Laman

Rabu, 12 Maret 2014

RAHASIA TETAPLAH RAHASIA.....


Saya bisa memahami perasaan orang-orang yang menentang tarekat, karena saya juga awalnya adalah orang yang sangat menentang tarekat, menentang dengan segudang dalil. Rasanya belum puas kalau belum menyampaikan dakwah kepada pengamal tarekat yang menurut saya adalah orang-orang bid’ah yang melakukan ibadah diluar apa yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Sikap men...entang itu berubah total setelah saya bertahun-tahun berguru kepada Masternya Tarekat, berguru kepada Guru Mursyid yang benar-benar ahli di bidang tarekat dan tasawuf, akhirnya saya menyadari betapa saya merasa pandai dan ahli padahal saya tidak memahami sama sekali tentang tarekat. Saya mendapat informasi tarekat dari orang-orang yang membenci tarekat, buku-buku yang memang dibuat agar tarekat dibenci oleh seluruh ummat Islam.
Tahun 2008 dan 2009 adalah tahun dimana saya begitu rajin memposting hal-hal yang berhubungan dengan tarekat baik tulisan sendiri maupun kutipan dari karya orang lain dan juga copy paste dari blog atau web lain. Dengan memposting info tentang tasawuf memberikan saya semangat dalam berguru, memperluas persahabatan dengan orang-orang yang mempunyai pemahanan yang sama.
Dikalangan pengamal tarekat sendiri tidak kurang kritik ditujukan kepada sufimuda. Sebagian menentang karena menganggap sufimuda dengan terang-terangan membuka hakikat yang selama ini menjadi rahasia dan dikawatirkan akan menimbulkan fitnah. Di kawatirkan orang awam yang salah mengartikan kata-kata hakikat dan akan menjadi senjata makan tuan. Lalu pertanyaan yang harus dijawab adalah apa sebenarnya hakikat? Apakah yang disampaikan lewat tulisan itu masih disebut hakikat atau itu hanya tulisan yang tidak ada hubungan sama sekali dengan hakikat.
Sebenarnya tidak ada larangan dalam Agama untuk menyampaikan sebuah ilmu asal cara menyampaikan bisa dimengerti oleh si penerima. Rasulullah saw memberikan nasehat, “Sampaikan sesuatu menurut kadar si penerima”. Sebenarnya apa yang saya tulis (saat ini sudah 300 tulisan) di sufimuda bukanlah hakikat apalagi makrifat. Saya hanya menulis sesuatu yang memang boleh di tulis dan disebarkan. Apa yang ditulis di dalam kitab-kitab tasawuf klasik jauh lebih mendalam dan berani bahkan akan dianggap aneh oleh orang-orang yang tidak pernah mendalami tasawuf sama sekali.
Setiap Guru Sufi memberikan aturan dan larangan yang berbeda kepada muridnya. Syekh Bahauddin Naqsyabandi semasa Beliau hidup melarang para murid untuk mencatat ucapan dan nasehat Beliau termasuk melarang murid-murid Beliau menulis riwayat hidup dan sejarah berguru Beliau. Beliau beranggapan biarlah ajaran-ajaran Beliau itu tersimpan di hati para murid dan kemudian diteruskan dihati kegenarasi selanjutnya tanpa dirusak oleh tulisan yang kadang kala berbeda dengan makna sebenarnya. Berbeda dengan Syekh Abdul Qadir Jailani, seluruh ucapan dan petuah Beliau secara harian ditulis oleh para murid dan kemudian dibukukan dengan tujuan agar apa yang beliau sampaikan bisa diterima oleh orang-orang yang tidak pernah berjumpa dengan Beliau. Kedua prinsip Syekh Besar tersebut menjadi dalil dan alasan yang sama-sama benar.
