Laman

Jumat, 13 Mei 2016

Profesor Masuk Islam Setelah Meneliti Wudhu


Ibadah dalam Islam. bukan hanya ritual saja, seperti agama kristen, agama hindu,dan budha, Ibadah dalam islam menitik berat kepada perubahan hidup seseorang yang lebih baik, baik dalam hubungan muamalah (hubungan antar sesama manusia) maupun dalam hal Ubudiah (Hubungan Manusia dengan Tuhan) Semuanya harus seimbang.
Prof.Dr.Leopold Werner von Ehrenfels, Adalah Seorang psikiater dan sekaligus neurology berkebangsaan Austria, dan agaman sebelum islam adalah kristen, dari remaja dia sudah banyak menemukan kejanggalan dalam agama kristen, dan akhirnya ia mempelajari islam, Salah satu yang ia Teliti adalah tentang keharusan wudhu Sebelum melakukan solat,dan ia juga meneliti tentang keharusan mandi setelah jima' dengan Istri,dan dalam agama kristen tidak ada aturan bersuci seperti ini, bahkan orang kristen katanya walau dalam keadaan junub (habis bersetubuh dengan istri tanpa mandi) langsung pergi kegereja untuk menyembah tuhan,
Prof Leopold Werner von Ehrenfels, menemukan sesuatu yang menakjubkan terhadap wudhu. Ia mengemukakan sebuah fakta yang sangat mengejutkan. Bahwa pusat-pusat syaraf yang paling peka dari tubuh manusia ternyata berada di sebelah dahi, tangan, dan kaki. Pusat-pusat syaraf tersebut sangat sensitif terhadap air segar. Dari sini ia menemukan hikmah dibalik wudhu yang membasuh pusat-pusat syaraf tersebut. Ia bahkan merekomendasikan agar wudlu bukan hanya milik dan kebiasaan umat Islam, tetapi untuk umat manusia secara keseluruhan.Dengan senantiasa membasuh air segar pada pusat-pusat syaraf tersebut, maka berarti orang akan memelihara kesehatan dan keselarasan pusat sarafnya. Pada akhirnya Leopold memeluk agama Islam dan mengganti nama menjadi Baron Omar Rolf Ehrenfels.
Setiap perintah Allah SWT tentu memiliki hikmah kebaikan dibaliknya. Bayangkan bahwa wudhu adalah ritual pengkondisian seluruh aspek hidup, mulai dari psikologis & fisiologis. lima panca indera,mesti kena semua tanpa terkecuali disapu oleh air wudhu. Mata, hidung, telinga & seluruh kulit tubuh. Ini betul-betul luar biasa.
Ahli syaraf/neurologist pun telah membuktikan dengan air wudhu yang mendinginkan ujung-ujung syaraf jari-jari tangan dan jari-jari kaki berguna untuk memantapkan konsentrasi pikiran.
Anda tentu pernah mendengar akupunktur kan? Coba cari tahu dimana saja letak titik-titik sensitif yang sering digunakan dalam ilmu akupunktur? Lalu kemudian amati pola wudhu. InsyaAllah anda akan segera menemukan benang merah diantara keduanya.
Pada anggota badan yang terkena perlakuan wudhu terdapat ratusan titik akupunktur yang bersifat reseptor terhadap stimulus berupa basuhan, gosokan, usapan, dan tekanan/urutan ketika melakukan wudhu. Stimulus tersebut akan dihantarkan melalui meridian ke sel, jaringan, organ dan sistim organ yang bersifat terapi. Hal ini terjadi karena adanya sistem regulasi yaitu sistem syaraf dan hormon bekerja untuk mengadakan homeostasis (keseimbangan). Titik-titik akupunktur, suatu fenomena yang menarik bila dikorelasikan dengan kayfiyat wudhu yang disyari’atkan 15 abad yang lalu.
Setelah dihitung-hitung…ternyata terdapat 493 titik reseptor pada anggota wudhu!!
Anggota Wudhu (rukun dan sunat) Jumlah Titik Akupunktur
Wajah 84
Tangan 95
Kepala 64
Telinga 125
Kaki 125
Jumlah 493
Subhanallah!! Bayangkan jika kita melakukan itu setiap hari paling sedikit 5 kali sehari…
Ternyata kita harus semakin teliti saat menjalani wudhu. Mengapa? Coba ingat-ingat saat kita membasuh telapak kaki & tangan… apakah sela-sela jari sering kita abaikan? Ternyata ada fakta menarik yang tidak boleh luput :
Satu diantaranya adalah ketika melakukan takhlil, diantara sela-sela jari tangan dan kaki terdapat masing-masing satu titik istimewa (Ba Sie pada sela-sela jari tangan & Ba Peng pada sela-sela jari kaki). Jadi, keseluruhannya terdapat 16 titik akupunktur.
Berdasarkan riset fakar akupunktur, titik-titik tersebut apabila dirangsang dapat menstimulir bio energi (Chi) guna membangun homeostasis. Sehingga menghasilkan efek terapi yang memiliki multi indikasi, seperti untuk mengobati migren, sakit gigi, tangan-lengan merah, bengkak, dan jari jemari kaku.
Lain lagi tentang telinga…ternyata ada 30 hadist yang mendukung ini. BTW, saya pernah coba sebuah produk akupunktur yang menggunakan tenaga listrik. Lucu juga, karena alat ini disimpan di daun telinga. Dan ketika dialiri listrik rasanya seperti telinga ditusuk-tusuk. Saya semakin paham bahwa daun telinga, selain sebagai aksesoris, ternyata terkandung banyak sekali titik reseptor syaraf.
Makanya, saat menyapu telinga itu jangan cuma membasuh saja, tapi harus dengan pijatan juga. Ini namanya aurikulopressure alias pijat akupunktur telinga.
Subhanallah…luar biasa ternyata kandungan rahasia wudhu
Ulama fikih juga menjelaskan hikmah wudhu sebagai bagian dari upaya untuk memelihara kebersihan fisik dan rohani. Daerah yang dibasuh dalam air wudhu-seperti tangan, daerah muka termasuk mulut, dan kaki .
Mokhtar Salem dalam bukunya Prayers a Sport for the Body and Soul menjelaskan, wudhu bisa mencegah kanker kulit. Jenis kanker ini lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang setiap hari menempel dan terserap oleh kulit. Kemudian, apabila dibersihkan dengan air (terutama saat wudhu), bahan kimia itu akan larut. Selain itu, jelasnya, wudhu juga menyebabkan seseorang menjadi tampak lebih muda.
Berbagai penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa munculnya penyakit kulit disebabkan oleh rendahnya kebersihan kulit. Karena itu, orang yang memiliki aktivitas padat (terutama di luar ruangan) disarankan untuk sesering mungkin membasuh atau mencuci anggota badannya yang terbuka, seperti kepala, muka, telinga, hidung, tangan, dan kaki.
Sebab, penyakit kulit umumnya sering menyerang permukaan kulit yang terbuka dan jarang dibersihkan, seperti di sela-sela jari tangan, kaki, leher, belakang telinga, dan lainnya. Karena itu, Mochtar Salem memberi saran agar anggota tubuh yang terbuka senantiasa dibasuh atau dibersihkan dengan menggunakan air.
Rasul SAW menyatakan, wajah orang yang berwudhu itu akan senantiasa bercahaya. Rasulullah akan mengenalinya nanti pada hari kiamat karena bekas wudhu. “Umatku nanti kelak pada hari kiamat bercahaya muka dan kakinya karena bekas wudhu.”
Tegasnya, anggota badan yang dibasuh dalam wudhu ialah daerah yang paling riskan untuk melakukan dosa.
Organ tubuh yang menjadi anggota wudlu disebutkan dalam QS al-Maidah [5]:6, adalah wajah, tangan sampai siku, dan kaki sampai mata kaki. Dalam hadis riwayat Muslim juga dijelaskan bahwa, air wudlu mampu mengalirkan dosa-dosa yang pernah dilakukan oleh mata, penciuman, pendengaran, tangan, dan kakinya, sehingga yang bersangkutan bersih dari dosa.
Yang paling penting dari wudlu ialah kekuatan simboliknya, yakni memberikan rasa percaya diri sebagai orang yang ‘bersih’ dan sewaktu-waktu dapat menjalankan ketaatannya kepada Tuhan, seperti mendirikan shalat, menyentuh atau membaca mushaf Alquran. Wudlu sendiri akan memproteksi diri untuk menghindari apa yang secara spiritual merusak citra wudlu. Dosa dan kemaksiatan berkontradiksi dengan wudlu
Semoga bermanfaat.

Muhasabah Diri : Menyayangi Allah Atau Disayangi Allah?


Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Pernahkah soalan ini ditanya kepada diri ataupun terfikir; Adakah kita lebih menyayangi Allah atau Allah yang lebih menyayangi kita? Jika kita menyayangi Allah, adakah kita menuruti segala perintah dan larangan-Nya? Tetapi jika kita melanggar perintah-Nya, pernahkah ditarik kembali semua nikmat yang diberikan oleh-Nya?
Pernahkah pula kita terfikir bahawa orang-orang yang menyekutukan Allah; namun dalam masa yang sama nikmat Allah tetap tercurah kepada seluruh makhluk-Nya tanpa mengira apa agama dan jenisnya (manusia, jin, binatang, tumbuh-tumbuhan, angin, planet-planet dan pelbagai lagi; termasuk makhluk yang tidak kita ketahui).
Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Setelah selesai menciptakan makhluk-Nya, Allah menulis dalam kitab-Nya mewajibkan atas Diri-Nya sendiri : ‘Sesungguhnya kasih sayang-Ku mengalahkan (mengatasi) kemurkaan-Ku’”. [2751/16] Sahih Muslim
Inilah antara tanda bahawa Allah itu Maha Pemurah lagi Maha Penyayang serta bukti bahawa Allah lebih menyayangi makhluk-Nya berbanding kasih sayang makhluk-Nya (manusia terutamanya) terhadap Rabb penciptanya.
Di dalam Al-Quran, seperti yang telah kita ketahui setiap surah pada permulaannya telah diletakkan nama dan sifat Allah (kecuali At-Taubah) iaitu, ‘Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Jika kita memperhatikannya, seolah-olah Allah Subhana wa Ta’ala mahu makhluknya memahami bahawa cara yang pertama sekali mengenal Rabb mereka adalah dengan pemahaman bahawa kemurahan dan kasih sayang Allah itu mengatasi segalanya. Perkataan Maha Pemurah dan Maha Penyayang ini juga telah diulang lebih seratus kali.
Di dalam sebuah hadis yang menyatakan kasih sayang Allah;
Dari Salman al-Farisi r.a : Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah memiliki 100 kasih sayang, ada satu kasih sayang (telah diberikan) agar semua makhluk menyayangi di antara mereka, 99 kasih sayang lainnya untuk Hari Kiamat.” [2753] Sahih Muslim
Kasih Sayang Allah Melimpah-ruah
Jika dilihat perkataan Maha Penyayang pula, lebih dua ratus kali tercatat di dalam Al-Quran. Kasih sayang itu meliputi kurniaan nikmatnya yang tidak mungkin dapat diberikan oleh manusia mahupun jin; mahupun berkumpul jin dan manusia dan bersatu untuk memberikan nikmat itu kepada sesama mereka.
Antaranya, ia meliputi nikmat siang dan malam (perjalanan bintang yang teratur), tidur, nyawa, nafas, pengaturan automatik sistem tubuh, benih-benih yang menjadi makanan (tumbuh-tumbuhan dan haiwan) dan terlalu banyak lagi nikmat Allah itu yang jika kita ingin menyebutnya, sampai habis hayat masih belum habis lagi pengungkapannya.
Firman-Nya;
Terjemahan : Surah An-Nahl [16] : 18
18. Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, nescaya kamu tidak akan dapat menghitungkan jumlahnya (kerana terlalu banyak). Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Maksudnya, manusia itu sangat-sangat lemah. Seandainya Allah memerintahkan semua manusia bersyukur atas segala nikmat-Nya satu persatu, maka tiada satu pun manusia yang mampu menyenaraikannya.
Oleh kerana itulah di akhir ayat tersebut diletakkan Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang yang membawa maksud, jika sebelum ini makhluk-Nya melanggar perintah dan larangan-Nya, maka bertaubatlah dan pasti akan diampuni. (Rujukan : Tafsir Ibn Katsir)
Di dalam sebuah hadis, bersabda Rasulullah saw;
Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Seandainya seorang mukmin tahu siksa yang ada di sisi Allah, maka tidak ada seorang pun yang tidak menginginkan syurga-Nya (takut berbuat dosa); Dan seandainya ada orang kafir yang tahu kasih sayang Allah, maka tidak akan ada yang merasa putus asa dari(mendapatkan) syurga Allah.” [3379] Sahih. Riwayat Muslim [At-Targhib]
Mengagungkan Allah
Terjemahan : Surah Al-Israa' [17] : 111
111. Dan katakanlah: "Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.
Sekiranya kita benar-benar menyayangi Allah, maka hendaklah kita mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Maksudnya, jika kita benar-benar orang yang beriman maka hendaklah kita meletakkan perintah dan larangan Allah (Al-Quran dan Al-Sunnah) di tempat teratas baik dari segi pemikiran mahupun hati.
Janganlah biarkan diri kita tergolong dalam kalangan orang-orang yang menyekutukan Allah, di mana mereka meletakkan Al-Quran dan Al-Sunnah sebagai ‘perkara’ yang remeh, diubah-ubah tulisan serta maknanya, mengatakan Al-Quran dan Al-Sunnah itu tidak membawa kemajuan, mencetuskan perbalahan dan seumpamanya. Moga Allah melindungi kita dari bersama mereka.
Terjemahan : Surah Az-Zumar [39] : 67
67. Dan mereka (orang-orang musyrik) tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya....... .
Pada hari kiamat nanti mereka (orang yang memperlekeh Al-Quran dan Sunnah) akan berada dalam keadaan benar-benar dalam penyesalan. Tetapi penyesalan itu tidak bermakna lagi kerana masing-masing sudah diberi masa yang mencukupi, masing-masing telah diberikan penjelasan yang jelas dan yang paling utama, agama ini (Islam) telah sempurna disampaikan oleh Nabi Muhammad saw.
Persoalannya hanyalah; Mahukah kita mengikuti jalan yang lurus atau mengikuti jalan yang bersimpang-siur? Semua orang akan masuk ke syurga dan ini janji Allah dan Rasul-Nya (saw) KECUALI mereka yang tidak mahu, dan orang yang tidak mahu ke syurga adalah orang yang mempermain dan memperlekehkan Al-Quran dan Al-Sunnah serta bertuhankan hawa nafsu.
Bertaubatlah Sebelum Terlambat
Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang bertaubat kepada Allah Ta’ala sebelum matahari terbit dari barat, (maka) Allah menerima taubatnya.” [2323] Sahih Muslim
Setiap anak Adam pasti melakukan kesalahan dan tidak ada satu manusia pun pada zaman ini tidak melakukan dosa samada kecil atau besar. Tetapi sesuatu yang wajib kita ketahui, bahawa Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang dan akan mengampuni siapa sahaja yang bertaubat kepada-Nya kecuali saat matahari terbit dari barat dan saat nyawa sedang dicabut (Rujuk : An-Nisa’ [4] : 18]).
Janganlah berputus asa terhadap rahmat Allah kerana putus asa itu sifat orang kafir. Bertaubatlah terhadap kesalahan yang lalu dan jadikanlah masa akan datang ini masa yang bermanfaat dan masa memperbaiki kesilapan lalu. Mulakanlah hidup baru yang menjamin cahaya kehidupan yang abadi di syurga - InsyaAllah.
Ingatlah antara pesan terakhir Rasulullah saw sebelum kewafatannya;
Dari Jabir bin Abdullah al-Ansari r.a, katanya tiga hari sebelum Rasulullah saw wafat : Rasulullah saw bersabda, “Janganlah kamu mati melainkan baik sangka terhadap Allah Azza wa Jalla.” [2451] Sahih Muslim
Sesungguhnya Allah itu Maha Pemurah, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada makhluk-Nya.

