Laman

Sabtu, 31 Januari 2015

akulah yang sebenarNya

BISMILLAH HIRRAHMAN NIRRAHIM
==================================
Assalamu alaikum warahmatullah wabarakatuh.
Perlu engkau,kamu,kau,kita dan sekalian ketahui…:
Sayidina ali berkata :
" Tiada ku lihat, melainkan kulihat allah di dalamNya "
Al-halajj berkata :
" Ana al-hak (akulah yang sebenarNya ) "
Abu yazid berkata :
" Maha suci aku,siapa besar sebagai aku "
Syeikh junaid berkata :
" Tiada di dalam jubah ku,melainkan allah "
Sayyid Nasimi berkata :
" bahwa aku lah allah "
Maulana rumi berkata :
" Alam ini belum ada ku adalah allah, adam pun belum ada ku ada adalah allah,sesuatu pun belum ada ku adalah birahikan Qadim ku jua "
Ali abu wafa berkata :
" Segala wujud itu wujudnya,jangan kau sekutukan dengan yang lain.Apabila kau lihat baginya dengan dia, maka…! sujudlah engkau di sana tiada berdosa "
Hamba pun berkata :
" Bahwa dzat allah yang Qadim,itulah dzat ku sekarang "
Maka………!!!
===========
Hai segala yang Islam
Jika engkau ketahui berhala apa
Engkau ketahui oleh mu bahwa
Yang berjalan itu,pada menyembah berhala di kata
Jika segala KAFIR dari pada berhala itu JALLALNYA
Mengapa pada Agama itu jadi sesat
peringatan :
hati-hati,dalam syair itu,hamba tidak menjelaskan agama mana yang di pilih,melainkan hamba bertujuan untuk menggabungkan pada IMAN ( menurut keyakinan )
Wabillahi taufik wal hidayah,wassalamu alaikum warahmatullah wabarakatuh.
.

Sesungguhnya allah ta'ala adalah rahasia mu.

BISMILLAH HIRRAHMAN NIRRAHIM
============================
Assalamu alaikum warahmatullah wabarakatuh.
Sesungguhnya allah ta'ala adalah rahasia mu. yang berarti rahasia mu itu adalah isyarat kepada sabda baginda rasullah salallahu alaihi wassalam yang menyatakan :
" Barang siapa mengenal dirinya,sesungguhnya ia mengenal tuhanNya "
Maka………!!!
Jika ada engkau orang bermata
Bermula hamba itu kenyataan tuhan
Jika ada engkau orang berbudi
Maka…! barang segala engkau lihat itu ke adaanNya
Dan, jika ada engkau orang beemata dan berbudi
Maka apa yang engkau lihat…???
Hanya sesuatu itu di dalam diri mu
Melainkan dengan segala rupa yang di luar jua allah ta'ala adaNya
Allah ta'ala berfirman :
" Aku beserta kamu,di mana ada kamu di situ ada Aku "
Maka……!!!
Kamilah huruf yang maha tinggi tiada berpindah
Dan yang tergantung dengan istana di atas puncak gunung
Aku,engkau di dalamnya
Dan kami,kau dan engkau itu, ia jua allah adaNya
Maka…! sekalian di dalam itu, ia jua allah adaNya
Wahai kau penyembah nama
Bertanyalah engkau kepada
Barang siapa yang telah wasala (sampai kepada allah)
Kita kembali ………"
====================
Siapa yang mengenal diri,maka kenal ia akan tuhanNya, ini bukan berarti mengenal jantung,mengenal paru-paru,mengenal kaki,mengenal tangan,mengenal kepala atau jasad kasar yang menjadi bangkai itu, melainkan tujuannya adalah untuk mengenal "RUH" yang menyebabkan kita hidup.
Siapa yang mengenal diri,bahwa adanya diri itu,dengan adanya tuhan yang ESA yang kalau di ibaratkan seperti air putih yang mengikuti warna bejana yang menjadi wadahnya
Maka …………!!!
Sesungguh telah tersembunyi engkau
Maka…! tiada dapat di lihat oleh segala mata
Maka…! betapa di lihat oleh segala mata
Karna ia terdinding oleh adaNya
Jika pergilah kau menuntut dia
Tiada berkesudahan tuntutmu
Jika datang kamu kehadiratNya
Maka…! Dia liar dari pada mu
Tiada kamu melihat dia
Ia tidak jauh dari pada penglihatan mu
Bermula ia ada dalam mu
Dan tiada kamu bertemu pada seumur mu
kembali lagi……!!
Mungkin syair kiasan itu sulit di fahami, tapi coba fahami kalimat di bawah ini :
" Barang kali engkau pun satu wujud.Hak allah ta'ala pun satu wujud, maka engkau "SYARIKAL LAHU" (engkau mensyirikNya),lalu datang karna allah ta'ala "LA SYARIKAL LAHU" (tiada sekutu bagiNya),tiada wujud lain,hanya wujud allah ta'ala seperti laut dengan ombaknya
Allah ta'ala berfirman…:
" Kemana saja engkau menghadapkan muka mu.di situ ada Dzat allah "
Maka……!!!
Sekampung,sekedudukan dan sekalian itu allah ta'ala jua adaNya
Pada telekung segala minta makan
Pada atlas segala raja di raja itu pun allah jua adaNya
Pada segala perhimpunan,perceraian,rumah yang tersembunyi,itu pun allah jua adaNya
Demi allah,sekalian juga allah jua adaNya
Maka…! sekalian yang di pandang mata ia allah jua adaNya
Wabillahi taufik walhidayah,wassalamu alaikum warahmatullah wabarakatuh.

" Manusia adalah rahasia ku

BISMILLAH HIRRAHMAN NIRRAHIM
----------------------------------------------------------------
Assalamu alaikum warahmatullah wabarakatuh
Dalam hadits qudsi allah ta'ala berfirman :
" Tidur fakir itu tidur ku,makan fakir itu makan ku,minum fakir itu minum ku "
dan firman allah ta'ala yang artinya :
" Manusia adalah rahasia ku,dan aku rahasaia nya dan sifatnya "
ini bermakna, bahwa apa pun yang di lalukan oleh hamba yang fakir itu, ia sertai allah ta'ala di dalam nya.
Ia hidup dengan hidup allah ta'ala,suka dengan kehendak allah ta'ala, bukan berarti apa yang dikehendaki nya itu kehendaknya si hamba lalu allah ta'ala menyukai nya....! tidak...." bukan seperti itu pengertian nya. malah sebaliknya apa yang di kehendaki oleh allah ta'ala itulah yang di ikuti.
lalu timbul pertanyaan, apa yang di kehendaki oleh allah ta'ala itu......???
jawaban nya :
ikuti perintah Nya, dan jauhi larangan Nya sesuai apa yang terkandung dalam al-qur'an serta apa yang di bisik kan dalam kalbu orang-orang mukmin berupa kemaslahatan umat.
KITA KEMBALI PADA PEMBAHASAN............."
--------------------------------------------------------------------------------
Ma'rifat,rindu dan merindui sekalian itu pada ikhtibar nya sifa hamba jua ada nya. jika sekalian itu tiada pada nya... maka lenyaplah ia pada si hamba, ini berarti dzat dan sifat si hamba di nisbatkan kepada allah ta'ala.
Se andainya tiada IA ... maka sifat si hamba seperti ombak pulang ke laut (dzat). inilah makna firman allah ta'ala dalam surat FAJR 89:28 yang artinya :
"pulang kepada tuhan dengan redha dan di redhai"
Dan dalam surat al-baqarah 2:156 yang artinya :
" dari pada allah kami datang, dan kepada allah kami kembali "
Surat al-qashash 28:88 yang artinya :
" Tiap-tiap sesuatu itu akan binasa kecuali wajah allah "
Dan dalam surat AR-RAHMAN 55:26-27 yang artinya :
" Segala sesuatu itu akan fana. dan yang kekal dzat tuhan mu yang empunya kebesaran dan kemuliaan "
KEMBALI LAGI AGAR LEBIH FAHAM.........."
----------------------------------------------------------------------------
Jikalau masih ada lagi citanya,rasanya dan lezatnya itu bermakna sifatnya dua (2).
Se umpama musyahadah,itu pun dua (2) lagi hukum nya
Dan jika lagi syuhud,itu pun masih ada dua (2) kehendaknya
Seperti rasa yang di rasa dan merasa pun itu masih dua (2) laku nya
Seperti mencintai dan di cintai hendaknya semua itu masih dua (2) belum lagi ESA
Sekalian sifat itu,pada ikhtibarnya dua (2) juga
Seperti ombak pada lautnya belum kembali ke kaut
(silahkan di kaji)
DAN :
Apabila ombak dan laut sudah menjadi satu
Muqqabalah pun tidak,musyahadah pun tidak
Maka......" hanya fana dengan fana jua ada nya
Tetapi....!! jika fana itu pun,jika di ketahuinya
Maka...." belum ....! belum bertemu dengan fana nya
Karna lagi ingat akan fana nya,itupun masih lagi dua (2) sifat
Tidak mungkin ombak bercerai dengan laut (dzat)
Dan mustahil laut (dzat) tidak "LAISYA KAMISLIHIN SYAI'UN" pada ombak
(silahkan di kaji agar faham)
Ibarat syair :
Jalan orang birahi (kekasih allah) yang wasal (sampai) kepada kekasihnya
Dan orang itu,satu pun tidak di lihatnya kecuali wajah allah
Segala orang yang melihat itu,dan alam pun tiadalah di lihatnya kecuali wajah allah jua
Yang ada hanya allah ta'ala jua adanya
Jangan ada semata-mata , inilah jalan KAMIL
Jangan bermuka dua (2), inilah sebenarnya WASIL
Karna wasil itu,bukan dua (2) tetapi ESA
Barangkali syak dan yakin tiadalah ada padanya. maka.. wasil lah ia
Namanya ilmu yakin itu,mengetahui dengan yakin
Ainul yakin itu,mengetahui dengan yakin
Dan haqqul yakin itu,sebenarnya yakin
Yakin adanya diri,dengan adanya tuhan allah ta'ala yang ESA
NB :
apa bila si hamba sempurna fakirnya,maka....! ia itu allah dalam pentajalian nya, bukan tuhan dan bukan yang di pertuhan kan, jalannya adalah jalan karna allah ta'ala, dan hidupnya karna allah ta'ala jua adanya
wabillahi taufik wall hidayah,wassalamu alaikum warahmatullah wabarakatuh.

BERTEMU PUN TIDAK dan BERCERAI PUN TIDAK"


BISMILLAH HIRRAHMAN NIRRAHIM
----------------------------------------------------------------

Assalamu alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Bermula adanya diri bukti adanya allah ta'ala, lalu di manakah allah yang ada dalam diri itu.....?

allah ta'ala berfirman yang artinya :

"Aku berkata-kata dalam dada (kalbu) manusia"

silahkan kaji dan fahami maksut ayat tsb.

KITA KEMBALI PADA PEMBAHASAN.........!!!
----------------------------------------------------------------------------

Ibarat kata syair :

Gelas kaca dan beningnya air minum
Maka serupa ia kedua-dua nya dan sebagai pekerjaan nya
Maka bahwasan nya minuman tiada dengan piala
Dan bahwasan nya piala tiada dengan minuman

Jika demikian kalimat syair itu...! mengapa memandang seperti ombak dan laut pada hal ke dua-dua nya esa jua ada nya......?

karna :
meskipun warna kaca piala dan air minuman itu esa arti nya tidak dapat di bedakan, akan tetapi kerja dari dua nama itu berlainan. Ibarat kata syair :

Asal nya satu jua tapi warna nya terbagi-bagi.
Rahasia ini bagi orang yang tau jua dapat memakainya.
Birahi dan yang birahi dan yang di birahikan itu ketiga-tiga nya esa jua.
Apa bila pertemuan tiada lulus,perceraian di mana kan ada.

Mengapa di kata bertemu dan bercerai itu dua...?
Hendak nya pada alim (yg mengetahui) hakikat nya tiada dua
Seperti ombak dan laut pada zahir nya esa jua ada nya.
Tetapi BERTEMU pun tidak dan BERCERAI pun tidak
Di dalam nya tiada dan di luar pun tiada

(hati-hati) dalam syair itu ada kalimat "BERTEMU PUN TIDAK dan BERCERAI PUN TIDAK"
sebab kalimat itu sesuai dengan dalil :

"Janganlah kamu berfikir tentang dzat ku,tetapi bernalar lah akan ciptaan ku "

Jika seperti itu penjelasan nya, lalu timbul sebuah pertanyaan.mana kebaktian terlebih pada tuhan......???

Jawaban nya adalah seperti firman allah ta'ala yang artinya :

" Sembahyang yang di dalam nya tiada lain selain dari pada ku,dan yang menyembah itu ghaib "

(fahami baik-baik agar kalian tidak sesat)

Apa hakikat dari firman allah ta'ala tsb....???

Jawaban nya adalah : Nyata lah dari pada diri yang di sembah itu pun jua allah dan yang menyembah itu pun jua allah adanya karna hak allah ta'ala

Ibarat kata syair :

Tiada yang mengenal allah,hanya allah jua ada nya yang mengenal
Tiada yang mengetahui allah,hanya allah jua ada nya yang mengetahui
Orang yang wasal (sampai) itu,seperti orang yang duduk kesal
Tauladan nya di ceritakan dari percerai an nya
Seru dan tangis nya,sehingga jadi harum
Dari pada wasal (sampai) terhenti oleh nya

Maka dari pada itu
Aku seperti katak tinggal di dalam laut
Jika aku buka mulut,niscaya akan di penuhi air (fitnah)
Jika aku diam,niscaya matilah aku dalam percintaan ku (tiada manfaat)

fahami baik-baik syair itu

KEMBALI LAGI.........!!!
----------------------------------------

Janganlah di cari tiada akan di peroleh,Jika di pandang tiada di lihat, karna perbuatan kita seperti angin di laut,jikalau berhenti angin,ombak pulang pada asalnya yaitu laut

Ini bermakna :

Bagi orang yang sudah sampai puncak pengenalan sempurna maka ia seperti angin berhenti (tiada nafsu) yang artinya segala perbuatan yang tidak di sertai dengan nafsu yang buruk.akan tetapi segala perbuatan nya yang baik itu akan kembali pada allah.

