allah dalam surat Al Baqarah 186 :

186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran (Al Baqarah 186)

Orang yang banyak berdzikir seperti ini tidak pernah larut dalam kesulitan dan kesukaran hidup yang berkepanjangan, ia bisa segera mengatasi berbagai masalah yang datang padanya dengan mudah. Doanya cepat diijabah dan dikabulkan Allah.

Mendapatkan shalawat dan rahmat dari Allah dan para Malaikatnya

Orang yang banyak berdzikir mendapatkan ucapan shalawat dan rahmat dari Allah dan para Malaikatnya , yang mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya, dari kesempitan pada kelapangan, dari tempat yang hina ketempat yang mulia sebagaimana disebutkan dalam surat al ahzab ayat 43 :

43. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman (al Ahzab 43)

Allah dan para Malaikatnya mengucapka shalawat pada orang yang berdzikir sebagaimana Allah mengucapkan salawat kepada para nabi seperti yang disebutkan dalam surat Al Ahzab ayat 56.

Membentengi diri dari gangguan jin dan sihir

Orang yang hatinya selalu berdzikir mengingat Allah selalu berada dalam pengawasan dan penjagaan Allah . Tentu saja dengan sendirinya Allah juga melindungi dan menjaganya dari kejahatan sihir, gangguan jin , syetan dan orang yang dengki sebagaimana disebutkan Allah dalam surat al Baqarah 102 , surat al Falaq dan an Naas.

Itulah beberapa manfaat yang didapat orang yang berdzikir mengingat Allah selama hidup didunia ini, sedangkan manfaat akhirat jauh lebih besar dari itu.

Mari kita hiasi hidup ini dengan banyak berdzikir mengingat Allah setiap saat dimanapun kita berada. Dzikir yang paling mudah pelaksanaan adalah dzikir yang dilakukan didalam hati, karena bisa kita lakukan bersamaan dengan kegiatan dan aktivitas kita sehari hari. Namun demikian untuk mampu melakukan dzikir didalam hati ini tetap saja dibutuhkan latihan untuk membiasakannya.

Kenyataannya dalam kehidupan sehari hari hati dan fikiran kita hanya dipenuhi oleh urusan pekerjaan dan masalah duniawi semata. Yang ada difikiran dan hati kita hanya masalah pekerjaan saja, sedikit sekali kita ingat pada Allah. Kebanyakan manusia berada dalam keadaan lalai dari mengigat Allah.

KEKUATAN HATI ( QOLBU )


Kalau fikiran manusia ada di otak yang terletak di kepala, dimanakah letak hati manusia? Pada zaman dahulu para pakar Sumerian Asyirian berpendapat bahwa manusia berfikir dan merasa menggunakan organ hati (liver). Hal ini dibantah oleh Aristoteles yang menganggap manusia berfikir dan berperasaan dengan jantung (heart). Kedua pendapat tersebut mempunyai pengikut masing masing, penggunaan istilah liver berkembang didaerah selatan terutama Asia, dan heart berkembang di utara terutama Eropa. Namun didaerah selatan kini pengertian hati (liver) telah menjadi rancu, mereka mengatakan hatiku sangat sakit tapi yang diurut bagian dada (lokasi jantung).

Dalam Al Qur’an A Al Hajj 46 dengan jelas dinyatakan bahwa qalbu itu berada dirongga dada ( mungkin jantung?).

al-hajj_46.png

46- maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. ( Al Hajj 46)

Rasulullah mengatakan bahwa didada manusia ada segumpal darah, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh manusia itu jika dia buruk maka manusia itupun menjadi buruk pula.

didalam hati (qolbu) manusia terdapat empat ruangan yaitu:

Yang diinginkan.

Ingin senang, kaya, bahagia, sukses, aman , nyaman, nikmat, serba cukup, sehat, kuat.

Yang di takuti

Takut mati, miskin., susah, sengsara, melarat, hina, sakit, lemah.

Penyakit hati

Musyrik, kafir, dengki, hasud, dendam, ria, sombong, takabur, malas, khianat.

Kekuatan hati

Iman, Taqwa, Ikhlas, sabar, jujur, amanah, santun, syukur, ridha, pemaaf, pemurah, penyayang.

kekuatan-kelemahan-hati.jpg

Empat ruang dalam hati yang mempengaruhi jalan hidup Manusia Dan tujuh tingkatan nafsu manusia menurut ajaran tasawuf.

Manusia ingin bahagia, kaya, senang, sejahtera dan takut mati, miskin, sengsara ataupun melarat. Untuk mencapai yang diinginkan dan menjauh dari yang ditakuti manusia dirongrong oleh penyakit hati yang berupa kemusyrikan, kafir, sombong, dengki, ujub, takabur, ria sifat ini ditiupkan oleh syetan kedalam hati manusia.

Jika sifat buruk yang ditiupkan syetan itu merajalela dalam hati dan hati mejadi busuk penuh penyakit maka manusia akan gagal mencapai yang diingini bahkan sebaliknya akan terjerumus kelembah yang ditakuti tersebut.

Sebaliknya jika hati dipenuhi kekuatan Iman, taqwa, tawakkal sabar, iklas, jujur, amanah dan sifat lainnya yang mendapat ridha Allah niscaya ia akan menemui apa yang diinginkan yaitu bahagia, kaya, senang, aman sejahtera.

Hati atau Qolbu adalah bagian penting dari manusia yang tetap berfungsi sejak hidup didunia sampai terus di akhirat kelak. Fungsi hati atau Qalbu tidak berhenti atau putus akibat datangnya kematian. Bagian tubuh lain seperti mata, telinga, otak dan seluruh tubuh tidak berfungsi lagi setelah datangnya kematian. Namun hati akan tetap berperan dialam barzakh, dihari berbangkit sampai dihari berhisab kelak. Hati yang jernih dan bersih akan membawa kita pada kehidupan yang sejahtera dan kekal selamanya di sisi Allah baik didunia maupun diakhirat. Hati yang kotor, busuk dan penuh penyakit akan membawa kita kepada kesulitan dan kesengsaraan abadi selama hidup didunia dan di akhirat kelak.

Perhatikan do’a Nabi Ibrahim yang didalam S. As Syu ‘ara ayat 87-89



as-syuaraa-87-89.gif





87- dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan,

88- (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,

89- kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih

Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar jangan dihinakan pada hari berbangkit, dihari yang tiada bermanfaat harta dan anak anak, pangkat dan jabatan, karib dan sanak famili, kecuali orang yang datang menghadapNya dengan hati yang bersih. Disini tergambar bahwa hati tetap memegang peranan penting sampai dihari berbangkit kelak, dikala bumi telah lenyap dan diganti dengan kehidupan lain diakhirat kelak.

Orang yang hatinya busuk, kotor penuh penyakit juga akan merasakan akibat kekotoran hatinya itu kelak diakhirat, seperti digambarkan Allah dalam S Al Baqarah ayat 10 dan An Naazi’aat 6-9:

al-baqarah_10.png

10- Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. ( Al Baqarah 10)





annaaziat-6-9.gif

6- (Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan alam,

7- tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua.

8- Hati manusia pada waktu itu sangat takut,

9- pandangan tunduk. ( An Naazi’aat 6-9 )

Dari beberapa keterangan diatas jelas bahwa hati tetap memegang peranan sampai dihari berbangkit kelak. Fungsi hati tidak berhenti dengan datangnya kematian. Ia tetap memegang peranan selama hidup didunia, setelah datang kematian, dialam barzakh, dihari berbangkit bahkan sampai hari berhisab kelak. Karena itu jagalah hati jangan sampai dipenuhi penyakit dan kebusukan yang akan mencelakakan kita didunia dan akhirat kelak. Bersihkan hati dari kotoran dan penyakit, tanamkan Iman, Taqwa, Tawakkal dan berbagai sifat baik lainnya didalam hati, hingga dapat dicapai berbagai kebaikan selama hidup didunia dan di akhirat kelak.





Tujuh tingkat nafsu menurut ahli tasawuf

Selama menjalani kehidupan didunia hati manusia akan mengalami perubahan dari keadaan keruh menjadi jernih melalui tujuh tingkat nafsu.

Para ahli tasawuf membagi nafsu manusia menjadi tujuh tingkatan , yaitu

Nafsul Amarah, ini adalah tingkatan yang paling rendah. Nafsul amarah cenderung mendorong manusia untuk melakukan perbuatan keji dan rendah. Keberadaan nafsu ini disebutkan dalam s. Yusuf ayat 53

yusuf-53.gif

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( Yusuf 53)

Sifat orang yang mempunyai nafsul amarah antara lain mudah marah, sombong, takabbur, tamak, kikir , dengki dan hasud, sering memperturutkan keinginan syahwat secara berlebihan.

Nafsul Lawwamah, tingkat yang lebih tinggi adalah nafsul lawwamah. Nafsu ini sering mengkritik dan menyesali tindakan yang tidak patut yang dilakukan atas dorongan nafsul lawwamah. Keberadaan nafsu ini disebutkan dalam S Al Qiyamah ayat 2:

al-qiyamah-2.gif



dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri) (Al Qiyamah 2)



Pada tingkatan ini seseorang akan menyesali perbuatan buruknya, dia sering merenung dan mengkritik semua perbuatannya yang keliru. Selanjutnya dia berusaha agar perbuatan buruk yang telah dilakukan tidak terulang lagi.