Hanya Umat Islam Boleh Menghancurkan Islam


Surah Al Baqarah [2] : [255]
.....(Allah) yang mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari (kandungan) ilmu Allah melainkan apa yang Allah kehendaki(memberitahu kepadanya).
Hanya Umat Islam Boleh Menghancurkan Islam
Dari Amir bin Sa’ad r.a : Rasulullah saw bersabda, (Diringkaskan pada hadis yang panjang) “Aku memohon kepada Rabbku supaya jangan membinasakan umatku dengan musim susah yang panjang, maka diperkenankan. Aku memohon supaya umatku jangan dibinasakan dengan bencana tenggelam (seperti terjadi pada kaum Nabi Nuh a.s, Firaun) permohonanku itu diperkenankan-Nya juga.
Aku memohon supaya umatku jangan dibinasakan kerana pertentangan sesama mereka. Permohonan ini tidak diperkenankan.” [2464] Sahih Muslim (Dalam lafaz lain, ‘Tidak ada satu kekuatan musuh yang dapat menghancurkan mereka (umat Islam) kecuali mereka sendiri walaupun musuh mereka bersatu mengelilingi mereka’-Rujukan Hadis [2463] dari Tsauban r.a, Sahih Muslim)
Hanya Satu Cara Membinasakan Islam
Hadis di atas merupakan jaminan dari Allah Subhana wa Ta’ala kepada umat Islam bahawa mereka tidak akan dimusnahkan atau dibinasakan seluruhnya;
(a). Dibinasakan kerana bencana alam yang terjadi (samada kebuluran, gempa bumi, tsunami dan seumpamanya) seperti azab yang diturunkan kepada umat-umat terdahulu yang dikisahkan dalam Al-Quran untuk dijadikan pelajaran umat masa kini.
(b). Dibinasakan kerana diserang oleh musuh Islam. Walau berkumpul musuh-musuh Islam mengelilingi umat Islam, maka umat Islam tidak akan tewas seluruhnya (pasti umat Islam akan bangkit kembali dan mencapai kemenangan walaupun bilangan mereka sedikit sehingga hari kiamat termasuklah peperangan memerangi Dajjal).
Tetapi, umat Islam hanya dapat dibinasakan oleh orang Islam itu sendiri. Inilah satu-satunya cara yang dapat membinasakan Islam dan umat Nabi Muhammad saw. Tiada cara lain selain ini dan umat Islam perlu sedar akan hal yang penting ini. Ianya bermula dari setiap individu yang mahu melaksanakan tanggungjawabnya.
Perpecahan Itu Hanya Menuju Kebinasaan
Umat Islam akan tewas dan binasa kerana pertentangan sesama sendiri iaitu, dari umat Islam yang mengaku Islam, mencintai Rasulullah saw, membaca Al-Quran, bersolat dan sebagainya tetapi mempunyai akhlak yang buruk sehingga apabila berlaku perselisihan mereka melupakan kesatuan Islam dan berfatwa tanpa merujuk Al-Quran, Al-Sunnah dan para ulama yang berpegang kepada Al-Quran dan Al-Sunnah.
Setelah terjadi demikian, maka umat Islam akan menjadi berkelompok dan berpuak-puak serta saling mencaci maki sedangkan agama mereka satu dan tuhan mereka Allah yang Esa dan penghulu mereka Rasulullah saw. Mereka sengaja ‘melupakan’ persamaan yang sangat-sangat besar ini dan hanya ‘nampak’ perbezaan yang sangat-sangat kecil.
Sangat cantik perkataan Prof. Ahmad Shalaby dalam bukunya (Masyarakat Islam, cetakan pertama 1966) katanya, “Agama Islam ini tidak lemah malah sentiasa kuat. Umat Islam menjadi lemah kerana meninggalkan ajaran Islam (Al-Quran dan Al-Sunnah).” Maksudnya, umat Islam menjadi lemah sehingga berpecah belah kerana meninggalkan Al-Quran dan Al-Sunnah.
Di dalam Al-Quran telah mengisyaratkan perkara ini;
Terjemahan : Surah An-Nisaa' [4] : 59
59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Cara Mengatasi Fitnah Perpecahan
Untuk mengatasi fitnah perpecahan ini, kita perlu melihat akan puncanya. Apabila mengenal ‘musuh’ barulah mudah kita menewaskannya. Antara punca terjadinya perpecahan adalah kerana;
1.Taksub atau fanatik hingga menyalahi Al-Quran dan Al-Sunnah.
2. Serangan kaum munafik (gunting dalam lipatan). Mereka memberikan gambaran yang salah terhadap Islam dan oleh kerana itulah kita perlu tetap berpegang kepada hadis yang sahih.
3. Jahil dan takut untuk berubah walaupun perubahan itu lebih tepat kepada kebenaran.
4. Sombong dengan merasakan apa yang difikirkannya dan apa yang diketahuinya itulah yang betul walaupun menyalahi sunnah yang sahih.
5. Suka melihat perselisihan atau konsep ‘padan muka’ yang membawa maksud; Mereka yang suka mencaci umat Islam lain dan kononnya hanya dialah yang berada di jalan yang benar. Sedangkan perbuatan mencaci itu telah jelas akan kesalahfahamannya.
6. Tidak menyebarkan salam. Ucapan salam hanya kepada orang yang dikenal sahaja, malah ucapan ‘morning’ lebih diutamakan.
7. Tidak merapatkan saf (ketika berjemaah) hingga menyebabkan hilangnya perasaan kasih sayang dan perasaan kesamarataan manusia di sisi Allah Ta’ala.
8. Tidak mencintai Allah Subhana wa Ta’ala.
9. Hilangnya rasa harap dan takut kepada Allah.
(Perkara nombor 8 dan 9 akan disambung dalam risalah lain kerana sangat pentingnya hal ini.)
Banyak lagi perselisihan di antara umat Islam, walaubagaimanapun ia adalah pecahan-pecahan dari apa yang dinyatakan di atas. Persoalannya; Apakah yang perlu kita lakukan dan apakah tanggungjawab kita sebagai umat Islam untuk memastikan kita bukanlah salah seorang yang menjadi punca runtuhnya Islam dan lemahnya umat Nabi Muhammad saw.
Wallahu’alam