Wabillahi taufik wallhidayah,wassalamu alaikum warahmatullah wabarakatuh

"Dia (allah) yang awal,yang akhir,yang zahir dan yang bathin"


Assalamu alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Pada zahir nya terbagi-bagi. pada dzatNya tidak terbagi dan tiada berubah karna ia allah seperti firmanNya dalam surat Al-hadid : 57;3 yang artinya:

"Dia (allah) yang awal,yang akhir,yang zahir dan yang bathin"

Ini bermakna bahwa :

Awal tidak di ketahui,akhir tidak berkesudahan,zahirNya amat tersembunyi serta bathinNya tiada di dapat. Memandang diriNya dengan diriNya,Melihat diriNya dengan dzatNya,dengan sifatNya,dengan af'alNya,dengan atharNya (bekas)
sungguhpun namaNya empat tapi hakikatnya esa jua adanya, yang kalau di ibaratkan kata sbb:

Wujud ku dari padaNya,dan kuasa ku dengan Dia
Tiada bedanya antara hamba dengan tuhan ku
Melainkan dengan dua (2) martabat
Martabat tuhan dan martabat hamba (hablu minallah dan hablu minanas)
Inilah ibarat kata : siapa mengenal dirinya,mengenal lah ia tuhanNya

KITA KEMBALI PADA PEMBAHASAN....!!!
-----------------------------------------------------------------------

Allah ta'ala tidak bertempat dan tidak bermisal, mana ada tempat jika lain dari padaNya tiada....? mana misal,mana tempat, mana warna.....? sangat-sangatlah mustahil untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan tsb,
Begitupun juga dengam si hamba, hendaknya jangan bertempat,jangan bermisal,jangan berjihad (mencari), tuhan.karna sifat hamba adalah sifat tuhan jua adaNya dan perlu di ketahui Allah maha suci maka sucikan diri mu seperti tuhan mu.seperti bait kata di bawah ini:

" Apabila sempurna fakirnya, maka ia itu allah dan hidupnya dengan hidup allah "

Dan :

Kepada kekasih yang tiada warna itu
Kau kehendak allah wahai hati
Jangan kau padam kan
Mudah-mudah han wahai hati
Bahwa segala warna dari pada tidak berwarna datangnya
Wahai hati.
Barang siapa yang mengambil warna dari pada allah
Itu lebih baik wahai hati

(harap di baca berulang-berulang bait syairnya agar faham)

Kembali lagi........!!!

Yang awal tidak berwarna dan tidak berupa,sedangkan segala rupa yang dapat di lihat dan dapat di bicarakan dan sekalian mahluk itu allah jua adanya

maka........"
barang siapa yang menyembah mahluk,ia itu musyrik
seperti menyembah orang mati,jantung,paru-paru
sekalian itu berhala jua HUKUM NYA
barang siapa menyembah berhala ia itu KAFIIIR

Wabillahi taufik wallhidayah,wassalamu alaikum warahmatullah wabarakatuh.

kafir atau kufur kepada allah ta'ala


BISMILLAH HIRRAHMAN NIRRAHIM
============================

assalamu alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Seorang hamba akan kafir atau kufur kepada allah ta'ala jika allah ta'ala menutup pendengaran, penglihatan, dan hatinya terhadap kebenaran (AL-HAQ),maka tempat atau kedudukan seseorang tersebut itu berada dalam kegelapan yang artinya tidak ada sama sekali Nur Allah ta'ala walau setitik cahaya pun.

Bagaimana ini bisa terjadi……???

ini bisa terjadi karena, misalnya :
kita tau mencuri itu salah,oleh karena kita beranggapan bahwa mencuri sudah ketentuan dari allah ta'ala dan datang nya dari allah ta'ala kita tetap mencuri
lalu timbul pertanyaan

apakah kita akan hidup dengan terus mencuri dan membiarkan diri yang sebenarnya tetap dalam kegelapan tampa ada upaya untuk taubat agar Nur Nya allah ta'ala itu ada……?

jawaban nya : tentu tidak mau

Kembali……!!!
===========

Adanya cahaya dalam hati atau deria si hamba tsb, apa bila sempurna syahadat nya,maksutnya tidak syirik dan ia taat kepada allah ta'ala,apa bila Nur allah ta'ala telah terpancar dalam hatinya maka bermula lah "UBUDIYYAH" (kehambaan) kita berdasarkan sunah Rasull

pernyempurnaan syariat dalam ubuduyyah adalah langkah pertama dalam menuju ma'rifattullah,dalam hal ini saya ambi contoh pada diri sekalian termasuk para wali (khalifah) allah terdahulu
Walau kedudukan pawa wali allah ta'ala itu tinggi di sisiNya,mereka tetap di atas jalan syariat yang kuat serta mereka bersyukur kepada allah ta'ala atas nikmat dan hidayah ini sebabkan mereka faham akan sekalian perbuata milik allah ta'ala semata-mata dan sekaliannya bermula dengan allah ta'ala dan berakhir dengan allah ta'ala jua

Wabillahi taufik wallhidayah,wassalamu alaikum warahmatullah wabarakatuh.

"barang siapa mengenal akan dirinya,maka kenallah ia akan tuhan nya"


BISMILLAH HIRRAHMAN NIRRAHIM
---------------------------------------------------------

Assalamu alaikum warahmatullah wabarakatuh

Mari kita kembali mengingat,wahai para penuntut bahwasannya maksut dari ma'rifat itu seperti asyarat baginda rasulullah dalam sabda nya yaitu :

"barang siapa mengenal akan dirinya,maka kenallah ia akan tuhan nya"

Dan ketahuilah oleh mu,bahwasan nya telah berkata segala arifbillah tentang diri manusia itu terbagi pada dua (2) bagian yaitu :

1.Diri yang zahir
2.Diri yang bathin

}} Adapun diri yang zahir itu,seperti firman allah ta'ala dalam surah al-mu'minuun 12-14 yang artinya :

" dan seaungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati air mani (nutfah) dalam tempat yang kokoh (rahim),kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah (a-laqat),lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging (muzfati).dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang,lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging,kemudian kami jadikan ia mahluk yang berbentuk lain. Maka,maha suci allah pencipta yang paling baik"

Dari pengertian ayat tersebut,allah ta'ala memberikan pelajaran kepada umat manusia di dunia agar mengetahui bagaimana proses terjadinya penciptaan manusia yang di awali dari pada seteter air mani,kemudian air mani itu menjadi darah.lalu kemudian menjadi daging. Selanjutnya air mani,darah dan daging itu di gerak-gerakkan dan di bolak balikkan selama empat puluh (40) hari lamanya.
setelah sempurna empat (4) bulan sepuluh (10) hari. Dari gerakkan air mani,darah dan daging itu,maka terciptalah yang zahir pertama adalah "TELUNJUK" dari pada tangan kanan,pada hari kedua (2) zahirlah kepala,hari ketiga (3) zahirlah tangan dan kedua kakinya,pada hari yang ke empat (4),allah ta'ala menjadikan 360 tulang belulang nya,serta 240 dan 28 sendi di bina,kemudian allah ta'ala menjadikan 366 urat yang sebagian nya gerak dan sebagian nya di. Gerak dan diam inilah merupakan perangai manusia.
pada hari kelima (5) allah ta'ala menjadikan daging,pada hari ke enam (6) kulit,rambut dan kuku di ciptakan,pada hari ke tujuh (7) terciptalah hidung dan mulut.pada hari ke delapan (8) zahirlah lidah.pada hari yang ke sembilan (9) zahirlah kedua telinga serta segala rangka dari pada mulut,dua mata dan tempat keluar segala makanan (anus). dan pada hari ke sepuluh (10) allah ta'ala meniupkan kedalamnya sebagian Ruh (nyawa) kemudian bergerak-geraklah ia.lalu kemudian di ambil hati ibu atau dengan kata lain naluri ibu (kabadan umihi) yang di jadikan sebagai kiblatblnya di alam rahim ibu dan sujudlah anak dalam rahim itu kepada allah ta'ala dengan karunia tuhan (rabb)

Adapun setengah ulama berkata :

= Nutfah itu menjadi tubuh bagi diri manusia
= Wadi itu menjadi suara bagi diri manusia
= Madi itu menjadi pendengaran bagi diri manusia
= Mani itu menjadi pendengaran bagi diri manusia
= Manikam itu menjadi cahaya bagi diri manusia

Adapun jauhar itu,apabila ia ada di alam kabir (besar) itu namanya anfas (anfasi),dan apabila ia turun kepada bapak namanya nufus (nufusin),dan tatkala keluar dari pada bapak lalu turun ke dalam rahim ibu ia bernama "TANAFAS" dan tatkala zahir di dalam perut ibu bernamalah ia nafas dan tatkala ia terlahir ke dunia bernamalah ia insan

}} Adapun diri bathin itu,yaitu tubuh yang "HASIR" atau dengan kata lain "JISMU LATIF "(diri yang ghaib) atau yang di kenal alif ghaib sebagaimana firman allah ta'ala dalam surah al-hijr :28,yang artinya :

"Maka apabila aku (tuhan) telah menyempurnakan kejadiannya. dan aku (tuhan) tiupkan kedalam nya sebagian ruh ku (ciptaan)"

NB :

Di dalam huruf BA tersembunyi huruf ALIF,ini bermakna bahwa di dalam diri jasmani mu itu tersembunyi diri ruhani,dan diri ruhani inilah diri yang sebenarnya.

Wabillahitaufik wallhidayah,wassalamu alaikum warahmatullah wabarakatuh.

KITA KEMBALI.........


BISMILLAH HIRRAHMAN NIRRAHIM
----------------------------------------------------------------

Assalamu alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Kafir kepada allah ta'ala ,islam kepada manusia adalah penyebab banyaknya bencana alam. aku,kamu,kau dan engkau sekalian. Kalian kenal tuhan mu tapi memberikan hakNya untuk di sembah kalian sering mengabaikan nya bahkan cenderung sombong,takabur,ujub,ri'ya, dll. Semua itu karna tidak kenal siapa yang di sembah artinya tidak berma'rifat

KITA KEMBALI.........!!!
--------------------------------------

Adapun bermula menyembah allah ta'ala (memuji allah) adalah atas kenal mengenal yang di kenal,puji memuji yang di puji

Siapa kah itu......???

Adalah kamu,engkau,aku dan sekalian mahluk yang merupakan pertajallian allah ta'ala,dan semua itu hanya semata-mata karna allah ta'ala serta mengucapkan sholawat kepada baginda rasulullah salallahu alaihi wassalam

Jika demikian jawabannya. Maka.....: itulah suatu kitab yang sudah di pindahkan dari bahasa arab ke dalam bahasa indo melayu,agar mudah bagi orang yang belajar menginginkan allah ta'ala

SELANJUT KITA KEMBALI........!!!
---------------------------------------------------------

Jangan syirik..."
Dan untuk tidak syirik,kita perlu meng ESA kan allah ta'ala

Bagai mana caranya...???

Caranya dengan faham dan yakin bahwa allah ta'ala itu pada dzat,sifat,asma dan af'al semuanya ESA. yakni tiada dzat,sifat,asma dan af'al itu melainkan milik allah ta'ala termasuk diri mu.
Oleh sebab itu,tiada perbuatan yang di berkati melainkan perbuatan yang di sertai dengan namaNya. Maksut dari nama itu adalah zikrullah (ingat allah)
Dan bila kita sudah faham tentang itiqad ini,barulah kita tidak syirik kepada allah ta'ala. Dan allah ta'ala akan mengaruniakan hak hambanya karna tidak syirik dan buah dari tauhid ini ialah melihat allah ta'ala dalam segala perkara. Maka..." fahamlah kita akan kalimat

"LAA HAWLA WALAA QUUWATA ILLA BILLAH"

Bersambung.........;

Wabillahi taufik wallhidayah,wassalamu alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Allah itu sangat dekat


BISMILLAH HIRRAHMAN NIRRAHIM
----------------------------------------------------------------

Assalamu alaikum warahmatullah wabarakatuh

Allah....
Tiada sesuatupun yang menyerupai,dan Dia(allah) tidak terjangkau oleh akal fikiran. Indrawi manusia tidak dapat memberikan persepsi tetangNya, hanya iman yang benar yang dapat mengenalNya bukan iman yang salah.
bagaimanapun ia (allah) juga maha meliputi,tiada suatupun yang tidak di liputiNya. Sebagaimana firmanNya dalam Qs: Al Hamim 41:54 yang artinya :

"Ingatlah, sesungguhnya mereka dalam keraguan tentang pertemuan dengan tuhan mereka,ingatlah sesungguhnya dia (allah) maha meliputi segala sesuatu"

Dari firman allah tersebut, lalu timbul pertanyaan : apa yang maha meliputi itu.....?
jawaban nya adalah:

Dzat Nya
Sifat Nya
Af'al Nya
Asma Nya
kekuasaan Nya
Kehebatan Nya serta
Sifat-sifat Nya yang lain

KITA KEMBAli.............''
---------------------------------------

Allah itu sangat dekat dengan kita bahkan ia(allah) berada dalam diri kita seperti firmanNga dalam Qs.Az-zhaariyaat 51: 21 yang artinya :

" Di dalam diri kamu,apakah tidak kamu perhatikan..?"