Guru saya melarang para muridnya menulis tentang kaji-kaji dalam tarekat mulai dari kaji dasar sampai dengan khalifah. Kenapa? Karena di kawatirkan dibaca oleh orang awam dan mempraktekkan tanpa Guru Mursyid yang membuat orang akan tersesat karena setan akan sangat mudah menyusup di setiap amalan yang di amalkan tanpa izin. Sementara Syekh lain termasuk Syekh Jalaluddin dengan terang-terangan menulis seluruh kaji dalam suluk dari Ismu Dzat sampai dengan Dzikir Tahlil dan beberapa kitab lain termasuk bahan referensi di Universitas menulis semua kaji-kaji dan amalan di dalam Tarekat. Syekh Muhammmad Amin Al-Kurdi dalam kitabnya Tanwir al-Qulub fi Mu’amalah ‘Allam al-Ghuyub yang menjadi rujukan para pengamal Tarekat di seluruh dunia membahas secara luas tentang hadap dan tata cara suluk tetapi disana tidak ditulis jenis-jenis amalan karena di kawatirkan akan diamalkan oleh orang yang tidak memiliki Mursyid.
Apa yang dialami oleh orang-orang yang telah tenggelam dalam Hakikat akan menjadi rahasia sepanjang hidupnya dan tetap akan menjadi rahasia selamanya sebab kalau diungkapkan maka itu bukan lagi sebuah rahasia. Menariknya ilmu hakikat adalah walaupun diungkapkan secara terang-terangan maka itu tetap menjadi sebuah rahasia bagi orang yang belum mencapai kesana. Al-Qur’an mengungkapkan secara terang-terangan bahkan sangat jelas membahas tentang hakikat Tuhan, tapi apakah semua orang yang membaca Al-Qur’an mencapai tahap makrifat? Jawabannya tidak karena Ayat-ayat Al-Qur’an penuh dengan symbol yang hanya bisa dimengerti oleh orang yang telah terbuka hijabnya.
Begitu terang-terangan Rasulullah SAW lewat hadist Beliau menjelaskan tentang hakikat, bahkan sangat terang, tapi karena umumnya yang membaca tidak terbuka hijab, ucapan Nabi yang demikian terbuka malah ditasfirkan secara keliru oleh akal manusia yang memang tidak sampai pemahaman disana akhirnya rahasia tersebut tetap menjadi rahasia.
Beberapa ucapan sahabat yang menggambarkan betapa rahasianya Ilmu Hakikat itu antara lain ucapan Abu Hurairah, “…Apabila aku ceritakan niscaya Halal darahku”, apabila hakikat itu diceritakan dengan bahasa salah maka nyawa sebagai taruhan. Atau ucapan saidina Husaen ra, “Apabila aku jelaskan hakikat itu kepada kalian niscaya kalian akan menuduh aku sebagai penyembah berhala”. Orang yang telah mencapai kaji disana akan tersenyum membaca ucapan dari saidina Husein, dan andai hakikat itu dibuka di zaman sekarang pasti orang akan menuduh yang sama yaitu dianggap orang yang mengamalkan hakikat itu sebagai penyembah berhala.
Sungguh luar biasa Allah melindungi ilmu-ilmu berharga tersebut demikian rahasianya, ditempatkan di dalam qalbu para hamba-Nya sehingga tidak seorangpun bisa mengambilnya. Allah telah melindungi ilmu-ilmu berharga tersebut dengan hijab (penghalang) cahaya sehingga manusia tidak akan melihat karena begitu terangnya cahaya tersebut. Rahasia itu hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang telah bermandikan cahaya, larut dalam Dzat-Nya sehingga apa yang menjadi rahasia tidak lagi menjadi rahasia.
Apa yang saya sampaikan disini bukanlah hakikat, tapi tulisan-tulisan untuk memberikan semangat kepada kita semua untuk mencari kebenaran, mencari pembimbing yang menuntun dan membimbing kita semua kepada Allah. Dengan mendapat bimbingan kepada Allah sehingga kita tidak lagi tersesat dibelantara jalan tanpa arah dan dengan tenang kembali kepada asal kita masing-masing.
Rahasia tetaplah rahasia dan tetap akan menjadi rahasia sepanjang masa kecuali orang-orang yang telah berada dalam rahasia tersebut. Rahasia tersebut hanya bisa terbuka lewat Qalbu kepada Qalbu, ditransfer dengan teknik khusus yang diajarkan Rasulullah saw kepada para sahabat dan dari para sahabat kepada sekalian Guru Mursyid sampai saat sekarang ini. Rahasia itu tidak akan pernah bisa ditembus kecuali oleh orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah SWT. Semoga Allah yang Maha Pemurah selalu berkenan membuka hijab-Nya sehingga kita bisa memandang keindahan wajah-Nya dari dunia sampai akhirat., Amin ya Rabbal ‘Alamin!