Ummu Sulaim binti Malhan yang Mulia Maharnya


Nama lengkapnya adalah Rumaisha’ Ummu Sulaim binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin Naja al-Anshaiyah al-Khazrajiyah. Beliau adalah seorang wanita yang memiliki sifat keibuan dan cantik, dihiasi pula dirinya dengan ketabahan, kebijaksanaan, lurus pemikirannya, dan dihiasi pula dengan kecerdasan berpikir dan kefasihan serta berakhlak mulia, sehingga nantinya cerita yang baik ditujukan kepada beliau dan setiap lisan memuji atasnya. Karena, beliau memiliki sifat yang agung tersebut sehingga mendorong putra pamannya yang bernama malik bin Nadhar untuk segera menikahinya yang akhirnya melahirkan Anas bin Malik.
Tatkala cahaya nubuwwah mulai terbit dan dakwah tauhid mulai muncul, orang-orang yang berakal sehat dan memiliki fitrah yang lurus untuk bersegera masuk Islam. Ummu Sulaim termasuk golongan petama yang masuk Islam awal-awal dari golongan Anshar. Beliau tidak mempedulikan segala kemungkinan yang akan menimpanya di dalam masyarakat jahiliyah penyembah behala yang beliau buang tanpa ragu. Adapun kalangan petama yang harus beliau hadapi adalah kemarahan Malik, suaminya, yang barru saja pulang dari bepergian dan mendapati istrinya telah masuk Islam. Malik berkata dengan kemarahan yang memuncak, “Apakah engkau murtad dari agamamu?” Maka dengan penuh yakin dan tegar beliau menjawab, “Tidak, bahkan aku telah beriman.”
“Demi Allah, orang seperti anda tidak pantas untuk ditolak, hanya saja engkau adalah orang kafir sedangkan aku adalah seorang muslimah sehingga tidak halal untuk menikah denganmu. Jika kamu mau masuk Islam, maka itulah mahar bagiku dan kau tidak meminta yang selain dari itu.” (Lihat an-Nasa’i VI/144). Sungguh ungkapan tesebut mampu menyentuh perasaan yang paling dalam dan mengisi hati Abu Thalhah, sungguh Ummu Sulaim telah bercokol di hatinya secara sempurrna, dia bukanlah seorang wanita yang suka bermain-main dan takluk dengan rayuan-rayuan kemewahan, sesungguhnya dia adalah wanita cedas, dan apakah dia akan mendapatkan yang lebih baik darrinya untuk dipeisti, atau ibu bagi anak-anaknya?”
Tanpa terasa lisan Abu Thahah mengulang-ulang, “Aku berada di atas apa yang kamu yakini, aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang hak kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” Ummu Sulaim lalu menoleh kepada putranya Anas dan beliau berkata dengan suka cita karena hidayah Allah yang diberikan kepada Abu Thalhah melalui tangannya, “Wahai Anas nikahkanlah aku dengan Abu Thalhah.” Kemudian beliau pun dinikahkan Islam sebagai mahar. Oleh karena itu, Tsabit meiwayatkan hadis darri Anas: “Aku belum penah mendengarr seorang wanita yang paling mulia dari Ummu Sulaim karena maharnya adalah Islam.” (Sunan Nasa’i VI/114).
Ummu Sulaim hidup bersama Abu Thahah dengan kehidupan suami istri yang diisi dengan nilai-nilai Islam yang menaungi bagi kehidupan suami istri, dengan kehidupan yang tenang dan penuh kebahagiaan. Ummu Sulaim adalah profil seorang istri yang menunaikan hak-hak suami istri dengan sebaik-baiknya, sebagaimana juga contoh terbaik sebagai seorang ibu, seorang pendidik yang utama dan orang da’iyah. Begitulah Abu Thalhah mulai memasuki madrasah imaniyah melalui istrinya yang utama, yakni Ummu Sulaim. sehingga, pada gilirannya beliau minum dari mata air nubuwwah hingga menjadi setara dalam hal kemuliaan dengan Ummu Sulaim. Marilah kita dengarkan penuturan Anas bin malik yang menceitakan kepada kita bagaimana pelakuan Abu Thalhah terhadap kitabullah dan komitmenya tehadap Alquran sebagai landasan dan kepribadian. Anas bin Malik berkata: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempuna), sebelu kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (Ali Imran: 92).
Seketika Abu Thalhah bediri menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam dan berkata, “Sesungguhnya Allah telah berfiman di dalam kitabnya (yang artinya), “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” Dan sesungguhnya harta yang paling aku sukai adalah kebunku, untuk itu aku sedekahkan ia untuk Allah degan harapan mendapatkan kebaikan dan simpanan di sisi Allah, maka pergunakanlah sesukamu ya Rasulullah.” “Bagus… bagus… itulah harta yang menguntungkan… itulah harta yang mnguntungkan…. Aku telah mendengar apa yang kamu katakan dan aku memutuskan agar engkau sedekahkan kepada kerabat-kerabatmu.” Maka Abu Thalhah membagi-bagikannya kepada anak kerabatnya dan Bani dari pamanya.”
Allah memuliakan kedua orang suami istri ini dengan seorang anak laki-laki sehingga keduanya sangat bergembira dan anak tersebut menjadi penyejuk pandangan bagi keduanya dengan pergaulannya dan dengan tingkah lakunya. Anak tersebut diberi nama Abu Umair. Suatu ketika anak tersebut bemain-main dengan seekor burung lalu burung tersebut mati. Hal itu menjadikan anak tersebut bersedih dan menangis. Pada saat itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam melewati dirinya maka beliau berkata kepada anak tesebut untuk meghibur dan bermain dengannya, “Wahai Abu Umair, apa yang dilakukan oleh anak burung pipit itu?” (Al-Bukhari VII/109).
Allah berkehendak untuk menguji keduanya denga seorang anak yang cakap dan dicintai. Suatu ketika Abu umair sakit sehingga kedua orang tuanya disibukkan olehnya. Sudah menjadi kebiasaan bagi ayahya apabila kembali dari pasar, petama kali yang dia kerjakan setelah mengucapkan salam adalah bertanya tentang kesehatan anaknya, dan beliau belum merasa tenang sebelum melihat anaknya. Suatu ketika Abu Thalhah keluar ke masjid dan bersamaan dengan itu anaknya meninggal. Maka Ibu mukminah yang sabar ini menghadapi musibah tersebut dengan jiwa yang ridha dan baik. Sang ibu membaringkannya di temp[at tidur sambil senantiasa mengulangi, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Beliau berpesan kepada anggota keluarganya, “Janganlah kalian menceritakan kepada Abu Thalhah hingga aku sendiri yang menceritakan kepadanya.”
Ketika Abu Thalhah kembali, Ummu Sulaim mengusap air mata kasih sayangnya, kemudian dengan semangat menyambut suaminya dan menjawab seperti biasanya, “Apa yang dilakukan oleh anakku?” Beliau menjawab, “Dia dalam keadaan tenang.” Abu Thalhah mengira bahwa anaknya sudah dalam keadaan sehat, sehingga Abu Thalhah bergembira dengan ketenangan dan kesehatannya, dan dia tidak mau mendekat karena kahawatir mengganggu ketenangannya. Kemudian Ummu Sulim mendekati beliau dan memperssiapkan makan malam baginya, lalu beliau makan dan minum, sementara Ummu Sulaim bersolek dengan dandanan yang lebih cantik daripada hari-hari sebelumnya, beliau mengenakan baju yang paling bagus, berdandan dan memakai wangi-wangian, kemudian keduanya pun berbuat sebagaimana layaknya suami istri.
Tatkala Ummu Sulaim melihat bahwa suaminya sudah kenyang dan telah mencampurinya serta merasa tenang terhadap keadaan anaknya, maka beliau memuji Allah karena beliau tidak membuat risau suaminya dana beliau bioarkan suaminya terlelap dalam tidurnya. Tatkala di akhir malam beliau berkata kepada suaminya, “Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu seandainya ada suatu kaum menitipkan barangnya kepada suatu keluarga kemudian suatu ketika mereka mengambil titipan tersebut, maka bolehkah bagi keluarga tersebut menolaknya?” Abu Thalhah menjawab, “Tentu saja tidak boleh.” Kemudian Ummu Sulim berkata lagi, “Bagaimana pendapatmu jika keluarga tersebut berkeberatan tatkala titipannya diambil setelah dia sudah dapat memanfaatkannya?” Abu Thalhah berkata, “Berarti mereka tidak adil.” Ummu Sulaim berkata, “Sesungguhnya anakmu adalah titipan dari Allah dan Allah telah mengambil, maka tabahkanlah hatimu dengan meninggalnya anakmu.”
Abu Thalhah tidak kuasa menahan amarahnya, maka beliau berkata dengan marah, “Kau biarkan aku dalam keadaan seperti ini baru kamu kabari tentang anakku?” Beliau mengulangi kata-kata tersebut hingga beliau mengucapkan kalimat istirja’ (inna lillahi wa inna ilaihi raji’un) lalu bertahmid kepada Allah sehingga berangsur-angsur jiwanya menjadi tenang. Keesokan harinya beliau pergi menghadap Rasullah Shallallahu ‘alaihi wassalam dan mengabarkan kepadanya tentang apa yang telah terjadi, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Semoga Allah memberkahi malam kalian berdua.” Mulai hari itulah Ummu Sulaim mengandung seorang anak yang akhirnya diberi nama Abdullah. Tatkala Ummu Sulaim melahirkan, beliau utus Anas bin Malik untuk membawanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam, selanjutnya Anas berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Ummu Sulaim telah melahirkan tadi malam.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam mengunyah kurma dan mentahnik bayi tersebut (yakni menggosokkan kurma yang telah dikunyah ke langit-langit mulut si bayi). Anas berkata, “Berikanlah nama bayi ya Rasulullah!” beliau bersabda, “Namanya Abdullah.” Ubadah, salah seorang rijal sanad berkata, “Aku melihat dia memiliki tujuh orang anak yang kesemuanya hafal Alquran.”
Di antara kejadian yang mengesankan pada diri wanita yang utama dan juga suaminya yang mukmin adalah bahwa Allah menurunkan ayat tentang mereka berdua yang manusia dapat beribadah dengan membacanya. Abu Hurairah berkata, “Telah datang seorang laki-laki kepada Rasullah Shallallahu ‘alaihi wassalam dan berkata, ‘Sesungguhnya aku dalam keadaan lapar’. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam menanyakan kepada salah satu istrinya tentang makanan yang ada di rumahnya, namun beiau menjawab, ‘Demi yang mengutusmu dengan haq, aku tidak memiliki apa-apa kecuali hanya air, kemudian beliau bertanya kepada istri yang lain, namun jawabannya sama. Seluruhnya menjawab dengan jawaban yang sama. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, ‘Siapakah yang akan menjamu tamu ini, semoga Allah merahmatinya’.
Maka berdirilah seorang Anshar yang namanya Abu Thalhah seraya berkata, ‘Saya, ya Rasulullah’. Maka dia pergi bersama tamu tadi menuju rumahnya kemudian sahabat Anshar tersebut bertanya kepada istrinya (Ummu Sulaim), “Apakah kamu memiliki makanan?” Istrinya menjawab, ‘Tidak punya melainkan makanan untuk anak-anak’. Abu Thalhah berkata, ‘ Berikanlah minuman kepada mereka dan tidurkanlah mereka. Nanti apabila tamu saya masuk, maka akan saya perlihatkan bahwa saya ikut makan, apabila makanan sudah berada di tangan, maka berdirilah dan matikanlah lampu’. Hal itu dilakukan oleh Ummu Sulaim. Mereka duduk-duduk dan tamu makan hidangan tersebut, sementara kedua istri tersebut bermalam dalam keadaan tidak makan. Keesokan harinya keduanya datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, ‘Sungguh Allah takjub (atau tertawa) terhadap fulan dan fulanah’.”
Dalam riwayat lain Rasulullah bersabda, “Sungguh Allah takjub terhadap apa yang kalian berdua lakukan terhadap tamu kalian.” Di akhir hadis disebutkan, maka turunlah ayat: “Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).” (Al-Hasyr: 9). Abu Thalhah tak kuasa menahan rasa gembiranya, maka beliau bersegera memberikan kabar gembira itu kepada istrinya sehingga sejuklah pandangan matanya karena Allah menurunkan ayat tentang mereka dalam Alquran yang senantiasa dibaca. Selain berdakwah di lingkungannya, Ummu Sulaim juga turut andil dalam berjihad bersama pasukan kaum muslimin. Anas berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam berperang bersama Ummu Sulaim dan para wanita dari kalangan Anshar, apabila berperang, para wanita tersebut memberikan minum kepada mujahidin dan mengobati yang luka.” Begitulah, Ummu Sulaim memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam, beliau tidak pernah masuk rumah selain rumah Ummu Sulaim, bahkan Rasulullah telah memberi kabar gembira bahwa beliau termasuk ahli jannah.