Sungguhpun
semua kekuasaan dan kehebatan allah itu ada bersamaNya di dalam diri kita dan ia berfungsi untuk menegak kan kebenaran bukan menang-menangan,memberikan perlindungan pada yang teraniaya bukan untuk menganiaya dll . karna pada dasarnya allah itu maha suci bukan maha najis meski najis itu sudah di liputiNya

Allah itu sangat dekat,sehingga kedekatanNya menjadi hijab kepada yang belum ma'rifat.

Yaa... allah sangat dekat
Ini......di sini.....sekarang juga
Ini dia sang maha meliputi,dan jelas sekali
Akan tatapi...awass...jangan salah nanti syirik dan kufur akibatnya
Hati-hati jalan nya licin
Yang kamu lihat dengan mata kasar mu itu, bukan Dia (allah)
Itu hanyalah hijab
Alam itu ciptaanNya,dan segala yang engkau lihat itu adalah hijab
Alam bukan tuhan
Alam dan seluruh ciptaanNya akan hancur dan musnah

Yaaaaa........!!!
Allah itu amat jelas sekali...." itu bergerak...awass
ooOh...iya itu bergerak....tapi bukan itu.....!
Habis yang mana.....???
Itu........!"
Itu..bukankah hijabnya
Tidak itu.......!!! tapi yang itu......"

Fanalah wujud hamba sebagaimana firman allah dalam Qs.Qashash 28:88 yang artinya:

" segala sesuatu akan binasa,kecuali wajah (dzat) allah "

Wabillahi taufik wallhidayah,wassalamu alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Pengertian dasar tentang " DIRI "


Assalamu alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Pengtahuan dasar yang harus di miliki dalam meninjau pengertian dasar tentang " DIRI " adalah dengan memahami konsep nama tuhan yaitu " ALLAH " yang mengandung pemahaman akan Dzat,sifat,asma,dan af'alNya sebagai asalnya " DIRI ".
Pengetahuan "SIFAT" sebagai penghubung untuk memahami ke adaan diri secara hakiki,telah umum di pakai oleh para pelaku syari'at,thariqat,hakikat dan ma'rifat (kebathinan) islam dan kelompok aliran lain nya yang gemar mengkaji " DIRI ". Bagi setiap diri sebagai pelaku agama(moral) yang awam sekalipun,harus memperoleh pengetahuan,keterampilan dan sikap dalam mengenal diri sebagai dasar membangun agama dalam diri setiap diri.

Kita kembali pada lafaz "ALLAH"........!!!
--------------------------------------------------------------------

Menyebut nama "ALLAH" dalam kalam (perkataan),pastilah fikiran dan rasa akan mencari tahu gambaran yang akan menjadi sandaran kalam tsb,sejauh mana fikiran dan rasa mencari sandaran akan gambaran nya, sejauh itu gambaran akan di dapat yang kemudian akan menjadi pengetahuan dan pengetahuan melahirkan keyakinan dan keyakinan tidak memiliki standar (patokan) mutlak.maka.....!!! tampa standar mutlak kita tidak dapat memperdebat bahkan tidak bisa di jadikan perdebatan konyol apa yang menjadi keyakinan tsb.dan itu adalah suatu keyakinan berdasarkan pengetahuan dari pengembaraan fikiran dan rasa denga analisa terhadap nilai simbolis agama yang tersyari'at nyata pada " DIRI"

Struktur atau susunan nama tuhan "ALLAH" yang dalam abjad arab terdiri dari huruf "ALIF, LAM awal, LAM akhir dan HA ", itu memiliki kemampuan yang mengarahkan fikiran dan rasa dalam struktur pengetahuan serta pembangunan keyakinan dalam menangkap gejala ke ghaiban adanya Dzat,sifat,asma dan af'alNya yang pendefinisian nya sebagi berikut :

1.Alif ~ melambangkan adanya Dzat. maka...pengetahuan di alam fikiran dan rasa harus mampu mencari penyaksian akan adanya dzat tsb

2.Lam awal ~ melambangkan sifat. maka.....pengetahuan di alam fikiran dan rasa harus mampu mencari persaksian akan adanya sifat tsb

3.Lam akhir ~ melambangkan asma. maka.....pengetahuan di alam fikiran dan rasa harus mampu mencari penyaksian akan adanya asma tsb

4.Ha ~ melambangkan af'al (perbuatan).maka..... pengetahuan di alam fikiran dan rasa harus mampu mencari penyaksian akan adanya af'al tsb

Perlu di ketahui,
Nilai-nilai persaksian ketuhanan itu,ada dan terbentang dalam "DIRI" sebagai ayat (tanda-tanda) ke adaan dan kebesaranNya.dan di harap kan struktur nama tuhan "ALLAH" tsb,yang tersyari'at dalam nilai simbolik (lambang) itu, di kenyataan hidup harus membentuk struktur pengetahuan di alam fikiran dalam wilayah hakikat (rasa) sehingga memberikan keyakinan di dalam wilayah "MA'RIFAT

Kembali lagi.......!!!
-------------------------------

Di dalam al-qur'an,lafaz allah di tulis sebanyak 2,696 X(tempat).
Apa hikmah yang dapat kita ambil dan mengapa begitu banyak nama allah bagi dzat yang maha esa itu bagi kita sekalian....???

Coba renungngi atau ingat akan pesan allah ta'ala di bawah ini:

" wahai hamba ku,janganlah kamu sekalian lupa kepada nama ku "

Maksut dari pesan singkat itu,tuhan berkata bahwa "ALLAH" itu nama ku serta dzat ku,dan tidak akan pernah bercerai antara nama dan dzat ku itu,karna ia esa jua adanya (satu)

Mari kita kaji kalimat "ALLAH" satu persatu.
Allah adalah sebuah nama.sekalipun di gugurkan huruf itu perhuruf maka...!!! nilai nya tidak akan pernah berkurang,bahkan akan mengandung makna dan arti yang mendalam serta mengandung rahasia penting bagi kehidupan sekalian selaku umat manusia yang telah di ciptakan oleh allah ta'ala dalam bentuk yang paling sempurna.Allah .... jika di eja atau di baca maka ia akan berhuruf dasar:

= Alif
= Lam awal
= Lam akhir
= Ha

Se andainya kita ingin mengetahui kesempurnaan nya akan huruf itu.maka....!!! gugurkan satu persatu atau perhuruf yang mana penguraian nya sebagai berikut :

1.Gugurkan huruf pertama yaitu "ALIF" maka akan tersisa tiga huruf saja dan ejaan nya tidak lagi "ALLAH" melainkan akan di eja "LILLAH" artinya :

"Bagi allah,dari allah,untuk allah,kepada allah akan kembalinya segala mahluk"

2.Gugurkan huruf kedua yaitu "LAM awal" maka akan tersisa dua huruf saja.dan ejaan nya tidak "LILLAH" lagi,melainkan akan di eja "LAHU" (lahu mafissamawati wal ardi) artinya :

" bagi allah segala apa saja,yang ada tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi "

3.Gugur huruf ketiga yaitu "LAM akhir" maka akan tersisa satu huruf saja dan ejaan nya tidak "LAHU" lagi,melainkan ejaan nya "HU" ( huwall haiyul qayyum) artinya :

" dzat allah yang hidup dan berdiri sendiri"

Kalimat "HU" ringkasan dari kalimat "HUWA" sedangkan kalimat "HUWA"mengandung makna "DZAT" misal nya :

"Qull huwallahu ahad" artinya katakan. Allah itu satu.makna nya Dzat yang bersifat sempurna yang bernama allah,sedangkan nama allah itu "HU" dan "HU" itu "AH" sedangkan hakikat dari kalimat "AH" itu Dzat
Perlu di ketahui pula .... jika pada kalimat "ALLAH" kita gugurkan lam awal dan lam akhir maka akan tinggal dua huruf yang awal dan yang akhir.
apa ejaan nya....??

tentu ejaan nya "AH"

kenapa bisa begitu.....!!?

huruf alif dan huruf ha,yang apabila di baca akan berbunyi "AH" jika kalimat "AH" di tulis dengan huruf arab yang terdiri dari dua huruf tsb,maka....!!! arti dalam bahasanya di sebut "INTAHA" yang artinya kesudahan dan ke akhiran nya.
Se andainya kita berjalan mencari allah,tentu akan ada permulaan dan kesudahan nya.akan tetapi...' kalau sudah sampai pada lafaz zikir "AH" maka sampailah perjalanan itu ke tujuannya yang di maksut
Selanjutnya gugurkan huruf awal yaitu huruf Alif dan huruf akhir yaitu huruf Ha,maka akan tersisa dua huruf di tengahnya yaitu huruf Lam awal (lam alif) dan Lam akhir (la nafiah). jika berkata LA (tidak) ILLAH (ada tuhan) maka....!!! Nafi mengandung isbat.dan isbat mengandung nafi,tiada bercerai atau berpisah antara nafi dan isbat tsb.

4.Gugurkan huruf Lam awal,Lam akhir dan Ha
maka yang tertinggal juga dua huruf alif dan lam yang pertama. Dan kedua huruf yang tertinggal itu di namai "ALIF,LAM,LATIF"
dan kedua huruf itu menunjukkan Dzat allah,maksutnya ma'rifat yang se ma'rifat dalam arti yang mendalam bahwa allah bukan "NAKIRAH"
kalimat allah adalah ma'rifat yaitu isyarat huruf Alif dan lam awal pada kalimat ALLAH.

NB:
Hakikat dari ma'rifat yang se ma'rifat adalah dua nama menuju satu wujud ibarat adam dan hawa yang saling mengenal untuk menuju satu keyakinan adanya allah dan itulah yang di sebut nikah bathin

Wabillahi taufik wallhidayah,wassalamu alaikum warahmatullag wabarakatuh.