Hal ihwal keadaan para Nabi dan para malaikat SAW tentang takut


Diriwayatkan 'Aisyah RA, bahwa RasuluLlah SAW apabila terjadi perubahan udara dan berhembus angin keras maka wajah Beliau berubah. Beliau bolak balik dalam kamar. Beliau masuk dan keluar, semua itu karena takut pada azab Allah SWT.
RasuluLlah SAW membaca satu ayat dalam surat Al Waqi'ah lalu Beliau jatuh pingsan. Dan Allah SWT berfirman :
وخر موسى صعيقا
Dan Musa jatuh pingsan. (Al-A'raf 143).
RasuluLlah SAW melihat bentuk malaikat Jibril dengan meniarap, lalu Beliau jatuh pingsan.
Diriwayatkan bahwasanya RasuluLlah SAW apabila Beliau masuk para shalat maka terdengar suara gemuruh pada dada Beliau seperti gemuruhnya periuk tembaga.
Nabi SAW bersabda :
ما جاء نى جبريل قط الا وهو يرعد فرقا من الجبار
Tiada sekalipun Jibril datang kepadaku melainkan dia itu gemuruh bunyinya karena takut kepada Yang Maha Perkasa.
Ada yang mengatakan bahwa tatkala tampak atas iblis apa yang telah tampak, maka Jibril dan Mikail senantiasa menangis. Lalu Allah SWT menurunkan wahyu kepada keduanya "Apakah kiranya yang menyebabkan kalian berdua menangis sebagaimana tangisan ini ?"
Keduanya menjawab :" Wahai Tuhan kami tidak merasa aman dari rencana Engkau".
Maka Allah SWT berfirman, "Begitulah kiranya kamu berdua ! Kamu tidak merasa aman dari rencana-Ku".
Dari Muhammad bin Al-Munkadir bercerita," Tatkala diciptakan neraka, maka berterbanglah jantung para malaikat dari tempatnya. Maka tatkala diciptakan anak-anak Adam, lalu jantung itu kembali".
Dari Sahabat Anas RA, sesungguhnya RasuluLlah SAW bertanya kepada Jibril AS
ما لى لا أرى ميكائيل يضحك
"Mengapakah aku tidak melihat malaikat Mikail tertawa ?"
Maka Jibril menjawab, "Mikail tidak tertawa semenjak diciptakan neraka".
Dikatakan bahwa Allah SWT memiliki malaikat-malaikat yang tiada seorang pun dari mereka itu tertawa semenjak diciptakan neraka. Karena takut bahwa Allah SWT marah kepada mereka lalu Ia mengazabkan mereka dengan neraka itu.
Ibnu Umar berkata, "Aku keluar bersama RasuluLlah SAW sehingga beliau masuk ke sebagian kebun orang-orang Anshar. Lalu beliau memetik buah kurmanya dan beliau makan. Maka Beliau bersabda, "Hai Ibnu umar, mengapa engkau tidak makan ?"
Aku menjawab, "Aku tidak berkeinginan untuk memakannya"
Maka Nabi SAW bersabda, "Tetapi aku sangat ingin memakannya. Dan ini adalah pagi yang keempat yang aku tidak merasakan makanan dan tidak pula memperolehnya. Jikalau aku meminta kepada Tuhanku niscaya diberikan-Nya kepadaku akan kerajaan kaisar (rumawi) dan kisra (Persia). Maka bagaimana dengan engkau wahai Ibnu Umar apabila engkau berada pada suatu kaum yang menyembunyikan rizki tahunan mereka dan lemah keyakinan pada hati mereka ?"