Memiliki Indera Ke 6


Karena anggapan seperti inilah sehingga pada mulanya sebagian orang mengatakan bahwa ESP atau indra keenam hanyalah takhyul atau cerita dongeng. Tetapi sekarang kebenaran adanya indra keenam sudah dibuktikan oleh para ilmuwan dan peneliti di seluruh dunia.
Seorang ilmuwan bernama Dr. J.B. Rhine mengadakan penelitian ilmiah pertama atas ESP ini pada tahun 1930-an dan 40-an di Duke University. Hasil penelitiannya cukup menakjubkan dunia akademis pada waktu itu, khususnya karena banyak ilmuwan yang lain sedang berlomba-lomba ingin mengkonfirmasi kebenaran adanya apa yang disebut ESP itu. Buku yang ditulisnya berjudul Extra-Sensory Perception after 60 Years menjadi buku wajib sebagai bacaan pendahuluan mata kuliah psychology di Universitas Harvard. Penelitiannya diulangi lagi di seluruh dunia sebanyak 309 kali yang melibatkan 50,000 orang dan 2 juta sesi, dan membuktikan tanpa keraguan bahwa ESP atau indra ke-6 benar-benar ada.
Pada awal abad ke 20, seorang ilmuwan terkenal bernama Albert Einstein berkata:
“Pikiran intuitif adalah karunia yang mulia dan pikiran yang rasional adalah hamba yang setia. Kita telah menciptakan suatu masyarakat yang menghormati hamba dan telah melupakan karunia itu.”
Nah, orang-orang yang memiliki kemampuan indra ke-6 sering disebut psychic. Pada umumnya orang menganggap bahwa indra ke-6 hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu seperti paranormal dan sejenisnya. Tetapi sesungguhnya, setelah diadakan penelitian bertahun-tahun seperti disebutkan di atas ditemukan bahwa semua manusia memiliki indra ke-6 atau ESP
Sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna kita sebagai manusia adalah juara sejak lahir karena kita adalah satu-satunya sel yang berhasil menjadi bentuk yang sempurna dari sekian banyak juta sel, meskipun terkadang ada (maaf) yang terlahir dalam keadaan tidak sempurna atau tidak lengkapnya anggota tubuh, tetapi janganlah pernah melihat mereka dengan sebelah mata karena dibalik kekurangannya pasti ada kelebihan yang dia miliki, yang mungkin kita tidak ketahui. Demikian pula dalam hal supranatural, dari sekian banyak manusia yang berkeliaran dimuka bumi ini pasti ada orang yang memiliki indera ke-6 atau kemampuan diluar batas kewajaran bahkan mungkin juga anda salah satunya.
Berikut adalah 7 Ciri Ciri Orang Memiliki Indera Ke 6 :
1. Pernah mengalami mimpi yang kemudian menjadi kenyataan, mimpi tersebut sebenarnya adalah pandangan kita tentang masa yang belum terjadi, indera keenam kita yang mungkin kalah dengan nafsu duniawi, hanya bisa memperingatkan kita melalui otak dan mewujudkan peringatan tersebut lewat mimpi.
2. Merasakan ada sesuatu di dekat anda padahal waktu itu anda hanya sendiri, bisa jadi waktu itu anda memang tidak sendiri, sebenarnya ada makhluk lain yang mungkin lebih dari satu, berada di dekat anda, mungkin mereka sebenarnya ingin bertutur sapa dengan anda, namun kebanyakan dari mereka justru mempermainkan perasaan anda hingga anda jadi merinding, nah merinding itu sebenarnya adalah wujud dari proteksi alamiah anda melalui aura yang mengusir tamu tak di undang tadi, semakin besar keberanian anda, maka semakin kuat aura anda untuk mengusir mereka, dan rasa merinding tadi pun semakin hilang.
3. Pada keadaan tertentu kita merasa ada seseorang/sesuatu yang memperhatikan kita,namun setelah di tengok tidak ada siapapun. Untuk kedua kalinya kami juga yakin bahwa sebenarnya anda memang di perhatikan oleh sesuatu, mungkin tetangga kita dari alam lain, ataupun para pengelana yang sedang singgah di dekat anda. Bisa juga sihir jahat yang memang di kirim untuk anda dan lain sebagainya.
4. Deja vu adalah perasaan yakin bahwa anda telah mengalami atau melihat situasi yang sebenarnya baru saja anda alami. Anda merasa seolah peristiwa tersebut telah terjadi atau terulang lagi. Pengalaman ini biasanya disertai dengan rasa akrab, seram, atau aneh. Deja vu biasanya dihubungkan dengan mimpi, tapi kadang-kadang ada kemungkinan bahwa hal itu memang benar-benar terjadi di masa lalu .. ilmu jiwa mengatakan deja vu adalah bagian dari visi supranatural yang bocor, yang seharusnya tidak keluar … namun terpaksa keluar oleh kekuatan bawaan seseorang, dan membentuk sebuah perasaan yang tidak asing lagi bagi kita, padahal kita baru mengalami sekali itu, perasaan tersebut berasal dari pandangan kita sendiri, sebenarnya peringatan akan tibanya hari itu (saat deja vu kita rasakan) telah tertangkap oleh indera keenam, indera tersebut sebenarnya mencoba untuk menginformasikan pada kita, namun gagal, sehingga di saat kita benar-benar mengalami hal tersebut, perasaan akan visi tadi meluap-luap hingga kita merasa mengalami satu kejadian dua kali. Kesimpulanya, deja vu berarti kehendak bebas sang indera keenam untuk menentukan pilihanya, ia tidak mau di kontrol oleh hukum alam, dan ia menunggu sang pemilik untuk melatih dan membebaskanya dari tabir belenggu.
5. Saat kita memperhatikan sesuatu tanpa berkedip, kita akan menangkap cahaya yang menyelimuti benda tersebut, namun setelah di amati kembali, cahaya tadi pun lenyap. Ketahuilah bahwa cahaya yang menyelimuti benda padat dalam pandangan anda tersebut adalah aura/prana yang menyelimuti benda itu, anda bisa bertanya pada ahli aura atau ahli meditasi yang berpengalaman.
6. Ketika pertama kali kita bertemu dengan seseorang kita merasakan ketidak sukaan/kecocokan, meskipun kita belum mengenal orang itu. Hal ini disebabkan karena adanya alarm tak terlihat dari indera keenam, aura yang kita miliki akan menyatu dengan aura orang yang bertemu dengan kita, di saat penyatuan aura tersebut, bila kita bisa melihat, akan terjadi interaksi, bila kita mengalami kecocokan, maka warna aura tersebut akan berubah dan melebur sehingga muncul kesan yang hangat dan nyaman ……. seperti terasa sangat bersahabat, dan bila sebaliknya, maka akan terjadi tolak-menolak selayaknya medan magnet hingga kita merasakan gerah dan kurang nyaman, jadi bila anda merasa tidak suka dengan orang yang bahkan belum kita kenal, maka bisa di pastikan orang tersebut juga merasakan hal yang sama, hal ini bisa menjadi bahan pertimbangan kita untuk mencari rekan bisnis maupun pasangan.
7. Pernah melihat sekelebat bayangan, begitu nyata, namun setelah di sadari, ternyata tidak ada apapun di sekitar kita. Bukan ilusi optik atau gangguan mata yang di akibatkan posisi tubuh terhadap letak pandangan, namun sekelebat bayangan tadi memanglah tetangga kita yang sedang numpang lewat, bila anda adalah salah satu dari pemilik indera keenam, anda pasti tau maksudnya, dan anda pun pasti juga tau, terkadang kamar kita adalah jalan pintas atau jalan masuk ke rumah mereka, dan terkadang anda pasti kesal, jika kamar mandi/toilet kita di jadikan dapur oleh mereka. Munculnya sekelebat bayangan tadi sebenarnya adalah visi kita yang berasal dari celah yang di miliki oleh tabir penghalang dari indera keenam. Karena di saat pikiran kita kosong, keinginan akan nafsu dan keduniawian pun ikut kosong, sehingga tabir yang menyelimuti indera tersebut juga sedikit memiliki celah, contohnya adalah saat kita nonton tv, dan kurang enjoy dengan acaranya, saat melamun, saat sedih, saat bosan dll, sekelebat bayangan itupun tak akan muncul bila pikiran kita tidak dalam keadaan seperti yang disebutkan diatas.

Suara yang diulang setiap minit di dunia ini


Maha Suci Allah yang Maha Mencipta. Ketahuilah bahawa Azan tidak terputus berkumandang di ‘globe’ bumi selama 24 jam. Mengikut penyelidikan yang dilakukan di sebuah Universiti di UAE, didalam bidang Matematik, menjelaskan bahawa ini merupakan keajaiban yang dijadikan oleh Maha Pencipta didalam memberi hak kepada ‘Suara Azan” sepanjang 24 jam setiap hari.
Penyelidiknya didalam kajian tersebut berkata : “ Sesungguhnya Azan yang memanggil orang Islam melakukan ibadat solat tidak pernah putus dari globe bumi setiap hari pada setiap putaran masa, dimana setelah Azan selesai berkumandang disesuatu kawasan, ia akan diteruskan berkumandang dikawasan yang lain !!”
Abdul Hamid al-Fadhil, penyelidikan tersebut menjelaskan bahawa globe bumi ini boleh dibahagikan kepada 360 garisan, dimana ditentukan waktu setiap kawasan tersebut darinya. Setiap garis dipisahkan dengan garisan dengan jangka waktu 4 minit, diandaikan Azan dilakukan tepat pada waktunya bagi setiap kawasan. Diandaikan juga muezzin yang baik akan melaungkan azan selama 4 minit.
Dia juga mengandaikan Azan akan dikumandangankan pada setiap daerah digarisan tersebut selama 4 minit, maka setiap 4 minit kawasan-kawasan yang berada pada garisan tersebut akan melaungkan Azan. Maka, dalam tempoh 24 jam, genap 360 garisan globe bumi melaksanakan Azan, dan menunjukkan bahawa Azan berkemundang secara berterusan selama 24jam didalam penghidupan bumi. Formulanya boleh gambarkan seperti berikut :-
4 (minit) x 360 (longitude) = 1440 minit
1400 (minit) / 60 (minit) = 24 jam
Maha Suci Allah yang memperlihatkan kekuasaannya kepada makhluk yang sentiasa alpa memahami hakikat perjalanan bumi ini. Bayangkan pada saat dimana Azan sudah tiada lagi kedengaran, apakah yang akan terjadi kepada makhluk yang berada dibumi ini? Firman Allah swt :-
وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ
“Dan berapa banyak tanda-tanda kekuasaan Allah di langit dan di bumi yang mereka menyaksikannya berulang-ulang semasa mereka pagi dan datang, sedang mereka tidak juga menghiraukan dan memikirkannya.” [Surah Yusuf : 105].
Berkata Ibn Kathir rh : “Allah mengkhabarkan bahawa kebanyakkan orang tidak memikirkan mengenai tanda-tanda (Ayat) dan bukti Allah yang satu terhadap ciptaan Allah pada langit dan bumi. Allah mencipta bintang-bintang dan planet-planet yang mengelilingi orbit, dan semuanya cipta dengan tujuan tertentu. Terdapat banyak tanah-tanah yang subur terletak sebelah menyebelah, dan taman-taman, gunung-gunung, lautan, dimana ombaknya memukul diantara satu sama lain, dan padang pasir yang luas. Terdapat banyak makhluk yang hidup dan yang mati, dikalangan binatang, tumbuh-tumbuhan, dan buah-buahan yang sama bentuknya, akan tetapi berbeza rasa, bau, warna dan sifat. Kesemuanya disebabkan Allah yang satu, yang menjadikan semua jenis ciptaan, dimana hanya dia yang tetap dan kekal selama-lamanya. Hanyalah dia yang tersendiri Nama dan Sifatnya.”

