Laman

Kamis, 06 April 2023

Muraqabah Aqrabiyah

Pelaksanaan dzikir ini pada dasarnya menurut Thariqat An-Naqsyabandi adalah dengan membaca kalimah laa ilahaa illallah dengan tertib dan aturan pelaksanaannya secara dzahir dan bathin, adapun tata caranya adalah sebagai berikut :

  1. Niat, maksudnya hendaklah kita niatkan terlebih dahulu semoga pahala dari tahlil ini yang 70.000 dapat menjadi tebusan diri kita dari siksa neraka dan atas segala dosa yang kita perbuat di dunia ini, dengan do’a ini : “Ya Allah, jadikanlah kalimat laa ilahaa illallaah sekhatam (70.000) ini sebagai hadiah bagi Rasulullah Saw, Amiin.
  2. Mengingat akan Allah (konsentrasi) secara hati sanubari yang bersih dan ikhlas;
  3. Menggunakan maqamat (lathaif) dengan memandang gurisan kalimah Laa ilahaa illallah pada titik tempat di tubuh jasmani, yaitu : “Kalimah Laa ilahaa illallah di tarik kira-kira dua jari di bawah susu kiri menuju kira-kira dua jari keatas susu kiri, lalu terus kira-kira dua jari di atas susu kanan selanjutnya terus menuju kira-kira dua jari di bawah susu kanan terus pukulan akhirnya kembali ke bawah susu kiri lagi;
  4. Ucapkanlah kalimah Laa ilahaa illallah ini dengan tartil dan benar dan secara jihar;
  5. Hadirkan maknanya (Laa ilahaa illallah) dalam hati;
  6. Telinga mendengarkan ucapan kalimah laa ilahaa illallah ini melalui lidah untuk sebagai saksi;
  7. Semua titik maqam yang di lewati kalimah laa ilahaa illallah tadi mengingat akan Allah;
  8. Menyadari dan mengintai bahwa Allah selalu bersama hamba-Nya.
  9. Pada ucapan kalimah tadi yang terakhir (Allah) hempaskan pada hati sanubari (Maqam Idzmu dzat/Lathifatul Qalbiy).

Inti pelaksanaan pada dzikir ini adalah dengan duduk tafakkur dan senantiasa mengintai dan menyadari akan sesungguhnya Allah selalu hambaNya (kita).

Sebelum melaksanakan dzikir tahlil ini, maka sampaikanlah pahalanya secara khusus kepada seluruh para Nabi dan Rasul yang ada pada Al-Qur’an, jika telah menyelesaikan jumlahnya sekhatam (70.000) maka berdo’alah dengan do’a berikut : Yaa Allah, sampaikanlah sekhatam tahlil ini kepada arwah Nabi Muhammad Saw dan anak cucunya serta para sahabat-sahabat beliau beserta para keluarganya dan kepada para Nabi dan Rasul terdahulunya, amiin.

 

Muraqabah Ahdiyatul Af'al

Dalam ajaran sufi di kenal muraqabah (mengintai atau mengawasi), tujuannya merupakan merenungkan akan kerendahan seseorang hamba terhadap khalik-Nya guna mengerti akan kebesaran dan ke-ESA-an Allah dalam penciptaan alam semesta berikut isinya secara keseluruhan untuk memahami sifat syukur dan ridha akan kehendakNya atas semua makhluk. Hal ini tercantum dalam firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Yunus Ayat : 61 yang berbunyi demikian : “Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur’an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”

Muraqabah juga merupakan menjaga hati dari segala hal bermacam-macam rasa atau lintasan hati yang terlintas, seperti was-was dan khawatir walaupun hal baik atau buruknya suatu hal keadaan seseorang hamba saat bertafakkur kepada tuhannya, pengamalan muraqabah ini seseorang hamba tidaklah perlu mengerjakan dzikir, tetapi tertibnya hanya perlu mengheningkan akan keberadaan hati dan pikirannya serta berniat hanya tertuju kepada Allah saja, caranya duduk tafakkur dalam waktu yang tidak terbatas sambil mengintai bahwa i’tikad pada diri kita secara lahir dan bathin yakin bahwa di lihat oleh Allah dan segala yang kita tuju selalu di ketahui dan di ridhai-Nya.

Bila seseorang hamba berhasil dalam pelaksanaan ini maka akan merasakan dengan haqqul yakin bahwa Allah selalu memperhatikan dan bersama dengan kita di mana saja berada, jika sudah sedemikian maka akan terasalah ketenangan bathin yang tenang dan tentram, bahkan di sinilah timbul tetesan air mata pengakuan yang tulus akan kerendahan seseorang hamba di hadapan khalik-Nya dan menumbuhkan rasa takut kepada Allah. Jika seseorang hamba merasakan dalam bathinnya bahwa Allah senantiasa selalu memperhatikan dan melihat kita, maka sudah pasti hidayah akan selalu mengerjakan suruhan dan menjauhi larangan-Nya akan terlaksana dengan baik dan meningkatkan serta mempertebal tingkat ketaqwaan seseorang hamba.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran Ayat : 191 yang berbunyi : "(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : "Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, maha suci engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Rasulullah Saw juga bersabda : “Bertafakkur sesaat itu lebih baik daripada ibadah selama 60 tahun.”(H.R. Abu Dzar Al-Ghifari).
Do’anya seseorang hamba dalam bermuraqabah ini adalah : “Antaridzu wurudal faidli minallahi subhanahu wata’ala alfaidhli ‘alaa lathiifatil qalbiy syayyidina jibril alaihissalam wa’alaa lathifatiil syayyidina adam alaihissalam wa’alaa lathiifati qalbiy syayyidina muhammadin wa’alaa lathiifati qalbiy biwaa ashithati masya’ikhunal kiraami ridhwanullahi ta’ala ‘alahi ‘ajma’iin.” Artinya : Hamba mengharapkan turunnya limpahan dari Allah yang mengalir ke hati Jibril AS dan ke hati Adam As dan ke hati junjungan kami Muhammad Saw ke dalam hatiku, dengan perantaraan para orang shaleh terdahulu, semoga Allah ridha kepada beliau-beliau sekaliannya.”

Tertibnya adalah duduk tafakkur dalam keadaan hening dan konsentrasi penuh kepada mengingat Allah sambil mengintai bahwa sesungguhnya Allah adalah dzat yang maha kuasa atas segala sesuatu dan yang menggerakkan atau mendiamkan setiap segala sesuatu yang terkecil (dzarrah) pada seluruh alam ini.

Jika telah terasa dalam gerak diam tersebut pada jiwa, maka akan terasa bahwa ini semua adalah perbuatan Allah semata (Af’al Allah), dengan demikian maka seseorang hamba tersebut akan dapat hidayah sifat yang baik berupa jika seorang lawan maka di pandang sebagai kawan dan musuh sebagai sahabat, apapun yang di lakukan orang lain terhadapnya maka di terima dengan hati yang lapang walaupun buruk itu adanya dan merupakan bahwa itu datangnya hanyalah daripada Allah semata, sedangkan manusia tadi hanya sebagai majadzinya (bayangan) saja dan bukanlah sebagai wujud hakikat yang sebenarnya. Nah, barangsiapa yang mencapai derajad maqam ini akan tentu ia bersikap segala sesuatu di pandangnya baik, karena pada dasarnya adalah perbuatan Allah semata yang di sandarkan kepada makhluk-Nya, segala gerak gerik pada alam ini adalah merupakan madzhar akan perbuatan (af’al) Allah.

Seseorang yang telah mengerjakan dan merasakan akan hasil Muraqabah Mutlak dan Muraqabah Ahdiyatul Af’al ini biasanya telah mencapai tingkatan Chalifah Mursyid dan Chalifah Pembantu Mursyidin, akan tetapi harus memenuhi persyaratan yang mutlak dalam Thariqat An-Naqsyabandi, yaitu harus menyelesaikan atau menamatkan Tahlil Lisan (jihar) sebanyak 7 (tujuh) khatam yang masing-masing sekhatamnya adalah 70.000 dzikir tahlil, jadi bila di jumlahkan adalah sebanyak 490.000 dzikir tahlil lisan atau jihar berikut dengan syarat-syarat pelaksanaan tahlil tersebut. Ini merupakan inti gabungan dzikir tahlil lisan pada muraqabah yang lain dan merupakan saling terhubung dengan 7 (tujuh) macam muraqabah pada tingkatan ajaran An-Naqsyabandi.

 

Muraqabah Mutlaq

 Muraqabah Mutlaq adalah lanjutan tehnik dzikir Nafi Isbat, Muraqabah Mutlaq adalah menjaga hati dari segala hal bermacam – macam rasa atau lintasan hati yang terlintas, seperti was – was dan khawatir
walaupun hal baik atau buruknya suatu hal keadaan seseorang hamba saat bertafakkur kepada tuhannya, pengamalan muraqabah ini seseorang hamba tidaklah perlu mengerjakan dzikir, tetapi tertibnya hanya perlu mengheningkan akan keberadaan hati dan pikirannya serta berniat hanya tertuju kepada Allah Swt saja, caranya duduk tafakkur dalam waktu yang tidak terbatas sambil mengintai bahwa i’tikad pada diri kita secara lahir dan bathin yakin bahwa di lihat oleh Allah Swt dan segala yang kita tuju selalu di ketahui dan di ridhaiNya. Hal ini tercantum dalam firman Allah Swt

وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ ۚ وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَبِّكَ مِنْ مِثْقَالِ ذَرَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَلَا أَصْغَرَ مِنْ ذَٰلِكَ وَلَا أَكْبَرَ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur’an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata .” (QS. Yunus Ayat : 61)

Bila seseorang hamba berhasil dalam pelaksanaan ini maka akan merasakan dengan haqqul yakin bahwa Allah Swt selalu memperhatikan dan bersama dengan kita di mana saja berada, jika sudah sedemikian maka akan terasalah ketenangan bathin yang tenang dan tentram, bahkan di sinilah timbul tetesan air mata pengakuan yang tulus akan kerendahan seseorang hamba di hadapan khalikNya dan menumbuhkan rasa takut kepada Allah Swt.