Kemudian Ibnu Umar melanjutkan kisahnya, "Demi Allah senantiasalah kami di tempat itu dan tidak bangun berjalan hingga turunlah ayat :
وكأين من دابة لا تحمل رزقها الله يرزقها واياكم وهو السميع العليم
Dan berapa banyak binatang yang tiada membawa rizkinya sendiri. Allah yang memberinya makan dan (memberi) kepadamu pula. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Ibnu Umar meneruskan riwayatnya : "Maka RasuluLlah SAW bersabda, :
ان الله لم يأمركم بكنز المال ولا باتباع الشهوات-من كنزدنانيريريد بهاحياة فانية فان الحياة بيدالله-
الا وأني لاأكنزديناراولادرهماولاأخبأ رزقالغد
Sesungguhnya Allah SWT tidak menyuruh kamu menyimpan harta dan menuruti nafsu syahwat. Barang siapa menyimpan uang dinar yang ia maksudkan untuk hidup yang fana maka sesungguhnya hidup itu di tangan Allah. Ketahuilah bahwa aku tidak menyimpan satu dinar dan satu dirhampun dan aku tidak menyembunyikannya untuk rizki besok
Abu Darda' berkata, :"adalah terdengar suara gemuruh jantung Ibrahim الخليل الرحمن AS apabila ia bangun pada shalat, dari jarak perjalanan satu mil karena takut kepada Tuhannya."
Mujahid berkata, "Nabi Dawud menangis 40 hari dalam bersujud tiada mengangkat kepalanya. Lalu ia dipanggil "Hai Dawud, adakah engkau lapar hingga engkau diberi makan ? atau engkau haus hingga engkau diberi minum? Atau engkau tiada berpakaian hingga engkau diberi pakaian ?" Lalu Nabi Dawud AS memekik keras dengan suatu pekikan yang mengeringkan kayu maka kayu itu terbakar dari kepanasan takutnya. Kemudian Allah SWT menurunkan taubat kepadanya dan ampunan. Maka ia berdo'a, "Wahai Tuhan jadikanlah kesalahanku dalam telapak tanganku". Maka jadilah kesalahannya tertulis di telapak tangannya. Maka tidaklah ia membuka telapak tangannya untuk makan, minum dan lainnya melainkan ia melihat kesalahannya yang membawanya kepada menangis.
Mujahid meneruskan riwayatnya "dan dibawa kepada Nabi Dawud AS gelas yang berisi dua pertiganya. Maka apabila ia memegangnya lalu ia melihat kesalahnnya. Maka tidaklah diletakkannya gelas itu pada bibirnya sampai penuh gelas itu dengan air matanya".
Diriwayatkan dari nabi Dawud AS bahwa ia tidak pernah mengangkat kepalanya ke langit sampai ia wafat karena malu kepada Allah SWT. Ia mengucapkan dalam munajahnya, "Wahai Tuhanku apabila aku ingat kesalahanku, niscaya sempitlah bumi bagiku dalam kelapangannya. Dan apabila aku ingat akan rahmat-Mu niscaya kembalilah nyawaku kepadaku. Maha Suci Engkau wahai Tuhanku. Engkau datangkan tabib-tabib hamba Engkau untuk mengobati kesalahanku, maka mereka semua menunjukkan aku kepada Engkau. Maka sialah orang-orang yang berputus asa dari rahmat Engkau".
Al Fudhail berkata, "Bahwa sampai kepadaku, pada suatu hari nabi Dawud AS mengingati dosanya. Maka ia melompat dengan memekik dan meletakkan tangannya ke atas kepalanya sehingga ia sampai di perbukitan lalu berkumpulah binatang buas kepadanya. Maka nabi Dawud AS berkata, "Pulanglah, aku tiada berkehendak kepadamu. Sesungguhnya yang aku kehendaki adalah setiap orang yang menangis di atas kesalahannya. Maka mereka tiada menghadap kepadaku selain dengan tangisan. Dan siapa yang tiada memiliki kesalahan maka tidak diperbuatnya akan kesalahan dengan Dawud".
Adalah nabi Dawud As mencela tentang banyaknya tangisan . beliau berkata, "Tinggalkanlah aku menangis sebelum keluar hari tangisan, sebelum perobekan tulang belulang dan nyala terbakarnya perut, dan sebelum disuruh kepadaku malaikat yang bersikap kasar dan keras. Mereka itu tiada mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya dan mereka melakukan apa yang disuruhkan".
Abdul aziz bin Umar berkata, "tatkala nabi Dawud memperoleh kesalahan, maka berkuranglah merdu suaranya. Lalu ia berdoa," Wahai Tuhanku, perbolehkanlah suaraku dalam kebersihan suara orang-orang shidiq".