Jenis macam seksaan dalam neraka


Berikut ini adalah macam macam siksaan dan banyak siksaan lainnya yang akan diberikan sebagai hukuman kepada para penduduk neraka:
1) Api neraka yang menghanguskan kulit. Api neraka ciptaan Allah subhanahu wa ta'ala akan membakar kulit orang-orang kafir. Kulit adalah bagian tubuh yang sangat sensitif, bagian yang merasakan apa yang dirasakan oleh tubuh, dimana rasa sakit akibat kebakaran dirasakan, dan inilah alasannya mengapa Allah subhanahu wa ta'ala akan mengganti kulit yang terbakar itu dengan kulit baru, untuk kemudian dibakar lagi, dan proses tersebut berlangsung terus tanpa henti-hentinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Kami, kelak Kami akan masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain (baru), supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Qs. an-Nisa'[4]: 56)
2) Air yang menghancurkan isi perut. Salah satu jenis siksaan yang akan dirasakan oleh penghuni neraka adalah penyiraman hamim ke atas kepala mereka. Hamim adalah air yang sangat panas; karena panasnya yang sangat tinggi, hamim akan menghancurkan semua isi perut mereka.
"Orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka. Dengan air itu, dihancurkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit mereka." (Qs. al-Hajj[22]: 19-20)
Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda, "Hamim akan dituangkan ke atas kepala mereka dan terus menembus ke dalam perut dan menghancurkan segala apa yang ada di dalamnya, untuk kemudian keluar dari kaki dengan melelehkan semuanya, kemudian orang itu dikembalikan lagi ke bentuk semula." Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan-gharib-shahih. [1]
3) Penyiksaan di wajah. Bagian yang paling agung dan mulia dari tubuh seorang manusia adalah wajah. Karena itu, Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam melarang kita untuk memukul atau menampar wajah orang lain. Salah satu cara yang dilakukan Allah subhanahu wa ta'ala untuk memperlakukan para penghuni neraka dengan hina adalah dengan menumpukkan azab atas mereka di wajah, sehingga mereka berada dalam keadaan buta, tuli, dan bisu pada hari kiamat nanti.
"Dan kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (dengan menyeret mereka) pada wajah dalam keadaan buta, bisu, dan tuli. Tempat kediaman mereka adalah neraka jahanam. Tiap kali nyala api jahanam itu akan padam, Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya." (Qs. al-Isra'[17]: 97)
Kemudian mereka akan dilemparkan ke dalam neraka dengan muka terlebih dahulu:
"Dan siapa yang membawa kejahatan, disungkurkanlah muka mereka ke dalam neraka. Tidaklah kamu dibalas melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan." (Qs. an-Naml[27]: 90)
Api neraka akan menghanguskan muka mereka terus-menerus, tanpa ada batas antara mereka dan api:
"Andaikata orang-orang kafir itu mengetahui, waktu (dimana) mereka tidak mampu mengelakkan api neraka dari muka mereka dan (tidak pula) dari punggung mereka, sedang mereka tidak pula mendapat pertolongan, (tentulah) mereka tidak meminta disegerakan." (Qs. al-Anbiya'[21]: 39)
"Maka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat." (Qs. al-Mu'minun[23]: 104)
"Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api neraka." (Qs. Ibrahim[14]: 50)
"Apakah orang yang melindungi dirinya dengan wajahnya dari kejahatan azab pada hari kiamat (sama dengan orang yang bebas dari siksaan)?" (Qs. az-Zumar[39]: 24)
Melihat pemandangan yang menakutkan ini membuat kita gemetar!
"Pada hari ketika wajah mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata, "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat kepada Rasul." (Qs. Al-Ahzab[33]: 66)
Persis seperti kita membolak-balik daging atau ikan di atas pembakaran, begitulah azab yang akan mereka terima di neraka nanti. Semoga Allah subhanahu wa ta'ala melindungi kita dari azab neraka!
4) Diseret. Siksaan lain yang akan dialami orang-orang kafir ialah bahwa mereka akan diseret di atas muka mereka ke dalam neraka.
"Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia) dan dalam neraka. (Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka di atas muka mereka. (Dikatakan kepada mereka), "Rasakanlah sentuhan api neraka." (Qs. al-Qamar[54]: 47-48)
Pada waktu mereka diseret itu, penderitaan mereka akan bertambah lagi karena mereka diikat dengan rantai dan belenggu "Kelak mereka akan mengetahui ketka belenggu dan rantai dipasang di leher mereka seray diseret ke dam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api." (Qs. al-Mu'min[40]: 70-72)
Qatadah berkata, "Mereka akan diseret satu kali di dalam neraka dan satu kali dalam hamim. [2]
5) Penghitaman wajah. Allah subhanahu wa ta'ala akan menghitamkan wajah para penghuni neraka di hari kiamat nanti.
"Pada hari ketika, ada muka yang putih berseridan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan), "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu, rasakanlah azab sebab kekafiranmu itu." (Qs. Ali 'Imran[3]: 106)
Muka mereka begit hitamnya seolah-olah kegelapan malam telah menutup muka mereka:
"Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari (azab) Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya." (Qs. Yunus[10]: 27)
6) Api neraka akan mengelilingi orang-orang kafir.Para penghuni neraka adalah orang-orang kafir yang dikelilingi (dibelit) olh dosa-dosa dan ketidaktaatan mereka, sehingga bagi mereka tidak ada lagihasanah (kebaikan). Allah subhanahu wa ta'ala befirman, sebagai jawaban terhadap orang-orang Yahudi yang mengaku bahwa api neraka akan menyentuh mereka hanya sementara waktu: "(Bukan demikian), siapa yang melakukan kejahatan dan dibelit oleh dosa-dosa, merekalah yang menjadi ahli neraka, mereka kekal di dalamnya." (Qs. al-Baqarah[2]: 81)
Hanya orag-orang kafir dan musyrik yang akan menghadapi kenyataan yang demikian itu. Siddiq Hasan Kan berkata, "Apa yang dimaksud disini dengan kejahatan atau perbuatan jahat adalah perbuatan-perbuata tertentu yang karena alasan-alasan yang sudah jelas tidak akan dapat mengantarkan para pelakunya untuk mencapaihasanah. Kekekalan di neraka adalah untuk orang-orang kafir dan musyrik, sehingga perbuatan jahat dan dosa dalam ayat ini harus ditafsirkan sebagai kata yang berarti kafir dan syirik. Jadi, argumentasi kaum Mu'tazilah dan Khawarij telah dibuktikan kesalahannya oleh hadits-hadits mutawatir yang menyatakan bahwa orang-orang Muslim yang berdosa pada akhirnya nanti akan dikeluarkan dari neraka."
Dosa-dosa dan perbuatan jahat mengelilingi orang-orang kafir seperti gelang melingkari pergelangan tangan. Oleh sebab itu, hukuman yang ditimpakan atas mereka sepadan dengan kejahatan-kejahatan mereka. Karenanya orang-orang kafir akan dikelilingi oleh api neraka, sebagaimana yang difirmankan Allah subhanahu wa ta'ala, "Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka)." (Qs. al-A'raf[7]: 41)
"Tikar tidur" ada di bawah badn mereka, dan "selimut" di atasnya. Maksudnya, api neraka akan mengelilingi mereka dari atas dan bawah, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta'ala:
"Pada hari mereka ditutup oleh azab dari atas mereka dan dari bawah mereka." (Qs. al-'Ankabut[29]: 55)
"Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah mereka pun lapisan-lapisan api..." (Qs. az-Zumar[39]: 16)
"Dan sesungguhnya jahanam itu benar-benar mengelilingi orang-orang kafir." (Qs. at-Taubah[9]: 49)
Sebagian ulama salaf menginterpretasikan katamihad (tikar tidur) dengan makna "kasur" danghawasy dengan "selimut." [3]
Kata "mengelilingi" dapat ditafsirkan lain, yaitu bahwa neraka mempunyai dinding yang mengelilingi (mengepung) orang-orang kafir, sehingga mereka tidak bisa keluar untuk melarikan diri, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta'ala, "Sesungguhnya telah Kami sediakan bagi orang-orang lalim itu neraka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi mendidih yang melelehkan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek." (Qs. al-Kahfi[18]: 29)
7) Api neraka menjilat jantung mereka. Di atas telah diterangkan bahwa ukuran tubuh para penghuni neraka besar sekali. Namun demikian, api neraka akan menembus ke dalam tubuh mereka dan menjalar sampai ke bagian-bagian tubuh yang paling dalam.
"Aku akan memasukkannya ke dalam neraka saqar. Tahukah kamu apa neraka saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. Neraka saqar itu adalah pembakar kulit manusia." (Qs. al-Muddatstsir[18]: 29)
Menurut sebagian ulama salaf, frase "tidak meninggalkan" mempunyai makna bahwa "api neraka itu memakan tulang-tulang, daging-daging, dan otak, dan tidak ada yang tidak disentuhnya." [4]
"Sekali-kali tidak! Sesungguhnya ia benar-benar akan dilemparkan ke dalam huthamah. Dan tahukah kamu apa huthamah itu? (Yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang membakar sampai ke jantung." (Qs. al-Humazah[104]: 4-7)
Muhammad ibn Ka'ab al-Qurthubi berkata, "Api huthamah membakarnya sampai ke jantungnya, dan kemudian Allah menciptakan tubuh yang baru. Ada yang mengatakan bahwa ketika Tsabit al-Banani membacakan ayat tersebut, ia berkata, 'Api huthamah akan membakar mereka (orang-orang kafir), sampai api tersebut menjalar ke jantung mereka, tetapi mereka tetap hidup, agar mereka merasakan betapa pedihnya azab tersebut.' Kemudian ia menangis. [5]
8) Semua isi perut mereka akan keluar dan terburai di neraka. Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Usamah ibn Zaid bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda:
"Seseorang akan ditarik dan dilemparkan ke dalam neraka pada hari kiamat nanti. Kemudian semua isi perutnya akan keluar dan terburai di dalam neraka, dan ia dipaksa berjalan berkeliling seperti seekor keledai yang menarik sebuah jentera. Penduduk neraka berkumpul di sekelilingnya dan berkata, "Hai Fulan, apa kesalahanmu? Apakah kamu tidak menyuruh kami berbuat baik dan melarang kami melakukan kejahatan?" Ia menjawab, "Saya selalu menyuruh kamu berbuat baik, tetapi saya sendiri tidak melakukannya, dan saya selalu melarang kamu melakukan kejahatan, tetapi saya sendiri sering melakukannya." [6] Kemudian ia berjalan berkeliling seperti seekor keledai menarik jentera."
Salah seorang penduduk neraka yang seluruh isi perutnya akan dikeluarkan di neraka nanti adalah 'Amr ibn Lahiy, orang pertama yang mengubah agama masyarakat Arab. Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wassalam melihatnya menarik isi perutnya sendiri di neraka. Muslim meriwayatkan dari Jabir ibn 'Abdullah bahwa Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wassalam bersabda, "Saya melihat 'Amr ibn 'Amir al-Khuza'i menarik isi perutnya sendiri di neraka, dan ia adalah orang pertama yang memulai tradisi sa'ibah (melepas unta betina untuk makan rumput dengan bebas demi berhala)." [7]
9) Rantai, belenggu, dan martil para penghuni neraka. Allah subhanahu wa ta'ala telah menjanjikan bahwa para penghuni neraka akan "diberi" rantai, dibelengggu, dan martil:
"Sesungguhnya Kami menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu, dan neraka yang menyala-nyala." (Qs. al-Insan[76]: 4)
"Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang menyala-nyala, serta makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih." (Qs. al-Muzammil[73]: 12-13)
Belenggu-belenggu tersebut akan dipasang di leher mereka:
"Dan kami pasang belenggu di leher orang-orang kafir. Mereka tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan." (Qs. Saba'[34]: 33)
"Ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka seraya mereka diseret." (Qs. al-Mu'min[40]: 71)
Rantai-rantai atau belenggu-belenggu itu sengaja digunakan Allah subhanahu wa ta'ala untuk menghukum mereka: "Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu..." (Qs. al-Muzammil[73]: 12)
Rantai-rantai tersebut adalah sejenis hukuman yang lain, yang digunakan unuk mengikat orang-orang yang berdosa, sebagaimana layaknya para penjahat di dunia ini dirantai dan diikat. Simak bagaimana Al-Qur'an menggambarkannya, "(Allah berfirman), 'Pegangilah ia, lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.'"(Qs. al-Haqqah[69]: 30-32)
Allah subhanahu wa ta'ala telah menjanjikan bahwa orang-orang kafir yang mencoba melarikan diri dari neraka akan dicambuk dengan batang-batang besi dan kemudian dilemparkan lagi ke bagian neraka yang lebih dalam:
"Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi (untuk menghukum mereka). Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan), "Rasakanla azab yang membakar ini." (Qs. al-Hajj[22]: 21-22)
10) Mereka akan ditemani oleh sembahan-sembahan dan setan-setan mereka di neraka. Kaum kafir dan musyrik mempunyai kebiasaan untuk mengagung-agungkan berhala-berhala yang mereka sembah, bukannya mengagungkan dan menyembah Allah subhanahu wa ta'ala. Mereka dengan cara apapun juga akan berusaha membela berhala-berhala tersebut, bahkan bersedia mengorbankan diri dan harta mereka demi pengabdian mereka kepada berhala-berhala dan sembahan-sembahan mereka itu. Pada hari kiamat nanti, Allah subhanahu wa ta'ala akan memasukkan sembahan-sembahan mereka itu ke dalam neraka, sebagai penghinaan atas mereka agar menyesal dan mereka tahu bahwa mereka telah sesat dan menyembah sesuatu yang tidak mempunyai kekuatan yang dapat memberi mereka keuntungan atau mencelakakan mereka.
"Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah umpan jahanam, kamu pasti masuk ke dalamnya. Andaikata berhala-berhala itu tuhan, tentulah mereka tidak masuk neraka. Dan (mereka) semua kekal di dalamnya." (Qs. al-Anbiya'[21]: 98-99)
Ibn Rajab mengatakan, "Karena orang-orang kafir itu menyembah berhala-berhala, bukannya menyembah Allah subhanahu wa ta'ala, dan mereka percaya berhala-berhala tersebut dapat menjadi perantara antara mereka dengan Allah sehingga dapat mendekatkan mereka kepada Allah subhanahu wa ta'ala, mereka akan dihukum dengan mengikutsertakan berhala-berhala tersebut bersama mereka di neraka untuk menghina dan mempermalukan mereka, dan untuk membuat mereka menyesali perbuatan-perbuatan mereka. Karena, apabila suatu hukuman disertai dengan sesuatu yang menjadi penyebab dijatuhkannya hukuman tersebut, hal ini akan menambah kepedihandan penyesalan bagi si pelaku kejahatan."[8]
Karena alasan ini pula, matahari dan bulan akan dilemparkan ke dalam neraka dan menjadi bahan bakarnya, untuk menghukum orang-orang kafir yang suka menyembah keduanya, bukannya menyembah Allah. Ini sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadits, "Matahari dan bulan akan digulingkan dalam neraka." [9]
Al-Qurthubi mengatakan, "Benda-benda tersebut dimasukkan ke dalam neraka, karena merekalah--bukannya Allah subhanahu wa ta'ala--yang telah disembah oleh orang-orang kafir. Benda-benda tersebut dimasukkan ke dalam neraka bukan dengan maksud untuk menghukum benda-benda itu, karena benda-benda itu adalah benda mati yang tidak bernyawa, melainkan untuk menambah rasa penyesalan dan malu orang-orang kafir. Hal inilah yang dikatakan oleh sebagian ulama." [10]
Untuk alasan yang sama, orang-orang kafir akan dikumpulkan bersama setan-setan mereka agar hukuman mereka terasa lebih berat dan lebih pedih:
"Siapa yang berpaling dari ajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al-Qur'an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan), maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya setan-setan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. Sehingga apabila orang-orang yang berpaling itu datang kepada Kami (di hari kiamat) ia berkata, "Aduhai, andai saja (jarak) antara aku dan kamu seperti jarak antara timur dan barat." Setan itu adalah sejahat-jahat teman (yang menyertai manusia). (Harapanu itu) sekali-kali tidak akan memberi manfaat kepadamu di hari itu karena kamu telah menganiaya (dirimu sendiri). Sesungguhnya kamu bersama-sama dalam azab."(Qs. az-Zukhruf[43]: 36-39)
Referensi: Al-Asyqar, 'Umar Sulaiman (2001).Surga dan Neraka.

