Laman

Minggu, 26 Agustus 2018

KEUTAMAAN DZIKIR HAUKALLAH.

Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh

1. Dapat Menghapuskan Dosa
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
“مَا عَلَى الْأَرْضِ رَجُلٌ يَقُولُ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، وَسُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ، إِلَّا كُفِّرَتْ عَنْهُ ذُنُوبُهُ، وَلَوْ كَانَتْ أَكْثَرَ مِنْ زَبَدِ الْبَحْرِ"
“Tidaklah seorang di muka bumi mengucapkan la ilaha illallah, Allahu akbar, subhanallah, alhamdulillah dan la haula wa la quwwata illah billah; Melainkan dosa-dosanya akan diampuni, walaupun lebih banyak dibanding buih di lautan". (Ahmad dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhu dan dinilai sahih oleh al-Hakim dan adz-Dzahaby)

2. Harta Simpanan dan Tanaman di Surga.
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ قَيْسٍ قُلْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ . فَإِنَّهَا كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ
“Wahai ‘Abdullah bin Qois, katakanlah ‘laa hawla wa laa quwwata illa billah’, karena ia merupakan simpanan pahala berharga di surga" (HR. Bukhari no. 7386)

3. Menyembuhkan Penyakit
Orang yang sedang ditimpa sakit dianjurkan untuk sering mengucapkan “Laa hawla wa laa quwwata illa billah”. Supaya Allah segera memberi kesehatan dan kesembuhan untuk dirinya. Karena harus disadari pula bahwa yang memberikan penyakit dan kesembuhan itu adalah Allah SWT. adapun dokter, obat dan semacamnya itu hanyalah sebagai perantaranya.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda :
“Siapa yang mengucapkan ‘La Haula Wala Quwwata illa billahi,’ maka ia akan menjadi obat kepada 99 penyakit. Yang paling ringan adalah kebimbangan" (Hadis Riwayat Tabrani)

4. Mempercepat Datangnya Rezeki
Dari Abu Hurairah ra., sungguh ia berkata bahwa Rasulullah saw., bersabda: “Barang siapa yang lambat atasnya rizkinya maka hendaknya ia memperbanyak mengucapkan Laa hawla walaa quwwata illaa billaahil `aliyyil `azhiim." (HR. Tabrani & Ibnu Asakir).

5. Menghilangkan Kesusahan dan Mendatangkan Rizki.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya bahwa Auf bin Malik Al Asyja’i RA. ketika anaknya yang bernama Salim ditawan oleh musyrikin Mekah, ia mendatangi Rasulullah saw. Sambil berkata:
“Wahai Rasulullah, anakku telah ditahan." Ia pun melaporkan kesusahannya. Maka Rasulullah SAW bersabda: “ Tidak akan menunggu sore pertolongan atas keluarga Muhammad. Maka bertakwalah kepada Allah lalu bersabarlah serta perbanyaklah membaca Laa hawla wallaa quwwata illaa billahil ‘aliyyil ‘azhiim." Maka ia melakukannya. Ketika ia telah sampai di rumahnya tiba-tiba anaknya mengetuk pintu dan membawa seratus onta yang tertinggalkan oleh musuh." ( Kifayatul Atqiya` hal. 120 ).
Ucapan hauqalah adalah salah satu bentuk ucapan dzikir yang diajarkan oleh baginda Nabi SAW. Efeknya, seorang Mukmin yang memperbanyak dzikir tersebut, maka ia akan memperoleh pertolongan atas kesulitan yang dihadapinya.

6. Menjauhkan Diri Dari Kafakiran.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya yang mana sanadnya bersambung kepada Rasulullah SAW. sungguh beliau bersabda: “Barang siapa yang setiap hari mengucapkan Laa hawla walaa quwwata illaa billaahil `aliyyil `azhim 100 kali maka ia tak akan tertimpa kefakiran selamanya." ( Kifayatul Atqiya` hal. 120 ).

4 SIFAT YG DAPAT MERUSAK/MEMBATALKAN AMAL/PAHALA.


Riya, Sum’ah, ujub dan Takabur

RIYA
Pengertian Riya menurut bahasa:
riya’ ( الریاء ) berasal dari kata الرؤیة /ru’yah,
yang artinya menampakkan, Riya ’ adalah memperlihat kan suatu amal kebaikan kepada sesama manusia.
“Janganlah kalian menghilangkan pahala shadaqah kalian dengan menyebut -nyebut nya atau menyakiti (perasaan si penerima) seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia t idak berimana kepada Allah dan hari kemudian.” (Al-Baqarah: 264)
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, yang berbuat karena riya” (Al Maa’uun 4-6)