Diriwayatkan bahwa nabi Dawud AS manakala telah lama tangisannya dan tidak bermanfaat yang demikian, lalu sempitlah baju besinya dan bersangatan gundahnya. Maka beliau berdoa, "Wahai Tuhanku tidakkah Engkau mengasihani tangisanku ?"
Maka Allah SWT menurunkan wahyu kepadanya, "Wahai Dawud, engkau lupa akan dosa engkau dan engkau ingat akan tangisan engkau".
Nabi Dawud AS berdoa, "Wahai Tuhanku dan Penghuluku, bagaimana aku lupa akan dosaku. Dan aku apabila membaca kitab Zabur niscaya ia mencegah air yang mengalir dari mengalirnya, menenangkan hembusan angin dan burung menaungi di atas kepalaku. Dan aku menjinakkan binatang-binatang liar ke tempat shalat (mihrab) ku. Wahai tuhanku dan Penghuluku maka apakah keliaran ini yang ada di antara aku dan Engkau".
Maka Allah SWT menurunkan wahyu kepada nabi Dawud AS "Hai Dawud, itu adalah kejinakan tha'at dan ini keliaran maksiyat. Hai Dawud, Adam itu makhluk dari ciptaan-Ku. Aku ciptakan ia dengan Tangan (kekuasaan) Ku, Aku hembuskan kepadanya dari Ruh-Ku. Aku suruh sujud kepadanya para malaikat-Ku. Aku pakaiakan kepadanya kain kemuliaan-Ku, Aku letakkan mahkota kepadanya dengan mahkota kemuliaan-Ku. Ia mengadu kepada-Ku akan kesendirian maka aku kawinkan ia dengan Hawa hamba wanita-Ku. Aku tempatkan dia di surga-Ku. Maka ia berbuat maksiyat kepada-Ku. Lalu Aku usir dia dari tetanngga-Ku dengan tanpa pakaian dan hina. Hai Dawud, dengarlah dari Aku. Yang benar Aku firmankan : Engkau ta'at kepada Kami maka Kami baik kepada engkau. Engkau minta kepada Kami maka Kami beri engkau. Engkau berbuak maksiyat kepada Kami maka Kami perlahan-lahankan kepada engkau. Dan kalau engkau kembali kepada Kami atas apa yang ada dari engkau niscaya engkau Kami terima."
Yahya bin Abi katsir berkata, "Telah sampai kepada kami riwayat bahwa nabi Dawud AS apabila ia bermaksud meratap niscaya ia berhenti sebelum itu selama seminggu, tidak makan makanan, tidak meminum minuman dan tidak mendekati wanita. Apabila ia sehari sebelum itu, maka dikeluarkan mimar baginya di tanah lapang. Maka ia suruh Sulaiman supaya mengumumkan dengan suara yang meminta kedatangan para tamu dari negeri itu dan sekelilingnya yaitu dari semak-semak, bukit-bukit, gunung, padang sahara, candi-candi dan biara-biara maka diserukan kepada mereka 'Ketahuilah siapa yang ingin mendengarkan ratapan Dawud maka datanglah !"'
Yahya bin Abi Katsir meneruskan ceritanya. "Maka datanglah binatang-binatang liar dari padang sahara dan bukit-bukit dan datanglah binatang buas dari semak-semak dan datanglah binatang yang melata dari gunung-gunung dan datanglah burung-burung dari sarangnya. Dan datanglah anak - anak gadis dari pingitannya dan berkumpulah manusia pada hari itu. Kemuidan datanglah nabi Dawud naik lalu naik mimbar sedangkan ia dikelilingi Bani Israil (kaum Yahudi). Setiap bahagian mengelilingi nabi Dawud AS pada batasnya dan nabi Sulaiman berdiri setentang kepalanya. Lalu nabi Dawud AS memuji Tuhannya maka gemparlah mereka itu dengan tangisan dan pekikan. Kemudian nabi Dawud memnyebut surga dan neraka maka matilah binatang-binatang yang menjalar dan segolongan dari binatang liar, binatang buas dan manusia. Kemudian nabi Dawud AS menerangkan tentang huru hara hari kiyamat dan pada meratapi dirinya. Maka matilah dari setiap macam mereka itu satu golongan. Maka tatkala nabi Sulaiman AS melihat banyaknya yang mati lalu berkata, "Wahai ayahku, ayah telah merobek-robekkan para pendengar itu dengan setiap robekan. Dan telah mati beberapa golongan dari Bani Israil dan dari binatang-binatang liar dan binatang-binatang yang menjalar"'.