Kisah gubernur dan tulang busuk

Kisah gubernur dan tulang busuk
Setelah tidak lagi bergabung dengan tentara Muslimin, Amr bin Ash dipercaya Khalifah Umar bin Khattab menjadi gubernur Mesir. Menjadi pemimpin umat Islam di sana, serta berdakwah mengajak kepada siapa saja untuk beriman kepada Allah SWT.
Amr bin Ash menempati istana megah, lengkap dengan berbagai kenikmatan dan jaminan keamanan pada setiap waktu. Namun kemegahan istananya itu bertolak belakang dengan gubuk kecil dan reyot yang berada tidak jauh dari depan istananya.
Dalam buku kisah keadilan para pemimpin Islam tulisan Nasiruddin dikatakan, Suatu ketika Amr berpikir untuk menggusur gubuk tersebut menggantinya dengan membangun sebuah masjid agung. Hal itu dimaksudkan supaya terjadi keseimbangan antara istana sebagai refleksi dari kehidupan dunia dan masjid sebagai upaya meraih kebahagiaan akhirat.
Kemudian Amr mengumpulkan seluruh pejabatnya untuk membahas kemungkinan pembangunan masjid impiannya. Dalam rapat tersebut, Amr mendapat informasi jika gubuk reyot di depan istananya adalah milik keluarga Yahudi miskin. Informasi tersebut justru semakin menguatkan keinginan Amr untuk segera meletakkan batu pertama pembangunan masjid.
Esok harinya, Amr memanggil orang Yahudi yang mendiami gubuk ke istana. Sesampainya di Istana, Amr kemudian mengutarakan maksudnya ingin membangun masjid di atas tanah tempat gubuk milik orang Yahudi tersebut. Sebagai imbalannya, Amr bersedia membeli tanah dengan harga yang telah disepakati.
Mendengar rencana itu, orang Yahudi tidak menyanggupi permintaan sang gubernur. Dengan lantang dia menolak untuk menyerahkan tanahnya walau dibayar berpuluh kali lipat. Sambil berjalan meninggalkan istana, orang Yahudi tetap pada pendiriannya tidak menyerahkan harta satu-satunya yang dimiliki.
Sebagai gubernur, Amr tidak mengindahkan keputusan orang Yahudi yang tetap pada pendiriannya. Segera Amr menetapkan surat keputusan untuk membongkar paksa gubuk keluarga Yahudi miskin tersebut. Amr beralasan pembongkaran dilakukan untuk mewujudkan sebuah kemaslahatan yang lebih besar kepada kaum Muslimin Mesir.
Orang Yahudi yang sedang tidur santai di gubuknya kaget begitu melihat dari kejauhan, sejumlah tentara kerajaan berjalan menuju ke arahnya. “Atas perintah gubernur, kami ingin membongkar paksa gubuk kamu untuk dijadikan masjid,” kata salah satu prajurit dengan nada tinggi.
Keluarga Yahudi menangis tanpa henti, tanpa daya dia menyaksikan tempat tinggal satu-satunya yang mereka miliki harus dibongkar. Orang Yahudi membayangkan saat-saat bahagia melihat senyum anggota keluarganya akan berakhir hanya dalam hitungan menit.
Di tengah perasaan sedihnya tersebut, tiba-tiba orang Yahudi teringat akan pemimpin tertinggi umat Islam, Khalifah Umar bin Khattab yang berada di Madinah. Tanpa pikir panjang, segera dia berjalan menuju Madinah untuk meminta keadilan atas keputusan Gubernur Amr.
Namun dalam perjalanan, orang Yahudi berkecil hati ketika membayangkan sosok Umar bin Khattab. Dia pesimis, dirinya yang lusuh dengan pakaian compang-camping akan disambut setibanya di Madinah, terlebih keluhannya didengarkan oleh seorang tokoh besar Muslimin. Dengan perasaan gundah, orang Yahudi tetap berjalan ke Madinah menjajal keberuntungan nasibnya.
Sesampainya di Madinah, semua yang dia takutkan tidak terjadi. Dengan ramah, Khalifah Umar menyambut orang Yahudi layaknya tamu kenegaraan. Suguhan aneka makanan dan minuman mejadi bentuk betapa hormatnya khalifah kepada tamu, meski dirinya menyadari bukan seorang muslim.
Sambil menyantap hidangan, orang Yahudi menceritakan permasalahannya kepada Khalifah Umar. Di akhir pembicaraan, Umar meminta orang Yahudi untuk mengambil sepotong tulang busuk yang berada di tempat sampah tidak jauh dari tempat dia duduk. Dengan keraguan, orang Yahudi menuruti permintaan Umar.
Di tulang busuk itu, Umar kemudian mencabut pedang dari selongsongnya dan menggoreskan garis lurus pada tulang busuk. “Bawalah tulang busuk ini baik-baik ke Mesir dan berikan kepada gubernurmu, Amr bin Ash,” kata Umar sambil menyodorkan tulang busuk tersebut kepada orang Yahudi. Dengan perasaan bingung, orang Yahudi hanya menuruti permintaan Umar kemudian kembali ke Mesir.
Setibanya di Mesir, segera dia menyerahkan tulang busuk itu ke Gubernur Amr. Tidak disangka, setelah memegang tulang busuk tersebut dan melihat goresan lurus, tubuh Amr menggigil dan wajahnya berubah menjadi pucat ketakutan. Segera Amr bin Ash memerintahkan anak buahnya untuk menghentikan dan merobohkan masjid yang masih dalam tahap pembangunan.
Begitu herannya orang Yahudi, sebelum masjid dirobohkan, segera dia bertanya kepada Amr untuk menjelaskan maksud dari tulang busuk tersebut.
“Tulang itu berisi ancaman khalifah, yakni Amr bin Ash ingatlah kamu, siapapun kamu dan setinggi apapun jabatanmu, suatu saat nanti kamu menjadi tulang yang busuk. Karena itu bertindak adillah kamu seperti huruf alif yang tegak lurus, adil di atas dan adil di bawah. Sebab jika tidak, ku tebas batang lehermu,” kata Amr bin Ash.
Segera orang Yahudi tersebut tertunduk haru, ia kagum akan sikap kepemimpinan Khalifah Umar dan keadilannya yang tidak pandang bulu. Dengan perasaan ikhlas, orang Yahudi tersebut menginfakkan tanahnya untuk dibangun masjid. Tidak lama kemudian, dia beriman dengan menyatakan diri memeluk Islam.

Kisah sahabat nabi julaibib


Namanya Julaibib, begitulah dia biasa dipanggil. Nama ini sendiri mungkin sudah menunjukkan ciri fisiknya yang kerdil dan pendek. Nama Julaibib adalah nama yang tidak biasa dan tidak lengkap. Nama ini, tentu bukan ia sendiri yang menghendaki. Bukan pula orangtuanya. Julaibib hadir ke dunia tanpa mengetahui siapa ayah dan ibunya. Demikian pula orang-orang, semua tidak tahu, atau tidak mau tahu tentang nasab Julaibib. Bagi masyarakat Yatsrib, tidak bernasab dan tidak bersuku adalah cacat sosial yang sangat besar.
Tampilan fisik dan kesehariannya juga menjadi alasan sulitnya orang lain ingin berdekat-dekat dengannya. Wajahnya jelek terkesan sangar, pendek, bunguk, hitam, dan fakir. Kainnya usang, pakaiannya lusuh, kakinya pecah-pecah tidak beralas. Tidak ada rumah untuk berteduh, tidur hanya berbantalkan tangan, berkasurkan pasir dan kerikil. Tidak ada perabotan, minum hanya dari kolam umum yang diciduk dengan tangkupan telapak tangan. Abu Barzah, pemimpin Bani Aslam, sampai-sampai berkata tentang Julaibib, “Jangan pernah biarkan Julaibib masuk diantara kalian! Demi Allah jika dia berani begitu, aku akan melakukan hal yang mengerikan padanya!” demikianlah keadaan Julaibib pada saat itu.
Namun jika Allah berkehendak menurunkan rahmatNya, tidak satu makhluk pun bisa menghalangi. Julaibib menerima hidayah, dan dia selalu berada di shaf terdepan dalam shalat maupun jihad. Meski hampir semua orang tetap memperlakukannya seolah ia tiada, tidak begitu dengan Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam Shollallahu ‘alaihi wasallam sang rahmat bagi semesta alam. Julaibib yang tinggal di shuffah Masjid Nabawi, suatu hari ditegur oleh Sang Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam, “Julaibib…”, begitu lembut beliau memanggil, “Tidakkah engkau menikah?”
“Siapakah orangnya Ya Rasulallah Shollallahu ‘alaihi wasallam”, kata Julaibib, “yang mau menikahkan putrinya dengan diriku ini?”
Julaibib menjawab dengan tetap tersenyum. Tidak ada kesan menyesali diri atau menyalahkan takdir Allah pada kata-kata maupun air mukanya. Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam juga tersenyum. Mungkin memang tidak ada orang tua yang berkenan pada Julaibib. Tapi hari berikutnya, ketika bertemu dengan Julaibib, Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam menanyakan hal yang sama. “Julaibib, tidakkah engkau menikah?”. Dan Julaibib menjawab dengan jawaban yang sama. Begitu, begitu, begitu. Tiga kali. Tiga hari berturut-turut.
Dan di hari ketiga itulah, Sang Nabi menggamit lengan Julaibib dan membawanya ke salah satu rumah seorang pemimpin Anshar. “Aku ingin menikahkan putri kalian.”, kata Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam pada si empunya rumah, “
“Betapa indahnya dan betapa barakahnya”, begitu si wali menjawab berseri-seri, mengira bahwa sang Nabi lah calon menantunya. “Ooh.. Ya Rasulallah Shollallahu ‘alaihi wasallam, ini sungguh akan menjadi cahaya yang menyingkirkan temaram di rumah kami.”
“Tetapi bukan untukku”, kata Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam, “ku pinang putri kalian untuk Julaibib”
“Julaibib?”, nyaris terpekik ayah sang gadis
“Ya. Untuk Julaibib.”
“Ya Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam”, terdengar helaan nafas berat. “Saya harus meminta pertimbangan istri saya tentang hal ini”
“Dengan Julaibib?”, istrinya berseru, “Bagaimana bisa? Julaibib berwajah lecak, tidak bernasab, tidak berkabilah, tidak berpangkat, dan tidak berharta. Demi Allah tidak. Tidak akan pernah putri kita menikah dengan Julaibib”
Perdebatan itu tidak berlangsung lama. Sang putri dari balik tirai berkata anggun, “Siapa yang meminta?”
Sang ayah dan sang ibu menjelaskan.
“Apakah kalian hendak menolak permintaan Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam? Demi Allah, kirim aku padanya. Dan demi Allah, karena Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam yang meminta, maka tiada akan dia membawa kehancuran dan kerugian bagiku”. Sang gadis yang shalehah lalu membaca ayat ini :
“Dan tidaklah patut bagi lelaki beriman dan perempuan beriman, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata” (QS. Al Ahzab : 36)
Dan sang Nabi dengan tertunduk berdoa untuk sang gadis shalihah, “Ya Allah, limpahkanlah kebaikan atasnya, dalam kelimpahan yang penuh barakah. Jangan Kau jadikan hidupnya payah dan bermasalah..”
Doa yang indah.
Maka benarlah doa sang Nabi. Maka Allah karuniakan jalan keluar baginya. Maka kebersamaan di dunia itu tidak ditakdirkan terlalu lama. Meski di dunia sang istri shalehah dan bertaqwa, tapi bidadari telah terlampau lama merindukannya. Julaibib telah dihajatkan langit mesti tercibir di bumi. Ia lebih pantas menghuni surga daripada dunia yang bersikap tidak terlalu bersahabat padanya.
Saat syahid, Sang Nabi begitu kehilangan. Tapi ia akan mengajarkan sesuatu kepada para sahabatnya. Maka ia bertanya diakhir pertempuran. “Apakah kalian kehilangan seseorang?”
“Tidak Ya Rasulallah Shollallahu ‘alaihi wasallam!”, serempak sekali. Sepertinya Julaibib memang tidak beda ada dan tiadanya di kalangan mereka.
“Apakah kalian kehilangan seseorang?”, Sang Nabi bertanya lagi. Kali ini wajahnya merah bersemu.
“Tidak Ya Rasulallah Shollallahu ‘alaihi wasallam!”. Kali ini sebagian menjawab dengan was-was dan tidak seyakin tadi. Beberapa menengok ke kanan dan ke kiri.
Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam menghela nafasnya. “Tetapi aku kehilangan Julaibib”, kata beliau.
Para sahabat tersadar,“Carilah Julaibib!”
Maka ditemukanlah dia, Julaibib yang mulia. Terbunuh dengan luka-luka, semua dari arah muka. Di sekitarnya tergolek tujuh jasad musuh yang telah ia bunuh. Sang Rasul, dengan tangannya sendiri mengafani Sang Syahid. Beliau Shollallahu ‘alaihi wasallam menshalatkannya secara pribadi. Dan kalimat hari berbangkit. “Ya Allah, dia adalah bagian dari diriku dan aku adalah bagian dari dirinya.”
Di jalan cinta para pejuang, biarkan cinta berhenti di titik ketaatan. Meloncati rasa suka dan tidak suka. Melampaui batas cinta dan benci. Karena hikmah sejati tidak selalu terungkap di awal pagi. Karena seringkali kebodohan merabunkan kesan sesaat. Tapi yakinlah, di jalan cinta para pejuang, Allah lebih tahu tentang kita. Dan Dialah yang akan menyutradarai pentas kepahlawanan para aktor ketaatan. Dan semua akan berakhir seindah surga. Surga yang telah dijanjikanNya.
“Apalah artinya rupa yang cantik dan kedudukan yang tinggi, tapi rumah tangga porak peranda. Suami curang terhadap isteri, manakala isterinya juga bermain kayu tiga di belakang suami. Apalah yang dibanggakan dengan harta kekayaan yang melimpah ruah tetapi hati tetap tidak senang malah selalu bimbang dan cemas kerana diburu orang ke mana pergi. Memadailah rezeki yang sedikit yang Allah kurniakan tetapi berkat. Memadailah dengan suami yang dijodohkan tiada rupa asalkan suami tersebut dapat memberi kebahagiaan di dunia dan lebih-lebih lagi Akihrat.”

