Laman

Minggu, 21 Februari 2016

Rahasia hati dan alam yang tidak bisa dilihat

(Hikmah Ibnu Atha'illah As-Syakandary)
Oleh: KH. M.Wafi MZ. Lc. Msi
ربما أطلعك علي غيب ملكوته وحجب عنك الإستشراف علي أسرارعبا ده
"Kadang kala Allah subhanahu wata'ala Memperlihatkan kepadamu bagian-bagian ghoib kerajaan-Nya,namun Dia menghalangimu untuk mengetahui rahasia-rahasia (hati) hamba-hamba-Nya."
A. Penjelasan
Yang dimaksud dengan kerajaan Allah adalah makhluk-makhluk-Nya yang berada diatas, di bawah dan sekitar kita tanpa terkecuali, saat kita memandang perkara-perkara itu, maka yang tampak oleh mata kita hanyalah bentuk luarnya saja. Sedangkan hal-hal yang terdapat dibalik luar itu tetap tersembunyi dari pandangan kedua mata kita, meskipun kita menggunakan kaca pembesar misalnya, atau teropong yang mampu mendekatkan jarak, atau pun sinar infra merah dan sinar-sinar lain yang bisa menerobos benda-benda padat, semua itu hanya memperlihatkan sedikit rahasia yang ada di balik bentuk luar sebuah perkara.
Ini hanya membahas hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan dan kemampuan manusia biasa, serta kemungkinan-kemungkinan ilmiyah yang dapat diperkirakan. Mengenai penyingkapan robbani yang diberikan Allah kepada hamba-hamba yang terpilih sehingga di depan indra penglihatan atau mata batinnya terhampar rahasia-rahasia kerajaan-Nya serta pengetahuan-pengetaahuan tentang makhluk-makhluk langit dan bumi, maka hal ini adalah murni anugerah yang tidak terbatasi fikiran-fikiran manusia.
Sering kali Allah subhanahu wata'ala memeberikan karunia dan kemuliaan ini kepada para nabi,rosul,aulia atau kepada hamba-hamba-Nya yang sholeh. Salah satu contoh tersingkapnya rahasia-rahasia kerajaan Allah adalah apa yang bisa kita ketahui dari sabda Rasulallahu ‘alaihi wasalam.
إني أرى مالاترون أطت السماء وحق لها أن تئط ما فيها موضع أربع أصابع الا وملك واضع حبهته ساجدا لله تعالى. والله لو تعلمون ما أعلم لضحكتم قليلا ولبكيتم كثيرا وما تلذذتم بالنساء على الفرش . ولخرجتم إلي الصعدات تجأرون إلي الله تعالى (رواه الترمذي من حديث أبي ذر رضي الله عنه)
Artinya: "sesungguhnya aku bisa melihat apa yang tidak mampu kalian lihat, langit berteriak dan memang layak jika ia berteriak, tak ada tempat di dalamya yang sebesar bentangan empat jari kecuali disitu terdapat malaikat yang menundukkan dahinya bersujud keapada Allah subhanahu wata'ala. Demi Allah, seandainya kalian mengerti apa yang aku ketahui niscaya kalian akan sedikit tersenyum dan lebih banyak menangis, kalian tidak mampu merasakan kenikmatan Wanita-wanita di atas ranjang dan kalian akan menaiki tempat-tempat yang tinggi untuk berdo'a sepenuh hati memohon pertolongan Allah subhanahu wata'ala." (HR. Tirmidzi,dari riwayat Abu Dzar RA)
Sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam yang menunjukkan contoh rahasia-rahasia kerajaan Allah yang lain adalah:
إن الله زوى لي الأرض فرأيت مشارقها ومغاربها وإن أمتي سيبلغ ملكها ما زوي لي منها (رواه مسلم من حد يث ثوبان)
Artinya: "Sesungguhnya Allah telah menghimpun bumi untukku, maka aku mampu melihat bagian timur sekaligus bagian baratnya. Dan sesungguhnya umatku akan sampai kapada karajaan bumi seperti apa yang dihimpun Allah untuk ku." (HR. Muslim dan Ahmad dari riwayat Tsauban RA).