SUM’AH
Pengertian sum"ah menurut bahasa :
Kata sum’ah ( السمعة ) berasal dari kata سمّع samma’a (memperdengarkan)
Kalimat samma’an naasa bi ‘amalihi digunakan jika seseorang menampakkan
amalnya kepada manusia yang semula tidak mengetahuinya.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut -nyebut nya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia…” (QS. Al-Baqarah : 264)
Rasulullah SAW juga memperingat kan dalam haditsnya:
"Siapa yang berlaku sum’ah maka akan diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah dan siapa yang berlaku riya maka akan dibalas dengan riya." (HR. Bukhari)

UJUB
Pengertian ujub
Ujub adalah mengagumi diri sendiri, yaitu ketika kita merasa bahwa diri kita memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki orang lain. Ibnul Mubarok pernah berkata, “Perasaan ‘ujub adalah ketika engkau merasa bahwa dirimu memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain.”
“Bagi Alloh semua kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantaranya.” (QS. Al Maidah : 120)
Maksud dari ayat di atas adalah apapun yang kita miliki, semuanya adalah milik Alloh yang dipinjamkan kepada kita agar kita dapat memanf aat kannya dan sebagai ujian bagi kita.

TAKABUR
Pengertian takabur
Takabur berasal dari bahasa arab Takabbara-Yatakabbaru yang artinya sombong atau membanggakan diri sendiri. Takabur semakna dengan Ta’azum, yaitu menampakkan keagungannya dan kebesarannya dibandingkan dengan orang lain. Dalam bahasa indonesia banyak sekali istilah lain dari takabur ini ant aralain, sombong, congkak, angkuh, tinggi hati atau besar kepala.
"maka masukilah pintu-pintu neraka jahanam, kamu kekal didalamnya, maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri”. (Q.S An Naml :29)
“sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong”. (Q.S An Nahl : 23)

MANUSIA SEAKAN PALING PAHAM

Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.

 MANUSIA SEAKAN PALING PAHAM, PADAHAL TIADA PENGETAHUAN SELAIN YG TELAH ALLOH AJARKAN

سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيم
Maha suci Engkau ! Tidak ada pengetahuan bagi kami, kecuali yang Engkau ajarkan kepada kami. Karena sesungguhnya Engkaulah yang Maha Tahu lagi Maha Bijaksana.(QS Al-Baqarah 32)
“Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang sholeh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya .” (QS An Nisaa [4]: 69)

"Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? ‘ Beliau menjawab, ‘Kamu takut (khasyyah) kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya (bermakrifat), maka jika kamu tidak melihat-Nya (bermakrifat) maka sesungguhnya Dia melihatmu. (HR Muslim 11)

Salah satu pelopor tasawuf dari kalangan Tabi’in adalah al Hasan al-Basri ra (Madinah,21H/642M – Basrah,110 H/728M) berkata, ”Barangsiapa yang memakai tasawuf karena tawaduk (kepatuhan) kepada Allah akan ditambah Allah cahaya dalam diri dan Hatinya, dan barang siapa yang memakai tasawuf karena kesombongan kepadanya akan dicampakkan kedalam neraka”

Imam Syafi’i ~rahimahullah menyampaikan nasehat (yang artinya) ,”Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih (menjalani syariat) dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya. Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih (menjalani syariat) tapi tidak mau menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelezatan takwa.

 Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mau mempelajari ilmu fiqih (menjalani syariat), maka bagaimana bisa dia menjadi baik (ihsan)?” [Diwan Al-Imam Asy-Syafi’i, hal. 47]

Imam Nawawi ~rahimahullah berkata : “Pokok-pokok metode ajaran tasawuf ada lima :
 Taqwa kepada Allah di dalam sepi maupun ramai, mengikuti sunnah di dalam ucapan dan perbuatan, berpaling dari makhluk di dalam penghadapan maupun saat mundur, ridha kepada Allah dari pemberian-Nya baik sedikit ataupun banyak dan selalu kembali pada Allah saat suka maupun duka “. (Risalah Al-Maqoshid fit Tauhid wal Ibadah wa Ushulut Tasawuf halaman : 20, Imam Nawawi)