Dalam mengamalkan Muraqabah Mutlaq caranya adalah sebagai berikut:

1. Posisi duduk yang santai dan rileks
2. Niatkan dalam Hati agar dapat limpahan dari Allah

إِلَـهِيْ اَنْتَ مَقْصًودِيْ وَرِضَاكَ مَطْلًـوبِيْ اَعْـطِنِي مَحَبَّتـَكَ وَمَعْرِفَتَـكَ

” Wahai Tuhanku hanya Engkaulah yang kutuju, dan keridhoan-Mu yang ku cari, berikan kepada ku kemampuan untuk mencintai-Mu dan Makrifat kepada-Mu “.

3. Fokuskan di dada selama meditasi berlangsung
4. Heningkan hati, perasaan dan pikiran dalam meditasi/muraqabah ini tidak membaca apa-apa kecuali hanya hening.
5. Sugestikan diri anda secara dhohir dan bathin bahwa kita dilihat oleh Allah dan segala gerak-gerik kita diperhatikan oleh Allah.
6. Waktu lamanya meditasi ini terserah anda.
Tehnik di atas sama dengan tehnik meditasi, ketika seseorang meditasinya sudah meningkat dan mendalam, maka dalam meditasi tidak membaca atau berdzikir apapun, kecuali hanya diam, hening dan bening.

 Dalam konsep meditasi ada tiga tahapan

1. Dharana
Artinya mengendalikan pikiran agar terpusat pada suatu objek konsentrasi. Misalkan seseorang yang meditasi masih menggunakan obyek misalkan bacaan dzikir atau nafas. Kemampuan melaksanakan Dharana dengan baik akan memudahkan mencapai berikutnya.
Dzikir Ismu Dzat, Dzikir Lathaif, Dzikir Nafi Isbat tergolong pada tahapan dharana, dzikir-dzikir tersebut adalah dasar pondasi, jika hasilnya bagus dan kuat, maka dalam perjalanannya berikutnya akan mudah, karena tahapan dzikir dalam tharekot adalah sebuah sistem, antara tahap pertama dan kedua saling berkaitan.
2. Dhyana
Adalah suatu keadaan di mana arus pikiran tertuju tanpa putus-putus pada objek yang disebutkan dalam Dharana itu, tanpa tergoyahkan oleh objek atau gangguan/ godaan lain baik yang nyata maupun yang tidak nyata. Gangguan/ godaan yang nyata dirasakan oleh Panca Indria baik melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah maupun rasa kulit. Gangguan/ godan yang tidak nyata adalah dari pikiran sendiri yang menyimpang dari sasaran objek Dharana.
Tujuan Dhyana adalah aliran pikiran yang terus menerus kepada Tuhan melalui objek Dharana. Maharsi Patanjali menyatakan: "Tatra pradyaya ekatana dhyanam" Artinya: Arus buddhi (pikiran) yang tiada putus-putusnya menuju tujuan (Hyang Widhi). Dalam tasawuf, muraqabah Mutlak tergolong tahapan meditasi Dhyana sehingga dalam meditasi/dzikir tidak membaca apapun, kecuali hanya iam dan pasrah kepada Allah.
3. Samadhi

Samadhi adalah tingkatan tertinggi dari Astangga-yoga, yang dibagi dalam dua keadaan yaitu:

1) Sabija-samadhi, adalah keadaan di mana yogin masih mempunyai kesadaran, dan
2) Asamprajnata-samadhi, adalah keadaan di mana yogi (sang Pesuluk) sudah tidak sadar akan diri dan lingkungannya, karena bathinnya penuh diresapi oleh kebahagiaan tiada tara, diresapi oleh cinta kasih Tuhan.
Baik dalam keadaan Sabija-samadhi maupun Nirbija-samadhi, seorang yogi (sang Pesuluk) merasa sangat berbahagia, sangat puas, tidak cemas, tidak merasa memiliki apapun, tidak mempunyai keinginan, pikiran yang tidak tercela, bebas dari "catur kalpana" (yaitu: TAHU, DIKETAHUI, MENGETAHUI, PENGETAHUAN), tidak lalai, tidak ada ke-"aku"-an, tenang, tentram dan damai.
Dalam Thoriqot Naqsyabandiyah, kondisi meditasi tahap Samadhi adalah sama dengan kondsisi Muraqabah Ahdiyatul af’al. Nah, barangsiapa yang mencapai derajad maqam ini akan tentu ia bersikap segala sesuatu di pandangnya baik, karena pada dasarnya adalah perbuatan Allah Swt. semata yang di sandarkan kepada makhlukNya, segala gerak gerik pada alam ini adalah merupakan madzhar akan perbuatan (af’al) Allah Swt.

……………..فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلاَخَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَهُمْ يَحْزَنُوْنَ

“……. maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada rasa takut bagi mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati” ( al-Baqarah : 38)

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri dan duduk, dan dalam keadaan berharing, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi sambil berkata: "Ya Tuhan kami, Engkau tidak menciptakan ini dengan sia-sia! Maha Suci Engkau! Maka peliharalah kami dari siksa neraka." (Qs. Yunus:191)

Dalam Tulisan ini sengaja saya gabungkan pembahasan antara Muraqabah Mutlaq dengan Muraqabah Ahdiyatul Af’al. Karena keduanya tehniknya sama, hanya saja dalam Muraqabah Ahdiyatul Af’al lebih dipertajam dan lebih dikuatkan ketika duduk diam dan pasrahnya.

Ada sebagian orang yang menyatakan, bagaimana jika seseorang pesuluk (pencari Tuhan) langsung memakai tehnik Muraqabah Mutlaq, yaitu duduk diam fokus di hati dan pasrah diri pada Allah tanpa membaca apapun. Jika orangnya sudah berpengalaman dalam berbagai bidang tehnik dzikir dan meditasi tidak masalah, akan tetapi bagi orang yang dasarnya belum pernah olah spritual, maka jika langsung memakai tehnik Muraqabah Mutlaq maka hasilnya adalah sia-sia, hanya rasa kantuk dan capek, sehingga menjadi malas dalam mengamalkannya.

Antara Dzikir Ismu Dzat, Dzikir Lathoif, dan Dzikir Nafi Isbat adalah ibarat sebuah jaringan komunikasi yang canggih, Dzikir Ismu Dzat adalah pancang tower agar bisa nyambung ke satelit, Dzikir Lathoif, adalah kabel-kabel cangggih untuk membangun jaringan dalam sebuah bangunan kantor, sedangkan Dzikir Nafi Isbat adalah sistem otomatisnya yang berupa software program dengan berbagai bentuk vitur yang lengkap. Nah Muroqbah Mutlaq adalah mulai fungsinya jaringan komunikasi tersebut yaitu antara makhluk dan Khalik.

Maka jika seseorang pesuluk langsung memakai tehnik dzikir muraqabah mutlaq tanpa di dasari dengan jaringan sistem lainnya, bagaimana mungkin dia bisa tersambung dan komunikasi....?
Semoga semua makhluk diberi cahaya oleh Allah.....


Literatur:
1. Syekh H. Djalaluddin, Sinar keemasan II, Persatuan Pengamal Tarikat Islam, 1987. Hal. 31 dan 32.

Maqam Wukuf Qalbiy

Wukuf ini menurut ajaran Islam pada Thariqat An-Naqsyabandi, pertama-tama di dasari pada 3 (tiga) tahap atau tingkat, yaitu ;

1. Wukuf Samani;
Artinya : Kontrol atau instropeksi yang senantiasa di lakukan oleh seseorang hamba terhadap ingat atau tidaknya dia kepada Allah sekurang-kurangnya dua atau tiga jam, jika merasakan dalam keadaan ingat kepada Allah dalam pada waktu-waktu tersebut, semestinya banyak-banyak bersyukur kepada Allah karena telah di berikan hidayah berupa ketetapan ingat kepada-Nya, jika ternyata di rasakan lupa kepada Allah, maka banyak-banyaklah melakukan taubat kepada Allah dan usahakan dengan sekeras mungkin supaya kembali ingat kepada Allah.

2. Wukuf ‘Adadi;
Artinya : Senantiasa memelihara bilangan ganjil dan menyelesaikan dzikir napi istbat pada setiap dzikir tersebut di akhiri atau di sudahi, jangan di akhiri dengan bilangan yang genap, tetapi mestilah bilangan yang ganjil, seperti ; 3, 5 atau 7 dan seterusnya.

3. Wukuf Qalby;
Artinya : Keadaan hati seseorang yang selalu ingat dan hadir kepada Allah, pikiran yang lain-lain terlebih dahulu di hilangkan dengan semampunya, kemudian sekalian panca indera yang lima tawajjuh dengan mata hati yang hakiki untuk menyelami ma’rifat kepada Allah, usahakan tidak ada terluang sedikitpun di dalam hati selain Allah.

PENERAPAN DZIKIRNYA :
Dzikir wukuf ini pelaksanaannya adalah dengan menghadirkan seluruh lathaif dan seluruh anggota badan jasmani secara keseluruhan seperti halnya pada dzikir lathifatul kullu jasad yang senantiasa di hadapkan kepada dzat yang tanpa rupa dan bentuk (Allah Swt), menghadirkannya tanpa menyertakan dzikir ismu zat atau bacaan - bacaan, tapi hanya berupa ingat dan pikir akan kebesaran Allah Swt yang telah menciptakan alam semesta ini baik nyata maupun ghaib. 