Nafsul Mulhammah, tingkat nafsu yang ketiga adalah nafsul mulhammah. Keberadaannya disebutkan dalam S Asy Syam ayat 7-10.

as-syam-7-10.gif

7- dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),

8- maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,

9- sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu,

10- dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

( Asy-Syam 7-10)



Orang yang telah mencapai tingkatan ini telah mampu mengendalikan dirinya dari keingainan nafsu yang rendah. Ia bisa membedakan yang hak dan batil. Ia selalu menjaga dirinya dari melakukan perbuatan tercela dan selalu berusaha untuk meningkatkan iman dan taqwanya. Berusaha mengerjakan amal soleh sebanyak banyaknya.



4. Naffsul Muthmainnah, tingkat nafsu yang kempat adalah nafsul Muthmainnah, keberadaan nafsu ini disebutkan dalam S Al fajr 27-31.

al-fajr-27-31.gif

27- Hai jiwa yang tenang.

28- Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya.

29- Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku,

30- dan masuklah ke dalam surga-Ku.

Orang yang telah mencapai tingkat ini jiwanya jadi tenang , penuh rasa tawakkal, ridho dengan semua ketetapan Allah , tidak disentuh rasa duka , sedih dan cemas.

5. Nafsul Radhiah , orang yang mencapai tingkat ini selalu merasa puas dengan apa yang diterimanya dari Allah . Bagi mereka sama saja kejadian baik maupun buruk yang menimpanya. Hatinya tidak terpengaruh oleh kehidupan dunia. Mereka selalu kembali pada Allah dan ridho dengan semua keputusannya.

6. Nafsul Mardhiyah, Tingkat ini lebih tinggi daripada Nafsul Radhiyah. Ia adalah orang yang sangat dekat dan dicintai Allah. Merekalah yang dimaksud oleh salah satu hadist Qudsi:

“SENANTIASA HAMBAKU MENDEKATKAN DIRI KEPADAKU DENGAN MENGERJAKAN IBADAH IBADAH SUNAH HINGGA AKU CINTA PADANYA. MAKA APBILA AKU TELKAH MENCINTAINYA, JADILAH AKU PENDENGARANNYA YANG DENGANNYA IA MENDENGAR, PENGLIHATANNYA YANG DENGANNYA IA MELIHAT,PERKATAANNYA YANG DENGAN YA IA BERKATA KATA, JADILAH AKU TANGANNYA YANG DENGANNYA IA BERBUAT, JADILAH AKU KAKINYA YANG DENGANNYA IA MELANGKAH, DAN AKALNYA YANG DENGANNYA IA BERFIKIR”

Semua langkah dan perbuatannya dilakukan atas bimbingan dan petunjuk Allah, seperti apa yang telah dilakukan Nabi Khidir dan tidak dipahami oleh Nabi Musa .

Dia tidak bertindak dengan kemauan sendiri, melainkan dengan bimbingan dan kehendak Allah

7. Nafsul Kamilah, ini adalah tingkatan para Nabi dan Rasul, manusia suci dan sempurna, yang selalu berada dalam pengawasan dan bimbinganNya. Terpelihara dari perbuatan yang tercela.

Untuk meraih tingkatan nafsu dari level rendah sampai yang tinggi seperti tersebut diatas diperlukan perjuangan yang gigih dan ulet. Tidak bisa didapat dengan santai tanpa usaha yang maksimal. Untuk naik dari satu tingkat ketingkat yang lebih tinggi dibutuhkan waktu yang cukup lama sampai bertahun tahun.

Insya Allah dengan hati yang bersih dan jernih kita bisa meraih kemenangan dunia dan akhirat. Menjalani hidup berbahagia didunia dan akhirat , tidak ditimpa kesedihan dan duka yang berlarut larut. Kelak ditempatkan Allah di taman syurga yang abadi dan hidup kekal selamanya disana.





Orang yang memperturutkan hawa nafsu

Orang yang mengikuti nafsul amarah berusaha memenuhi keinginan rendahnya dengan berbagai cara . Ia sangat rakus terhadap kebutuham syahwat, harta , makan , pujian , dan lain sebagainya. Hidupnya hanya untuk mengabdi pada pemenuhan kebutuhan nafsunya. Ia tidak perduli dengan peraturan halal atau haram , baginya memenuhi semua kebutuhan hawa nafsu nya adalah segala galanya.

Syetan mendoronganya untuk memenuhi kebutuhan nafsunya dan memperlihatkan indah semua perbuatannya yang buruk Mereka merasa mereka adalah orang yang benar dan mendapat petunjuk , setan telah menipu mereka, tapi mereka tidak menyadari. Firman Allah dalam S Az Zukhruf 36-37:

az-zukhruf-36-37.gif

36- Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur’an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.

37- Dan sesungguhnya setan-setan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. ( Az Zukhruf 36-37)

Bagi manusia hanya ada dua pilihan , mengabdi pada kepentingan hawa nafsu atau mengabdi Pada Allah. Orang yang mengabdi pada kepentingan hawa hawa nafsu dia akan lupa kepada Allah, sebaliknya orang yang mengabdi pada Allah harus rela mengalahkan kepentingan hawa nafsunya. Dua kepentingan yang berbeda ini tidak mungkin dijadikan satu . Seseorang tidak mungkin mengabdi kepada Allah sambil memuaskan kepentingan hawa nafsunya, Kita harus memilih satu diantara dua , mengabdi pada Allah atau pada kepentingan hawa nafsu.

Orang yang memperturutkan hawa nafsunya hatinya telah mati terkunci, dan tidak peduli dengan peringatan dan nasehat yang disampaikan padanya. Bagi mereka hal paling penting adalah memenuhi semua hasrat dan kebutuhan nafsunya.

muhamad-16.gif

16- Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu mereka berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): “Apakah yang dikatakannya tadi?” Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka.

( Muhammad 16)

Orang yang mengendalikan diri

Orang yang menginginkan kemuliaan bersama Allah berusaha mengendalikan dirinya dari memperturutkan keinginan hawa nafsu. Mereka menghadapkan hati ndan fikirannya pada Allah, mereka berusaha patuh pada syari’at dan aturan yang telah ditetapkan Allah, mereka tidak memperturutkan keinginan hawa nafsunya.

jatsiyah-18.gif

18- Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.

( Jatsiyah 18)

Baginya Allah adalah segala galanya , ia tidak segan mengorbankan kepentingan hawa nafsunya untuk kepentingan di jalan Allah. Mereka rela mengorbankan kepentingan hawa nafsunya untuk mencari ridha Allah. Mereka itulah orang orang yang mendapat petunjuk dan kemenangan dunia dan akhirat.

Hati yang rusak ,penuh penyakit dan mati

Orang yang selalu memperturutkan keinginan hawa nafsunya hatinya akan menjadi rusak dan penuh penyakit. Jika tidak ada usaha untuk mengobati dan membersihkan nya dari penyakit akhirnya hati akan menjadi keras membatu dan akhirnya mati.

al-baqarah-10.gif

10- Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta

.( Al Baqarah 10)

al-baqarah-7.gif

7- Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.

( Al Baqarah 7)

an-nahl-108.gif

108- Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang lalai. ( An Nahl 108)

Orang yang hatinya telah rusak dan mati, hidup dalam kegelapan dan kekalutan. Hatinya sulit untuk menerima hidayah dan petunjuk Allah, hatinya tertutup tidak mampu menerima kebenaran. Seluruh hidupnya hanya untuk mengabdi pada setan dan memperturutkan hawa nafsu. Dia berada dalam kekuasaan setan laknatullah, Diakhirat kelak ia berada dalam penderitaan abadi selama lamannya dalam neraka jahannam

Hati yang bersih dan jernih

Orang yang mampu mengendalikan diri dari mengikuti bisikan setan dan memperturutkan keinginan hawa nafsu, serta mampu membersihkan hatinya dari sifat sifat tercela. Banyak ingat dan kembali pada Allah serta mohon ampun atas segala dosa dan kesalahannya. Hatinya menjadi bersih dan jernih, bersinar dengan cahaya ilahi. Itulah hati Qolbun salim yang dimaksud Nabi Ibrahim dalam do’anya yang disebutkan dalam surat Asy Syuara ayat 87-89.

as-syuaraa-87-89.gif

87- dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan,

88- (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,

89- kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,

Hati yang bersih dan jernih memberi rasa nyaman sepanjang masa baik di dunia maupun di akhirat. Bebas dari rasa cemas dan takut sebagai disebutkan dalam S . Yunus ayat 62:

yunus-62.gif

62- Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Merawat dan Memelihara Hati

Kita menyadari bahwa hati merupakan unsur paling penting dalam kehidupan kita yang tetap berfungsi sampai akhir zaman. Karena itu kita harus merawat dan memeliharanya dengan baik agar tidak rusak dan dipenuhi penyakit yang dapat menyengsarakan kita selama lamanya.