BERSYUKURLAH

Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
BANYAK BERSYUKURLAH, SETINGGI APAPUN IBADAH DAN MA'RIFAT HAMBA TAK AKAN MAMPU MENEBUS NIKMAT ALLOH..
Firman Alloh ta'ala :
Al-Baqarah Ayat 152
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku."
Rasulullah SAW bersabda : “Tidak seorang pun di antara kalian yang bisa masuk surga dengan semata-mata mengandalkan amal ibadah”.
Sahabat bertanya : “Apakah juga engkau ya Rasulullah?”
Rasulullah menjawab : “Ya, saya sendiri juga tidak bisa masuk surga melalui amal ibadah semata, kecuali jika Allah memberiku rahmatNya”.
Suatu ketika Rasulullah SAW memanggil sahabat Jabir. Wahai Jabir! Ketahuilah, baru saja datang kepadaku Malaikat Jibril, menceritakan : Dulu, pada masa Bani Israil, ada seorang hamba yang hidup selama 500 tahun. Ditengah pulau, di atas bukit. Segala kebutuhan hidupnya dicukupi oleh Allah. Hidupnya selama 500 tahun itu hanya untuk beribadah kepada Allah, tanpa sedikitpun berbuat dosa. Hamba ini bermunajad : ”Ya Allah, kiranya Engkau mengakhiri kehidupanku ini, maka aku mohon, hendaklah Engkau mencabut nyawaku dalam keadaan sujud kepadaMu”. Permohonan ini dikabulkan oleh Allah, sehingga dia meninggal dalam keadaan sujud.
Ketika aku Mi’roj, Allah memperlihatkan kepadaku hamba tadi seakan-akan berada di hadapan Allah pada hari Hisab. Ketika itu Allah memanggil malaikat : “Wahai malaikat! Masukkan hambaKu ini ke dalam surga”.
Malaikat melaksanakan seraya bertanya : “Ya Allah, hamba ini masuk ke dalam surga, apa yang diandalkan?
“Masukkan ke dalam surga karena mendapatkan rahmatKu” : Allah menerangkan.
Mendengar itu, hamba ini protes : “Saya telah beribadah selama lima ratus tahun, tiap hari saya sujud dan sujud hanya berdzikir kepadaMu. Saya hanya beramal ibadah tanpa sedikitpun berbuat dosa, tetapi kenapa Engkau menyatakan aku masuk surga karena rahmatMu ya Allah? Lalu mana prestasi amal ibadahku selama 500 tahun itu ya Allah?
Mendengar protes itu lalu Allah menyuruh malaikat untuk mengumpulkan amal ibadah hamba ini di dunia selama 500 tahun. “Lalu perlihatkan satu saja nikmat yang Aku berikan, yakni nikmat penglihatan (mata). Timbang amalan hamba ini selama 500 tahun, dengan besar nikmat penglihatan yang Aku berikan yang telah ia nikmati selama 500 tahun”.
Maka disaksikan sendiri oleh hamba itu, ternyata amal 500 tahun yang ia lakukan belum mampu mengimbangi beratnya satu nikmat yang diberikan oleh Allah yakni nikmat penglihatan.
Allah berseru : Hai manusia! Sekarang engkau menyaksikan, ternyata amal ibadahmu jika ditimbang dengan nikmat yang Aku berikan kepadamu, satu nikmat saja belum cukup, belum nikmatnikmat yang lain. Berarti kamu belum mampu mempertanggungjawabkan nikmat yang Aku berikan kepadamu.
Berarti pula kamu tidak layak untuk masuk surga”.
Menangislah hamba Allah ini, mengakui akan kelemahannya, seraya berucap : “Ya Allah, ternyata aku betul-betul menyaksikan sesungguhnya amal ibadah yang aku lakukan, belum sebanding dengan nikmat yang Engkau berikan”.
Dalam kesempatan yang lain Rasulullah SAW pernah diprotes oleh Aisyah : “Ya Rasulullah, kenapa engkau setiap malam melakukan shalat malam, bersujud di hadapan Allah,menangis di hadapan Allah, Apakah yang kurang yang diberikan oleh Allah, saya yakin, engkaulah yang pertama kali, akan dijatah masuk surga, sebelum surga dibuka untuk yang lainnya. Engkau selalu dijamin dan dijaga dari perbuatan dosa. Seandainya engkau takut neraka, Allah pun akan menutup rapat-rapat neraka itu dari pandangan engkau. Dan seandainya engkau menginginkan kekayaan di dunia, maka apapun kekayaan yang engkau inginkan, akan diberikan oleh Allah. Tetapi kenapa engkau melakukan ini setiap malam, hingga kedua kaki engkau bengkak?
Rasulullah menjawab : “Wahai Aisyah, isteriku, ketahuilah, aku melakukan ini semua, bukan karena takut neraka, bukan karena ingin surga, juga bukan karena ingin kekayaan, tetapi aku ingin dicatat oleh Allah, sebagai hambaNya yang bersyukur. Sebab apapun yang aku lakukan, belum sebanding dengan apa yang diberikan Allah kepadaku”.