Maka nabi Dawud AS berdoa. Dalam keadaan dia yang demikian, tiba-tiba ia dipanggil oleh sebagian budak-budak bani Israil "Hai Dawud, engkau terlalu cepat meminta balasan dari Tuhan engkau".
Yahya bin Abi Katsir meneruskan riwayatnya, "Maka Nabi Dawud AS jatuh tersungkur dalam keadaan pingsan. Maka tatkala nabi Sulaiman AS melihat apa yang menimpa ayahnya lalu ia mendatangkan tempat tidur dan diletakkannya nabi Dawud AS di atasnya. Kemudian nabi Sulaiman AS menyuruh orang yang menyeru sebagai berikut, 'Ketahuilah barang siapa yang berteman dengan nabi Dawud AS maka hendaklah mendatangkan tempat tidur, maka hendaklah membawanya ke tempat tidur itu. Sesungguhnya orang-orag yang berada bersama nabi Dawud AS mereka itu telah terbunuh / mati oleh karena menyebutkan surga dan neraka'".
Adalah seorang wanita mendatangkan tempat tidur dan dibawanya familinya dengan tempat tidur itu seraya mengatakan,"Wahai orang yang terbunuh dengan menyebutkan neraka ! Wahai orang yang terbunuh karena ketakutan kepada Allah SWT.
Kemudian tatkala nabi Dawud AS telah siuman dari pingsannya lalu bangun berdiri dan meletakkan tangnnya di atas kepalanya. Ia masuk ke tempat ibadahnya dan mengunci pintunya dan berdoa, "Wahai Tuhan Dawud, adakah Engkau marah kepada Dawud ?". dan senantiasalah ia bermunajah kepada Tuhannya.
Maka datanglah Sulaiman dan duduk di pintu dan meminta izin masuk, dengan membawa roti sya'ir lalu ia berkata, "Hai ayahku, kuatkan dirimu dengan ini, menurut kehendak ayah". Lalu nabi Dawud AS memakan roti tersebut kemudian keluar menemui Bani Israil dan berada diantara mereka.
Yazid Ar-Raqqasyi berkata : Pada suatu hari nabi Dawud AS keluar menemui orang banyak. Beliau memberikan pengajaran kepada mereka dan memberi berita takut. Lalu Beliau keluar pada manusia yang berjumlah 40.000 orang, maka matilah 30.000 orang diantara mereka. Dan Beliau pulang bersama orang dalam jumlah 10.000.
Yazid Ar-Raqqasyi meneruskan ceritanya : Nabi Dawud AS memmiliki 2 orang budak wanita yang diambilnya untuk melayaninya sehingga apabila datang ketakutan padanya dan ia jatuh serta gugup maka dua budak wanita itu duduk di atas dadanya dan di atas dua kakinya karena takut bercerai berai anggota tubuhnya dan sendi-sendinya yang dapat menyebabkan kematiannya.
Ibnu Umar berkata, "Nabi Yahya bin Zakariya AS masuk ke Baitul Maqdis dan ia pada saat itu berumu 8 kali haji (8 tahun). Lalu ia melihat kepada orang-orang yang beribadah di antara mereka ada yang memakai baju dengan lengan sempit dari bulu dan wol. Ia melihat orang-orang yang ahli berijtihad dari mereka telah mengoyakkan baju yang besar lehernya. Dan ia perbuat dengan baju itu seperti tali rantai dan mereka mengikatkan dirinya ke tepi Baitul Maqdis. Maka yang demikian itu mendahsyatkan perasaan Yahya bin Zakariya AS lalu ia pulang kepada ibu bapaknya. Ia melintasi anak-anak kecil yang sedang bermain-main, mereka mengatakan kepadanya,"hai Yahya, marilah kita bermain-main !"
Yahya AS menjawab, "Aku tidak dijadikan untuk bermain-main".