Hati yang bersih dan jernih adalah hati yang selalu ingat pada Allah, setiap saat melakukan komunikasi dengan Allah, sehingga selalu berada dalam bimbingan dan hidayah-Nya. Matanya dibimbing oleh hatinya untuk selalu memandang kebesaran Allah, telinganya dituntun oleh hatinya untuk selalu mendengar kan nasihat dan ayat ayat Allah. Hatinya selalu terbuka untuk menerima nasihat dan ajaran kebaikan.

Beberapa cara untuk menjaga dan merawat hati agar tetap bersih dan jernih antara lain

1. Selalu ingat pada Allah dimanapun berada

2. Selalu memuji kebesaranNya

3. Selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah

4. Selalu bertasbih mensucikanNya

5. Selalu mohon ampun atas kekhilafan dan dosa yang dilakukan

6. Selalu mohon perlindunganNya dari godaaan Syetan dan tipu daya dunia yang melalaikan

7. Selalu mohon bimbingan dan tutunan Allah dalam menjalani kehidupan ini

8. Selalu membaca atau mendengarkan ayat suci Al -Qur’an dan mentadabburinya setiap hari

9. Melatih hati untuk bersifat Taqwa, tawakkal, sabar, ikhlas, jujur, amanah,ridho,kasih sayang menahan amarah, menahan nafsu dari keinginan rendah dan lain sebagainya

10. Bersihkan hati dari penyakit Kafir, musyrik, sombong, takabbur, riya, dengki, dendam, khianat, kikir,loba dan tamak, memperturutkan hawa nafsu dan lain sebagainya

Berkatalah Arifbillah:



DZAT ALLAH: diri Allah yaitu menjadi suara pada Muhammad

SIFAT ALLAH: rupa Allah menjadi rupa Muhammad

ASMA ALLAH: nama Allah menjadi penglihatan pada Muhammad

AF'AL ALLAH: perbuatan Allah menjadi kelakuan pada Muhammad

* ASYHADU: syariat

* ALLAA: thorikat

* ILAAHA: hakikat

* ILLALLAH: marifat

SYARIAT itu kataku...

TH0RIKAT itu perbuatanku...

HAKIKAT itu kediamanku...

MAKRIFAT itu rahasiaku...

-> ASYHADU ALLAA ILAA HA: zahirku

-> ILLALLAH: batinku

MULIA dan HINA

Manusia itu terbagi kedalam dua bagian: MULIA dan HINA... Manusia yg mulia itu adalah yg mengetahui jalan menuju TUHAN-NYA dan mendakinya dengan tujuan untuk dapat sampai kepadanya, dialah manusia yg mulia disisi tuhannya
Sedangkan manusia yg hina adalah yg tidak mengetahui jalan menuju TUHAN-NYA dan sama sekali tidak mau berusaha Untuk mengetahuinya, seperti kaum SYARIAT yg GOBLOK, dialah manusia yg hina yg tertera didalam firman Allah:

"Barang siapa dihinakan Allah, maka tidak seorangpun dapat memuliakannya"
(Qs. Al Hajj: 18)

Maka dari itulah barang siapa ingin agar pintu hatinya dibukakan oleh Allah, maka hendaklah dia BERKHALWAT, sedikit makan, dan tidak berteman dengan orang-orang BODOH seperti kaum sariat yg GOBLOK, dan tidak bergaul dengan ULAMA-ULAMA BAHLOL yg mencari makan dengan menjual AGAMA, inilah ulama panutan kaum fanatik yg sesat lagi menyesatkan

Inti dari rahasia KHALWAT adalah ia dapat mengonsentrasikan HATI untuk bermuwajahah dengan Allah... Sambil mengucapkan lafaz:

1. ISTIGFAR -> Astaghfirullah (aku memohon ampunan kepada Allah) dibaca 100X

2. SHALAWAT -> Allahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad 'abdika wa rasulika an-nabiyi al-ummi wa 'ala alihi wa shahbihi wa sallim (ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada junjungan kami muhammad, hamba dan rasul-mu, nabi yg ummi, serta kepada keluarga dan sahabatnya) dibaca 100X

3. KALIMAH TAUHID -> La ilaha illallah wahdahu la syarika lah, lahu al-mulk wa lahu al-hamd, wa huwa 'ala kulli syai' qadir (tiada tuhan selain Allah, tiada sekutu baginya, baginya segala kekuasaan dan pujian, dan dia maha kuasa atas segala sesuatu) dibaca 100X

Dan di akhiri dengan kalam sakti yg keramat ini:

Muhammadkanlah tubuhku...
Ahmadkanlah diriku...
Lah berdiri kata Allah...
Aku dikandung cahaya...
Cahaya dikandung kalimah...
La ilaha illallah...
Illallah...
Allah...
Lah...
Ah...
h...
...

"Wataktubul Alif wataqqul Baa"

"Wataktubul Alif wataqqul Baa" Artinya ditulis dengan Alif dan dibaca dengan Baa...

Yg berlaku didalam gerak dan diam itu ialah GUDRAT dan IRADAT-nya jua, atau SIFAT yg berdiri pada DZAT, dengan kata lain yg berbuat itu ialah DZATTUL BUHTI

Coba perhatikan orang yg telah meninggal, adakah kudrat dan iradatnya,??? Tentunya tidak ada, sebab pada hukumnya jasad ini adalah BANGKAI

Coba hilangkan atau fanakan perasaan kita sehingga menjadi Laa haulaa walaa quatta illaa billaahil aliyul adzim, maka dengan itu yg berbuat tiada lain hanyalah DZATTUL BUHTI jua, sedangkan pengakuan kepada DIRI JASAD kita adalah B A N G K A I

karena yg berbuat itu ialah kudrat dan iradat nya jua atau sifat yg berdiri pada dzat, Artinya yg berbuat itu BERDIRILAH NAMA JIKA ENGKAU KUASA MENAMAINYA...


‘UWAIYS AL – QARANI – WALI ALLAH YANG TERSEMBUNYI


“Wali-Wali Allah tidak berkata: ‘ikuti saya’ tapi berkata: ‘Ikuti Allah dan Rasul-Nya!’ Siapa yang terbuka hatinya mengikuti mereka.
berdoaWali-Wali Allah tersembunyi, bukan fisiknya tapi Maqom Spiritualnya
[tersembunyi] dari orang-orang yang buta matahatinya.
Banyak yang ingin mendekati Allah tapi menjauhi para wali-Nya.
Pemuka para wali adalah para Nabi dan Sahabat Rasulullah Saw.
Sultan para wali adalah Nabiyur-Rahmah Muhammad Saw.
yang melalui beliau mengalir ilmu-ilmu Hakikat Allah
dari “hati spiritual” ke “hati spiritual” para hamba-Nya yang mukhlisin.”
- Dikutip dari kata-kata mutiara Wiyoso Hadi -

Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurayrah ra, bahwa Rasulullah SAW (ShollaLlahu ‘Alayhi Wassalam) bersabda: “Sesungguhnya Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Tinggi mencintai di antara makhluk-Nya orang-orang pilihan, (mereka) tersembunyi, taat, rambut mereka acak-acakan, wajah mereka berdebu dan perut mereka kelaparan. Jika meminta izin kepada pemimpin ditolak. Jika melamar wanita cantik tidak diterima. Jika mereka tak hadir tak ada yang kehilangan dan jika hadir tak ada yang merasa bahagia atas kehadirannya. Jika sakit tak ada yang mengunjunginya dan jika mati tak ada yang menyaksikan jenazahnya.”

Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, contohkan pada kami salahsatu dari mereka?” Beliau SAW menjawab: “Itulah ‘Uways al-Qarani.” Para sahabat bertanya kembali: “Seperti apakah ‘Uways al-Qarani?” Beliau SAW menjawab: “Matanya berwarna hitam kebiru-biruan, rambutnya pirang, pundaknya bidang, postur tubuhnya sedang, warna kulitnya mendekati warna tanah (coklat-kemerahan), janggutnya menyentuh dada (karena kepalanya sering tertunduk hingga janggutnya menyentuh dada), pandangannya tertuju pada tempat sujud, selalu meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri, menangisi (kelemahan) dirinya, bajunya compang-camping tak punya baju lain, memakai sarung dan selendang dari bulu domba, tidak dikenal di bumi namun dikenal oleh penduduk langit, jika bersumpah (berdo’a) atas nama Allah pasti akan dikabulkan. Sesungguhnya di bawah pundak kirinya terdapat belang putih. Sesungguhnya kelak di hari kiamat, diserukan pada sekelompok hamba, “Masukklah ke dalam surga!” Dan diserukan
kepada ‘Uways, “Berhenti, dan berikanlah syafa’at!” Maka Allah memberikan syafa’at sebanyak kabilah Rabi’ah dan Mudhar.”

“Wahai ‘Umar, wahai `Ali! Jika kalian berdua menemuinya, mintalah padanya agar memohonkan ampun bagi kalian berdua, niscaya Allah akan mengampuni kalian berdua.” Maka mereka berdua mencarinya selama sepuluh tahun tetapi tidak berhasil. Ketika di akhir tahun sebelum wafatnya, ‘Umar ra berdiri di gunung Abu Qubais, lalu berseru dengan suara lantang: “Wahai penduduk Yaman, adakah di antara kalian yang bernama ‘Uways?”