Rasulullah, Malaikat dan Peristiwa Thaif


Pada tahun ke sepuluh kerasulan di bulan Syawal, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar untuk mencari wilayah baru sebagai tempat dakwah kepada Allah dan Islam. Rasulullah bersama pelayannya yang bernama Zaid bin Haritsah, lantas pergi menuju Thaif yang berjarak sekita 60 mil dari Makkah. Beliau berangkat dan kembali dengan berjalan kaki. Setiap kali beliau bertemu dengan kabilah di sepanjang perjalanan, beliau selalu mengajak mereka untuk memeluk Islam. Namun tidak satu pun kabilah yang menuruti ajakan Rasulullah.
Rasulullah tinggal di Thaif selama 10 hari menyampaikan dakwah kepada penduduk Thaif. Di kota Thaif ini Rasulullah menemui tokoh-tokoh dari suku Tsaqif yang berpengaruh di kota tersebut. Namun tidak seorang pun yang mengikuti ajakan Rasulullah, para pemimpin dari suku itu menolak seruan Rasulullah dengan cara yang kasar, mereka berkata kepada Rasulullah, "Keluar dari kampung kami!" Penduduk Thaif, termasuk anak-anak dan para budak, mengusr Rasulullah dengan kasar. Ketika Rasulullah berjalan keluar, beliau diikuti oleh penduduk Thaif sambil diledek dan diteriaki. Mereka juga melampari batu kepada Rasulullah hingga sandal beliau berlumuran darah. Mereka terus melempari Rasulullah dengan batu sammpai beliau berlindung di sebuah kebun milik Atabah dan Syaibah, dua putra Rabiah, yang berjarak 3 mil dari Thaif. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersembunyi di kebun itu, mereka baru berhenti dan kembali ke kampung mereka. Rasulullah bersama Zaid bin Haritsah, istirahat dan berusaha menggobati luka yang beliau alami.
Dalam kondisi sulit dan sedih, baik secara jasmani maupun rohani, Rasulullah menghadap Tuhannya dengan menyampaikan doa yang menambahkan keimanan, keyakinan dan keridhaan atas apa yang beliau alami karena berjuang di jalan Allah. Doa kenabian itu adalah;
"Ya Allah, kepada-Mu aku mengadu akan kelemahan dan ketidak berdayaanku dalam berhadapan dengan manusia. Wahai Tuhan Yang Maha Penyayang, Engkau adalah Tuhan orang-orang yang lemah dan Engkau adalah Tuhanku. Kepada siapa Engkau serahkan aku? Apakah ke jarak yang jauh Engkau arahkan aku? Apakah kepada musuh Engkau serahkan urusanku? Jika Engkau tidak murka, maka aku tidak perduli. Akan tetapi pengampunan-Mu lebih luas bagiku. Aku berlindung dengan cahaya wajah-Mu yang menerangi kegelapan, urusan dunia dan akhirat menjadi baik berkat cahaya-Mu, dari murka-Mu dan kemarahan-Mu. Engkau berhak untuk mencela sampai Engkau ridha. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah."
Dari langit ketujuh, pertolongan Allah datang kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengutus Jibril yang datang bersama malaikat gunung-gunung. Ia (Jibril) berkata, "Wahai Rasulullah, maukah engkau jika aku jatuhkan dua gunung kepada mereka? (Jika engkau mau, maka akan aku lakukan)."
Namun jawaban Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam menunjukkan sikap yang luar biasa. Sikap yang menunjukkan akhlak yang luhur, kasih sayang dan kelembutan. Bahkan beliau tetap mengharapkan keislaman mereka, entah dalam waktu dekat atau dalam waktu yang lama. Beliau berkata, "Aku justru berharap Allah akan mengeluarkan dari tulang rusuk mereka generasi yang menyembah Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun."
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam kembali ke Makkah setelah menginap di kebun Al-Muth'im bin Adi. Beliau kembali setelah menyempurnakan perjalanan menuju Allah dan agama-Nya. Beliau sangat yakin untuk terus melanjutkan perjalanan menuju Allah tanpa perduli dengan apa yang beliau alami di jalan Allah. Beliau tidak pernah goyah oleh apapun dalam mewujudkan cita-citanya.
Kedatangan malaikat pada peristiwa ini diabadikan dalam hadits berikut ini:
Hadits riwayat Aisyah, Istri Nabi, ia berkata: Bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah; "Wahai Rasulullah, apakah engkau pernah mengalami suatu hari yang lebih pedih dari hari Perang Uhud?" Rasulullah menjawab; "Aku sering mendapatkan (sesuatu yang menyakitkan) dari kaummu. Dan yang paling menyakitkan adalah peristiwa hari Aqabah, ketika aku sedang mengajak Ibnu Abdi Yalil bin Abdu Kulal masuk Islam namun ia tidak menyambut ajakan yang aku inginkan. Aku pun segera beranjak pergi dengan hati sedih dan tidak sadar diri kecuali setelah tiba di daerah Qarnu Tsa'alib. Aku lalu menengadahkan kepalaku ke arah langit, tiba-tiba tampaklah segumpal awan menaungiku. Aku pun menatapnya, ternyata Jibril berada di sana dan berseru kepadaku kemudian berkata; "Sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan kaummu dan jawaban mereka terhadapmu. Dan Allah telah mengutus malaikat gunung kepadamu agar kamu dapat memerintahkan kepadanya apa yang kamu inginkan atas mereka. Lalu malaikat gunung berseru kepadaku serta mengucapkan salam dan berkata; "Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan kaummu kepadamu dan aku adalah malaikat gunung yang telah diutus Tuhanmu kepadamu agar kamu dapat memerintahkan kepadaku sesuai dengan perintahmu dan dengan apa yang kamu inginkan. Jika kamu menginginkan, aku dapat menimpakan mereka dengan dua gunung itu." Rasulullah lalu menjawab; "Tidak, bahkan aku berharap semoga Allah melahirkan dari keturunan mereka, orang-orang yang akan menyembah Allah semata serta tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun." (H.R Muslim)
Betapa agung dan mulianya Rasulullah. Para nabi dan utusan Allah yang lain berdoa agar Allah menghukum mereka yang sesat dan dzalim, tetapi Rasulullah tidak pernah melakukan itu. Meskipun kedzaliman mereka bahkan telah melukai dirinya secara langsung. Fasilitas berupa pertolongan malaikat Allah yang dengan sekejap mata mampu menghancurkan masyarakat kota Thaif itu beliau tolak. Beliau bahkan mendoakan masyarakat yang ingkar itu agar diberi oleh Allah keturunan yang baik dan beriman kepada Allah.
Dan malaikat yang tahu penderitaan yang dialami Rasulullah, namun tanpa perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala, para malaikat tersebut tidak bisa melakukan apa pun terhadap orang-orang yang menyakiti Rasulullah. Ketika mereka menghampiri Rasulullah, mereka hanya menawarkan jasa, apa yang harus mereka lakukan terhadap orang-orang yang ingkar itu.
Jika Rasulullah menghendaki menghukum kaum tersebut, maka Allah akan mengabulkan keinginan Rasulullah dan datanglah kepada para malaikat tersebut mandat untuk bertindak. Inilah karakter malaikat yang hanya tunduk dan patuh kepada Allah, meski mereka tidak rela Muhammad makhluk yang paling dikasihi Allah dianiaya orang-orang ingkar.
Begitulah peristiwa yang dialami oleh Rasulullah dan para malaikat di kota Thaif. Peristiwa ini sekaligus mementahkan pendapat orang-orang yang mengatakan bahwa malaikat memiliki nafsu. Karena ada sebagian dari kita yang mengambil kesimpulan yang nyeleneh dari peristiwa Thaif ini bahwa malaikat memiliki nafsu dan berbuat sekendak hati mereka (malaikat) dalam bertindak, padahal malaikat tidak akan melakukan suatu perbuatan tanpa seizin Allah Subhanahu Wa Ta'ala.(pen)
Sumber :
1. Buku Ensiklopedi Sejarah Islam I. pengarang: Tim Riset & Studi Islam Mesir dan Dr. Raghib As-Sirjani. penerbit: Pustaka Al-Kautsar. hal: 17-18
2. Buku Jejak Malaikat di Bumi. pengarang: M. Hilal Tri Anwari. penerbit: Pustaka Al-Kautsar. hal: 262-263

HADIS-HADIS PERINTAH MENAHAN LISAN (RIYADHUS SALIHIN)


