Laman

Kamis, 11 Oktober 2018

Sufi kami yg hilang


Ini kisah nyata, y aku tak tau harus memulai ceritakan dari mana..
di bumi serambi mekah kami yg telah Allah tumpahkan air lautan keatasnya
ku beri gambran sedikit tentang desa kami ya berda di pesisir pantai yg pemandanganya lansung menamapakan indahnya pulau sabang
kesibukan nelayan sudah menjadi aktifitas sebagian warga kami, Beton tangul yg membatasi sungai dengan desa sudah menjadi tempat duduk nyaman bak permadani bagi kami bencengkrama tak peduli itu siang maupun malam..
Setelah Tzunami bayak hal yg berubah, warga disinipun hanya tingal beberapa kepala keluarga saja, dengan tidak larut dalam kesedihan mereka terus melanjutkan hidup..
Termaksuk dia sahabat ku (sebut saja di sufi) pemuda gagah yg terlatih dari dari binaan salah satu cabang olah raga privinsi saat itu, masih menyandang nama NAD, yg kemudian di ubah menjadi Aceh.. (tapi bkn itu yg penting) nyatanya sampai sekarang tanah ini masih juga gila dgn kekuasaan dan bermusuhan dgn sesama saudara.. !! aah sudahlah
biarkan saja para munafik itu, toh kami juga tidak hidup dari mereka..
kembali ke sufi sahabat ku..
dia tingal sendiri di rumah bantuan yg dibagun oleh NGO yg berlambangkan salib di logo gambar nya..
ya.. sebenarnya sebahagian besar pembagunan di Aceh masa itu memang banyak campur tangan negara asing yg bukan berlatar belakang negara islam, (misi kemanusiaan katanya)heeh..
sufi sama sperti pemuda lainya dia bergaul dan hidup sperti orang orang lainya, Namun orang orang tidak bisa hidup seperti dia..
Suara nya selalu terdengar diasaat pangilan sholat,hanya sesekali saja dia tidak adzan..itupun aku tau karena dia meberikan kesempatan itu kpd org yg lebih tua dari dia..
dia juga pemuda yg mengubah ahlak santri ditaman bacaan al qur'an..yg pada masa itu tak ubahnya seperti taman bermain yg tak memiliki adap sopan santu, (kids jaman itu)
hanya dalam waktu tiga hari aku dengar ibu dari para santri itu menagis dan haru di kios belanja sayur pagi..(haaa..ha)
mungkin hanya di desa ku ada ibu ibu menangis haru berjamaah di kios sayur..
bagai mana tidak, tak lagi mereka dengar anaknya membantah suruhan nya, tak lagi pula mereka dengar suara keras anaknya menyahut pangilanya,cium tangan dan senyuman menjadi ritual yg baru bagi org tua melihat anknya pergi dn pulang dari rumah..
masih teringat aku saat santri santri itu merengek meminta untuk hanya diajari oleh nya..(aku dan pengajar lainya bisa apa?? haaha..)
benar kata mereka sahabat, terasa ada yg kekosongan saat kamu tidak ada bersama kami..
aku lihat dia membonceng pria gila kerumah nya, dimandikan digantikanya pula pakianya, pria kami sebut gila itupun hanya diam seperti pasrah..setel makan pria itupun pergi denga ritual mencium tangan sahabat ku itu..
kami yg melihat seperti tidak bisa berkata kata..(sufi hanya bilang ,,dasar orang gila)
entahlah sahabat kamu dan dia sama gila pikirku saat itu..
tak jarang pula aku lihat dia membawa wanita yg berbeda kerumanya walaupun pintu nya terbuka..
sering pula kulihat dia mengusir wanita lain yg datangn kerumahnya walaupun kadang wanita itu menangis..
aku tak bertanya karena aku tau sahabatku ini sangat sensitif dengan hal yg pribadi..
bahkan kepala desa jg segan menayakanya
beberapa kali kudengar suara dia menangis ditengah malam,meski suara itu seperti diredam tp tetap terdengar oleh kami yg masih duduk ditangul sungai yg hanya berjarak lima meter dari rumahnya..
terkadang juga kulihat dia pergi mengunakan pakaian putih bersarung samapai berhari hari tak pulang..
( percuma pun klu kutanya .. cuma dijawab dengan senyum nantinya)
begitulah sufi..
sahabat ku yg ramah dan asing
Kebahagian terlihat diwajahnya saat malam itu tidak hanya kami tapi juga ada seorang tamu lelaki yg sdh berumur menginap dirumahnya, besok pagi sufi sahabatku menikah...
malam itu sufi dan tamunya berbincang seperti tidak merasakan kantuk sedikitpun, aku yg mencoba ituk ikut dalam obrolan mereka tdk paham dgn apa yg mereka bicarakan..
meskipun berbicara tentang sifat Allah tapi aku tidak paham yg mereka bicarakan, sepeti berbeda jauh dgn apa yg dulu kupelajari dari guru2 di pasatren..
pagi hari itu....
dia membuat aku dn warga cemas, sufi berkeinginan membatalkan pernikahanya atau mengundurkanya sampai dia benar benar siap nantinya
namun untung saja suara tangis wanita yang berbicara dgn nya melalui hp mengembalikan logikanya utk tetap menikah dihari itu..
setahun setelah menikah sufi dikaruniakan dua kebahagian oleh Allah..
pertama dia lulus seleksi pegawai negeri dn kedua dia diberi seorang anak laki laki pula..
setelah beberapa bulan kelahiran anaknya, aku dn tiga orang teman mengunjungi nya dgn tdk memberinya kabar terlebih dahulu..
sufi stelah menikah tingal dgn keluarga istrinya berjarak dua jam dari desa kami
diwarung kopi desa yg sahabat ku tingal ini sengaja kami berhenti,tdk hanya utk merasakan kopi nya tp juga ingin tahu pendapat warga tentang sahabatku..
entah sengaja atau tidak bayak kebaikan yg kudengar langsung dari mereka tentang sahabatku ini..
dan yang paling nenarik ingat ku ,
cerita seorang bapak tua saat dia masih menjadi nelayan di awal awal pernikahanya..
sufi selalu mebagikan ikan tangkapanya kepada beberapa warga disini melalui seorang anak yatim yg selalu menungu dia pulang..( dulu kukira hal ini hanya terjadi dlm dongeng saja)
sahabatku mewujudkanya dalam kehidupan nyata..
bahkan saat ini setiap pagi bila sedang libur piket dinasnya, sufi masih saja mebagikan ikan kepada kami sambung mereka..( banga nya aku menjadi bagian mu sahabat)
.....
sunguh sayang keputusan mu mengundurkan diri dari pemerintahan, dn meningalkan istri juga anakmu serta hilang entah kemana.. benar benar menjadi cambukan bagi kami..
bahkan wanita wanitayg trnyata keponakan mu tak juga menemukan mu..
dirimu seperti misteri yg tak bisa dipecahkan..
tidakah kau ingat sedikit sj kepada kami sahabat..
andaikan kau izinkan ..
kutulis sebenar nama
mu disini, agar semua org menemukan mu kembali kpd kami.