Bangkitlah seorang tua yang berjenggot panjang, lalu berkata: “Kami tidak tahu ‘Uways yang dimaksud. Kemenakanku ada yang bernama ‘Uways, tetapi ia jarang disebut-sebut, sedikit harta, dan seorang yang paling hina untuk kami ajukan ke hadapanmu. Sesungguhnya ia hanyalah penggembala unta-unta kami, dan orang yang sangat rendah (kedudukan sosialnya) di antara kami. Demi Allah tak ada orang yang lebih bodoh, lebih gila (lebih aneh/nyentrik), dan lebih miskin daripada dia.”

Maka, menangislah ‘Umar ra, lalu beliau berkata: “Hal itu (kemiskinan & kebodohan spiritual) ada padamu, bukan padanya. Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Kelak akan masuk surga melalui syafa’atnya sebanyak kabilah Rabi`ah dan Mudhar.” Maka ‘Umar pun memalingkan pandangan matanya seakan-akan tidak membutuhkannya, dan berkata: Dimanakah kemenakanmu itu!? Apakah ia ada di tanah haram ini?” “Ya,” jawabnya. Beliau bertanya: “Dimanakah tempatnya?” Ia menjawab: “Di bukit ‘Arafat.” Kemudian berangkatlah ‘Umar dan ‘Ali ra dengan cepat menuju bukit ‘Arafat. Sampai di sana, mereka mendapatkannya dalam keadaan sedang shalat di dekat pohon dan unta yang digembalakannya di sekitarnya. Mereka mendekatinya, dan berkata: “Assalamu’alayka wa rahmatullah wa barakatuh.” ‘Uways mempercepat shalatnya dan menjawab salam mereka.

Mereka berdua bertanya: “Siapa engkau?” Ia menjawab: “Penggembala unta dan buruh suatu kaum.” Mereka berdua berkata: “Kami tidak bertanya kepadamu tentang gembala dan buruh, tetapi siapakah namamu?” Ia menjawab: ” `Abdullah (hamba Allah).” Mereka berdua berkata: “Kami sudah tahu bahwa seluruh penduduk langit dan bumi adalah hamba Allah, tetapi siapakah nama yang diberikan oleh ibumu?” Ia menjawab: “Wahai kalian berdua, apakah yang kalian inginkan dariku?”

Mereka berdua menjawab: “Nabi SAW menyifatkan kepada kami seseorang yang bernama ‘Uways al-Qarani. Kami sudah mengetahui akan rambut yang pirang dan mata yang berwarna hitam kebiru-biruan. Beliau SAW memberitahukan kepada kami bahwa di bawah pundak kirinya terdapat belang putih. Tunjukkanlah pada kami, kalau itu memang ada padamu, maka kaulah orangnya. Maka ia menunjukkan kepada mereka berdua pundaknya yang ternyata terdapat belang putih itu. Mereka berdua melihatnya seraya berkata: “Kami bersaksi bahwasannya engkau adalah ‘Uways al-Qarani, mintakanlah ampunan untuk kami, semoga Allah mengampunimu.”

Ia menjawab: “Aku merasa tidak pantas untuk memohon ampun untuk anak cucu Adam (‘alayhis-salam), tetapi di daratan dan lautan (di kapal yang sedang berlayar) ada segolongan laki-laki maupun wanita mu’min (beriman) dan muslim yang doanya diterima.” ‘Umar dan ‘Ali ra berkata: “Sudah pasti kamu yang paling pantas.”

‘Uways berkata: “Wahai kalian berdua, Allah telah membuka (rahasia spiritual) dan memberitahukan keadaaan (kedudukan spiritual)ku kepada kalian berdua, siapakah kalian berdua?” Berkatalah `Ali ra: “Ini adalah ‘Umar ‘Amir al-Mu’minin, sedangkan aku adalah `Ali bin Abi Thalib.” Lalu ‘Uways bangkit dan berkata: “Kesejahteraan, rahmat dan keberkahan Allah bagimu wahai ‘Amir al-Mu’minin, dan kepadamu pula wahai putra ‘Abi Thalib, semoga Allah membalas jasa kalian berdua atas umat ini dengan kebaikan.” Lalu keduanya berkata: “Begitu juga engkau, semoga Allah membalas jasamu dengan kebaikan atas dirimu.”

Lalu ‘Umar ra berkata kepadanya: “Tetaplah di tempatmu hingga aku kembali dari kota Madina dan aku akan membawakan untukmu bekal dari pemberianku dan penutup tubuh dari pakaianku. Di sini tempat aku akan bertemu kembali denganmu.”

Ia berkata: “Tidak ada lagi pertemuan antara aku denganmu wahai ‘Amir al-Mu’minin. Aku tidak akan melihatmu setelah hari ini. Katakan apa yang harus aku perbuat dengan bekal dan baju darimu (jika engkau berikan kepadaku)? Bukankah kau melihat saya (sudah cukup) memakai dua lembar pakaian terbuat dari kulit domba? Kapan kau melihatku merusakkannya! Bukankah kau mengetahui bahwa aku mendapatkan bayaran sebanyak empat dirham dari hasil gembalaku? Kapankah kau melihatku menghabiskannya? Wahai ‘Amir al-Mu’minin, sesungguhnya dihadapanku dan dihadapanmu terdapat bukit terjal dan tidak ada yang bisa melewatinya kecuali setiap (pemilik) hati (bersih-tulus) yang memiliki rasa takut dan tawakal (hanya kepada Allah), maka takutlah (hanya kepada Allah) semoga Allah merahmatimu.”

Ketika ‘Umar ra mendengar semua itu, ia menghentakkan cambuknya di atas tanah. Kemudian ia menyeru dengan suara lantang: “Andai ‘Umar tak dilahirkan oleh ibunya! Andai ibuku mandul tak dapat hamil! Wahai siapa yang ingin mengambil tampuk kekhilafahan ini?” Kemudian ‘Uways berkata: “Wahai ‘Amir al-Mu’minin, ambillah arahmu lewat sini, hingga aku bisa mengambil arah yang lain.” Maka ‘Umar ra berjalan ke arah Madina, sedangkan ‘Uways menggiring unta-untanya dan mengembalikan kepada kaumnya. Lalu ia meninggalkan pekerjaan sebagai penggembala dan pergi ke Kufah dimana ia mengisi hidupnya dengan amal-ibadah hingga kembali menemui Allah.

5. SEPUTAR RAHASIA WALI ALLAH

Inna auliya allahi la khaufun ‘alaihim walaa hum yahzanuun. Begitulah penegasan Allah tentang hakekat jiwa para wali, bahwa mereka tidak akan dirundung takut dan sedih. Tak heran bila kita melihat perjalanan hidup para wali sanga dan para wali jaman mutakhir, semisal KH Moch. Cholil Bangkalan, KH Abdul Hamid Pasuruan, KH Chamin Jasuli (Gus Mik) dan beberapa auliya’ lainnya, mereka tidak kenal rasa takut dan sedih, sebab hidup dan mati mereka memang untuk dan bagi Allah semata. Hanya saja, bagaimanapun dunia wali adalah dunia penuh rahasia.

sholat-1Terkait dengan rahasia wali Allah itu, Imam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali menulis sebuah cerita dalam Mukasayafat Al-Qulub. Alkisah, seorang bangsawan berjalan jalan di pasar budak. Matanya tertarik pada seorang budak bertubuh kekar. Lalu ia bertanya kepada budak itu, “Maukah kau bekerja untukku? Aku lihat kau mempunyai keterampilan yang aku butuhkan”. Dengan tenang budak itu menjawab, “ Aku mau bekerja untuk siapapun dengan dua syarat.” “Apa itu syaratmu anak muda?”, tanya sang bangsawan penasaran. “Dua syaratku adalah : pertama, aku hanya bekerja siang hari, jangan suruh aku bekerja malam hari dan kedua, aku tidak mau tinggal satu rumah denganmu, beri aku tempat tinggal yang lain.” Mendengar ini, timbul rasa penasaran di hati bangsawan, ia pun berniat untuk mempekerjakan budak itu, apalagi si budak memenuhi kriterianya.

Singkat cerita dibawalah budak itu ke rumah sang bangsawan. Ia diizinkan untuk tinggal di sebuah gubuk di sebelah rumah mewah bangsawan. Lalu dimulailah hari-hari sang budak bekerja bagi majikan barunya. Segala sesuatu berjalan apa adanya. Si budak bekerja di siang hari menjalankan tugas tugasnya sampai majikannya sangat puas terhadapnya. Ingin rasanya majikan itu memintanya kerja juga di malam hari walaupun hanya untuk pekerjaan ringan, tetapi ia teringat akan syarat pertama si budak. Dan ia merasa berkecukupan dengan kerja baik si budak itu pada siang hari.