Sabtu, 17 Januari 2015

Sufi Road :Tauhid dan Marifatullah


Menurut Syeikh Ibnu Athaillah As-Sakandari, siapapun yang merenung secara
mendalam akan menyadari bahwa semua makhluk sebenarnya menauhidkan Allah SWT lewat tarikan nafas yang halus. Jika tidak, pasti mereka akan mendapat siksa. Pada setiap zarah, mulai dari ukuran sub-atomis (kuantum) sampai atomis, yang terdapat di alam semesta terdapat rahasia nama-nama Allah. Dengan rahasia tersebut, semuanya memahami dan mengakui keesaan Allah. Allah SWT telah berfirman,
Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri atau pun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari (QS 13:15).
Jadi, semua makhluk mentauhidkan Allah dalam semua kedudukan sesuai dengan rububiyah Tuhan serta sesuai dengan bentuk-bentuk ubudiyah yang telah ditentukan dalam mengaktualisasikan tauhid mereka. Lebih lanjut Syeikh
mengatakan bahwa sebagian ahli makrifat berpendapat bahwa orang yang bertasbih sebenarnya bertasbih dengan rahasia kedalaman hakikat kesucian pikirannya dalam wilayah keajaiban alam malakut dan kelembutan alam jabarut.
Sementara sang salik, bertasbih dengan dzikirnya dalam lautan qolbu. Sang murid bertasbih dengan qolbunya dalam lautan pikiran. Sang Pecinta bertasbih dengan ruhnya dalam lautan kerinduan. Sang Arif bertasbih dengan sirr-nya dalam lautan alam gaib. Dan orang shiddiq bertasbih dengan kedalaman sirr-nya dalam rahasia cahaya yang suci yang beredar di antara berbagai makna Asmaasma dan Sifat-sifat-Nya disertai dengan keteguhan di dalam silih bergantinya waktu. Dan dia yang hamba Allah bertasbih dalam lautan pemurnian dengan
kerahasian sirr-al-Asrar dengan memandang-Nya, dalam kebaqaan-Nya.
Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari [8] membagi tauhid dalam konteks makrifatullah menjadi empat samudera makrifat, berikut ini uraian untuk setiap tahapan ma’rifat tauhid dengan intepretasi pribadi, yaitu :
· Tauhid Af’al sebagai pengesaan terhadap Allah SWT dari segala macam perbuatan. Maka hanya dengan keyakinan dan penyaksian saja segala sesuatu yang terjadi di alam adalah berasal dari Allah SWT.
· Tauhid al-Asma adalah pengesaan Allah SWT atas segala nama. Ketika yang mewujud dinamai, maka semua penamaan pada dasarnya dikembalikan kepada Allah SWT. Allah sebagai Isim A’dham yang Mahaagung adalah asal dari semua nama-nama baik yang khayal maupun bukan. Karena dengan nama yang Maha Agung “Allah” inilah, Allah memperkenalkan dirinya.
· Tauhid As Sifat, adalah pengesaan Allah dari segala sifat. Dalam pengertian ini maka manusia dapat berada dalam maqam Tauhid as-Sifat dengan memandang dan memusyadahkan dengan mata hati dan dengan keyakinan bahwa segala sifat yang dapat melekat pada Dzat Allah, seperti Qudrah (Kuasa), Iradah (Kehendak), ‘Ilm (Mengetahui), Hayah (Hidup), Sama (mendengar), Basar (Melihat), dan Kalam (Berkata-kata) adalah benar sifat-sifat Allah. Sebab, hanya Allah lah yang mempunyai sifat-sifat tersebut. Segala sifat yang dilekatkan kepada makhluk harus dipahami secara metaforis, dan bukan dalam konteks sesungguhnya sebagai suatu pinjaman.
· Tauhid az-Dzat berarti mengesakan Allah pada Dzat. Maqam Tauhid Az- Dzat menurut Syekh al-Banjari adalah maqam tertinggi yang, karenanya, menjadi terminal terakhir dari memandangan dan musyahadah kaum arifin. Dalam konteks demikian, maka cara mengesakan Allah pada Dzat adalah dengan memandang dengan matakepala dan matahati bahwasanya tiada
yang maujud di alam wujud ini melainkan Allah SWT Semata. Tauhid Af’al pada pengertian Syeikh al-Banjari akan banyak berbicara tentang kehendak Allah SWT yang maujud sebagai ikhtiar dan sunnatullah manusia yaitu takdir. Apakah kemudian takdir yang dialami seseorang disebut baik atau buruk, maka itulah kehendak Allah sesungguhnya yang terealisasikan kepada semua makhluk yang memiliki kehendak bebas untuk memilah dan memilih, dengan
pengetahuan terhadap aturan dan ketentuan yang sudah melekat padanya sebagai makhluk sintesis yang ditempatkan dalam suatu kontinuum ruang-waktu relatif. Tauhid Af’al adalah
Samudera Pengenalan, di samudera inilah salik sebagai pencari wasiat Allah harus mendekat ke pintu ampunan Allah untuk bertobat dan menyucikan dirinya, menyibakkan pagar-pagar awal dirinya dengan ketaatan kepada-Nya dan meninggalkan kemaksiatan pada-Nya, mendekat
kepada-Nya untuk menauhidkan-Nya, beramal untuk-Nya agar memperoleh ridha-Nya. Kalau saya proyeksikan ke dalam sistem qolbu yang diulas sebelumnya mempunyai tujuh karakteristik dominan, maka di Samudera Af’al inilah seorang salik harus berjuang untuk me-metamorfosis-kan qolbunya dari dominasi nafs ammarah, menuju lawammah, menuju mulhammah, dan mencapai ketenangan dengan nafs muthmainnah.
Dalam Samudera Asma-asma, maka hijab-hijab tersingkap dengan masingmasing derajat dan keadaannya. Ia yang menyingkapkan, sedikit demi sedikit akan semakin melathifahkan dirinya ke dalam kelathifahan Yang Maha Qudus memasuki medan ruh ilahiah-nya (dominasi qolbu oleh ruh yang mengenal Tuhan). Samudera Asma-asma adalah Samudera Munajat dan Permohonan, difirmankan oleh Allah SWT bahwa “Dan bagi Allah itu beberapa Nama yang aik (al-Asma al-Husna) maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama itu (QS 7:180).” Di samudera inilah salik akan diuji dengan khauf dan raja, keikhlasan, keridhaan, kefakiran, kezuhudan, dan keadaan-keadaan ruhaniah lainnya.
Di tepian Samudera Asma-asma adalah lautan kerinduan yang berkilauan karena pendar-pendar cahaya rahmat dan kasih sayang Allah. Di Lautan Kerinduan atau Lautan Kasih Sayang atau Lautan Cinta Ilahi, sinar kemilau cahaya Sang Kekasih menciptakan riak-riak gelombang yang menghalus dengan cepat, menciptakan kerinduan-kerinduan ke dalam rahasia terdalam. Lautan Kerinduan adalah pintu memasuki hamparan Samudera Kerahasiaan.
Tauhid as-Sifat adalah Samudera Kerahasiaan atau Samudera Peniadaan karena di samudera inilah semua makhluk diharuskan untuk menafikan semua atribut kediriannya sebagai makhluk, semua hasrat dan keinginan, kerinduan yang tersisa dan apa pun yang melekat pada makhluk tak lebih dari suatu anugerah dan hidayah kasih sayang-Nya semata, maka apa yang tersisa dari Lautan Kerinduan atau Lautan
Cinta Ilahi adalah penafian diri. Apa yang melekat pada semua makhluk adalah manifestasi dari rahmat dan kasih sayang-Nya yang dilimpahkan, sebagai piranti ilahiah yang dipinjamkan dan akan dikembalikan kepada-Nya. Siapa yang kemudian menyalahgunakan semua pinjaman Allah ini, maka ia harus mempertanggungjawabkan dihadapan-Nya. Qolbu yang didominasi merahasiaan ilahiah didominasi kerahasiaan sirr dengan suluh cahaya kemurnian yang
menyemburat dari kemilau yang membutakan dari samudera yang paling rahasia sirr al–asrar yakni Samudera Pemurnian dari Tauhid Az-Dzat.
Di tingkatan Tauhid az-Dzat segala sesuatu tiada selain Dia, inilah Samudera
Penghambaan atau Samudera Pemurnian/Tanpa Warna sebagai tingkatan
ruhaniah tertinggi dengan totalitas tanpa sambungan. Suatu tingkatan tanpa
nama, karena semua sifat, semua nama, dan semua af’al sudah tidak ada.
Bahkan dalam tingkat kehambaan ini, semua deskripsi tentang ketauhidan hanya
dapat dilakukan oleh Allah Yang Mandiri, “Mengenal Allah dengan Allah”. Inilah
maqam Nabi Muhammad SAW, maqam tanpa tapal batas, maqam Kebingungankebingunan
Ilahiah. Maqam dimana semua yang baru termusnahkan dalam kedekatan yang hakiki sebagai kedekatan bukan dalam pengertian ruang dan waktu, tempat dan posisi. Di maqam ini pula semua kebingungan, semua peniadaan, termurnikan kembali sebagai yang menyaksikan dengan pra eksistensinya. Ketika salik termurnikan di Samudera Penghambaan, maka ia terbaqakan didalam-Nya. Eksistensinya adalah eksistensi sebagai hamba Allah semata. Maka, di Samudera Penghambaan ini menangislah semua hati yang terdominasi rahasia yang paling rahasia (sirr al-asrar),
Aku menangis bukan karena cintaku pada-Mu dan cinta-Mu padaku,
atau kerinduan yang menggelegak dan bergejolak yang tak mampu
kutanggung dan ungkapkan.
Tapi, aku menangis karena aku tak akan pernah mampu merengkuh-Mu.
Engkau sudah nyatakan Diri-Mu Sendiri bahwa “semua makhluk akan
musnah kalau Engkau tampakkan wajah-Mu.”
Engkau katakan juga, “Tidak ada yang serupa dengan-Mu.”
Lantas, bagaimanakah aku tanpa-Mu,
Padahal sudah kuhancurleburkan diriku karena-Mu.
Aku menangis karena aku tak kan pernah bisa menyatu dengan-Mu.
Sebab,
Diri-Mu hanya tersingkap oleh diriMu Sendiri
Dia-Mu hanya tersingkap oleh DiaMu Sendiri
Engkau-Mu hanya tersingkap oleh EngkauMu Sendiri,
Sebab,
Engkau Yang Mandiri adalah Engkau Yang Sendiri
Engkau Yang Sendiri adalah Engkau Yang Tak Perlu Kekasih
Engkau Yang Esa adalah Engkau Yang Esa
Engkau Yang Satu adalah Engkau Yang Satu.
Maka dalam ketenangan kemilau membutakan Samudera PemurnianMu,
biarkan aku memandangMu dengan cintaMu,
menjadi sekedar hambaMu dengan ridhaMu,
seperti Muhammad yang menjadi Abdullah KekasihMu.
Penguraian tauhid yang dilakukan oleh Syekh al-Banjari memang didasarkan
pada langkah-langkah penempuhan suluk yang lebih sistematis. Oleh karena,
pentauhidan sebenarnya adalah rahasia dan ruh dari makrifat, maka dalam
setiap tingkatan yang diuraikan menjadi Tauhid Af’al, Asma-asma, Sifat-sifat dan
Dzat, sang salik diharapkan dapat merasakan dan menyaksikan tauhid yang
lebih formal maupun khusus, yang diperoleh dari melayari keempat Samudera
Tauhid tersebut. Hasil akhirnya , kalau tidak ada penyimpangan yang sangat
mendasar, sebenarnya serupa dengan pengalaman makrifat para sufi lainnya
yakni pengertian bahwa ujung dari makrifat semata-mata adalah mentauhidkan
Allah sebagai Yang Maha Esa dengan penyaksian dan keimanan yang lebih
mantap sebagai hamba Allah.