Dzikir wukuf adalah intinya bersifat jenis dzikir dan pikir, dzikir dengan diam dan khusyu’ serta konsentrasi penuh semata-mata mengingat hanya kepada Allah Swt, yaitu mengingat dzat Allah Swt yang bersifat dengan segala sifat sempurna dan suci atau jauh dari segala sifat kekurangan, segala sifat kesempurnaan hanya di miliki oleh Allah Swt, sedangkan sifat kekurangan adalah milik kita dan untuk meningkatkan sifat yang kurang sempurna itu menjadi lebih mendekati kepada sempurna adalah dengan jalan dzikir inilah di lakukan oleh seseorang hamba, dzikir ini juga mengakui akan sifat segala kekurangannya seseorang hamba, senantiasa tunduk dan lemah di hadapan Allah Swt dan menyerahkan segala pengaturan hanyalah milik Allah Swt, maka dengan jalan inilah yang kita dapat mengharapkan rahmat, karunia, hidayah dan ridha Allah Swt.


Dzikir wukuf ini secara umum pelaksanaannya di rangkaikan setelah selesai melaksanakan dzikir ismu zat atau dzikir lathaif secara keseluruhan atau setelah dzikir napi istbat, dzikir wukuf ini di laksanakan dalam rangka menutup dzikir yang lain sebelumnya apapun itu jenis dzikirnya, yang ada hanya merasakan ketenangan bathin setelah melaksanakan dzikir sebelumnya.

 

Nafi dan isbat tentang Laa ilaaha illallaah

Ketahuilah bahwa kalimat tersebut mempunyai dua bagian. Pertama adalah bagian nafi, yaitu ucapan: “Laa ilaaha” yang artinya: “Tidak ada Tuhan.” Dan kedua adalah bagian itsbat, yaitu diucapkan: “illallaah” yang artinya: “Kecuali Allah swt.” Jika kalimat nafi dan itsbat diucapkan oleh seorang yang tidak mempersekutukan Allah swt dengan sesuatu.

Maka artinya adalah penafian dan penolakan terhadap dugaan orang musyrikin yang beranggapan bahwa ada tuhan lain bersama Allah swt dan menetapkan pengertian tauhid di dalam hati, dan pengertian ini makin bertambah teguh dengan diucapkannya kalimat ini bcrulang kali, seperti yang disabdakan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dikatakan:

جَدِّدُوْا إِيماَنَكُمْ بِقَوْلِ لَااِلَهَ اِلاَّاللهُ

Artinya: “Perbaharuilah selalu iman kalian dengan ucapan: “Laa ilaaha illallaah.”

Demikian pula kalimat syirik mempunyai berbagai arti tersembunyi dan sangat kecil, yang tidak dapat tersclamatkan daripadanya, kecuali para ‘arif ahli hakikat dan orang-orang yang diberi kasyaf yang dapat melihat kebenaran dengan mata telanjang. Ada kalanya seorang mukmin terkena sedikit penyakit syirik, meskipun ia tidak menyadarinya.

Contohnya jika seorang percaya bahwa ada selain Allah swt yang dapat mendatangkan kebaikan dan menolak malapetaka secara mandiri. Termasuk juga jika seorang mempunyai antusias untuk berkuasa atas orang lain, menguasai hak-hak mereka, menyukai kedudukan, penghormatan dan pujian dari manusia.

Sebagaimana sabda Baginda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam:

اَلشِّرْكُ فِي أُمَّتيْ أُخْفِىْ مِنْ دَبيْبِ النَّمْلِ

Artinya: “Kemusyrikan di tengah umatku lebih tersembunyi dari merayapnya semut hitam.”

Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam sendiri menyebut riya’ dengan sebutan syirik kecil. Adakalanya seorang menyekutukan Allah swt dengan dirinya sendiri atau dengan lainnya, sedang ia tidak menyadarinya. Karena itu, seorang mukmin wajib menjaga dirinya dari syirik yang samar, sebagaimana ia wajib menjaga dirinya dari syirik yang terlihat. Kemusyrikan dalam dimensi ini tidak mempengaruhi pondasi iman yang menjadi sumber keselaniatan manusia, akan tetapi ia dapat mengurangi kesempurnaannya.

Telah kami bicarakan sebelumnya, bahwa setiap muwahhid wajib menolak ketuhanan sesuatu selain Allah swt, sekaligus merupakan sanggahan bagi kaum musyrikin dan mereka yang beranggapan demikian. Kami menyebut keyakinan mereka rapuh, karena penuh berbagai angan-angan yang timbul dari pemahaman dan pemikiran yang rapuh, yang menyebabkan rusaknya metabolisme tubuh serta hilangnya akal.

Jikalau tidak, bagaimana mungkin hal itu dapat tersembunyi dari pcrasaan seorang yang mempunyai indra penglihatan dan pendengaran, apalagi dari penglihatan dan pendengaran hati sanubari seorang tentang wujud Allah swt yang menjadi satu-satunya sumber bagi segala sesuatu. Akan tetapi, siapapun yang disesatkan oleh Allah swt, maka ia tidak akan memperoleh petunjuk, dan siapapun yang diberi petunjuk oleh Allah swt, maka ia tidak akan tersesat oleh penyesat.

Mereka ituiah orang-orang yang dihilangkan pendengaran nya dan penglihatannya oleh Allah swt. dan mereka dibiarkan dalam kesesatannya, sehingga mereka tidak dapat melihat kebenaran, mereka tuli, bisu dan buta, dan mereka tidak akan kembali kepada jalan yang benar.

Dalam sebuah sya’ir disebutkan: “Sungguh amat mengherankan, bagaimana seorang dapat menentang Allah swt atau mendurhakai-Nya? Padahal, pada setiap benda ada tanda-tanda yang menyaksikan bahwa Allah swt adalah Tuhan Tang Maha Esa. Pada setiap benda yang bergerak ataupun yang menetap ada saksi bahwa Allah swt adalah Tuhan Yang Maha Esa.”

Salah seorang ‘arifbillah berkata: “Siapapun yang minta bukti atas keesaan Allah swt, maka keledai lebih mengenal Allah swt daripadanya.” Andaikata kami tidak meringkasnya, karena berbagai alasan yang hanya diketahui oleh Allah swt, tentu kami akan menguraikan masalah ini panjang lebar, sehingga orang yang berakal akan puas karenanya, dan Allah swt Maha Mengawasi apapun yang aku ucapkan.

 

Zikir Lataif 7

 

 


1. Latifatul Qalbi Di sini letaknya sifat-sifat syetan, iblis, kekufuran, kemusyrikan, ketahayulan dan lain-lain, letaknya dua jari dibawah susu sebelah kiri, Kita buat dzikir sekurangnya 5 000, Insya Allah pada tingkat ini diganti dengan Iman, Islam, Ihsan, Tauhid dan Ma’rifat.

2. Latifatul Roh Di sini letaknya sifat bahimiyah (binatang jinak) menuruti hawa nafsu, , letaknya dua jari dibawah susu sebelah kanan, Kita buat dzikir sekurangnya 1 000 Insya Allah di isi dengan khusyu’ dan tawadhu’.

3. Latifatus Sir Di sini letaknya sifat-sifat syabiyah (binatang buas) yaitu sifat zalim atau aniaya, pemarah danpendendam, , letaknya dua jari diatas susu sebelah kiri, Kita buat dzikir sekurangnya 1 000 Insya Allah diganti dengan sifat kasih sayang dan ramah tamah.

4. Latifatul Akhfa Di sini letaknya sifat-sifat pendengki, khianat dan sifat-sifat syaitoniyah, , letaknya dua jari diatas sususebelah kanan, Kita buat dzikir sekurangnya 1 000 Insya Allah diganti dengan sifat-sifat syukur dan sabar.

5. Latifatul Akhfi Di sini letaknya sifat-sifat robbaniyah yaitu riya’, takabbur, ujub, suma’ dan lain-lain, , letaknya ditengah-tengah dada, Kita buat dzikir sekurangnya 1 000 Insya Allah diganti dengan sifat-sifat ikhlas, khusyu’, tadarru dan tafakur.

6. Latifatun Nafsun Di sini letaknya sifat-sifat nafsu amarrah banyak khayalan dan panjang angan-angan, , letaknya tepatdiantara dua kening, Kita buat dzikir sekurangnya 1 000 Insya Allah diganti dengan sifat-sifat tenteram dan pikiran tenang.

7. Latifah Arbaah atau kullu jasad Di sini letaknya sifat-sifat jahil “ghaflah” kebendaan dan kelalaian, , letaknya diseluruh tubuh mengendaraisemua aliran darah kita yang letak titik pusatnya di tepat ditengah-tengah ubun-ubun kepala kita, Kita buat dzikir sekurangnya 1 000 Insya Allah diganti dengan sifat-sifat ilmu dan amal.

Mengenal lathifah lathifah batin dan tarekat sufi Acuan dalam pengamalan tarekat bertumpu kepada tradisi dan akhlak nubuwah (kenabian), dan mencakup secara esensial tentang jalan sufi dalam melewati maqomat dan ahwal tertentu. Setelah ia tersucikan jasmaniahnya, kemudian melangkah kepada aktivitas aktivitas, yang meliputi:

Pertama, tazkiyah an nafs atau pensucian jiwa, artinya mensucikan diri dari berbagai kecenderungan buruk, tercela, dan hewani serta menghiasinya dengan sifat sifat terpuji dan malakuti.

Kedua, tashfiyah al qalb, pensucian kalbu. Ini berarti menghapus dari hati kecintaan akan kenikmatan duniawi yang sifatnya sementara dan kekhawatirannya atas kesedihan, serta memantapkan dalam tempatnya kecintaan kepada Allah semata.

Ketiga, takhalliyah as Sirr atau pengosongan jiwa dari segenap pikiran yang bakal mengalihkan perhatian dari dzikir atau ingat kepada Allah.

Keempat, tajalliyah ar Ruh atau pencerahan ruh, berarti mengisi ruh dengan cahaya Allah dan gelora cintanya.