Semuanya berjalan lancar sampai pada suatu saat ketika istri si bangsawan merasa ingin memberi hadiah atas kerja keras budak itu. Tanpa sepengetahuan suaminya, malam hari istri bangsawan itu membawakan sesuatu buat si budak. Ia menyelinap masuk ke dalam gubuk. Ia terkejut manakala menemukan budak itu telungkup sujud. Di atasnya bergayut lingkaran putih bercahaya.

Melihat ini, istri bangsawan segera berlari menemui suaminya dan berkata, “Wahai suamiku, sesungguhnya budak itu adalah seorang wali Allah !”. Dengan segera pasangan suami istri itu bergegas menemui si budak. Apa jawab budak itu ketika bertemu mereka ? Ia hanya menjawab singkat, “Bukankah sudah aku minta agar kalian tidak menggangguku di malam hari ?” Lalu ia menengadahkan tangannya ke langit seraya menggumankan sebuah syair yang artinya : “Wahai pemilik rahasia, sesungguhnya rahasia ini sudah terungkap, maka tak kuinginkan lagi hidup ini setelah rahasia ini tersingkap”. Tak lama setelah membacakan syair ini, si budak pun sujud dan menghembuskan nafasnya yang terakhir, meninggalkan suami istri itu dalam keheranan.

Cerita dari Imam Ghazali itu mengantarkan kita kepada beberapa hal, diantaranya bahwa kita sebagai manusia biasa tidak mengetahui begitu saja bahwa seseorang adalah wali Allah dan seseorang yang lain bukan . Menurut para sufi, la ya’rifal-wali illa al-wali, tidak akan mengetahui seorang wali selain wali Tuhan yang lainnya.

Demikianlah beberapa artikel tentang wali Allah dan tanda tandanya, mudah mudahan menambah wawasan dan meningkatkan motivasi kita untuk mendekatkan diri pada Allah. Dalam surat Al Waqiah ayat 10-14 disebutkan bahwa para Wali Allah adalah orang yang dekat dengan Allah (Al Mukarrobuun), mereka itu sebagian besar orang zaman dahulu dan sebagian kecil dari orang zaman sekarang (kemudian).

10. Dan orang-orang yang beriman paling dahulu, 11. Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. 12. Berada dalam jannah kenikmatan13. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, 14. dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian (Al Waqiah 10-14)

Mari kita berlomba lomba untuk mendapatkan derajat Aulia Allah ataupun Al Muqarrobun seperti yang disebutkan dalam surat Al Waqiah tersebut diatas.

Allah Selalu Mengingat Hamba yang Mengingat-Nya


Faedah tauhid berikut akan membicarakan dua sifat Allah yang mulia yaitu kebersamaan Allah dan kedekatan Allah pada hamba-Nya. Ketika hamba semakin dekat pada Allah, maka Allah lebih dekat lagi padanya. Sehingga hal ini mengingatkan kita jangan sampai lalai dari mengingat atau berdzikir pada Allah. Juga hadits ini membicarakan bagaimana Allah sesuai dengan sangkaan hamba-Nya, yang di mana hal ini menuntut kita supaya selalu husnuzhon pada Allah dalam do’a dan rasa harap.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِى ، فَإِنْ ذَكَرَنِى فِى نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِى نَفْسِى ، وَإِنْ ذَكَرَنِى فِى مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِى مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا ، وَإِنْ أَتَانِى يَمْشِى أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً »

Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).

Penjelasan:

Hadits ini adalah hadits qudsi, yaitu hadits yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Allah Ta’ala (lafazh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maknanya dari Allah). Hadits ini adalah hadits yang amat mulia di mana berisi perkara mulia yang berkenaan dengan Allah subhanahu wa ta’ala, yaitu berisi pembicaraan sifat-sifat Allah.

Di antara faedah dari hadits di atas:

1. Penetapan bahwa Allah memiliki sifat kalam (berbicara). Sebagaimana hal ini ditunjukkan pada hadits dalam perkataan “يَقُولُ اللَّهُ”.

2. Allah merealisasikan apa yang disangkakan hamba-Nya yang beriman. Sebagaimana hal ini adalah makna “أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى” (Aku sesuai persangkaan hamba pada-Ku).

3. Hadits ini mengajarkan untuk berhusnuzhon (berprasangka baik) pada Allah. Yaitu setiap hamba hendaklah berprasangka pada Allah bahwasanya Dia maha pengampun, begitu menyayangi hamba-Nya, maha menerima taubat, melipatgandakan ganjaran dan memberi pertolongan bagi orang beriman. Berhusnuzhon pada Allah di sini dibuktikan dengan seorang hamba punya rasa harap dan rajin memohon do’a pada Allah.

4. Hadits ini menunjukkan sifat kebersamaan Allah dengan hamba-Nya (ma’iyyatullah). Dan sifat kebersamaan yang disebutkan dalam hadits ini adalah sifat kebersamaan yang khusus.

5. Dorongan untuk berdzikir pada Allah baik dalam keadaan bersendirian dan terang-terangan. Dzikir pada Allah ini bisa dilakukan dengan mengucapkan bacaan tasbih (subhanallah), tahmid (alhamdulillah), tauhid (laa ilaha illalah), dan takbir (Allahu akbar). Jadi lafazh “فَإِنْ ذَكَرَنِى فِى نَفْسِهِ” (jika ia mengingat-Ku pada dirinya) bukanlah bermakna hamba tersebut mengingat Allah dalam hati tanpa dilafazhkan. Namun maknanya adalah hamba tersebut mengingat Allah dalam keadaan bersendirian tanpa ada yang mengetahui.

6. Allah akan menyebut-nyebut orang yang mengingat-Nya. Jika Allah menyebut-nyebut seperti ini, menunjukkan bahwa sebutan tersebut mengandung pujian dan kasih sayang Allah (rahma Allah) pada hamba tersebut.

7. Balasan sesuai dengan amalan yang dilakukan (al jaza’ min jinsil ‘amal). Hal ini dibuktikan pada ayat Al Qur’an,

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku ni.�8`a Aku ingat (pula) kepadamu” (QS. Al Baqarah: 152). Dalam hadits di atas dibuktikan pula dalam lafazh,

فَإِنْ ذَكَرَنِى فِى نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِى نَفْسِى ، وَإِنْ ذَكَرَنِى فِى مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِى مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ

“Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).”

Juga dalam lafazh,

وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا ، وَإِنْ أَتَانِى يَمْشِى أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً

“Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.”

8. Allah menyebut-nyebut hamba-Nya dengan kalam yang ia perdengarkan pada para malaikat yang Dia kehendaki. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam lafazh hadits,

ذَكَرْتُهُ فِى مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ

“…, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).”

Juga dikuatkan dalam hadits shahih lainnya,

إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَقَالَ إِنِّى أُحِبُّ فُلاَنًا فَأَحِبَّهُ

“Jika Allah mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril seraya berkata, “Sesungguhnya Aku mencintai si fulan, maka cintailah dia.” (HR. Bukhari no. 7485 dan Muslim no. 2637).

9. Hadits ini menunjukkan dekatnya hamba pada Allah dan dekatnya Allah pada hamba-Nya.

10. Di antara nama Allah adalah: Al Qoriib Al Mujiib (Maha Dekat lagi Maha Mengabulkan). Allah Ta’ala menyebutkan mengenai nabi-Nya, Sholih ‘alaihis salam,

فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ

“Karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabbmu amat dekat lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)” (QS. Hud: 61). Sifat Allah dekat sebagaimana sifat Allah lainnya. Sifat ini tidaklah sama dengan kedekatan makhluk dan tidak diketahui kaifiyah (cara) kedekatan Allah tersebut.

11. Kedekatan Allah pada hamba itu bertingkat-tingkat. Ada hamba yang Allah lebih dekat padanya lebih dari yang lain.

12. Kedekatan hamba pada Allah bertingkat-tingkat pula. Ada hamba yang begitu dekat pada Allah lebih dari yang lain.

13. Kedekatan Allah didekati dengan penyebutan sesuatu yang terindra seperti dengan jengkal, hasta dan depa. Namun ini cuma secara maknawi yang menunjukkan Allah itu dekat.

14. “Harwalah” yang disebutkan dalam hadits bermakna berjalan cepat. Dari konteks hadits menunjukkan bahwa jika hamba dekat pada Allah, maka Allah akan semakin dekat pada hamba.

MELAPOR



Laporan adalah informasi, laporan bisa disampaikan secara tertulis maupun lisan. Pada instansi resmi biasanya laporan disampaikan secara tertulis bahkan seringkali harus dipresentasikan atau diexpose. Laporan biasanya juga diminta secara periodik seperti harian, mingguan, bulanan atau tahunan. Laporan ini dibutuhkan untuk mengevaluasi kinerja suatu kegiatan atau aktivitas terhadap objek tertentu. begitulah defenisi singkat saya tentang laporan. Dalam hubungan manusia dengan Tuhan dalam konteks hamba dengan Khalik, mutlak diperlukan laporan yang lebih intens oleh si hamba kepada Tuhan, kapan saja, dimana saja dan tentang apa saja yang ingin dilaporkan tanpa ada suatu batasan apapun mengenai waktu, tempat, objek yang dilaporkan dan tanpa harus melewati protokoler apapun untuk melapor kepada Tuhan. Perbedaan antara laporan manusia dengan manusia dan laporan antara manusia dengan Tuhan adalah, kalau laporan manusia dengan manusia biasanya yang meminta laporan adalah atasan anda, atasan anda yang meminta laporan anda untuk melihat kinerja anda sedangkan laporan manusia dengan Tuhan adalah atas inisiatip anda sendiri karena andalah yang butuh ”melaporkan” itu, bukan Tuhan.