Mencermati Kondisi Batin: Ketika Kita Berada di Maqam yang Lebih Tinggi

Mencermati Kondisi Batin: Ketika Kita Berada di Maqam yang Lebih Tinggi
Bagi orang beragama, apapun agamanya, ada lima kondisi batin yang perlu dicermati. Pertama, ketika kita sudah mencapai maqam lebih tinggi, kedua, ketika kita sedang mempunyai hajat besar, ketiga, ketika kita sedang ditimpa musibah atau kekecewaan, keempat, ketika kita baru melakukan dosa besar, dan kelima, ketika kita sedang di dalam keadaan normal.
Apa dan bagaimana kiat-kiat yang sebaiknya dilakukan jika kita mengalami salah satu di antara kelima kondisi batin ini, akan diuraikan di dalam lima tulisan bersambung
Mencermati Kondisi Batin: Ketika Kita Berada di Maqam yang Lebih Tinggi
• Tidak gampang mencapai maqam lebih tinggi dalam suluk, pencarian Tuhan. Kalaupun seseorang menggapai maqam lebih tinggi sering kali tidak permanen, kenapa?
• Bagaimana kiat mempertahankan maqam yang sudah dicapai dan senantiasa meningkat terus?
• Bagaimana cara mendapatkan husnul khatimah?
Maqam adalah ibarat sebuah tangga yang mempunyai beberapa anak tangga yang harus dilalui para pencari Tuhan (salik). Dari anak tangga pertama sampai puncak anak tangga memerlukan perjuangan dan upaya spiritual, mujahadah dan riyadhah. Anak-anak tangga (maqamat) tidak sama pada setiap orang atau setiap tarekat. Namun secara umum maqam-maqam tersebut anatara lain: Taubat, shabr, qana’ah, wara’, syukr, tawakkal, ridha, ma’rifah, mahabbah. Tiga maqam terakhir sering dianggap sebagai maqam puncak.
Mujahadah dari akar kata jahada berarti berjuang dan bersungguh-sungguh. Seakar kata dengan kata Jihad berati berjuang secara fisik, ijtihad berjuang secara nalar, dan mujahadah berati berjuang dengan olah batin. Sedangkan riyadhah berasal dari kata radhyiya berarti senang, rela. Seakar kata dengan kata ridhwan berarti kepuasan dan kesenangan. Mujahadah dan riyadhah adalah dua hal yang selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan di dalam diri seorang sufi atau salik.
Mujahadah dan riyadhah bisa mengambil bentuk berupa penghindaran diri dari dosa-dosa kecil (muru’ah), melakukan amalia-amaliah rutin seperti puasa Senin-Kamis dan puasa-puasa sunnat lainnya, tidak meninggalkan shalat-shalat sunnat rawatib (qabliyah dan ba’diyah) dan shalat-shalat sunnat lainnya, mengamalkan zikir dan wirid secara rutin, dan memperbanyak amal-amal sosial dengan penuh keikhlasan, serta meninggalkan nafsu amarah dan cinta dunia berlebihan.
Ketika seseorang dengan konsisten menjalani mujahadah dan riyadhah maka secara otomatis orang itu menapaki anak-anak tangga lebih tinggi. Cepat atau lambatnya perjalanan spiritual seseorang ditentukan bukan hanyaoleh kuantitas tetapi juga kualitas mujahadah dan riyadhah itu. Ada orang yang berhasil mencapai maqam kedua atau ketiga tetapi sulit lagi untuk naik ke maqam berikutnya karena tingkat mujahadah dan riyadhah-nya pas-pasan. Ada juga terus melejit dan tidak terlalu lama berada di dalam anak-anak tangga bawah. Semuanya tergantung konsistensi (istiqamah) seseorang.
Ketika seseorang merangkak naik meninggalkan posisi semula lalu berupaya dengan melakukan mujahadah dan riyadhah maka yang bersangkutan akan melahirkan sejumlah perubahan mendasar di dalam dirinya, yang dilihat dan dirasakan oleh bukan hanya diri yang bersangkutan tetapi juga orang laing, terutama bagi keluarga dan orang-orang terdekatnya.
Biasanya orang yang sudah memasuki anak tangga salik maka nampaknya banyak yang ketagihan, bahkan semacam ketergantungan, seolah perjalanan hidupnya selama ini kosong tanpa makna. Ia baru merasakan makna hidup yang sesungguhnya. Itulah sebabnya muncul fenomena keagamaan melakukan uzlah dan pengembaraan dari mesjid ke mesjid, dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari satu negara ke negara lain. Mereka meninggalkan keluarga, mengenyampingkan pekerjaan rutinnya di kantor, dan mengganti sahabat lama dengan sahabat spiritual baru.
Akan tetapi tidak sedikit pula orang yang kecewa di dalam pencariannya. Apa yang diharapkan dan diimajinasikan di dalam perjalanan spiritualnya berbeda dengan kenyataan hidup yang dialaminya, sehingga mereka kembali ke dunia lamanya, mungkin jauh lebih setback lagi ke belakang. Kedua kutub ”ekstrim” ini disebabkan oleh kurangnya pengenalan teoritis tentang dunia sufi dan tasawuf. Mereka langsung menjadi practicing tanpa pernah memperoleh introductions dari guru spiritual yang berpengalaman.
Fenomona kehidupan spiritual di masa depan cenderung semakin menyempal. Ini disebabkan oleh semakin luasnya potensi kekecewaan batin di dalam lingkungan kehidupan modern dan bermunculannya kelompok-kelompok pengajian plus. Seolah-olah masa depan itu datang lebih cepat melampaui kecepatan umat mempersiapkan diri. Akibatnya multiple shock sedang melanda umat kita. Bukan hanya cultural shock seperti yang pernah dibayangkan Alfin Toffler dalam karya monumentalnya, The Futur Shock.
Tidak saja terjadi di dalam umat Islam, melainkan juga umat-umat agama lain. Seolah-olah beberapa institusi dan pranata formal keagamaan yang sekian lama hidup di masayarakat dirasakan pemeluknya sudah termakan usia. Dengan demikian terjadi jarak antara ajaran agama dan kecenderungan isi hati dan jalan pikiran pemeluknya. Fenomena seperti ini berpotensi melahirkan sejumlah kekecewaan. Yang perlu dicermati, jangan sampai kekecewaan itu dilampiaskan ke dalam bentuk kegiatan-kegiatan radikal, yang seolah-olah akan berusaha membendung arus zaman. Maraknya terorisme dan kegiatan-kegiatan anarkisme yang bertema agama di sekeliling kita boleh jadi bagian inheren dari kekecewaan massif tadi.
Clifford Geertz dalam bukunya Islam Obeserved pernah mengingatkan kita bahwa manakala pemeluk dan ajaran agama sudah mulai berjarak maka akan lahir situasi yang gamang. Fenomena ini, menurut Geertz, akan melahirkan polarisasi di dalam masyarakat yang cenderung berhadap-hadapan satu sama lain. Akan muncul suatu kelompok moderat bahkan liberal, yang akan mengakomodasi dan memberikan pembenaran keagamaan terhadap perkembangan dunia modern, dengan menciptakan metode-motode modern, di antaranya pendekatan kontekstual, atau metode hermeneutik. Ayat-ayat dan hadis direkayasa sedemikian rupa untuk menjastifikasi kehendak zaman.
Kelompok ini sepertinya sudah pasrah dengan kehendak zaman. Akhirnya seolah-olah Al-Qur’an dan hadis yang harus tunduk kepada zaman modern, buakan lagi Al-Qur’an dan hadis yang harus memandu perkembangan zaman.
Pada saat bersamaan akan muncul kelompok radikal yang seolah-olah ingin menolak kenyataan hidup yang terlalu asing bagi mereka. Mereka merindukan zaman lampau yang pernah menciptakan The Golden Age. Mereka merindukan situasi kenabian (prophetic system) untuk mewadahi kecenderungan emosi keagamaannya. Mereka serta merta menolak gagasan pembaharuan dengan memberinya berbagai macam label, seperti sekuler, liberal, pluralisme, jahiliyah modern, deislamisasi, gerakan zionis, kristenisasi, nasionalis sekuler, westernisasi, dan berbagai label lainnya yang bisa memicu proteksi dan emosi keagamaan umat. Belum lagi atribut-atribut biologis dan pakaian menyerupakan diri dengan kelompok masyarakat (Arab) yang diidealisirnya sebagai komunitas ideal. Padahal, tidak mesti menjadi seorang Arab untuk menjadi the best muslim. Kita bisa tetap menjadi orang Indonesia tetapi sambil meraih insan kamil, manusia paripurna.
Orang yang sudah mengenal maqam tertentu perlu mencermati kondisi batinnya. Ada dua kondisi yang seriang dialami orang, yaitu hal dan maqam. Hal ialah kondisi sesaat yang dialami orang yang sedang mengalami spiritual moddd, ketika seseorang sedang hanyut dengan suasana batin tertentu, yang biasanya karena dipicu kejadiankejadian tertentu pada dirinya, misalnya ia baru saja ditimpa musibah, sedang kecewa berat, sedang mempunyai hajat dan kebutuhan berat, atau baru saja mengikuti majlis zikir yang mempesonakan dirinya.
Suasana batin orang ini memang merasakan perasaan lapang dada, tawadlu’, syukur, tawakkal, ridha, mahabbah, bahkan merasa begitu dekatnya dengan Tuhan.
Tindakan-tindakan sosialnya juga tiba-tiba berubah dan seolah menjadi orang yang bukan dirinya sendiri. Namun orang ini masih fluktuatif, tergantung mood-nya.
Sedangkan maqam kondisi batin permanen dialami seseorang karena sudah melalui proses pencarian panjang serta riyadhah dan mujahadah yang konsisten. Suasasana batin yang dialaminya bukan karena dipicu oleh peristiwa-peristiwa khusus melainkan sudah melalui spiritual training yang amat panjang.
Namun tidak mustahil hal bisa menjadi permanen manakala orang itu memahami kiat-kiat khusus. Peranan syekh, mursyid, atau pembimbing spiritual memang diperlukan dalam hal meningkatkan hal menjadi maqam. Di sinilah tarekat berperan untuk mengorganisir jamaah untuk melakukan mujahadah dan riyadhah secara sistematis.
Sistem setiap tarekat bervariasi, tergantung sang pendiri tarekatnya. Syekh, mursyid, dan tarekat memang besar manfaatnya bagi orang yang akan dengan serius menekuni dunia suluk.
Salik modern tidak mesti harus melakukan perubahan drastis dari berbagai aspek kehidupan. Seorang salik tidak tepat mendramatisir diri sebagai orang yang sangat spesifik, apalagi mengklaim diri sebagai kelompok ”manusia suci”. Sufi atau salik yang sejati ialah mereka yang mampu menyembuyikan diri dan kondisi batin yang dialaminya di depan orang lain.
Jika ada salik yang suka memamerkan ke salik-anya maka sesungguhnya belumlah ia seorang salik sejati. Salik sejati memilih untuk tidak populer dibumi untuk populer di langit (majhul fil ardh ma’lum fis sama’).
Di atas langit masih banyak langit. Seorang salik tidak bisa angkuh dan menganggap orang lain rendah dan kotor, atau menganggap salik selainnya keliru.
Dalam Q.S. al-Kahfi, Tuhan menegur Nabi Musa, sang manusia populer, dan mengunggulkan Khidhir, sang manusia biasa-biasa aja. Oleh karena itu, kitapun harus hati- hati membaca orang, sebab Tuhan Maha Pintar menyembuyikan kekasih-Nya di dalam berbagai topeng penampilan. Hati-hati!
Orang yang suka menyalahkan orang lain pertanda masih harus belajar. Kalau sudah menyalahkan dirinya sendiri berarti sudah sedang belajar. Kalau sudah tidak lagi pernah menyalahkan orang lain berati sudah selesai belajar, karena sudah

Melihat Allah


Kata melihat disebut dengan berbagai versi dalam bahasa Arab, dan Al-Qur'an. Melihat berarti dengan mata kita. Sedangkan mata kita ada tiga. Mata kepala, mata analisa fikiran, mata hati.
Dalam konteks hubungan dengan "Melihat Allah" dan "Seakan-akan melihat Allah", maka ada sejumlah ayat, misalnya ketika Nabi Musa as, berhasrat ingin melihat Allah. "Musa as berkata: Ya Tuhan, tampakkan diriMu padaKu, aku ingin memandangMu." Allah menjawab, "Kamu tidak bisa melihatKu." (al-A'raf 143).
Ayat lain menyebutkan: "Sesungguhnya Akulah Tuhanmu, maka lepaskanlah sandalmu, sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci." (Thaha 12)
Dan dia berkata, "Sesungguhnya aku akan menyaksikan Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya Aku bebas dari kemusyrikan kamu padaKu, melalui selain Dia."
Ayat lain menyebutkan, "Kemana pun engkau menghadap, disanalah Wajah Allah."(Al-Baqarah 115)
"Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepatuhan." (Al-An'aam 79)
Nabi Musa as, gagal ketika hasratnya menggebu ingin melihat Allah, lalu Allah menjawab, "Kamu tidak bisa melihatKu.". Dengan kata lain "Kamumu" atau "Akumu" tidak bisa melihatKu. Karena itu Abu Bakr ash-Shiddiq ra berkata, "Aku melihat Tuhanku dengan Mata Tuhanku." yang berarti bahwa hanya dengan Mata Ilahi saja kita bisa MelihatNya.
Dimaksud dengan "Mata Ilahi" adalah Mata Hati kita yang diberi hidayah dan 'inayah oleh Allah SWT untuk terbuka, dan senantiasa di sana hanya Wajah Allah yang tampak, sebagaimana dalam Al-Qur'an. Ibnu Athaillah menggambarkan secara bijak:
"Alam semesta ini gelap, dan sebenarnya menjadi terang karena dicahayai Allah di dalamnya. Karena itu siapa yang melihat semesta, namun tidak menyaksikan Allah di dalamnya, atau di sisinya, atau sebelum dan sesudahnya, benar-benar ia telah dikaburkan dari wujud Cahaya, dan tertutup dari matahari ma'rifat oleh mendung-mendung duniawi semesta."
Karena itu soal "Menyaksikan Allah" hubungannya erat dengan tersingkapnya tirai hijab, yang menghalangi diri hamba dengan Allah, walaupun Allah sesungguhnya tidak bisa dihijabi oleh apa pun. Karena jika ada hijab yang bisa menutupi Allah, berarti hijab itu lebih besar dan lebih hebat dibanding Allah.
Oleh sebab itu, dalam menggambarkan Musyahadah (penyaksian Ilahi) ini, Rasulullah menggunakan kata, "Seakan-akan", karena mata kepala kita dan mata nafsu kita, keakuan kita pasti tak mampu. Kata-kata "Seakan-akan" lebih dekat sebagai
bentuk kata untuk sebuah kesadaran jiwa dan kedekatan hati.Tetapi ketika Rasulullah bersabda, "Jika kamu tidak melihatNya, kamu harus yakin bahwa Dia melihatmu.". Rasul SAW tidak menyabdakan, "Seakan-akan melihatmu.".
Hal ini menunjukkan bahwa sebuah kedekatan atau taqarrub sampai-sampai seakan-akan melihatNya, adalah akibat dari kesadaran kuat bahwa "Dialah yang melihat kita." Kesadaran jiwa bahwa Allah SWT melihat kita terus menerus, menimbulkan
pantulan pada diri kita, yang membukakan matahati kita dan sirr kita untuk memandangNya.
Kesadaran Memandang Allah, kemudian mengekspresikan sebuah pengalaman demi pengalaman yang berbeda-beda antar para Sufi, sesuai dengan tingkat haliyah ruhaniyah (kondisi ruhani) masing-masing. Ada yang menyadari dalam pandangan
tingkat Asma Allah, ada pula sampai ke Sifat Allah, bahkan ada yang sampai ke Dzat Allah. Lalu kemudian turun kembali melihat Sifat-sifatNya, kemudian Asma'-asmaNya, lalu melihat semesta makhlukNya.
Lalu kita perlu mengoreksi diri sendiri lewat perkataan Abu Yazid al-Bisthamy, "Apa pun yang engkau bayangkan tentang Allah, Dia bertempat, berwarna, berpenjuru, bertempat, bergerak, diam, itu semua pasti bukan Allah SWT. Karena
sifat-sifat tersebut adalah sifat makhluk."
Kontemplasi demi kontemplasi tanpa bimbingan ruhani seorang Mursyid yang Kamil Mukammil hanya akan menggapai kebuntuan jalan dalam praktek Muroqobah, Musyahadah maupun Ma'rifah.
Bagi mereka yang dicahayai oleh Allah maka digambarkan oleh Ibnu Athaillah dalam al-Hikam:
"Telah terpancar cahayanya dan jelaslah kegembiraanya, lalu ia pejamkan matanya dari dunia dan berpaling darinya, sama sekali dunia bukan tempat tinggal dan bukan tempat
ketentraman. Namun ia jiwanya bangkit di dalam dunia itu, semata menuju Allah Ta'ala, berjalan di dalamnya sembari memohon pertolongan dari Allah untuk datang kepada Allah.
Hamparan tekadnya tak pernah terhenti, dan selamanya berjalan, sampai lunglai di hadapan Hadratul Quds dan hamparan kemeseraan denganNya, sebagai tempat Mufatahah, Muwajahah, Mujalasah, Muhadatsah, Musyahadah, dan Muthala'ah."
Ibnu Athaillah menyebutkan enam hal dalam soal hubungan hamba dengan Allah di hadapan Allah, yang harus dimaknai dengan rasa terdalam, untuk memahami dan membedakan satu dengan yang lain. Bukan dengan fikiran:
Mufatahah: artinya, permulaan hamba menghadapNya di hamparan remuk redam dirinya dan munajat, lalu Allah membukakan tirai hakikat Asma, Sifat dan keagungan DzatNya, agar hamba luruh di sana dan lupa dari segala yang ada bersamaNya.
Muwajahah, artinya saling berhadapan, adalah sikap menghadapnya hamba pada Tuhannya tanpa sedikit dan sejenak pun berpaling dariNya, tanpa alpa dari mengingatNya. Allah menemui dengan CahayaNya dan hamba menghadapnya dengan Sirrnya, hingga sama sekali tidak ada peluang untuk
melihat selainNya, dan tidak menyaksikan kecuali hanya Dia.
Mujalasah, artinya menetap dalam majlisNya dengan tetap teguh terus berdzikir tanpa alpa, patuh tunduk tanpa lalai, beradab penuh tanpa tergoda, dan hamba memuliakanNya seperti penghormatan cinta dan kemesraan agung, lalu disanalah Allah
swt berfirman dalam hadits Qudsi, "Akulah berada dalam majlis yang berdzikir padaKu."
Muhadatsah, maknanya dialog, yaitu menempatkan sirr (rahasia batin) dengan mengingatNya dan menghadapNya dengan hal-hal yang ditampakkan Allah pada sirr itu, hingga cahayaNya meluas dan rahasia-rahasiaNya bertumpuan. Inilah yang
disabdakan Nabi saw, "Pada ummat-ummat terdahulu ada kalangan disebut sebagai kalangan yang berdialog dengan Allah, dan pada ummatku pun ada, maka Umar diantaranya."
Musyahadah, adalah ketersingkapan nyata, yang tidak lagi butuh bukti dan penjelasan, tak ada imajinasi maupun keraguan. Dikatakan, "Syuhud itu dari penyaksian yang disaksikan dan tersingkapnya Wujud."
Muthala'ah, adalah keselarasan dengan Tauhid dalam setiap kepatuhan, ketaatan dan batin, semuanya kembali pada hakikat tanpa adanya kontemplasi atau analisa, dan setiap yang tampak senantiasa muncul rahasiaNya karena keparipurnaanNya. Wallahu A'lam.
Maka Hadrat Ilahi, telah menjadi kehidupan hatinya, dimana mereka tenteram dan tinggal. Renungkan semua ini dengan hati yang suci.