Qasrun = Merupakan unsur jasmaniah, berarti istana yang menunjukan betapa keunikan struktur tubuh manusia.
Sadrun = (Latifah al-nafs) sebagai unsur jiwa
Qalbun = (Latifah al-qalb) sebagai unsur rohaniah
Fuadun = (Latifah al-ruh) Unsur rohaniah
Syagafun = (Latifah al-sirr) unsur rohaniah
Lubbun = (Latifah al-khafi) unsur rohaniah
Sirrun = (Latifah al-akhfa) unsur rohaniah.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam hadist qudsi:

“Aku jadikan pada tubuh anak Adam (manusia) itu qasrun (istana), di situ ada sadrun (dada), di dalam dada itu ada qalbu (tempat bolak balik ingatan), di dalamnya ada lagi fu’ad (jujur ingatannya), di dalamnya pula ada syagaf (kerinduan), didalamnya lagi ada lubbun (merasa terlalu rindu)  dan di dalam lubbun ada sirrun (mesra), sedangkan di dalam sirrun ada “Aku”.

Ahmad al-Shirhindi dalam Kharisudin memaknai hadist qudsi di atas melalui sistem interiorisasi dalam diri manusia yang strukturnya yang dapat diperhatikan dalam gambar di atas.Pada dasarnya lathifah-lathifah tersebut berasal dari alam amri (perintah) Allah : “Kun fayakun”, yang artinya, “jadi maka jadilah” (QS : 36: 82) merupakan al-ruh yang bersifat immaterial. Semua yang berasal dari alam al-khalqi (alam ciptaan)bersifat material.

Karena qudrat dan iradat Allah ketika Allah telah menjadikan badan jasmaniah manusia, selanjutnya Allahmenitipkan kelima lathifah tersebut ke dalam badan jasmani manusia dengan keterikatan yang sangat kuat. Lathifah-lathifah itulah yang mengendalikan kehidupan batiniah seseorang, maka tempatnya ada di dalam badan manusia. Lathifah ini pada tahapan selanjutnya merupakan istilah praktis yang berkonotasi tempat. Umpamanya lathifah al-nafsi sebagai tempatnya al-nafsu al-amarah. Lathifah al-qalbi sebagai tempatnya nafsu al-lawamah. Lathifah al-Ruhi sebagai tempatnya al-nafsu al-mulhimmah, dan seterusnya. Dengan kata lain bertempatnya lathifahyang bersifat immaterial ke dalam badan jasmani manusia adalah sepenuhnya karena kuasa Allah.Lathifah sebagai kendaraan media bagi ruh bereksistensi dalam diri manusia yang bersifat barzakhiyah (keadaanantara kehidupan jasmaniah dan rohaniah).

Pada hakekatnya penciptaan ruh manusia (lima lathifah), tidak melalui sistem evolusi. Ruh ditiupkan oleh Allah kedalam jasad manusia melalui proses. Ketika jasad Nabi Adam a.s telah tercipta dengan sempurna, maka Allah memerintahkanruh Nya untuk memasuki jasad Nabi Adam a.s. Maka dengan enggan ia menerima perintah tersebut. Ruh memasuki jasad dengan berat hati karena harus masuk ke tempat yang gelap. Akhirnya ruh mendapat sabda Allah: “Jika seandainya kamu mau masuk dengan senang, maka kamu nanti juga akan keluar dengan mudah dan senang, tetapi bila kamu masuk dengan paksa,maka kamupun akan keluar dengan terpaksa”. Ruh memasuki melalui ubun-ubun, kemudian turun sampai ke batas mata,selanjutnya sampai ke hidung, mulut, dan seterusnya sampai ke ujung jari kaki.

Setiap anggota tubuh Adam yang dilalui ruhmenjadi hidup, bergerak, berucap, bersin dan memuji Allah. Dari proses inilah muncul sejarah mistis tentang karakter manusia,sejarah salat (takbir, ruku dan sujud), dan tentang struktur ruhaniah manusia (ruh, jiwa dan raga).Bahkan dalam al Qur’an tergambarkan ketika ruh sampai ke lutut, maka Adam sudah tergesa gesa ingin berdiri.Sebagaimana firman Allah : “Manusia tercipta dalam ketergesa-gesaan” (Q.S.21:37).Pada proses penciptaan anak Adam pun juga demikian, proses bersatunya ruh ke dalam badan melalui tahapan.Ketika sperma berhasil bersatu dengan ovum dalam rahim seorang ibu, maka terjadilah zygot (sel calon janin yang diploid ).Ketika itulah Allah meniupkan sebagian ruhnya (QS : 23 : 9), yaitu ruh al-hayat. Pada tahapan selanjutnya Allah menambahkanruhnya, yaitu ruh al-hayawan, maka jadilah ia potensi untuk bergerak dan berkembang, serta tumbuh yang memang sudah adabersama dengan masuknya ruh al-hayat.

Sedangkan tahapan selanjutnya adalah peniupan ruh yang terakhir, yaitu ketika proses penciptaan fisik manusia telahsempurna (bahkan mungkin setelah lahir). Allah meniupkan ruh al-insan (haqiqat Muhammadiyah). Maka dengan ini, manusiadapat merasa dan berpikir. Sehingga layak menerima taklif syari’ (kewajiban syari’at) dari Allah dan menjadi khalifah Nya.Itulah tiga jenis ruh dan nafs yang ada dalam diri manusia, sebagai potensi yang menjadi sudut pandang dari fokuspembahasan lathifah (kesadaran).

Lima lathifah yang ada di dalam diri manusia itu adalah tingkatan kelembutan kesadaranmanusia. Sehingga yang dibahas bukan hakikatnya, karena hakikat adalah urusan Tuhan (QS : 17 : 85), tetapi aktivitas dankarakteristiknya.Lathifah al-qalb, bukan qalb (jantung) jasmaniah itu sendiri, tetapi suatu lathifah (kelembutan), atau kesadaran yangbersifat rubbaniyah (ketuhanan) dan ruhaniah. Walaupun demikian, ia berada dalam qalb (jantung) manusia sebagai mediabereksistensi. Menurut Al Ghazall, di dalam jantung itulah memancarnya ruh manusia itu. Lathifah inilah hakikatnya manusia.Ialah yang mengetahui, dia yang bertanggung jawab, dia yang akan disiksa dan diberi pahala.

Lathifah ini pula yangdimaksudkan sabda Nabi “Sesungguhnya Allah tidak akan memandang rupa dan hartamu, tetapi ia memandang hatimu”.Latifiah al-qalb bereksistensi di dalam jantung jasmani manusia, maka jantung fisik manusia ibaratnya sebagai pusatgelombang, sedangkan letak di bawah susu kiri jarak dua jari (yang dinyatakan sebagai letaknya lathifah al-qalb) adalah ibarat”channelnya”. Jika seseorang ingin berhubungan dengan lathifah ini, maka ia harus berkonsentrasi pada tempat ini. Lathifah inimemiliki nur berwarna kuning yang tak terhinggakan (di luar kemampuan indera fisik).

Demikian juga dengan lathifah al-ruh, dia bukan ruh atau hakikat ruh itu sendiri. Tetapi lathifah al-ruh adalah suatuidentitas yang lebih dalam dari lathifah al-qalb. Dia tidak dapat diketahui hakikatnya, tetapi dapat dirasakan adanya, dandiketahui gejala dan karakteristiknya. Lathifah ini terletak di bawah susu kanan jarak dua jari dan condong ke arah kanan.Warna cahayanya merah yang tak terhinggakan. Selain tempatnya sifat-sifat yang baik, dalam lathifah ini bersemayam sifatbahimiyah atau sifat binatang jinak. Dengan lathifah ini pula seorang salik akan merasakan fana al-sifat (hanya sifat Allah sajayang kekal), dan tampak pada pandangan batiniah.

Lathifah al-sirri merupakan lathifah yang paling dalam, terutama bagi para sufi besar terdahulu yang kebanyakan hanya menginformasikan tentang tiga lathifah manusia, yaitu qalb, ruh dan sirr. Sufi yang pertama kali mengungkap sistem interiorisasilathifah manusia adalah Amir Ibn Usman Al Makki (w. 904 M), yang menurutnya manusia terdiri dari empat lapisan kesadaran,yaitu raga, qalbu, ruh dan sirr. Dalam temuan Imam al Robbani al Mujaddid, lathifah ini belum merupakan latifiah yang terdalam.Ia masih berada di tengah tengah lathifah al ruhaniyat manusia. Tampaknya inilah sebabnya sehingga al Mujaddid dapat merasakan pengalaman spiritual yang lebih tinggi dari para sufi sebelumnya, seperti Abu Yazid al Bustami, al-Hallaj (309 H),dan Ibnu Arabi (637 H).

Setelah ia mengalami “ittihad” dengan Tuhan, ia masih mengalami berbagai pengalaman ruhaniah,sehingga pada tataran tertinggi manusia ia merasakan sepenuhnya, bahwa abid dan ma’bud adalah berbeda, manusia adalahhamba, sedangkan Allah adalah Tuhan.Hal yang diketahui dari lathifah ini adalah, ia memiliki nur yang berwarna putih berkilauan. Terletak di atas susu kiri jarak sekitar dua jari, berhubungan dengan hati jasmaniah (hepar).

Selain lathifah ini merupakan manifestasi sifat-sifat yangbaik, ia juga merupakan sarangnya sifat sabbu’iyyah atau sifat binatang buas. Dengan lathifah ini seseorang salik akan dapatmerasakan fana’ fi al-dzat, dzat Allah saja yang tampak dalam pandangan batinnya.Lathifah al-khafi adalah lathifah al-robbaniah al-ruhaniah yang terletak lebih dalam dari lathifah al-sirri. Penggunaanistilah ini mengacu kepada hadis Nabi : “Sebaik-baik dzikir adalah khafi dan sebaik baik rizki adalah yang mencukupi”.Hakikatnya merupakan rahasia Ilahiyah.

Tetapi bagi para sufi, keberadaanya merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri.Cahayanya berwarna hitam, letaknya berada di atas susu sebelah kanan jarak dua jari condong ke kanan, berhubungan denganlimpa jasmani. Selain sebagai realitas dari nafsu yang baik, dalam lathifah ini bersemayam sifat syaithoniyyah seperti hasad,kibir (takabbur, sombong), khianat dan serakah.Lathifah yang paling lembut dan paling dalam adalah lathifah al-akhfa. Tempatnya berada di tengah-tengah dada danberhubungan dengan empedu jasmaniah manusia. Lathifah ini memiliki nur cahaya berwarna hijau yang tak terhinggakan.Dalam lathifah ini seseorang salik akan dapat merasakan’isyq (kerinduan) yang mendalam kepada Nabi Muhammad s.a.w.sehingga sering sering ruhaniah Nabi datang mengunjungi.