Ibnu Umar meneruskan riwayatnya, : Maka datanglah Yahya menemui Ibu bapaknya. Ia meminta kepada ibu bapaknya supaya ia diberi pakaian bulu, lalu ibu bapaknya berbuat demikian. Maka Yahya AS kembali ke Baitul Maqdis. Ia melayani di Baitul Maqdis pada siang hari dan ia bermalam sampai pagi di dalamnya sampai ia berumur 15 tahun. Lalu ia keluar dan selalu tinggal di bukit-bukit dan lembah-lembah diantara bukit-bukit itu.
Maka pergilah orang tua nabi Yahya AS mencarinya kesana kemari lalu keduanya mengetahui bahwa nabi yahya AS berada di danau Al-Ardun, merendamkan kedua kakinya ke dalam air sehingga hampirlah kehausan membunuhnya. Nabi Yahya AS berdoa, "Demi kemuliaan Engkau dan demi keagungan Engkau aku itdak akan merasakan dinginnya minuman sebelum aku tahu dimana tempatku daripada Engkau".
Maka ibu bapaknya meminta supaya ia memakan roti sya'ir yang ada pada keduanya dan meminum dari air itu. Lalu nabi Yahya AS berbuat yang demikian dan memberikan kafarat dari sumpahnya itu. Maka ia dipuji sebagai orang yang berbakti dan ia dibawa pulang oleh ibu bapaknya ke Baitul Maqdis. Dan adalah Yahya AS apabila ia bangun mengerjakan shalat niscaya ia menangis sehingga menangislah bersamanya kayu dan tanah. Dan nabi Zakaria AS (ayah nabi Yahya AS) itu juga menangis, dan karena menangisnya Yahya AS maka dia pingsan.
Terus meneruslah Yahya AS menangis sehingga air matanya mengoyakkan daging kedua pipnya dan tampaklah gigi geraham bagi orang-orang yang melihatnya. Lalu ibunya berkata kepadanya, "Hai anakku, kalau engkau izinkan kepadaku aku perbuat sesuatu yang dapat menutupkan gerahammu dari orang-orang yang memandangnya".
Maka Yahya AS mengizinkan yang demikian kepada ibunya, lalu ibunya mengambil dua potong kain bulu maka diletakkannya di kedua pipi nabi Yahya AS.
Dan nabi Yahya AS apabila bangun mengerjakan shalat niscaya ia menangis. Apabila air matanya tergenang pada kain bulu itu niscaya datanglah ibunya kepadanya lalu memeras kedua kain bulu itu. Apabila nabi Yahya AS melihat air matanya mengalir di lengan ibunya lalu ia berdoa, "Wahai Allah Tuhanku, inilah air mataku, inilah ibuku dan aku hamba-Mu dan Engkau Yang Sangat Pengasih dari yang penyasih"
Pada suatu hari nabi Zakaria AS berkata kepada nabi Yahya AS, "Aku bermohon kepada Tuhanku kiranya Ia memberikan engkau bagiku supaya tetaplah kedua mataku dengan engkau"
Lalu Yahya AS menjawab, "Hai ayahku, bahwa Jibril AS memberi kabar kepadaku bahwa diantara surga dan neraka itu padang pasir yang tidak dapat dilalui selain oleh setiap orang yang menangis".
Maka nabi Zakaria menyahut, "Hai anakku, menangislah".
Nabi Isa AS berkata, "Wahai para sahabatku Takut kepada Allah dan cinta keada surga firdaus itu itu mengwariskan kesabaran di artas kesulitan. Dan dua hal itu menjauhkan dari dunia. Dengan sebenarnya aku mengatakan kepadamu, bahwa memakan roti sya'ir dan tidur di atas sampah bersama anjing untuk mencari surga firdaus itu sedikit jumlah KhaliluLlah AS apabila mengingati kesalahannya niscaya ia pingsan dan terdengar getaran hatinya sejauh satu mil. Maka datanglah Jibril AS kepadanya seraya berkata, "Tuhanmu menyampaikan salam kepadamu dan berfirman,'Adakah kamu melihat khalil itu takut kepada KHALILnya ?'
Maka nabi Ibrahim menjawab, "Hai Jibril bahwa apabila aku mengingati kesalahanku niscaya aku lupa akan ke-temananku".
Inilah keadaan hal nabi-nabi AS maka ambilah perhatian padanya. Sesungguhnya mereka makhluk Allah yang lebih mengenal (ma'rifah) akan Allah SWT dan sifat-sifat-Nya, Rahmat Allah SWT kepada mereka sekalian dan kepada setiap hamba Allah SWT yang mendekatkan diri kepada-Nya.