"HAKEKAT MAKRIFAT,FANA,DAN CINTA"


“Siapa yang mengenal Allah Swt ia menyaksikanNya dalam segala hal. Dan siapa yang fana’ padaNya, ia sirna dari segalanya, dan siapa yang mencintaiNya tak akan pernah memprioritaskan selain Dia.”
Sang arif senantiasa memandang segalanya ada di sisiNya dan bagiNya, lalu ia tidak melihat yang lain kecuali Dia. Bagaimana ia melihat yang lain, --pasti mustahil-– ketika ia sedang melihatNya?
Disnilah Ibnu Athaillah as-Sakandary melanjutkan, “Siapa yang fana’ padaNya, ia sirna dari segalanya,” maka fana’ itu sendiri adalah menyaksikan Allah Swt, tanpa unsur makhluk, dimana hukum tindakan dalam sifat tidak masuk, karena sifat tindakan hanyalah efek belaka. Sehingga tak ada berita tentang tindakan jika dipandang dari segi Dia. Sifat disandarkan pada yang disifati, dan tidak lain kecuali Dia Satu-satuNya. Itulah kenyataan sirna dari segalanya bersamaNya, karena segalanya kembali padaNya.
Bila ma’rifat menimbulkan fana’. Dan kefanaan berdampak kesirnaan, maka kesirnaan itu menuntut adanya wujud prioritas. Maka cintalah yang menumbuhkan prioritas itu.
Kenapa? Karena hakikat cinta adalah teraihnya keindahan Sang Kekasih melalui kecintaan qalbu, hingga dalam situasi apa pun tak ada yang tersisa.Itulah yang kemudian disebutkan, bahwa cinta adalah memprioritaskan di Keabadian Kekasih.
Ma’rifat, Fana’ dan Cinta adalah tiga tonggak kewalian. Sang wali senantiasa ma’rifat kepada Allah Swt, senantiasa fana’ padaNya dan mencintaiNya. Siapa yang tidak memiliki kategori ini semua, maka ia tidak mendapatkan bagian dalam kewalian. Semoga Allah menjadikan kita golongan mereka. Amin. Demikian penjelasan Syeikh Zarruq dalam Syarah Al-Hikam.

"SIBUKKAN DIRI BERDZIKIR PADA-NYA,DIBANDING MEMINTA PADA-NYA"


Hati-hatilah! Siapa yang berambisi rizki malah tidak dapat rizki, dan siapa yang berambisi untuk diberi malah tidak diberi. Sibukkan dirimu dengan aktivitas taat kepada Allah Azza wa-Jalla dan tinggalkan bersibuk ria memburu dunia. Allah Azza wa-Jalla lebih tahu kebutuhan dan yang mashlahah bagimu. Dalam hadits Qudsi Allah Azza wa-Jalla berfirman:
“Siapa yang sibuk berdzikir padaKu dibanding meminta padaKu, Aku beri dia, pemberian yang lebih utama dibanding apa yang Aku berikan pada orang-orang yang minta.
Dzikir lisan saja, tanpa hati, tidak ada kemuliaan bagimu. Dzikir yang sesungguhnya adalah dzikirnya hati dan rahasia hati, baru menimbulkan dzikir lisan, dan berarti benar dzikir anda kepada Allah Azza wa-Jalla.
“Maka berdzikirlah kepadaKu, niscaya Aku mengingatmu, dan bersyukurlah kepadaKu dan jangan kufur padaKu.” (QS. Al-Baqarah:152)
Dzikirlah kepada Allah Azza wa-Jalla, hingga engkau merasakan DzikirNya padaMu, dan dzikirlah kepadaNya sampai seluruh dosa-dosamu terhapuskan oleh dzikirmu, hingga dirimu sunyi dari dosa, lalu ta’at mu tanpa maksiat, maka disaat itulah Allah Azza wa-Jalla mengingatmu, dan anda tergolong orang yang berdzikir jauh dari mengingat makhlukNya, dzikirmu lebih dominan ketimbang permintaanmu, sampai semua tujuanmu adalah Dia mengalahkan semua tujuanmu yang ada.

KEHEBATAN ISTIGHFAR


#1 : MENDATANGKAN AMPUNAN ALLAH..
Maka aku berkata (kepada mereka), Mohon-lah ampun kepada RABB-mu sesungguhnya DIA adalah Maha Pengampun - (QS. Nuh :10)..
# 2 : MENGATASI KESULITAN DAN TERBUKA NYA PINTU RIZKI.
Barangsiapa beristighfar secara rutin, pasti ALLAH memberinya jalan keluar dalam kesempitan dan memberi rizki yang tiada terhingga padanya - (HR. Abu Daud)..
# 3 : MENAMBAH KEKUATAN
Dan (Hud berkata): Hai kaum-ku, mohon-lah Ampunan kepada RABB-mu lalu bertaubat-lah kepada-NYA, Niscaya DIA akan menurunkan hujan yang sangat deras dan DIA akan menambahkan kekuatan diatas kekuatan mu - (QS. Hud :52)
# 4 : MEMPEROLEH BANYAK KENIKMATAN
Dan hendak-lah kamu memohon Ampun kepada RABB-mu dan bertaubat kepada-NYA, Niscaya DIA akan memberi kenikmatan yang baik kepada-mu sampai kepada waktu yang telah di tentukan - (QS. Hud :3)..
# 5 : TURUN NYA RAHMAT
Hendak-lah kamu memohon ampun kepada ALLAH, agar kamu mendapat rahmat - (QS. An-Naml :46)..
#6 : SEBAGAI KAFARATUL MAJLIS
Barangsiapa yang duduk dalam satu Majlis (perkumpulan orang) lalu di dalamnya banyak perkataan sia-sianya atau (perdebatan) kemudian sebelum ia bangkit dari Majlis membaca (Istighfar):
Subhaanakallahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta. Astaghfiruka wa atuubu ilaih..
(Maha suci ENGKAU YAA ALLAH,dan aku memuji-MU dan aku bersaksi bahwa tiada ALLAH melainkan ENGKAU, aku memohon ampun dan bertaubat kepada-MU)..
Maka ia akan diampuni kesalahan-kesal ahan yang diperbuatnya selama di Majlis itu..
(HR. Ath-Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Hibban, Abu Daud dan Al-Hakim)
#7 : TERHINDAR DARI ADZAB ALLAH
Dan tidak-lah (pula) ALLAH akan mengadzab mereka, sedang mereka masih memohon ampun (Istighfar) - (QS. Al-Anfal :33)

25 dahsyatnya istighfar


– Dizaman yang serba tidak menentu ini ada baiknya kita menjadikan Istighfar sebagai salah satu amalan kita, untuk lebih membuat kita semangat melakukannya berikut uraian manfaat dari ber Istighfar.
1 Menggembirakan Allah
Rasulullah bersabda, “Sungguh, Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya daripada kegembiraan salah seorang dari kalian yang menemukan ontanya yang hilang di padang pasir.” (HR.Bukhari dan Muslim).
2 Dicintai Allah
Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS.al-Baqarah: 222). Rasulullah bersabda, “Orang yang bertaubat adalah kekasih Allah. Orang yang bertaubat atas dosanya, bagaikan orang yang tidak berdosa.”(HR.Ibnu Majah).
3 Dosa-dosanya diampuni
Rasulullah bersabda, “Allah telah berkata,’Wahai hamba-hamba-Ku, setiap kalian pasti berdosa kecuali yang Aku jaga. Maka beristighfarlah kalian kepada-Ku, niscaya kalian Aku ampuni. Dan barangsiapa yang meyakini bahwa Aku punya kemampuan untuk mengamouni dosa-dosanya, maka Aku akan mengampuninya dan Aku tidak peduli (beberapa banyak dosanya).” (HR.Ibnu Majah, Tirmidzi).
Imam Qatadah berkata,”Al-Qur’an telah menunjukkan penyakit dan obat kalian. Adapun penyakit kalian adalah dosa, dan obat kalian adalah istighfar.” (Kitab Ihya’Ulumiddin: 1/410).
4 Selamat dari api neraka
Hudzaifah pernah berkata, “Saya adalah orang yang tajam lidah terhadap keluargaku, Wahai Rasulullah, aku takut kalau lidahku itu menyebabkan ku masuk neraka’. Rasulullah bersabda,’Dimana posisimu terhadap istighfar? Sesungguhnya, aku senantiasa beristighfar kepada Allah sebanyak seratus kali dalam sehari semalam’.” (HR.Nasa’i, Ibnu Majah, al-Hakim dan dishahihkannya).
5 Mendapat balasan surga
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang didalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal didalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.”(QS.Ali’Imran: 135-136).
6 Mengecewakan syetan
Sesungguhnya syetan telah berkata,”Demi kemulian-Mu ya Allah, aku terus-menerus akan menggoda hamba-hamba-Mu selagi roh mereka ada dalam badan mereka (masih hidup). Maka Allah menimpalinya,”Dan demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku senantiasa mengampuni mereka selama mereka memohon ampunan (beristighfar) kepada-Ku.”(HR.Ahmad dan al-Hakim).
7 Membuat syetan putus asa
Ali bin Abi thalib pernah didatangi oleh seseorang,”Saya telah melakukan dosa’.’Bertaubatlah kepada Allah, dan jangan kamu ulangi’,kata Ali. Orang itu menjawab,’Saya telah bertaubat, tapi setelah itu saya berdosa lagi’. Ali berkata, ‘Bertaubatlah kepada Allah, dan jangan kamu ulangi’. Orang itu bertanya lagi,’Sampai kapan?’ Ali menjawab,’Sampai syetan berputus asa dan merasa rugi.”(Kitab Tanbihul Ghafilin: 73).
8 Meredam azab
Allah berfirman,”Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.”(QS.al-Anfal: 33).
9 Mengusir kesedihan
Rasulullah bersabda,”Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya, dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka.”(HR.Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad).
10 Melapangkan kesempitan
Rasulullah bersabda,”Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka,”(HR.Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad).
11 Melancarkan rizki
Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya seorang hamba bisa tertahan rizkinya karena dosa yang dilakukannya.”(HR.Ahmad, Ibnu Hibban dan Ibnu Majah).
12 Membersihkan hati
Rasulullah bersabda,”Apabila seorang mukmin melakukan suatu dosa, maka tercoretlah noda hitam di hatinya. Apabila ia bertaubat, meninggalkannya dan beristighfar, maka bersihlah hatinya.”(HR.Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Tirmidzi).
13 Mengangkat derajatnya disurga
Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat seorang hamba di surga. Hamba itu berkata,’Wahai Allah, dari mana saya dapat kemuliaan ini?’ Allah berkata,’Karena istighfar anakmu untukmu’.”(HR.Ahmad dengan sanad hasan).
14 Mengikut sunnah Rosulullah shallalhu ‘alaihi wasallam
Abu Hurairah berkata,”Saya telah mendengar Rasulullah bersabda,’Demi Allah, Sesungguhnya aku minta ampun kepada Allah (beristighfar) dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali’.”(HR.Bukhari).
15 Menjadi sebaik-baik orang yang bersalah
Rasulullah bersabda,”Setiap anak Adam pernah bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang segera bertaubat.”(HR.Tirmidzi, Ibnu Majah, al-Hakim).
16 Bersifat sebagai hamba Allah yang sejati
Allah berfirman,”Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Yaitu) orang-orang yang berdo’a:”Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,”(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap ta’at, yang menafkahkan hartanya (dijalan Allah), dan yang memohon ampun (beristighfar) di waktu sahur.”(QS.Ali’Imran: 15-17).
17 Terhindar dari stampel kezhaliman
Allah berfirman,”…Barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.”(QS.al-Hujurat: 11).
18 Mudah mendapat anak
Allah berfirman,”Maka aku katakan kepada mereka:”Mohonlah ampun (istighfar) kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS.Nuh: 10-12).
19 Mudah mendapatkan air hujan
Ibnu Shabih berkata,”Hasan al-Bashri pernah didatangi seseorang dan mengadu bahwa lahannya tandus, ia berkata, ‘Perbanyaklah istighfar’. Lalu ada orang lain yang mengadu bahwa kebunnya kering, ia berkata, ‘Perbanyaklah istighfar’. Lalu ada orang lain lagi yang mengadu bahwa ia belum punya anak, ia berkata,’Perbanyaklah istighfar’. (Kitab Fathul Bari: 11/98).
20 Bertambah kekuatannya
Allah berfirman,”Dan (dia berkata):”Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.”(QS.Hud: 52).
21 Bertambah kesejahteraanya
Allah berfirman,”Maka aku katakan kepada mereka:”Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”(QS.Nuh: 10-12).
22 Menjadi orang-orang yang beruntung
Allah berfirman,”Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”(QS.an-Nur: 31). Aisyah berkata,”Beruntunglah, orang-orang yang menemukan istighfar yang banyak pada setiap lembar catatan harian amal mereka.”(HR.Bukhari).
23 Keburukannya diganti dengan kebaikan
Allah berfirman,”Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS.al-Furqan: 70).
“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.”(QS.Hud: 114).
24 Bercitra sebagai orang mukmin
Rasulullah bersabda,”Tidak seorangpun dari umatku, yang apabila ia berbuat baik dan ia menyadari bahwa yang diperbuat adalah kebaikan, maka Allah akan membalasnya dengan kebaikan. Dan tidaklah ia melakukan suatu yang tercela, dan ia sadar sepenuhnya bahwa perbuatannya itu salah, lalu ia mohon ampun (beristighfar) kepada Allah, dan hatinya yakin bahwa tiada Tuhan yang bisa mengampuni kecuali Allah, maka dia adalah seorang Mukmin.”(HR.Ahmad).
25 Berkeperibadian sebagai orang bijak
Seorang ulama berkata,”Tanda orang yang arif (bijak) itu ada enam. Apabila ia menyebut nama Allah, ia merasa bangga. Apabila menyebut dirinya, ia merasa hina. Apabila memperhatikan ayat-ayat Allah, ia ambil pelajarannya. Apabila muncul keinginan untuk bermaksiat, ia segera mencegahnya. Apabila disebutkan ampunan Allah, ia merasa gembira. Dan apabila mengingat dosanya, ia segera beristighfar.” (Kitab Tanbihul Ghafilin: 67).