Sesuai dengan pendapat al-Qusyairi yang menegaskan tentang tiga alat dalam tubuh manusia dalam upayakontemplasi, yaitu:Pertama qalb yang berfungsi untuk mengetahui sifat-sifat Allah.Kedua, ruh berfungsi untuk mencintai Allah, danKetiga, sirr berfungsi untuk melihat Allah.Dengan demikian proses ma’rifat kepada Allah menurut al Qusyairi dapat digambarkan sebagai berikut dibawah ini.Aktivitas spiritual itu mengalir di dalam kerangka makna dan fungsi rahmatan lil ‘alamin; Tradisi kenabian pada hakekatnya tidaklepas dari mission sacred, misi yang suci tentang kemanusiaan dan kealam semestaan untuk merefleksikan asma Allah.

 

16 belas tingkat salik

Untuk para salik tharikat naqshabandiyah Al-kholidiyah Al-jalaliyah diharapkan bisa mencapai tingkatan yang terahir, karna dengan mencapai tingkatan terahir maka usailah sudah tentang pelajaran ilmu Allah, tinggal mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan menunggu undangan Allah, TENANG,SENANG,MENANG,KENYANG,PULANG. Dalam ilmu apapun tentu perlu proses atau setep bay setep tingkatan demi tingkatan, adapun tingkatan pelajaran Tharikat Naqshabandiyah Al-kholidiyah Al-jalaliyah itu terbagi menjadi 3 bagian:

1. Zikir adalah mengingat
Disini zikir terbagi menjadi 4 bagian
  1. Zikir Ismu Zat
  2. Zikir lataif
  3. Zikir nafi isbat
  4. Zikir wuquf.

2. Murokobah Adalah intai mengentai antara hamba dengan sang khaliq
kemudian murokobah terbagi menjadi 6 bagian,
  1. Murokobah mutlaq
  2. Murokobah afal
  3. Murokobah maiyah
  4. Murokobah aqrobiyah
  5. Murokobah ahadituz zat
  6. Murokobah zatu sorfi wal buhti

3. Maqom adalah kedudukan kaji murid serta kemampuanya dalam menegakkan aqidah agama islam yang mashur disebut denga: "adalah orang yang tetap di ats syariat yang mulya dan tahrikat yang putih bersih" mereka menegakkan syariat diatas segalanya dan tharikat adalah upaya perjuangan menuju yang di maksud sedangkan hakikat adalah hasil gemilang yang telah di capai riyadhoh dan muja hadah, ahirnya kita akan sampai pada ma'rifat yaitu menikmati hasil karya dengan jiwa dan hati yang tenang dan aman tentram sembari menunggu undangan Allah ta'ala "wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada tuhanmu dengan hati ridho dan diridhoi, maka masuklah ke dalam golongan hambaku dan bersama-sama kedalam surgaku".


Kemudian tingkatan maqam terbagi menjadi 6 bagian
  1.  Maqom Musahadah, Musahadah adalah penyaksian diri akan Allah, seperti yang terjadi pada  Nabiyina  Muhamad SAW, sewaktu isra' dan mikraj. jika sahabat yang mendapatkan Maqam ini adalah shabat bilal bin rabah sewaktu disiksa oleh majikannya beliao selalu menyebut ahad...ahad...ahad...maksudnya ialah ahad atau yang satu Allah SWT.  firman Allah yang artinya "Bukankah Aku Tuhanmu....kemudian sekalian ruh menjawab..benar engkao memang Tuhan kami"
  2.  Maqom Muqoballah, hati hamba yang sangat halus dan tulus pada khaliqnya berharap denagan penuh isq dan hub senantiasa siang dan malam dimanapun ia berada. Rindu yang tidak pernah pudar dan mabuk yang tidak akan pernah siuman, gelombang asmara yang menghayutkan hamba hingga pemberhentiannya yaitu pulau bahagia yang diwarnai dengan kasih sayang dan ridho Allah semata, seakan tidak pernah lepas pandangan hamba terhadap zat yang maha jamal dan kamil itu walau kemana pergi. firman Allah "Barang kemana engkau berhadap, tetap berhadap kepada Allah"
  3.  Maqom Mukasafah
  4.  Maqom Mukafahah
  5.  Maqom Fanafillah
  6.  Maqom Baqobillah.

Adapun tingkatan yang ke 17 yaitu maqom usubillah itu adalah kusus maqomnya mursid atau penerus silsilah yang ke 36, untuk saat ini di talkinkan kepada tuan guru Syeh Dr Salman da'im, atu populernya dengan panggilan buya da'im.

Syariat vs Tharikat

 
Asalamukalaikum wr.wb

telah lama dan lama sudah menghilang namun kini kita datang kembali dalam dunia kerohanian...
disini saya akan sedikit membahas tentang syariat vs tharikat, seribu alasan kenapa saya menuliskan ini...
di antara alasan yang paling mendasar adalah klem penyesatan atas suatu golongan tertentu.

sahabat yang benar hatinya dua kubu ini seakan tidak ada habisnya saling bertengkar masalah keyakinan dan ketaqwaan seseorang, bagaikan air dan miyak yang tidak bisa menyatu, bahkan sampai pada pembunuhan naudhubilah...

syariat itu jalan kebenaran untuk membentuk hati, ucapan, dan laku kita menjadi baik...
tharikat itu juga jalan kebenaran untuk membentuk hati, ucapan, dan laku kita menjadi baik... lalu pertanyaan kita apa yang membedakan keduanya??? diantara yang membedakan diantaranya adalah
  1. Ritual
  2. perjalanannya
  3. ketetapan/kepastian
ritual syariat seperti sholat wirit dsb, ritual tharikat zikir suluk/klawat dsb, kemudian perjalanan syariat hanya sebatas jasmaniyah, jika tharikat perjalanan rohaniyah yang nurani kaitanya dengan ruh kita. syariat tidak akan sampai kepada guru yang sejati atau ma'rifatullah, jika tharikat mampu menembus hijab zulmani dan sampai bertemu kepada guru sejati/Allah azawajala.syarriat balasannya menunggu hari pembalasan, jika tharikat langsung detik itu juga balasan atas perbuatan kita.

kesimpulan dari kedua kubu ini... yang masih kental syariatnya mencobalah untuk belajar tharikat agar sempurna keimanan dan ketaqwaan kita, karna dengan penggabungan keduanya kita akan mampu menembus cakrawala alam nirwana atau keabadian amin....

Tunduknya Sholat

 بسم الله الرحمن الرحيم

Tunduknya sholat istilah inilah yang cukup memudahkan kita untuk sedikit memahami apa dan bagaimana maksud tunduknya sholat itu. sebelum kita membahas tentang bab ini sudahkah kita hafal tentang rukun sholat??? dalam membahas sholat kita harus hafal dan faham dulu tentang ruhnya sholat yaitu:
  1. Qolbi / hati
  2. Qouli / ucapan
  3. Fi'li     / perbuatan
Dari tiga pilar di atas baru nanti bisa kita tarik sebuah pemahaman yang cukup jelas, kenapa sholat bisa menjadi tiang agama, kenapa sholat menjadi acuan untuk semua amal ibadah kita. baiklah marilah kita mulai pembahasan tentang tunduknya sholat, sholat hakikatnya adalah kehidupan, dimana ada manusia hidup tentu tidak lepas yang namanya sholat, karna manusia hidup pasti punya hati, punya ucapan, dan melakukan perbuatan. 

Ritual sholat hakikatnya hanya perintah untuk kita melatih dan menjaga dari 3 pilar diatas, buakan hanya untuk mengerjakan agar gugur kuwajiban, tidak hanya mengejar banyaknya pahala, tetapi keridhoan dan bimbingan Allahlah yang kita kejar agar tetap pada jalannya. jika 3 pilar terjaga insyaAllah dunia ini aman tentram dan tidak akan ada yang namanya perang, tidak akan ada yang namanya korupsi, tidak akan ada pembunuhan, tidak akan perpecahan antar kelompok, tidak akan ada lagi kegelisahan. yang ada hanya zikir dan zikir. Allah yang menjadikan kamu sekalian dan Allah yang memperbuat.

Sebenarnya dari tiga pilar tersebut memiliki bagian masing-masing tapi itu semua bisa kita pelajari dan pahami dengan membuka kitab bab tentang sholat.

Ini sedikit tentang khulasoh atau ringkasan dari rukun 13 dari sholat :

TAKLUK ILMU (QOLBI)
1.Niat
2.Tertib

TAKLUK SAMA' (QOULI)
1. Takbiratul Ikhrom
                                             
 2. Fatiha
                                           
 3. Membaca Thyat ahir
                                             
 4. Sholawat Nabi
                                           
  5. Salam

TAKLUK BASYAR (FI'LI)
1. Berdiri Tegak Lurus
                                            
 2. Rukuk
                                            
 3. Sujud
                                            
 4. I'tidal
                                           
 5. Duduk antara Dua Sujud
                                           
 6. Duduk Thyat Ahir

"untuk itu sholatlah buat hidupmu selama kita masih bisa bernafas panjang"

 

Kafiat 10

Adapunn kafiat 10 dalam Thariqat naqshabandiyah Al kholidiyah Jalaliyah meliputi:

1. Menghimpun pengenalan diri dalam hati sanubari
2. Membaca Istiqfar 25 x
3. Menghadirkan Robitoh Kubur
4. Menghadirkan Syeh Bahaudin Naqsyabandi
5. Membaca Al-Fatihah 1x
6. Membaca Al-Iklas 3x
7. Menghadiahkan Pahala surat Al-Iklas dan fatihah kepada Syeh bahaudin naqsyabandi
8. Menghadirkan Robitoh guru secara sempurna
9. Menghadiahkan Pahala fatihah kepada guru
10.Membaca munjat 3 kali ILAHI ANTA MAKSUDI WARIDHOKA MADLUBI

إلهي أنت مقصودي ورضاك مطلوبي


Inilah yang di namakan kafiat 10 bahasa pesantren salaf biasanya menyebutnya tawasul, apa pentingnya tawasul dan wasilah buat kita?? jawabannya sangat penting, logikanya untuk menemui persiden kita harus melalui ajudan baru bertemu persiden. kemudian timbul pertanyaan lagi dalam diri lalu apa manfaat dari tawasul?? jawabanyapun sangat senderhana, ibarat gelas telah terisi penuh dengar air kemudian kita mengisinya lagi, tentu air tersebut tumpah dan tumpahan air itulah tidak lain itulah manfaat buat diri kita.
 