Melapor kepada Tuhan tentulah berbeda dengan laporan komandan upacara kepada inspektur upacara. Laporan kepada inspektur upacara itu mirip mirip membentak. ’Lapor! Upacara siap untuk dilaksanakan! Laporan selesai!’ begitulah saya membentak kepala sekolah kami pagi senin itu dan beliau langsung menimpali ’laksanakan!’. Melapor kepada Tuhan tentulah di awali dengan puji pujian dulu seperti ’segala puja dan puji bagiMu Tuhan.., Engkau maha pengasih lagi maha penyayang… dan seterusnya.. dan sebagainya… kalau diterjemahkan dalam bahasa arab sperti ini ’alhamdulillahirrabbil ’alamin.. arrahmannirrahim.. dst.., dsb.., itupun kalau anda orang arab, kalau bukan pakailah bahasa yang anda mengerti, bahasa Ibu anda, begitulah Guru saya berpesan. Setelah puji pujian barulah anda melapor semisal tunjukilah aku jalan lurus dan benar, bahasa arabnya ihdinassirattal mustaqim.. itupun kalau yang anda butuhkan adalah jalan yang lurus dan benar. Kebutuhan anda dan saya tentulah berbeda, pada saat saya butuh dana segar 10 milyar misalnya tentulah saya meminta suntikan dana segar 10 milyar, saya tidak akan meminta jalan yang lurus. Kalau orang lain butuh anaknya lulus tes CPNS misalnya mintalah agar lulus tes CPNS jangan minta jalan lurus dan benar, gak nyambung soalnya.

Melapor itu lebih mirip sharing (berbagi) sebenarnya daripada berdoa. Sharing itu akrab layaknya anda dengan orang orang terdekat anda ketika anda minta pendapat, ada komunikasi dua arah yang terjadi. Contoh, dikisahkan ketika istri terakhir Nabi Ayub meninggalkan beliau karena tidak tahan menyertai Nabi yang sedang menerima cobaan Tuhan bertubi tubi dan berkepanjangan, Ayub berkata kepada istrinya ’kalau engkau kembali kepadaku, aku akan menderamu 100 kali. Ketika cobaan Tuhan mereda, kesehatan Nabi Ayub membaik diikuti dengan kepulihan ekonomi beliau dan menjadi kaya lagi, sang istri terakhir pun kembali kepada beliau, pada saat itulah Nabi Ayub kebingungan dan melapor kepada Tuhanya. Tuhan, aku harus melaksanakan janjiku menderanya 100 kali tapi aku tidak tega, kemudian Tuhan memberikan solusi dan berfirman kepadanya ’ambillah seratus lidi dan kumpulkanlah lidi lidi itu kemudian pukulkan sekali ke tubuh istrimu’. Sungguh Ayub telah mendapat pencerahan luar biasa ketika Ayub yang berkonsep 1 x 100 kebingungan dan Tuhan menawarinya konsep 100 x 1 dengan hasil yang sama tetapi memberikan efek yang jauh berbeda. Inilah gunanya melapor.

Lalu seberapa pentingkah melapor kepada Tuhan? Saudara, semua orang tahu kalau bersetubuh itu haram meskipun dengan istri sekalipun selama berpuasa. Ketika bulan Ramadhan saat Nabi Muhammad SAW sedang duduk duduk dengan para sahabat, ada seseorang yang datang kepada Rasulullah melapor dan terjadilah ilustrasi dialog kira kira seperti di bawah ini :

Orang melapor ; ya Rasulullah, saya tidak tahan ya Rasulullah, saya telah menggauli istri saya

Rasulullah ; merdekakan olehmu seorang budak

Orang melapor ; saya tidak punya uang ya Rasulullah

Rasulullah ; ganti puasamu dengan puasa 60 hari berturut turut pada bulan yang lain

Orang melapor ; 1 hari saja saya tidak mampu ya Rasulullah, bagaimana saya mampu puasa 60 hari berturut turut?

Rasulullah ; kalau begitu berilah makan 60 orang fakir miskin

Orang melapor ; saya orang miskin ya Rasulullah, saya tidak mampu memberi makan fakir miskin

Rasulullah ; ya sudah, bagikan ini kepada orang miskin di tempatmu (sambil nabi memberikan sekeranjang kurma kepada orang melapor tadi)

Orang melapor ; ya Rasulullah, saya adalah orang termiskin di tempat saya.

Rasulullah ; ya sudah, bawalah pulang anggur itu untukmu

Orang melapor ; terima kasih ya Rasulullah..

Saudara, kalau lah kita ada di selingkar duduk Nabi pada saat itu mungkin kita sendiri akan iri sambil berguman ’ini orang sudah melakukan kesalahan kok malah dapat hadiah pulak?!!’. Akhirnya halal haram boleh atau tidak menjadi tidak penting lagi disini, yang penting adalah MELAPOR! Kalau orang yang melapor tadi tidak tahu Tuhan dia melapor saja kepada Nabi, ketika Nabi tidak memberi sanksi apapun dan malah memberi hadiah kepada si orang tadi, itu sudah menjadi tanggung jawab Nabi lah kepada Tuhan.

Ini cerita dari Guru saya, ketika muda Guru saya bekerja pada sebuah keluarga kaya di ujung pulau seberang, pada saat berencana hendak mengunjungi Gurunya di Medan Sumatera Utara, Guru saya muda telah jauh jauh hari melapor kepada majikannya minta diijinkan cuti pada hari H untuk mengunjungi Gurunya di Medan. Sambil bekerja Guru saya muda menanam bunga yang memperkirakan hasilnya nanti bisa digunakan untuk ongkos keberangkatan ke Medan. Perjalanan ke Medan adalah perjalanan sehari semalam di darat ditambah tiga hari dua malam kapal berlayar. Guru saya muda telah memperkirakan dengan cermat kapan harus menanam supaya hasilnya bisa digunakan tepat pada waktunya menjelang hari H. Apa yang tejadi saudara? Justru pada saat panen bunga tiba, tanamannya mati semua. Hancurlah perasaan Guru saya yang telah menaruh harapan besar pada satu satunya harapan agar bisa mengunjungi Gurunya di Medan. Maha suci Tuhan, kemudian Guru saya mengambil air wudhu dan setelah selesai sembahyang dan masih di atas tikar sembahyangnya Guru saya melapor.. Tuhan, aku sudah menanam bunga yang hasilnya bisa aku pakai untuk ongkos pergi ke Medan, tapi… kini bunga bunga itu mati, bagaimana aku bisa mengunjungi Guruku Tuhan?.. sambil bercerita Guru saya bertanya kepada kami, menangiskah sambil melapor? Kami mengangguk sambil menjawab lirih serempak ’iyaa..’. Guru saya menimpali dengan suara yang keras dan panjang ’MEENAANGIIS!!’. Kata Guru barusan sangat mempertegas kepada kami bahwa melapor kepada Tuhan, berkeluh kesah kepada Tuhan adalah dengan segenap perasaan dan jiwa. Guru melanjutkan ceritaNya.. apa kata Tuhan? Seolah olah Guru bertanya kepada kami dan kemudian melanjutkan ’Heii MALAIKAT!!! KAU URUS ITU SI … (sambil menyebut namanya sendiri)’. Guru saya melanjutkan bahwa ketika selesai Guru saya muda melipat tikar sembahyangnya, sang majikan datang sambil membawa amplop tebal yang berisi uang dan menyerahkannya kepada Guru saya muda sambil berkata ’kapan berangkat? Ini untuk ongkos di jalan, pergi dan pulang beserta uang saku di jalan…’. ALLAH MAHA KAYA, ALLAH MAHA KAYA, ALLAH MAHA KAYA…

Saudara sekalian, pada saat menanam bunga Guru saya muda memperkirakan hasilnya hanya cukup untuk ongkos pergi saja, setelah melapor, Tuhan memberikan lengkap ongkos pergi dan ongkos pulang tambah uang saku.

Saudara sekalian, statemen yang kita tangkap adalah yang penting MELAPOR!. Statemen ini hanya berlaku bagi saudara saudara yang sudah mengenal Tuhannya, bagi yang belum silahkan cari dulu Tuhannya, kalau tidak bisa mencari Tuhan carilah dulu orang yang sudah mengenal Tuhan biar ada yang bimbing. Terima kasih.

Saudaraku,

Melaporlah pada saat senang agar Tuhan juga mau mendengar laporan kita pada saat susah

Melaporlah pada saat banyak uang agar Tuhan juga mendengar laporan pada saat kita tak punya uang

Melaporlah pada saat bahagia agar Tuhan menemani kita pada saat sengsara

Melaporlah…

berdoa sesudah pengkhataman Al-Qur’an

berdoa sesudah pengkhataman Al-Qur’an sangat disunahkan berdasarkan apa yang kami sebutkan dalam masalah sebelumnya.
Diriwayatkan oleh Ad-Daarimi dengan isnadnya dari Humaid Al-A’raj, katanya:
Barangsiapa membaca Al-Qur’an, kemudian berdoa, maka doanya diamini oleh 4.000 malaikat.