Keagungan Dan Rahasia Al-Fatihah


Manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan lemah. Di antara tanda kelemahannya; manusia diciptakan dalam keadaan jahil, memiliki hati yang mudah goyah dan liar, serta butuh ditolong dan dilindungi. Oleh karena itu, Allah menjadikan zikir (mengingat Allah) sebagai penenang jiwa mereka. Allah berfirman,
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenang.” (ar-Ra’d: 28)
Al-Qur’an termasuk dzikrullah, bahkan termasuk zikir yang pokok.
Di antara zikir yang akan kami bahas adalah surat yang harus dihafal dan dibaca pada setiap rakaat shalat, serta seyogianya dipahami maknanya, yaitu surat al-Fatihah.
Nama-nama Al-Fatihah
a. Fatihatul Kitab
Dinamakan demikian karena al-Fatihah menjadi pembuka bacaan dalam shalat dan pembuka susunan mushaf al-Qur’an secara tertulis.
b. Ummul Qur’an
Dinamakan demikian karena al-Fatihah lebih didahulukan dari semua surat dalam al-Qur’an. Semua surat selain al-Fatihah diakhirkan, baik tulisan maupun bacaannya. Definisi ini menyerupai nama yang pertama.
c. Ummul Kitab
Menurut mayoritas ulama, penamaan ini berasal dari Anas radhiyallahu ‘anhu. Adapun al-Hasan dan Ibnu Sirin menyangkal penamaannya dengan Ummul Kitab, karena menurut mereka Ummul Kitab adalah al-Lauhul Mahfuzh.
Akan tetapi, penamaan ini disebutkan dalam hadits shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ أُمُّ الْقُرْآنِ وَأُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ
“Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin (Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam), (suratnya adalah) Ummul Qur’an, Ummul Kitab, as-Sab’u al-Matsani, dan al-Qur’anul ‘Azhim.” (HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah a)
Dinamakan Ummul Kitab karena surat ini adalah induk kitab dan didahulukan dari surat-surat yang lain.
d. As-Sab’u al-Matsani
Dinamakan as-Sab’u karena al-Fatihah ada tujuh ayat. Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ahli qiraat dan ulama dalam masalah ini. Akan tetapi, yang diperselisihkan adalah masalah ayat-ayat yang menyusunnya. Ada yang berpendapat bahwa al-Fatihah ada tujuh ayat, termasuk ayat Bismillahirrahmanirrahim.
Al-Fatihah dinamakan al-Matsani karena bacaannya diulang-ulang dalam shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunnah. (Tafsir ath-Thabari 1/105)
Jenis Surat al-Fatihah
Para ulama berbeda pendapat tentang jenis surat al-Fatihah:
a. Al-Fatihah adalah surat makkiyyah . Ini adalah riwayat Ali bin Abi Thalib, al-Hasan, Abul ‘Aliyah, Qatadah, dan Abu Maisarah.
b. Al-Fatihah adalah surat madaniyyah . Ini adalah riwayat Abu Hurairah, Mujahid, ‘Ubaid bin ‘Umair, ‘Atha al-Khurasani, dan Ibnu ‘Abbas.
Dan yang rajih dari kebanyakan riwayat dan pendapat para ulama’ bahwa al-Fatihah termasuk makkiyyah.
Keutamaan dan Keagungan al-Fatihah
Di antara keutamaan dan keagungannya adalah sebagai berikut.
1. Sebagai obat
· Obat untuk hati
Al-Qur’an secara umum adalah obat bagi orang-orang yang beriman. Allah berfirman,
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآَنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
“Dan Kami turunkan dari al-Qur’an sesuatu yang menjadi obat (penawar) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (al-Isra’: 82)
Kata مِنْ di sini tidak bermakna at-tab’idh (menunjukkan makna sebagian), tetapi al-jinsi. Artinya, al-Qur’an semuanya adalah obat.
Setelah mengetahui bahwa Allah menjadikan semua yang ada dalam al-Qur’an sebagai obat (penawar), kita perlu mengetahui pula bahwa Allah telah mengkhususkan beberapa surat dan ayat tertentu sebagai obat (penawar). Di antaranya adalah surat al-Fatihah.
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Zadul Ma’ad (4/5—7) menyebutkan bahwa penyakit itu ada dua: penyakit kalbu dan penyakit badan. Kedua penyakit ini disebutkan dalam al-Qur’an.
Penyakit kalbu dibagi menjadi dua: penyakit syubhat (kerancuan berpikir) dan keraguan; serta penyakit syahwat (hawa nafsu) dan kesesatan.
Berikut ini beberapa faedah surat al-Fatihah untuk mengobati hati.
a. Menjauhkan kita dari kesesatan dan kemurkaan.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam Madarijus Salikin (1/52—55), “Dua penyakit yang membinasakan adalah kesesatan dan kemurkaan. Kesesatan mengakibatkan rusaknya ilmu, sedangkan kemurkaan mengakibatkan rusaknya niat.”
Para ulama menafsirkan, al-maghdhub ‘alaihim (mereka yang dimurkai) yang disebutkan dalam surat al-Fatihah adalah orang-orang Yahudi. Mereka berilmu, tetapi tidak mau beramal. Adapun adh-dhallin (mereka yang sesat) adalah orang-orang Nasrani. Mereka beramal tanpa ilmu. Oleh karena itu, setiap hamba-Nya diwajibkan berdoa meminta hidayah menuju jalan yang lurus setiap hari dalam setiap shalatnya.
b. Mengikhlaskan ibadah karena Allah.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam Zadul Ma’ad (4/178), “Secara umum, al-Fatihah mengandung makna pengikhlasan ibadah dan pujian kepada Allah, pengembalian segala urusan kepada-Nya, dan permintaan tolong serta tawakal hanya kepada-Nya.”
c. Menangkal sifat riya dan sombong.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam Madarijus Salikin, “Saya sering mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, إِيَّاكَ نَعْبُدُ (hanya kepada Engkaulah kami menyembah) akan menangkal riya, sedangkan وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan) menangkal kesombongan. Jadi, obat bagi penyakit riya adalah إِيَّاكَ نَعْبُدُ, obat bagi penyakit sombong dan bangga diri adalah وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ , sedangkan obat bagi penyakit kesesatan dan kebodohan adalah اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ.”
· Obat untuk badan
Banyak orang mengingkari bahwa al-Qur’an dan zikir-zikir yang disunnahkan bisa mengobati mereka. Mereka mengira bahwa hal ini menyerupai khurafat dan kebohongan. Mereka juga mengira bahwa penyakit hanya bisa disembuhkan dengan obat fisik.
Ibnul Qayyim rahimahullah membantah anggapan seperti ini dalam Madarijus Salikin (1/55), “Adapun kandungan (ayat)nya sebagai obat, akan kita sebutkan sebagaimana yang datang dalam as-Sunnah, dibuktikan oleh kaidah kedokteran, dan sesuai dengan pengalaman.
Telah disebutkan dalam as-Sunnah dalam hadits shahih riwayat al-Bukhari dan Muslim, dari Abu al-Mutawakkil an-Naji, dari Abu Sa’id al-Khudri, bahwa beberapa sahabat Nabi n melewati sebuah kampung badui. Warga kampung itu tidak mau menjamu mereka. Lalu, pemimpin kampung itu tersengat kalajengking, maka mereka menemui para sahabat tersebut dan berkata, ‘Apakah di antara kalian ada juru ruqyah?’ Para sahabat menjawab, ‘Ya, ada, tetapi mengapa kalian tidak menerima kami sebagai tamu? Kami tidak akan meruqyah sampai kalian memberi kami upah.’ Para sahabat berbuat demikian karena akhlak warga kampung yang kikir tidak mau menjamu tamu, sedangkan hukum menjamu tamu adalah wajib dan berdosa bagi orang yang melalaikannya. Warga kampung itu pun memberikan kambing. Kemudian, salah satu dari kami meruqyah sang pemimpin dengan surat al-Fatihah. Dia pun bisa berdiri kembali seolah-olah tidak mengalami sakit’.”
2. Allah menjawab langsung bacaan al-Fatihah para hamba-Nya
Dalam hadits qudsi disebutkan,
قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ، قَالَ: مَجَّدَنِي عَبْدِي …. (الْحَدِيثَ)
(Allah berfirman), “Aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua, dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta. Jika si hamba berkata, ‘Alhamdulillahi rabbil ‘alamin’, Allah berfirman, ‘Hamba-Ku memuji-Ku.’ Jika dia berkata, ‘Arrahmanirrahim’, Allah berfirman, ‘Hamba-Ku berulang memuji-Ku.’ Jika dia berkata, ‘Maliki yaumid din’, Allah berfirman, ‘Hamba-Ku memuliakan-Ku’, ….” (Shahih Muslim [1/296] “Kitabush Shalat”, Bab “Wujub qira’at al-fatihah fi kulli rak’ah”)
Setelah memahami keutamaan ini, tahulah kita bahwa hal ini termasuk salah satu sebab untuk bisa merasakan kelezatan dalam shalat, seolah-olah kita sedang berdialog dan menyeru sang Pencipta.
3. Al-Fatihah mengandung landasan asmaul husna
Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Madarijus Salikin (1/82, 89). Misalnya, lafadz yang mengandung sifat uluhiyah adalah Allah, yang mengandung sifat rububiyah adalah Rabb, dan yang mengandung sifat kebaikan adalah ar-Rahman.
Tafsir Makna Ayat dalam al-Fatihah
1. الْحَمْدُ لِلهِ
Maknanya, segala pujian senantiasa bagi Allah. Al-Hamd didefinisikan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam al-Badai’ (1/317) sebagai pujian yang disertai pengetahuan tentang apa yang dipujinya.
Al-Hamd juga didefinisikan sebagai penyebutan kebaikan pihak yang dipuji disertai rasa cinta, pemuliaan, dan pengagungan.
2. الرَّبُّ
Ar-Rabb artinya yang memiliki. Ada yang berpendapat bahwa kata ar-Rabb diambil dari kata at-tarbiyah (pemeliharaan).
Penamaan dengan rabb tidak boleh diberikan kepada makhluk melainkan dengan penyandaran, seperti rabbud dar (pemilik rumah).
3. الْعَالَمِينَ
Al-‘alamin adalah bentuk jamak kata al-‘alam (alam). Segala sesuatu selain Allah adalah alam. Para ahli tafsir menyebutkan lima pendapat tentang makna al-‘alamin.
· Semua makhluk, semua lapisan langit dan bumi, segala sesuatu yang ada di dalamnya dan di antara keduanya. Makna ini diriwayatkan oleh adh-Dhahhak dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
· Semua yang memiliki ruh yang berjalan di atas muka bumi. Makna ini diriwayatkan oleh Abu Shalih dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
· Jin dan manusia. Makna ini diriwayatkan pula dari Ibnu ‘Abbas. Ini juga pendapat Mujahid dan Muqatil.
· Jin, manusia, dan malaikat. Makna ini dinukilkan dari Ibnu ‘Abbas dan dipilih oleh Ibnu Qutaibah.
· Para malaikat. Makna ini diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas.
4. الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Ar-Rahman dan ar-Rahim adalah dua di antara nama-nama Allah yang indah. Kedua nama ini bermakna ar-rahmah (kasih sayang). Kedudukannya di sini adalah sebagai na’at (sifat) bagi lafdzul jalalah (الله). Adapun perbedaan kedua nama ini adalah sebagai berikut.
· Ar-Rahman
1. Salah satu nama yang khusus bagi Allah k, tidak boleh digunakan secara mutlak untuk yang selain-Nya. Ar-Rahman maknanya Dzat Yang memiliki rahmat yang luas.
2. Menunjukkan sifat dzatiyah Allah)
3. Allah merahmati segala sesuatu yang ada di daratan dan di lautan, termasuk orang kafir dan pelaku maksiat.
4. Menunjukkan sifat kasih sayang Allah di dunia dan di akhirat.
· Ar-Rahim
1. Dinisbatkan kepada Allah dan yang selain-Nya. Maknanya adalah yang mempunyai rahmat yang bersambung atau sampai kepada hamba-Nya.
2. Menunjukkan sifat fi’liyah (perbuatan sesuai dengan kehendak Allah).
3. Allah merahmati orang-orang yang beriman saja.
4. Menunjukkan sifat kasih sayang Allah di akhirat.
5. مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Artinya, Yang menguasai hari pembalasan.
Makna ad-din dalam ayat ini ada dua pendapat:
1. Hari perhitungan. Ini adalah pendapat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.
2. Hari pembalasan. Ini adalah pendapat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
Makna kalimat رَبِّ الْعَالَمِينَ ialah Dialah penguasa/pemilik dunia, sedangkan makna مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ ialah Dialah penguasa/pemilik akhirat.
6. إِيَّاكَ نَعْبُدُ
Artinya, hanya kepada Engkaulah kami beribadah. Ada tiga pendapat tentang maksud ibadah pada ayat ini.
1. Bermakna tauhid; diriwayatkan dari Ali dan Ibnu ‘Abbas.
2. Bermakna ketaatan.
3. Bermakna doa.
7. وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Artinya, hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
8. اهْدِنَا
Artinya, tunjukilah kami.
Ada empat pendapat tentang makna ihdina:
1. Kokohkanlah kami. Ini adalah pendapat ‘Ali radhiyallahu ‘anhu.
2. Tunjukilah kami.
3. Berilah kami taufik.
4. Berilah kami ilham.
Tiga pendapat terakhir diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
9. الصِّرَاطَ
Artinya, jalan.
Ada empat pendapat tentang makna ash-shirath di sini:
1. Kitab Allah. Makna ini diriwayatkan dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2. Agama Islam. Ini adalah pendapat Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Abbas, al-Hasan, dan Abul ‘Aliyah.
3. Jalan hidayah menuju agama Allah. Makna ini diriwayatkan oleh Abu Shalih dari Ibnu ‘Abbas. Ini juga pendapat Mujahid.
4. Jalan surga. Makna ini dinukilkan dari Ibnu ‘Abbas.
Jika ada pertanyaan, “Apa makna permohonan petunjuk seorang muslim, padahal dia sudah mendapat petunjuk?”, kita jawab dengan tiga jawaban:
· Tunjukilah kami agar senantiasa di atas shirath (jalan yang lurus). Ini pendapat Ibnul ‘Anbari.
· Kokohkanlah kami di atas petunjuk.
· Tambahkanlah kepada kami petunjuk.
10. الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
Artinya, orang-orang yang telah Engkau anugerahi nikmat.
Ibnu ‘Abbas berkata, “Mereka adalah para nabi, orang-orang yang jujur, para syuhada, dan orang-orang yang saleh.”
11. غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
Artinya, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Orang-orang yang dimurkai adalah orang-orang Yahudi, sedangkan orang-orang yang sesat adalah orang-orang Nasrani. Lihat pembahasan yang telah lalu.
Seputar Hukum yang Terkait dengan al-Fatihah
1. Apa hukum bacaan آمِين (amin) setelah al-Fatihah?
Amin maknanya اللهم اسْتَجِبْ (Kabulkanlah, ya Allah).
Amin bukan bagian dari al-Fatihah. Akan tetapi, termasuk sunnah bagi yang mendengarkan menjawab “Amin” setelah al-Fatihah, baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Disebutkan dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Jika imam mengucapkan,
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
makmum yang di belakangnya mengucapkan, ‘Amin’….” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
2. Apa hukum membaca al-Fatihah dalam shalat?
Kebanyakan ulama menukilkan pendapat al-Imam Ahmad rahimahullah bahwa membaca al-Fatihah adalah syarat sahnya shalat; barang siapa meninggalkannya padahal mampu membacanya, shalatnya tidak sah. Ini juga pendapat al-Imam Malik, al-Imam asy-Syafi’i, dan mayoritas ulama.
Disebutkan dalam hadits ‘Ubadah bin ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Keagungan Surat Al Iklas