"JANGAN MENGAMALKAN KAFIAT INI JIKA BELOM BAIAT"
kafiat ini terbalik-balik bagi yang tau,,,karna ini hanya di peruntunkan bagi yang sudah jama'ah

 

syarat sebelum zikir

adapun syarat sebelum zikir adalah sebagai berikut:
1. suci badan, pakaian dan tempat dari pada najis
2. suci badan dari pada hadats
3. duduk tawaruk kiri
4. menghadap kearah kiblat
5. memakai tudung dan tasbih di tangan
6. kemudian mulai mengerjakan zikir, terlebih dahulu melaksanakan kafiat sepuluh


pembagian dosa zahir ada 8 tempat yaitu:
1. dosa mata dari pada melihat yang diharamkan Allah
2. dosa telinga dari pada mendengar yang haram dan makruh
3. dosa hidung dari pada mencium yang haram dan makruh
4. dosa mulut
5. dosa tangan
6. dosa kaki
7. dosa perut
8. dosa farji dari perbuatan haram

sedangkan dosa batin ada 7 tempat
1. dosa pada jantung jasmani yaitu pengaruh dari hawa,nafsu,dunia dan syaitan.
2. dosa pada rabu jasmani yaitu sifat bahimah artinya sifat binatang jinak.
3. dosa pada hati jasmani yaitu sifat zubuiyah artinya sifat binatang buas
4. dosa pada limpa jasmani yaitu sifat syaithaniyah seperti hasad dan dengki.
5. dosa pada empedu jasmani yaitu sifat rubuiyah seperti ujub,ria,dan takabur.
6. dosa pada otak jasmani yaitu tulul'amal atau panjang angan-angan.
7. dosa pada seluruh badan meliputi bulu,kulit,darah,daging,urat dan tulang sum-sum.

 

20 Muraqabah dalam Kitab Fathul Arifin

 

Syeikh Ahmad Khatib Syambas ibnu Abdul Ghaffar Ra. pendiri Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah dalam kitab Fathul 'Arifin mengatakan bahwa muraqabah itu ada 20:

1. Muraqabah Ahadiyah
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi dalam Zat, Sifat, dan Af’al-Nya, dan mengingat sifat kamal, Muhal dan Naqis-Nya Allah SWT; mengingat Sifat 20 yang wajib bagi Allah beserta sifat Muhal bagi Allah SWT.
Kegunaan dari muraqabah ini adalah berharap akan memperoleh anugerah keutamaan Allah dari arah yang enam (atas, bawah, depan, belakang, kanan, dan kiri) dari sifat Jaiz Allah SWT. Dalil dari muraqabah Ahadiyah adalah,
قُلْ هُوَاللهُ اَحَدٌ

“Katakanlah sesungguhnya Allah itu adalah Zat yang Maha Esa”.
(QS. Al Ikhlas[112]: 1)

2. Muraqabah Ma’iyyah
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi akan besertanya Allah SWT didalam setiap bagian-bagian dalam diri kita yang bersifat maknawi (tidak bias dilihat adanya beserta Allah SWT dalam diri kita).
Kegunaan dari muraqabah Ma’iyyah adalah adalah berharap akan memperoleh anugerah keutamaan Allah dari arah yang enam (atas, bawah, depan, belakang, kanan, dan kiri) dari sifat Jaiz Allah SWT. Dalilnya adalah,

وَهُوَمَعَكُمْ اَيْنَماَكُنْتُمْ
“Allah secara maknawi itu bersama, dimanapun kalian berada”
(QS: al-Hadid [57]: 4)

3. Muraqabah Aqrabiyyah
Yaitu, mengawasi/mengintai-intai sesungguhnya Allah SWT itu lebih dekat kepada kita dibandingkan pendengaran kuping kita, penglihatan mata kita, penciuman hidung kita, perasa lidah kita, dan pikiran hati kita. Dalam arti Allah itu lebih dekat dibandingkan dengan seluruh anggota tubuh kita yang bersifat maknawi. Kita memikirkan semua makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT, seperti manusia dan hewan yang berada diatas bumi, yang terbang di awang-awang, semua makhluk yang berada didalam laut. Mengingat alam yang berada di atas, seperti langit lapis tujuh beserta isi-isinya (bulan, matahari,bintang, mega, dll), alam yang berada di bawah, seperti bumi yang lapis tujuh beserta isi-isinya (lautan, gunung, pepohonan, daun-daunan, tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam, dll). Dalilnya,

وَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ

“Aku (Allah) itu lebih dekat terhadap hamba-hamba-Ku dibandingkan dengan urat leher manusia”. (QS: Qaaf [50]:16)

Kegunaan dari muraqabah Aqrabiyyah adalah mengharapkan anugerah Allah kepada halus-halusnya otak yang berhubungan dengan lathaif yang lima yang berada di dalam dada yang dinamakan ‘Alam al-Amri. ‘Alam al-Amri adalah lokasi ijazahnya guru kepada murid. Adapun lafadz ijazahnya adalah:

اَلْبَسْتُكَ خِـرْقَةَالْفَقِـيْرِيَّةِ الصُّوْفِـيَّةِوَاَجَزْتُكَ اِجاَزَةًمُطْلَـقَةًلِلْاِرْشَادِوالْاِجَازَةِوَجَعَلْتُكَ خَلِيْفَةً.
“Aku pakaikan pakaian yang hina yang murni, dan aku ijazahkan kepadamu secara mutlak untuk dijadikan petunjuk dan ijazah dan kau kujadikan khalifah (pengganti)”

Kemudian si murid menjawab:

قَبِلْتُ وَرَضِيْتُ عَلَى ذلِكَ.
“Saya menerima, ridho atas ijazahnya guru kepadaku”

Maka murid sudah menjadi khalifah kecil. Inilah akhir dari wilayah shughra (wilayah kecil) dan permulaan wilayah kubra (wilayah besar).

4. Muraqabah al-Mahabbah fi al-Daerah al-Ula
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi akan kecintaan Allah SWT kepada kita makhluk-Nya yang beriman dengan menganugerahkan ridha dan pahala kepadanya, dan kecintaan kita makhluk-Nya yang beriman kepada Allah dengan bersungguh-sungguh dalam beribadah mendekatkan diri kepada-Nya didalam maqam yang pertama, serta mengingat asmaul husna yang berjumlah 99, mengingat kepada keabadian Allah yang tidak berujung.
Kegunaan muraqabah al-Mahabbah fi al-Daerah al-Ula adalah berharap akan anugerah Allah kepada lathaif nafs (halusnya otak yang terletak ditengah-tengahnya kedua belah mata dan kedua belah alis).

5. Muraqabah al-Mahabbah fi al-Daerah al-Tsaniyyah
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi akan kecintaan Allah SWT kepada kita makhluk-Nya yang beriman dengan menganugerahkan ridha dan pahala kepadanya, dan kecintaan kita makhluk-Nya yang beriman kepada Allah dengan bersungguh-sungguh dalam beribadah mendekatkan diri kepada-Nya didalam maqam yang kedua, serta mengingat-ingat Sifat Allah yang ma’ani dan ma’nawiyyah
Manfaat muraqabah al-Mahabbah fi al-Daerah al-Tsaniyyah adalah berharap akan anugerah Allah kepada lathaif nafs.

6. Muraqabah al-Mahabbah fi al-Daerah al-Qausi
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi akan kecintaan Allah SWT kepada kita makhluk-Nya yang beriman dengan menganugerahkan ridha dan pahala kepadanya, dan kecintaan kita makhluk-Nya yang beriman kepada Allah dengan bersungguh-sungguh dalam beribadah mendekatkan diri kepada-Nya didalam maqam yang lebih dekat yang dipribahasakan dengan kadar se-bendera (isyarat kepada hal yang dekat sekali). Kegunaan muraqabah al-Mahabbah fi al-Daerah al-Tsaniyyah adalah berharap akan anugerah Allah kepada lathaif nafs).
Dalilnya ketiga muraqabah diatas adalah,

يُحِبُّنَهُمْ وَيُحِبُّوْ نَهُ
“Allah mencintai orang-orang yang beriman kepada-Nya, dan mereka juga mencinta Allah SWT”. (QS. Al Maidah [5]:54)

7. Muraqabah Wilayah al-‘Ulya
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang menjadikan wilayah Malaikat AS. Dalilnya,

هُوَالْأَوَّلُ وَالْأَخِـرُوَالظَّـاهِرُوَالْبَاطِنُ
“Allah itu Zat Yang terdahulu tanpa awal, Zat Yang Akhir tanpa ada ujungnya, Zat Yang zahir pekerjaannya, dan Zat yang bersifat maknawi”.
(QS. Al Hadid [52]:3)

Firman Allah SWT,
اِنَّ الَّذِيْنَ عِنْدَرَبِّكَ لاَيَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَيُسَبِّحُوْنَهُ وَلَهُ يَسْجُدُوْنَ
Artinya:
“Sesungguhnya Semua Malaikat yang ada disamping Tuhanmu itu tidak mau menyombongkan diri dari beribadah kepada Tuhanmu, membaca tasbih dan sujud kepada Allah. Oleh sebab itu hendaklah kalian meniru sifat-sifat Malaikat (didalam memakai pakaian taqwa/sifat Malakaniya, sifat mahmudah munjiyat, dan meninggalkan sifat syaithaniyah/nafsiyyah/bahimah-hayawaniyyah/sifat mazmumat muhlikat) ”. (QS. Al A’raf [7]:206 )