Terkadang juga Allah azza wajalla memperlihatkan misteri-misteri keajaiban dunia yang sangat rahasia kepada kekasih-Nya, Aulia ataupun hamba-hamba piliha-Nya. Ada sebuah kaidah umum yang disepakati semua ulama' tauhid bahwa setiap perkara luar biasa yang pernah menjadi mu'jizat bagi seorang nabi, mungkin saja terjadi sabagai karomah untuk seorang waliyullah.
B. Rahasia hati
Hal-hal yang bersifat material dan tampak dalam pandangan kasat mata akan berubah menjadi sesuatu yang tidak terlihat ketika dibatasi oleh jarak,ruang,waktu. Namun Allah subhanahu wata'ala mampu menyingkap semua itu dan memperlihatkan kepada hamba-hamba pilihan-Nya, hanya saja ketika membahas perkara abstrak yang berada dalam diri seorang manusia, misalnya tabiat,kenginan,niat,fikiran dan perasaan-perasaan yang tersimpan dalam hati, maka kita harus bahwa hal-hal seperti ini merupakan sesuatu yang misterius. Tidak bisa ditembus dan dilihat oleh orang lain.
Mungkin saja bagi Allah, Memberikan kemampuan kepada seorang manusia untuk memandang benda-benda di balik gunung atau melihat perkara yang berada pada jarak sangat jauh ataupun hal-hal yang terjadi di masa lampau. Contohnya adalah peristiwa yang dialami Umar bin Khothob R.A. ketika beliau sedang berkhotbah di madinah tiba-tiba berteriak memanggil-manggil pasukan perang yang beliau kirim ke Syam, "Hai para pasukan berlindunglah di balik bukit, dan berlindunglah di balik bukit". Dan masih banyak contoh-contoh lain yang bisa kita ketahui dari riwayat yang masyhur terpercaya.
Berbicara mengenai isi hati, adalah sesuatu yang tidak mudah dan bahkan sangat sulit untuk menembus batas-batas yang menutupinya hingga bisa diketahui apa yang ada di dalamnya. Artinya, bukanlah termasuk sunnatullah untuk membuka dan dan memperlihatkan rahasia hati kepada orang lain layaknya sebuah fenomena yang nyata atau seperti suara yang menggelegar hingga mudah didengar.
Sebuah pepatah mengatakan, "Dalamnya laut bisa diukur, dalamnya hati siapa yang tahu?" Jika kita merenungi mengapa isi hati tetap menjadi rahasia yang tersembunyi dari orang lain, maka kita akan menyadari bahwa ini adalah bentuk anugerah Allah Yang Sangat Agung.
Andaikan apa yang ada didalam hati, menjadi suatu perkara yang jelas dan bisa diketahui setiap orang, pasti semua orang akan diliputi kebencian terhadap orang lain. Mengapa? Karena mereka akan melihat ‘aib, cela dan kekurangan yang tersembunyi dalam hati teman-temanya. Bentuk-bentuk kebaikan lahiriyah yang menjadi faktor pendorong timbulnya persaudaraan dan persahabatan akan terhapus oleh keburukan-keburukan hati yang tampak jelas dan akhirnya berganti rasa benci dan muak. Selanjutnya kita bisa membayangkan sendiri apa yang akan terjadi saat keadaan berubah menjadi seperti ini.
C. Misteri sang pemilik rahasia
Salah satu bentuk belas kasih Allah kepada manusia adalah menjadikannya tidak mengerti dan menyadari kesalahan dan kukurangan yang ada pada dirinya sendiri. Hal ini ternyata karena ia menganggap keburukan yang ia lakukan adalah sesuatu yang biasa saja, bahkan terkadang seorang manusia menjalani kehidupannya dengan penuh kejelekan dan kejahatan, namun ia merasa bahwa semua itu merupakan perkara-perkara yang normal dan manusiawi. Hal ini cocok dengan sebuah peribahasa, "kuman di seberang lautan akan tampak dengan jelas, namun Gajah di pelupuk Mata tidak terlihat oleh pandangan."
Seandainya saja Allah subhanahu wata'ala menjadikan kita mengerti satu persatu kejelekan-kejelakan yang ada pada diri kita, mengetahui semua keburukan dan ‘aib yang tersimpan dalam diri kita sendiri, bosan dan menganggap hina tubuh ini, hidup kita akan senantiasa terpenuhi kesedihan dan kesusahan yang tiada berujung tak berakhir.