Hendaklah dia bersungguh-sungguh dalam bedoa dan mendoakan hal-hal yang penting serta memperbanyak untuk kebaikan kaum muslimin dan para pemimpin mereka.

Diriwayatkan oleh Al-Hakim Abu Abdillah An-Nisaburi dengan isnadnya bahwa Abdullah Ibn Al-Mubarak ra apabila mengkhatamkan AlQur’an, maka sebagian besar doanya adalah untuk kaum muslimin, Mukminin dan mukminat.

Pada waktu yang sama dia juga berkata seperti itu. Maka hendaklah orang yang berdoa memilih doa-doa yang menyeluruh, seperti:

“Ya Allah, sempurnakanlah hati kami, hilangkanlah keburukan kami, bimbinglah kami dengan jalan yang terbaik, hiasilah kami dengan ketaqwaan, kumpulkanlah bagi kami kebaikan akhirat dan dunia dan anugerahkanlah kami ketaatan kepada-Mu selama Engkau menghidupkan kami.

“Ya Allah, mudahkanlah kami ke jalan kemudahan dan jauhkanlah kami dari kesukaran, lindungilah kami dari keburukan diri kami dan amal-amal kami yang buruk, lindungilah kami dari siksa neraka dan siksa kubur, fitnah semasa hidup dan sesudah mati serta fitnah Al-Masih AdDajjal.”

“Ya Allah, kami mohon kepada-Mu petunjuk, kekuatan, kesucian diri dari kecukupan.”

“Ya Allah, Kami amanahkan pada-Mu agama, jiwaraga dan penghabisan amal-amal kami, keluarga dan orang-orang yang kami cintai, kaum muslimin lainnya dan segala urusan akhirat dan dunia yang Engkau anugerahkan kepada kami dan mereka.”

“Ya Allah, kami mohon kepada-Mu maaf dan keselamatan dalam agama, dunia dan akhirat. Kumpulkanlah antara kami dan orang-orang yang kami cintai di negeri kemuliaan-Mu dengan anugerah dan rahmat-Mu.”

“Ya Allah, sempurnakanlah para pemimpin muslimin dan jadikanlah mereka berlaku adil terhadap rakyat mereka, berbuat baik kepada mereka, menunjukkan kasih sayang dan bersikap lemah-lembut kepada mereka serta memperhatikan maslahat-maslahat mereka.
Jadikanlah mereka mencintai rakyat dan mereka dicintai rakyat. Jadikanlah mereka menempuh jalan-Mu dan mengamalkan tugas-tugas agama-Mu yang lurus.”

: “Ya Allah, berlembutlah kepada hamba-Mu penguasa kami dan jadikanlah dia memperhatikan maslahat-maslahat dunia dan akhirat. Jadikanlah dia mencintai rakyatnya dan jadikanlah dia dicintai rakyat.”

Lalu membaca doa-doa lanjutan berkenaan dengan para pemimpin dan menambahkan sebagai berikut:
“Ya Allah, rahmatilah diri dan negerinya, jagalah para pengikut dan tentaranya, tolonglah dia untuk menghadapi musuh-musuh agama dan para penantang lainnya. Jadikanlah dia bertindak menghilangkan berbagai kemungkaran dan menunjukkan kebaikan-kebaikan serta berbagai bentuk kebajikan. Jadikanlah Islam semakin tersebar dengan sebabnya, muliakanlah dia dan rakyatnya dengan kemuliaan yang cemerlang.”

“Ya Allah, perbaikilah keadaan kaum muslimin dan murahkanlah harga-harag mereka, amankanlah mereka di negeri-negeri mereka, lunasilah hutang-hutang mereka, sembuhkanlah orang-orang yang sakit diantara mereka, bebaskanlah mereka yang ditawan, sembuhkanlah penyakit hati mereka, hilangkanlah kemarahan hati mereka dan persatukanlah diantara mereka.
Jadikanlah iman dan hikmah dalam hati mereka, tetapkanlah mereka diatas agama Rasul-Mu saw. Ilhamilah mereka agar memenuhi janji-Mu yang Engkau berikan kepada mereka, tolonglah mereka dalam menghadapi musuh-Mu dan musuh mereka, wahai Tuhan Yang Maha Besar dan jadikanlah kami dari golongan mereka.”

“Ya Allah, jadikanlah mereka menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mengamalkannya, mencegah dari yang mungkar dan menjauhinya, memelihara batas-batas-Mu, melakukan ketaatan kepada-Mu, saling berbuat baik dan menasihati.”

“Ya Allah, jagalah dalam pendapat dan perbuatan mereka, berkatilah mereka dalam semua keadaan mereka.”

Orang yang berdoa hendaklah memulai dan mengakhiri doanya dengan ucapan:
“Segala Puji bagi Allah Tuhan sekalian alam dengan pujian yang memadai dengan nikmat-nikmat-Nya dan sepadan dengan tambahan-Nya

Ya Allah, limpahkanlah sholwat dan salam ke atas Muhammad dan keluarga (Penghulu Kami) Muhammad sebagaimana Engkau melimpahkan sholwat ke atas Ibrahim dan keluarganya.

Berkatilah (Penghulu kami) Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau berkati Ibrahim dan keluarganya. Di seluruh alam, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.”

Masalah kelima, apabila selesai dari pengkhataman Al-Qur’an, apabila selesai dari pengkhataman Al-Qur’an, disunahkan memualai lagi membaca Al-Qur’an sesudahnya. Para Ulama Salaf dan Kalaf telah menganjurkan hal itu. Mereka berhujah dengan hadits Anas ra bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Sebaik-baik amal adalah al-Hallu dan ar-Rahlah. Ditanyakan kepada baginda, ‘Apakah keduanya itu?’ Nabi saw menjawab, ‘Memulai membaca Al-Qur’an dan mengkhatamkannya’.”
Wallaahu a'lam..

Bahasa cinta untuk mengingatNya

Pada suatu kesempatan salah seorang dari mereka bertanya kepada kami, apakah kami masih suka mendengarkan radio dakta, kenapa belum beralih ke radio rodja ?

Jika harus memilih di antara dua pilihan yakni radio dakta atau radio rodja, memang kami memilih radio dakta walaupun di radio dakta ada juga pendapat-pendapat dari ulama yang mengaku mengikuti salafush sholeh. Namun salah satu kelebihan radio dakta adalah menyiarkan pengejawantahan (implementasi) ilmu agama dalam kehidupan sehari-hari termasuk memperdengarkan lagu yang lirik atau syairnya mengantarkan kita untuk mengingat Allah.

Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan kalau seseorang hanya mendalami ilmu syariat atau ilmu fiqih saja tanpa mengamalkan tasawuf (tentan ihsan) maka hatinya tidak dapat merasakan kelezatan takwa

Imam Syafi’i ~rahimahullah menyampaikan nasehat (yang artinya) ,”Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih (menjalani syariat) dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya. Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih (menjalani syariat) tapi tidak mau menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelezatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mau mempelajari ilmu fiqih (menjalani syariat), maka bagaimana bisa dia menjadi baik (ihsan)?” [Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47]

Imam Malik ~rahimahullah menasehatkan agar kita menjalankan perkara syariat sekaligus menjalankan tasawuf agar tidak menjadi manusia yang rusak atau tidak menjadi manusia berakhlak tidak baik.

Imam Malik ~rahimahullah menyampaikan nasehat (yang artinya) “Dia yang sedang tasawuf tanpa mempelajari fiqih (menjalankan syariat) rusak keimanannya , sementara dia yang belajar fiqih (menjalankan syariat) tanpa mengamalkan Tasawuf rusaklah dia, hanya dia siapa memadukan keduanya terjamin benar“

Bagi kami radio Rodja sebagian besar “memperlihatkan” Allah Azza wa Jalla sebagai sosok yang hanya “memerintah” dan “melarang” saja. Masih kurang “memperlihatkan” Allah Azza wa Jalla dalam sosok “Ar Rahmaan Ar Rahiim” atau “memperlihatkan” hubungan cinta Allah kepada hambaNya dan sebaliknya.

Pada hakikatnya perintahNya dan laranganNya adalah wujud kasih sayang Allah ta’ala kepada hambaNya.

Begitu pula larangan orang tua kepada anaknya adalah wujud kasih sayang orang tua kepada anaknya. Bagi anak yang telah “mengenal” orangtuanya, dia akan menjauhi apa yang dilarang orang tuanya, karena dia paham bahwa orang tua melarangnya merupakan wujud rasa sayang orang tua kepadanya. Jadi anak itu ikhlas menjauhi apa yang dilarang orangtuanya tanpa peduli dengan akibat jika larangan itu dilanggar.

Salah satu cara “memperlihatkan” suasana saling mencintai adalah dengan memperdengarkan lagu yang lirik atau syairnya yang bermuatan “bahasa cinta” yang dapat mengingat Allah.