Manfaat muraqabah wilayah al-ulya adalah unsur tiga yang ada pada manusia yaitu air, api, dan angin.
8. Muraqabah Kamalat al-Nubbuwwah
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi Yang menjadikan kesempurnaan sifat kenabian. Dalilnya,

وَلَقَدْفَضَّلْنَابَعْضَ النَّبِيِّيْنَ عَلَى بَعْضٍ
Artinya:
“Sungguh Aku (Allah) lebih mengutamakan para Nabi mengalahkan kepada sebagian yang lainnya ”. (QS. Al Isra’ [17]:55)

Manfaat Muraqabah Kamalat al-Nubbuwwah adalah unsur tanah pada manusia

9. Muraqabah Kamalat al-Risalah
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang menjadikan kesempurnaan sifat para Rasul. Dalilnya,

وَمَااَرْسَلْناكَ اِلاَّرَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ
Artinya:
“Aku (Allah) tidak mengutus kepada Mu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta ”. (QS. Al Anbiya’ [12]: 107)

Dan firman Allah SWT,

تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَابَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ

Artinya:
“Aku (Allah) mengutamakan Para Rasul mengalahkan keutamaan yang lainnya”. (QS. Al Baqarah [2]:253)

Manfaat Muraqabah Kamalat al-Risalah adalah sifat Wahdaniyyah (lathaif 10 buah)11

10. Muraqabah Uli al-‘Azmi
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang telah menjadikan Rasul dengan title ulil azmi, yaitu Nabi Muhammad SAW, Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi isa, nabi Nuh AS. Dalilnya,
وَاصْبِرْ كَمـَاصَبَرَاُوْلُوْالْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ
Artinya:
“Sabarlah kalian semua seperti para Rasul yang mempunyai pangkat ulil azmi”. (QS. Al Ahqaaf [46]:35)

Manfaat dari Muraqabah Uli al-‘Azmi adalah sifat Wahdaniyyah (lathaif 10 buah)

11. Muraqabah al-Mahabbah fi-Daerah al-Khullah wahiya Haqiqat Ibrahim ‘alaihi al-Salam
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang telah menjadikan Nabi Ibrahim yang mempunyai pangkat kholilullah (kekasih Allah). Dalilnya,

وَاتَّخَذَاللهُ اِبْرَاهِيْمَ خَلِيْلاً
Artinya:
“Allah telah menjadikan hakikatnya Nabi Ibrahim AS sebagai kekasih”.
(QS. An Nisa’ [4]:125)

Kegunaan dari Muraqabah al-Mahabbah fi-Daerah al-Khullah wahiya Haqiqat Ibrahim ‘alaihi al-Salam adalah sifat Wahdaniyyah ¬(lathaif 10 buah)

12. Muraqabah Daerah al-Mahabbah al-Shirfah wahiya haiqaqat Syaidina Musa ‘Alaihi al-Salam
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang mulus, yang memberikan kasih sayang kepada Nabi Musa AS yang mempunyai gelar Kalimillah. Dalilnya,
وَاَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِنِّي.
Artinya:
“Aku Telah melimpahkan kepadamu (Musa) kasih sayang yang datang dari- Ku”. (QS. Thaaha [20]:39)

Kegunaan dari Muraqabah Daerah al-Mahabbah al-Shirfah wahiya haiqaqat Syaidina Musa ‘Alaihi al-Salam adalah Wahdaniyyah ¬(lathaif 10 buah)

13. Muraqabah al-Dzatiyyah al-Mumtazijah bi al-Mahabbah wahiya haqiqat al-Muhammadiyyah
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang menjadikan hakikatnya Nabi Muhammad SAW menjadi kekasih yang utama serta sifat belas asih. Dalilnya,
وَمَامُحَمَّدٌ اِلاَّرَسُوْلٌ
Artinya:
“Tidaklah nabi Muhammad itu kecuali sebagai Utusan Allah”.
(QS. Ali Imran [3]:144)

Kegunaan muraqabah al-Dzatiyyah bi al-Murabbah wahiya haqiqat al- Muhammadiyyah adalah Wahdaniyyah (lathaif 10 buah).

14. Muraqabah al-Mahbubiyyah al-Shirfah wahiya haqiqat al-Ahmadiyyah
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang menjadikan hakikatnya Nabi Ahmad yang mempunyai sifat yang belas asih dan lembut. Dalilnya,
وَمُبَشِّرًابِرَسُوْلٍ يَأْتِى مِنْ بَعْدِىْ اِسْمُهُ اَحْمَدُ
Artinya:
“Bergemberilah wahai Nabi Isa AS dengan Rasul yang akan diutus didalam akhir zaman yang bernama Nabi Ahmad SAW”. (QS. Ashshaaf [61]:6)

Kegunaan Muraqabah al-Mahbubiyyah al-Shirfah wahiya haqiqat al-Ahmadiyyah adalah Wahdaniyyah (lathaif 10 buah).

15. Muraqabah al-Hubbi al-Shirfi
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang mulus mengasihi orang-orang mukmin yang mencintai Allah, para Malaikat, para Rasul, Nabi, Ulama, dan semua saudara-saudara yang beragama satu (Islam). Dalilnya,
وَالَّذِيْ أمَنُوْااَشَدَّحُبًّالِلَّهِ
Artinya:
“Sesungguhnya orang yang beriman itu lebih besar kecintaan kepada Allah SWT”. (QS. AL Baqarah [2]:165)

Kegunaan Muraqabah al-Hubbi al-Shirfi adalah Sifat Wahdaniyyah (lathaif 10 buah).

16. Muraqabah Laa Ta’yin
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang tidak bisa dinyatakan dengan Zat-Nya dan tidak ada makhluk baik itu Malaikat muqarrabin, Para Nabi dan Rasul yang dapat menemukan Zat-Nya. Dalilnya,
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْئٌ وَهُوَالسَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ.
Artinya:
“Tidak ada sesuatu yang menyamai Allah. Dia adalah Zat Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. Asy-Syuraa [42]:11)
Kegunaan Muraqabah Laa ta’yin adalah Wahdaniyyah (lathaif 10 buah).

17. Muraqabah Haqiqat al-Ka’bah
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan i’tikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang telah menjadikan Ka’bah menjadi tempat sujud para mumkinaat kepada Allah SWT, Dalilnya,
فَوَلِّ وَجْـهَكَ شَطْرَالْمَسْجِدِالْحَرَامِ.
Artinya:
“Hadapakanlah dadamu kea rah Ka’bah yang berada di Masjidil Haram”
(QS. Al Baqarah [2]:144)

Kegunaan Muraqabah Haqiqat al-Ka’bah adalah Wahdaniyyah (lathaif 10 buah).

18. Muraqabah Haqiqat al-Qur’an
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang menjadikan hakikatnya Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dinilai ibadah membacanya, menjadi dakwah dengan ayat yang paling pendek sekalipun. Dalilinya,
وَاِنْ كُنْتُمْ فِى رَيْبٍ مِمَّانَزَّلْنَا عَلَى عبْدِنَافَأتُوْابِصُوْرَةٍمِنْ مِثْلِهِ.
Artinya:
“Jika kalian semua ragu terhadap Al-Qur’an yang telah kami turunkan kepada hambaKu Nabi Muhammad SAW, maka jika kalian mampu buatlah satu surat yang menyamai seperti surat ini”. (QS. Al Baqarah [2]:23)

Kegunaan dari muraqabah Haqiqat al-Qur’an adalah Wahdaniyyah (lathaif 10 buah).

19. Muraqabah Haqiqat al-Shalat
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan i’tikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang telah mewajibkan kepada hamba-hambaNya untuk mengerjakan shalat wajib lima waktu, yang mengandung beberapa ucapan dan gerakan, dimulai dari takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam dengan beberapa syarat, rukun, tata caranya, menjauhi beberapa hal yang bias membatalkan shalat, menjaga waktunya, disertai dengan khudu’ dan khusu’. Dalilnya,

اِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتاَباًمَوْقُوْتًا
Artinya:
“sesungguhnya shalat itu wajib dilaksanakan oleh setiap orang mukmin pada waktu yang telah ditentukan”. (QS. An Nisa’ [4]:103)

Kegunaan muraqabah Haqiqat al-Shalat adalah Wahdaniyyah (lathaif 10 buah).

20. Muraqabah Daerah al-Ma’budiyyah al-Shirfah
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan i’tikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang berhak untuk disembah oleh makhluk-Nya dengan tulus ikhlas karena Zat-Nya. Dalilnya,
وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ والْاِنْسَانَ اِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ

Artinya:
“tidak Aku (Allah) jadikan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah tulus ikhlas kepada Allah SWT”. (QS. At-Thuur [52]:56

Wallohu'alam

Sumber: Status Wahyu Pratama di Facebook Pemuda TQN Suryalaya

Kafiat Menghadap Mursid


Cara menghadap mursyid sebagai berikut:

1.     Kita memandang dengan iklas bakwa Mursyid tersebut adalah guru yang akan membawa kita kejalan Allah hingga mendapatkan Ridho-Nya


2.  Berbusana dengan rapi dan sopan serta memakai tudung kepala atau sorban, sebab sabda nabi : “Bersorbanlah kamu, sesungguhnya para malaikat itu bersorban”



3.     Berkata dengan benar, ringkas mana yang penting, seperti hendak masuk suluk atau lainnya, sebab guru tidak mau mengatakan yang sia-sia, “mereka meninggalkan kata yang sia-sia”.


4.   Patuilah perkataan guru dan jangan dianggap enteng perkataan mereka itu, karena para wali-wali Allah tersebut telah sepakat: “ Siapa yang meringankan amanah gurunya, maka dia mendapat bala dengan tiga bala, sempit rejekinya, hilang ilmunya, dan mati tidak beriman.