Tanda-tanda kebesaran Allah pada makhluk-Nya itu sangat banyak. Salah satunya angka asma al-husna pada telapak tangan kita (81 di kiri dan 18 di kanan). Kita juga mungkin pernah melihat lafadz Allah pada binatang atau pernah mendengar sebuah pohon di suatu negara yang membentuk kalimat laailaahaillallah. Semua ini tidak lain ditujukan kepada kita agar selalu ingat kepada Allah.
Begitu juga salah satu keagungan Allah terlukis pada sayap malaikat. Menurut suatu hadits, pada sayap malaikat terdapat surat al-Ikhlas. Keterangan ini terdapat dalam riwayat Ibnu Abbas yang menyatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Ketika melakukan isra ke langit, saya telah melihat Arasy di atas 360.000 sendi di mana jarak tempuh antara satu sendi ke sendi lainnya ialah 300.000 tahun perjalanan. Pada tiap-tiap sendi itu terdapat padang sahara sebanyak 12.000 dan luasnya setiap satu padang sahara itu seluas dari timur hingga ke barat. Pada setiap padang sahara itu terdapat 80.000 malaikat di mana semuanya membaca surah al-Ikhlas.”
Setelah itu Nabi bersabda lagi, Setelah selesai membaca surat tersebut mereka berkata: Wahai Tuhan kami,sesungguhnya pahala dari bacaan kami ini kami berikan kepada orang yang membaca surat al-Ikhlas baik ia laki-laki maupun perempuan.”
Ketika para sahabat mendengar keterangan Nabi yang demikian itu, mereka dibuat berdecak kagum. Lalu Nabi bersabda lagi, “Wahai para sahabatku, apakah kamu semua kagum?” Para sahabat menjawab: “Ya, kami sungguh kagum ya Rasulullah Saw.”
Rasulullah Saw. bersabda, “Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, sesungguhnya Qul Huwallahu Ahad itu tertulis di sayap malaikat Jibril a.s, Allahush Shamad itu tertulis di sayap malaikat Mikail a.s, Lam Yalid Walam Yuulad tertulis pada sayap malaikat Izrail a.s, Walam Yakullahu Kufuwan Ahad tertulis pada sayap malaikat Israfil a.s. Oleh karena itu, barang siapa dari umatku membaca surat al-Ikhlas maka dia diberi pahala membaca kitab Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur’an yang agung.”
Setelah Rasulullah Saw. berkata demikian baginda bersabda lagi, “Wahai sahabatku, apakah kamu semua kagum?” Maka para sahabat menjawab, “Ya Rasulullah Saw., kami semua kagum.”
Lalu Rasulullah Saw. bersabda, “Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh Qul Huwallahu Ahad itu tertulis di dahi Abu Bakar Ash-Shidiq, Allahush Shamad itu tertulis di dahi Umar al-Faaruq, Lam Yalid Walam Yuulad itu tertulis di dahi Utsman Dzn Nuurain dan Walam Yakun Lahu Kufuwan Ahad itu tertulis di dahi Ali Assakhiyyi ra. Oleh karena itu, siapa yang membaca surat al-Ikhlas maka ia diberi oleh Allah pahala Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali.” (Keterangan ini terdapat dalam kitab Hayatun Quluubi)
Demikian agungnya posisi surat al-Ikhlas di antara surat-surat lainnya, hingga ia sampai terlukis di sayap para malaikat. Saking agung dan besarnya manfaat surat ini, Nabi sampai pernah bersabda, “Barangsiapa membaca surat al-Ikhlas sewaktu sakit sehingga dia meninggal dunia, maka dia tidak akan membusuk di dalam kuburnya, akan selamat dia dari kesempitan kuburnya dan para malaikat akan membawanya dengan sayap mereka melintasi titian siratul mustaqim lalu menuju ke surga.” (Seperti diterangkan dalam Tadzikaratul Qurthuby).
Ada suatu kisah yang menggambarkan keagungan surat al-Ikhlas. Kisah ini terekam dalam hadits. Suatu kali Nabi memberikan sebuah teka-teki kepada para sahabatnya: Siapakah di antara kamu yang dapat mengkhatam Qur'an dalam jangka waktu dua-tiga menit? Tidak ada seorang sahabat pun yang bisa menjawabnya. Umar lalu berkata bahwa mustahil bisa mengkhatam al-Qur'an dalam waktu begitu cepat. Tetapi Ali kemudian mengangkat tangannya. Melihat hal ini, Umar langsung berkata bahwa Ali (yang sedang kecil pada waktu itu) tidak tahu apa yang dikatakannya itu. Lantas Ali membaca surat al-Ikhlas tiga kali. Rasulullah SAW menjawab dengan mengatakan bahwa Ali betul.
Menurut Nabi, membaca surah al-Ikhlas satu kali pahalanya sama dengan membaca 10 juz kitab al-Qur’an. Lalu dengan membaca surat al-Ikhlas sebanyak tiga kali, maka khatamlah al-Qur’an karena hal itu sama dengan membaca 30 juz al-Qur’an.
Ini menunjukkan bahwa surat al-Ikhlas itu memiliki kelebihan dibandingkan surat-surat lainnya. Karena itu, kita sering mengucapkannya pada saat zikir, tahlil, shalat, keadaan takut dan sebagainya. Karena itu pula, Allah mengukirnya pada sayap malaikat.
Kelebihan surat al-Ikhlas juga terlihat dari kisah berikut ini. Anas bin Malik meriwayatkan bahwa sewaktu ia bersama-sama Rasulullah Saw. di Tabuk, pernah suatu ketika cahaya matahari terbit dengan redup, tidak seperti pada hari-hari sebelumnya. Malaikat Jibril lalu datang. Kepada malaikat, Nabi pun menanyakan tentang hal ini,
“Wahai Jibril, kenapa matahari hari ini terbit dalam keadaan redup? Malaikat Jibril menjawab: Matahari hari ini nampak redup karena terlampau banyak sayap para malaikat. Nabi bertanya kembali, “Apa sebabnya sehingga terjadi demikian?” Jibril menjawab, hal ini dikarenakan Mu’awiyah meninggal dunia di Madinah dan Allah mengutus 70.000 malaikat agar membaca shalawat untuk Mu’awiyah. Nabi bertanya kembali, “Apa sebabnya?” Jibril menjawab ke sekian kalinya, ini dikarenakan Mu’awiyah banyak membaca Qul huwallahu ahad di waktu malam, di waktu siang, sewaktu berjalan, sewaktu berdiri, sewaktu duduk, waktu pergi, waktu pulang, bahkan setiap keadaan.”
Bayangkan, keadaan Mu’awiyah begitu dihormati di mata malaikat karena seringnya ia membaca surat al-Ikhlas saat hidup. Ini sekali lagi menunjukkan betapa agungnya posisi surat ini dalam kehidupan kita. Semakin sering kita membacanya kian besar pula kita mereguk pahala dari Allah SWT.
Hal ini pula yang membuat kenapa surat al-Ikhlas terlukis di sayap malaikat. Kenapa bukan surat yang lain? Toh, sama-sama al-Qur’an. Ini disebabkan surat al-Ikhlas memiliki kemuliaan yang sangat tinggi dibandingkan surat-surat yang lain.
Abu Sa’id al-Khudry berkata, “Ada seorang sahabat Rasul mendengar tetangganya membaca berulang-ulang ayat Qul Huwallahu Ahad. Kemudian keesokan paginya Abu Sa’id al-Khudry menyampaikan kepada Rasulullah perihal yang didengarnya semalam, yakni seakan-akan sahabat ini menganggap ringan kedudukan surat ini. Maka Nabi pun bersabda, “Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya. Sesungguhnya surat al-Ikhlas benar-benar menyamai sepertiga al-Qur’an.” (HR. al-Bukhari Bab Fadhail Qur’an No. 5014).
Hadits di atas sekali lagi menunjukkan betapa agungnya posisi surat al-Ikhlas, sehingga harus terlukis di sayap malaikat. Pertanyaannya kemudian adalah kenapa hanya malaikat Jibril, Mikail, Israil dan Izrafil saja yang sayapnya terlukis dengan surat al-Ikhlas?
Inilah pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Tapi, bila kita melihat sejarah para malaikat, maka kita tahu bahwa keempat malaikat itu memiliki peran sentral dalam kehidupan makhluk Allah. Malaikat Jibril misalnya, ia menyampaikan wahyu Allah kepada Nabi Muhammad Saw. Jibril adalah pemimpin para malaikat. Ia juga menjadi tempat keluh kesah Nabi saat dirinya sedang dalam kebingungan dan sebagainya.
Lalu malaikat Mikail, yang bertugas mengatur cuaca hujan, kemarau, rejeki, dan sebagainya. Sedang malaikat Israil bertugas meniup sangkakala dan malaikat Izrail yang mencabut seluruh makhluk yang bernyawa. Bukan berarti, tugas malaikat-malaikat yang lain tidak terlalu sentral dalam kehidupan manusia. Tetapi, dengan diukirnya surat al-Ikhlas pada keempat malaikat di atas, setidaknya menunjukkan akan sentralnya peran mereka dalam kehidupan makhluk Allah, terutama manusia.
Tentu ini hanya dugaan karena merupakan persoalan gaib. Kita tidak penting membanding-bandingkan peran malaikat satu sama lain. Yang penting, tugas kita adalah mempercayai bahwa di sayap-sayap malaikat yang empat itu terlukis surat al-Ikhlas, yang berarti mengindikasikan pentingnya surat ini untuk selalu kita baca setiap saat. Karena itu, perbanyaklah kita membaca al-Qur’an terutama surat al-Ikhlas.