Contohnya pagi ini kami melalui radio dakta dapat mendengarkan kembali lagu karya Ebiet G Ade berjudul Isyu dengan lirik lagu sebagai berikut

Engkau pasti menuduhku
telah bersekutu dengan setan
Menyangka apa yang kumiliki
aku dapat dari dusta

Engkau mulai kasak-kusuk,
bergunjing ke sana-sini
melilitkan isyu di leherku
mengipaskan suasana panas

Entah apa yang harus kujelaskan
Aku enggan bicara

yang penting suara dalam jiwaku
adalah kebenaran

Biarpun hanya Tuhan yang mendengar

Du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Engkau pasti menduga-duga
aku telan yang bukan milikku

Coba buka catatan di langit
di sana kusimpan kebenaran

Entah apa yang harus kujelaskan
Aku enggan bicara
yang penting suara dalam jiwaku
adalah kebenaran

Biarpun hanya Tuhan yang mendengar

Du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Du du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Du du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Du du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Isyu, isyu, isyu, semua hanya isyu
Isyu, isyu, isyu, semua hanya isyu

Lirik lagu tersebut bermuatan “bahasa cinta” yang tidak dapat dipahami dengan makna dzahir/harfiah/tersurat/tertulis. Bahasa cinta hanya dapat dipahami dengan hati atau akal qalbu bersandarkan pada makna bathin atau makna dibalik yang tertulis atau makna yang tersirat.

Contohnya

“melilitkan isyu di leherku mengipaskan suasana panas”
“Engkau pasti menduga-duga, aku telan yang bukan milikku”

“Coba buka catatan di langit di sana kusimpan kebenaran”
“Aku enggan bicara, yang penting suara dalam jiwaku adalah kebenaran”

“Catatan di langit” kaitannya dengan kebenara”
“suara dalam jiwaku” kaitannya dengan kebenaran

Firman Allah ta’ala yang artinya,

“maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya“. (QS Asy Syams [91]:8)

“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan” (QS Al Balad [90]:10)

Wabishah bin Ma’bad r.a. berkata: Saya datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda, “Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebaikan?” Saya menjawab, “Benar.”Beliau bersabda, “Mintalah fatwa kepada hatimu sendiri. Kebaikan adalah apa-apa yang menenteramkan jiwa dan hati, sedangkan dosa adalah apa-apa yang mengusik jiwa dan meragukan hati, meskipun orang-orang memberi fatwa yang membenarkanmu.” hadits diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dan Imam Ad-Darami dengan sanad hasan

Nawas bin Sam’an r.a. meriwayatkan dari Nabi shallallahu alaihi wasallam., beliau bersabda, “Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah segala hal yang mengusik jiwamu dan engkau tidak suka jika orang lain melihatnya.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim).

Sebuah lagu yang merupakan karya manusia mengandung bahasa cinta yang dipahami dengan makna bathin/tersirat tidak dapat dimaknai secara dzahir/harfiah/tertulis/tersurat apalagi diturunkan Al-Qur’an diturunkan Allah Sang Pemilik Cinta dan disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam bahasa Arab yang fushahah dan balaghah yang bermutu tinggi

Coba kita simak kembali bagaiamana ulama panutan mereka ulama Ibnu Taimiyyah dalam Ar Risalah Al ‘Arsyiyah berkata :

“Sesungguhnya Arsy tidak kosong; karena dalil-dalil tentang bersemayamnya Allah di atas Arsy adalah muhkam (tidak memerlukan takwil karena kejelasan maknanya), dan hadits tentang turun-Nya Allah muhkam pula. Sedangkan sifat-sifat Allah Suybhanahu Wa Ta’ala tidak bisa dikiaskan dengan sifat-sifat makhluk-Nya. Maka wajib bagi kita untuk menetapkan nash-nash tentang istiwa (bersemayam) berdasarkan kedudukannya yang muhkam, begitu pula tentang turunnya Allah. Kita katakan bahwa Allah bersemayam di atas arsy, Allah juga turun ke langit dunia. Dia lebih mengetahui tentang bagaimana Dia bersemayam dan bagaimana Dia turun, sedangkan akal kita sangat terbats, sempit dan hina untuk mengetahui ilmu Allah Subhanahu Wa Ta’ala.”

Boleh jadi ketika ulama Ibnu Taimiyyah mengatakan “Sesungguhnya Arsy tidak kosong” menjawab kebimbangannya ketika beliau memaknai secara dzahir/harfiah/tertulis/tersurat hadits “Rabb Tabaraka wa Ta’la turun ke langit dunia pada setiap malam“. Lalu beliau menyatakan “Kita katakan bahwa Allah bersemayam di atas arsy, Allah juga turun ke langit dunia. Dia lebih mengetahui tentang bagaimana Dia bersemayam dan bagaimana Dia turun”

Artinya Ibnu Taimiyyah beri’tiqod bahwa Allah ta’ala berada atau bertempat di atas ‘Arsy , Arsy tidak kosong walaupun Allah ta’ala turun ke langit dunia.

Pada hakikatnya beliau menemukan pertentangan di antara pendapatnya sendiri dikarenakan memahami dengan makna secara dzahir/harfiah/tertulis/tersurat atau memahaminya dengan metodologi “terjemahkan saja” dari sudut arti bahasa (lughot) dan istilah (terminologi) saja

Allah ta’ala berfirman “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an ? Kalau kiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS An Nisaa [4] : 82)

Firman Allah ta’ala dalam (QS An Nisaa 4 : 82) menjelaskan bahwa dijamin tidak ada pertentangan di dalam Al Qur’an. Jikalau manusia mendapatkan adanya pertentangan di dalam Al Qur’an maka pastilah yang salah adalah pemahamannya.

Dengan arti kata lain segala pendapat atau pemahaman yang bersumber dari Al Qur’an dan Hadits tanpa bercampur dengan akal pikiran sendiri atau hawa nafsu maka pastilah tidak ada pertentangan di dalam pendapat atau pemahamannya.

Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, ulama besar Indonesia yang pernah menjadi imam, khatib dan guru besar di Masjidil Haram, sekaligus Mufti Mazhab Syafi’i pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 menjelaskan dalam kitab-kitab beliau seperti ‘al-Khiththah al-Mardhiyah fi Raddi fi Syubhati man qala Bid’ah at-Talaffuzh bian-Niyah’, ‘Nur al-Syam’at fi Ahkam al-Jum’ah’ bahwa pemahaman Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qoyyim Al Jauziah menyelisihi pemahaman Imam Mazhab yang empat yang telah diakui dan disepakati oleh jumhur ulama yang sholeh dari dahulu sampai sekarang sebagai pemimpin atau imam ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak)

Berikut kutipannya

وقال ايضا ما نصه : واياك ان تصغي الى ما في كتب ابن تيمية وتلميذه ابن القيم الجوزية وغيرهما ممن اتخذ الهه هواه واضله الله على علم و ختم على سمعه وقلبه وجعل على بصره غشاوة فمن يهديه من بعدالله.

Beliau (Syaikh Ibnu Hajar) juga berkata ” Maka berhati-hatilah kamu, jangan kamu dengarkan apa yang ditulis oleh Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah dan selain keduanya dari orang-orang yang telah menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah telah menyesatkannya dari ilmu serta menutup telinga dan hatinya dan menjdaikan penghalang atas pandangannya. Maka siapakah yang mampu member petunjuk atas orang yang telah Allah jauhkan?. (Al-Fatawa Al-Haditsiyyah : 203)

Seharusnya karya-karya ulama Ibnu Taimiyyah telah terkubur sejak lama karena dilarang untuk dibaca oleh ulama-ulama terdahulu namun entah mengapa 350 tahun kemudian setelah beliau wafat, karya-karya beliau sampai dan dipelajari kembali oleh ulama Muhammad bin Abdul Wahhab dan menjadikan ulama Ibnu Taimiyyah sebagai panutannya.

Bahkan dalam beberapa tulisan tentang riwayat ulama Muhammad bin Abdul Wahhab dikatakan bahwa “Demikian meresapnya pengaruh dan gaya Ibnu Taimiyah dalam jiwanya, sehingga Muhammad bin ‘Abdul Wahab bagaikan duplikat(salinan) Ibnu Taimiyah. Khususnya dalam aspek ketauhidan, seakan-akan semua yang diidam-idamkan oleh Ibnu Taimiyah semasa hidupnya yang penuh ranjau dan tekanan dari pihak berkuasa, semuanya telah ditebus dengan kejayaan Ibnu ‘Abdul Wahab yang hidup pada abad ke 12 Hijriyah itu”.

Hal yang dikatakan bahwa “ulama Ibnu Taimiyah semasa hidupnya yang penuh ranjau dan tekanan dari pihak berkuasa” sebenarnya adalah ulama Ibnu Taimiyyah diadili oleh para qodhi dan para ulama ahli fiqih dari empat madzhab dan diputuskan hukuman penjara agar ulama Ibnu Taimiyyah tidak menyebarluaskan kesalahapahamannya dalam i’tiqod sehingga beliau wafat di penjara.