Namun Allah Yang Maha Bijaksana selalu memberikan kemudahan dan kemurahan kepada hamba-hamba-Nya. Dia menutupi dan menghalangi kita untuk mengetahui sebagian besar ‘aib dan cela yang berada dalam diri kita sendiri. Allah subhanahu wata'ala menghilangkan kemampuan indera perasaan kita untuk meraba-raba semua keburukan diri dan hati agar kita menganggap bahwa Jiwa dan badan ini masih mempunyai nilai yang layak diperhitungkan, masih memilki kegunaan dan fungsi yang harus dijalanakan.
Kenyataan seperti ini akan menyadarkan kita bahwa pastinya Allah subhanahu wata'ala tidak akan membiarkan kita untuk melihat dan mengerti kejelekan dan kekurangan orang lain tanpa terkecuali, karena jika hal ini terjadi akan menimbulkan bencana dan bahaya yang tidak mampu kita bayangkan.
D. Mengapa rahasia hati terbuka?
Kenyataan yang terjadi, sering kita melihat dan mengetahui keburukan serta kejahatan orang-orang fasik yang kerap kali meremehkan syari'at-syari'at Allah. Akibatnya masyarakat membicarakan dan menyebarluaskan kejelakan perangai dan sifat orang-orang tersebut. Apakah hal ini bertentangan dengan perkataan Ibnu Atho'illah bahwasanya Allah menghalangi kita untuk mengetahui rahasia-rahasia yang tersimpan dalam hati dan jiwa hamba-hamba-Nya?.
Sebenarnya Allah azza wajalla tidak pernah merobohkan batas-batas yang telah didirikan untuk menutupi rahasi-rahasia hati orang-orang seperti itu. Hanya saja, mereka sendirillah yang berusaha membuka pembatas hatinya dengan cara memperlihatkan keburukan mereka di mata khalayak ramai. Mereka melakukan kejahatan secara terang-terangan tanpa malu, bahkan mereka menganggap perbuatan buruk yang mereka jalankan adalah sesuatu yang harus dibanggakan , layak disebut sebagai kehormatan dan kemuliaan hingga mereka menyebarluaskan ‘aib dan cela mereka dengan penuh keberanian dan kecongkokan.
Seandainya mereka lebih memilih untuk menyembunyikan keburukan yang mereka miliki, merasa malu atas ‘aib yang ada pada dirinya serta hawatir dan takut akan tercemarnya nama baik mereka, pasti Allah subhanahu wata'ala akan menjaga kekurangan, dan ‘aib mereka tetap tersembunyi. Allah subhanahu wata'ala akan mendirikan batas-batas yang selalu menutupi rahasi-rahasia tersebut di dunia ini. Mungkin juga Allah azza wajalla akan mengabadikan batas-batas ini sampai di akhirat nanti sebagai bentuk anugerah dan karunia-Nya.
E. Kesimpulan
Makhluk-makhluk Allah yang berwujud materi akan menjadi samar dan tidak terlihat karena jarak yang jauh, terhalangi oleh benda-benda lain atau karena perbadaan waktu, artinya telah terjadi di masa lalu atau terjadi di waktu yang akan datang, akan tetapii jika Allah menghendaki, maka batas-batas materi seperti ini akan lenyap sehingga seseorang akan mampu memandang perkara-perkara material tersebut tanpa batas.
Hanya saja Allah azza wajalla telah menetapkan batas-batas yang melindungi rahasia-rahasia hati agar tidak diketahui orang lain. Hal ini dimaksudkan agar di dalam masyarakat tetap terjaga semangat perdamaian dan kerukunan hidup, karena jika rahasia hati yang penuh dengan ‘aib dan cela bisa diketahui setiap orang, maka yang terjadi adalah tumbuhnya rasa benci dan muak sehingga timbullah keresahan dan perpecahan serta berbagai macam kekacauan.
Sebagai seorang hamba yang mempunyai tuhan Yang Maha Esa, yang banyak menutupi ‘aib dan cela hamba-hamba-Nya, maka kita harus menutupi ‘aib dan cela diri sendiri, lebih-lebih ‘aib orang lain. Jika kita tahu bahwa kita mempunyai banyak keburukan, maka kewajiban kita adalah bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah subhanahu wata'ala. Menyebar luaskan Aib diri sendiri apa lagi aib orang lain hanya akan menimbulkan fitnah dan kekacauan masyarakat.