بسم الله الرحمٰن الرحيم
Hadis ke-1511:
وعن أَبي هريرة – رضي الله عنه – عن النَّبيِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ» متفق عَلَيْهِ
وهذا صَريحٌ في أنَّهُ يَنْبَغي أَنْ لا يَتَكَلَّمَ إِلاَّ إِذَا كَانَ الكلامُ خَيرًا، وَهُوَ الَّذِي ظَهَرَتْ مَصْلَحَتُهُ، ومَتَى شَكَّ في ظُهُورِ المَصْلَحَةِ، فَلاَ يَتَكَلَّم
Daripada Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, daripada Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam Baginda bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat maka hendaklah dia berkata baik ataupun diam.” (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)
Imam Al-Nawawi memberi komentar: “Hadis ini jelas sekali menunjukkan bahawa seseorang hendaklah tidak berbicara kecuali apabila perbicaraan itu adalah baik, iaitu hal yang telah jelas kemaslahatannya. Dan bila dia masih ragu kemaslahatan tersebut, maka hendaklah dia tidak berbicara.”
Maka apabila kita hendak bercakap, sentiasa hanya bercakap benda yang baik. Kalau tidak ada benda yang baik, dituntut supaya kita diam. Ini bererti, hendaklah kita berfikir dulu sebelum kita bercakap. Bukan cakap dulu baru fikir.
‘Dan bila dia masih ragu kemaslahatan tersebut, maka hendaklah dia tidak berbicara’. Ia membawa maksud bahawa dia fikir dulu sebelum dia mengucapkan sesuatu. Kalau ia jelas ada kebaikan, baru dia bercakap. Kalau terlintas di fikirannya sama ada ucapan itu bermanfaat atau tidak, maka hendaklah dia diam.
Jalan selamat adalah diam. Bukan seperti mana yang biasa orang kata, ‘Cakap je lah, mana tahu baik’. Itu tidak ada istilahnya dalam syarak. Syarak mengatakan seperti mana dalam hadis tadi, ‘Hendaklah dia berkata baik, atau diam’. Kalau ragu-ragu, jalan selamat adalah diam.
Hadis ke-1512:
وعن أَبي موسى – رضي الله عنه – قَالَ: قُلْتُ: يَا رسولَ اللهِ أَيُّ المُسْلمِينَ أفْضَلُ؟ قَالَ: «مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ» متفق عَلَيْهِ
Daripada Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu dia berkata, aku berkata, “Wahai Rasulullah, orang Islam yang bagaimanakah yang paling utama? Baginda menjawab, “Orang yang kaum Muslimin selamat dari lisannya dan tangannya.” (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)
Orang Islam yang paling baik adalah orang Islam yang menjaga lidahnya dan juga tangannya dari mengganggu orang lain. Menjaga tangan maknanya daripada perbuatan memukul, mengambil harta orang, macam-macam lagi. Menjaga lisan maknanya dari kata-kata/ucapan yang boleh menyakiti orang. Maka menjaganya dengan menggunakannya dalam hal-hal yang sentiasa baik.
Hadis ke-1513:
وعن سهل بن سعد، قَالَ: قَالَ رسُولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم: «مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الجَنَّةَ» متفق عَلَيْهِ
Daripada Sahl bin Sa’ad dia berkata, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara kedua rahangnya dan apa yang ada di antara kedua kakinya maka aku menjamin untuknya Syurga.” (Riwayat Al-Bukhari, dan tidak ditemui dalam sahih Muslim)
Rasulullah memberi satu kiasan di dalam hendak mengingatkan umat Baginda supaya menjaga lidah. Baginda mengatakan ‘Barangsiapa yang dapat menjaga apa yang berada di antara dua rahangnya’ iaitu lidahnya, ‘dan apa yang berada di antara dua kakinya’ iaitu kemaluannya, ‘maka aku menjamin untuknya Syurga’.
Persoalan, kenapa Rasulullah tidak terus kata ‘Barangsiapa yang menjamin untukku lidah dan kemaluannya’? Kenapa Baginda berkias? Tujuannya adalah supaya kita ambil perhatian, supaya kita berfikir. Sebab kalau ucapan itu dimudahkan, orang akan mengambil mudah. Kita bagi contoh, kalau kita nak orang itu ambil perhatian apa yang kita pesan kepadanya, “Mat, kalau engkau nak buat sesuatu, gunakan apa yang ada di antara dua telinga engkau.” Orang itu akan fikir, di antara dua telinga ada apa?
Tujuannya untuk menarik perhatian, supaya kita ingat apa yang dikata. Seperti mana kadangkala apabila Rasulullah ingin menjelaskan sesuatu, Baginda akan bertanya dahulu. Contoh, “Tahukah kamu siapa yang muflis?” “Tahukah kamu apa itu ghibah?” “Tahukah kamu siapa yang datang tadi?” (dalam hadis Jibril). Kenapa Rasulullah tanya sedangkan Baginda tahu sahabat memang tidak ada jawapannya. Tujuannya adalah untuk menarik perhatian.
Hadis ke-1514:
وعن أَبي هريرة – رضي الله عنه: أنَّه سمع النبيَّ – صلى الله عليه وسلم – يقول: «إنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بالكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ فِيهَا يَزِلُّ بِهَا إِلَى النَّارِ أبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ المَشْرِقِ والمَغْرِبِ» متفق عَلَيْهِ.
ومعنى: «يَتَبَيَّنُ» يُفَكِّرُ أنَّها خَيْرٌ أم لا.
Daripada Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahawasanya dia mendengar Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dia fikir, sehingga dengannya dia terjerumus ke dalam Neraka yang jaraknya lebih jauh daripada timur dan barat.” (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)
Kandungan hadis:
Beratnya hasil buruk yang diperolehi oleh seseorang akibat tidak menjaga lidah, akibat mengucapkan satu perkara yang tidak baik. Hanya satu perkataan menyebabkan dia masuk ke dalam api Neraka yang jarak kedalamannya lebih jauh daripada timur dan barat.Hadis ini juga menunjukkan bahawa Neraka ada peringkatnya. Seperti mana Syurga berperingkat, Neraka juga berperingkat. Dalam bahasa Arab disebut darajat (peringkat ke atas) bagi Syurga, manakala bagi Neraka disebut darakat (tingkatan-tingkatan ke bawah).Darjat yang terbaik adalah yang teratas. Darjat tertinggi bererti kedudukan yang paling baik. Adapun Neraka, yang paling buruk adalah yang paling bawah.
Hadis ke-1515:
وعنه، عن النبيّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: «إنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ الله تَعَالَى مَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُهُ اللهُ بِهَا دَرَجاتٍ، وإنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلَمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ تَعَالَى لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا في جَهَنَّمَ». رواه البخاري
Daripada Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, daripada Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam Baginda bersabda. “Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan suatu kata-kata yang diredhai Allah tanpa dia menaruh perhatian padanya maka Allah mengangkatnya lantaran ucapannya itu beberapa darjat. Dan sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan kata-kata yang dimurkai Allah tanpa memikirkannya maka ia menjerumuskannya ke dalam Neraka Jahannam.” (Riwayat Al-Bukhari)
Hadis ke-1516:
وعن أَبي عبد الرحمان بِلالِ بن الحارِثِ المُزَنِيِّ – رضي الله عنه: أنَّ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: «إنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ تَعَالَى مَا كَانَ يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ يَكْتُبُ اللهُ لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَومِ يَلْقَاهُ، وإنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ مَا كَانَ يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ يَكْتُبُ الله لَهُ بِهَا سَخَطَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ». رواه مالك في المُوَطَّأ، والترمذي، وقال: حديث حسن صحيح
Daripada Abu Abdurrahman Bilal bin Al-Harits Al-Muzani radhiyallahu ‘anh, bahawa Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya seseorang berkata-kata dengan kalimah yang diredhai Allah sementara dia tidak mengira bahawa ucapannya akan berakibat seperti itu, nescaya Allah akan mencatat untuknya keredhaanNya kerana ucapannya itu sehingga pada hari dia akan menemuiNya. Dan sesungguhnya seseorang berkata-kata dengan kalimah yang dimurkai Allah tanpa dia sangka bahawa ia akan berakibat seperti itu nescaya Allah akan mencatatkan kemurkaanNya kerana ucapannya itu sehingga pada hari dia menemuiNya.” (Riwayat Malik dalam Al-Muwattha’, Al-Tirmizi, dan dia berkata: Hasan Sahih)
Kandungan hadis:
Wajib merenungi dan memikirkan semua perkataan dan perbuatan.Sikap lalai terhadap murka Allah akan menjerumuskan ke dalam Neraka, itulah sejelek-jelek tempat tinggal.Meremehkan dosa dan perbuatan maksiat boleh menyebabkan pelakunya terjerumus dalam kebinasaan.
Hadis ke-1517:
وعن سفيان بن عبد الله – رضي الله عنه – قَالَ: قُلْتُ: يَا رسولَ الله حدِّثني بأَمْرٍ أَعْتَصِمُ بِهِ قَالَ: «قلْ: رَبِّيَ اللهُ ثُمَّ اسْتَقِمْ» قُلْتُ: يَا رسولَ اللهِ، مَا أخْوَفُ مَا تَخَافُ عَلَيَّ؟ فَأَخَذَ بِلِسانِ نَفْسِهِ، ثُمَّ قَالَ: «هَذَا». رواه الترمذي، وقال: حديث حسن صحيح
Daripada Sufyan bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Aku berkata: “Ya Rasulullah, beritahulah aku sesuatu yang dapat aku jadikan pegangan.” Baginda bersabda, “Katakanlah: Allah adalah Tuhanku, kemudian istiqamahlah.” Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang paling engkau takutkan atasku? Maka Rasulullah memegang lidahnya kemudian berkata: “Ini.” (Riwayat Al-Tirmizi dan dia berkata: Hasan Sahih)
Kandungan hadis:
Menunjukkan kegigihan sahabat dalam mempelajari kebaikan.Istiqamah adalah dengan ilmu dan amal, seperti mana yang terangkum dalam hadis riwayat Al-Tirmizi yang menerangkan bahawa istiqamah adalah ilmu, manakala dalam riwayat Muslim diterangkan bahawa istiqamah adalah amal.Setelah Nabi memerintahkan untuk istiqamah, Baginda berpesan agar menjaga lidah. Ini mengacu kepada sabda Nabi dalam riwayat lain, “Iman seorang hamba tidak dapat istiqamah sampai hatinya mampu istiqamah, sedang hati tidak dapat istiqamah, sampai lidahnya mampu istiqamah.” (Hasan, riwayat Ahmad)
Hadis ke-1519:
وعن أَبي هريرة – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم: «مَنْ وَقَاهُ اللهُ شَرَّ مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ، وَشَرَّ مَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ دَخَلَ الجَنَّةَ». رواه الترمذي، وقال: حديث حسن
Daripada Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallambersabda, “Barangsiapa yang dilindungi oleh Allah dari kejelekan antara dua rahangnya dan kejelekan antara dua kakinya maka dia akan masuk Syurga.” (Riwayat Al-Tirmizi, dia berkata: Hadis hasan)
Hadis ke-1520:
وعن عقبة بن عامرٍ – رضي الله عنه – قَالَ: قُلْتُ: يَا رسولَ اللهِ مَا النَّجَاةُ؟ قَالَ: «أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ، وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ، وابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ». رواه الترمذي، وقال: حديث حسن
Daripada ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apakah keselamatan?” Baginda bersabda, “Tahanlah lisanmu, dan jadikanlah rumahmu luas (dengan mengingati Allah dan ketaatan), dan tangisilah dosamu.” (Riwayat Al-Tirmizi, dia berkata: Hadis hasan)
Hadis ke-1521:
وعن أَبي سعيد الخدري – رضي الله عنه – عن النبيِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: «إِذَا أصْبَحَ ابْنُ آدَمَ، فَإنَّ الأعْضَاءَ كُلَّهَا تَكْفُرُ اللِّسانَ، تَقُولُ: اتَّقِ اللهَ فِينَا، فَإنَّما نَحنُ بِكَ؛ فَإنِ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا، وإنِ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا». رواه الترمذي.
Daripada Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, daripada Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam, Baginda bersabda, “Apabila anak Adam memasuki waktu pagi, maka sesungguhnya setiap anggota tubuhnya tunduk kepada lidah, seraya berkata, “Bertakwalah kepada Allah, kerana sesungguhnya kami bergantung kepadamu. Jika kamu lurus maka kami pun lurus. Jika kamu bengkok maka kami pun bengkok.” (Hasan, riwayat Al-Tirmizi)
Kandungan hadis:
Kepentingan menjaga lidah demi keselamatan seseorang. Lidah biasanya menjadi penterjemah dan juru bicara kepada hati. Apa yang ada dalam hati biasanya akan muncul melalui lidah.Anggota tubuh manusia saling bergantung antara satu sama lain. apabila satu melakukan kesalahan, ia akan berpengaruh kepada anggota yang lain.
Hadis ke-1522:
وعن مُعَاذٍ – رضي الله عنه – قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَخْبِرْني بِعَمَلٍ يُدْخِلُني الجَنَّةَ وَيُبَاعِدُني مِنَ النَّارِ؟ قَالَ: «لَقَدْ سَألتَ عَنْ عَظيمٍ، وإنَّهُ لَيَسيرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِ: تَعْبُدُ اللهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ، وتُؤتِي الزَّكَاةَ، وتَصُومُ رَمَضَانَ، وتَحُجُّ البَيْتَ» ثُمَّ قَالَ: «ألاَ أدُلُّكَ عَلَى أبْوابِ الخَيْرِ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الخَطِيئَةَ كَما يُطْفِئُ المَاءُ النَّارَ، وَصَلاَةُ الرَّجُلِ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ» ثُمَّ تَلا: {تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ المَضَاجِعِ} حَتَّى بَلَغَ {يَعْمَلُونَ} ثُمَّ قَالَ: «ألا أُخْبِرُكَ بِرَأسِ الأَمْرِ، وَعَمُودِهِ، وَذِرْوَةِ سِنَامِهِ» قُلْتُ: بَلَى يَا رسولَ اللهِ، قَالَ: «رَأسُ الأمْر الإسْلامُ، وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ، وَذِرْوَةِ سِنَامِهِ الجِهادُ» ثُمَّ قَالَ: «ألاَ أُخْبِرُكَ بِمِلاكِ ذَلِكَ كُلِّهِ!» قُلْتُ: بلَى يَا رَسولَ اللهِ، فَأخَذَ بِلِسانِهِ وقال: «كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا» قُلْتُ: يَا رسولَ الله وإنَّا لَمُؤاخَذُونَ بما نَتَكَلَّمُ بِهِ؟ فقالَ: «ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ! وَهَلْ يَكُبُّ الناسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ؟». رواه الترمذي، (1) وقال: «حديث حسن صحيح»، وَقَدْ سبق شرحه في باب قبل هَذَا
Daripada Mu’az radhiyallahu ‘anhu dia berkata: Aku berkata, “Wahai Rasulullah, khabarkan aku sebuah amalan yang dapat memasukkan aku ke dalam Syurga dan menjauhkanku dari Neraka.” Baginda bersabda, “Engkau telah bertanya suatu yang sangat agung, dan sesungguhnya hal itu adalah mudah bagi orang yang dimudahkan Allah Ta’ala: Sembahlah Allah dan jangan engkau mensyirikkanNya dengan sesuatu pun, dirikanlah solat, tunaikan zakat, puasa Ramadan, dan tunaikan haji.” Kemudian Baginda bertanya, “Mahukah kamu aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah perisai, sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadam api, dan solatnya seseorang pada tengah malam.”
Kemudian Baginda membaca ayat: “ mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap. Mereka menafkahkan sebahagian dari rezeki yang kami beri kepada mereka. Tidak ada seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, iaitu (nikmat yang pelbagai) yang menyenangkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.” (Surah Al-Sajdah: 16-17)
Kemudian Baginda bersabda, “Mahukah kamu aku khabarkan pokok segala perkara, tiang dan puncaknya?” Aku berkata, “Tentu wahai Rasulullah.” Baginda bersabda, “Pokok segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah solat, dan puncaknya adalah jihad.” Kemudian Baginda bersabda, “Mahukah aku khabarkan kepadamu kunci untuk semua itu?” Aku menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.” Baginda memegang lidahnya seraya berkata, “Jagalah ini.” Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita akan dihisab kerana ucapan kita?” Baginda bersabda, “Ibumu kehilanganmu! Tidakkah manusia tersungkur ke dalam Api Neraka di atas mukanya kecuali hasil dari lidah mereka?” (Riwayat Al-Tirmizi, dia berkata: Hadis hasan sahih)
Kandungan hadis:
Pertanyaan yang cukup agung/besar: kerana masuk syurga dan selamat dari neraka adalah hal yang sangat besar.Betapa besar dan beratnya suatu urusan, namun apabila dia mendapat taufiq, nescaya hal itu akan dipermudahkan baginya. Taufiq hanya diperoleh dengan memohon daripada Allah, dengan itu urusan tersebut menjadi ringan dan mudah.Petunjuk dalil: ‘Seseorang itu tersungkur ke dalam api Neraka di atas wajahnya hasil dari lidahnya’. Menunjukkan bahawa banyak bicara menimbulkan kerosakan yang tidak terhitung.Dianjurkan meninggalkan perbicaraan yang tidak penting, kerana banyak bicara mendatangkan banyak salah, dan banyak salah pasti banyak dosanya.Setiap orang akan diminta pertanggungjawaban atas semua ucapannya, baik bersifat serius ataupun sekadar gurauan.Penghinaan terhadap orang yang dimasukkan ke dalam Neraka adalah dengan dihumban wajah atau hidungnya, kerana wajah adalah anggota tubuh yang paling dihormati. Semoga Allah menyelamatkan kita semua pada hari kiamat kelak.
(Rujukan: Syarah Riyadhus Salihin, Syeikh Salim bin Eid Al-Hilali)
وَصلَّى الله عَلى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّم
(Disalin dari rakaman kuliah Riyadhus Salihin, Kitab 17, Bab 254 Haramnya Ghibah & Perintah Menjaga Lisan,