5.      Memasuki tempat khalawat / suluk.

Setelah duduk di tempat khalawat / suluk, maka kerjakan adab-adab sebagai berikut:

1.      Baca istigfar = 1000 kali

2.      Alam Nashrah = 10 kali

3.      Ayat Kursi = 10 kali

4.      Dikerjakan zikrullah mana yang sudah diijinkan guru kepada kita dengan diikuti syarat-syarat yang telah di tentukan.

5.      Duduk tawaruk kiri yaitu kebalikan tawaruk pada sholat

6.      Memakai tudung kepala hingga tertutup bahagian muka / wajah serta mata dipicingkan gunanya supaya terang di dalam hati, dan tidak terganggu oleh bermacam-macam cahaya

7.      Berniat dengan iklas semata-mata karena allah, sebab amal seseoarang itu ditentukan oleh niatnya. Hadits nabi “ sesungguhnya, semua amal ibadah itu dengan niat dan sesungguhnya bagi tiap-tiap perkara itu apa yang diniatkan.”

 

Tawajuh....



Bagi jama'ah Tharikat Naqshabandiyah Al-kholidiyah Al-Da'imiyah diharuskan melaksanakan tawajuh karna ini merupankan rukun syahnya berzikir dan mengalirnya ilmu laduni yang tanpa kita sadari semua bisa terwujud makbul,Tawajuh adalah ritual zikir yang dilakasanakan secara berjama'ah setiap malam selasa dan malam jum'at. kenapa harus malam selasa dan malam jumat, karna kedua malam ini adalah malam dimana Nabi kita Muhamad SAW menyukainya dan afdholu lail atau utamanya malam adalah malam selasa dan malam jumat.

Adapun zikirnya sesuai tingkat pelajaran yang telah ditalkinkan guru kepada kita, istilah tawajuh ini maksudnya kita bisa tetap bertatap muka dengan jama'ah lainnya seraya berzikir bersama.

SEJARAH SINGKAT PERGURUAN “BAITUL IBADAH”

 

SEJARAH SINGKAT PERGURUAN “BAITUL IBADAH” DI BAWAH JAJARAN KEGURUAN TUANKU MUDO

1604877_1435392300027041_1162513422_n

SEJARAH SINGKAT PERGURUAN “BAITUL IBADAH”
DI BAWAH JAJARAN KEGURUAN TUANKU MUDO

Bapak Dornes Boerhan Tuanku-Mudo di lahirkan di Desa Maninjau Sumatera Barat pada tanggal 18 Oktober 1934 dari Ibu yang bernama Siti Hajir binti Arsyad Sutan Nagari,suku Chaniago. Ayah beliau bernama Boerhannudin bin Adam gelar Kari Mudo suku Melayu. Sejak tahun 1954 beliau bermukim di Jakarta.
Sekitar tahun 1971,Beliau mengambil ilmu Thariqat Soufiah Islam Sammaniyah dari almukaram Tuanku-Guru Siyuti Imam Iskandar yang sedang berada diJjakarta dalam rangkaian lawatan perjalanan Beliau di Pulau Jawa. Almukaram Tuanku-Guru Siyuti Imam Iskandar adalah murid dari Almukaram Syekh H.Ibrahim Bonjol,seorang Mursyid Ilmu Thariqat Islam Sammaniah dan Naqsyabandiyah,Surau Beliau berada di kota Medan,Jalan Raya Binjai km 6,5 gg. Ampera 1 No.30.

Pada sekitar tahun 1981,Beliau di bawa dan di serahkan oleh Almukaram Tuanku-Guru Siyuti Imam Iskandar kepada Guru Beliau. Dari Almukaram Buya Syekh H.Ibrahim Bonjol Beliau menerima Ilmu Thariqat Islam Naqsyabandiyah dan seterusnya selama lebih kurang 2(dua) tahun Beliau di perintah bermukim di Surau tersebut,untuk mendalami pemahaman tentang Ilmu Thariqat Soufiah Islam.
Dalam pertengahan tahun 1983 ,oleh Almukaram Buya Syekh H.Ibrahim Bonjol,Beliau ditugaskan untuk mengajarkan Ilmu Thariqat Soufiah Sammaniah dan Naqsyabandiyah kepada barang siapa mereka yang berkehendak,dengan gelar Lebai-Tuo seterusnya Tuanku-Sati seterusnya Tuanku-Bandaharo terakhir Tuanku-Mudo. Selanjutnya murid murid lazim menyebut Beliau dengan panggilan “Ayah Guru”. Tempat beliau mengajar sementara di Jakarta.
Bermula Ayah Guru Tuanku Mudo membimbing dan melatih murid murid dari Almukaram Tuanku-Guru Siyuti Imam Iskandar,yaitu saudara saudara seperguruan Beliau yang bermukim di daerah Jakarta dan sekitarnya,di tambah dengan beberapa murid pemula Beliau sendiri. Sejak saat itulah resmi keberadaan Perguruan “Baitul Ibadah” Jakarta.
Dalam perkembangan selanjutnya,berdatanganlah kelompok kelompok dari Sulawesi daerah Wajo dan Sengkang,kelompok dari Sumatera daerah Batam,Pekanbaru,Jambi,Tembilahan,Padang,Kerinci,Pasaman,dan sekitarnya,juga kelompok dari daerah Sumba,Sumbawa serta kelompok kelompok dari pulau Jawa,Kalimantan,mengambil Ilmu Thariqat Islam dari Beliau.
Untuk memudahkan kelompok kelompok murid di daerah masing masing berkumpul dan berlatih bersama,maka di buatkanlah Surau Surau, pembantu di Padang,Pasaman,Batam,Pekanbaru,Jambi,Tembilahan,Palembang,Pontianak,Bandung,dan lain lain. Kegiatan berlatih dan beramal di Surau Surau tersebut dipimpin oleh seorang Imam dan Khatib Surau.

zikir lataif

 بسم الله الرحمن الرحيم
Zikir lathaif adalah zikir sekalian tujuh maqam dalam hati sanubari, letaknya meliputi 7 maqam atau tempat. adapun tempat zikirnya seperti di bawah ini:

7 maqam atau tempat zikir lataif
  • Latifatul Kholbi, letaknya dua jari di bawah tetek sebelah kiri,hubunganya jantung jasmani, zikir sebanyak 5000 x, cahanya kuning tiada terhingga, wilayah kedudukannya Nabi Adam as, nama nafsu amarah, anasirnya api, sifat jeleknya hawa,nafsu dunia,sytan,iblis, sifat baiknya iman,islam,tauhid ma'rifat,ikhsan, merasakan mati tabi'i.
  • Latifatul Ruh letaknya dua jari di bawah tetek sebelah kanan, hubungannya rabu jasmani, zikir sebanyak 1000 x, cahanya merah tiada terhingga, wilayah kedudukannya nabi ibrahim as, nama nafsu lawwamah, anasirnya api, sifat jeleknya loba, tamak, kikir, bahil, sifat baiknya Qonaah, merasakan mati tab'i.
  • Latifatul Sir letaknya dua jari di atas tetek sebelah kiri, hubungannya hati jasmani, zikir sebanyak 1000 x, cahanya putih berkilau tiada terhingga, wilayah kedudukannya nabi musa as, nama nafsu mulhamah, anasirnya Air, sifat jeleknya ghodob, dendam, pemarah sifat baiknya lemah lembut,pemaaf merasakan mati ma'nawi.
  • Latifatul Khofi letaknya dua jari di bawah tetek sebelah kiri, hubungannya limpa jasmani, zikir sebanyak 1000 x, cahanya hitam pekat, wilayah kedudukannya nabi Isa as, nama nafsu muthmainah, anasirnya Air, sifat jeleknya hasad, dengki, hianat, sifat baiknya khusuk,tadaruk, merasakan mati ma'nawi.
  • Latifatul Aqfa letaknya di tengah dada, hubungannya empedu jasmani, zikir sebanyak 1000 x, cahanya hijau, wilayah kedudukannya nabi Muhamad SAW, nama nafsu Rodiah, anasirnya Angin, sifat jeleknya ujub, ria, takabur, sum'ah, sifat baiknya iklas, rojak, khouf merasakan mati suri.
  • Latifatul Natiqkoh letaknya di tengah kening, hubungannya otak jasmani, zikir sebanyak 1000 x, cahanya kelabu, wilayah kedudukannya nabi Nuh As, nama nafsu Mardiah, anasirnya Angin, sifat jeleknya sukzon sifat baiknya husnuszon, aman tentram merasakan mati suri.
  • Latifatul Kulu Jasad letaknya seluruh tubuh, hubungannya bulu, kulit, darah, daging, urat, tulang, sumsum, zikir sebanyak 1000 x, cahanya gilang gemilang, wilayah kedudukannya para masyaikhilkirom, nama nafsu Ubudiyah, anasirnya Tanah, sifat jeleknya kesal, jahel, sifat baiknya mujahadah merasakan mati hisi.

Fungsi zikir lathaif dan zikir ismu zat

1. Fungsi pertama Takhalli

Artinya mengosongkan hati dari pada yang mazmumah yaitu sifat tercela yang sangat dibenci oleh syara', karna sifat tersebut mendatangkan kecelakaan dan kesengsaraan serta kebinasaan. Gunakanlah zikir latahaif tersebut untuk membersihkan sifat tersebut diatas.


2. Fungsi kedua Thalli

Artinya mengisi jiwa yang kosong tersebut dengan sifat mahmudah yaitu sifat terpuji oleh syara', jadi sifat mazmumah itu dilawan dari sifat mahmudah, demikian juga tidak berguna sifat mahmudah dimasukkan ke dalam hati, sebelum hati tersebut di kosongkan dari pada sifat mazmumah.


3. Fungsi Ketiga Tajalli

Artinya nyata terang serta jelas. Bila hati telah berisi dengan sifat mahmudah, inilah awal terbukanya ma'rifat kepada Allah dan terbukanya Ma'rifat itu adalah awal dari terbukanya kasyaf.