Mancukupilah Allah bagi kita dan yang sebaik-baik diserahkan urusan kepada-Nya

KETELADANAN ALI BIN ABI THALIB


Ada kisah menarik tentang keteladanan seorang Ali bin Abi Thalib. Suatu ketika Ali kehilangan baju besinya dalam sebuah peperangan. Dan ketika itu Ali melihat pakaiannya itu berada ditangan seorang Yahudi. Ali sangat mengenal ciri2 fisik dari baju yang sering dipakainya untuk berperang itu sehingga ia pun mengatakan pada si Yahudi tersebut, "ini bajuku, kembalikanlah." Namun sayang, orang Yahudi ini menolak, "bukan, baju ini milikku, ia berada dalam kekuasaanku."
Karena tak mencapai kata sepakat, maka masalah antara Ali dan orang Yahudi tadi dibawa ke meja hijau. Meskipun Ali pada saat itu ia adalah seorang Khalifah atau setara dengan kedudukan seorang Presiden pada masa sekarang, namun hal tersebut tidak membuat Ali menjadi semena-mena. Ia tetap hadir dalam persidangan.
Tiba di persidangan, hakim pun bertanya pada Ali, "apa yang hendak engkau sampaikan wahai, Amirul mukminin?".
Ali menjawab, " aku ingin menyampaikan tentang sebuah barang yang berpindah tangan."
Hakim kemudian bertanya kepada orang Yahudi, "apa yang hendak engkau sampaikan?"
"Baju besi ini milikku." jawab orang Yahudi.
Setelah itu Hakim meminta Ali untuk menghadirkan saksi. Ali pun mengutus Hasan bin Ali, anak beliau, dan seorang Khadimatnya. Namun ternyata, diantara dua kesaksian itu, hakim hanya menerima kesaksian dari pembantunya saja, sedangkan kesaksian dari anaknya Hasan di tolak.
Ali pun bertanya pada Hakim, tetapi tetap dengan sebuah kebijaksanaan bukan ego kemarahan, "kenapa engkau menolak kesaksian anakku Hasan? Tidakkah kau percaya pada Hasan? Bukankah Rasulullah mengatakan bahwa Hasan dan Husain kelak akan menjadi Pemimpin di Surga?."
"Bukan begitu ya Amirul Mukminin, Hasan itu adalah anakmu, dan setiap anak pasti akan membenarkan ucapan ayahnya. Meskipun tidak ada keraguan dari ucapan Hasan tapi tetap kesaksiannya tidak bisa diterima."
Karena Ali yakin betul bahwa Hakim dalam persidangan tersebut, adalah seorang yang Jujur dan terbukti dengan Keadilannya, maka Ali pun menerima hasil putusan tersebut. Ali merelakan dan bersabar saat hakim memenangkan orang Yahudi tadi atas dirinya.
Melihat kejadian yang sangat mengharukan tersebut, orang Yahudi pun tersentuh. Ia kemudian berkata " Baju perang ini memang milik Ali, aku mengambilnya saat terjatuh dalam peperangan." Mendengar ucapan orang Yahudi, Ali pun terkejut, dan lebih terkejut lagi saat orang Yahudi tadi berkata, "Aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah, dan Aku bersaksi bahwa Muhammad itu Rasul Allah." Dia pun menyatakan keislamannya.
Ali sangat bersuka cita dengan ke Islaman orang Yahudi tersebut. Akhirnya Ali menghadiakan baju besinya tadi dan memberikan uang yang cukup banyak sebagai hadiah dari ke Isalaman orang Yahudi itu.
Subhanallah, sungguh ending yang sangat indah. Saya sempat bergetar saat membaca kisah ini bahkan saat menuliskannya kembali getaran itu masih tetap terasa. Betapa indah Islam itu, lebih indah lagi ketika pemeluknya benar-benar mengamalkan keislamannya. Betapa kita mungkin saat ini sangat rindu akan pribadi-pribadi hebat seperti Rasulullah dan para sahabat yang lainnya. Karena Keisalaman mereka terasa benar-benar menjadi rahamatan lil a'lamin.
Wallahualam bi showab.